EVALUASI KEBIJAKAN INVENTORI MATERIAL CHEMICAL ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN METODE DETERMINISTIK DINAMIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KEBIJAKAN INVENTORI MATERIAL CHEMICAL ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN METODE DETERMINISTIK DINAMIS"

Transkripsi

1 EVALUASI KEBIJAKAN INVENTORI MATERIAL CHEMICAL ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN METODE DETERMINISTIK DINAMIS Sugiyanto Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Verani Hartati Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ABSTRAK PT. Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. sebagai produsen bahan kimia memiliki permasalahan pada pengelolaan inventori bahan baku untuk produksi, dengan adanya penumpukan persediaan bahan baku. Salah satu jenis bahan baku yang sering mengalami penumpukan persediaan adalah material chemical asam chlorida. Sifat permintaan bahan material chemical asam chlorida ini bersifat fluktuatif namun nilainya dapat diprediksi atau deterministik. Sehingga untuk menyelesaikan permasalahan pengelolaan persediaan material ini digunakan metode deterministik dinamis. Pendekatan yang digunakan adalah melakukan pemodelan matematis terhadap alternatif jawaban permasalahan. Namun pada tahap menentukan solusi optimal dengan metode analitik sulit diperoleh, maka digunakan pendekatan heuristik. Hasil perhitungan dengan menggunakan Algoritma Wagner-Within diperoleh bahwa total ongkos persediaan adalah sebesar Rp Hasil ini lebih kecil jika dibandingkan dengan besarnya total ongkos persediaan yang telah dikeluarkan perusahaan dengan kebijakan yang digunakannya selama ini, yaitu sebesar Rp Pada penelitian ini dikembangkan juga metoda deterministik dinamis dengan mempertimbangkan keterbatasan ukuran lot pemesanan. Hal ini dilakukan untuk menjawab permasalahan keterbatasan kapasitas pengiriman barang dari pemasok. Dengan adanya bantasan ukuran lot pemesanan maksimum sebesar kg, maka diperoleh total ongkos persediaan menjadi Rp Sehingga jika permasalahan persediaan diselesaikan dengan metode deterministik dinamis, perusahaan dapat melakukan penghematan pada biaya persediaan. KATA KUNCI Inventori, Deterministik dinamis, Algoritma Wagner-Within, Batasan ukuran lot maksimal 1. Pendahuluan Fungsi utama persediaan adalah menjamin kelancaran mekanisme pemenuhan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan pemakai sehingga sistem yang dikelola dapat mencapai kinerja (performance) yang optimal [2]. Adapun permasalahan yang dihadapi didalam pengendalian inventori pada umumnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan penentuan jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat, saat pemesanan atau pembuatan serta jumlah persediaan pengamannya. Permasalahan ini sering dikenal dengan penentuan kebijaksanaan persediaan (inventory policy), yaitu pemilihan metode pengendalian persediaan yang terbaik. Dan permasalahan lainnya yaitu hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang meliputi antara lain pengorganisasian, mekanisme dan prosedur, administrasi dan sistem informasi inventori menurut [1]. PT. Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk selaku produsen bahan kimia juga memiliki permasalahan pada pengelolaan inventori bahan baku untuk produksi. Salah satu jenis bahan baku yang sering mengalami penumpukan persediaan (kelebihan persediaan) adalah material chemical asam chlorida. Sifat permintaan bahan material chemical asam chlorida ini bersifat fluktuatif namun nilainya dapat diprediksi secara pasti. Dan disajikan pada gambar 1. Gambar 1. Data Permintaan Pemakaian Asam Chlorida (sumber: PT. Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk.) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-1

2 Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan persediaan yang timbul adalah kebijakan inventori apakah yang sebaiknya diterapkan oleh PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk untuk material chemical asam chlorida, berkaitan dengan berapa jumlah pemesanan dan kapan pemesanan dilakukan untuk memperoleh total ongkos persediaan yang optimal. 2. Metodologi Penelitian Dengan mempertimbangkan sifat permintaan bahan material chemical asam chlorida yang bersifat fluktuatif namun nilainya dapat diprediksi, maka metode pemecahan masalah kebijakan inventori ini menggunakan model detrministik dinamis. Model ini memiliki asumsi sebagai berikut [1]: 1. Permintaan barang diketahui secara pasti dan muncul pada awal periode perencanaan serta besarnya tidak selalu sama antara satu periode dengan periode perencanaan yang lainnya. 2. Horison perencanaan terbatas (finite) dan terdiri atas periode perencanaan yang sama panjang. 3. Ukuran lot pemesanan akan meliput kebutuhan dan permintaan barang satu atau beberapa periode perencanaan secara utuh (integer), artinya pemenuhan permintaan dalam satu periode perencanaan tidak dapat dipecah. 4. Barang yang dipesan akan datang pada awal periode perencanaan. Oleh sebab itu pemesanan akan dilakukan periode waktu sebelum waktu kedatangan barang yang akan direncanakan. 5. Tidak ada diskon dalam pembelian barang. 6. Barang yang dibeli bersifat independen antara barang yang satu dengan yang lainnya. 7. Ongkos simpan diasumsikan sebesar Rp 5,-/kg/hari. 8. Lead time pemesanan diasumsikan 3 hari Permasalahan kebijakan inventori yang dikaji memiliki batasan-batasan permasalahan, yaitu: a. Kebijakan inventori yang ditentukan hanya untuk material chemical asam chlorida sehingga yang digunakan adalah kebijakan single inventory system. b. Supplier memiliki batasan pengiriman barang, sehingga penentuan ukuran lot setiap pemesanan dibatasi maksimum sebanyak kg. Dengan menggunakan prinsip programa dinamis, Wagner dan Within pada tahun 1958 mengembangkan algoritma untuk penyelesaian permasalahan inventori deterministik dinamis. Tersine pada tahun 1988 menjabarkan langkah-langkah Algoritma Wagner-Within ini sebagai berikut [1]: Langkah 1 : Hitung matriks ongkos total (ongkos pesan dan ongkos simpan) untuk semua alternatif pemesanan (order) selama horison perencanaannya (terdiri dari N periode perencanaan). Selanjutnya definisikan O en sebagai ongkos dari periode e sampai dengan periode n bila order dilakukan pada periode e untuk memenuhi permintaan dari periode e sampai dengan periode n. Rumusan O en tersebut dinyatakan sebagai berikut : O en = A + h ) untuk 1 e n N...(1) Di mana : A : Ongkos pesan (Rp/pesan) h : Ongkos simpan per unit per periode (Rp/unit/periode) Dt : Permintaan pada periode t e : Batas awal periode yang dicakup pada pemesanan q et n : Batas maksimum periode yang dicakup pada pemesanan q et Langkah 2 : Hitung f n dimana f n didefinisikan sebagai ongkos minimum yang mungkin dari periode e sampai dengan periode n, dengan asumsi tingkat inventori di akhir periode n adalah nol. Mulai dengan f 0 = 0 selanjutnya hitung secara berurutan f 1,f 2,...f N. Nilai f N adalah nilai ongkos total dari pemesanan optimal yang dihitung dengan menggunakan formula berikut: fn = Min {O en + f e-1 } untuk e =1,2,...,N...(2) Dengan kata lain dalam setiap periode semua kombinasi dari setiap alternatif pemesanan yang mungkin dibandingkan. Hasil kombinasi terbaik disimpan sebagai strategi fn terbaik untuk memenuhi permintaan selama periode e sampai dengan periode ke n. Harga f N adalah nilai optimal dari cara pemesanan sampai periode ke-n. Langkah 3 : Terjemahkan f N menjadi ukuran lot dengan cara seperti berikut: f N = O wn + f w-1 : Pemesanan terakhir dilakukan pada periode w untuk memenuhi permintaan dari periode w sampai perioda N. A-2 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

3 f w-1 + f v-1 : Pemesanan sebelum pemesanan terakhir harus dilakukan pada periode v untuk memenuhi permintaan dari perioda v sampai periode w-1 f u-1 = O 1u-1 + f 0 : Pemesanan yang pertama harus dilakukan pada periode 1 untuk memenuhi permintaan dari periode 1 sampai periode u-1. Metodologi yang dilakukan pada tahap pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan data historis yang dimiliki perusahaan. Data yang dikumpulkan adalah data kebijakan persediaan material HCl yang diterapkan oleh perusahaan pada saat ini berupa; data demand, jumlah pemesanan dan waktu kedatangan pesanan. Selain itu dikumpulkan pula data ongkos pembelian material, ongkos pemesanan, ongkos simpan dan lead time pemesanan. Kemudian tahap selanjutnya pengolahan data menggunakan metode Wagner Within, maupun metode heuristik yang dikembangkan dengan mempertimbangkan batasan lot pemesanan.setelah itu hasil perhitungan yang diperoleh dianalisa dengan melakukan perbandingan nilai total ongkos persediaan dari kebijakan persediaan perusahaan saat ini dengan kebijakan persediaan deterministik dinamis yang diusulkan. 3. Hasil dan Pembahasan Data yang dikumpulkan berupa data demand material HCl untuk periode bulan Januari 2012, yang dijelaskan pada tabel 2. Tabel 2 Demand Pemakaian Asam Chlorida Untuk Periode Januari 2012 Periode Pemakaian Periode Pemakaian 1 Januari ,00 17 Januari ,40 2 Januari ,60 18 Januari ,75 3 Januari ,40 19 Januari ,55 4 Januari ,10 20 Januari ,70 5 Januari ,30 21 Januari ,50 6 Januari ,60 22 Januari ,00 7 Januari ,25 23 Januari ,10 8 Januari ,25 24 Januari ,80 9 Januari ,30 25Januari ,90 10 Januari ,00 26 Januari ,50 11 Januari ,60 27 Januari ,10 12 Januari ,90 28 Januari ,10 13 Januari ,70 29 Januari ,45 14 Januari ,45 30 Januari ,10 15 Januari ,45 31 Januari ,90 16 Januari ,90 Sumber : Gudang Chemical PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Untuk data lainnya adalah ongkos pesan dan ongkos simpan bahan material chemical asam chlorida. Diasumsikan ongkos simpan (h) sebesar Rp.5,-/kg/hari dan ongkos pesan (A) sebesar Rp ,-/pesan. Untuk lead time (l ) adalah selama 3 hari Perhitungan Total Ogkos Inventori Menggunakan Algoritma Wagner-Within Untuk menghitung total ongkos inventori dengan Algoritma Wagner- Within, digunakan persamaan 1 dan 2 dengan contoh perhitungan sebagai berikut: Langkah 1 O 11 = [( )] = O 12 = [(21.205, ) + (21.205, ,6)] = O 13 = [( ) + ( ,6) + ( )] = dan dengan cara yang sama dilakukan perhitungan sampai O 3131 Langkah 2 Perhitungan nilai f n dengan persamaan 2.4 diperoleh hasil sebagai berikut : f 0 = 0 f 1 = Min {O 11 + f 0 } = Min ( ) = untuk O 11 + f 0 f 2 = Min {O 12 + f 0, O 22 + f 1 } = Min { , } Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-3

4 = untuk O 12 + f 0 f 3 = Min {O 13 + f 0, O 23 + f 1, O 33 + f 2 } = Min { , , } = untuk O 33 + f 2 dan dengan cara yang sama dilakukan perhitungan sampai f 31. Sehingga total ongkos inventorinya adalah sebesar Rp Langkah 3 Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah sebelumnya, maka dapat ditentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanannya, yang secara lebih lengkap disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Penentuan Lot Pemesanan dengan Metode Wagner-Within Periode Permintaan Ukuran Lot Waktu Pemesanan Pemesanan 29 Desember ,60 30 Desember Desember ,50 1 Januari , ,60 2 Januari , ,90 3 Januari , ,50 4 Januari , ,25 5 Januari , , ,55 6 Januari ,60 7 Januari , ,25 8 Januari , , ,50 9 Januari ,30 10 Januari , ,15 11 Januari , ,50 12 Januari , ,35 13 Januari , ,15 14 Januari , ,15 15 Januari , ,35 16 Januari , ,25 17 Januari , ,15 18 Januari , ,50 19 Januari , ,25 20 Januari , ,30 21 Januari , ,50 22 Januari ,00 23 Januari , ,30 24 Januari , ,10 25 Januari , ,55 26 Januari ,50 27 Januari , , Januari , ,55 29 Januari ,45 30 Januari , ,00 31 Januari , Perhitungan Total Ogkos Inventori Menggunakan Algoritma Wagner-Within dengan Mempertimbangkan Batasan Ukuran Lot Algoritma ini merupakan pengembangan dari Algoritma Wagner-Within. Perubahan yang dilakukan dimulai pada langkah ke 3. Untuk menentukan f n harus mempertimbangkan batasan ukuran lot maksimal. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Algoritma Wagner-Within sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat ukuran lot pemesanan di beberapa periode yang melebihi batasan ukuran lot maksimal, yaitu pada periode 11, 13, 23 dan 28 Januari Sehingga ukuran lot pemesanan pada periode-periode tersebut akan mengalami perubahan. Dengan batasan ukuran lot maksimal sebesar kg, maka perhitungan pada langkah 3 akan berubah menjadi seperti berikut ini: A-4 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

5 a. f 31 = O f 29 berarti bahwa pemesanan sebesar kg dilakukan pada periode 27 untuk memenuhi permintaan pada periode 30 dan 31, selanjutnya pemesanan periode sebelumnya bergantung pada f 29. b. f 29 = O f 27 berarti bahwa pemesanan sebesar ,55 kg dilakukan pada periode 25 untuk memenuhi permintaan pada periode 28 dan 29. Namun karena ukuran lotnya melebihi batasan ukuran lot maksimal, maka pemesanan hanya dilakukan untuk memenuhi periode 29 saja. Sehingga f 29 = O f 28, berarti bahwa pemesanan sebesar ,45 kg dilakukan pada perode 26. c. f 28 = O f 27 berarti bahwa pemesanan sebesar ,1 kg dilakukan pada periode 25. Namun karena ukuran lotnya melebihi batasan ukuran lot maksimal, sehingga pada periode 28 hanya dapat dipesan sejumlah batasan maksimum yaitu kg, untuk kekurangan pemesanan sebesar , = 2.530,1 kg dipesan pada periode sebelumnya (periode 27). Sehingga f 28 = O f 27, berarti bahwa pemesanan sebesar kg dilakukan pada perode 25. d. f 27 = O f 26 berarti bahwa kebutuhan sebesar ,1 kg ditambah dengan kekurangan kebutuhan periode 28 sebesar 2.530,1 kg, sehingga total pemesanan sebesar ,4 kg dilakukan pada periode 24, selanjutnya pemesanan periode sebelumnya bergantung pada f 26. Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan mundur sampai f 1. Dengan demikian hasil perhitungan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan menggunakan metode heuristik ini secara lebih lengkap disajikan pada tabel 4. Dan diperoleh total ongkos inventori adalah sebesar Rp Tabel 4. Penentuan Lot Pemesanan dengan Metode Wagner-Within dengan Mempertimbangkan Batasan Ukuran Lot Periode Permintaan Ukuran Lot Waktu Pemesanan Pemesanan 29 Desember ,60 30 Desember Desember ,50 1 Januari , ,60 2 Januari , ,90 3 Januari , ,50 4 Januari , ,25 5 Januari , , ,55 6 Januari ,60 7 Januari , ,25 8 Januari , , ,60 9 Januari , ,05 10 Januari , ,00 11 Januari , ,60 12 Januari , , ,35 13 Januari , ,00 14 Januari , ,40 15 Januari , ,35 16 Januari , ,00 17 Januari , ,40 18 Januari , ,50 19 Januari , , ,10 20 Januari ,70 21 Januari , , ,20 22 Januari , ,10 23 Januari ,10 24 Januari , , ,20 25 Januari , ,00 26 Januari , ,45 27 Januari , , ,00 28 Januari , ,00 29 Januari , ,45 30 Januari , ,00 31 Januari ,90 4. Penutup Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-5

6 Dengan kebijakan persediaan yang dilakukan perusahaan saat ini, total ongkos inventori yang dikeluarkan adalah sebesar Rp Sedangkan total ongkos inventori apabila menggunakan sistem deterministik dinamis Algoritma Wagner- Within hanya sebesar Rp , dan apabila Algoritma tersebut mempertimbangkan batasan ukuran lot maksimal sebesar kg, maka total ongkos inventori menjadi Rp Hasil yang diperoleh ini dijelaskan dengan lebih rinci pada tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Hasil Perhitungan Model Persediaan Total Ongkos Inventori Excisting System (biaya pesan = ) + (biaya simpan = ,50) = Rp ,50 Deterministik Dinamis Algoritma Wagner- (biaya pesan = ) + Within (biaya simpan = ,25) Deterministik Dinamis Algoritma Wagner- Within dengan Batasan Ukuran Lot Maksimal = Rp ,25 (biaya pesan = ) + (biaya simpan = ,25) = Rp ,25 Total ongkos inventori terkecil adalah Rp jika selisih persediaan menggunakan Metode Deterministik Dinamis tanpa batasan ukuran lot maksimal. Alternatif solusi ini dapat diimplementasikan perusahaan apabila perusahaan dapat bekerja sama dengan supplier yang tidak memiliki batasan kapasitas pengiriman, sehingga tidak ada batasan ukuran lot pemesanan. Penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan mempertimbangkan bukan hanya batasan ukuran lot maksimum saja namun juga mempertimbangkan ukuran lot minimum. Selain itu hal-hal praktis pada real system seperti keterbatasan kecepatan produksi yang mempengaruhi pola permintaan bahan baku produksi, juga dapat dipertimbangkan pada penelitian mengenai kebijakan persediaan secara kuantitatif selanjutnya. Daftar Pustaka [1] Nur Bahagia, Senator, Sistem Inventori, (Laboratorium Perencanaan Optimasi Sistem Industri Departemen Teknik Industri ITB, Bandung, 2006) [2] Wignjosoebroto, Sritomo, Pengantar Teknik dan Manajemen Industri, (Guna Widya, Surabaya, 2006) A-6 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

7 MENGOPTIMALKAN OUTPUT PRODUKSI DENGAN MODEL MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DAN MODEL CAPACITY REQUIREMENT PLANNING PADA PRODUK TINTA Jaka Purnama, Abbas Sato Lab. Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Abbas Sato Lab. Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya ABSTRAK Dalam melayani permintaan produk yang harus diperhatikan oleh pihak perusahaan adalah menepati semua kesepakatan dari kedua belah pihak, yang meliputi jumlah permintaan produk, kualitas produk, maupun waktu yang telah ditetapkan. Perusahaan harus memperhitungkan secara cermat sehingga permintaan produk tersebut dapat dipenuhi dengan tepat. Aktivitas produksi dituntut melakukan perencanaan produksi secara matang sehingga kebutuhan material yang akan digunakan untuk kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik. Didalam memproduksi jenis tinta standard jenis PMW Blue mengaplikasikan menggunakan model Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning) agar didapatkan hasil persediaan material secara optimal dan menggunakan Model Capacity Requirement Planning agar didapatkan hasil kapasitas produksi secara maksimal. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dapat membantu dalam meningkatkan aktivitas produksi sehingga dicapai kegiatan produksi yang optimal, sedangkan analisa perencanaan produksi terhadap kebutuhan material atau bahan baku yang harus dipesan untuk setiap bulannya sebaiknya dipesan pada hari ke-7 untuk masing-masing bulan, sehingga kebutuhan terdapat material atau bahan baku tidak akan mengalami kekurangan. KATA KUNCI Material, Permintaan, Perencanaan, Kapasitas, Produksi. 1. Pendahuluan Produksi didalam perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting. Bahkan didalam berbagai macam pembicaraan, dikatakan bahwa produksi merupakan dapurnya perusahaan. Apabila kegiatan produksi dalam suatu perusahaan itu mengalami masalah atau bahkan terhenti, maka dapat dipastikan kegiatan dalam perusahaan tersebut akan terganggu dan bahkan bisa mengakibatkan berhenti. Dengan demikian sudah menjadi keharusan bagi perusahaanperusahaan untuk selalu memperhatikan kegiatan produksi dalam perusahaannya. Seiring dengan bertambah pesatnya industri-industri manufaktur baru, menyebabkan banyaknya pesaing baru yang berkeinginan merebut pangsa pasar terhadap produk yang dihasilkan. Konsumen dalam menginginkan produk barupun, menjamur seiring dengan berkembangan industri manufaktur. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan produk tinta adalah PT. Inktech Indahmulya. Dalam menjalankan rencana produksinya perusahaan ini masih menggunakan perencanaan produksi yang dibuat secara sederhana dan berdasarkan pengalaman produksi yang pernah ada, sehingga perusahaan belum mengetahui, perencanaan produksi yang dibuat dan diterapkan sudah optimal. Bahan baku yang ada sering kali tidak bisa mendukung kelancaran proses produksi, tenaga kerja dan fasilitas produksi yang ada tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Begitu juga dengan kapasitas produksi, output yang dihasilkan tidak bisa memenuhi permintaan konsumen yang bersifat naik turun (fluktuatif). Akibatnya, produktifitas perusahaan akan menurun karena banyaknya permintaan (order) yang ditolak oleh perusahaan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masalah utamanya adalah bagaimana membuat suatu perencanaan produksi yang optimal sehingga dapat dicapai suatu aktifitas produksi yang sesuai dengan harapan perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menentukan jumlah kebutuhan material yang disediakan setiap periode proses produksi. 2. Membuat penjadwalan produksi yang tepat agar semua permintaan dapat terpenuhi. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-7

8 Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) MRP (Material Requirement Planning) adalah sistem informasi yang merancang pesanan dan penjadwalan permintaan persediaan yang dependent (bahan baku, komponen, dan subassembling) yang dibutuhkan untuk mendukung jadwal induk produksi [3]. MRP adalah sistem persediaan yang pertama kali memperkenalkan bahwa persediaan bahan baku, komponen dan barang jadi memerlukan penanganan yang berbeda. MRP dapat mengatasi masalah-masalah yang kompleks yang timbul dalam persediaan yang memproduksi banyak produk, masalah tersebut antara lain kebingungan, pelayanan yang tidak memuaskan para konsumen. MRP memang lebih kompleks pengelolaannya tapi dapat menghasilkan banyak keuntungan, seperti mengurangi biaya persediaan dan biaya produksi. Tujuan utama sistem MRP adalah untuk mengontrol tingkat peresediaan dan melaksanakan operasi prioritas untuk item-item yang dipesan, agar diperoleh material yang tepat, dan sumber daya yang tepat, untuk penempatan yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Disamping itu sistem MRP mengidentifikasikan item apa yang harus dipesan, berapa banyak kuantitas item yang harus dipesan, dan bilamana waktu memesan item itu [2]. Dalam menjalankan aktivitasnya, MRP membutuhkan lima informasi, yaitu [1]: a. Master Production Schedule (MPS), MPS adalah merupakan suatu pernyataan definiif tentang produk akhir apa yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan dan bilamana produk itu akan diproduksi. b. Bill Of Material (BOM), merupakan daftar dari semua material, part, subassemblies serta kuantitas masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk. c. Item Master, menyatakan informasi status tentang material, part, dan subassemblies serta produk-produk yang menunjukkan kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan, waktu tunggu yang direncanakan (Planned lead time), ukuran lot (Lot size), stok pengaman, dan informasi penting yang berkaitan dengan suatu item. d. Pesanan-pesanan (Orders), menyatakan tentang jumlah dari setiap item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on hand dimasa mendatang. e. Kebutuhan-kebutuhan (Requirement), menyatakan tentang berapa banyak dari masing-masing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi stok on hand dimasa mendatang. Informasi-informasi yang berada dalam MRP adalah sebagai berikut [1]: 1. Lead Time, merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan itu siap untuk digunakan. 2. On Hand, merupakan inventori on hand yang menujukkan kuantitas dari item yang secara fisik ada dalam stockroom. 3. Lot Size, merupakan kuantitas pesanan dari item yang memberitahukan MRP berapabanyak kuantitas yang harus dipesan secara teknik lot sizing apa yang harus dipakai. 4. Safety Stock, merupakan stok pengaman yang diterapkan perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan atau penawaran. 5. Planning Horizion, merupakan banyaknya waktu kedepan (masa mendatang) yang tercakup dalam perencanaan. 6. Gross Requirement, merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi untuk setiap periode waktu. 7. Projected On-hand, merupakan Projected available balance (PAB) dan tidak termasuk planned orders. 8. Projected Available, merupakan kuantitas yang diharapkan ada dalam inventori pada akhir periode dan tersedia untuk pengunaan dalam periode selanjutnya. 9. Net Requirement, merupakan kebutuhan material yang diproyeksikan untuk periode ini, sehingga perlu diambil tindakan kedalam perhitungan planned order receipts agar menutupi kekurangan material pada periode itu. 10. Planned Order Receipts, merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali yang telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna memenuhi kebutuhan bersih. 11. planned Order Release, merupakan kuantitas planned order yang ditempatkan atau dikeluarkan dalam periode tertentu, agar item yang dipesan itu akan tersedia pada saat dibutuhkan. Input dan Output Sistem MRP Ada tiga input oleh sistem MRP : 1. Jadwal Induk Produksi, hal ini didasarkan pada peramalan atas permintaan tak tergantung dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Jadwal induk produksi merupakan proses alokasi untuk membuat sejumlah produk yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai (pekerja, mesin, dan bahan). 2. Catatan Keadaan Persediaan, menggambarkan status senua item yang ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan. Pencatatan itu harus dijaga up to date. 3. Struktur Produk, berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu perakitan. Informasi ini sangat penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih, dan juga jumlah produk akhir yang harus dibuat. Secara umum output dari MRP ialah: 1. Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan baik dari pabrik sendiri maupun dari suplier. 2. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang. 3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan. A-8 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

9 4. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan. Rencana Produksi Pemesanan MPS Peramalan Produk Produk Kapasitas Planning : 1. Tenaga Kerja 2. Peralatan Inventory Status MRP Struktur Produk Rencana Pemesanan Perintah Pembuatan CRP Kapasitas yang dibutuhkan Tidak Kapasitas tersedia..? Ya Pembelian Pesanan Pembuatan Pesanan Pemuatan dan peruntutan Supplier Perakitan Produk Konsumen Gambar 1. Closed Loop System MRP Pada penelitian ini ada tahapan yang disusun secara sistematis sehingga memudahkan bagi peneliti dalam melakukan penelitian supaya tujuan tercapai dengan baik. Pertama adalah tahap identifikasi. Pada tahap ini dilakukan usaha usaha identifikasi dan pemahaman awal terhadap masalah yang akan dipecahkan serta mempelajari metode metode yang sebaiknya digunakan dalam memecahkan masalah tersebut. Langkah langkah dalam tahap identifikasi dan penelitian awal ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan tahap awal yang memegang peranan penting dalam melakukan penelitian. Tujuannya untuk mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah. Dari indikasi masalah tersebut kemudian disusun perumusan masalah yang akan menjadi obyek penelitian seperti dijelaskan pada bab pendahuluan. b. Perumusan Tujuan Penelitian Setelah merumuskan dan menetapkan masalah yang diteliti, maka selanjutnya adalah menentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Penetapan tujuan ini dilakukan untuk memberikan arah bagi jalannya penelitian. c. Studi Pustaka Dan Studi Lapangan Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh teori teori yang mendukung dan berhubungan dengan permasalahan serta metode metode yang akan dipakai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu juga menggunakan referensi dari penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diangkat dan metode metode yang digunakan pada penelitian ini. Study lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi sesunggguhnya permasalahan yang ada diperusahaan. Terutama dibagian proses produksi. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-9

10 d. Penentuan Metode Penyelesaian Dalam menjalankan rencana produksinya perusahaan ini masih menggunakan perencanaan produksi yang dibuat secara sederhana dan berdasarkan pengalaman produksi yang pernah ada, sehingga perusahaan belum mengetahui apakah rencana produksi yang diterapkan sudah optimal. Maka dalam hal ini, penulis melakukan penelitian tentang bagaimana membuat suatu perencanaan produksi yang optimal. Untuk melakukan perhitungan tersebut, penulis menggunakan model Material Requirement Planning (MRP) dan Capacity Requirement Planning (CRP). Dari kedua model perencanaan diatas diharapkan bisa mengetahui berapa jumlah produk yang diproduksi, berapa bahan baku yang disediakan untuk mendukung kelancaran proses produksi, dan berapa kapasitas yang harus dihasilkan oleh suatu fasilitas produksi dalam suatu periode untuk memenuhi permintaan, sehingga dapat dicapai aktivitas produksi yang optimal sesuai yang diharapkan oleh perusahaan. Tahap berikutnya adalah tahap pengumpulan dan pengolahan data. Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekadar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis dimana dapat diuraikan sebagai berikut : a. Identifikasi Variabel Penelitian Pada tahap ini berisi tentang variabel- variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Yang meliputi jenis produk, jumlah Work Center dan variabel-variabel lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Variabel-varibel tersebut diperoleh dengan cara studi lapangan, yakni dengan cara bertannya langsung kepada karyawan ataupun manager produksi. Yang kedua adalah dengan cara pengamatan langsung didalam perusahaan, khusunya dibagian produksi. b. Pengumpulan Data Cara yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan datang langsung ke perusahaan kemudian mencatat waktu operasi dari proses produksi serta data data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat ditanyakan pada pihak pihak yang bersangkutan. Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data data yang kita perlukan selanjutnya data tersebut akan diolah hasilnya sesuai dengan landasan teori yang kita gunakan. c. Pengolahan Data Setelah data diperoleh dari perusahaan maka dilakukan perhitungan data antara lain menggunakan model peramalan, menguji keseragaman data, kecukupan data, menghitung waktu normal, waktu standart, dan output kerja operator. Kemudian dilakukan perhitungan dengan model MRP dan CRP. Dari perhitungan tersebut akan dilihat apakah kapasitas sudah sesuai dengan beban yang ditentukan, jika tidak maka dilakukan penyesuaian kembali. Dan tahap yang terakhir adalah tahap analisa dan kesimpulan. Tahap ini pada dasarnya berisi hasil-hasil yang diperoleh dari langkah sebelumnya yang kemudian dapat disimpulkan pada tahapan ini. Begitu pula saran-saran yang sangat berhubungan dengan hasil dan kesimpulan. 2. Pengumpulan Data Tahapan proses pembuatan tinta standart : 1. Work Center I (Cleaning Process) 2. Work Center 2 (Weighing Process) 3. Work Center 3 (Grinding Process) 4. Work Center 4 (Colour Check) 5. Work Center 5 (Remix / Wax Process) 6. Work Center 6 (Quality Check) 7. Work Center 7 (Washing Process) 8. Work Center 8 (Filtering & Packing Process) Dari pengamatan yang telah dilakukan di perusahaan, maka diperoleh data-data yang dapat menunjang dalam proses pengolahan data. Data mengenai komponen dari masing-masing produk yang dibutuhkan dalam produksi tinta standart jenis PMW Blue. Tinta PMW Blue Pigmen 10% Resin 24% Solven 60% Wax 5% Zat Additive 1% Gambar 2. Bill Of Material Tinta PMW Blue A-10 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

11 Permintaan Proceeding Call for Paper SNFT UMSIDA 2012 BIDANG TEKNIK INDUSTRI Data permintaan ini merupakan data permintaan masa lalu yang diambil datanya selama 3 tahun. Jumlah permintaan ini bersifat fluktuatif dengan jumlah berbeda-beda dari setiap pemesanan. Data yang ditampilkan pada tabel 1 merupakan total dari keseluruhan permintaan selama satu bulan dalam kurun waktu tiga tahun. Data permintaan ini dalam ukuran volume (Kg) Tabel 1. Data Permintaan Tinta PMW Blue No Bulan Jumlah Jumlah No Bulan (Kg) (Kg) 1 Januari Juli Pebruari Agustus Maret September April Oktober Mei November Juni Desember Juli Januari Agustus Pebruari September Maret Oktober April November Mei Desember Juni Januari Juli Pebruari Agustus Maret September April Oktober Mei November Juni Desember 1100 Plot data permintaan tinta PMW Blue Index Bulan Gambar 3. Plot Data Permintaan Tinta PMW Blue 3. Hasil dan Pembahasan Data pengukuran waktu kerja untuk proses produksi ini diperoleh melalui pengamatan langsung. Pengamatan waktu kerja sebanyak 36 kali dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (k=2) dengan tingkat (s) 5%. Waktu Standart (Ws) 100% (Ws)= Wn X 100% allowence Tabel 2. Waktu Standard Tiap Work Center No Work Center Waktu Standard (menit) 1 Cleaning Process 12,21 2 Weighing Process 12,58 3 Grinding Process 140,41 4 Colour Check 11,75 5 Remix/Wax Process 16,23 6 Quality Check 12,14 7 Washing Process 16,67 8 Filtering & Packing Process 33,60 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-11

12 Tabel 3. Perhitungan MRP Nama Bahan Hari ke PMW Blue Pigmen Blue 124, ,8 Resin 299, ,52 Solven 548, ,8 Wax 47, ,4 Zat Additive ,51 Jumlah Bahan-baku yang dipesan 1020,52 Jumlah Tinta yang diproduksi 1248 Dari tabel perhitungan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) diatas, maka dapat dilakukan suatu perencanaan untuk memenuhi permintaan. Perencanaan yang harus dilakukan adalah : 1. Tinta standart PMW Blue yang harus diproduksi adalah sebanyak 1248 Kg pada hari ke Bahan-baku Pigmen Blue yang harus dipesan sebesar 124,8 Kg pada hari ke Bahan-baku Resin yang harus dipesan sebesar 299,52 Kg pada hari ke Bahan-baku Solven perlu melakukan pemesanan sebesar 548,8 Kg pada hari ke Bahan-baku Wax perlu melakukan pemesanan sebesar 47,4 pada hari ke-7. Perhitungan CRP digunakan untuk mengetahui kapasitas produksi berdasarkan jumlah mesin dan jumlah tenaga kerja, juga digunakan untuk mengetahui waktu lembur atau melakukan sub kontrak apabila permintaan melebihi kapasitas yang ada. Perhitungan CRP ini khusus untuk perhitungan kebutuhan kapasitas mesin dan operator pada proses produksi tinta PMW Blue dalam satu periode (bulan). Tabel 4. Laporan CRP Kapasitas Mesin dan Operator Aktivitas WC-1 WC-2 WC-3 WC-4 WC-5 WC-6 WC-7 WC-8 Jml mesin & operator Waktu yang Tersedia (menit) Tingkat Utilisasi 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 Kapasitas Tersedia(menit) Kebutuhan Aktual (menit) 15238, , , , , , ,8 Kelebihan/Kekurangan kapasitas (menit) , , , , , ,04 Dari tabel laporan akhir dapat diketahui, bahwa tidak ada lagi work center yang kekurangan kapasitas, maka kapasitas yang tersedia dari masing-masing work center telah mencukupi kebutuhan aktual selama satu periode. 4. Penutup Berdasarkan perhitungan dan analisa yang telah dilakukan pada maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah kebutuhan material atau bahan baku yang harus dipesan untuk setiap bulannya adalah dipesan pada hari ke-7 untuk masing-masing bulan. 2. Kapasitas yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi beban kapasitas dari masing-masing work center. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya work center yang kekurangan kapasitas, maka untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penyesuain diantaranya dengan cara penambahan mesin dan penambahan jam kerja (lembur) sampai kapasitas yang tersedia mencukupi beban kapasitas yang ada. 3. Produksi yang dilakukan untuk setiap bulannya untuk proses produksi sebaiknya dilakukan pada hari ke-12 pada masing-masing bulan, hal ini dilakukan agar permintaan konsumen dapat dipenuhi. Daftar Pustaka [1] Gaspersz, Vincent, Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21, (Cetakan Pertama, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998). [2] Handoko, T. Hani, Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, (Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1980). [3] Nasution, Arman Hakim, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, (Cetakan Pertama, Guna Widya, Jakarta, 1999). A-12 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

13 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI DASAR PEMILIHAN PEMASOK DAN PENENTUAN ANGGARAN PEMBIAYAAN BAHAN BAKU DI CV. KARYA BAHARI SURABAYA Nofan Hadi Ahmad Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya dan Widhy Wahyani Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya dan Achmad Saifullah Sastriadi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya ABSTRAK Karakteristik dari bahan baku pasokan yang dipakai dalam proses produksi CV Karya Bahari berjenis produk hasil hutan dan ternak serta hasil tambang dengan spesifikasi tertentu sesuai kebutuhan produksinya. Selain itu, ada beberapa bahan tambahan yang digunakan sebagai bahan pendukung untuk menyokong kelancaran produksi, misalnya: listrik, air, bahan bakar, kemasan, dan lain-lain. Menurut hasil analisa yang menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam penilaian supplier dan penentuan anggaran bahan baku di CV Karya Bahari adalah sebagai berikut: penilaian kinerja supplier dengan mendefinisikannya ke dalam beberapa dimensi pengukuran, yakni: quality, cost, delivery, R&D, Response maka dapat dipilah supplier-supplier mana yang dapat dihandalkan. Biaya pengadaan bahan baku pada CV Karya Bahari merupakan hal yang penting untuk diperkirakan sehingga pemilik diharapkan mampu menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi persediaan. Pada perhitungan biaya ini, tidak ditambahkan biaya transportasi yang harus ditanggung oleh pemilik saat bahan baku harus diambil sendiri dan biaya material cacat karena CV Karya Bahari sebagai salah satu bentuk UKM hanya berprinsip pada kepercayaan terhadap suppliernya. Dengan kata lain, biaya pengadaan ini sama dengan biaya produksi per unit output hanya dari segi material. Misalkan estimasi biaya pengadaan persediaan pada bulan April 2012, total biaya bahan baku dan pasokan adalah Rp dengan hasil produksi 500 unit pasang sepatu atau biaya manufaktur per unit adalah Rp KATA KUNCI Analytical Hierarchy Process (AHP), supplier, quality, cost (biaya), delivery, anggaran 1. Pendahuluan CV Karya Bahari merupakan Usaha Kecil Menengah yang bergerak di bidang alas kaki yang memproduksi sandal dan sepatu baik yang digunakan untuk acara formal maupun non-formal. Rumah produksi CV Karya Bahari ini berlokasi di Jalan Granting Selatan no. 4, Surabaya.Usaha Kecil Menengah (UKM) ini didirikan pada tahun 2004 oleh Bapak Bahari. Sebagian besar para pekerja di UKM ini berasal dari warga sekitar yang merupakan ibu rumah tangga dan anak muda Karang Taruna wilayah setempat. Sistem kerja pada UKM ini dilakukan secara harian dan borongan saat order meningkat dengan penggajian harian ataupun per unit produk yang dihasilkan. Sistem produksinya masih berbasis tradisional yang mengedepankan hand-made product kualitas tinggi, meskipun ada beberapa alat yang bisa dikatakan semi-modern. Guna menunjang terwujudnya perekonomian yang lebih baik untuk perusahaan maupun dampak tidak langsung terhadap kesejahteraan para pekerjanya, maka dilakukan penelaahan studi tentang bahan baku dan pasokan dalam supply chain management-nya. Permintaan (demand) yang tidak tentu (volatile) dengan tanpa perkiraan jumlah bahan baku dan biaya yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, terutama UKM yang berskala kecil yang belum menganalisa perihal penyediaan bahan baku dan pasokan sejauh itu. Pengamatan pada ruang lingkup bahan baku dan pasokan di CV Karya Bahari bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan baku, pemasoknya, dan biaya kebutuhan bahan baku serta biaya pemesanannya. Dengan mengetahui beberapa hal terkait bahan baku dan pasokan serta atribut di dalamnya, diharapkan mampu memetakan sistem perencanaan, sistem pendistribusian dan sistem pembiayaan bahan baku pada CV Karya Bahari. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-13

14 Dalam penelitian ini, pembahasan hanya dilakukan untuk menentukan pemasok/supplier terbaik dan merencanakan pembiayaan kebutuhan bahan baku dengan tujuan untuk mengevaluasi sistem manajemen pemesanan pada bagian hulu dan pembiayaannya. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kondisi sistem dan lingkungan ideal. 2. Tidak ada perubahan nilai tukar rupiah. 3. Pemasok merupakan rekanan yang berpengalaman dalam bidangnya. 4. Kondisi sosial, ekonomi, politik dan lainnya dalam keadaan ceteris paribus (tetap) 2. Metode Penelitian Metode yang dipakai pada permasalahan ini adalah menggunakan analisa AHP dan perencanaan biaya berdasarkan tabel UNIDO. Selain pembangunan model dalam bentuk diskripsi entity, model yang paling penting dalam analisa bahan baku dan pasokan di UD Karya Bahari adalah penggambaran atau representasi sistem dalam suatu bentuk diagram atau flow chart. Adapun metode penelitian yang kami gunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi diatas adalah: 1. Studi Lapangan Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data dari sumber yang terkait dengan data yang diperlukan. 2. Studi Internet Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan browse beberapa materi, jurnal, skripsi, maupun karya tulis ilmiah lainnya untuk meyakinkan studi literature dalam konteks pengembangan kasus. 3. Studi Literatur Metode ini dilakukan untuk meneliti data-data yang diperoleh dengan membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dan hasilnya dikumpulkan serta dipelajari sebagai bahan acuan dalam penyusunan penulisan ilmiah ini. 4. Perumusan Masalah Merupakan penjabaran dari masalah yang diambil, terkait dengan obyek yang diteliti. 5. Penetapan Tujuan dan Batasan Masalah Merupakan tujuan dari diambilnya perumusan masalah diatas dan batasan permasalahan agar tidak melebar, sehingga bisa fokus pada permasalahan yang telah ditentukan. 6. Pengolahan Data Merupakan tahap mengolah data yang telah terkumpul dengan menggunakan program yang disesuaikan untuk menyelesaikan masalah yang ada. 3. Landasan Teori 3.1 Bahan Baku dan Pasokan Terdapat hubungan yang erat antara persyaratan masukan dan aspek lain dari formula suatu proyek, seperti pada definisi dari kapasitas pabrik, lokasi, dan seleksi dari teknologi dan perlengkapan, seperti sifat yang tak terelakkan antara satu dengan yang lain. Seleksi dari bahan baku dan pasokan bergantung pada persyaratan teknis dari proyek dan analisa pasar pasokan. Hal yang menentukan untuk seleksi dari bahan baku dan persediaan pabrik adalah faktor lingkungan seperti persediaan bahan yang menipis dan perhatian terhadap polusi, sebaik kriteria berhubungan dengan strategi proyek, sebagai contoh, minimasi dari resiko pasokan dan biaya dari bahan masukan. Untuk menjaga studi kelayakan biaya pada level yang masuk akal, aspek-aspek kunci dapat diidentifikasi dan dianalisa sebagai persyaratan, ketersediaan, biaya dan resiko, yang mungkin signifikan untuk kelayakan pada suatu proyek. Pendekatan diambil dengan manual sebagai hal pertama untuk mengklasifikasikan bahan baku dan pasokan, kemudian mengkhususkan persyaratan, memeriksa ketersediaannya dan meramalkan biayanya [1]. 3.2 Klasifikasi Bahan Baku dan Pasokan Bahan Baku (belum diproses dan setengah proses) a. Produk Pertanian Jika bahan dasar adalah produk pertanian, maka kualitas produk harus diidentifikasi terlebih dahulu. Dalam industri pengolahan makanan, hanya surplus berharga hasil pertanian yang harus dilihat sebagai bahan baku dasar, yaitu hasil yang tersisa setelah jumlah yang diperlukan untuk konsumsi dan disemai oleh produsen telah dikurangi tanaman total. Dalam kasus tanaman komersial, surplus berharga adalah produksi total dikurangi kebutuhan tanam. Jika proyek melibatkan jumlah besar, produksi input pertanian mungkin harus ditingkatkan. Hal ini memerlukan perluasan daerah tanam dan pengenalan tanaman lain. Dalam kasus tebu misalnya, diperlukan untuk meningkatkan A-14 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

15 area di bawah budidaya tebu di wilayah yang sama, karena tebu tidak dapat diangkut dalam jarak jauh tanpa melibatkan biaya transportasi mahal, kehilangan rendemen atau keduanya. Untuk memperkirakan pasokan dan ketersediaan produk pertanian, mungkin perlu mengumpulkan data tentang tanaman masa lalu dan distribusinya dengan segmen pasar, yaitu berdasarkan wilayah geografis atau pengguna akhir. Penyimpanan dan transportasi biaya sering menjadi hal yang utama dan harus dinilai. Dalam beberapa kasus, mesin dan metode pengumpulan juga harus dipelajari. Proyek berdasarkan hasil pertanian yang akan ditanam dimasa depan mungkin panggilan untuk budidaya sebenarnya di peternakan eksperimental dalam kondisi yang bervariasi. Produk kemudian akan diuji di laboratorium dan jika perlu, pada tanaman percontohan. b. Ternak dan Hasil Hutan Banyak kasus dari hasil ternak dan sumber daya hutan, survei spesifik yang menyerukan untuk menetapkan kelayakan proyek industri. Data umum dapat diperoleh dari sumber-sumber resmi maupun dari pemerintah daerah, tetapi ini hanya cukup digunakan untuk penelitian. Untuk penelitian kelayakan, database lebih diandalkan dan ini hanya bisa diperoleh dengan survei tertentu, meskipun ini cenderung mahal. c. Produk Kelautan Berkaitan dengan laut, yang merupakan basis bahan baku, masalah utama adalah untuk menilai potensi ketersediaan, hasil panen dan biaya koleksi. Ketersediaan produk laut tidak hanya bergantung pada faktor-faktor ekologi, tetapi juga pada kebijakan nasional dan perjanjian bilateral atau multilateral. Terutama ketika kuota penangkapan ikan tidak dibatasi oleh jumlah resmi terkait dengan izin, bahaya penangkapan yang berlebihan harus diperhatikan, terutama dengan industri pengolahan ikan. d. Produk Mineral Untuk mineral (tanah liat, termasuk logam dan bukan logam), informasi rinci tentang penanaman dieksploitasi diusulkan sangat penting, dan studi kelayakan proyek industri hanya dapat sah berdasarkan cadangan yang terbukti. Studi harus memberikan rincian, kecuali cadangan yang dikenal sangat luas, dari kelangsungan hidup pertambangan terbuka atau bawah tanah, lokasi, kedalaman ukuran dan kualitas penanaman, dan komposisi bijih dengan unsur lain, yaitu kotoran dan kebutuhan. Produk mineral sangat berbeda dalam komposisi fisik dan kimia. Produk dari setiap dua lokasi jarang akan seragam, dan pengolahan masing-masing jenis dapat melibatkan metode jelas berbeda dan peralatan. Sering dibutuhkan untuk mendapatkan analisis rinci dari fisik, kimia dan sifat lain dari bijih subjek untuk diproses dan hasilnya seharusnya dimasukkan di dalam laporan kelayakan. Analisis dan uji produk mineral paling untuk identifikasi sifat fisik, kimia dan lainnya dapat diatur di kebanyakan negara berkembang. Bagaimanapun, uji coba tanaman mungkin diperlukan, dalam hal ini tidak ada resiko yang harus diambil dengan menggunakan jalan pintas, dan sampel harus dikirim ke laboratorium atau fasilitas penelitian di negara-negara yang menyediakan layanan tersebut [1]. 3.3 Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam industri manufaktur maupun jasa, pengambil keputusan sering kali dihadapkan suatu permasalah yang kompleks. Salah satu permasalahan yang tersebut adalah masalah menentukan pilihan dari beberapa kandidat atau sekadar mengurutkan prioritas dari beberapa kandidat. Contoh-contoh dalam industri manufaktur termasuk pemilihan supplier, pemilihan pembelian mesin, pemilihan lokasi pabrik, dan lain-lain. Sedangkan contoh-contoh dalam industri jasa seperti pemilihan kendaraan logistik, pemilihan pekerjaan konsultan, pemilihan rute pelayanan, dan-lain. Permasalahan pengambilan keputusan dapat menjadi kompleks karena adanya pelibatan beberapa tujuan maupun kriteria. Salah satu tool (alat bantu) yang cocok digunakan untuk pemilihan kandidat atau pengurutan prioritas adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Secara spesifik, AHP cocok digunakan untuk permasalahaan pemilihan kandidat ataupun pengurutan prioritas yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Melibatkan kriteria-kriteria kualitatif yang sulit dikuantitatifkan secara eksak. Masing-masing kriteria dapat memiliki sub-sub kriteria yang dapat dibentuk seperti hirarki Penilaian dapat dilakukan oleh satu atau beberapa pengambil keputusan secara sekaligus Kandidat pilihan sudah tertentu dan terbatas jumlahnya Apabila suatu permasalahan pengambilan keputusan ingin diselesaikan dengan metode AHP, permasalahan tersebut perlu dimodelkan sebagai tiga hirarki umum, yakni tujuan, kriteria (termasuk sub-kriteria di bawahnya), dan alternatif. Sebagai contoh, misalnya seorang manajer dihadapkan permasalahan untuk memilih armada logistik yang paling sesuai. Permasalahan ini dapat dimodelkan seperti model hirarki AHP pada gambar 3.1. Dalam model tersebut, terlihat ada beberapa level/baris yang membentuk sebuah hirarki. Level bagian atas adalah untuk merepresentasikan tujuan. Dua level di bawahnya merupakan level kriteria dan sub-kriteria. Sedangkan level paling bawah menunjukkan kandidat-kandidat yang akan dipertimbangkan untuk dipilih. Konsep dasar dari AHP adalah penggunaan pairwise comparison matrix (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya. Sebagai contoh, kriteria spesifikasi dan kriteria biaya akan dibandingkan seberapa pentingnya dalam hal memilih armada transportasi. Begitu juga untuk alternatif. Kendaraan A, B, dan C akan dibandingkan secara berpasangan (dan akan dibentuk matriks) dalam hal sub-kriteria biaya pemeliharaan misalnya. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-15

16 Gambar 1 Bentuk Stuktur dan Hierarki dari Elemen Keputusan Nilai-nilai yang disarankan untuk membuat matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut: 1 : sama penting (equal) 3 : lebih penting sedikit (slightly) 5 : lebih penting secara kuat (strongly) 7 : lebih penting secara sangat kuat (very strong) 9 : lebih penting secara ekstrim (extreme) Selain nilai-nilai tersebut, nilai-nilai antaranya juga bisa digunakan, yakni 2, 4, 6, dan 8. Nilai-nilai ini menggambarkan hubungan kepentingan di antara nilai-nilai ganjil yang disebutkan. Sementara jika kepentingannya terbalik, maka kita dapat menggunakan angka reprisokal dari nilai-nilai tersebut. Misalnya perbandingan berpasangan antara kriteria 1 dan 3 adalah 1/5, artinya kriteria 3 lebih penting secara kuat dari pada kriteria 1. Matriks perbandingan berpasangan tersebut harus dibuat tiap level yang memiliki hirarki atasan yang sama. Sebagai contoh pada hirarki sebelumnya, harus dibuat matriks perbandingan berpasangan untuk sub-kriteria kapasitas angkut dan sub-kriteria ketersediaan suku cadang terhadap kriteria spesifikasi, matriks perbandingan berpasangan antara sub-kriteria biaya pembelian, biaya pemeliharaan dan biaya perton mileage terhadap kriteria biaya, dan seterusnya. Dalam membuat matriks berpasangan, kita hanya perlu menentukan matriks segitiga atas saja karena matriks segitiga bawah hanyalah nilai reprisokal dari matriks segitiga atas. Selain itu, nilai-nilai diagonal pada matriks perbandingan berpasangan adalah satu (karena setiap item dibandingkan dengan dirinya sendiri). Dengan demikian, apabila kita ingin membuat matriks perbandingan berpasangan dengan jumlah n item, maka kita hanya perlu membuat perbandingan sejumlah n(n-1)/2. Jika semua matriks perbandingan berpasangan sudah dikumpulkan, kita dapat menghasilkan bobot prioritas akhir dari kandidat pilihan. Langkah pertama adalah setiap matriks perbandingan berpasangan perlu dicari bobot absolut masingmasing item. Setelah itu, bobot prioritas akhir didapat dengan mengkalikan bobot absolut alternatif dengan bobot-bobot kriteria dan sub-kriteria di atasnya. Kemudian, bobot prioritas akhir ini dapat dijadikan sebagai acuan pemilihan kandidat ataupun pengurutan kepentingan kandidat pilihan. Dalam hal ini diberikan contoh sebuah template excel yang dapat digunakan untuk menghasilkan bobot absolut dari sebuah matriks perbandingan berpasangan. Sebagai contoh, jika terdapat matriks perbandingan berpasangan dengan lima item sebagai berikut [12]: Gambar 2 Template excel yang dapat digunakan untuk menghasilkan bobot absolut dari sebuah matriks perbandingan berpasangan Seleksi Pemasok dan Penilaian Kinerja Pasokan Pada kenyataannya, pemilihan supplier adalah inti dari manajemen rantai pasok, sementara itu penilaian dari kinerja pasokan menjadi kegiatan utama seleksi pemasok [4]. Karenanya, bagian ini secara singkat akan menjelaskan literatur yang diterbitkan untuk tujuan di pemilihan supplier dan penilaian kinerja pemasok, dan tentang atribut tercantum dalam Tabel 1. Choi dan Hartley [5] mengevaluasi pemasok berdasarkan konsistensi, kehandalan, hubungan, fleksibilitas, harga, layanan kemampuan, teknologi dan keuangan, dan juga ditangani 26 seleksi kriteria pemasok. Verma dan Pullman [6] peringkat pentingnya atribut kualitas pemasok, pengiriman tepat waktu, biaya, lead-time dan fleksibilitas. Vonderembse dan Tracey [7] menjelaskan bahwa pemasok dan kinerja manufaktur ditentukan dengan kriteria pemilihan pemasok dan keterlibatan pemasok. Disimpulkan bahwa kriteria pemilihan supplier dapat dievaluasi dengan pendekatan A-16 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

17 kualitas, kehandalan ketersediaan, dan kinerja. Keterlibatan pemasok bisa dievaluasi dengan pendekatan R & D dan perbaikan, dan kinerja pemasok dapat dievaluasi oleh penyumbatan, pengiriman, kerusakan dan kualitas. Selain itu, kinerja manufaktur dapat dievaluasi oleh biaya, kualitas, persediaan dan pengiriman. Krause et al. [8] menyusun strategi pembelian didasarkan terhadap daya saing dalam biaya, kualitas, fleksibilitas pengiriman, dan inovasi. Tracey dan Tan [9] pemasok dikembangkan kriteria seleksi, termasuk kualitas, kehandalan pengiriman, kinerja dan harga. Kriteria ini juga digunakan untuk menilai kepuasan pelanggan berdasarkan harga, berbagai kualitas, dan pengiriman. Selain itu, Kannan dan Tan [10] menentukan seleki pemasok berdasarkan pada komitmen, kebutuhan, kemampuan, kesesuaian dan kejujuran, dan mengembangkan sistem untuk evaluasi pemasok berdasarkan respon pengiriman, kualitas dan berbagi informasi. Kannan dan Tan juga mengevaluasi seleksi pemasok dan kinerja berdasarkan bobot dari atribut atau kriteria evaluasi dengan nilai-nilai yang tergantung pada penilaian subjektif individu. Muralidharan dan kawan-kawan. [3] Dibandingkan keuntungan dan keterbatasan sembilan metode yang telah dikembangkan sebelumnya dari rating pemasok, dan gabungan beberapa kriteria keputusan membuat dan menerapkan proses hirarki analitik untuk membangun multikriteria kelompok model pengambilan keputusan untuk peringkat pemasok. Atribut kualitas, pengiriman, harga, teknik kemampuan, keuangan, sikap, fasilitas, fleksibilitas dan layanan yang digunakan untuk evaluasi pemasok, dan atribut pengetahuan, sikap keterampilan, dan pengalaman digunakan untuk penilaian individu. Sarkis dan Talluri [11] menyarankan bahwa fungsi pembelian telah menarik minat sebagai komponen penting dari manajemen rantai pasok, dan beberapa faktor telah memiliki pertimbangan dalam pemilihan supplier dan evaluasinya, termasuk strategi, operasional, langkah-langkah yang berwujud dan tidak berwujud dalam cakrawala perencanaan, budaya, teknologi, hubungan, biaya, kualitas, waktu dan fleksibilitas. Tabel 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pasokan (atribut dan sifatnya) Attribute Behavior Integral Description R & D (supplier) Design Upgrading Ability On Existing Design Technique Upgrading Ability On Existing Manufacturing Odds Surpassing In Trade On Existing Character Customization Breadth And Depth Variety In Supply Innovation Innovating Ability On The Future Cost (contract) Price Normal Unit Price Quantity Normal Order Quantity Discount Average Discount Ratio On Increasing Quantity Decrement Average Premium Ratio On Decreasing Quantity Rush Average Premium Ratio On Shortening Delivery Quality (supplies) Import Defect Ratio On Incoming Inspection On-Line Defect Ratio On In-Process Inspection Reliability Maintenance Ratio On After-Sales Warrant Stability Standard Deviation On Incoming Inspection Service (supplier) Delivery Match Ratio On Arrangement Delivery Accuracy Match Ratio On Arrangement Quantity Assurance Duration On Assurance Stock out Annual Stock-Out Ratio Response (contract) Regular Normal Delivery Lead-Time Emergency Minimum Delivery Lead-Time Volume Requiring Lead-Time On Changing Volume Specification Requiring Lead-Time On Changing Specification Modification Requiring Lead-Time On Changing Design Sumber : [2] 3.4 Perencanaan Pembiayaan Bahan Baku dan Pasokan Unit Cost Tidak hanya ketersediaan tetapi juga biaya satuan material dasar dan pasokan pabrik yang harus dianalisa secara detail, sebagai hal kritis yang menentukan suatu proyek ekonomis. Dalam kasus material domestic, harga sekarang harus dihadapkan pada konteks trend masa lampau dan proyeksi ke depan dari keelastisitasan pasokan. Semakin rendah elastisitas, semakin tinggi harga berhubungan dengan permintaan yang berkembang untuk material tertentu. Untuk masukan domestic, biaya alternative transportasi seharusnya dipertimbangkan. Untuk import, c.i.f (biaya, suransi, dan pengangkutan) seharusnya diadopsi bersama dengan biaya pembebasan (termasuk bongkar muat), biaya pelabuhan, tariff, asuransi local dan pajak, dan biaya dari transportasi internal ke pabrik [1] Annual Cost Perkiraan biaya operasional tahunan untuk bahan dan perlengkapan harus dibuat dan dimasukkan dalam jadwal IV-1. Dasar harga perkiraan (tingkat harga, kutipan dari pemasok, harga pasar dunia, perbandingan dengan input yang sama di proyek lain dan lain-lain) harus dinyatakan untuk memungkinkan pembaca untuk memeriksa kehandalan mereka. Mekanisme harga harus dijelaskan. Beberapa harga mungkin sudah ditetapkan atau terkait dengan indeks internasional untuk jangka waktu kontrak tertentu. Lain mungkin dikenakan tarif yang telah ditentukan eskalasi atau dinegosiasi ulang setiap tahun. Beberapa item mungkin diharapkan untuk mengalami kenaikan harga lebih cepat daripada yang lain. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-17

18 Perkiraan biaya harus dibagi ke dalam komponen mata uang asing dan lokal. Mata uang yang paling mungkin untuk digunakan dan nilai tukar yang diterapkan untuk perkiraan biaya harus diidentifikasi. Hal ini akan memungkinkan dampak variasi nilai tukar akan ditentukan kemudian oleh analisis sensitivitas. Itu harus dibuat jelas apakah perkiraan biaya merujuk ke tingkat yang hipotetis produksi pada pemanfaatan kapasitas penuh selama fase operasi, atau tahun pertama (atau beberapa tahun) operasi menurut jadwal waktu untuk pelaksanaan proyek. Dalam kasus terakhir, eskalasi harga mungkin harus dipertimbangkan dan releted untuk penilaian realistis pemanfaatan kapasitas yang layak. Pembedaan harus dibuat antara bahan masukan yang dibeli dan orang-orang yang benar-benar digunakan atau dikonsumsi pada tahun tertentu itu, perbedaan yang ditebar. Beberapa biaya bervariasi dengan tingkat produksi pabrik tersebut, sementara yang lain lebih atau kurang tetap. Sebagai contoh, tarif normal untuk listrik dibagi menjadi biaya tetap tahunan dan biaya konsumsi per kilowatt-jam. Mengingat variasi akun diharapkan dalam tingkat produksi dari tanaman yang diusulkan, itu adalah item biaya dianjurkan dibagi menjadi biaya variabel dan tetap. Seperti dijelaskan di atas pada bagian biaya unit, studi kelayakan harus dengan jelas menunjukkan item biaya yang terdapat dalam estimasi dan dasar harga (misalnya, Indeks Harga untuk bahan impor) yang digunakan dalam setiap kasus. Kliring biaya (termasuk loading and unloading), pelabuhan muatan berbagai jenis, bea cukai, pajak daerah, asuransi lokal dan biaya transportasi untuk duduk pabrik harus diidentifikasi dan termasuk dalam studi kelayakan. Biaya bahan dan persediaan digunakan atau disimpan dalam saham yang ditentukan dalam jadwal IV-1. Jadwal, yang dapat diperluas untuk memungkinkan relevan jumlah item, harus hadir perkiraan biaya yang berkaitan dengan tingkat produksi tertentu. Perkiraan biaya untuk bahan dan input dapat dinyatakan baik sebagai biaya per unit diproduksi atau dalam hal produksi tingkat tertentu, misalnya unit per tahun. Alternatif kedua juga dapat dinyatakan sebagai pemanfaatan kapasitas penuh, yang setara dengan tingkat produksi tertentu. Dalam kedua kasus, itu akan mungkin untuk melaksanakan analisis sensitivitas tingkat yang berbeda dari produksi dan pemanfaatan kapasitas dalam perhitungan keuangan. Laporan juga harus mengidentifikasi biaya unit yang diterapkan. Informasi berikut harus disajikan dalam jadwal IV-1: 1. Jenis bahan dan masukan; 2. Satuan pengukuran (barel, ton, meter kubik dan lain-lain); 3. Jumlah unit masukan yang dikonsumsi per satuan yang dihasilkan; 4. Perkiraan biaya per unit masukan; 5. Perkiraan biaya per unit dihasilkan; 6. Taksiran biaya per unit yang dihasilkan dibagi menjadi langsung (terutama variabel) dan tidak langsung (terutama) komponen biaya tetap; 7. Biaya langsung per unit dihasilkan dibagi menjadi komponen mata uang asing, dan lokal (meskipun dinyatakan dalam satu mata uang umum); 8. Biaya tidak langsung per unit dihasilkan dibagi menjadi komponen mata uang asing dan lokal. Saat menghitung biaya tidak langsung, jumlah yang dihasilkan dari perlindungan lingkungan dan tindakan pengendalian populasi harus ditetapkan per unit produksi atau per periode akuntansi, mana yang sesuai. Untuk sampai pada biaya operasi total produk serta total biaya per tahun, estimasi biaya per unit dikalikan dengan jumlah unit yang akan diproduksi. Daftar IV-2 digunakan untuk memproyeksikan biaya selama periode produksi. Total per kategori input utama dicatat dalam jadwal ini, dan total besar untuk beban langsung dan overhead (overhead pabrik dan administrasi) tersebut kemudian dimasukkan dalam jadwal X-3 [1] Overhead cost of supplies Pada saat merencanakan bahan dan kebutuhan masukan untuk sebuah proyek. Seorang perencana proyek harus merencanakan tidak hanya pada level biaya produksi tetapi juga pada level kebutuhan service, adminstrasi serta biaya pemasaran [1]. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data Tabel 2 Spesifikasi Bahan Baku No Raw Materials Specification Length (m) Width (m) Thickness (mm) 1 Lembaran kulit 15 1 ± 1 mm 2 Lembaran karton 15 1 ± 1 mm 3 Lembaran kain 15 1 ± 0.2 mm 4 Lembaran spon 3 1 ± 2 mm 5 Plat besi - - ± 2 mm Sumber : CV. KARYA BAHARI A-18 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

19 Tabel 3 Karakteristik Supplier Lembaran Kulit Lembaran Kulit Supplier Kualtas Jumlah (lembar) Potongan (%) Keterangan Jaya Abadi I > 25 lb hours + free II > 20 lb 10 III > 15 lb 10 ongkos kirim dalam kota Satosa I > 20 lb 8 24 hours + free II > 18 lb 8 ongkos kirim ± 5 km III > 13 lb 8 Sumber : CV. KARYA BAHARI Tabel 4 Karakteristik Supplier Lembaran Spon Lembaran Spon Supplier Kualitas Harga (Rp) Keterangan Jaya Busa Utama III Tidak diantar II Kramat Gantung III Tidak diantar I Sumber : CV. KARYA BAHARI Tabel 5 Karakteristik Supplier Lembaran Karton Lembaran Karton Supplier Bobot per lembar (gram) Harga (Rp) Keterangan UD Sumber Rona Tidak diantar Tiga Saudara Tidak diantar Arta Duta Tidak diantar Sumber : CV. KARYA BAHARI Tabel 6 Karakteristik Lembaran Kain Lembaran Kain Supplier Kualitas Jumlah (lembar) Potongan (%) Keterangan Karya Tekstil I 5 lb 5 II - - III 5 lb 10 IV 8 lb 7.5 Sumber Tekstil I 5 lb 7.5 II 10 lb 5 III - - IV 12 lb 7.5 Sumber : CV. KARYA BAHARI Tabel 7 Karakteristik Supplier Plat Besi Plat Besi Supplier Jumlah (pcs) Potongan per pcs (Rp) Keterangan Hari Karya Guna > hari Warsito Bengkel > Hari Sumber : CV. KARYA BAHARI Tabel 8 Harga Bahan Baku No Raw Materials Specification Price/pcs Length (m) Width (m) Thickness (mm) (Rp) 1 Lembaran kulit 15 1 ± 1 mm Lembaran karton 2 1 ± 1 mm Lembaran kain 15 1 ± 0.2 mm Lembaran spon 3 1 ± 2 mm Plat besi - - ± 2 mm Lem Sumber : CV. KARYA BAHARI Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-19

20 4.2 Pengolahan Data Tabel 9 Matriks Kompetitif Supplier Lembaran Kulit No Faktor Strategis Bobot Jaya Abadi Satosa Rating Score Rating Score 1 Quality Cost Delivery Response R&D Jumlah Tabel 10 Matriks Kompetitif Supplier Lembaran Spon No Faktor Strategis Bobot Jaya Busa Utama Kramat Gantung Rating Score Rating Score 1 Quality Cost Delivery Response R&D Jumlah Tabel 11 Matriks Kompetitif Supplier Lembaran Karton No Faktor Strategis Bobot UD Sumber Rona Tiga Saudara Arta Duta Rating Score Rating Score Rating Score 1 Quality Cost Delivery Response R&D Jumlah Tabel 12 Matriks Kompetitif Supplier Lembaran Kain No Faktor Strategis Bobot Karya Tekstil Sumber Tekstil Rating Score Rating Score 1 Quality Cost Delivery Response R&D Jumlah Tabel 13 Matriks Kompetitif Supplier Plat Besi No Faktor Strategis Bobot Hari Karya Guna Warsito Bengkel Rating Score Rating Score 1 Quality Cost Delivery Response R&D Jumlah Tabel 14 Perkiraan Biaya Persediaan CV Karya Bahari (section 1) Product / cost center : Purchasing First month of production: Currency : Rupiah Cost projection for month : April 2012 Cost item F Quantity Unit Costs per unit Total costs Variable share Kulit Karton Kain Spon Lem L L L L L L sheet sheet sheet sheet pcs 4,500,000 45,000 2,300, ,000 90,000 22,500, ,000 11,500, , ,000 Total unit costs, local 72,750 Total unit costs, foreign - Total units per period 500 Total costs per period, local 36,375,000 Total costs per period, foreign - Total costs of raw materials and supplies 36,375,000 F = foreign L = local of total (%) A-20 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

21 Tabel 15 Perkiraan Biaya Persediaan CV Karya Bahari (section 2) Product / cost center : First month of production : Currency : Rupiah Cost project for month : April 2012 Cost item Local costs Foreign costs Variable per unit Fixed per period Variable per unit Fixed per period Kulit Karton Kain Spon Lem 45,000 1,800 23,000 1,150 1,800 Total unit costs 72,750 Total unit period 500 Total costs per period 36,375,000 Total costs materials and supplies 36,375,000 Tabel 16 Proyeksi Total Biaya Bahan Baku dan Pasokan UD Karya Bahari Product / cost center : First month of prod : April 2012 Currency : Rupiah Units : Month Total local costs Total foreign costs Grand total Variable Fixed Total Variable Fixed Total April May June 36,375,000 40,450,000 35,270,000 36,375,000 40,450,000 35,270,000 Sumber : UNIDO dan UD Karya Bahari 4.3 Analisa dan Pembahasan Karakteristik dari bahan baku pasokan yang dipakai dalam proses produksi CV Karya Bahari berjenis produk hasil hutan dan ternak serta hasil tambang dengan spesifikasi tertentu sesuai kebutuhan produksinya. Selain itu, ada beberapa bahan tambahan yang digunakan sebagai bahan pendukung untuk menyokong kelancaran produksi, misalnya: listrik, air, bahan bakar, kemasan, dll. Dari analisa penilaian kinerja supplier dengan mendefinisikannya ke dalam beberapa dimensi pengukuran, yakni: quality, cost, delivery, R&D, response maka dapat dipilah supplier-supplier mana yang dapat dihandalkan. Tabel 2.17 Hasil Pembobotan Keseluruhan Supplier Bahan Baku Supplier Skor Lembaran Kulit Jaya Abadi 2.9 Lembaran Kain Sumber Tekstil 3.0 Lembaran Karton Tiga Saudara 2.5 Lembaran Spon Kramat Gantung 2.9 Plat Besi Warsito Bengkel 3.1 Biaya pengadaan bahan baku pada CV Karya Bahari merupakan hal yang penting untuk diperkirakan sehingga pemilik diharapkan mampu menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi persediaan. Pada perhitungan biaya ini, tidak ditambahkan biaya transportasi yang harus ditanggung oleh pemilik saat bahan baku harus diambil sendiri dan biaya material cacat karena CV Karya Bahari sebagai salah satu bentuk UKM hanya berprinsip pada kepercayaan terhadap suppliernya. Dengan kata lain, biaya pengadaan ini sama dengan biaya produksi per unit output hanya dari segi material. Misalkan estimasi biaya pengadaan persediaan pada bulan April 2012, total biaya bahan baku dan pasokan adalah Rp dengan hasil produksi 500 unit pasang sepatu atau biaya manufaktur per unit adalah Rp Penutup Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai dasar penentuan pemasok yang selanjutnya diarahkan pada rencana pembiayaan bahan baku merupakan langkah awal bagaimana suatu bisnis dianalisa dari bagian hulu mengenai pasokan. Mengingat bahwa pasokan merupakan factor eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja suatu usaha disamping yang lainnya. Analisa pemasok berdasarkan kriteria faktor ysng berpengaruh pada kinerja supplier menjadi suatu keuntungan bagi perusahaan karena mampu memilah dari banyak sudut pandang mengenai pemasok-pemasok bahan bakunya. Hal ini tentu saja menguntungkan pihak internal perusahaan sehingga mampu mengoptimalkan kinerja perusahaan dan meminimalkan gap/selisih yang terjadi antara keduanya. Penelitian ini bisa dikembangkan ke arah analisa keefektifan utilitas/nilai kegunaan dalam jalur rantai pasoknya dengan membandingkan sebelum dan sesudah menggunakan AHP. Hal ini tentu saja erat hubungannya dengan kekurangan penelitian ini yang hanya membahas bagian hulu dari suatu jalur rantai pasokan, terutama mengenai faktor eksternalnya yakni pemasok. Sehingga masih banyak hal yang bisa dikembangkan baik dengan tema terkait maupun tidak. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-21

22 Daftar Pustaka [1] Behrens, W., P.M Hawranck, Manual or The Preparation of Industrial Feasibility Studies (UNIDO) (Vienna, 1991). [2] Shih-Yuan Wang, Shen-Lin Chang, & Reay-Chen Wang, Assessment of supplier performance based on productdevelopment strategy by applying multi-granularity linguistic term sets, International Journal of Management Science, Science Direct. [3] Muralidharan C, Anantharaman N, Deshmukh SG. A multicriteria group decisionmaking model for supplier rating. Journal of Supply Chain Management, 38(1), 2002, [4] Lau HCW, Pang WK, Wong CWY. Methodology for monitoring supply chain performance: a fuzzy logic approach. Logistics Information Management, 15(4)2002;: [5] Choi TY, Hartley JL. An exploration of supplier selection practices across the supply chain. Journal of Operation Management, 14(4), 1996, [6] Verma R, Pullman ME. An analysis of the supplier selection process. Omega 1998;26(6): [7] Vonderembse MA, Tracey M. The impact of supplier selection criteria and supplier involvement on manufacturing performance. Journal of Supply Chain Management, 35(3),1999, [8] Krause DR, Pagell M, Curkovic S. Toward a measure of competitive priorities for purchasing. Journal of Operations Management, 19(4), 2001, [9] Tracey M, Tan CL. Empirical analysis of supplier selection and involvement, customer satisfaction, and firm performance. Journal of Supply Chain Management, 6(3 4), 2001, [10] Kannan VR, Tan KC. Supplier selection and assessment: their impact on business performance. Journal of Supply Chain Management, 38(4), 2002, [11] Sarkis J, Talluri S. A model for strategic supplier selection. Journal of Supply Chain Management, 38(1), 2002, [12] A-22 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

23 ANALISA TINGKAT SOPHISTICATED TEKNOLOGI DENGAN INTEGRASI METODE TEKNOMETRIK- ANALIYTICAL KIERARKI PROCESS (AHP) UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PADA UNIVERSITAS X Hana Catur Wahyuni Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo hana_catur@yahoo.co.id Boy Isma Putra Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Atikha Sidhi Cahyana Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ABSTRAK Universitas X merupakan salah satu universitas swasta di Jawa Timur yang sedang berkembang dan dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat. Untuk itu, perlu menyusun suatu model peningkatan mutu pendidikan melalui pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan kondisi real UMSIDA yang terarah, terencana, effektif dan efffisien. Agar dapat memperoleh hasil yang diharapkan, maka penelitian ini menggunakan integrasi metode Teknometrik dan Analytical Hierarki Process (AHP). Metode AHP digunakan untuk merumuskan kriteria kriteria tingkat sophisticated yang penting di UMSIDA. Selanjutnya, hasil dari AHP akan diolah dengan metode teknometrik untuk mengetahui sejauh mana tingkat sophisticated teknologi berdasarkan komponen technoware (Perangkat keras), humanware (sumber daya manusia), infoware (sistem informasi) dan orgaware (Struktur organisasi/ kelembagaan) di Universitas X. Pembobotan komponen teknologi yang dilakukan dengan menggunakan metode AHP menunjukan bahwa bobot tertinggi yang mencerminkan tingkat kepentingan terpenting adalah komponen humanware, selanjutnya diikuti oleh komponen technoware, infoware dan orgaware. Selanjutnya, berdasarkan metode teknometrik diketahui bahwa tingkat kecangihan techoware sebesar 0,69, humanware 0,64, infoware 0,65 dan orgaware 0,67 dan nilai technology coefisient contribution (TCC) sebesar 0,66. Hasil ini menunjukkan bahwa komponen teknologi terpenting dan terlemah yang menjadi fokus perhatian dalam proses perbaikan adalah komponen humanware. KATA KUNCI technoware, humanware, infoware, orgaware, technology coefisient contribution (TCC). 1. Pendahuluan Pesatnya persaingan dunia pendidikan khususnya pada pendidikan tinggi dan besarnya peran teknologi dalam dunia pendidikan, menuntut pelaku usaha pendidikan meningkatkan mutu pendidikan melalui pemanfaatan teknologi. Universitas X sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi yang sedang berkembang berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pemanfaatan teknologi agar output yang dihasilkan dapat terserap di dunia kerja atau mampu menciptakan lapangan usaha sendiri. Agar dapat merumuskan model peningkatan mutu pendidikan yang sesuai kondisi Universitas X, terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien maka perlu disusun analisa kondisi saat ini. Selanjutnya, hasil analisa digunakan untuk merumuskan model peningkatan mutu pendidikan Penyusunan analisa kondisi Universitas X saat ini perlu dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang kredibel, transparan dan memenuhi semua elemen teknologi yang ada di Universitas X. Alat ukur yang dapat digunakan untuk hal tersebut adalah integrasi metode teknometrik dan analitycal hierarki process (AHP). Metode teknometri membagi teknologi ke dalam 4 dimensi yaitu: Technoware (peralatan), Humanware (sumber daya manusia), Infoware (Perangkat informasi), dan Orgaware (kelembagaan dan peraturan) [2]. Setiap dimensi diukur dalam perspektif dan intensitas pemanfaatan komponen teknologi yang luas. Sehingga dalam melakukan penilaiannya diperlukan pemberian bobot pada tiap komponen dengan Analitical Hierarchi Process (AHP), yang satu kriteria dengan kriteria yang lain bisa saling independent atau dependent serta kompleks, karena diperlukan pendekatan AHP untuk bisa memperoleh solusi pembobotan yang memuaskan keseluruhan pengambil keputusan. Ketersediaan dan kombinasi yang unik dari keempat komponen teknologi akan sangat mempengaruhi mutu pendidikan Universitas X dalam mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu: Mengetahui kondisi Universitas X saat ini berdasarkan kriteria: technoware, humanware, orgaware, dan infoware, Mengetahui tingkat kecanggihan teknologi berdasarkan nilai technology coefisient contribution (TCC). Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-23

24 Pada dasarnya teknologi menjadi empat komponen, yaitu: technoware, humanware, infoware, orgaware [6]. Sedangkan menurut Ramanathan dalam [1] menyebutkan bahwa proses teknologi adalah manifestasi dari keempat elemen dan interaksi antara komponen-komponennya, yaitu humanware, orgaware, infoware dan technoware. Disisi lain, teknologi dapat dipandang sebagai kombinasi dari keempat komponen dasar teknologi yang saling berinteraksi secara dinamik dalam suatu proses transformasi. Technoware (T): object- embedded technology = physical facilities = perangkat teknis, peralatan produksi: fasilitas berwujud fisik mencakup peralatan, perlengkapan, mesin mesin, kendaraan bermotor, pabrik, infrastruktur fisik dan barang barang modal lainnya yang digunakan manusia dalam mengoperasikan suatu transformasi produk. Humanware (H): person embedded technoloyr: human abilities: berwujud kemampuan sumber daya manusia yang meliputi pengetahuan, ketrampilan/ keahlian, kebijakan, kreativitas, prestasi dan pengalaman seseorang atau sekelompok orang dalam memanfaatkan sumber daya alam dan teknologi yang tersedia. Infoware (I): document embedded technology: document fact: berwujud dokumen fakta, perangkat informasi, yang berkaitan dengan proses, prosedur, teknik, metode, teori spesifikasi, desain, observasi, manual dan fakta linnya yang diungkapkan melalui publikasi, dokumen dan cetak biru. Infoware berubah melalui proses komulatif dari akuisisi pengetahuan. Orgaware (O): institution embedded technology: organizational framework: berwujud kerangka kerja organisasi, perangkat organisasi/ kelembagaan dan peraturan, dibutuhkan untuk mewadahi perangkat teknis, kemampuan sumber daya manusia, dan perangkat informasi, terdiri dari praktek praktek manajemen, keterkaitan dan pengaturan organisasi untuk mencapai hasil yang positif. Oleh karena itu, terdapat konsep pengukuran yang menggabungkan keseluruhan komponen teknologi :Technoware, Humanware, Inforware dan Orgaware untuk perubahan transformasi input menjadi output yang disebut pendekatan teknometrik [4]. Keempat komponen teknologi yang akan menentukan karekteristik transformasi fasilitas dan perkembangan fasilitas tergantung dari tingkat kecanggihan (kemutakhiran) komponen yang dipergunakannya. Model teknometrik ini berfungsi untuk mengukur kontribusi gabungan keempat komponen teknologi terhadap kompleksitas teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Kontribusi gabungan ini disebut dengan Technology Contribution Coeffisien (TCC). Dimana TCC dinyatakan dalam bentuk: TCC = T 1 H 2 I 3 O 4...(1) Prinsip penggunaan metoda AHP dimulai dengan melakukan dekomposisi problem keputusan yang kompleks dan kemudian menggolongkan pokok permasalahannya menjadi suatu elemen-elemen keputusan dalam satu hierarkhi tertentu. Pada level hirarkhi yang sama, elemen keputusan tersebut dapat diperbandingkan (pairwise comparision). dengan memasukkan pertimbangan faktor kualitatif dan kuantitatif Proses evaluasi perbandingan antar elemen dan kriteria mendasarkan "judgement" itu didokumentasikan dan dapat diuji kembali konsistensi penilaiannya. Proses ini memanfaatkan bilangan/skala, yang mencerminkan tingkat preferensi/kepentingan suatu perbandingan elemen keputusan dalam kontribusinya terhadap pencapaian suatu goal pada hierarkhi yang lebih atas [5] 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuisioner yang disebarkan kepada para responden. Pada penelitian ini, responden yang digunakan adalah dekan dan kepala biro, karena dianggap orang orang yang mengetahui tentang permasalahan di Universitas X. Kuisioner yang digunakan terdiri dari dua bentuk, yaitu: kuisioner pembobotan yang selanjutnya akan diolah dengan metode AHP, dan kuisioner penilaian state of the art (SOA) yang akan digunakan sebagai masukan pada metode teknometrik bersama sama dengan hasil pembobotan dengan AHP. Pengolahan data dengan metode teknometrik menggunakan langkah langkah sebagai berikut: estimasi derajat sotisfikasi, penilaian state of the art (SOA), penetuan kontribusi masing masing komponen teknologi, menentukan technology coefisient contribution (TCC). 3. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil interview dan observasi awal, maka kriteria kriteria tingkat kecanggihan teknologi yang digunakan di Universitas X adalah sebagai berikut: untuk komponen technoware terdiri dari kriteria: pendaftaran mahasiswa, proses belajar mengajar, penjaminan mutu, sistem administrasi akademik dan sistem administrasi non akademik. Kriteria untuk komponen humanware terdiri dari: kreativitas, keinginan berprestasi, kemampuan bekerjasama, kemampuan menghadapi resiko dan integritas. Kriteria untuk komponen infoware terdiri dari sistem informasi (SI) yang berhubungan dengan pendaftaran mahasiswa, SI yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, SI yang berhubungan dengan penjaminan A-24 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

25 mutu, SI yang berhubungan dengan administrasi akademik, dan SI yang berhubungan dengan administrasi non akademik. Sedangkan kriteria untuk komponen orgaware terdiri dari struktur organisasi kelembagaan, job discrition, program kerja, evaluasi kerja dan SOP. Selanjutnya, kriteria tersebut disusun sebagai suatu daftar pertanyaan untuk kuisioner pembobotan. Karena menggunakan AHP dan menggunakan bantuan software expert choice. maka kuisioner pembobotan disusun dengan menggunakan skala perbandingan berpasangan. Hasil dari pembobotan AHP dengan software expert choice menunjukkan bahwa untuk komponen technoware bobot tertinggi terdapat pada kriteria proses belajar mengajar, dan bobot terendah terletak pada kriteria sistem administrasi non akademik. Untuk komponen humanware, bobot tertinggi terdapat pada kriteria kreativitas, sedangkan bobot terendah terdapat pada kriteria kemampuan menghadapi resiko. Untuk komponen infoware, bobot tertinggi terletak pada kriteria sistem informasi yang berhubungan pada proses belajar mengajar, sedangkan bobot terendah terletak pada sistem informasi yang berhubungan dengan administrasi non akademik. Untuk orgaware, bobot tertinggi terletak pada kriteria job descrition unit kerja, sedangkan bobot terendah terletak pada kriteria ketersediaan SOP. Untuk pembobotan antar komponen teknologi, maka bobot tertinggi terletak pada komponen humanware, sedangkan bobot terendah terletak pada komponen orgaware. Hasil pembobotan tersebut selanjutnya digunakan sebagai input untuk malakukan perhitungan dengan metode teknometrik. Perhitungan dengan metode teknometrik diawali dengan menghitung normalisasi bobot masing masing kriteria disetiap komponen. Nilai normalisasi bobot diperoleh dari rasio antara SOA dengan skor. Selanjutnya, mencari nilai rating yang diperoleh dari hasil perkalianantara nilai normalisasi bobot dengan bobot. Hasil akhir yang diperoleh adalah nilai tingkat kecanggihan masing masing komponen teknologi. Nilai tingkat kecanggihan diperoleh dari hasil penjumlahan rating masing masing kriteria disetiap komponen. Hasil perhitungan dengan metode teknometrik menunjukkan bahwa tingkat kecangihan technoware adalah 0,69, tingkat kecanggihan humanware adalah 0,64, tingkat kecanggihan infoware adalah 0,65 dan tingkat kecanggihan orgaware adalah 0,67. Sedangkan nilai TCC pada Universitas X sebesar 0,66 dengan nilai standar adalah 1. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diketahui bahwa tingkat kecanggihan teknologi di Universitas X adalah 66% atau 0,66. Tahap akhir pengolahan data dengan metode teknometrik dilakukan dengan menggambarkan hasil perhitungan tingkat kecanggihan technoware,humanware, infoware dan orgaware. Gambar 1.Grafik radar Teknometri Universitas X Gambar 1. menunjukkan grafik radar untuk tingkat kecanggihan masing masing komponen teknologi di Universitas X. Nilai tertinggi untuk masing masing komponen adalah 1 (nilai maksimal), sedangkan capaian Universitas X untuk komponen technoware:0,69; humanware: 0,64; Infoware: 0,65 dan Orgaware: 0, Penutup Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulannya sebagai berikut: 1. Tingkat kecanggihan masing masing komponen teknologi di Universitas X adalah: technoware (0,69), humanware (0,64), infoware (0,65), orgaware (0,67). Hal ini menunjukkan bahwa komponen teknologi tertinggi adalah technoware 2. Tingkat kecanggihan teknologi di Universitas X secara keseluruhan berdasarkan nilai total contribution technology (TCC) adalah 0,66 atau 66%. 3. Komponen teknologi di Universitas X yang terlemah dan terpenting adalah humanware. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-25

26 Daftar Pustaka [1] Ciptomulyono,U, Model Multi Criteria Decision Making (MCDM) dan Teknometrik Untuk Pengukuran dan Manajemen Teknologi Di Sektor Industri, Jurusan Teknik Industri, ITS, Surabaya, [2] ESCAP, Technology Atlas Project: A Framework For Technology Based Development, 2, (Asian and Pasific Centre For Transfer Of Technology, India, 1988). [3] Khalil,T.M. Manajement Of Technology: The Key to Competitiveness and Wealth Creation, McGraw Hill, New York, 2000). [4] Ramanathan, K, Measurement of Technology at the Firm Level. Science and Public Policy, 15/4, 1988, ,. [5] Saaty, T.L. The Analytic Hierarchy Process : Planning, Priority, Resources Allocation. (McGraw-Hill, Inc, 1980). [6] Sharif, The Evolution Of Technology Management studies: Tecno economic To Technometric, (Asian Institut of Technology, Bangkok, Thailand, 1996). [7] Sharif, Smith Understanding And Acquiring Technology Assets For Global Competition, Technovation 27, 2007, pp A-26 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

27 ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Millatul Ulya Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Hotib Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Iffan Maflahah Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK Perkembangan usaha bisnis saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi. Perusahaan dituntut untuk melakukan peningkatan kualitas produk atau jasa sesuai dengan keinginan pelanggan. UD Sumber Makmur yang terletak di Kamal Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri makanan, yaitu tahu (tofu). Menciptakan sebuah produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan dibutuhkan sebuah riset yang sangat tepat. Metode yang biasa digunakan untuk pengorganisasian, pengembangan dan peningkatan kualitas produk adalah metode Quality Function Deployment (QFD) melalui rancangan House of Quality (HOQ). Tujuan penelitian ini adalah (1) identifikasi persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik UD Sumber Makmur, (2) Mengkaji penerapan Quality Function Deployment (QFD) dalam usaha meningkatkan kualitas tahu UD Sumber Makmur, (3) Menganalisis hasil matriks House of Quality UD Sumber Makmur. Analisis kualitas tahu UD Sumber Makmur menggunakan metode QFD dengan cara menentukan matriks HOQ. Prioritas pertama dari persyaratan pelanggan UD Sumber Makmur adalah keamanan produk, sedangkan prioritas pertama untuk persyaratan teknis adalah jenis kedelai yang digunakan. UD Sumber Makmur belum dapat memprioritaskan aspek persyaratan pelanggan berupa keamanan produk sebagai prioritas pertama seperti yang diharapkan pelanggan. KATA KUNCI Kualitas, tahu, QFD, matrik HOQ 1. Pendahuluan Perkembangan usaha bisnis dalam era globalisasi saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Hal ini terjadi di semua industri, termasuk industri pangan. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah dengan menghasilkan produk pangan yang berkualitas sesuai dengan keinginan pelanggan, sehingga dapat memperoleh kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance produk pangan dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan akan puas jika harapannya terpenuhi dan akan sangat puas apabila harapannya terlampaui [5]. UD. Sumber Makmur merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang pangan. Industri ini merupakan produsen tahu yang terletak di Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Jumlah produksi rata-rata kg/hari pada tahun 2009 dan kg/hari pada tahun 2010, dengan market share yang utama adalah daerah Bangkalan. Namun semenjak jembatan suramadu beroperasi, produksi tahu di industri ini terus menurun. Hal ini disebabkan mudahnya akses masuk produk-produk dari pulau Jawa ke wilayah Madura, salah satunya adalah produk tahu. Semakin banyak tahu dengan harga lebih murah dan kualitas bagus yang diproduksi di Surabaya dipasarkan ke Kabupaten Bangkalan berdampak pada menurunnya market share dari UD Sumber Makmur Kamal, Bangkalan. Keadaan ini menuntut industri ini untuk terus meningkatkan kualitas sesuai harapan pelanggan agar tetap dapat bersaing dengan kompetitornya. Salah satu metode yang biasa digunakan untuk pengorganisasian, pengembangan dan peningkatan kualitas produk yang berorientasi pada kepuasan pelanggan adalah metode Quality Function Deployment (QFD). QFD merupakan penerjemahan yang sistematis dari produk yang diinginkan oleh pelanggan (voice of customer) menjadi sebuah produk yang nyata yang diciptakan oleh perusahaan melalui rancangan House of Quality (HOQ). Dengan demikian perlu dilakukan analisis tentang pendekatan QFD untuk meningkatkan kualitas tahu UD Sumber Makmur untuk memperoleh kepuasan pelanggan dan tetap bertahan di tengah persaingan yang ketat. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui persyaratan pelanggan dan persyaratan teknis UD Sumber Makmur, 2) mengkaji penerapan QFD dalam usaha meningkatkan kualitas tahu UD Sumber Makmur, dan 3) menganalisis hasil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-27

28 matrik house of quality UD Sumber Makmur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi UD Sumber Makmur dalam meningkatkan kualitas produknya. 2. Kajian Pustaka Tahu (tofu) merupakan sumber protein nabati yang efisien. Jumlah protein yang cukup hanya diperlukan kedelai dalam jumlah kecil. Menurut perumusan LIPI tahun 1968, untuk memenuhi 2100 kalori diperlukan kacang-kacangan 44 gram per kapita per hari, sesuai dengan besarnya variasi penggunaan kedelai dalam menu makanan sehari-hari, seperti tahu, tempe dan lain-lain [1]. Berdasarkan kandungan air dan teksturnya, tahu diklasifikasikan menjadi 3, yaitu Tahu Lembut (soft/silken tofu) atau Tahu Jepang, Tahu Keras, Tahu Ekstra Keras. Berdasarkan metode pengolahannya, tahu diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu Tahu Beku atau Frozen Tofu, Deep-Fried-Tofu, Tahu Segar atau Fresh Tofu [2]. Produk tahu juga perlu dijaga kualitasnya agar tetap memenuhi harapan pelanggan. Kualitas mempunyai dua perspektif yaitu dari perspektif produsen dan dari perspektif pelanggan. Jika kedua perspektif tersebut digabungkan maka akan dapat tercapai kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian kualitas untuk digunakan oleh pelanggan [6]. Total Quality Management (TQM) atau manejemen kualitas terpadu merupakan suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan, pemeliharaan dan usaha-usaha perbaikan kualitas dari berbagai kelompok suatu organisasi. Tujuan penerapan manajemen kualitas terpadu adalah memberikan peluang kepada produksi dan jasa sehingga berada pada tingkat paling ekonomis yang memungkinkan kepuasan pelanggan penuh [4]. Quality Function Deployment (QFD) adalah sebuah adaptasi dari beberapa perangkat yang digunakan dalam Total Quality Management (TQM). QFD adalah sebuah metode untuk mendorong anggota tim pengembangan produk untuk dapat berkomunikasi secara lebih efektif dengan anggota yang lain dengan menggunakan seperangkat data yang kompleks. QFD dapat menurunkan waktu desain produk sampai dengan 40% dan menurunkan biaya desain produk sampai dengan 60% [3]. Proses dalam QFD dilaksanakan dengan menyusun satu atau lebih matrik yang disebut The House of Quality. Matrik ini menjelaskan apa saja yang menjadi kebutuhan dan harapan pelanggan dan bagaimana memenuhinya. Tahapan penyusunan matriks House of Quality (HOQ) adalah menentukan persyaratan pelanggan, menentukan persyaratan teknik, menentukan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknis, menentukan matriks hubungan antar persyaratan teknik, penilaian kompetitif, mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan dan mengembangkan prioritas persyaratan teknis. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan bila menggunakan metode QFD adalah membuat trade off, meningkatkan team work, mengurangi waktu produksi, memperpendek time to market, mengurangi biaya, meningkatkan pendapatan. 3. Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer dikumpulkan dengan metode survei berupa wawancara berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden yang pernah mengkonsumsi tahu. Selain data primer dari wawancara responden, data primer juga diperoleh melalui metode wawancara terstruktur dengan pihak UD Sumber Makmur. Wawancara terstruktur dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah dibuat seperti untuk pengisian matriks hubungan sehingga diperoleh hasil wawancara yang tidak menyimpang dari fokus penelitian. Selain data primer dari konsumen, data primer juga diperoleh dari UD Sumber Makmur. Data primer yang diperoleh dari UD Sumber Makmur yaitu persyaratan teknik, hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, hubungan antar persyaratan teknik, derajat kesulitan tiap persyaratan teknik serta nilai sasaran setiap persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik. Selain data primer untuk keperluan menyusun matriks HOQ, juga dibutuhkan data primer untuk keperluan menyusun matriks yang lainnya seperti matriks design deployment, matriks process planning, dan matriks production planning. Data-data sekunder yang digunakan untuk mendukung penelitian ini antara lain data statistik perusahaan tahu di Kabupaten Bangkalan, dokumen perusahaan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas KUKM dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bangkalan. Metode Pengambilan Contoh Pada penelitian ini dilakukan survei terhadap responden yang pernah membeli dan mengkonsumsi produk tahu UD Sumber Makmur serta survei terhadap pihak UD Sumber Makmur. Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik judgement sampling yang merupakan salah satu teknik pengambilan contoh dengan non probability sampling. Teknik pengambilan contoh judgement sampling merupakan teknik pengambilan contoh dengan melakukan justifikasi terhadap responden. A-28 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

29 Penelitian ini menggunakan dua responden yaitu responden konsumen dan responden perusahaan. Untuk responden konsumen dipilih sebanyak 30 responden. Alasan dipilihnya 30 responden karena berdasarkan survei klasifikasi konsumen tahu UD Sumber Makmur di kawasan Kamal dibagi menjadi 3 golongan, yaitu konsumen yang membeli tahu untuk konsumsi sehari-sehari, konsumen yang membeli tahu untuk dijual kembali dan konsumen yang membeli tahu untuk diolah menjadi produk makanan baru, seperti penjual tahu bakso, penjual cimol dan gorengan tahu isi. Masingmasing golongan konsumen dipilih masing-masing 10 responden. Kriteria konsumen yang dijadikan responden yaitu konsumen yang bertempat tinggal atau bekerja di kawasan Kamal serta konsumen tersebut pernah mengkonsumi produk tahu UD Sumber Makmur dan tahu yang sudah beredar di pasaran. Untuk responden perusahaan dipilih pemilik perusahaan serta manajer dari pihak UD Sumber Makmur. Analisis Data Data-data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif menggunakan Quality Function Deployment (QFD). Alat perencanaan utama dalam matriks Quality Fuction Deployment adalah House of Quality (HOQ). Tahapan penyusunan matriks HOQ adalah sebagai berikut: 1. Mendaftarkan persyaratan pelanggan (what) Langkah pertama penyusunan matriks HOQ dimulai dari penyusunan persyaratan pelanggan. untuk mengetahui persyaratan pelanggan terhadap suatu produk dimulai dengan membuat daftar tujuan. Daftar ini disebut sebagai apa yang pelanggan butuhkan atau harapkan dalam sebuah produk khusus. Daftar ini sering disebut APA yang dibutuhkan oleh pelanggan terhadap suatu produk. Daftar persyaratan pelanggan terdiri atas dua yaitu persyaratan pelanggan primer dan persyaratan pelanggan sekunder. Daftar persyaratan pelanggan ini biasanya bersifat umum. Definisi lebih jauh dilakukan dengan mendefinisikan persyaratan pelanggan sekunder baru dan lebih detail yang dibutuhkan untuk mendukung persyaratan pelanggan primer, dengan kata lain sebuah persyaratan pelanggan primer mungkin meliputi banyak persyaratan pelanggan sekunder. Langkah ini menggunakan kuesioner yang harus diisi oleh responden (pelanggan). 2. Mendaftarkan persyaratan teknik (how) Pembuatan HOQ bertujuan untuk mendesain atau mengubah desain dari suatu produk agar memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Setelah kebutuhan dan harapan pelanggan ditunjukan dalam persyaratan pelanggan, selanjutnya adalah penyusunan karakteristik teknik. Tim QFD harus menyusun karakteristik teknik atau persyaratan teknik (BAGAIMANA) yang dapat mempengaruhi satu atau lebih persyaratan pelanggan, Persyaratan teknik ini akan menempati bagian atap rumah dari matriks House of Quality. Daftar persyaratan teknik terbagi menjadi dua yaitu persyaratan teknik primer dan persyaratan teknik sekunder. Persyaratan teknik primer biasanya bersifat umum. Persyaratan teknik sekunder biasanya lebih detail dari persyaratan teknik primer, dibutuhkan untuk mendukung persyaratan teknik primer. Informasi persyaratan teknik diperoleh dari wawancara terkendali dengan pihak perusahaan dengan mengacu pada standar mutu produk tahu itu sendiri. Pengembangan persyaratan teknik lainnya diperoleh dari mengidentifikasi produk sejenis dari perusahaan kompetitor. 3. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan Langkah selanjutnya adalah membandingkan persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik, dan menentukan hubungannya masing-masing. Mencari hubungan antara persyaratan teknik bisa menjadi sangat membingungkan karena setiap persyaratan pelanggan mungkin mempengaruhi lebih dari satu persyaratan teknik dan sebaliknya. Penentuan hubungan antara persyaratan teknik dengan persyaratan pelanggan digunakan matriks hubungan yang disusun oleh Tim QFD perusahaan. Matriks hubungan digunakan untuk menunjukkan dengan grafik derajat pengaruh antara setiap persyaratan teknik dan persyaratan pelanggan. Penyusunan matriks hubungan digunakan simbol untuk menyatakan derajat hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik. Contoh simbol yang digunakan : = Sebuah lingkaran penuh menunjukkan hubungan yang kuat, bernilai 9 = Sebuah lingkaran kosong menunjukkan hubungan medium, bernilai 3 Δ = Sebuah segitiga menunjukkan hubungan yang lemah, bernilai 1 = Sebuah kotak dibiarkan kosong menunjukkan tidak ada hubungan bernilai 0 Setelah matriks hubungan lengkap, dilakukan evaluasi terhadap baris dan kolom kosong. Sebuah baris kosong mengindikasikan bahwa sebuah persyaratan pelanggan tidak dituju oleh persyaratan teknik. Oleh karena itu, harapan pelanggan tidak terpenuhi. Persyaratan teknik tambahan harus dipertimbangkan untuk memuaskan persyaratan pelanggan tersebut. Sebuah kolom kosong mengindikasikan bahwa sebuah persyaratan pelanggan teknik tidak mempengaruhi setiap pelanggan dan setelah dilakukan penyelidikan secara hati-hati mungkin dihilangkan dari HOQ. 4. Mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik Matriks hubungan antar persyaratan teknik digunakan untuk mengidentifikasi persyaratan teknik mana saja yang saling mendukung dan saling bertentangan satu sama lain. Untuk menunjukan kekuatan yang terjadi antar persyaratan teknik digunakan simbol sebagai berikut : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-29

30 ++ = Hubungan positif kuat, bernilai (+9) + = Hubungan positif lemah, bernilai (+3) - = Hubungan negatif lemah, bernilai (-3) \ = Hugungan negatif kuat, bernilai (-9) = Menunjukkan tidak ada hubungan, bernilai (0) 5. Penilaian Kompetitif Penilaian kompetitif merupakan tabel bobot (atau grafik) yang melukiskan penilaian produk kompetitor. Tabel penilaian kompetitif dipisahkan menjadi dua kategori, yaitu penilaian kompetitif pelanggan dan penilaian kompetitif teknik. Penilaian kompetitif pelanggan membuat sebuah blok kolom berhubungan dengan setiap persyaratan pelanggan dalam HOQ di sisi kanan matriks hubungan. Penilaian kompetitif teknik membuat sebuah blok baris berhubungan dengan setiap persyaratan teknik dalam HOQ dibawah matriks hubungan. Penilaian kompetitif pelanggan dan kompetitif teknik menggunakan skala Likert lima tingkat dengan bobot sebagai berikut : 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Cukup Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik 6. Mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan Prioritas persyaratan pelanggan membuat sebuah blok kolom berhubungan dengan setiap persyaratan pelanggan dalam HOQ di sisi kanan penilaian kompetitif pelanggan. Prioritas persyaratan pelanggan ini terdiri dari kolom untuk kepentingan bagi pelanggan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, point penjualan dan bobot absolut. Setiap persyaratan pelanggan diberi rating berdasarkan tingkat kepentingannya bagi pelanggan. Rating kepentingan berguna untuk memprioritaskan usaha dan membuat keputusan trade-off. Penyusunan kolom kepentingan pelanggan menggunakan skala Likert lima tingkat, yaitu: 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Cukup Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik Nilai sasaran ditentukan dengan mengevaluasi penilaian dari setiap persyaratan pelanggan dan membuat penilaian baru, atau untuk memutuskan apakah mereka ingin mempertahankan produk mereka agar tidak berubah, memperbaiki produk atau membuat produk lebih baik dari pada kompetitor. Nilai sasaran menggunakan skala Likert lima tingkat, yaitu : 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Cukup Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik Faktor skala kenaikan merupakan rasio antara nilai sasaran dengan rating produk dalam penilaian kompetitif pelanggan. Semakin tinggi nilainya semakin banyak usaha yang harus dilakukan untuk pengembangan produk. Point penjualan menunjukkan seberapa baik persyaratan pelanggan akan menjual. Nilai yang digunakan untuk point penjualan yaitu : 1,0 = Tidak menolong dalam penjualan produk 1,2 = cukup menolong dalam penjualan produk 1,5 = Menolong dalam penjualan produk Bobot absolut diperoleh dari perkalian antara kepentingan bagi pelanggan, faktor skala kenaikan dan poin penjualan untuk setiap persyaratan pelanggan. Setelah menjumlahkan semua bobot absolut, kemudian dihitung persentase rangking untuk setiap persyaratan pelanggan. 7. Mengembangkan prioritas persyaratan teknik Prioritas persyaratan teknik membuat blok baris berhubungan untuk setiap persyaratan teknik dalam HOQ di bawah penilaian kompetitif teknik. Prioritas persyaratan teknik terdiri atas derajat kesulitan teknik, nilai sasaran serta bobot absolut relatif. Derajat kesulitan membantu mengevaluasi kemampuan untuk mengimplementasikan setiap persyaratan teknis yang ditunjukkan dalam baris pertama dari prioritas teknik. Derajat kesulitan dibuat dengan menggunakan Lima skala Likert yaitu : 1 = Sangat Sulit 2 = Sulit 3 = Cukup Mudah 4 = Mudah 5 = Sangat Mudah A-30 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

31 Nilai sasaran persyaratan teknik ditentukan oleh tim QFD pengembangan produk dan dimasukkan di bawah derajat kesulitan teknis. Hal ini merupakan ukuran objektif yang mendefinisikan nilai yang harus diperoleh untuk mencapai persyaratan teknik. Untuk menentukan nilai sasaran persyaratan teknik digunakan skala Likert lima tingkat, yaitu : 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Cukup Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik Dua baris terakhir dari prioritas persyaratan teknik adalah bobot absolut dan bobot relatif. Bobot absolut untuk persyaratan teknik ditentukan dengan mengalikan nilai simbol pada matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik, dengan kepentingan pelanggan untuk setiap persyaratan pelanggan, kemudian dijumlahkan. Sedangkan bobot relatif untuk setiap persyaratan teknik ditentukan dengan mengalikan nilai simbol pada matriks hubungan dengan bobot absolut pada prioritas persyaratan pelanggan. Rating absolut dan relative yang lebih tinggi mengidentifikasi area di mana usaha teknik butuh untuk dikonsentrasikan. Perbedaan utama antara kedua bobot ini adalah bobot relatif juga mencakup informasi faktor skala kenaikan dan poin penjualan. Bobot ini menunjukan dampak dari karakteristik teknis pada persyaratan pelanggan. Sejalan dengan derajat kesulitan teknis, keputusan dapat dibuat dengan memperhatikan di mana mengalokasikan sumber daya untuk perbaikan kualitas. 4. Hasil dan Pembahasan Identifikasi Persyaratan Pelanggan Identifikasi persyaratan pelanggan dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada pelanggan UD Sumber Makmur. Setelah persyaratan pelanggan didapat, kemudian pelanggan menentukan tingkat kinerja dari persyaratan pelanggan tersebut. Tingkat kinerja atau kepuasan pelanggan dinilai dengan menggunakan skala Likert lima angka, pada Tabel 1, dimana angka 1 untuk yang paling buruk dan 5 untuk yang paling baik dan dianalisis menggunakan tabel frekuensi. Tabel 1. Persyaratan Pelanggan UD Sumber Makmur No. Persyaratan Pelanggan Tingkat Kepuasan 1 Rasa 4 2 Bau 4 3 Tekstur 4 4 Warna 4 5 Kandungan gizi tinggi 3 6 Keamanan produk 3 7 Daya simpan lama 3 8 Harga 3 Identifikasi Persyaratan Teknik Persyaratan teknik adalah langkah bagaimana perusahaan menjawab hal-hal yang diinginkan pelanggan yang terdapat pada daftar persyaratan pelanggan dengan berbagai sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Untuk memperoleh persyaratan teknik dilakukan wawancara terkendali dengan pihak UD Sumber Makmur dengan mengacu standar mutu tahu. Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer didapatkan daftar aktivitas teknik pada Tabel 2. Tabel 2. Persyaratan Teknik UD Sumber Makmur No. Persyaratan Teknis 1 Kedelai 2 Waktu perendaman 3 Suhu perendaman 4 Jenis koagulan 5 Jumlah koagulan 6 Suhu koagulasi 7 Tingkat pengepresan 8 Kadar karbohidrat 9 Kadar protein 10 Kadar lemak 11 Kadar timbal 12 Kadar Tembaga 13 Kadar Seng 14 Kadar Timah 15 Kadar Raksa 16 Kadar Arsen 17 Jumlah Bakteri E. coli 18 Jumlah Bakteri salmonella 19 Tingkat keasaman (ph) 20 Pengawet Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-31

32 Penentuan Arah Pengembangan Arah pengembangan atau direct of improvement (DOI) dari setiap persyaratan teknik penting untuk ditentukan karena informasi tersebut akan sangat membantu penentuan korelasi antar persyaratan teknik dalam penentuan target. Terdapat tiga arah pengembangan yaitu : 1., simbol ini diberikan pada persyaratan teknik yang akan meningkatkan kepuasan pelanggan apabila lebih atau singkatnya ditingkatkan. 2., simbol ini diberikan pada persyaratan teknik yang akan meningkatkan kepuasan pelanggan apabila kurang, atau singkatnya diturunkan. 3. O, simbol ini diberikan pada persyaratan teknik yang akan meningkatkan kepuasan pelanggan apabila terdapat pada target (jangkauan nilai) tertentu. Berdasarkan wawancara dengan Manajer UD Sumber Makmur dapat diarahkan pengembangan (DOI) untuk masingmasing persyaratan teknik UD Sumber Makmur dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 3. Arah Pengembangan Persyaratan Teknik Standar No. Persyaratan Teknis Arah Pengembangan 1 Jenis kedelai Kedelai impor O 2 Waktu perendaman 3 jam 3 Suhu perendaman 40 C 4 Jenis koagulan Cuka tahu O 5 Jumlah koagulan 33,3ml/ L O 6 Suhu koagulasi 40 C O 7 Tingkat pengepresan Pa 8 Kadar karbohidrat Maks. 0,1 % (b/b) O 9 Kadar protein Min. 9,0 % (b/b) 10 Kadar lemak Min. 0,5 % (b/b) 11 Kadar timbal Maks. 2,0 m/g 12 Kadar Tembaga Maks. 30,0 m/g 13 Kadar Seng Maks. 40,0 / 250,0 m/g 14 Kadar Timah Maks. 40,0 / 250,0 m/g 15 Kadar Raksa Maks. 0,03 m/g 16 Kadar Arsen Maks. 1,0 m/g 17 Jumlah Bakteri E. coli Maks. 10 APM/g 18 Jumlah Bakteri Salmonella Negatif /25 g 19 Tingkat keasaman (ph) 3,2 20 Pengawet Negatif O Pengembangan Matrik Hubungan antara Persyaratan Pelanggan (What) dan Persyaratan Teknik (How) Langkah selanjutnya dalam penyusunan HOQ adalah membandingkan persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik, kemudian menentukan hubungan antara kedua persyaratan dalam matrik interrelationships. Setiap persyaratan teknik mungkin akan mempengaruhi lebih dari satu persyaratan pelanggan, begitupun sebaliknya. Hubungan yang terjadi antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik dapat merupakan hubungan kuat, sedang, lemah atau tidak memiliki hubungan sama sekali dan untuk menunjukkan derajat hubungan antara persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik, digunakan simbol sebagai berikut: = lingkaran penuh menunjukkan hubungan yang kuat, bernilai 9 = lingkaran kosong menunjukkan sebuah hubungan medium, bernilai 3. Δ = segitiga menunjukkan sebuah hubungan yang lemah, bernilai 1. = kotak kosong menunjukkan tidak ada hubungan, bernilai 0. Berdasarkan wawancara dengan Manajer UD Sumber Makmur, hubungan antara kedua persyaratan dalam matrik interrelationships pada Gambar 1. Gambar 1. Matrik Hubungan Persyaratan Pelanggan dengan Persyaratan Teknik A-32 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

33 Pengembangan Matrik Hubungan antar Persyaratan Teknik (How) Matrik hubungan antar teknik atau correlations merupakan matrik yang berguna untuk mengidentifikasikan persyaratan teknik mana saja yang saling mendukung dan saling bertentangan satu sama lainnya. Persyaratan teknik yang saling bertentangan sangat penting karena persyaratan teknik tersebut secara teratur merupakan hasil dari persyaratan pelanggan dan konsekuensinya menunjukkan titik di mana trade off harus dibuat. Hubungan yang terjadi antar persyaratan teknik dapat berupa hubungan positif kuat, positif lemah, negatif lemah, negatif kuat, dan tidak memiliki hubungan sama sekali. Hubungan tersebut menggunakan simbol sebagai berikut: ++ = Hubungan positif kuat, bernilai (+9) + = Hubungan positif lemah, bernilai (+3) - = Hubungan negatif lemah, bernilai (-3) x = Hugungan negatif kuat, bernilai (-9) = Menunjukkan tidak ada hubungan, bernilai (0) Berdasarkan wawancara dengan Manajer UD Sumber Makmur dapat diketahui hubungan antar persyaratan teknik atau correlations matrix. Matrik hubungan antar persyaratan teknis dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 4.2. Matrik Hubungan antar Persyaratan Teknik Penilaian Kompetitif Pelanggan Penilaian komptitif pelanggan menggunakan skala Likert lima tingkat. Penilaian kompetitif pelanggan diketahui dengan melakukan survey terhadap 30 pelanggan UD Sumber Makmur yang biasa membeli dan pernah mengkonsumsi tahu UD Sumber Makmur. Dari 30 responden tersebut, kemudian dipilih 15 orang yang pernah membeli dan mengkonsumsi tahu UD Sri Rejeki Bangkalan. Responden diminta untuk mengurutkan dan memberikan peringkat pada masing-masing persyaratan pelanggan sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Penilaian kompetitif pelanggan bagi pelanggan UD Sumber Makmur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks Kompetitif Persyaratan Pelanggan Persyaratan Penilaian Kompetitif Pelanggan UD. Sumber Makmur UD. Sri Rejeki Rasa 4 4 Bau 4 3 Tekstur 4 3 Warna 4 3 Kandungan gizi tinggi 3 3 Keamanan produk 3 3 Daya simpan lama 3 4 Harga 3 4 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-33

34 Mengembangkan Prioritas Persyaratan Pelanggan 1. Tingkat kepentingan persyaratan pelanggan Setiap persyaratan pelanggan diberikan peringkat berdasarkan tingkat kepentingan bagi pelanggan. Rating kepentingan berguna untuk memprioritaskan usaha dan pembuatan keputusan trade-off. Skala yang digunakan dalam tingkat kepentingan ini adalah skala Likert lima angka. Tingkat kepentingan setiap persyaratan pelanggan diketahui melalui survey terhadap 30 pelanggan tahu UD Sumber Makmur dengan menggunakan kuesioner. Tingkat kepentingan persyaratan pelanggan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan No. Tingkat Persyaratan Pelanggan Kepentingan 1 Rasa 4 2 Bau 5 3 Tekstur 5 4 Warna 4 5 Kandungan gizi tinggi 4 6 Keamanan produk 5 7 Daya simpan lama 4 8 Harga 4 2. Nilai Sasaran Pelanggan Nilai sasaran ditentukan dengan mengevaluasi penilaian dari setiap persyaratan pelanggan dan membuat pilihan baru untuk mempertahankan produk agar tidak berubah, memperbaiki produk atau membuat produk lebih baik. Nilai sasaran menggunakan skala yang sama dengan penilaian kompetitif pelanggan, yaitu skala Likert lima angka. Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer UD Sumber Makmur dapat diketahui nilai sasaran untuk setiap persyaratan pelanggan. Nilai sasaran setiap persyaratan pelanggan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai sasaran persyaratan pelanggan UD Sumber Makmur Penilaian Kompetitif Persyaratan Nilai UD. Sumber UD. Sri Pelanggan Sasaran Makmur Rejeki Rasa Bau Tekstur Warna Kandungan gizi tinggi Keamanan produk Daya simpan lama Harga Faktor Skala Kenaikan Faktor skala kenaikan adalah rasio antara nilai sasaran yang diterapkan manajemen perusahaan dengan tingkat kepuasan persyaratan pelanggan perusahaan yang dinilai oleh pelanggan. Persyaratan pelanggan yang memiliki nilai faktor skala kenaikan di atas 1 (satu) berarti semakin membutuhkan perbaikan, semakin besar nilai faktor skala kenaikan berarti semakin besar membutuhkan usaha perbaikan. Faktor skala kenaikan setiap persyaratan pelanggan UD Sumber Makmur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Pelanggan UD Sumber Makmur Persyaratan Pelanggan Faktor Skala Kenaikan Rasa 1.0 Bau 1.3 Tekstur 1.0 Warna 1.0 Kandungan gizi tinggi 1.3 Keamanan produk 1.3 Daya simpan lama 1.3 Harga Poin Penjualan Poin penjualan akan memberikan informasi dari pelanggan seberapa baik suatu persyaratan pelanggan akan membantu penjualan produk. Tujuan dari poin penjualan adalah sebagai promosi persyaratan pelanggan yang terbaik dan persyaratan pelanggan yang akan menolong dalam penjualan produk. Pada kasus UD Sumber Makmur, poin penjualan setiap persyaratan pelanggan menunjukkan seberapa besar pengaruhnya dalam meningkatkan daya tarik atau penjualan UD Sumber Makmur. Pada penelitian ini, poin penjualan adalah berupa nilai yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu nilai 1,0 apabila persyaratan pelanggan tidak menolong dalam penjualan, nilai 1,2 apabila persyaratan pelanggan cukup menolong dalam penjualan dan 1,5 apabila persyaratan pelanggan menolong dalam penjualan produk. A-34 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

35 Penentuan poin penjualan didasari oleh hasil survey menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 30 orang pelanggan UD Sumber Makmur. Responden diminta memberikan penilaian seberapa besar pengaruh masing-masing persyaratan pelanggan dalam meningkatkan daya tarik UD Sumber Makmur. Hasil survey kemudian dianalisis menggunakan tabulasi deskriptif berupa tabel frekuensi, di mana kriteria dari setiap poin penjualan yang memiliki frekuensi terbanyak merupakan poin penjualan dari persyaratan pelanggan. Tabel 8. Poin Penjualan Setiap Persyaratan Pelanggan UD Sumber Makmur Persyaratan Pelanggan Poin Penjualan Rasa 1.5 Bau 1.5 Tekstur 1.2 Warna 1.2 Kandungan gizi tinggi 1.2 Keamanan produk 1.2 Daya simpan lama 1.5 Harga Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan Tahap akhir dalam mengembangkan matriks perencanaan adalah penentuan bobot absolut persyaratan pelanggan. Bobot absolut persyaratan pelanggan diperoleh dari hasil perkalian antara tingkat kepentingan pelanggan dengan faktor skala kenaikan dan poin penjualan. Kemudian semua bobot absolut dijumlahkan, dihitung persentasenya untuk masing-masing persyaratan pelanggan, lalu ditentukan prioritas yang harus ada dan atribut-atribut yang diharapkan pelanggan. Penentuan bobot absolut persyaratan pelanggan berguna sebagai petunjuk dalam fase perencanaan dan pengembangan produk dan pelayanan. Untuk nilai bobot absolut setiap persyaratan pelanggan beserta urutan prioritasnya dapat dilihat pada Tabel 9 Tabel 9. Urutan prioritas persyaratan pelanggan Persyaratan Pelanggan Bobot Absolut Presentase (%) Prioritas Rasa Bau Tekstur Warna Kandungan gizi tinggi Keamanan produk Daya simpan lama Harga Pengembangan Urutan Prioritas Persyaratan Teknik 1. Penilaian Kompetitif Teknik Penilaian kompetitif teknik dilakukan dengan membandingkan kinerja persyaratan teknik perusahaan dengan pesaingnya, yaitu membandingkan UD Sumber Makmur dengan UD Sri Rejeki Bangkalan. Dalam penilaian ini digunakan skala Likert lima angka, yaitu 1 untuk yang sangat buruk dan 5 untuk sangat baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajemen UD Sumber Makmur diketahui penilaian kompetitif teknik UD Sumber Makmur dan UD Sri Rejeki Bangkalan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penilaian Kompetitif Persyaratan Teknik UD Sumber Makmur Persyaratan Teknis Penilaian Kompetitif UD. Sumber Makmur UD. Sri Rejeki Jenis kedelai 4 4 Waktu perendaman 4 4 Suhu perendaman 4 4 Jenis koagulan 4 3 Jumlah koagulan 3 4 Suhu koagulasi 3 4 Tingkat pengepresan 4 4 Kadar karbohidrat 4 4 Kadar protein 3 4 Kadar lemak 4 4 Kadar timbal 3 3 Kadar Tembaga 3 3 Kadar Seng 3 3 Kadar Timah 3 3 Kadar Raksa 3 3 Kadar Arsen 3 3 Jumlah Bakteri E. coli 3 4 Jumlah Bakteri Salmonella 3 4 Tingkat keasaman (ph) 4 3 Pengawet 5 5 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-35

36 2. Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Nilai sasaran persyaratan teknik diartikan sebagai berapa banyak nilai yang diambil untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan yang dijawab dengan mengavaluasi penilaian dari setiap persyaratan teknik, memperbaiki produk dan pelayanan supaya lebih baik dari pada pesaing. Dalam penilaian ini digunakan skala Likert lima angka, yaitu 1 untuk yang sangat buruk dan 5 untuk sangat baik. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan manajemen UD Sumber Makmur. Nilai sasaran persyaratan teknik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Penilaian Kompetitif Persyaratan Teknik UD Sumber Makmur UD Sri Rejeki Nilai Sasaran Jenis kedelai Waktu perendaman Suhu perendaman Jenis koagulan Jumlah koagulan Suhu koagulasi Tingkat pengepresan Kadar karbohidrat Kadar protein Kadar lemak Kadar timbal Kadar Tembaga Kadar Seng Kadar Timah Kadar Raksa Kadar Arsen Jumlah Bakteri E. coli Jumlah Bakteri Salmonella Tingkat keasaman (ph) Pengawet Derajat Kesulitan Derajat kesulitan berguna untuk mengevaluasi kemampuan manajemen mengimplementasikan perbaikan kualitas dari persyaratan teknik yang ada. Derajat kesulitan ditentukan dengan memberikan skala Likert lima angka, yaitu 1 untuk yang sangat sulit hingga 5 untuk yang sangat mudah. Data ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap manajemen UD Sumber Makmur. Derajat kesulitan persyaratan teknik UD Sumber Makmur dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Derajat Kesulitan Persyaratan Teknik Persyaratan Teknis Derajat kesulitan Jenis kedelai 2 Waktu perendaman 5 Suhu perendaman 5 Jenis koagulan 3 Jumlah koagulan 3 Suhu koagulasi 3 Tabel 12. Derajat Kesulitan Persyaratan Teknik (lanjutan) Persyaratan Teknis Derajat kesulitan Tingkat pengepresan 5 Kadar karbohidrat 3 Kadar protein 3 Kadar lemak 3 Kadar timbale 3 Kadar Tembaga 3 Kadar Seng 3 Kadar Timah 3 Kadar Raksa 3 Kadar Arsen 3 Jumlah Bakteri E. coli 3 Jumlah Bakteri Salmonella 3 Tingkat keasaman (ph) 3 Pengawet 5 4. Bobot Absolut Persyaratan Teknik Bobot absolut persyaratan teknik diperoleh dari hasil perkalian antara tingkat kepentingan dengan nilai simbol pada matrik hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik. Kemudian semua bobot absolut dijumlahkan, dihitung persentasenya untuk masing-masing persyaratan teknik. lalu ditentukan prioritas yang harus ada dan atribut yang diharapkan pelanggan. A-36 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

37 Tabel 13. Bobot Absolut Persyaratan Teknik Persyaratan Teknis Bobot Presentase Prioritas Absolut (%) Jenis kedelai Waktu perendaman Suhu perendaman Jenis koagulan Jumlah koagulan Suhu koagulasi Tingkat pengepresan Kadar karbohidrat Kadar protein Kadar lemak Kadar timbal Kadar Tembaga Kadar Seng Kadar Timah Kadar Raksa Kadar Arsen Jumlah Bakteri E. coli Jumlah Bakteri Salmonella Tingkat keasaman (ph) Pengawet Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bobot relatif untuk setiap persyaratan teknik ditentukan dengan mengalikan nilai simbol pada matriks hubungan dengan bobot absolut pada prioritas persyaratan pelanggan. Bobot relatif berada pada barisan paling bawah dari prioritas persyaratan teknik. UD Sumber Makmur perlu memusatkan perhatian pada persyaratan teknik yang memiliki bobot absolut dan bobot relatif lebih tinggi. Sejalan dengan derajat kesulitan persyaratan teknik, keputusan dapat dibuat dengan memperhatikan di mana mengalokasikan sumberdaya untuk perbaikan kualitas. Bobot relatif setiap persyaratan teknik terdapat pada tabel berikut. Tabel 14. Bobot Relatif Persyaratan Teknik Persyaratan Teknis Bobot Presentase Prioritas Relatif (%) Jenis kedelai Waktu perendaman Suhu perendaman Jenis koagulan Jumlah koagulan Suhu koagulasi Tingkat pengepresan Kadar karbohidrat Kadar protein Kadar lemak Kadar timbal Kadar Tembaga Kadar Seng Kadar Timah Kadar Raksa Kadar Arsen Jumlah Bakteri E. coli Jumlah Bakteri Salmonella Tingkat keasaman (ph) Pengawet Penutup Kesimpulan 1) Persyaratan pelanggan UD Sumber Makmur adalah rasa, bau, tekstur, warna, kandungan gizi tinggi, keamanan produk, daya simpan lama, dan harga. Persyaratan teknis UD Sumber Makmur adalah kedelai, jenis koagulan, jumlah koagulan, tingkat keasaman (ph), waktu perendaman, suhu koagulasi, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, tingkat pengepresan, suhu perendaman, jumlah bakteri E. coli, jumlah bakteri Salmonella, kadar timbal, kadar tembaga, kadar seng, kadar timah, kadar raksa, kadar arsen dan pengawet. 2) Prioritas persyaratan pelanggan UD Sumber Makmur yang pertama adalah keamanan produk. Prioritas persyaratan teknis UD Sumber Makmur yang pertama adalah kedelai. 3) Perususahaan belum dapat memprioritaskan aspek persyaratan pelanggan berupa keamanan produk sebagai prioritas pertama seperti yang diharapkan pelanggan. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-37

38 Saran 1) UD Sumber Makmur harus memperbaiki prioritas persyaratan pelanggan yang menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas tahu, yaitu keamanan produk dan kandungan gizi. Keamanan produk menjadi trend yang sudah kuat di kalangan konsumen, khususnya untuk produk pangan. Konsumen menganggap karakteristik tahu, seperti rasa, bau, tekstur dan warna tidak terlalu diperhatikan jika dibandingkan dengan tuntutan produk pangan yang sehat untuk dikonsumsi dan memberikan cukup gizi untuk tubuh. 2) UD Sumber Makmur perlu melakukan inovasi kreatif untuk menghasilkan tahu yang mempunyai daya tarik tinggi terhadap konsumen dengan segmen tertentu. Inovasi bisa dilakukan terhadap aneka rasa, aneka bau/aroma dan aneka warna. Inovasi juga bisa dilakukan dengan memberikan pilihan bentuk dan tekstur. Karena lingkungan usaha yang selalu dinamis membutuhkan perbaikan yang terus-menerus sesuai dengan prinsip peningkatan mutu. Daftar Pustaka [1] Anonymous Tahu Tahu) diakses tanggal 15 Januari 2010) [2] Bakri, A Teknologi Pengolahan Pangan. Program Studi Teknologi Pangan, Politeknik Jember. Jember [3] Cohen L Quality Function Deployment: How to make QFD for you. 6 th Edition. American Supplier Institute. New York. [4] Feigenbaum AV Kendali mutu terpadu. Edisi ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta. [5] Risenasari H Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Restoran Pringjajar Kabupaten Pemalang Jawa Tengah. [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. [6] Russell RS. and Taylor, B.W Operations management: quality and competitiveness in global environment. ASI. New york. A-38 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

39 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BATU BARA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS Heri Sugiono Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Hana Catur Wahyuni Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ABSTRAK Persaingan antar perusahaan saat ini semakin tinggi. Dalam dunia bisnis, proses pengambilan keputusan menjadi salah satu kunci yang mendasar dan penting. Seperti dalam pemilihan supplier untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Penelitian ini membahas mengenai pemilihan supplier batu bara pada mesin boiler di PT. XYZ, yaitu PT. AAA, PT. BBB, PT. CCC, PT. DDD dan PT. EEE. Data yang digunakan adalah harga pembelian, kualitas, tingkat ketepatan waktu pengantaran, tingkat pemenuhan order, kriteria kepuasan perusahaan dari setiap supplier, penanganan bahan baku dan penanganan sampah. Analisis penyelesaian masalah menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) karena metode DEA mampu mengakomodasi banyak input dan output dalam berbagai dimensi, sehingga akan didapatkan suatu pengukuran efisiensi yang akurat. Tiap-tiap supplier batu bara PT. XYZ dikonversikan kedalam Decision Making Unit (DMU). DMU yang mempunyai nilai Z o < 1 dikategorikan kedalam efficien supplier sedangkan DMU yang mempunyai nilai Z o < 1 dikategorikan kedalam inefficien supplier. Dari hasil perhitungan dan analisis dapat disimpulkan bahwa PT. AAA, PT. BBB, PT. DDD dan PT. EEE adalah efficient supplier. Untuk supplier yang belum efisien yaitu PT. CCC. Efficient supplier terbaik untuk PT. XYZ adalah PT. DDD dengan nilai efisiensi KATA KUNCI Pemilihan Supplier, efficient, Data Envelopment Analysis. 1. Pendahuluan Pada saat ini, tingkat persaingan antar perusahaan semakin tinggi. Munculnya kompetitor yang semakin banyak membuat setiap perusahaan berlomba untuk menunjukkan dan meningkatkan nilai yang dimiliki oleh perusahaan (competitive advantage). Salah satu caranya melalui pemilihan supplier yang tepat merupakan salah satu komponen penting dalam memilih supplier yang efektif dan efisien [2]. Sebagian besar perusahaan cenderung memiliki lebih dari satu supplier untuk mengantisipasi kebutuhan bahan baku produksi mereka. Hal itu terjadi karena kebutuhan bahan baku dalam kuantitas sangat besar sulit dipenuhi oleh satu supplier. Akibat dari jumlah supplier yang lebih dari satu maka perlu adanya pemilihan alternatif supplier [5]. Dalam dunia bisnis, proses pengambilan keputusan menjadi salah satu kunci yang mendasar dan penting seperti dalam inventory control, investasi, pengembangan produk baru, dan lain-lain hingga sampai pada pemilihan supplier untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Keputusan yang diambil sekarang akan berpengaruh terhadap jatuh bangunnya perusahaan dikemudian hari [4]. PT. XYZ resmi berdiri pada tahun 2005 dan mulai berproduksi dalam skala komersial menjelang akhir tahun Sebagai perusahaan penghasil krimer yang berorientasi untuk mensuplai industri consumer goods, khususnya di dalam negeri, PT. XYZ menetapkan visi untuk menjadi perusahaan penghasil non-dairy creamer yang berkualitas tinggi dan terbesar di Indonesia. Pada saat ini di PT. XYZ belum melakukan perhitungan efisiensi terhadap supplier batu bara yang memenuhi kebutuhan batu bara untuk bahan bakar mesin boiler. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut pada penelitian ini digunakan suatu teknik program linier yang dikenal dengan Data Envelopment Analysis (DEA), dimana metode Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan suatu alat penting yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi suatu supplier, karena metode Data Envelopment Analysis (DEA) mampu mengakomodasi banyak input dan banyak output dalam berbagai dimensi, dan akan didapatkan suatu pengukuran efisiensi yang lebih akurat sebagai langkah awal dalam meningkatkan efisiensi supplier [6]. Efisiensi tentu tak lepas dari efektifitas. Doing the right things is more important than doing the things right. Selanjutnya dijelaskan bahwa: effectiveness is to do the right things : while efficiency is to do the things right (efektifitas adalah melakukan hal yang benar : sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar). Atau juga Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-39

40 effectiveness means how far we achieve the goal and efficiency means how do we mix various resources properly (efektifitas berarti sejauhmana kita mencapai sasaran dan efisiensi berarti bagaimana kita mencampur sumber daya secara cermat) [9]. Konsep lain dari efisiensi adalah Technical Efficiency, yang mempunyai arti merubah beberapa input (seperti tenaga kerja, pendapatan) menjadi output dengan level performa yang tinggi. Penggunaan input dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menghasilkan jumlah output tertentu. Efisiensi diartikan juga sebagai gambaran sistem dengan performa yang baik dalam memaksimalkan output dari input. Tecnical efficiency dapat dicapai dengan sempurna (100%) jika dalam satu unit usaha tidak ada input atau output yang ditingkatkan tanpa menjadikan input dan output yang lain menjadi lebih buruk [7].Artinya, sebuah unit usaha dikatakan tecnical efficiency saat dapat menaikkan beberapa output atau mengurangi beberapa input tanpa menghilangkan output lain atau meningkatkan input yang lain. Efisien dalam menggunakan masukan (input) akan menghasilkan produktifitas yang tinggi, yang merupakan tujuan dari setiap organisasi apapun bidang kegiatannya. Hal yang paling rawan adalah apabila efisiensi selalu diartikan sebagai penghematan, karena bisa mengganggu operasi, sehingga pada gilirannya akan mengganggu hasil akhir karena sasarannya tidak tercapai dan produktifitasnya juga akan tidak setinggi yang diharapkan [9]. Efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi [9]. Istilah efisiensi berasal dari bidang teknik, yang digunakan untuk menunjukkan rasio antara output suatu sistem terhadap input sistem tersebut. Pengukuran-pengukuran dalam ilmu eksak tersebut selalu berpedoman pada suatu situasi ideal dimana kuantitas output yang dihasilkan sama persis dengan kuantitas input yang diberikan atau rasionya tepat sama dengan 1 (satu). Efisiensi dalam situasi ideal ini disebut dengan efisiensi ideal (absolut) yang nilainya selalu 100%, sedangkan efisiensi pada keadaan tidak ideal (normal) bisa lebih kecil dari 100%. Konsep pengukuran efisiensi relatif ini membandingkan pengukuran relatif untuk sistem dengan multi input dan multi output [3], selanjutnya dikembangkan pada penyusunan mengenai unit empiris yang efisien sebagai rataan dengan bobot tertentu dari unit-unit yang efisien yang digunakan sebagai pembanding untuk unit yang tidak efisien [8]. Ini merupakan kelemahan sebab dalam kenyataannya unit yang efisien harus ditemukan melalui perhitungan hanya berdasarkan pada data yang ada atau dengan kata lain penentuan unit yang efisien harus diambil dari sampel/populasi data tersebut. Asumsi utama dari efisiensi Farrel adalah digunakannya pembobotan yang sama untuk tiap faktor yang menentukan efisiensi dari semua unit. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana penentuan bobot tersebut. Sebuah unit organisasi mungkin saja memberikan pemahaman yang berbeda dengan unit yang lain dalah mengolah input-nya sehingga sulit untuk menentukan bobot yang dapat mewakili demikian pula dengan faktor output. Hal ini berarti bobot untuk input dan output berbeda antara unit yang satu dengan unit yang lain. Pengukuran efisiensi relatif dapat dilakukan dengan pendekatan parametric dan nonparametric. Pengertian pendekatan parametric adalah pendekatan yang menyertakan beberapa asumsi teoritis dalam melakukan pengukuran efisiensi relatif dan mengasumsikan adanya hubungan fungsional antara input dan output, walaupun dalam kenyataannya tidak ada fungsi yang benar-benar pasti. Sedangkan pengertian pendekatan nonparametrik adalah diasumsikan tidak adanya hubungan antara input dan output secara fungsional. Pendekatan parametric membandingkan secara tidak langsung kombinasi output yang dihasilkan dengan kombinasi input yang digunakan, justru sebaliknya bagi pendekatan nonparametric yang membandingkan secara langsung kombinasi input dengan kombinasi output. Data Envelopment Analysis (DEA) diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes yang nantinya dikenal dengan istilah DEA-CCR. DEA adalah alat manajemen untuk mengevaluasi tingkat efisiensi relatif sebuah Decision Making Units (DMUs) yang bersifat non-parametrik dan multifaktor, baik output maupun input [1]. Yang dimaksud dengan DMU di sini adalah merupakan unit yang dianalisa dalam DEA, misalnya cabang-cabang sebuah bank, kantor polisi, kantor pajak, sekolah, dan lain-lain. DEA mengukur efisiensi relatif menggunakan asumsi yang minimal mengenai hubungan inputoutput. Model dasar dari DEA adalah Linear Programming. Linear programming adalah model matematika yang digunakan untuk mengoptimalkan kegunaan suatu utilitas atau departemen dalam satu organisasi dengan sumber yang terbatas. Selain variabel yang akan dimaksimal atau diminimalkan, dalam variabel keputusan juga terdapat variabel slack dan surplus. Variabel slack adalah variabel yang berfungsi untuk menampung sisa kapasitas atau kapasitas yang tidak digunakan pada kendala yang berupa pembatas. Variabel slack pada setiap kendala aktif pasti bersifat nol dan variabel slack pada setiap kendala tidak aktif pasti bersifat tidak aktif. Variabel Surplus adalah variabel yang berfungsi untuk menampung kelebihan nilai ruas kiri pada kendala yang berupa syarat [8]. Model DEA yang digunakan adalah model CCR (Charnes-Cooper-Rhodes), dimana pada model ini diperkenalkan suatu ukuran efisiensi untuk masing-masing decision making unit (DMU) yang merupakan rasio maksimum antara output yang terbobot dengan input yang terbobot. Masing-masing nilai bobot yang digunakan dalam rasio tersebut ditentukan dengan batasan bahwa rasio yang sama untuk tiap DMU harus memiliki nilai yang kurang dari atau sama dengan satu. Dua model matematis yang digunakan yaitu : 1. Model matematis DEA-CCR Primal, yaitu model utama yang dipakai untuk menghitung nilai efisiensi relatif tiap DMU. Dalam DEA, efisiensi DMU tertentu didefinisikan sebagai rasio antara jumlah output yang diboboti dengan jumlah input yang diboboti, yang merupakan suatu perluasan alami konsep efisiensi. 2. Model matematis DEA-CCR Dual, yaitu model pendukung untuk menghitung nilai efisiensi relatif suatu DMU dan mengetahui DMU mana yang dijadikan acuan untuk meningkatkan efisiensi DMU yang tidak efisien. A-40 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

41 Model linier disebut sebagai bentuk DEA-CCR primal. Suatu DMU k dikatakan efisien jika nilai θ k adalah sama dengan satu dan nilai slack variabel-nya sama dengan nol pada solusi optimalnya. Jika terdapat pada DMU k yang nilai θ k sama dengan satu namun nilai slack variabel-nya tidak sama dengan nol maka DMU k tersebut dinyatakan sebagai DMU k yang bersifat weakly efficient. Namun pada umumnya nilai efisiensi sama dengan satu cukup untuk menyatakan sebuah DMU k dikatakan effisien. Suatu DMUk dikatakan efisien jika nilai θk adalah sama dengan satu dan nilai slack variabel-nya sama dengan nol pada solusi optimalnya. Jika terdapat pada DMUk yang nilai θk sama dengan satu namun nilai slack variabel-nya tidak sama dengan nol maka DMUk tersebut dinyatakan sebagai DMUk yang bersifat weakly efficient. Namun pada umumnya nilai efisiensi sama dengan satu cukup untuk menyatakan sebuah DMU dikatakan effisien. Dengan menggunakan Super-efisiensi dimungkinkan untuk meranking semua unit, bahkan unit-unit yang efisien, yang berdasarkan teknik DEA baku, semuanya akan dinilai sama efisiensinya yang telah mencapai nilai teratas 1 atau 100%. Konsep dari Super-efisiensi adalah membiarkan adanya efisiensi DMU yang diamati lebih besar dari satu atau 100%. Dalam perhitungannya, konsep Superefisiensi diterapkan pada model matematis DEA-CCR primal dan DEA-CCR dual. Hal ini diperoleh dengan cara menghilangkan batasan yang terkait dari rangkaian kendala atau batasan p. Model matematis DEA-CCR primal untuk DMU ke-p yang akan dicari Super-efisiensinya, sehingga tidak ada batasan efisiensi lebih kecil sama dengan 1 untuk DMU ke-p. Super-efisiensi hanya mempengaruhi unit (DMU) yang dianggap sama efisien dengan batasan yang dihilangkan, yang tidak mengikat unit yang tidak efisien karena efisiensinya lebih kecil dari 1 atau 100%. Model Super-efisiensi hampir sama dengan model DEA-CCR primal. Yang membedakannya hanya pada kendala output-input, dimana pada Super-efisiensi menghilangkan nilai kendala output-input untuk supplier ke-p atau supplier yang sedang dievaluasi. Tujuan menghilangkan kendala ini adalah nilai efisiensi dari supplier yang dievaluasi dapat lebih besar dari 1 atau 100% dengan tujuan perankingan supplier-supplier yang sudah efisien. 2. Metode Penelitian Penelitian ini membahas mengenai pemilihan supplier batu bara pada mesin boiler di divisi utility PT. XYZ. PT. XYZ berlokasi Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo. PT. XYZ yang bergerak dalam bidang produksi krimer nabati menggunakan mesin boiler untuk memenuhi kebutuhan steam pada proses produksi dan penyimpanan bahan bakunya. Analisis terhadap penyelesaian masalah yaitu menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data kebutuhan bahan baku. 2. Data user, yang meliputi: a. Material handling. b. Waste handling. 3. Data supplier, yang meliputi : c. Harga beli bahan baku. d. Kualitas bahan baku. e. Tingkat ketepatan waktu pengantaran. f. Pemenuhan kuantitas order bahan baku. g. Kriteria kepuasan perusahaan dari setiap supplier. 3. Hasil dan Pembahasan Pada tahap pengumpulan data, dilakukan pengumpulan data mengenai data-data yang diperlukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki performansi supplier. Dalam penelitian ini digunakan material atau bahan bakar untuk mesin boiler sebagai item yang diteliti, dimana untuk bahan bakar mesin boiler mempunyai berbagai macam variansi batu bara dari supplier untuk PT. XYZ. Adapun data-data yang dipelukan meliputi data harga pembelian bahan baku kepada supplier, data kualitas batu bara yang diterima, data tingkat ketepatan waktu pengantaran, data tingkat pemenuhan order, data penanganan bahan baku, data penanganan sampah yang dihasilkan serta data kriteria kepuasan PT. XYZ terhadap setiap supplier Klasifikasi Decision Making Unit Untuk proses pengolahan data diperlukan pengklasifikasian masing-masing supplier yang diamati kedalam DMU (Decision Making Unit). Dalam hal ini supplier disebut sebagai Decision Making Unit (DMU) yang akan dievaluasi. Dari supplier-supplier tersebut dikonversikan ke dalam DMU, sehingga DMU dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : DMUk = DMU yang diukur nilai efisiensinya DMUj=1 = PT. AAA. DMUj=2 = PT. BBB. DMUj=3 = PT. CCC. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-41

42 DMUj=4 = PT. DDD. DMUj=5 = PT. EEE Klasifikasi Faktor Setelah dilakukan klasifikasi DMU, proses selanjutnya adalah brainstorming dengan pihak perusahaan mengenai faktorfaktor yang berpengaruh terhadap performansi supplier. Faktor-faktor ini yang nantinya akan menjadi variabel pengukuran tingkat efisiensi pada masing-masing DMU. Faktor yang teridentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Harga beli bahan baku. 2. Kualitas bahan baku. 3. Tingkat ketepatan waktu pengantaran. 4. Pemenuhan kuantitas order bahan baku. 5. Kriteria kepuasan perusahaan dari setiap supplier. 6. Material handling. 7. Waste handling Model Data Envelopment Analysis Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh tujuh jenis data untuk setiap supplier (DMU), yaitu satu data input dan enam data output, seperti tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Data Input-Output setiap DMU (dalam ribuan) DMU X 1 Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y Sumber : Pengolahan Data Keterangan : X 1 adalah nilai input yaitu total harga beli bahan baku. Y 1 adalah nilai output yaitu kualitas bahan baku. Y 2 adalah nilai output yaitu tingkat ketepatan waktu pengantaran. Y 3 adalah nilai output yaitu pemenuhan kuantitas order bahan baku. Y 4 adalah nilai output yaitu kepuasan perusahaan dari supplier. Y 5 adalah nilai output yaitu material handling (penanganan bahan). Y 6 adalah nilai output yaitu waste handling (penanganan limbah). Data Envelopment Analysis yang terdiri dari Model DEA-CCR Primal dan Model DEA-CCR Super Efisiensi 3.4. Model DEA-CCR Primal Pada tahap ini langkah yang dilakukan adalah membuat model DEA-CCR primal atau dikenal dengan DEA-CRS (Constant Returns to Scale). Perhitungan kemudian diselesaikan dengan menggunakan software LINDO 6.1 untuk mendapatkan nilai Z o dari masingmasing DMU. DMU yang mempunyai nilai Z o = 1 dikategorikan kedalam efficien supplier sedangkan DMU yang mempunyai nilai Z o < 1 dikategorikan kedalam inefficien supplier. Dari hasil perhitungan model DEA-CCR Primal diatas didapatkan supplier yang efficien dan inefficien. Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : Tabel 2. DMU Efficient dan Inefficient DMU Z o Kategori 1 1 Efficient 2 1 Efficient Inefficient 4 1 Efficient 5 1 Efficient Dari hasil perhitungan model DEA-CCR (Charnes-Cooper-Rhodes) Primal atau DEA-CRS (Constant Returns to Scale), maka didapat nilai Z o, nilai Technical Efficiency dan Slack Variable. Nilai TE (Technical Efficiency) diperoleh dari perhitungan 1/Z o. Adapun hasil perhitungannya dijelaskan pada tabel 3. Berdasarkan hasil tersebut, maka DMU yang tidak efisien adalah DMU 3. Sedangkan DMU lainnya yaitu DMU 1, DMU 2, DMU 4 dan DMU 5 adalah DMU yang efisien. A-42 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

43 Tabel 3. Hasil Perhitungan DEA-CRS DMU Z o Technical Efficiency Slack Variable So1 = So2 = So3 = So5 = Sumber : Pengolahan Data 3.5. Model DEA-CCR Super Efisiensi Dalam perhitungan Super-Efisiensi, yang di ukur hanya supplier (DMU) yang efficient supplier (yang mempunyai nilai Z o = 1,00) dengan tujuan untuk merangking supplier tersebut sehingga kita dapat menentukan efficient supplier mana yang terbaik untuk perusahaan. Perhitungan untuk Super-Efisiensi diaplikasikan kedalam model matematis DEA-CCR Primal. Formulasi program linier Super-Efisiensi relatif sama dengan formulasi DEA-CCR primal, yang berbeda hanya pada batasan kendala DMU ke-p yang dihilangkan dari fungsi kendala kedua. Misalnya DMU yang diukur adalah DMU1, maka fungsi kendala kedua untuk DMU1 dihilangkan, berarti nilai efisiensi untuk DMU1 tidak dibatasi sehingga dimungkinkan untuk mencapai nilai efisiensi lebih dari satu. Berikut ini adalah model matematis Super-Efisiensi untuk DMU yang termasuk efficient supplier (yang mempunyai nilai Z o = 1,00) dengan memasukkan nilai input dan output. Model perhitungan tersebut kemudian diselesaikan dengan bantuan software LINDO 6.1 untuk mendapatkan nilai Super-Efisiensi setiap DMU. Perankingan dilakukan dengan mengurutkan DMU yang mempunyai nilai super-efisiensi paling besar menuju yang paling kecil. Data hasil perhitungan DEA-CCR Super-Efisiensi dari pengolahan model diatas dapat dilihat pada Tabel: Tabel 4. Hasil Perhitungan DEA-CCR Super-Efisiensi DMU Supplier Super- Efisiensi Ranking 1 PT. AAA PT. BBB PT. DDD PT. EEE Sumber : Pengolahan Data 3.6. Technical Efficiency Technical efficiency merupakan indeks yang menggambarkan tingkat produktivitas dari masing masing DMU. Perhitungan Technical efficiency dilakukan dengan metode technical efficiency CRS. Jika nilai Technical efficiency lebih dari satu mengidentifikasikan bahwa dalam DMU tersebut terjadi scale inefficient atau dengan kata lain DMU tersebut belum beroperasi secara optimal. TE CRS digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi tiap DMU. Dari hasil perhitungan terlihat nilai TE dan nilai slack variable masing-masing DMU, baik input maupun output. Nilai TE pada DMU PT. AAA (DMU1), PT. BBB (DMU 2), PT. DDD (DMU 4) dan PT. EEE (DMU 5) telah mencapai nilai efisiensi sebesar 1 dengan nilai slack variable sebesar 0, dapat dikatan bahwa DMU tersebut telah mencapai nilai optimal dan efisien. Sedangkan pada DMU PT. CCC. (DMU 3) mempunyai nilai technical efficiency sebesar , yang berarti bahwa DMU tersebut belum mencapai tingkat optimal dan efisien karena TE DMU tersebut melebihi nilai efisiensi yang ditentukan yaitu 1. Terdapat beberapa nilai slack variable pada DMU 3 yaitu So1, So2, So3 dan So5, hal ini dapat menyebabkan pemborosan dan kerugian secara operasional, karena terlalu banyak pemborosan input/output yang tidak terpakai Perankingan Supplier (DMU) Perankingan supplier (DMU) dilakukan untuk mengurutkan supplier (DMU) yang efisien dari yang mempunyai nilai Z 0 terbesar menuju yang terkecil sehingga kita dapat menentukan efficient supplier mana yang terbaik untuk perusahaan. Perangkingan dilakukan dengan menggunakan model DEA-CCR Super Efisiensi. Formulasi program linier Super- Efisiensi relatif sama dengan formulasi DEA-CCR primal, yang berbeda hanya pada batasan kendala DMU ke-p yang dihilangkan dari fungsi kendala kedua. Misalnya DMU yang diukur adalah DMU1, maka fungsi kendala kedua untuk DMU1 dihilangkan, berarti nilai efisiensi untuk DMU1 tidak dibatasi sehingga dimungkinkan untuk mencapai nilai efisiensi lebih dari satu. Dari hasl perhitungan didapatkan bahwa DMU PT. DDD (DMU 4) adalah DMU yang mempunyai nilai Z 0 terbesar yaitu sebesar , hal ini menunjukkan bahwa PT. DDD merupakan supplier batu bara yang terbaik untuk PT. XYZ. Sedang pada urutan kedua yaitu PT. EEE (DMU 5) dengan nilai Z 0 sebesar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-43

44 kemudian pada urutan ketiga yaitu PT. AAA (DMU 1) dengan nilai Z 0 sebesar dan pada urutan keempat yaitu PT. BBB (DMU 2) dengan nilai Z 0 sebesar Penutup Dari hasil perhitungan dan analisis seluruh DMU yaitu supplier batu bara PT. XYZ, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Setelah dilakukan pengolahan dengan metode DEA-CRS, maka didapatkan nilai efisiensi DMU PT. AAA sebesar 1, PT. BBB sebesar 1, PT. CCC sebesar , PT. DDD sebesar 1 dan PT. EEE sebesar Dari hasil pengolahan didapatkan satu DMU yang tidak efisien yaitu DMU 3 karena nilai efisiensinya kurang dari 1. Maka supplier yang tergolong inefficient supplier adalah PT. CCC, sedangkan supplier yang tergolong efficient supplier adalah PT. AAA, PT. BBB, PT. DDD dan PT. EEE. 3. Berdasarkan perhitungan efisiensi supplier dengan menggunakan Program Linear DEA-CCR Super-Efisiensi dihasilkan PT. DDD merupakan efficient supplier terbaik untuk PT. XYZ dibandingkan dengan empat supplier lainnya yaitu mempunyai nilai efisiensi sebesar Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat kami berikan saran: 1. Dalam penelitian ini hanya meneliti efisiensi relatif supplier batu bara, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat meneliti efisiensi relatif supplier-supplier bahan baku atau spare part yang lain. 2. Dalam penelitian ini rentang waktu yang digunakan hanya tiga bulan, diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan rentang waktu yang lebih panjang. Dengan penggunaan data yang lebih panjang cakupan waktunya diharapkan hasil yang didapatkan lebih handal. 3. Dalam penelitian ini variabel input hanya harga beli saja, untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya penambahan variabel input lainnya. 4. Dalam penelitian ini pengukuran efisiensi relatif hanya menggunakan metode Data Envelopment Analysis, penelitian selanjutnya dapat digabungkan metode lain seperti DEA-AHP (Data Envelopment Analysis- Analytic Hierarchy Process) atau menggunakan metode lain seperti Objective Matrix (OMAX). Daftar Pustaka [ 1 ] Charnes, A., W.W Cooper and E. Rhodes, Measuring the Efficiency of Decision Making Unit, European Journal of Operatioan Research, 2, 1978, [ 2 ] Diani, Rahma. Parung, Joniarto dan Prayogo D. Natalia, Penerapan Teknik Brainstroming-Idea Advocate dan Fuzzy Logic Dalam sistem Evaluasi dan Pemilihan Supplier, Journal of Logistics and Supply Chain Management, 1(2), [ 3 ] Farrel, M.J., The Measurement of Productive Efficiency, Journal of the Royal Statistical Society, series A, 120 (3),1957, [ 4 ] Gregorius S. Budhi, Isa Irawan dan Jani S. Natalia, Fuzzy Preference Relation Untuk Membantu Pengambilan Keputusan Multi-Criteria Pemilihan Supplier, Konferensi Nasional Sistem dan Informatika, Bali, [ 5 ] Nugroho, Suryo Adi, Pengukuran Efisiensi Terhadap Supplier Dengan Menggunakan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA), Tugas Akhir, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, [ 6 ] Rusindiyanto, Pengukuran Tingkat Efisiensi Pelayanan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) di PT Pos Indonesia Wilayah Surabaya Selatan, Jurnal Aplikasi Manajemen, 8 (1), [ 7 ] Shahooth, K dan Hussein, Using Data Envelopment Analysis To Measure Cost Efficienc, Scientivic Journal Of Administrative Development, 4, [ 8 ] Shofiana, Mustahdi, Analisis Efisiensi Pelayanan Listrik Pra Bayar Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis, Tugas Akhir, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, [ 9 ] Suwandi, Pengaruh Kejelasan Peran Dan Motivasi Kerja Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Tugas Jabatan Kepala Sub Bagian Di Lingkungan Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur, Universitas Airlangga, Surabaya, 2005 A-44 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

45 PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN PENDEKATAN FUZZY DAN METODE SERVICE QUALITY Muhammad Ainul Yaqin Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jl.Mojopahit 666 B Sidoarjo yaqinicu@gmail.com Wiwik Sulistiyowati Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jl.Mojopahit 666 B Sidoarjo w2kblue@yahoo.com ABSTRAK Universitas Muhammadiyah Sidoarjo merupakan suatu lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang jasa yang terus berhubungan dengan suatu tingkat kepuasan mahasiswa. Dengan persaingan dunia jasa pendidikan saat ini Universitas Muhammadiyah Sidoarjo harus bisa meningkatkan mutu yang dimilikinya. Dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan sehingga mahasiswa merasa nyaman dan puas, dan perlu adanya sebuah metode untuk mengukur kualitas pelayanan perusahaan tersebut. Dan penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi sebagai sarana pengambilan keputusan untuk perbaikan yang akan dilakukan. Metode yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan menggunakan Fuzzy -Servqual. Fuzzy merupakan suatu metode yang menggunakan pendekatan, dimana fuzzy adalah perluasan dari himpunan crisp yang membagi sekelompok individu kedalam dua katagori, anggota dan bukan anggota. Servqual merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kriteria-kriteria yang harus ditingkatkan. Hasil dari pengintregasian kedua metode tersebut adalah kriteria ketersediaan petugas keamanan membantu mahasiswa dengan nilai -1,71 merupakan hal utama yang dikeluhkan mahasiswa untuk pihak manajemen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, sedangkan kriteria ketersediaan kelengkapan sarana belajar (OHP, LCD) dengan nilai -1 merupakan anggapan manajemen yang dirasakan kurang diberikan kepada mahasiswa. Sehingga terjadi perbedaan apa yang dirasakan oleh mahasiswa dan manajemen. KATA KUNCI Fuzzy- Servqual, Kualitas Pelayanan 1. Pendahuluan Dengan berkembangnya lembaga pendidikan tingkat Universitas di Sidoarjo saat ini. Jurusan Teknik Industri Universitas muhammadiyah selaku lembaga usaha yang bekerja dibidang jasa harus meningkatkan pelayanannya, khususnya dibidang akademik. Agar daya saing dibidang jasa bisa dipertahankan dan mendapakan predikat baik dimata masyarakat atau calon Mahasiswa baru. Untuk peningkatan pelayanannya pihak Jurusan Teknik Industri Universitas harus dapat mengetahui harapan dan presepsi mahasiswa dan manjemen selama ini. Apakah yang diberikan selama ini sudah sesuai dengan harapan mahasiswa atau belum. Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri jasa, [1] merumuskan dari 10 dimensi kualitas menjadi 5 dimensi kualitas, yaitu: 1. Reliability (reliabilitas), berkaitan denga kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan. 2. Assurance (jaminan), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. 3. Tangibles (bukti fisik), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. 4. Empathy (empati), berkaitan dengan kemampuan perusahaan dapat memahami masalah par pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan. 5. Responsiveness (daya tanggap), berkenaan dengan ketersediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka. Selain itu, kepuasan dapat didefinisikan sebagai penilaian bahwa produk/jasa itu sendiri meberikan tingkat pemenuhan berkaitan dengan konsumsi yang menyenangkan [2]. Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-45

46 penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan atau membership function menjadi ciri utama dari penalaran dengan logika fuzzy tersebut [3]. Pada prinsipnya himpunan fuzzy adalah perluasan himpunan crisp, yaitu himpunan yang membagi sekelompok individu kedalam dua katagori, yaitu anggota dan bukan anggota. Alasan informasi linguistik sering dipresentasikan dalam istilah fuzzy adalah [3] : 1. Komunikasi yang dilakukan lebih cocok dan efisien jika dilakukan dalam istilah fuzzy 2. Pengetahuan kita tentang suatu hal pada dasarnya adalah fuzzy. Sering kali kita mengerti akan suatu teori, tetapi kita tidak yakin secara mendetail. 3. Banyak sistem nyata yang terlalu komplek jika digambarkan dalam istilah crisp (tegas). Sering kali informasi penting mengenai suatu sistem tidak presisi, dan kadang kala banyak informasi tersebut kita peroleh. Dalam TFN, setiap nilai tunggal (crisp) memiliki fungsi keanggotaan yang terdiri dari tiga nilai yang masing-masing merepresentasikan nilai bawah, nilai tengah dan nilai atas [4]. Secara grafis fungsi keanggotaan dengan TFN dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : Derajat Keanggotan \Kusumadewi dalam [4], perhitungan Fuzzyfikasi Data Persepsi Pelanggan dilakukan dengan menggunakan langkah awalnya adalah mencari nilai c, a, dan b untuk tiap kriteria, seperti disajikan pada rumus berikut ini : Batas bawah (a) Nilai Tengah (crisp) Batas atas (c) Service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara harapan dan presepsi pelanggan. [1] Mengemukakan sebuah model dan menyusun beberapa acuan yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam strategi penyesuaian/langkah antara yang diharapkan pelanggan dengan kinerja organisasi/perusahaan [2]. Dalam hal ini ada lima kesenjangan (Gap) yang menyebabkan penyajian/penyampaian pelayanan tidak berhasil, yaitu : a) Gap 1, yaitu Kesenjangan antara harapan konsumen dan pandangan manajemen. b) Gap 2, yaitu Kesenjangan antara pandangan/persepsi manajemen dan spesifikasi mutu pelayanan. c) Gap 3, yaitu Kesenjangan antara mutu pelayanan dan sajian/penyampaian pelayanan ( service delivery ). d) Gap 4, yaitu Kesenjangan antara penyajian pelayanan dan komunikasi eksternal e) Gap 5, yaitu Kesenjangan antara yang dialami dan yang diharapkan. Servqual merupakan suatu pilihan skala yang ringkas namun memiliki tingkat kepercayaan dan kebenaran yang cukup tinggi dimana suatu manajemen perusahaan dapat menggunakan agar lebih mengerti bagaimana persepsi konsumen dan harapan mereka terhadap layanan yang diberikan. Servqual mencakup lima dimensi yang dijadikan patokan dalam mengukur kualitas pelayanan yang terdiri dari [1] : 1. Tangiblees ( Bukti fisik ) 2. Reliability ( Kehandalan ) 3. Responsiveness ( Ketanggapan ) 4. Assurance ( Jaminan ) 5. Emphaty ( Empati ). Skor SERVQUAL untuk setiap pasang pernyataan, bagi masing-masing pelanggan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut [1] : A-46 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

47 Nilai Servqual = Nilai Persepsi Nilai Harapan 2. Metode Penelitian Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama, dan diperoleh secara langsung dari Universitas Muhammadiyah. Data primer dalam penelitian ini adalah : 1. Data atribut dimensi kualitas. 2. Data penilaian mahasiswa 3. Data penilaian manajemen pelayanan 4. Data penilaian karyawan dibidang pelayanan Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian: 1. Kuesioner tingkat kepentingan. Data ini dikumpulkan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari setiap atribut yang dirasakan oleh mahasiswa dan manajemen. 2. Kuesioner harapan. Data ini diperlukan untuk mengetahui harapan atau keinginan mahasiswa dan manajemen setelah menggunakan pelayanan yang ada sebagai tanggapan dan masukan kepada pihak manajemen jasa. 3. Kuesioner presepsi. Data ini dikumpulkan untuk mengetahui nagaimana penilaian mahasiswa terhadp pelayanan yang telah diberikan oleh pihak penyedia jasa saat ini. Data atribut dalam kuesioner terdiri dari lima dimensi service quality yaitu: 1. Dimensi tangible meliputi pertanyaan yang berhubungan dengan fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2. Dimensi reliability meliputi pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 3. Dimensi responsiveness meliputi pertanyaan yang berhubungan dengan keinginan para staf/pegawai untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4. Dimensi assurance meliputi pertanyaan yang berhubungnan dengan pertanyaan yang mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bahaya, resiko dan keraguraguan. 5. Dimensi empaty meliputi pertanyaan yang berhubungan dengan kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Skala Likert dimana mempunyai 5 penilian pengukuran yaitu : 1. Sangat Tidak Setuju Dengan Nilai 1 2. Tidak Setuju Dengan Nilai 2 3. Cukup Setuju Dengan Nilai 3 4. Setuju Dengan Nilai 4 5. Sangat Setuju Dengan Nilai 5 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Penyebaran Kuesioner Pada penyebaran kuesioner penelitian ini dilakukan berlandaskan teori pengambilan sample dari yaitu sebesar 10 % dari populasi [5]. Didapatkan sebanyak 20 kuesioner untuk mahasiswa dan 11 kuesioner untuk manajemen Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Data Software yang di gunakan pada proses uji validitas dan reliabilitas adalah SPSS version Tampilan menu yang digunakan adalah analyze, reliability. Variable disebut valid jika jumlah r calculation > r tabel, dimana r tabel menggunakan tingkat signifikasi 5% dan derajat kebebasan untuk mahasiswa adalah db = n-1 = 17-1=16 sedangkan derajat kebebasan untuk manajemenn adalah db = n-1 = 10-1=9, sehingga di dapat r tabel mahasiswa = 0,468 dan r tabel manajemen = Maka di peroleh perhitungan validitas Tabel 1. Reliabilitas Chronbach alpha Chronbach alpha Manajemen Mahasiswa Chronbach alpha keterangan Kepentingan >0.6 Reliable Harapan >0.6 Reliable Presepsi >0.6 Reliable Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-47

48 Tabel 2. Validitas r hitung manajemen R tabel manajemen kesimpulan r hitung mahasiswa r tabel mahasiswa kesimpulan Kepentingan 0,640-0,995 > 0,602 Valid 0,472-0,920 > 0,468 Valid Harapan 0,674-0,980 > 0,602 Valid 0,498-0,912 > 0,468 Valid Persepsi 0,479-0,898 > 0,602 Valid 0,477-0,869 > 0,468 Valid 3.3. Perhitungan Nilai Fuzzyfikasi Dengan melakukan perhitungan rata-rata penilaian, dapat diketahui beberapa nilai antara presepsi dan harapan dari mahasiwa dan manjemen untuk tiap kriteria pelayanan. Dan hasil dari perhitungan rata-rata TFN, dapat diketahui berapakan nilai crisp rata-rata penilaian yang telah didapatkan. Berikut hasil perhitungan fuzzy harapan dan prsepsi disajikan pada tabel 3,4,5 dan 6 : Tabel 3. Nilai Fuzzy Persepsi Mahasiswa No Kriteria TFNs Deffuzzyfikasi b a c Ranking 1 Fasilitas ruang kuliah yang nyaman dan tertata bagus 2,35 3,17 4,05 3, Fasilitas keamanan yang memadai 2,29 3,05 4 3, Ketersediaan tempat ibadah 2,41 3,11 4 3, Ketersediaan kantin yang bersih 2,41 3,17 4 3, Ketersediaan kelengkapan sarana belajar (OHP; LCD) 2,41 3,35 4,17 3, Tempat parkir yang harus bersih, aman, dan nyaman. 2,11 2,7 3,58 2, Pengajar memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih 2,59 3,47 4,35 3, Ketepatan waktu dalam mengajar 2,17 3,11 3,94 3, Kedisiplinan waktu penyampaian materi yang sesuai jadwal 2,29 3 3,94 3, Cara dan metode dosen dalam menyampaikan materi kuliah 2,35 3,23 4,05 3, Pelayanan administrasi yang mudah dan cepat 2,29 3 3,94 3, Transparansi nilai mahasiswa 2,17 3,11 4 3, Prosedur komplain atau keluhan hasil layanan harus mudah 2,29 2,88 3,82 2, Pemberian respon dan perhatian yang cepat dan tepat terhadap kesulitan yang dihadapi mahasiswa. 1,94 2,88 3,82 2, Ketersediaan karyawan menjawab pertanyaan mahasiswa 1,94 2,88 3,82 2, Ketersediaan petugas keamanan membantu mahasiswa 1,7 2,52 3,47 2, Kemampuan dan kesopanan staf administrasi dan akademis 2,23 3,05 4 3, Kapabilitas/kemampuan staf pengajar 2,35 3,23 4,17 3, Kesiapan staf mengajar 2,05 3 3,94 2, Kenyamanan dalam proses belajar mengajar 2,29 3,17 4,11 3, Kejelasan informasi akademis 1,82 2,76 3,7 2, Kepedulian staf administrasi dan akademis untuk membantu kesulitan mahasiswa 1,94 2,88 3,82 2, Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status dan lain-lain 2,11 3 3,94 3,01 15 Tabel 4. Nilai Fuzzy Harapan Mahasiswa No Kriteria TFNs Deffuzzyfikasi b c a Ranking 1 Fasilitas ruang kuliah yang nyaman dan tertata bagus 3,64 4,58 4,94 4, Fasilitas keamanan yang memadai 3,35 4,29 4,82 4, Ketersediaan tempat ibadah 3,7 4,64 4,94 4, Ketersediaan kantin yang bersih 3,41 4,23 4,82 4, Ketersediaan kelengkapan sarana belajar (OHP; LCD) 3,54 4,58 4,88 4, Tempat parkir yang harus bersih, aman, dan nyaman. 3,52 4,41 4,88 4, Pengajar memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih 3,7 4,58 4,88 4, Ketepatan waktu dalam mengajar 3,35 4,23 4,88 4, Kedisiplinan waktu penyampaian materi yang sesuai jadwal 3,47 4,35 4,88 4, Cara dan metode dosen dalam menyampaikan materi kuliah 3,64 4,52 4,88 4, Pelayanan administrasi yang mudah dan cepat 3,47 4,35 4,88 4, Transparansi nilai mahasiswa 4 4,47 5 4, Prosedur komplain atau keluhan hasil layanan harus mudah 3,58 4,47 4,88 4, Pemberian respon dan perhatian yang cepat dan tepat terhadap kesulitan yang dihadapi mahasiswa. 3,58 4,52 4,94 4, Ketersediaan karyawan menjawab pertanyaan mahasiswa 3,35 4,17 4,82 4, Ketersediaan petugas keamanan membantu mahasiswa 3,47 4,41 4,94 4, Kemampuan dan kesopanan staf administrasi dan akademis 3,47 4,29 4,82 4, Kapabilitas/kemampuan staf pengajar 3,58 4,52 4,94 4, Kesiapan staf mengajar 3,47 4,41 4,94 4, Kenyamanan dalam proses belajar mengajar 3,7 4,58 4,88 4, Kejelasan informasi akademis 4 4,41 4,94 4, Kepedulian staf administrasi dan akademis untuk membantu kesulitan mahasiswa 3,58 4,29 4,82 4, Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status dan lain-lain 3,64 4,47 4,94 4,35 7 A-48 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

49 Tabel 5. Nilai Fuzzy Persepsi Manajemen No Kriteria TFNs b a c Deffuzzyfikasi Ranking 1 Fasilitas ruang kuliah yang nyaman dan tertata bagus 2,7 3,5 4,4 3, Fasilitas keamanan yang memadai 3 3,3 4 3, Ketersediaan tempat ibadah 3,2 3,6 4,3 3,7 4 4 Ketersediaan kantin yang bersih 3,1 3,4 4,2 3, Ketersediaan kelengkapan sarana belajar (OHP; LCD) 3,1 3,4 4,2 3, Tempat parkir yang harus bersih, aman, dan nyaman. 2,2 3,1 3,9 3, Pengajar memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih 3 3,4 4 3, Ketepatan waktu dalam mengajar 2,4 3,3 3,9 3, Kedisiplinan waktu penyampaian materi yang sesuai jadwal 2,3 3,2 3,9 3, Cara dan metode dosen dalam menyampaikan materi kuliah 3,2 3,5 4,3 3, Pelayanan administrasi yang mudah dan cepat 2,2 3,1 3,9 3, Transparansi nilai mahasiswa 3,1 3,4 4,3 3, Prosedur komplain atau keluhan hasil layanan harus mudah 2,5 3,3 4,1 3, Pemberian respon dan perhatian yang cepat dan tepat terhadap kesulitan yang dihadapi mahasiswa. 2,5 3,4 4,2 3, Ketersediaan karyawan menjawab pertanyaan mahasiswa 3,2 3,5 4,3 3, Ketersediaan petugas keamanan membantu mahasiswa 2,7 3,7 4,4 3, Kemampuan dan kesopanan staf administrasi dan akademis 3,1 3,5 4,4 3, Kapabilitas/kemampuan staf pengajar 3,1 3,5 4,4 3, Kesiapan staf mengajar 3,1 3,6 4,5 3, Kenyamanan dalam proses belajar mengajar 3,2 3,6 4,4 3, Kejelasan informasi akademis 3,2 3,5 4,4 3, Kepedulian staf administrasi dan akademis untuk membantu kesulitan mahasiswa 3 3,4 4,3 3, Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status dan lainlain 3 3,4 4,3 3,56 12 Tabel 6. Nilai Fuzzy Harapan Manajemen No Kriteria TFNs b a b Deffuzzyfikasi Ranking 1 Fasilitas ruang kuliah yang nyaman dan tertata bagus 3,3 4 4, Fasilitas keamanan yang memadai 3,5 4,3 4,8 4,2 3 3 Ketersediaan tempat ibadah 2,6 4,1 4,8 3, Ketersediaan kantin yang bersih 3 3,9 4,5 3, Ketersediaan kelengkapan sarana belajar (OHP; LCD) 3,6 4,4 4,8 4, Tempat parkir yang harus bersih, aman, dan nyaman. 3,1 4 4,5 3, Pengajar memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih 3,2 4,1 4,6 3, Ketepatan waktu dalam mengajar 3 3,8 4,5 3, Kedisiplinan waktu penyampaian materi yang sesuai jadwal 3,1 3,9 4,5 3, Cara dan metode dosen dalam menyampaikan materi kuliah 3,4 4,2 4,8 4, Pelayanan administrasi yang mudah dan cepat 3,1 3,9 4,5 3, Transparansi nilai mahasiswa 3,5 4,1 4,6 4, Prosedur komplain atau keluhan hasil layanan harus mudah 3,1 4 4,6 3, Pemberian respon dan perhatian yang cepat dan tepat terhadap kesulitan yang dihadapi mahasiswa. 2,8 3,7 4,5 3, Ketersediaan karyawan menjawab pertanyaan mahasiswa 2,7 3,6 4,4 3, Ketersediaan petugas keamanan membantu mahasiswa 2,5 3,4 4,1 3, Kemampuan dan kesopanan staf administrasi dan akademis 3,1 4 4,7 3, Kapabilitas/kemampuan staf pengajar 3,4 4,3 4,9 4, Kesiapan staf mengajar 3,4 4,3 4,9 4, Kenyamanan dalam proses belajar mengajar 3,2 4,1 4, Kejelasan informasi akademis 3,6 4,5 4,9 4, Kepedulian staf administrasi dan akademis untuk membantu kesulitan mahasiswa 3,4 4,3 4,7 4, Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status dan lain-lain 2,8 4,2 4,9 3, Perhitungan Nilai Gap Kriteria Pelayanan Antara Presepsi Dan Harapan Mahasiswa Dan Manajemen. Nilai gap negatif menunjukkan kualitas pelayanan suatu kriteria kurang baik sehingga perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dimana nilai ideal suatu nilai gap antara presepsi dan harapan adalah nol. Bila nilai dari gap itu positif, maka hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan tersebut melebihi harapan yang diharapkan oleh pelanggan atau disini mahasiswa. Berdasarkan perhitungan, nilai gap negatif tertinggi menurut manajemen adalah pada kriteria ketersediaan petugas keamanan membantu mahasiswa dengan nilai -1,71. Dan menurut mahasiswa gap negatif tertinggi ada pada kriteria ketersediaan kelengkapan sarana belajar(ohp, LCD) yaitu dengan nilai -1. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-49

50 3.5. Perhitungan Gap Tiap Dimensi Dengan melakukan perhitungan gap tiap dimensi kualitas pelayanan, akan dapat diketahui sejauh mana tingkat kesesuaian antara presepsi dan harapan mahasiswa dan manajemen pada tiap-tiap dimensi tersebut. Dari hasil perhitungan, nilai gap manajemen tertinggi adalah pada dimensi reliability yaitu sebesar -4,06. Dan nilai gap mahasiswa tertingi adalah pada dimensi reliability yaitu dengan nilai sebesar -8, Analisa Gap Dari hasil perhitungan yang menunjukkan ada nilai negatif didalam atribut penilaian. Ini menunjukkan bahwa kepuasan mahasiswa terhadapa pelayanan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo masish belum terpenuhi, sehingga pihak Universitas masih perlu ditingkatkan kualitas pelayanannya. 4. Penutup Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Tingkat kualitas pelayanan di Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo secara keseluruhan masih belum memenuhi harapan mahasiswa. 2. Untuk mencapai kepuasan mahasiswa, pihak Jurusan Teknik Industri Universitas Muhmmadiyah Sidoarjo masih perlu meningkatkan kinerja pelayanannya. Agar mendapatkan kualitas pelayanan yang diharapkan. Daftar Pustaka [1] Zeithmal, V., Parasuraman, A., Berry, L., Delivering Quality Service : Balancing Customer Preceptions and Expectations, (USA : The Free Press Collier Macmillan Publishers. 1990). [2] Tjiptono, Fandy, Service Quality Satisfaction, (Andi, Yogyakarta (2005). [3] Kusumadewi, Sri,, Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan, Edisi kedua, Graha Ilmi, Yogyakarta, 2010) [4] Nurdiyanto, Dodik Fredo, Usaha Peningkatan Kualitas Pelayanan Dengan Pendekatan Fuzzy Dan Metode Service Quality Pada Pusat Perbelanjaan Assalaam Hypermarket, (Tugas Akhir, Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2008). [5] Widayat, Riset Bisnis, (CV. Cahaya Press, Malang, 2002). A-50 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

51 USULAN PERBAIKAN TATA LETAK PADA PROSES PRODUKSI DI CV. MITRA SETIA SEJAHTERA DENGAN METODE LINE BALANCING DAN METODE SPACE REL Angga Faif Deffria Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Atikha Sidhi Cahyana Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ABSTRAK Dalam dunia bisnis sekarang ini tingkat persaingan antar perusahaan semakin tinggi, proses pengambilan keputusan menjadi salah satu kunci yang mendasar dan penting seperti dalam pemilihan supplier untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, khususnya tinta. Disini CV. Mitra Setia Sejahtera sebagai supplier mengalami sedikit kesulitan dalam memenuhi kebutuhan konsumen, khususnya bagi konsumen yang meminta tinta banyak dan cepat. Oleh sebab itu penelitian ini akan membahas masalah tata letak pabrik, usulan perbaikan tata letak pabrik ini menggunakan metode Line Balancing dan Space Rel ( ARC dan ARD). Dari hasil perhitungan dan analisa dapat disimpulkan bahwa lay out pabrik yang baru lebih baik dari lay out yang lama, ini karena lay out yang baru alur produksi bisa membentuk alur garis lurus (straight Line), jarak antar stasiun kerja jadi lebih pendek ini membuat proses produksi jadi lebih cepat. KATA KUNCI Tata Letak Pabrik, Line Balancing, dan Space rel 1. Pendahuluan Teknik perencanaan dan perancangan tata letak (lay out) fasilitas-fasilitas produksi sebuah pabrik salah satu faktor yang sangat menentukan efisiensi produksi. Efisiensi yang tinggi dapat terlihat dari perencanaan fasilitas pabrik mulai penentuan lokasi dimana fasilitas-fasilitas produksi harus ditempatkan di dalam bangunan pabrik yang didirikan maupun perencanaan yang baik dari aliran proses produksi dengan bebas kerja yang seimbang diantara stasiun kerja tanpa adanya penumpukan material pada salah satu proses dan operator menganggur, menunggu terselesaikan pekerjaan pada proses sebelumnya. CV. Mitra Setia Sejahtera merupakan perusahaan yang sedang berkembang yang bergerak di grafika atau biasa disebut percetakan, perusahaan ini melayani pesanan semua bahan-bahan cetak kecuali kertas, dimana bisa melayani pengiriman seluruh Indonesia. Dari semua jenis bahan-bahan cetak yang disediakan perusahaan hanya tinta matching colour atau biasa disebut tinta khusus yang di produksi oleh perusahaan. Daerah yang dilayani masih sekitar Surabaya saja, ini disebabkan proses produksi yang terlalu lama. Padahal bila dilihat dari prosesnya hanya melewati 3 stasiun kerja, ini disebabkan tata letak ruang perusahaan yang kurang mendukung. Di CV. Mitra Setia Sejahtera terjadi delay dalam proses produksi. Penyebab waktu tunggu pada saat permintaan bahan baku adalah gudang bahan baku berada dilantai satu dan harus menggunakan lift untuk menaikkan ke lantai tiga ini membutuhkan waktu sekitar 20 menit, sedang dalam waktu pengepakan delay terjadi karena mesin tempat pengepakan berada pada jalur penimbangan bahan-bahan tinta yang sedang diproduksi, jadi waktu pengepakan harus menunggu proses penimbangan dan pemasangan tempat pengaduk ke mesin pengaduk. ini membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 15 menit (tergantung dari banyaknya bahan yang digunakan). Bila dilihat dari kasus di atas untuk waktu delay pada saat permintaan barang tidak terlalu masalah mungkin sehari akan sekali saja menunggu selama 20 menit, tapi pada proses pengepakan waktu yang terbuang akan cukup banyak bila produksi tinta 100 kg ke atas. Untuk memproduksi tinta sebanyak 100 kg membutuhkan 3 kali penimbangan, dan waktu yang terbuang adalah 45 menit. Dengan waktu delay sebanyak itu untuk perusahaan yang menggunkan sistem job order akan sangat riskan bila tidak segera di perbaiki, apalagi sekarang pesaing -pesaing yang lain mulai banyak bermunculan, maka masalah yang ada dapat dirumuskan adalah : (1) Tata letak ruang yang kurang efisien, karena terjardi alur yang balik arah, (2) Memperbaiki jalur produksi. Tujuan dalam penelitian ini ialah : (1) Memperbaiki tata letak ruang perusahaan, (2) Meminimalkan jarak antar stasiun kerja Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-51

52 2. Landasan Teori Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan coba memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja, dan sebagainya [4] Umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan dalam beberapa hal juga menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan kerja suatu industri. Karena aktivitas produksi suatu industri secara normalnya harus berlangsung lama dengan tata letak pabrik yang tidak selalu berubah-ubah, maka setiap kekeliruan yang dibuat di dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugiankerugian yang tidak kecil. Tujuan utama di dalam desain tata letak pabrik pada dasarnya adalah untuk meminimalkan total biaya yang diantara lain menyangkut elemen-elemen biaya adala : (1) Biaya untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin, maupun fasilitas produksi lainnya, (2) Biaya pemindahan bahan (material handling cost), (3) Biaya produksi, maintenance, safety dan biaya penyimpanan produk setengah jadi. Faktor-faktor yang banyak mempengaruhi dalam perencanaan fasilitas antara lain permintaan pasar yang sulit diprediksi, selera terhadap produk yang berubah-ubah, penggantian peralatan produksi, strategi dalam persaingan bisnis yang akan dijalankan, permodalan, dan sebagainya. Pada dasarnya permasalahan yang dihadapi manajemen dalam perencanaan fasilitas antara lain : (1) Perubahan rancangan, (2) Penambahan produk baru, (3) Perluasan departemen, (4) Pengurangan departemen, (5) Memindahkan satu departemen, (6) Penambahan departemen baru, (7) Peremajaan peralatan/mesin yang rusak, (8) Perubahan metode produksi, (9) Perencanaan fasilitas baru, (10) Biaya. Secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik ialah mengatur area kerja dari segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi, aman dan nyaman sehingga akan dapat menaikkan moral kerja dan performance kerja dari operator. Lebih spesifik lagi suatu tata letak yang baik akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi, ialah : (1) Menaikkan output produksi, (2) Mengurangi waktu tunggu (delay,) (3) Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling), (4) Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan service, (5) Mengurangi inventory in process, (6) Proses manufakturing yang lebih singkat, (7) Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator, (8) Memperbaiki moral dan kepuasan kerja, (9) Mempermudah aktivitas supervisi, (10) Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku maupun produk jadi [4]. Berdasarkan aspek dasar, tujuan, dan keuntungan - keuntungan yang bisa didapatkan dalam tata letak pabrik yang terencanakan dengan baik, maka bisa disimpulkan enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik ialah : (1) Integrasi total, (2)Perpindahan jarak yang seminimal mungkin, (3) Aliran proses kerja berlangsung lancar, (4) Pemanfaatan ruangan, (5) Kepuasan dan keselamatan kerja, (6) Fleksibilitas [4]. Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan letak daripada mesin, peralatan dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja yang ada. Tata letak yang baik dari segala fasilitas produksi dalam suatu pabrik adalah dasar untuk membuat operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Prosedur berikut ini adalah suatu hal yang umum dilaksanakan sebagai langkah didalam proses pengaturan tata letak pabrik, baik yang merupakan pengaturan fasilitas produksi daripada pabrik yang baru ataupun yang sudah ada (relayout). Secara singkat langkah-langkah yang diperlukan dalam perencanaan layout pabrik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Analisa Produk, (2) Analisa Proses, (3) Sigi dan Analisis Pasar, (4) Analisis Macam Dan Jumlah Mesin Atau Equipment Dan Luas Area Yang Dibutuhkan, (5) Pengembangan Alternatif Layout, (6) Perencanaan tata letak mesin dan departeman-departemen dalam pabrik [4]. Hasil dari analisis terhadap alternative lay out, selanjutnya dipakai sebagai dasar pengaturan fasilitas fisik dari pabrik yang terlibat dalam proses produksi dasar pengaturan fasilitas fisik dari pabrik yang terlihat dalam roses produksi baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Penempatan departemen departemen penujang ( office, storage, personel facilite, parking area,dan lain lain) serta pengaturan tata letak departemen masing masing akan dilaksanakan pada kebutuhan, struktur organisasi yang ada dan derajat hubunganya. Menentukan bentuk aliran material adalah langkah pertama dalam membangun lay out. Desainer kemudian harus menentukan tipe lay out yang digunakan. Ada beberapa pola dalam aliran produksi yang digunakan pada pabrik-pabrik, antara lain : (a) Garis Lurus (straight line), (b) Ular (Zig-zag), (c) Bentuk U (U-Shaped), (d) Melingkar (circular), (e) Bersudut Ganjil (odd-angle). Perencanaan dari kapasitas lini perakitan sering mencakup penentuan struktur dari lini produksi (prodiction line), misalnya banyaknya orang dan/atau mesin beserta tugas-tugas yang diberikan kepada masing-masing sumber daya itu. Masalah penentuan jumlah orang dan/atau mesin beserta tugas-tugas yang di berikan kepada masing-masing sumber daya itu, dikenal sebagai line balancing [1]. Dalam suatu assembly line, tidaklah mungkin tercapai suatu keseimbangan lini ( line balance) yang sempurna. Dengan kata lain, cycle time ( waktu siklus), yang merupakan jumlah total waktu standar dari elemen-elemen kerja untuk masingmasing operator atau stasiun kerja tidaklah sama. Akan ada idle time bagi operator atau stasiun kerja yang waktu siklusnya lebih kecil dari yang lain [1]. Kondisi seperti inilah yang perlu untuk dilakukan pengaturan ulang assembly line, yaitu dengan cara mendistribusikan ulang elemen-elemen kerja ke dalam operator atau stasiun kerja yang ada, supaya beban kerja masing masing operator atau stasiun kerja menjadi seimbang [1]. Untuk mendesain suatu keseimbangan lintasan diperlukan tiga langkah yaitu : A-52 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

53 1. Menyusun standarisasi sistem yang berjalan saat ini. a. Memilih jenis/ tipe produk yang akan diredesaign lintasanya. b. Menyusun operator list and timing. c. Menyusun ulang sistem yang ada saat ini. d. Memilih target Cycle time. 2. Menyusun desain dasar sistem a. Menentukan elemen-elemen kerja utama. b. Mengelompokkan elemen-elemen kerja tersebut dan menyusun precedence diagram. c. Mendesain stasiun kerja yang baru sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dapat diketahui kaitanya dari precedence diagram. d. Mengevaluasi alternatif-alternatif desain tersebut dan memilih rencana terbaik untuk lini perakitan. 3. Menyusun desain sistem secara rinci a. Menentukan elemen-elemen kerja tambahan. b. Melakukan perbaikan pada stasiun kerja yang mengalami bottleneck. Hal ini dapat dilakukan dengan mengeliminasikan elemen-elemen kerja tambahan pada setiap stasiun kerja. c. Rebalancing lini perakitan jika masih ditemukan ketidakseimbangan dengan jalan menyusun ulang beberapa pekerjaan. d. Mengevaluasi alternatif desain tersebut dan memilih desain akhir sistem kerja untuk ini perakitan tersebut Metode line balance adalah upaya untuk meminimumkan ketidak seimbangan diantara mesin-mesin untuk mendapatkan waktu yang sama di setiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan. Work station adalah kumpulan beberapa elemen kerja yang merupakan satu kesatuan sedang elemen kerja adalah satuan kerja terkecil dalam suatu proses produksi, misalnya pengorbanan dan pengecekan kualitas barang [1]. Langkah-langkah yang diperlukan dalam line balancing sebagai berikut : 1. Mencari pekerjaan, pekerjaan dirinci sesuai dengan elemen-elemen kerja yang ada. 2. Mencari waktu setiap elemen kerja, waktu yang diperlukan oleh setiap elemen kerja untuk membuat satuan barang harus ditentukan terlebih dahulu. 3. Menyusun precedence diagram, untuk memudahkan analisa, maka hubungan-hubunngan kerja disusun suatu diagram jaringan kerja yang disebut sebagai precedence diagram. 4. Menghitung cycle time, maksimum waktu yang digunakan dalam memproduksi satu buah barang dalam satu work station. Cara mencarinya sebagi berikut : C = H/P.....(2.1) C = cycle time H = waktu yang terdedia per hari P = hasil produksi tiap jam. Sumber : [2] 5. Menghitung work station minimum, jumlah minimum work station (sering disebut dengan therotical minimum)dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut : TM = t/c.....(2.2) TM = n = jumlah station minimum t = jumlah jam kerja dari semua elemen kerja yang ada. c = cycle time sumber : [2] 6. Menentukan alternatif pengelompokan anggota station, tentukan alternative-alternative pengelompokan mesinmesin atau elemen-elemen kerja yang ada, yang memungkinkan dibentuknya work station. Banyak work station sesuai dengan theoretical minimum. 7. Menghitung waktu kumulatif setiap waktu alternative, waktu kkumulatif tersebut jangan sampai melebihi cycle time. 8. Menentukan workstation, pilihlah kelompok kerja yang membentuk worksatation dengan waktu kumulatif tidak melebihi waktu kumulatif untuk mengurangi pengangguran. 9. Hitung tingkat pengangguran dan efisiensi, waktu pengangguran dalam suatu work station dapat dihitung dengan cara dikurangi dengan waktu kumulatif. Dan untuk persentasi waktu pengangguran dapat dihitung sebagai berikut : Pengangguran = i/n.c x100%...(2.3) i = idle time ( waktu menganggur) n= jumlah station minimum c = cycle time tingkat efisien dapat dihitung sebagai berikut : t/n.c x 100%...(2.4) sumber : [2] Dalam industri pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan atau aktivitas yang menunjang jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya, dan yang paling penting diketahui bahwa setiap kegiatan tersebut membutuhkan tempat untuk melaksanakannya. Aktifitas atau kegiatan tersebut diatas dapat berupa aktivitas produksi, administrasi, assembling, inventory. Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-53

54 aktifitas tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa kriteria, maka dalam perencanaan tata letak pabrik harus dilakukan penganalisaan yang optimal. Teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktifitas yang ada adalah Activity Relationship Chart[3]. Hubungan antar aktifitas ditunjukkan dengan tingkat kepentingan hubungan antar aktifitas tersebut yang dikonversikan dalam bentuk huruf, dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Simbol Simbol Activity Relationship Chart No. Tingkat kepentingan Kode Simbol grafis Sumber : [3] 1 MUTLAK PENTING A 2 PENTING TERTENTU E 3 PENTING I 4 BIASA O 5 TIDAK PENTING U None 6 TIDAK DIINGINKAN X ARD (Activitas Relationship Diagram) adalah hubungan antar aktivitas yang ditunjukkan dengan pendekatan keterkaitan kegiatan, yang menunjukkan setiap kegiatan sebagai satu model kegiatan tunggal ke dalam bentuk diagram. ARD menjadi dasar perencanaan keterkaitan antara pola aliran barang dan lokasi kegiatan pelayanan yang berhubungan dengan kegiatan produksi. ARD merupakan pengembangan dari ARC (Activity Relationship Chart). Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sitem yang sedang dirancang, bagaimana masing masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses pararel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram merupakan state khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing). Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behavior internal sebuah system (dan interaksi antar system) secara eksak, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum. Sebuah aktivitas dapat direalisaikan oleh satu use case atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case menggambarkan bagaimana actor dapat menggunakan system untuk melakukan aktivitas. 3. Hasil dan Pembahasan Gambar 1 adalah salah satu lay out pabrik yang perlu ada perbaikan karena terlalu banyak delay pada saat produksi, karena alur kerja yang tidak searah sehingga membuat terlalu banyak waktu terbuang dalam melakukan perpindahan barang dan perlu adanya perampingan ruangan. Gambar 1. lay out ruang produksi sebelum usulan Langkah 1: menyusun preseden diagram sesuai dengan lay out yang akan diperbaiki, dalam penyusunan ini hanya bagian yang mengalami proses produksi. Tabel 2 Tabel Sequential Relationship Task Task Time (sec) Task Descripsion Preceding Task A 85 Penimbangan Bahan _ B 90 Pengadukan Bahan A C 60 Pengecekan tinta B A-54 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

55 Tabel 2 Tabel Sequential Relationship (lanjutan) Task Task Time (sec) Task Descripsion Preceding Task D 90 Pengemasan C E 30 Pelebelan D F 30 Inspeksi kebersihan E G 30 Pengepakan E,F,D 415 Menggambarkan precedence diagram sesuai dengan sequential relationship yang telah diberikan. Gambar 2 Gambar Preceden Diagram Langkah 2: Menentukan Takt time atau Workstation Cycle Time C=Production time per day / Customer demand (or output per day) C= sec (8 hours) / 300 units = 96 Langkah 3: menentukan secara teori jumlah dari permintaan workstasion. N= Total Task Time / Takt time N= 415 / 96 = 4.32 (5 workstations) Langkah 4: Menentukan aturan dari penugasan. Sebagai contohnya aturan yang pertama adalah number of following tasks dan aturan kedua adalah longest operation time. Langkah 5: Menugaskan tugas pada workstations mengikuti aturan penugasan dan sesuai dengan precedence dan cycle time. Hasil pada langkah ini dijelaskan pa Tabel 3. Tabel 3 Tabel Penugasan stasiun kerja Work Station Task Task Time Feasible Remaining Task 1 A 90-2 B C 60 E,F,G 4 D E F G Langkah 6: Menghitung Efficiency Efficiency= Total Task Time / (Actual number of workstations * Takt Time) Efficiency= 415 / (5*96) = 86% Setelah mendapat kepastian berapa departemen yang akan disusun dari perhitungan line balancing maka dapat membuat matrik activity relianship chart yang dijelaskan pada tabel 4. Keterangan tabel 4: Dalam penyusunan tabel ARC akan memberikan pertimbangan mengenai derajat kedekatan dari satu departemen ke departemen lainya dengan ukuran yang lebeih bersifat kualitatif seperti : mutlak atau tidak mutlak harus berdekatan, cukup penting untuk diletakkan berdekatan, dan lain-lain. C C C I Derajat hubungan yang ingin ditunjukkan secara kualitas. 5,6 Alasan / pertimbangan dalam penetapan derajat hubungan yang dimaksud. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-55

56 Tabel 4 Matrik Activity Relianship Diagram Pada tabel 4 terdapat simbol-simbol A, E, I, O, U, dan X dimana simbol tersebut merupakan simbol derajat hubungan pada tingkat kepentingan yang ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 5. Tabel Simbol Derajat Hubungan No. Tingkat Kepentingan KODE 1 Mutlak Penting A 2 Penting Tertentu E 3 Penting I 4 Biasa O 5 Tidak Penting U 6 Tidak Diinginkan X Pada tabel 4 juga terdapat simbol angka 1 sampai 6 dimana simbol tersebut merupakan simbol alasan dimana alasan/pertimbangan ditunjukkan pada tabel 6. Tabel 6 Tabel Simbol Alasan Symbol Deskripsi Alasan / Pertimbangan Fungsi dan misi kegiatan kerja Kemudahan melakukan supervise Menggunakan keterampilan (skill) Menggunakan fasilitas dan alat bersama sama Memerlukan acces yang cepat Memerlukan komunikasi yang mudah Setelah membuat ARC dengan deskrips alasan/pertimbangan hubungan dengan benar maka lay out yang direncankan dapat dikonsturksikan secara sebenarnya berdasarkan string diagram yang sudah tersusun dalam ARC. Meskipun demikian tetap perlu dilakukan beberapa percobaan ( trial & error) sebelum lay out fiasebel bisa dibuat, dapat diliahat pada gambar 3. Keterangan gambar 3 : Garis-garis yang ada pada gambar Activity Reliationship Diagram menunjukkan derajat hubungan antara departemen yang sudah dinilai terlebih dahulu pada tabel ARC, gambar ini menggambarkan pengaturan / penempatan fasilitas pada kondisi palig optimal (berdasarkan hubungan aktivitasnya) tanpa memperhitungkan luasan area yang diperlukan. Setelah dilakukan pehitungan dari segi luas area dan segi kenyaman, dapat langsung mengaplikasikan Rel diagram dalam final lay out. Pengambilan keputusan yang dilakuka terhadat usulan desain lay out yang dipilih juga dilaksanakan sejauh utuk memberi keyakinan bahwa keputusan yag diambil sudah memberikan alternative lay out yang optimal. Final lay out dapat dilihat pada gambar dapat dilihat pada gambar 4. A-56 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

57 Gambar 3 Activity Reliationship Diagram Gambar 4. Final lay out Keterangan gambar 4 : Dari hasil perbaikan lay out dapat dilihat jarak antara stasiun kerja yg lebih pendek dari sebelumnya, untuk keterangan jarak antar stasiun dapat dilihat pada tabel 7 Tabel 7. Jarak Antar Stasiun Kerja No Stasiun Kerja Jarak Sebelumnya Jarak Sesudah Dilakukan Diperbaikan Gudang dan bahan baku Bahan baku dan mesin timbang Mesin maxing dan mesin pengecekan warna Mesin pengecekan warna dan packing Penggabungan antara stasiun kerja packing, pelebelan, dan inspeksi kebersihan. 1 meter 1 meter 7 meter 6 meter 0,5 meter 0,5 meter 1 meter 1 meter 1 meter _ 4. Penutup Setelah dilakukan analisa pada hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan : (1). Hasil dari perbaikan lay out yang dilakukan bisa menghasikan aliran bahan satu arah atau dengan bentuk garis lurus (straight line), ini akan membuat alur produksi lebih lancar dari lay out yang sebelumnya, (2). Perubahan lay out baru membuat jarak antar mesin ataupun bagian menjadi lebih dekat, ini akan membuat proses produksi bisa berjalan lebih cepat. Karena penelitian hanya sebuah usulan dan tidak memperhitungkan faktor biaya, ini membuat penelitian hanya sebuah wacana saja tidak bisa mengaplikasikan secara nyata. Untuk itu untuk penelitian selanjutnya di harapkan bisa mengajukan alokasi biaya dan perencanaan proyek agar penelitian bisa lebih baik lagi. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-57

58 Perencanaan lay out ini hanya pada ruang produksi saja idak menyeluruh pada ruang kantor dan gudang bawah, untuk penelitian selanjutnya lebih baik melakukan perbaikan secara menyeluruh agar lay out lebih maksimal lagi dalam aliran bahan dan tata ruang perusahaan. CV. Mitra Setia Sejahtera sebaikya menggunakan penelitian ini untuk melakukan perbaikan pada tata letak ruang, khususnya untuk tempat produksi yang membutuhkan penanganan secepatnya. Karena masalah tata letak ruang akan sangat berpengaruh pada proses produksi, yang akan berimbas pada hasil produksi, kenyamanan karyawan, dan akhirnya akan membuat pengiriman menjadi telat ang akan membuat konsumen kecewa. Daftar Pustaka [1] Herliansyah, M.K dan Nobmalia, W.S., Penerapan Time Study Pada Perhitungan Line Balancing Assemblyng Back Mirror Type X Dengan Pendekatan Perbaikan Tata Cara Kerja Untuk Meningkatkan Produktivitas, (Tugas Akhir, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2006). [2] Pyo, ST., Implementasi and Line Balancing of ABS Motor for Improvement of Assembly Productiviy, Journal of Industrial Engineering Pusan University, Korea, [ 3 ] Wignjosoebroto, Pengantar Teknik Dan Menajemen Industri, Edisi 1, (PT. Guna Widya, Surabaya, 2006). [ 4 ] Wignjosoebroto, Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan, Edisi 3, (PT. Guna Widya, Surabaya, 2009) A-58 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

59 ANALISA KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN SERVICE SEPEDA MOTOR YAMAHA BEBEK MENGGUNAKAN METODE INTERGRASI SERVQUAL DAN QUALITY FUNTION DEPLOYMENT Wiwik Sumarmi Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhamadiyah Sidoarjo Diaz Rizky Yuniar Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhamadiyah Sidoarjo ABSTRAK Adanya peningkatan persaingan dalam industri jasa menyebabakan industri jasa berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas layanan untuk kepuasan kepada konsumen beserta harapannya. Untuk menganalisa kepuasan pelanggan terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh PT. DANU MOTOR, maka menggunakan metode intergrasi Servqual dan Quality Funtion Deployment ( QFD ) untuk menganalisa dan meningkatkan kepuasan konsumen. Dengan tujuan menganalisa kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang telah diberikan. Serta memberikan usulan perbaikan atribut dan respon teknis pelayanan. Dari analisa yang didapatkan kualitas layanan PT. DANU MOTOR masih kurang memuaskan jika dibandingkan dengan apa yang diharapkan oleh para konsumennya. Sesuai analisa prioritas kebutuhan pelanggan berdasarkan nilai raw weight, nilai kepentingan, maka diketahui atribut-atribut yang perlu diperhatikan berdasarakan 3 (tiga) prioritas utama adalah Kejelasan dalam memberikan informasi tentang kerusakan sepeda motor dengan nilai prioritas raw weight (6,913), Kecepatan karyawan menangani masalah kerusakan sepeda motor dengan nilai prioritas raw weight (6,101), Suara motor lebih halus dengan nilai prioritas raw weight (6,058). Prioritas pelayanan yang sangat membutuhkan perhatian lebih dari pihak perusahaan untuk segera diperbaiki berdasarkan 3 (tiga) prioritas respon teknis adalah Kecakapan SDM dengan nilai (0,208), Keahlian SDM dengan nilai (0,158), Optimalisasi area kerja servis motor dengan nilai (0,146). KATA KUNCI Kepuasan konsumen, SERVQUAL, QFD 1. Pendahuluan Berkaitan dengan perkembangan rekayasa teknologi, realitas kebijakan pemerintah maupun perubahan ekonomi seperti sekarang ini banyak perubahan sejenis yang harus bersaing secara ketat. Dengan semakin banyak persaingan yang semakin lama semakin komplek dan ketat dalam dunia bisnis, maka perusahaan harus mampu mengatasi mengantisipasi dengan ancaman-ancaman pesaing, menutup kelemahan-kelemahan perusahaan dan memanfaatkan peluang-peluang dengan kekuatan yang ada. Disamping itu juga harus dapat menganalisis industri sebagai salah satu keseluruhan yang dapat mengetahui evolusi masa depan industri, memahami pesaing dan posisinya serta dapat menerjemahkan kedalam strategi yang tepat untuk mengatasi dan memenangkan persaingan. Dalam rangka untuk meningkatkan volume penjualan dan menarik pelangganan yang sebanyak-banyaknya perusahaan dituntut untuk menerapkan kebijaksanaan yang tepat dan efektif yaitu dengan cara memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap konsumen salah satunya dengan jasa servis motor yang diberikan oleh PT. DANU MOTOR. PT. DANU MOTOR merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang jasa dan marketing perusahaan ini memeberikan pelayanan jasa kepada masyarakat untuk pembelian kendaraan bermotor secara kredit atau berupa angsuran sesuai perjanjian antara penjual dan pembeli dengan batas waktu yang telah di tentukan. PT. DANU MOTOR merupakan tempat pembiayaan bagi konsumen pembeli kendaraan bermotor merek YAMAHA. Selain itu PT. DANU MOTOR juga melayani jasa yaitu service motor. Padahal tujuan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan ialah untuk dapat segera mengetahui faktor-faktor yang membuat para pelanggan tidak puas dan untuk itu harus sesegera mungkin diperbaiki, sehingga pelanggan tidak kecewa, tetap menjadi pelanggan perusahaan yang bersangkutan bahkan menjadi pelanggan yang loyal, yang dapat meningkatkan penjualan dan pada akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan.salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ini adalah dengan menerapkan Quality Function Deployment (QFD). QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam rancangan produk yag memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu. Jasa (Service) adalah suatu tindakan atau kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut. Jasa merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak yang lain Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-59

60 yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu [2]. Lebih dari itu, terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut [2] : 1. Reabilitas, berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. 2. Daya tanggap, berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. 3. Jaminan, yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan, dan perusahaan bias menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan. 4. Empati, berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatiaan personal kepada pelanggan dan memiliki jam oprasi yang nyaman. 5. Bukti fisik, berkenaan dengan daya tarik fasilitas, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan serta penampilan karyawan. Kepuasan pelanggan adalah hasil yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Secara tradisional pelanggan diartikan orang yang membeli dan menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan pelanggan diartikan nasabah. Pandangan tradisional ini menyimpulkan bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah proses produksi selesai, karena mereka pengguna produk.sedang orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi berlangsung adalah dianggap sebagai pemasok [3]. Dalam hal ini terdapat tiga jenis pelanggan yaitu [3]: 1. Pelanggan internal ( internal customer ) adalah setiap orang yang ikut menagani proses pembuatan maupun penyediaan produk didalam perusahaan atau organisasi. 2. Pelanggan perantara ( intermediate customer) adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagai perantara untuk mendistribusikan produk kepada pihak konsumen atau pelanggan eksternal. Pelanggan perantara ini bukan sebagai pamaki akhir. 3. Pelanggan eksternal ( external customer ) adalah pembeli atau pemakai akhir,yang sering disebut sebagai pelanggan yang nyata. Kotler,mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Quality Function Deployment ( QFD ),ialah suatu metode untuk mengembangkan suatu desain kualitas dengan tujuan memenuhi dan memuaskan konsumen [1]. Ada tiga manfaat utama yang diperoleh dengan metode QFD yaitu: mengurangi biaya, meningkatkan pendapatan, pengurangan waktu produksi. Proses didalam QFD dilaksanakan dengan menyusun satu atau lebih matrik yang disebut House of Quality. Matrik ini menjelaskan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pelanggan dan bagaimana memenuhinya. Matrik ini terdiri dari beberapa bagian atau submatrik yang tergabung dalam beberapa cara, yang masing-masing berisi informasi yang saling berhubungan. Adapun matrik yang disebut House of Quality dapat dilihat pada gambar berikut Gambar 2. HOQ (House Of Quality) Ada lima model gap yang dapat menyebabkan kegagalan produsen dalam memberikan atau penyampaian jasanya pada konsumen yaitu : 1. Gap I, antara harapan konsumen dan presepsi manajemen, karena pihak manajemen tidak mengetahui apa yang diharapkan oleh konsumen secara tepat. 2. Gap II, antara presepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa karena adanya pnyimpangan dalam penetapan spesifikasi kualitas jasa.faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gap. 3. Gap III, antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa karena adanya ketidaksesuaian antara spesifikasi A-60 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

61 kualitas jasa yang yang ditetapkan dengan performansi jasa yang diberikan 4. Gap IV, antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. 5. Gap V, antara jasa dan diharapkan atas jasa tersebut. Terjadi karena pelanggan yang diberikan pihak perusahaan ternyata dirasakan berbeda dengan yang diharapkan dengan apa yang dirasakan oleh pihak konsumen. Dari hasil perhitungannya ada tiga kemungkinan, yaitu : 1. Jika positif, berarti harapan konsumen terlampaui yang menunjukkan semakin baik kualitas perusahaan tersebut dimata konsumen. 2. Jika nol, berarti harapan konsumen terpenuhi. 3. Jika negative, berarti perusahaan tersebut masih belum mampu memenuhi harapan konsumen. 2. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa beberapa tahapan yang meliputi persiapan, pengunpulan data, analisa data, dan laporan penulisan. Semua tahapan tersebut merupakan suatu kesatuan proses yang tidak dapat dipisahkan. Teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : metode Interview, studi pustaka, metode Observasi, penyebaran angket, dokumentasi. 3. Hasil dan Pembahasan Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menerjemahkan keinginan konsumen dan pelanggan kepada spesifikasi teknik produk jasa dengan mengunakan metode Quality Function Deployment. Analisa data yang diguakan antara lain yaitu dengan : 1. Fase pertama ( Mengumpulkan suara pelanggan ) 2. Fase Kedua ( menyusun rumah kualitas ) 3. Fase analisa dan interprestasi Tabel 1. Atribut penelitian kualitas layanan Dimensi No ATRIBUT Bukti (Tangibles ) Langsung 1 Kerapian penampilan karyawan 2 Kenyamanan diruang tunggu 3 Kebersihan kamar mandi 4 Fasilitas diruang tunggu Keandalan (Reliability ) 5 Suara motor lebih halus DayaTanggap (Responsiveness) 6 Mesin stabil saat kecepatan tinggi 7 Tarikan pada jalan menanjak sangat ringan 8 Pengecekan emisi gas buang dari bahan bakar 9 Performa mesin stabil saat dikendarai berboncengan 10 Performa mesin stabil untuk perjalanan jauh 11 Setiap pemakaian lebih dari 1000 km motor tidak mengalami ganggguan 12 Kecepatan tanggapan karyawan terhadap masalah konsumen 13 Kemauan pihak karyawan untuk menyelesaikan masalah 14 Kecepatan karyawan menangani masalah kerusakan sepeda motor Jaminan (Assurance ) 15 Keramahan karyawan 16 Jumlah karyawan mekanik service motor 17 Kejelasan dalam memberikan informasi tentang kerusakan sepeda motor Empati 18 Kemudahan prosedur administrasi 19 Memberikan kemudahan pelayanan konsumen 20 Pemahaman kebutuhan layanan pihak perusahaan dalam menangani klaim Pada tahap ini data yang dikumpulkan ialah data-data yang bersifat kualitatif, yaitu berupa informasi mengenai atribut tingkat pelayanan PT. DANU MOTOR yang diperoleh dari hasil wancara dengan mengacu pada dimensi kualitas layanan Servqual. Data-data ini diperlukan untuk tahap berikutnya yaitu pembuatan kuesioner. Pada penelitian pengumpulan data Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-61

62 kualitatif berupa data-data yang termasuk dalam atribut tingkat pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen (pelangggan). Data-data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan hasil kuesioner yang disebarkan kepada konsumen yang telah ditentukan. Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil kuesioner akan diolah menjadi data-data yang akan digunakan dalam pembuatan rumah kualitas ( HOQ ). Nilai gap kepuasan pelanggan didapat selisih persepsi dan kepuasan pelanggan dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 2. Nilai Gap Kepuasan Pelanggan Atribut Customer Satisfaction perceived Expected Gap Kerapian penampilan karyawan 4,22 4,08 0,14 Kenyamanan diruang tunggu 4,06 4,08-0,02 Kebersihan kamar mandi 4,10 4,08 0,02 Fasilitas diruang tunggu 4,48 4,58-0,1 Suara motor lebih halus 4,12 4,16-0,04 Mesin stabil saat kecepatan 4,18 4,10 0,08 tinggi Tarikan pada jalan menanjak 4,38 4,10 0,28 sangat ringan Pengecekan emisi gas buang 4,06 4,10-0,04 dari bahan bakar Performa mesin stabil saat 4,12 4,08 0,04 dikendarai berboncengan Performa mesin stabil untuk perjalanan jauh 4,12 4,16-0,04 Setiap pemakaian lebih dari 1000 km motor tidak 4,26 4,04 0,22 mengalami ganggguan Kecepatan tanggapan karyawan terhadap masalah konsumen 4,02 4,16-0,14 Kemauan pihak karyawan untuk menyelesaikan masalah 4,23 4,08 0,15 Kecepatan karyawan menangani masalah kerusakan sepeda 4,09 4,04 0,05 motor Keramahan karyawan 4,19 4,16 0,03 Jumlah karyawan mekanik service motor 3,79 4,04-0,25 Kejelasan dalam memberikan informasi tentang kerusakan 4,49 4,10 0,39 sepeda motor Kemudahan prosedur administrasi 4,26 4,44-0,18 Memberikan kemudahan pelayanan konsumen 4,05 4,04 0,01 Pemahaman kebutuhan layanan pihak perusahaan dalam menangani klaim 4,13 4,16-0,03 Jika nilai gap positif, berarti harapan konsumen terlampaui yang menunjukkan semakin baik kualitas perusahaan tersebut dimata konsumen. Jika nilai gap nol, maka harapan konsumen terpenuhi. Dan jika nilai gap negatif, berarti perusahaan tersebut masih belum mampu memenuhi harapan konsumen. Tabel 3 Urutan Prioritas Tingkat Kepentingan No Atribut Importance to Customer 1 Kerapian penampilan karyawan 4,11 2 Kenyamanan diruang tunggu 4,13 3 Kebersihan kamar mandi 4,13 4 Fasilitas diruang tunggu 4,55 5 Suara motor lebih halus 4,08 6 Mesin stabil saat kecepatan tinggi 4,09 7 Tarikan pada jalan menanjak sangat ringan 4,11 8 Pengecekan emisi gas buang dari bahan bakar 4,13 9 Performa mesin stabil saat dikendarai berboncengan 4,02 10 Performa mesin stabil untuk perjalanan jauh 4,07 11 Setiap pemakaian lebih dari 1000 km motor tidak mengalami ganggguan 4,12 A-62 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

63 Tabel 3 Urutan Prioritas Tingkat Kepentingan (lanjutan) No Atribut Importance to Customer 12 Kecepatan tanggapan karyawan terhadap masalah konsumen 4,02 13 Kemauan pihak karyawan untuk menyelesaikan masalah 4,05 14 Kecepatan karyawan menangani masalah kerusakan sepeda 4,08 motor 15 Keramahan karyawan 4,08 16 Jumlah karyawan mekanik service motor 4,08 17 Kejelasan dalam memberikan informasi tentang kerusakan 4,55 sepeda motor 18 Kemudahan prosedur administrasi 4,13 19 Memberikan kemudahan pelayanan konsumen 4,20 20 Pemahaman kebutuhan layanan pihak perusahaan dalam menangani klaim 4,00 Pada tabel di atas diketahui urutan prioritas atribut atribut berdasarkan tingkat kepuasan pelanggan, dimana semakin tinggi nilai dari atribut tersebut maka akan semakin diprioritaskan oleh konsumen untuk dijadikan perbaikan bagi perusahaan. Tabel 4. Prioritas Raw weight Atribut Raw Weight Kerapian penampilan karyawan 3,999 Kenyamanan diruang tunggu 5,040 Kebersihan kamar mandi 4,158 Fasilitas diruang tunggu 4,618 Suara motor lebih halus 6,058 Mesin stabil saat kecepatan tinggi 6,000 Tarikan pada jalan menanjak sangat ringan 5,782 Pengecekan emisi gas buang dari bahan bakar 5,040 Performa mesin stabil saat dikendarai berboncengan 5,879 Performa mesin stabil untuk perjalanan jauh 6,025 Setiap pemakaian lebih dari 1000 km motor tidak mengalami 5,976 ganggguan Kecepatan tanggapan karyawan terhadap masalah konsumen 6,030 Kemauan pihak karyawan untuk menyelesaikan masalah 4,651 Kecepatan karyawan menangani masalah kerusakan sepeda motor 6,101 Keramahan karyawan 4,763 Jumlah karyawan mekanik service motor 5,268 Kejelasan dalam memberikan informasi tentang kerusakan sepeda 6,913 motor Kemudahan prosedur administrasi 4,802 Memberikan kemudahan pelayanan konsumen 5,226 Pemahaman kebutuhan layanan pihak perusahaan dalam menangani klaim Pada tabel diatas merupakan hasil perhitungan raw weight yang terdapat pada bagian planning matrix yang diperoleh melibatkan nilai tingkat kepuasan, nilai tingkat kepentingan, nilai goal, improvement rasio, dan sales point. Semakin tinggi nilai raw weight dari masing masing atribut maka atribut itu semakin dibutuhkan oleh konsumen. Bagian dari rumah kualitas yang perlu diperhatikan adalah bagian matrik prioritas respon teknis pada bagian ini terdiri dari kontoribusi, normalisasi, competitive benchmarking dan target dari masing masing respon teknis yang ingin dicapai. Respon teknis merupakan jawaban dari pihak PT DANU MOTOR terhadap kebutuhan konsumen maka dalam analisa prioritas teknis perlu diperhatikan nilai kontribusi tiap tiap respon teknis. 5,808 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-63

64 Tabel 5. Urutan Prioritas Teknis Berdasarkan Contribution No Atribut Contribution 1 Kecakapan SDM 0, Petugas yang komonunikatif 0, Petugas kebersihan 0, Keahlian SDM 0, Penggantian produk / sparepart 0, Pemberian diskon / promosi 0, Konsistesi pelayanan 0, Penambahan teknologi informasi bagi pelanggan 0, Pembekalan informasi (training ) bagi petugas / pegawai 0, Optimalisasi area kerja servis motor 0, Kecepatan dan penyederhanaan pelayanan 0, Melakukan kontrol / pengawasan 0, Tabel 6. respon teknis berdasarkan contribution No Atribut Contribution 1 Kecakapan SDM 0, Keahlian SDM 0, Optimalisasi area kerja servis motor 0, Penambahan teknologi informasi bagi pelanggan 0, Melakukan kontrol / pengawasan 0, Konsistesi pelayanan 0, Petugas yang komonunikatif 0, Penggantian produk / sparepart 0, Pembekalan informasi (training ) bagi petugas / pegawai 0, Pemberian diskon / promosi 0, Kecepatan dan penyederhanaan pelayanan 0, Petugas kebersihan 0, Penentuan respon teknis mana yang perlu diambil oleh pihak manajemen dapat diketahui dengan melihat kontribusi dari masing-masing respon teknis tersebut. Semakin tinggi nilai kontribusi untuk suatu respon teknis maka respon teknis tersebut semakin diprioritaskan untuk segera direalisasikan. 4. Penutup Berdasarkan analisa sesuai dengan metode yang telah ditentukan, maka hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut : pelanggan maka diketahui sebagai berikut : 1. Kualitas pada PT. DANU MOTOR yang ada saat ini kurang memuaskan jika dibandingkan dengan apa yang diharapakan oleh para konsumennya. Hal ini terbukti dari nilai prioritas raw weight pelayanan dari atribut yang diteliti. Sesuai analisa prioritas kebutuhan Atribut-atribut yang perlu diperhatikan berdasarkan 3 prioritas utama Kejelasan dalam memberikan informasi tentang kerusakan sepeda motor dengan nilai prioritas raw weight (6,913), Kecepatan karyawan menangani masalah kerusakan sepeda motor dengan nilai prioritas raw weight ( 6,101 ), Suara motor lebih halus dengan nilai prioritas raw weight (6,058). 2. Prioritas pelayanan yang sangat membutuhkan perhatian lebih dari pihak perusahaan untuk segera diperbaiki berdasarkan 3 prioritas respon teknis adalah Kecakapan SDM dengan nilai (0,208778), Keahlian SDM dengan nilai (0,158277), Optimalisasi area kerja servis motor dengan nilai (0, ). Dalam melakukan peningkatan kualitas jasa dan pelayanan, hendaknya pihak perusahaan memfokuskan perhatiannya pada Perbaikan atribut atribut pelayanan yang diprioritaskan oleh konsumen atau pelanggan di PT DANU MOTOR yang belum memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen dan perusahaan juga memfokuskan perhatiannya pada karakteristik respon teknis antara lain kecakapan SDM, agar manjemen perusahaan diharuskan menjaga kecakapan SDM yang secara langsung berhubungan dengan peningkatan kepuasan pelanggan. A-64 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

65 Daftar Pustaka [1] Ibrahim, Budy, TQM Panduan Untuk Menghadapi Persaingan Global, Alfa Beta, Bandung, [2] Fandy, Tjiptono, Manajemen Jasa, Penerbit ANDI, Yogyakarta, [3] Yamit, Zulian, Manajemen Kualitas Produk Dan Jasa, Ekonisia,Yogyakarta, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-65

66 A-66 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

67 PEMANFAATAN METODE DELPHI DAN QFD DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR PADA SMP DR. SOETOMO SURABAYA Taufik Rachmad Fauzy Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya ABSTRAK SMP Dr. Soetomo merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta yang ada di kota Surabaya. SMP ini menyelenggarakan satuan pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didiknya yang berbudi luhur, nasionalis dan berkompetensi tinggi serta meningkatan kualitas peserta didiknya melalui proses belajar mengajar yang efektif. Namun pada kenyataannya, SMP ini mengalami penurunan dalam penerimaan jumlah siswa baru pada setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor, diantaranya : semakin banyaknya sekolah swasta yang serupa dan home schooling. Untuk tetap dapat bersaing dengan sekolah-sekolah tersebut, maka SMP ini perlu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan serta mampu menciptakan metode pembelajaran yang baru untuk memberikan kenyaman dalam proses belajar mengajar kepada peserta didiknya. Penelitian ini akan mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan gabungan metode DELPHI dan QFD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 21 variabel yang mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar di SMP Dr. Soetomo Surabaya. Nilai tertinggi yaitu 4,84 terdapat pada variabel guru yang menguasai materi dalam proses belajar mengajar, kemudian hasil dari urutan target respon teknis atau SQC diperoleh bahwa memiliki sistem pengajaran dengan standar pendidikan nasional diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di SMP Dr. Soetomo Surabaya. KATA KUNCI Delphi, QFD, respon teknis, kualitas pendidikan 1. Pendahuluan SMP Dr. Soetomo merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta yang ada di kota Surabaya. SMP ini menyelenggarakan satuan pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didiknya yang berbudi luhur, nasionalis dan berkompetensi tinggi [3]. Upaya itu dilakukan dengan menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif, agar peserta mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Namun pada kenyataannya, saat ini SMP Dr. Soetomo Surabaya mengalami penurunan dalam penerimaan jumlah siswa baru pada setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor, diantaranya : semakin banyaknya bermunculan sekolah sekolah swasta yang serupa, dan semakin maraknya bermunculan sekolah yang fleksibel, yang biasanya di sebut home schooling. Dari permasalahan yang ada, untuk tetap dapat bersaing dengan sekolah sekolah yang ada, maka SMP Dr. Soetomo Surabaya perlu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan serta mampu menciptakan metode pembelajaran yang baru guna untuk memberikan kenyaman dalam proses belajar mengajar kepada peserta didiknya. Berdasarkan permasalahan di atas, SMP Dr. Soetomo Surabaya perlu melakukan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan[2]. Dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan ada berbagai macam metode yang dapat di gunakan di antaranya yaitu : metode DELPHI dan metode QFD (Quality Function Deployment) yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Metodologi Penelitian Tahap Pendahuluan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-67

68 Berdasarkan latar belakang yang ada maka permasalahan yang dihadapi adalah Bagaimana meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di SMP Dr. Soetomo Surabaya?. Sedangkan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah memberikan masukan agar kualitas proses belajar mengajar siswa di SMP Dr. Soetomo Surabaya lebih meningkat. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan metode Delphi yang terbagi dalam 3 tahap, yaitu dengan menggunakan kuisioner 1 sampai dengan kuisioner 3 [1]. Kemudian hasil dari metode Delphi digunakan sebagai variabel kualitas pendidikan untuk metode QFD (Quality Function Deployment). Tahap Kesimpulan Pada tahap ini akan disampaikan kesimpulan atas hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu berupa masukan kepada pihak sekolah SMP Dr. Soetomo Surabaya terkait dengan upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan proses belajar mengajar. 3. Hasil dan Pembahasan Pada tahap awal dilakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner serta wawancara secara langsung kepada pihak sekolah. Penyusunan kuisioner dilakukan dengan Metode Delphi yang dikembangkan menjadi 3 tahap, pengembangan pertanyaan metode Delphi menjadi kuisioner 1, selanjutnya dari kuisioner 1 dievaluasi dan dikembangan menjadi kuisioner 2 yang kemudian dievaluasi dan dikembangan lagi menjadi kuisioner 3 atau kuisioner akhir. Hasil dari kuisioner akhir tersebut digunakan sebagai acuan pembuatan metode QFD. Berikut adalah variabel kualitas pendidikan di SMP Dr. Soetomo Surabaya yang diperoleh melalui MetodeDelphi. Tabel 1. Variabel kualitas pendidikan di SMP Dr. Soetomo Surabaya. No Variabel Kualitas Pendidikan 1 Setiap sekolah membutuhkan guru yang profesional 2 Guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar 3 Guru yang memiliki sertifikasi mengajar 4 Guru mengajar sesuai bidang masing - masing 5 Ruang yang nyaman 6 Ruang belajar membutuhkan LCD proyektor 7 Perpustakaan sekolah perlu penambahan buku pelajaran 8 Di dalam Laboratorium sekolah perlu alat peraga pelajaran 9 Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah sudah disiplin dalam bekerja 10 karyawan dan staf tata usaha sekolah bisa bekerja sama antar individu 11 Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah menguasai teknologi 12 Sekolah mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa dana BOS dan BOPDA 13 Biaya SPP yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 14 Biaya bimbel yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 15 Biaya operasional yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 16 Keamanan lingkungan internal sekolah 17 Kenyamanan lingkungan internal sekolah 18 Lingkungan sekitar sekolah ikut membantu atau proaktif untuk mendukung aktivitas sekolah 19 Rasa kekeluargaan lingkungan internal sekolah 20 Keamanan lingkungan external sekolah 21 Masyarakat sekitar sekolah mendukung proses belajar mengajar Selanjutnya akan diurutkan langkah-langkah QFD untuk membentuk House of Quality. Langkah pertama adalah menentukan variabel kebutuhan dengan menentukan rangking untuk masing-masing variabel kualitas pendidikan oleh siswa SMP Dr. Soetomo Surabaya Tabel 2 Urutan Rangking Tingkat Kebutuhan Siswa SMP Dr. Soetomo Surabaya. No Variabel Kualitas Pendidikan Nilai Rangking 1 Guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar Setiap sekolah membutuhkan guru yang profesional Di dalam Laboratorium sekolah perlu alat peraga pelajaran Perpustakaan sekolah perlu penambahan buku pelajaran Guru mengajar sesuai bidang masing - masing Sekolah mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa dana BOS dan BOPDA Guru yang memiliki sertifikasi mengajar Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah sudah disiplin dalam bekerja karyawan dan staf tata usaha sekolah bisa bekerja sama antar individu Lingkungan sekitar sekolah ikut membantu atau proaktif untuk mendukung aktivitas sekolah Ruang belajar membutuhkan LCD proyektor Masyarakat sekitar sekolah mendukung proses belajar mengajar A-68 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

69 Tabel 2 Urutan Rangking Tingkat Kebutuhan Siswa SMP Dr. Soetomo Surabaya. (lanjutan) No Variabel Kualitas Pendidikan Nilai Rangking 13 Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah 3,72 13 menguasai teknologi 14 Biaya SPP yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh Rasa kekeluargaan lingkungan internal sekolah Biaya bimbel yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 17 Biaya operasional yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 18 Keamanan lingkungan external sekolah Keamanan lingkungan internal sekolah Kenyamanan lingkungan internal sekolah Ruang yang nyaman Selanjutnya menentukan Tingkat Persepsi Kebutuhan yang diterima pesaing yaitu SMP IPIEMS dan SMP 17 AGUSTUS 1945di Surabaya. Tabel 3. Kesenjangan Tingkat Persepsi Kebutuhan yang Diterima Pesaing No Variabel Kualitas Pendidikan Tingkat kepuasan SMP IPIEMS Tingkat kepuasan SMP 17 AGUSTUS Setiap sekolah membutuhkan guru yang profesional * 2 Guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar Guru yang memiliki sertifikasi mengajar * 4 Guru mengajar sesuai bidang masing - masing 4.46* Ruang yang nyaman 4.54* Ruang belajar membutuhkan LCD proyektor 4.28* Perpustakaan sekolah perlu penambahan buku pelajaran * 8 Di dalam Laboratorium sekolah perlu alat peraga pelajaran * 9 Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah 4.04* 3.88 sudah disiplin dalam bekerja 10 karyawan dan staf tata usaha sekolah bisa bekerja sama antar individu 3.82* Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah * menguasai teknologi 12 Sekolah mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa dana BOS 4.36* 4.04 dan BOPDA 13 Biaya SPP yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 4.18* Biaya bimbel yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 3.98* Biaya operasional yang dikenakan sesuai dengan harapan yang 4.02* 3.76 diperoleh 16 Keamanan lingkungan internal sekolah 4.34* Kenyamanan lingkungan internal sekolah 4.3* Lingkungan sekitar sekolah ikut membantu atau proaktif untuk 4.18* 4.12 mendukung aktivitas sekolah 19 Rasa kekeluargaan lingkungan internal sekolah 4.32* Keamanan lingkungan external sekolah 4.1* Masyarakat sekitar sekolah mendukung proses belajar mengajar 4.1* 4.06 Berikutnya mencari nilai goal yang merupakan tingkat performansi yang hendak dicapai Sekolah Menengah Pertama, dipertimbangkan berdasarkan variabel kualitas pendidikan yang merupakan kebutuhan siswa untuk kedepannya. Nilai Goal SMP Dr. Soetomo Surabaya dapat di lihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Goal No Variabel Kualitas Pendidikan Customer Satisfaction Performance Goal Keterangan Performansi 1 Setiap sekolah membutuhkan guru yang profesional Dinaikkan 2 Guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar Dinaikkan 3 Guru yang memiliki sertifikasi mengajar Dinaikkan 4 Guru mengajar sesuai bidang masing masing Dinaikkan 5 Ruang yang nyaman Dinaikkan 6 Ruang belajar membutuhkan LCD proyektor Dinaikkan 7 Perpustakaan sekolah perlu penambahan buku pelajaran Dinaikkan 8 Di dalam Laboratorium sekolah perlu alat peraga pelajaran Dinaikkan 9 Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah sudah disiplin dalam bekerja 10 karyawan dan staf tata usaha sekolah bisa bekerja sama antar individu Dinaikkan Dinaikkan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-69

70 Tabel 4. Nilai Goal (lanjutan) No Variabel Kualitas Pendidikan Customer Satisfaction Performance 11 Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah menguasai teknologi 12 Sekolah mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa dana BOS dan BOPDA 13 Biaya SPP yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 14 Biaya bimbel yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 15 Biaya operasional yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh Goal Keterangan Performansi Dinaikkan Dinaikkan Dinaikkan Dinaikkan Dinaikkan 16 Keamanan lingkungan internal sekolah Dinaikkan 17 Kenyamanan lingkungan internal sekolah Dinaikkan 18 Lingkungan sekitar sekolah ikut membantu atau proaktif Dinaikkan untuk mendukung aktivitas sekolah 19 Rasa kekeluargaan lingkungan internal sekolah Dinaikkan 20 Keamanan lingkungan external sekolah Dinaikkan 21 Masyarakat sekitar sekolah mendukung proses belajar mengajar Dinaikkan Selanjutnya menentukan nilai Improvement ratio SMP Dr. Soetomo Surabaya, yaitu pembagian antara Customer Satisfaction Performance dan Goal. Tabel 5. Nilai Improvement ratio SMP Dr. Soetomo Surabaya. No Variabel Kualitas Pendidikan Nilai 1 Setiap sekolah membutuhkan guru yang profesional Guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar Guru yang memiliki sertifikasi mengajar Guru mengajar sesuai bidang masing - masing Ruang yang nyaman Ruang belajar membutuhkan LCD proyektor Perpustakaan sekolah perlu penambahan buku pelajaran Di dalam Laboratorium sekolah perlu alat peraga pelajaran Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah sudah disiplin dalam bekerja karyawan dan staf tata usaha sekolah bisa bekerja sama antar individu Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah menguasai teknologi Sekolah mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa dana BOS dan BOPDA Biaya SPP yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh Biaya bimbel yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh Biaya operasional yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh Keamanan lingkungan internal sekolah Kenyamanan lingkungan internal sekolah Lingkungan sekitar sekolah ikut membantu atau proaktif untuk mendukung aktivitas sekolah Rasa kekeluargaan lingkungan internal sekolah Keamanan lingkungan external sekolah Masyarakat sekitar sekolah mendukung proses belajar mengajar Selanjutnya menentukan Sales point, Sales point adalah daya jual yang dimiliki oleh sebuah produk berdasarkan seberapa baik kebutuhan pelanggan terpenuhi. Sales point mempunyai nilai dari salah satu diantara tiga nilai berikut: 1.0, 1.2, dan 1.5. Tabel 6. Nilai Sales point SMP Dr. Soetomo Surabaya. No Variabel Kualitas Pendidikan Nilai Sales point 1 Setiap sekolah membutuhkan guru yang profesional Guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar Guru yang memiliki sertifikasi mengajar Guru mengajar sesuai bidang masing - masing Ruang yang nyaman 1.5 A-70 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

71 Tabel 6. Nilai Sales point SMP Dr. Soetomo Surabaya. (lanjutan) No Variabel Kualitas Pendidikan Nilai Sales point 6 Ruang belajar membutuhkan LCD proyektor Perpustakaan sekolah perlu penambahan buku pelajaran Di dalam Laboratorium sekolah perlu alat peraga pelajaran Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah sudah disiplin dalam 1.2 bekerja 10 karyawan dan staf tata usaha sekolah bisa bekerja sama antar individu Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah menguasai teknologi Sekolah mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa dana BOS dan BOPDA Biaya SPP yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh Biaya bimbel yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh Biaya operasional yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh Keamanan lingkungan internal sekolah Kenyamanan lingkungan internal sekolah Lingkungan sekitar sekolah ikut membantu atau proaktif untuk mendukung aktivitas 1.2 sekolah 19 Rasa kekeluargaan lingkungan internal sekolah Keamanan lingkungan external sekolah Masyarakat sekitar sekolah mendukung proses belajar mengajar 1.5 Berikutnya menentukan nilai Raw Weight, pada kolom Nilai Raw Weight berisi nilai dari data dan keputusan yang diambil dari kolom-kolom bagian matriks perencanaan sebelumnya. Nilai Raw Weight adalah sebagai berikut: Raw Weight = (important to customer)x(improvement ratio)x(sales point) Contoh perhitungan Raw Weight untuk variabel Setiap sekolah membutuhkan guru yang profesional : Raw Weight = (4.78) x (1.358) x (1.5) = Selanjutnya menentukan nilai Normalized raw weight merupakan presentase nilai raw weigh dari masing masing variabel kebutuhan. Tabel 7. Nilai Raw Weight SMP Dr. Soetomo Surabaya. No Variabel Kualitas Pendidikan Nilai Raw Weight Normalized raw weight 1 Setiap sekolah membutuhkan guru yang professional Guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar Guru yang memiliki sertifikasi mengajar Guru mengajar sesuai bidang masing masing Ruang yang nyaman Ruang belajar membutuhkan LCD proyektor Perpustakaan sekolah perlu penambahan buku pelajaran Di dalam Laboratorium sekolah perlu alat peraga pelajaran Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah sudah disiplin dalam bekerja 10 karyawan dan staf tata usaha sekolah bisa bekerja sama antar individu 11 Dalam bekerja sehari hari karyawan dan staf tata usaha sekolah menguasai teknologi 12 Sekolah mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa dana BOS dan BOPDA 13 Biaya SPP yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 14 Biaya bimbel yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 15 Biaya operasional yang dikenakan sesuai dengan harapan yang diperoleh 16 Keamanan lingkungan internal sekolah Kenyamanan lingkungan internal sekolah Lingkungan sekitar sekolah ikut membantu atau proaktif untuk mendukung aktivitas sekolah 19 Rasa kekeluargaan lingkungan internal sekolah Keamanan lingkungan external sekolah Masyarakat sekitar sekolah mendukung proses belajar mengajar Selanjutnya merancang respon teknis (SQC), yang mengacu pada variabel yang telah didapatkan sebelumnya. Berikut ini adalah pengembangan SQC berdasarkan variabel yang diperoleh. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-71

72 Tabel 8. Respon Teknis terhadap Sekolah SMP Dr. Soetomo Surabaya. No Respon Teknis (SQC) 1 Penambahan guru professional 2 Adanya MGMP antar guru tiap bidang study 3 Memiliki sistem pengajaran standart pendidikan nasional 4 Workshop semua guru 5 Mengatur tata ruang yang nyaman 6 Pemasangan pendingin ruangan ( AC ) 7 Penambahan LCD proyektor 8 Penambahan fasilitas yang canggih 9 Penambahan buku buku pelajaran 10 Mengganti semua peralatan yang rusak 11 Pelatihan ketrampilan kerja 12 Bisa bekerjasama antar individu 13 Penggunaan dana bantuan dari Pemerintah 14 Menurunkan biaya Sekolah 15 Menurunkan biaya pembangunan Sekolah 16 Menurunkan biaya Bimbel 17 Penambahan Security 18 Penambahan karyawan kebersihan Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai Contributions dalam baris prioritas teknik. Nilai ini menunjukkan prioritas SMP Dr. Soetomo Surabaya terhadap masing-masing karakteistik teknik yang akan dikembangkan. Kemudian selanjutnya dihitung Normalized contributions untuk menentukan target respon teknis yang akan dikembangkan oleh SMP Dr. Soetomo Surabaya. Cara perhitungan kontribusi (contributions) karakteristik teknik : Contributi ons Re Normalized Contributions lationship Normalized RawWeight Contributions ContributionsTotal Tabel 9. Nilai contributions dan target dari SMP Dr. Soetomo Surabaya No Respon Teknis (SQC) Contributions Normalized contributions 1 Penambahan guru professional Adanya MGMP antar guru tiap bidang study Memiliki sistem pengajaran standart pendidikan nasional Workshop semua guru Mengatur tata ruang yang nyaman Pemasangan pendingin ruangan ( AC ) Penambahan LCD proyektor Penambahan fasilitas yang canggih Penambahan buku buku pelajaran Mengganti semua peralatan yang rusak Pelatihan ketrampilan kerja Bisa bekerjasama antar individu Penggunaan dana bantuan dari Pemerintah Menurunkan biaya Sekolah Menurunkan biaya pembangunan Sekolah Menurunkan biaya Bimbel Penambahan Security Penambahan karyawan kebersihan Analisis Technical benchmark Technical benchmark akan menguraikan informasi pengetahuan mengenai keunggulan karakteristik pesaing, dengan membandingkan masing-masing SQC. Target untuk SQC diekspresikan sebagai ukuran performansi fungsi dari SQC, yang selanjutnya akan menjadi target aktivitas pengembangan. Berikut adalah data SQC pesaing (Sekolah SMP IPIEMS Surabaya dan SMP 17 Agustus 1945 Surabaya). Target A-72 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

73 Tabel 10. Data SQC pesaing (Sekolah SMP IPIEMS Surabaya dan SMP 17 Agustus 1945 Surabaya) No Respon Teknis (SQC) SMP IPIEMS SMP 17 AGUSTUS Penambahan guru professional Adanya MGMP antar guru tiap bidang study Memiliki sistem pengajaran standart pendidikan nasional Workshop semua guru Mengatur tata ruang yang nyaman Pemasangan pendingin ruangan ( AC ) Penambahan LCD proyektor Penambahan fasilitas yang canggih Penambahan buku buku pelajaran Mengganti semua peralatan yang rusak Pelatihan ketrampilan kerja Bisa bekerjasama antar individu Penggunaan dana bantuan dari Pemerintah Menurunkan biaya Sekolah Menurunkan biaya pembangunan Sekolah Menurunkan biaya Bimbel Penambahan Security Penambahan karyawan kebersihan Dari data di atas dapat diketahui bahwa hampir ke dua sekolahan mempunyai banyak kesamaan, akan tetapi ada beberapa variabel yang mereka unggul yaitu : 1. Sekolah SMP IPIEMS Surabaya unggul pada variabel menurunkan biaya pembangunan sekolah 2. SMP 17 AGUSTUS 1945 unggul pada variabel bisa bekerjasama antar individu, penambahan security, penambahan karyawan kebersihan. Berikut adalah gambar 1 house of quality secara total. Gambar 1. House of Quality Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-73

74 4. Penutup Kesimpulan Penelitian (1). Setelah pengolahan menggunakan Metode Delphi maka di dapatlah 21 variabel kualitas pendidikan di SMP Dr. Soetomo Surabaya, salah satunya adalah setiap sekolah membutuhkan guru yang profesional dan guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar (2). Variabel kualitas pendidikan yang paling dibutuhkan adalah variabel guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar dengan nilai 4.84, sehingga variabel tersebut dijadikan sebagai patokan untuk peningkatan kualitas pelayanan. (3). Dilihat dari hasil urutan rangking target respon teknis (SQC), maka target pertama yang harus diaplikasikan adalah memiliki sistem pengajaran standart pendidikan nasional, karena dengan memiliki sistem pengajaran standar pendidikan nasional akan berpengaruh pada kebutuhan siswa siswi yaitu pada variabel guru yang mengusai materi dalam proses belajar mengajar. Saran untuk Penelitian Lanjutan (1). Dunia pendidikan merupakan tahapan penting untuk membangun karakter serta kepribadian generasi muda penerus bangsa. Sehingga perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pengembangannya seharusnya menjadi perhatian penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Penelitian sejenis akan berkontribusi lebih besar jika responden yang diamati tidak hanya setingkat sekolah namun misalnya setingkat daerah/regional. Dengan harapan hasil yang diperoleh dapat memberi masukan yang lebih signifikan dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. (2). Lebih banyak responden secara otomatis akan juga meningkatkan jumlah variabel yang terlibat. Dimana hal tersebut akan lebih menggambarkan kondisi real yang terjadi. (3). Terdapat beberapa metode lain yang bisa digunakan untuk mengevaluasi serta mengembangkan kualitas proses belajar mengajar. Daftar Pustaka [1] Husein, U, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (PT Gramedia Pustaka Utama dan Jakarta Business Research Center, Jakarta, 2005) [2] Nursyabani, P, Manajemen Kualitas Perspektif Global. (Ekonosia, Yogyakarta, 2006) [3] Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Beserta Penjelasannya tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Nuansa Aulia, Bandung, 2009) A-74 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

75 EVALUASI PENJADWALAN PERAWATAN UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY MIXER SCANIMA PADA PT. X Christian Hadi Wijaya Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo christianhw7@gmail.com Tedjo Sukmono Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo thedjoss@gmail.com ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penghasil krimer yang menggunakan peralatan dan mesin-mesin yang berteknologi tinggi. Salah satu hal yang mendukung kelancaran kegiatan operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin-mesin produksi dalam melaksanakan tugasnya, untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya sistem perawatan yang baik. Obyek yang diteliti adalah mesin mixer scanima. Maintainability dapat didefinisikan juga sebagai kemampuan suatu peralatan atau mesin untuk dipelihara dimana perawatan merupakan serangkaian tindakan yang diambil untuk mempertahankan atau memperbaiki mesin sehingga mesin dalam kondisi siap pakai menurut Imam Sodikin (2008). Pada idealnya semakin banyak jam mesin yang tersedia maka semakin banyak produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis, waktu rata-rata diantara kerusakan untuk jenis kerusakan A 285,71jam, B 555,56jam, C 1020,41jam. Nilai Reliability mesin mixer scanima untuk jenis kerusakan A 95,9%, jenis kerusakan B 97,9%, untuk jenis kerusakan C 98,8%. Dari perhitungan Maintanability didapat, waktu rata-rata diantara perawatan untuk jenis kerusakan A 255,45jam, B 464,46jam, C 729,87jam. Didapat nilai Availability untuk semua jenis kerusakan mencapai diatas 98,8%. Total biaya perawatan pertahunnya untuk penjadwalan perawatan yang baru lebih hemat Rp ,76/tahun dengan penjadwalan yang lama. KATA KUNCI TPM, MTBM, Ekonomi Teknik, Autonomous Maintenance. 1. Pendahuluan Ditengah ketidakstabilan perekonomian dan semakin tajamnya persaingan didunia industri, merupakan suatu keharusan bagi suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan efisiensi kegiatan operasinya. Salah satu hal yang mendukung kelancaran kegiatan operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin-mesin produksi dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mencapai hal itu diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik. Perawatan dapat dibagi menjadi beberapa macam, tergantung dari dasar yang dipakai untuk menggolongkannya, tetapi pada dasarnya terdapat dua kegiatan pokok dalam perawatan yaitu perawatan preventif yang dimaksud untuk menjaga keadaan peralatan sebelum peralatan itu rusak dan perawatan korektif yang dimaksud untuk memperbaiki peralatan yang rusak. PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penghasil krimer yang menggunakan peralatan dan mesin-mesin yang berteknologi tinggi dan mutahir. Dalam kegiatan operasionalnya PT. X telah mengoptimalkan kapasitas produksi yang tersedia dengan waktu operasi selama 24 jam setiap harinya. Sistem penjadwalan perawatan yang dilakukan pada Mixer Scanima di PT. X saat ini diberlakukan perawatan 6 bulanan. Tetapi masih sering terjadinya korektif maintenance, sehingga banyak waktu yang terbuang dan kehandalan mesin menjadi rendah. Dengan melihat dari uraian diatas atas pentingnya kegiatan perawatan, penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi kembali waktu kegiatan perawatan sesuai dengan metode MTBM (Mean Time Between Maintenance). Karena MTBM mampu memberikan waktu rata-rata diantara perawatannya, untuk menjaga mesin agar tidak terjadi kerusakan yang tidak terencana, sehingga dapat mengurangi kerugian dan dapat menghemat biaya perawatan yang dikeluarkan akibat tertundanya proses produksi. Berdasarkan permasalahan diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penjadwalan perawatan yang lama, dengan penjadwalan yang menurut nilai MTBM dari sistem Mixer Scanima. Sehingga dapat membantu perusahaan untuk mengevaluasi kembali penjadwalan perawatannya pada mesin mixer scanima untuk lebih optimal lagi baik dari, agar dapat meminimalkan kerugian perusahaan dari kerusakan mesin yang terjadi secara tiba-tiba yang mengakibatkan tertundanya proses produksi. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-75

76 Menurut Gaspers dalam [2], perawatan merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem itu dapat diharapkan menghasilkan out put sesuai dengan yang dikehendaki. Pada dasarnya terdapat dua prinsip utama dalam sistem perawatan yaitu : 1. Menekan (memperpendek) periode kerusakan (break down time periode) sampai batas minimum dengan mempertimbangkan aspek ekonomis. 2. Menghindari kerusakan (break down time) tidak terencana, kerusakan tiba tiba. Dalam sistem perawatan terdapat dua kegiatan pokok yang berkaitan dengan tindakan perawatan, yaitu: 1. Preventif Maintenence Perawatan ini dimaksudkan untuk menjaga keadaan peralatan sebelum peralatan itu menjadi rusak. Pada dasarnya yang dilakukan adalah perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tak terduga dan menentukan keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. 2. Perawatan yang bersifat korektif Perawatan ini dimaksudkan untuk memperbaiki perawatan yang rusak. Pada dasarnya aktivitas yang dilakukan adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan. Kegiatan ini sering disebut sebagai kegiatan perbaikan atau reparasi. Secara umum perawatan mempunyai tujuan-tujuan untuk [2]: 1. Memungkinkan tercapainya mutu produksi dan kepuasan pelanggan melalui penyesuaian dan pengoperasian peralatan secara tepat. 2. Memaksimalkan umur kegunaan dari sistem. 3. Menjaga agar sistem aman dan mencegah berkembangnya gangguan keamanan 4. Meminimalkan biaya produksi total yang secara langsung dapat dihubungkan dengan service dan perbaikan. 5. Memaksimalkan produksi dari sumber-sumber sistem yang ada. 6. Meminimalkan frekuensi dan kuatnya gangguan terhadap proses operasi. 7. Menyiapkan personel, fasilitas dan metodenya. 8. Agar mampu mengerjakan tugas tugas perawatan. Penelitian ini membahas mengenai evaluasi penjadwalan perawatan pada mesin mixer scanima di divisi compounding PT. X Sidoarjo. PT. X yang bergerak dalam bidang krimer nabati yang menggunakan mesin mixer scanima untuk mencampur berbagai macam bahan baku. Analisi terhadapa penyelesaian masalah yaitu menggunakan metode Maintainability. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya, meliputi: 1. Data umum perusahaan. 2. Data perawatan korektif dan preventif. 3. Data jam kerja efektif mesin. 4. Data cost perusahaan (gaji tenaga kerja, biaya bahan pembantu, biaya operator menganggur, keuntungan yang hilang) Pada penelitian ini digunakan alat analisis sebagai alat bantu untuk menentukan bentuk distribusi dari data yang kita miliki adalah dengan Stat::Fit ProModel. Langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data di lapangan. 2. Menentukan asumsi distribusi data setelah diplotkan dan melakukan pengujian terhadap pola distribusi tersebut. 3. Menghitung Reliability, Maintainability dan Availability. 4. Menghitung dan membandingkan besarnya biaya perawatan dari jadwal yang telah ditentukan. 5. Menentukan jadwal perawatan preventif. Laju kerusakan (failure rate) merupakan laju dimana kerusakan terjadi pada interval waktu yang ditetapkan. Menurut [7], laju kerusakan ( ) dirumaskan sebagai berikut: = t f.... (1) dimana : = Laju kerusakan f = jumlah kerusakan yang terjadi t = Waktu operasi keseluruhan A-76 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

77 Fungsi Mean Time Between Maintenance Dimana rata rata waktu antar kerusakan (2) Reliability adalah probabilitas bekerjanya suatu alat atau sistem sesuai dengan fungsi dalam periode waktu tertentu dan dalam operasi tertentu. Adapun fungsi keandalannya adalah: Fungsi kerusakan: R (t) = e - t untuk t (3) h(t) = f ( t) R( t) untuk t 0 Fungsi kumulatif: F (t) = e - t untuk t (4) Maintainbility adalah probabilitas mesin yang mengalami kerusakan dapat dioperasikan kembali dalam suatu selang down time tertentu. Maintainability dapat didefinisikan juga sebagai kemampuan suatu peralatan atau mesin untuk dipelihara dimana perawatan merupakan serangkaian tindakan yang diambil untuk mempertahankan atau memperbaiki mesin sehingga mesin dalam kondisi siap pakai [1]. Perhitungan perhitungan dalam maintainability antara lain adalah : a. Mean Time Between Maintenance (MTBM). Waktu rata rata diantara perawatan yaitu : Meliputi kebutuhan perawatan preventif (terjadwal) dan perawatan korektif ( tidak terjadwal ) [2] fpt = 1 ( xmtbm) MTBM Dimana : = laju kerusakan fpt = laju perawatan preventif (5)... (6) b. Rata-rata perawatan corrective (Mct) Rata-rata perawatan corrective merupakan waktu rata-rata perawatan korektif. Hal ini meliputi serangkaian tindakan untuk memperbaiki atau mengembalikan kondisi sistem tersebut untuk dapat beroperasi sepenuhnya. Dapat dirumuskan:... (7) c. Rata-rata perawatan preventif (Mpt) Rata-rata perawatan preventive merupakan waktu rata-rata untuk melakukan perawatan terjadwal. Dapat dirumuskan:... (8) d. Waktu rata-rata perawatan aktif Rata-rata waktu perawatan aktif merupakan rata-rata lintas waktu yang diperbolehkan untuk melaksanakan perawatan terjadwal dan tidak terjadwal namun tidak meliputi waktu tunda logistic dan administrasi. = MTBM ( x Mct + fpt x Mpt).... (9) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-77

78 Dimana : Mct = Waktu rata-rata perawatan korektif Mpt =Waktu rata-rata perawatan preventif e. Rata-rata Down Time (MDT) Mean Down Time adalah total waktu perawatan manakala mesin tidak dapat beroperasi, dimana persamaan untuk MDT adalah [2]: MDT = M + LDT + ADT (10) Dimana : LDT = logistic delay time ADT = administrative delay time Ketersediaan (availability) suatu sistem atau peralatan adalah kemampuan sistem atau peralatan tersebut dapat beroperasi secara memuaskan pada saat tepat pada waktunya dan pada keadaan yang telah ditentukan menurut Gaspers dalam [2]. Waktu total dalam perhitungan ketersediaan didasarkan pada waktu operasi, waktu untuk perbaikan waktu administrasi dan logistik. Status system didasarkan pada horizon waktu. Secara definisi ada 3 macam ketersediaan perhitungan tingkat availability dalam hubungannya dengan tipe down time, yaitu: a. Operasional Availability (Ao) Probabilitas suatu sistem atau peralatan dalam keadaan sebenarnya (actual) akan beroperasi secara memuaskan. Operasional availability dinyatakan dalam [2] : Ao = MTBM MTBM MDT Dimana : MDT = Mean Maintenance Down Time (11) b. Inheren Availability (Ai) Kemungkinan suatu system atau peralatan dalam keadaan ideal (kesiapan tersedianya peralatan, suku cadang, teknisi) yang beroperasi secara memuaskan pada tiap waktu yang telah ditentukan. Hal ini tidak termasuk waktu kegiatan pemeliharaan pencegahan, waktu administrasi dan logistic [2]. Inheren availability dapat dinyatakan dalam : Ai= MTBF MTBF Mct..... (12) Dimana : MTBF = Mean Time Between Failure Mct = Mean Time Corective Maintenance Time. c. Achieved Availability Secara definisi sama dengan inheren availability, hanya Aa waktu kegiatan pencegahan dimasukkan sehingga achieved availability dinyatakan dalam [2] : MTBM Aa= MTBM M..... (13) Dimana : MTBM = Mean Time Between Maintenance = Waktu rata-rata perawatan aktif Dalam mengevaluasi beberapa alternatif yang tersedia, ekonomi teknik biasanya mempertimbangkan nilai uang terhadap waktu, estimasi pendapatan dan biaya, strategi keuangan, inflasi, depresiasi, ketidak pastian, pajak, undang-undang kebijakan, periode perencanaan, tingkat bunga modal, perhitungan nilai dan harga, hingga rate of return. Rate of return adalah seberapa besar tingkat pengambilan biaya setelah alternatif dilaksanakan. Nilai Sekarang Deret Seragam (Mencari P bila diketahui A) Faktor ini dinamakan nilai sekarang dari deret seragam (Uniform Series Present Worth Factor = USPWF), yang mana dapat juga ditulis [4]. A-78 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

79 Atau P = A (P/A,i%,N).... (14) dimana: P(i) = nilai sekarang dari keseluruhan aliran kas pada tingkat bunga i% = aliran kas pada akhir periode t i =MARR (Tingkat bunga yang dipakai patokan dasar dalam mengevaluasi dan membandingkan berbagai alternatif) N = horizon perencanaan (periode) 2. Metode Penelitian Penelitian ini membahas mengenai evaluasi penjadwalan perawatan pada mesin mixer scanima di divisi compounding PT. X Sidoarjo. PT. X yang bergerak dalam bidang krimer nabati yang menggunakan mesin mixer scanima untuk mencampur berbagai macam bahan baku. Analisi terhadapa penyelesaian masalah yaitu menggunakan metode Maintainability. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Data umum perusahaan. b. Data perawatan korektif dan preventif. c. Data jam kerja efektif mesin. d. Data cost perusahaan (gaji pegawai, harga perbag, harga spare part) Pada Penelitian ini digunakan alat analisis ProModel Stat::Fit yang digunakan untuk menganalisis bentuk distribusi dari data yang kita miliki. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Dari data perawatan preventif dan corrective digunakan untuk menentukan reliability, maintainability serta availability untuk tiap jenis kerusakan yang terjadi pada mesin mixer scanima. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan diperoleh dari jumlah biaya teknisi, harga spare part, operator menggangur dan keuntungan yang hilang. Dari hasil perhitungan nilai parameter Reliability selama periode Januari 2011 sampai Desember 2011 tiap jenis kerusakan memiliki nilai yang berbeda. a. Jenis Kerusakan A Selama operasi mesin 5109,07 jam terdapat perawatan corective sebanyak 18 kali dan perawatan preventif sebanyak 2 kali. Dari perhitungan keandalan mesin yang diperoleh nilai laju kerusakan ( ) = h (t) = 0,0035 kerusakan/jam. Waktu rata-rata diantara kerusakan/mean Time Between Failure (MTBF) atau ekspektasi ratarata hidup mesin/mean life = 285,71 jam. Keandalan Realiability R(t=12) = 95,9%. Fungsi distribusi komulatif F(t) atau disebut juga fungsi ketidak handalan atau peluang mesin akan rusak pada waktu t adalah sebesar 4,1%. b. Jenis Kerusakan B Selama operasi mesin 5109,07 jam terdapat perawatan corective sebanyak 9 kali dan perawatan preventif sebanyak 2 kali. Dari perhitungan keandalan mesin yang diperoleh nilai Laju kerusakan ( ) = h (t) = 0,0018 jam. Waktu rata-rata diantara kerusakan/mean Time Between Failure (MTBF) atau ekspektasi rata-rata hidup mesin/mean life = 555,56 jam. Keandalan Realiability R(t=12) = 97,9%. Fungsi distribusi komulatif F(t) atau disebut juga fungsi ketidak handalan atau peluang mesin akan rusak pada waktu t(12)jam adalah sebesar 2,1%. c. Jenis Kerusakan C Selama operasi mesin 5109,07 jam terdapat perawatan corective sebanyak 5 kali dan perawatan preventif sebanyak 2 kali. Dari perhitungan keandalan mesin yang diperoleh nilai laju kerusakan ( ) = h (t) = 0,00098 kerusakan/jam. Waktu rata-rata diantara kerusakan/mean Time Between Failure (MTBF) atau ekspektasi ratarata hidup mesin/mean life = 1020,41 jam. Keandalan Realiability R(t=12) = 98,8%. Fungsi distribusi komulatif F(t) atau disebut juga fungsi ketidak handalan atau peluang mesin akan rusak pada waktu t = 12 jam adalah sebesar 1,2%. 2. Maintainability factors adalah faktor-faktor yang menunjukan suatu sifat dari rekayasa sistem dan mempunyai karakteristik untuk memudahkan dalam pemeliharaan, ketapatan, keselamatan dan faktor ekonomis dalam melaksanakan fungsi. Analisis Maintainability factors mencakup fungsi-fungsi berikut : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-79

80 Tabel 1 Hasil perhitungan Maintainability mesin mixer scanima. Jenis Kerusakan MTBM fpt Mct Mpt M MDT A 255,45 0, ,5 0,5 1,4 1,48 B 464,46 0, ,5 0,92 1,14 C 729,87 0, ,14 8,16 3. Dari hasil perhitungan Availability, penggambaran tingkat probabilitas kesiapan suatu mesin untuk digunakan (Availability) ditampilkan pada tabel 2. Tabel 2 Hasil perhitungan parameter Availability mesin mixer scanima. Jenis Kerusakan Ao (%) Ai (%) Aa (%) A 0,994 0,995 0,993 B 0,998 0,998 0,996 C 0,989 0,992 0,989 Dari tabel di atas terlihat bahwa secara umum tingkat Availability bernilai diatas 90%. Tingkat kesiapan operasi sebagai tingkat kesiapan nyata sistem dapat ditingkatkan dengan memperkecil waktu tunda akibat kegiatan administrasi dan kegiatan penyediaan fasilitas pendukung perawatan, sehingga dengan nilai hasil Availability dapat digunakan untuk menilai dan meningkatkan kinerja sumber daya perawatan yang ada misal dengan menambah kemampuan bagian maintenance. 4. Biaya perawatan mesin merupakan biaya yang timbul akibat adanya proses perawatan. Penentuan biaya perawatan ini berdasarkan pada gaji teknisi, harga spare part, operator menganggur dan keuntungan yang hilang. Pada perhitungan biaya ini, peneliti ingin membandingkan biaya yang dikeluarkan utuk penjadwalan perawatan yang baru dengan biaya yang dikeluarkan untuk penjadwalan perawatan yang lama. Sehingga perhitungan biaya untuk tiap kali perawatanya seperti tabel 3. Tabel 3 Biaya Tiap Perawatan Keterangan Biaya perawatan untuk rata-rata perawatan aktif Biaya perawatan untuk mean down time A B C A B C Biaya. Teknisi ,40 22,22 32,54 62,60 66,54 65,76 Biaya Part Biaya. Opertr Loss Provid Total , , , , , ,76 Tabel 4 Hasil perhitungan biaya perawatan tiap jenis-jenis kerusakan pertahunnya. Jenis Kerusakan Penjadwalan Baru Penjadwalan Lama A Rp ,8 Rp ,6 B Rp ,42 Rp ,3 C Rp ,78 Rp ,88 Jadi besarnya total biaya yang ditanggung perusahaan pertahunnya untuk penjadwalan perawatan yang baru adalah: 1 2 A A B A A B C A B A C A B A C A B A B A C A B A B A C A B A C A B A B A C A D = Total Biaya A + Total Biaya B + Total Biaya C Gambar 1 Diagram Aliran Biaya Perawatan Penjadwalan Baru A-80 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

81 Sedangakan total biaya yang ditanggung perusahaan pertahunnya untuk penjadwalan perawatan yang lama adalah: A A A A A A A A A A A A A,B B A,B A,B,C B,C B,C B,C A,B,C B,C A,B,C D = Total Biaya A + Total BiayaB + Total Biaya C Jadi nilai sekarang dari Total Biaya D tersebut: Gambar 2 Diagram Aliran Biaya Perawatan Penjadwalan Lama Penjadwalan baru: P = (P/A,10%,1tahun) = Rp ,43/tahun Sedangkan penjadwalan lama: P = (P/A,10%,1tahun) = Rp ,19/tahun Selisih biaya antara penjadwalan lama dengan yang baru: P = Rp ,19 Rp ,43 = Rp ,76 Dari hasil analisis nilai sekarang deret seragam sebaiknya perusahaan memilih penjadwalan perawatan yang baru karena akan memberikan penghematan bagi perusahaan sebesar Rp ,76 per tahun. 4. Penutup Mesin Mixer Scanima pada departement Compounding sebaiknya mendapatkan perawatan sebelum waktu MTBF atau 285,71 jam untuk jenis kerusakan A, 555,56 jam untuk jenis kerusakan B, 1020,41 jam untuk jenis kerusakan C. Lebih tepatnya mesin harus mendapatkan perawatan setelah waktu operasi selama 255,45 jam untuk jenis kerusakan A, 464,46 jam untuk jenis kerusakan B dan 729,87 jam untuk jenis kerusakan C. Dimana waktu diatas merupakan MTBM atau waktu rata-rata perawatannya. Sedangkan dari segi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk perawatan pertahunnya. Penjadwalan perawatan yang baru jauh lebih hemat dari pada penjadwalan perawatan yang lama dengan selisi Rp ,76 per tahun. Melihat hasil analisis kesimpulan diatas maka saran saran yang ingin disampaikan bagi perusahaan adalah: 1. Perusahaan melaksanakan total produksi mantenance, yang akan melibatkan seluruh karyawan baik bagian produksi atau bagian maintenance untuk melakukan perawatan yaitu berupa tindakan pelumasan, pembersihan dan pengecekan. 2. Setiap sebelum pengoperasian mesin atau set up mesin operator harus memperhatikan atau mengecek kebocoran dan suara dari mesin tersebut karena jika mengalami kerusakan ditengah mesin beroperasi maka akan menganggu kualitas product, waktu dan yang lebih parah lagi produksi berhenti. 3. Mesin mixer scanima harus diberikan history card pada mesin tersebut, agar mudah untuk melihat history mesin tersebut sehingga akan mempermudah dalam penanganan perawatannya. 4. Periode perawatan preventif harus dilakukan sebelum waktu MTBF atau saat MTBMnya. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-81

82 Dan saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan uji distribusi dengan alat bantu program yang lain agar memiliki banyak variasi bentuk distribusinya yang sesuai dengan data kerusakan yang mereka miliki. Daftar Pustaka [1] Sodikin, I, Asih, E, W., Setiawan, H., Preventive Maintenance System dengan Consequence Driven Maintenance Terhadap Keandalan Mesin Sebagai Solusi Penurunan Biaya Maintenance, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi, [2] Sodikin, I, Penentuan Interval Perawatan Preventif Komponen Elektrik dan Komponen Mekanik yang Optimal pada Mesin Excavator Seri PC dengan Pendekatan Model Jardine, Jurnal Teknologi, 1(2), [3] Widyasputri, K, S, Perhitungan Reliability Untuk Penjadwalan Predictive Maintenance Serta Biaya Perawatan Mesin Kritis Oil Shipping Pump, (Yogyakarta, 2010). [4] Punjawa, N, I, Ekonomi Teknik, (Penerbit Guna Widya, Surabaya, 2009). [5] Leitch, Roger D, Reliablity Analysis for Engineers Oxford University, Oxford, New York, [6] Bowden, Royce O, Simulation Using Promodel Missisippi State University, Pomona, California, [7] Blanchard, Benjamin, System Engineering and Analysis Englewood, New Jersey, A-82 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

83 EVALUASI PENGALAMAN PELANGGAN PADA CAT TEMBOK DURASHIELD PRODUKSI PT. TUNGGAL DJAJA INDAH Rony Prabowo Jurusan Teknik Industri - Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya rony_prabowomt@yahoo.co.id ABSTRAK Dengan kondisi semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri membuat perusahaan industri semakin berupaya memahami apa yang menjadi keinginan pelanggan terhadap pengalamannya dalam membeli cat tembok. Selama menggunakan produk cat tembok produksi PT. Tunggal Djaja Indah yaitu Durashield, konsumen mendapatkan banyak pengalaman yang dapat mempengaruhi konsumen untuk kembali menggunakan produk sejenis dengan warna yang berbeda maupun dengan warna yang sama. Di industri cat, pengalaman sebelum mengkonsumsi, pada saat mengkonsumsi, dan setelah mengkonsumsi produk merupakan faktor yang penting bagi pelanggan untuk kembali menggunakan produk tersebut. Penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana pengalaman pelanggan yang terdiri dari sense, feel, think, act, dan relate pada cat tembok Durashield poduksi PT. Tunggal Djaja Indah, sehingga dicapai tujuan mengetahui hasil evaluasi pengalaman pelanggan pada cat tembok Durashield produksi PT. Tunggal Djaja Indah Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan, variabel pengalaman pelanggan memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan terhadap pembelian cat tembok Durashield, hal ini terlihat pada nilai crosstab lebih ratarata di atas 3 dengan kategori baik. Dimana untuk variabel yang memiliki pengaruh kuat dalam penentuan proses pembelian produk adalah variabel Think (X 3 ) dengan indikator Cat tembok Durashield memposisikan sebagai produk dengan warna yang lengkap. KATA KUNCI sense, feel, think, act, relate, evaluasi 1. Pendahuluan Produk didefinisikan segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar dalam hal ini konsumen untuk mencukupi suatu keinginan atau kebutuhan, yang mencakup barang barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, organisasi, informasi dan gagasan [1]. Produk cat tembok yang selama ini banyak dipilih oleh konsumen adalah cat keluaran ICI paint Indonesia, Mowilex, Jotun, dan Nippon Paint (Housing Estate Magazine, 2008), padahal pilihan cat sejenis masih banyak dengan kualitas (daya rekat dan daya tutup) setara dan harga bersaing. Dimana cat tersebut itu juga tidak mengandung bahan berbahaya seperti lead (timah hitam) dan mercuri, sehingga aman bagi kesehatan dan lingkungan. Cat tersebut juga tersedia untuk aplikasi eksterior dan interior. Cat tembok Durashield bahan bakunya pun sama dengan cat dekoratif pada umumnya yaitu latex (acrylic) untuk perekat dan pigmen untuk pewarna sebagai bahan utama, serta kapur, kaolin, dan bahan lain sebagai bahan pengisi dan pelarut. Selama menggunakan produk cat tembok produksi PT. Tunggal Djaja Indah yaitu Durashield, konsumen mendapatkan banyak pengalaman yang dapat mempengaruhi konsumen untuk kembali menggunakan produk sejenis dengan warna yang berbeda maupun dengan warna yang sama. Dalam industri cat, pengalaman sebelum mengkonsumsi, pada saat mengkonsumsi, dan setelah mengkonsumsi produk merupakan faktor yang penting bagi pelanggan untuk kembali menggunakan produk tersebut. Karena Durashield merupakan produk baru yang di produksi oleh perusahaan cat lokal dan kualitas cat tembok tidak bisa dilihat langsung dalam waktu yang relatif singkat, maka PT. Tunggal Djaja Indah selaku produsen cat tembok Durashield haruslah mampu menciptakan pengalaman yang berkesan bagi pelanggan Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengalaman pelanggan yang terdiri dari sense, feel, think, act, dan relate pada cat tembok Durashield poduksi PT. Tunggal Djaja Indah. Sementara tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil evaluasi pengalaman pelanggan pada cat tembok Durashield produksi PT. Tunggal Djaja Indah. 2. Landasan Teori 2.1 Pemasaran Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-83

84 Konsep pemasaran berkembang sangat cepat, sejak mass marketing yang muncul pada tahun 1950-an dengan strategi produksi massal untuk menekan biaya produksi seminimal mungkin, kemudian muncul pemasaran dengan konsep target market pada tahun 1980-an dan pemasaran dengan konsep customize marketing pada tahun 1990-an sampai pada era globalisasi tahun 2000-an (Rangkuti, 2002 : 9). Dalam suatu industri, pemasaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan dalam meraih pangsa pasar. Pemasaran didefinisikan suatu fungsi dari organisasi dan suatu proses untuk menciptakan, berkomunikasi dan mengirimkan nilai dari produk tersebut ke pelanggan serta untuk menjalin hubungan dengan pelanggan sehingga bermanfaat baik bagi yang perusahaan maupun stakeholders [1] Experiental Marketing Menurut Schmitt (1999 : 60), experiential adalah pengalaman yang berupa peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi karena stimulus tertentu. Sedangkan menurut Pine II dan Gilmore (1999 : 12), experiential adalah suatu kejadian yang terjadi dan mengikat pada setiap individu. Disamping itu terdapat beberapa pengertian dari marketing antara lain pemasaran didefinisikan suatu fungsi dari organisasi dan suatu proses untuk menciptakan, berkomunikasi dan mengirimkan nilai dari produk tersebut ke pelanggan serta untuk menjalin hubungan dengan pelanggan sehingga bermanfaat baik bagi perusahaan maupun stakeholders [1]. Selain itu pengertian marketing menurut Meldrum (2000 : 40), pemasaran adalah proses bisnis yang berusaha menyelaraskan antara sumber daya manusia, finansial dan fisik organisasi dengan kebutuhan dan keinginan para pelanggannya dalam konteks strategi kompetitif organisasi Manfaat Experiential Marketing Ada beberapa manfaat yang dapat diterima dan dirasakan suatu badan usaha menurut pandangan Schmitt (1999 : 34) yaitu : (a) untuk membangkitkan kembali merek yang sedang merosot; (b) untuk membedakan satu produk dengan produk pesaing; (c) untuk menciptakan citra dan identitas sebuah perusahaan; (d) untuk mempromosikan inovasi; (e) untuk membujuk percobaan, pembelian, dan loyalitas pelanggan. 2.2 Faktor-Faktor Pembentuk Pengalaman Pelanggan 1. Sense. Menurut Schmitt dalam Hamzah (2007 : 23), sense merupakan tipe experience yang muncul untuk menciptakan pengalaman bagi pelanggan melalui panca indera yang meliputi mata, telinga, kulit, lidah, dan hidung. 2. Feel disini sangatlah berbeda dengan kesan sensorik karena hal ini berkaitan dengan suasana hati (moods) dan emosi jiwa (emotion) seseorang. Menurut Schmitt dalam Hamzah (2007 : 23), feel marketing ini bertujuan untuk mempengaruhi pengalaman afektif pelanggan melalui pelayanan yang baik kepada pelanggan. 3. Think. Menurut Schmitt dalam Hamzah (2007 : 23), think merupakan tipe experience yang bertujuan untuk menciptakan kognitif/pengenalan masalah (cognitif) serta pemecahan masalah (problem solving) tersebut dimana mengajak pelanggan untuk berfikir kreatif. 4. Act. Menurut Kertajaya (2004 : 164), act marketing adalah salah satu cara untuk membentuk persepsi pelanggan terhadap produk dan jasa yang bersangkutan. Act marketing di desain untuk menciptakan pengalaman pelanggan dalam hubungannya dengan physical body experience, gaya hidup (lifestyle) dan perilaku seseorang (behaviour). 5. Relate. Menurut Schmitt dalam Hamzah (2007 : 23), relate marketing merupakan tipe experience yang digunakan untuk mempengaruhi pelanggan dan menggabungkan seluruh aspek dari experince marketing serta menitikberatkan pada penciptaan persepsi positif dimata pelanggan. Relate marketing ini bertujuan untuk mengkaitkan individu dengan apa yang ada diluar dirinya dan mengimplementasikan dalam hubungan dengan suatu komunitas sehingga mereka bisa merasa bangga dan diterima dikomunitasnya. 2.3 Experience Providers (ExPros) Menurut Schmitt (1999 : 70), Experince providers mencakup komunikasi, indentitas visual dan verbal, kehadiran produk, co-branding, lingkungan, media elektronik, dan orang. Experience provider ini merupakan suatu sarana dalam pembentukan faktor-faktor pengalaman bagi pelanggan sehingga dapat menghasilkan pengalaman yang berkesan bagi pelanggan tersebut. Berikut adalah penjelasan dari masing masing komponen experience provider : 1. Komunikasi (communications). Mencakup periklanan, public relation, laporan tahunan, brosur, dan lain sebagainya seperti komunikasi internal dan eksternal. 2. Identitas visual dan verbal (Visual and verbal identity). Merupakan domain utama dari yang disebut identitas korporasi. Yang termasuk didalamnya logo, dan papan nama. 3. Penampilan produk (product presence). Kehadiran produk meliputi kemasan dan tampilan produk digunakan sebagai bagian dari material penjualan serta point of sale display 4. Co-branding. Mencakup event pemasaran dan sponsorship, aliansi dan rekanan kerja, perijinan, penempatan produk dalam film. A-84 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

85 5. Lingkungan (environment). Meliputi desain kantor baik interior maupun eksterior, outlet penjualan. 6. Website dan media elektronik. Penggunaan internet sebagai suatu sarana untuk memasarkan pengalaman penggunaan produk atau jasa pada pelanggan. 7. Orang (people). Merupakan alat expros yang paling kuat yaitu mencakup penjual, customer service, technical support/repair providers (layanan perbaikan), company spokepersons,ceos dan eksekutif terkait. Visual / verbal identity and signage Communication Product Presence People Experience Providers Co-branding Websites and electronic media Websites and electronic media Gambar 2.1. Experience Provider (ExPros) (Schmitt,1999) 3. Metodologi Penelitian 3.1 Identifikasi Variabel 1 sense dengan indikator : (a) pelanggan merasakan dengan dengan tangan jika cat tembok Durashield memiliki kekentalan yang bagus; (b) pelanggan merasakan dengan penciuman jika cat tembok Durashield tidak berbau setelah proses aplikasi pada tembok; (c) pelanggan merasakan dengan tangan jika cat tembok Durashield cepat kering; (d) pelanggan merasakan dengan tangan jika produk memiliki daya lekat yang bagus; (e) pelanggan merasakan dengan penglihatan jika warna cat tembok Durashield tidak mudah memudar 2 feel dengan indikator : (a) pelanggan merasa bahwa Sales Promotion Girl (SPG) produk ramah dan sopan dalam memberikan informasi mengenai produk; (b) pelanggan merasa bahwa Technical Support yang disediakan oleh perusahaan sabar dalam memberikan petunjuk tata cara pengaplikasian; (c) Pelanggan merasa senang dengan banyaknya cabang penjualan produk; (d) Pelanggan merasa pelayanan pengiriman produk memuaskan. 3 Think dengan indikator : (a) Pelanggan berpikir bahwa kemasan cat tembok Durashield mencerminkan warna yang cerah; (b) Memposisikan sebagai produk dengan warna yang lengkap, baik warna yang sudah ada pada kartu warna maupun belum; (c) Pelanggan berfikir dari hasil demo tampak bahwa produk memiliki warna yang bagus pada saat proses aplikasi pada media; (d) Pelanggan menilai bahwa harga produk relatif terjangkau. 4 Act dengan indikator : (a) Penggunaan produk membuat pelanggan memperhatikan akan pentingnya bahan cat yang aman dan ramah lingkungan; (b) Event-event yang diselenggarakan oleh produsen cat tembok Durashield dapat mempengaruhi pelanggan untuk mencoba cat tembok Durashield; (c) Pelanggan merasa bahwa menggunakan cat tembok Durashield dapat mencerminkan gaya hidup kelas atas (high class lifestyle). 5 Relate dengan indikator : (a) Pelanggan mempunyai keterikatan batin dengan cara menjadi member produk; (b) Penggunaan majalah desain rumah dan interior; (c) Penggalaman positif dari pengguna dapat mempengaruhi calon pelanggan cat tembok Durashield. 3.2 Pengolahan Data Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Validitas memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Validitas yang tinggi didapatkan apabila suatu tes atau instrumen pengukur dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran, tetapi apabila tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian maka dapat dikatakan bahwa tes tersebut memiliki validitas yang rendah. Tujuan dari uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini yaitu untuk mengecek data-data hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden tersebut sudah dipahami atau tidak oleh semua responden. Pengujian validitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 yaitu dengan menggunakan analisa faktor. Dalam analisa faktor, tes dipengaruhi oleh faktor tertentu yang disebut sebagai tes yang memiliki muatan faktor (factor loading) yang tinggi. Bila faktor-faktor tidak berkorelasi satu sama lain, maka muatan faktor bukanlah koefisien variabel. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-85

86 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas memiliki arti untuk mengukur sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten dan dapat dipercaya jika jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat pada kuesioner yang dibagikan konsisten dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan program SPSS versi 13.0 dengan menggunakan uji Cronbach Alfa, dimana suatu variabel atau pertanyaan dapat dikatakan reliabel apabila memiliki nilai koefisien alpha > Analisa dan Pembahasan a. Distribusi Jawaban Untuk Variabel Sense (X 1 ) Sebanyak 57.1 % responden setuju dan sebanyak 5,7 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai kekentalan cat tembok Durashield, dimana cat tembok Durashield memiliki kekentalan yang bagus. Karena dengan kekentalan yang cukup bagus (dalam arti tidak terlalu kental maupun encer), cat tersebut tidak memerlukan pengenceran terlalu banyak pada waktu proses aplikasi dan tetap memiliki daya tutup yang bagus. Selain itu, responden merasa dengan kekentalan cat yang bagus akan membuat pemakai cat mudah untuk mengaduk cat tersebut. Karena jika cat tersebut terlalu kental, pemakai akan kesulitan untuk mengaduk cat tersebut, sehingga membutuhkan penambahan air yang cukup banyak untuk dapat mengaduknya dengan mudah. Namun biasanya cat yang terlalu kental pada umumnya lebih banyak menggunakan calsium carbonat daripada resin, hal ini berdampak pada kualitas cat yang memiliki daya lekat yang kurang. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 35.7 % responden memilih netral terhadap item pertanyaan mengenai kekentalan cat tembok Durashield, dimana cat tembok Durashield memiliki kekentalan yang bagus. Hal ini dikarenakan responden tidak merasakan perbedaan yang signifikan mengenai kekentalan cat tembok Durashield. Pemakai tidak merasakan perbedaan yang signifikan mengenai kekentalan cat ini dikarenakan pemakai menganggap cat tembok Durashield memiliki kekentalan cat seperti cat pada umumnya. No. 1 2 Item Pertanyaan Cat tembok Durashield memiliki kekentalan yang bagus Cat tembok Durasield tidak berbau setelah proses aplikasi STS TS CS S SS F % F % F % F % F % Rerata Cat tembok cepat kering Cat tembok Durashield memiliki daya lekat yang bagus Warna cat tembok Durashield tidak mudah memudar Indikator yang paling menarik pelanggan terhadap cat tembok Durashield dari variable sense adalah cat tembok Durashield cepat kering. Hal ini terjadi karena pelanggan dapat langsung melihat warna dari cat tersebut setelah kering. Disamping itu, pelanggan tidak perlu khawatir terhadap perubahan cuaca tidak menentu (tiba tiba panas atau hujan). Cat tembok Durashield aman digunakan pada saat musin hujan, karena cat tembok Durashield cepat kering. Selain dari beberapa pembahasan diatas, untuk pembahasan mengenai daya lekat bagus dan tidak mudah memudar, pelanggan memerlukan waktu untuk dapat merasakan manfaatnya b. Distribusi Jawaban Untuk Variabel Feel (X 2 ) Sebanyak 45.7 % responden setuju dan 15.7 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai SPG Durashield, dimana SPG cat tembok Durashield ramah dan sopan dalam memberikan informasi mengenai cat tembok Durashield. Pelanggan merasa bahwa Sales Promotion Girl (SPG) cat tembok Durashield ramah dan sopan dalam memberikan informasi mengenai cat tembok Durashield. Karena disaat Sales Promotion Girl (SPG) cat tembok Durashield ramah dan sopan dalam memberikan informasi mengenai cat tembok Durashield, hal ini dapat merangsang moods pelanggan sehingga tercipta moods positif sehingga pelanggan akan merasakan senang atau tertarik kepada produk tersebut. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 37.1 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai SPG Durashield, dimana SPG cat tembok Durashield ramah dan sopan dalam memberikan informasi mengenai cat tembok Durashield. Hal ini bisa dikarenakan secara umum Sales Promotion Girl (SPG) pasti telah melakukan training di perusahaan masing masing, sehingga pelanggan merasa bahwa A-86 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

87 pelayanan dari Sales Promotion Girl (SPG) merupakan standart pelayanan yang harus dilakukan kepada pelanggan. Oleh karena itu, pelanggan merasa pelayanan dari Sales Promotion Girl (SPG) dari perusahaan ini dianggap sama dengan pelayanan dari Sales Promotion Girl (SPG) dari perusahaan lainnya. Sebanyak 50 % responden setuju dan 21.4 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai technical support cat tembok Durashield, dimana technical support yang disediakan oleh perusahaan sabar dalam memberikan petunjuk mengenai tata cara pengaplikasian. Karena disaat konsumen mengalami masalah mengenai proses pengaplikasian pada media, tecnical support yang disediakan oleh perusahaan dengan sabar memberikan bantuan baik langsung ke lapangan maupun penjelasan lisan kepada pelanggan. Dengan adanya komunikasi yang baik antara pelanggan dan technical support, maka akan terbentuk emotion yang kuat antara pelanggan dengan perusahaan. Dimana dengan adanya bantuan dari technical support, pelanggan merasakan nostalgia dalam menggunakan cat tembok Durashield. Dengan terbentuk suatu nostalgia yang positif, pelanggan akan tertarik atau senang dalam menggunakan cat tembok Durashield. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 27.1 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai technical support cat tembok Durashield, dimana technical support yang disediakan oleh perusahaan sabar dalam memberikan petunjuk mengenai tata cara pengaplikasian. Karena dalam indikator ini yang menjawab netral paling sedikit dibandingkan dengan beberapa indikator lain dari feel, hal ini dikarenakan dalam variabel feel ini perusahaan memberikan suatu perbedaan dengan perusahaan lain dimana perusahaan menyediakan technical support yang ditujukan untuk pelanggan end user. Pada umumnya perusahaan menyediakan technical support yang ditujukan untuk bussiness to bussiness (B2B) bukan bussiness to customer (B2C). Sebanyak 40 % responden setuju dan 14.3 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai kemudahan untuk memperoleh cat tembok Durashield, dimana pelanggan merasa senang dengan banyaknya cabang penjualan cat tembok Durashield. Karena dengan banyaknya cabang cat tembok Durashield dapat menciptakan atmosfer hangat dan pelayanan yang lengkap. Menurut Bernd H Schmitt strategi memperbanyak cabang penjualan ini adalah enriching strategy. Dimana dengan enriching strategy ini, pelanggan mudah untuk memperoleh cat tembok Durashield. Dengan semakin mudah untuk memperoleh cat tembok Durashield, hal ini dapat memperkaya pengalaman bagi pelanggan mengenai cat tembok Durashield. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 31.4 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai kemudahan untuk memperoleh cat tembok Durashield, dimana cat tembok Durashield mudah diperoleh karena memiliki banyak cabang penjualan. Perusahaan telah menyediakan 4 counter penjualan di Surabaya, sehingga pelanggan merasa mudah untuk memperoleh kembali cat tembok Durashield di Surabaya. Pada kenyataannya untuk memperoleh kembali cat tembok Durashield pelanggan harus kembali ke tempat awal membeli cat tembok tersebut, pelanggan merasa wajar karena umumnya perusahaan yang baru mengeluarkan produk tidak langsung menyediakan outlet penjualan dalam jumlah banyak (hanya menempatkan outlet pada tempat yang dianggap paling strategis). Disamping itu, terdapat 14.3 % responden tidak setuju terhadap item pertanyaan mengenai kemudahan untuk memperoleh cat tembok Durashield, dimana cat tembok Durashield mudah diperoleh karena memiliki banyak cabang penjualan. Pelanggan merasa untuk memproleh kembali cat tembok Durashield, pelanggan selalu harus kembali ke tempat semula. Pelanggan tidak bisa memperoleh cat tembok Durashield di toko retail besar yang berada di dekat rumah tinggal mereka. No Item Pertanyaan SPG cat tembok Durashield ramah dan sopan dalam memberikan informasi mengenai cat tembok Durashield Technical support disediakan oleh perusahaan sabar dalam memberikan petunjuk mengenai tata cara pengaplikasian Pelanggan merasa senang dengan banyaknya cabang penjualan cat tembok Durashield Pelayanan pengiriman produk memuaskan STS TS CS S SS F % F % F % F % F % Rerata Dari beberapa pembahasan, dapat diketahui bahwa yang paling menarik pelanggan terhadap cat tembok Durashield pada variabel feel adalah ketika technical support yang disediakan oleh perusahaan sabar dalam memberikan petunjuk mengenai tata cara pengaplikasian. Hal ini terjadi karena pelanggan baru merasakan manfaat cat tembok Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-87

88 yang sesungguhnya adalah ketika cat tesebut bagus diaplikasikan pada dinding. Dengan bantuan dari technical support pelanggan merasakan perhatian dari perusahaan kepada pelanggan sampai tuntas (dalam hal ini proses aplikasi). c. Distribusi Jawaban Untuk Variabel Think (X 3 ) Sebanyak 50 % responden setuju dan 25.7 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai kemasan Durashield, dimana kemasan cat tembok Durashield mencerminkan warna yang cerah. Kemasan merupakan desain awal dari suatu produk yang dapat menarik perhatian pelanggan. Disini pelanggan berpikir bahwa dengan warna kemasan Durashield yang menarik dapat mencerminkan kualitas warna dari cat tersebut. Jika pelanggan terpikat dengan kemasan dari Durashield, hal ini dapat membangkitkan rasa ingin tahu pelanggan mengenai produk Durashield tersebut. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 22.9 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai kemasan Durashield, dimana kemasan cat tembok Durashield mencerminkan warna yang cerah. Sebagian pelanggan menganggap bahwa kemasan cat tembok bukan merupakan hal yang menjadi daya tarik utama dalam melakukan pembelian terhadap cat tersebut, sehingga pelanggan menganggap kemasan merupakan sesuatu yang tidak terlalu menjadi bahan pertimbangan untuk mencoba cat tersebut. Sebanyak 47.1 % responden setuju dan 30 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai variasi warna, dimana cat tembok Durashield memposisikan sebagai produk dengan warna yang lengkap baik warna yang sudah ada pada kartu warna maupun belum. Variasi yang beragam ini menimbulkan suatu kejutan dan provokasi bagi pelanggan, dimana pelanggan memperoleh suatu kejutan bahwa cat tembok Durashield ini diproduksi oleh produsen dari paragon. Sedangkan paragon sendiri tidak memiliki kombinasi warna yang banyak, sehingga pelanggan terkejut terhadap beragam variasi warna yang ada. Selain itu, provokasi bisa timbul disaat pelanggan menanyakan perbedaan apa saja yang ada pada cat paragon dan Durashield ini, jika provokasi bersifat positif maka akan mempengaruhi pelanggan untuk mencoba cat tembok Durashield. Selain itu, pelanggan juga dapat melakukan pemesanan warna tertentu yang belum ada pada kartu warna namun dengan jumlah pemesanan dalam skala besar. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 21.4 % netral terhadap item pertanyaan mengenai variasi warna, dimana cat tembok Durashield memiliki beragam variasi warna. Sebagian pelanggan beranggapan bahwa variasi warna yang disediakan oleh perusahaan Tunggal Djaja Indah bukan merupakan hal yang baru karena beberapa perusahaan cat juga mengeluarkan produk yang sejenis yang memiliki beragam variasi warna. Sebanyak 48.6 % responden setuju dan 25.7 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai hasil demo mengenai warna cat, dimana dari hasil demo tampak bahwa cat tembok Durashield memiliki warna yang bagus pada saat proses aplikasi pada media (kertas aplikasi) maupun hasil spray-an. Berdasarkan hasil aplikasi yang memuaskan pada saat demo, pelanggan akan tertarik untuk membeli cat Durashield. Namun disini akan timbul suatu provokasi, dimana pelanggan dirangsang secara intelektual bahwa bagaimana jika cat tersebut diaplikasikan secara langsung pada media dinding apakah tetap menghasilkan warna yang bagus. Karena sebelum dilakukan pengecatan ada langkah langkah sebelum pengecatan, apakah ada pengaruh terhadap kualitas warna jika pengerjaan langkah langkah sebelum pengecatan terjadi kesalahan atau kurang sempurna. Disini jika pelanggan memperoleh jawaban yang memuaskan, hal ini dapat mempengaruhi pelanggan untuk mencoba. No Item Pernyataan Kemasan cat tembok Durashield mencerminkan warna yang cerah Cat tembok Durashield memposisikan sebagai produk dengan warna yang lengkap Demo cat tembok Durashield memiliki warna yang bagus pada saat aplikasi pada media Cat tembok Durashield memiliki harga yang Relatif terjangkau STS TS CS S SS F % F % F % F % F % Rerata Dari beberapa pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa yang paling menarik pelanggan terhadap cat tembok Durashield dari variabel think adalah cat tembok Durashield memiliki beragam variasi warna. Hal ini karena pelanggan dapat memilih variasi warna sesuai dengan keinginan pelanggan, sehingga pelangggan bisa mendapatkan berbagai macam variasi warna dengan mudah. Selain itu, perusahaan juga melayani pilihan warna yang tidak tersedia pada kartu warna. Dimana nantinya jika warna tersebut sering di pesan, perusahaan akan membuat khusus ready mix. A-88 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

89 d. Deskripsi Variabel Act (X4) Sebanyak 45.7 % responden setuju dan 7.1 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai bahan dari cat tembok Durashield, dimana cat tembok Durashield terbuat dari bahan yang aman dan ramah lingkungan. Pelanggan merasa aman dalam menggunakan cat tembok Durashield, hal ini karena sisa cat pada tempat pengenceran cat mudah untuk dibersihkan dan bekas yang susah hilang pada tangan. Disamping itu, sisa percikan cat pada lantai mudah untuk dibersihkan tanpa menimbulkan noda pada lantai. Dimana menurut Schmitt (1999 : 61), act marketing ini bertujuan untuk memperkaya hidup pelanggan melalui physical body experience, menunjukkan alternatif produk (showing them alternative ways of doing things) dan alternatif lifestyle. Pada item pertanyaan ini pelanggan merasa aman secara physical body experience. Sedangkan yang dimaksud dengan ramah lingkungan disini adalah karena cat tembok Durashield bebas merkuri sehingga tidak berpengaruh terhadap kesehatan pelanggan. Hal ini berdampak pelanggan tidak khawatir dalam menggunakan produk tersebut karena pelanggan merasakan aman dalam penggunaannya atau dengan kata lain tidak ada efek samping bagi tubuh. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 38.6 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai bahan dari cat tembok Durashield, dimana cat tembok Durashield terbuat dari bahan yang aman dan ramah lingkungan. Hal ini karena sebagian besar cat tembok pasti menggaransi produk mereka merupakan produk yang aman dan ramah lingkungan sehingga pelanggan merasa hal ini merupakan yang biasa. Sebanyak 45.7 % responden setuju dan 11.4 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan event-event marketing yang diselengarakan oleh produsen cat tembok Durashield dapat mempengaruhi pelanggan untuk mencoba cat tembok Durashield. Pada saat pelanggan mengikuti event-event marketing yang diselengarakan oleh produsen cat tembok Durashield, pelanggan akan bertambah pengetahuannya tentang cat tembok khususnya Durashield termasuk keunggulannya dibanding dengan merek cat tembok lain yang sejenis sehingga pelanggan merasa perlu mencoba memakai cat Durashield. Disamping itu, jika suatu event marketing dapat memfasilitasi apa saja yang dibutuhkan pelanggan maka akan berdampak perubahan perilaku (behaviour) mereka. Dimana perubahan perilaku ini dapat timbul karena adanya stimulus yang disebabkan oleh experience provider (orang) yang terlibat di dalam event tersebut termasuk jika event tersebut menggunakan artis sebagai orang yang jadi panutan. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 32.9 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai pertanyaan event-event marketing yang diselengarakan oleh produsen cat tembok Durashield dapat mempengaruhi pelanggan untuk mencoba cat tembok Durashield. Pelanggan merasa bahwa keunggulan yang ditawarkan oleh cat tembok Durashield tidak berbeda jauh dengan produk cat tembok lain yang sejenis. Pelanggan akan tertarik apabila cat Durashield memiliki keunggulan yang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan cat tembok lain yang sejenis. Dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 10 % responden tidak setuju terhadap item pertanyaan mengenai pertanyaan event-event marketing yang diselengarakan oleh produsen cat tembok Durashield dapat mempengaruhi pelanggan untuk mencoba cat tembok Durashield. Pelanggan merasa bahwa pada event tersebut kurang menarik perhatian mereka, karena mereka beranggapan bahwa event yang diselenggarakan kurang menarik perhatian. Kurang menarik disini dalam artian pelanggan tidak bisa melakukan komunikasi mengenai bagaimana proses pengaplikasian cat itu sendiri, pelanggan beranggapan bahwa event hanyalah media untuk promosi tanpa menyediakan fasilitas untuk konsultasi. No Item Pertanyaan Penggunaan produk membuat pelanggan memperhatikan akan pentingnya bahan cat yang aman dan ramah lingkungan Event-event marketing yang diselengarakan oleh produsen cat tembok Durashield dapat mempengaruhi pelanggan untuk mencoba cat tembok Durashield Penggunaan produk mencer minkan gaya hidup kelas atas STS TS CS S SS F % F % F % F % F % Rerata Dari beberapa pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa yang paling menarik pelanggan terhadap cat tembok Durashield dari variabel act adalah penggunaan cat tembok Durashield dapat mencerminkan gaya hidup kelas atas. Hal ini terjadi karena Durashield sendiri mampu bersaing dengan produk produk sekelas Weather Shield dan Weather Coat, sehingga pelanggan mempunyai alternatif pilihan produk cat berkualitas namun dengan harga terjangkau. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-89

90 e. Deskripsi Variabel Relate (X5) Sebanyak 44.3 % responden setuju dan 12.9 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai pelanggan berkeinginan untuk menjadi member cat tembok Durashield. Pelanggan merasa dengan menjadi member cat tembok Durashield, pelanggan memiliki banyak keuntungan diantaranya discount, hadiah langsung (berupa mug, kaos, payung, jam dinding, dan lain sebagainya), jika mengalami kesulitan akan mendapat prioritas untuk berkonsultasi dengan technical support. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 37.1 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai pelanggan berkeinginan untuk menjadi member cat tembok Durashield. Pelanggan merasa fasilitas yang diperoleh jika menjadi member cat tembok Durashield tidak langsung menarik perhatian mereka. Sehingga pelanggan akan menjadi member jika merasa perlu untuk memanfaatkan fasilitas member yang ditawarkan dan jika pelanggan tidak ingin memanfaatkan fasilitas member yang ditawarkan, maka pelanggan tidak menjadi member. Disamping itu, sebanyak 5.7 % responden tidak setuju terhadap item pertanyaan mengenai pelanggan berkeinginan untuk menjadi member cat tembok Durashield. Pelanggan merasa bahwa cat tembok Durashield pemakaiannya jangka panjang (tahunan) dengan kata lain tidak cepat habis masa pakainya, sehingga pelanggan lebih memilih untuk tidak menjadi member. Sebanyak 38.6 % responden setuju dan 27.1 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai penggunaan majalah desain rumah dan interior membuat tertarik pada cat tembok Durashield. Dengan melihat desain rumah dan interior yang menarik pada majalah, maka akan membuat pembaca mencari tahu tentang cat apa yang digunakan serta bagaimana cara pengaplikasiannya. Namun dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 24.3 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai penggunaan majalah desain rumah dan interior membuat tertarik pada cat tembok Durashield. Penggemar majalah desain rumah dan interior sebagian besar adalah seseorang yang gemar akan dunia desain rumah baik interior mapun eksterior dan seseorang yang bekerja pada bidang tersebut. Sehingga majalah tersebut sangat bermanfaat sebagai referensi dan akan sangat berguna dimasa yang datang. Pada saat membutuhkan informasi maupun referensi, pembaca akan membaca kembali majalah tersebut. Dari 70 responden yang disurvei, sebanyak 10 % responden tidak setuju terhadap item pertanyaan mengenai penggunaan majalah desain rumah dan interior membuat tertarik pada cat tembok Durashield. Tidak semua pembaca majalah desain rumah dan interior adalah orang yang menyukai desain rumah dan interior, beberapa orang hanya ingin melihat-lihat saja majalah tersebut seperti apa isinya sehingga mereka tidak ingin mengetahui cat apa yang digunakan dalam desain yang digunakan pada majalah tersebut. Dengan demikian mereka beranggapan bahwa penggunaan majalah desain rumah dan interior tidak mengarahkan mereka untuk menggunakan cat tembok Durashield, namun penggunaan majalah hanyalah sebagai media untuk memberikan inspirasi kombinasi warna pada rumah. No Item Pertanyaan Pelanggan berkeinginan untuk menjadi member produk Penggunaan majalah desain rumah dan interior membuat tertarik pada produk Pengalaman positif dari pengguna mempengaruhi calon pelanggan STS TS CS S SS F % F % F % F % F % Rerata Sebanyak 47.1 % responden setuju dan 22.9 % responden sangat setuju terhadap item pertanyaan mengenai pengalaman positif pelanggan, dimana pengalaman positif dari pelanggan dapat mempengaruhi calon pelanggan cat tembok Durashield. Pengalaman positif dari pelanggan sangatlah mempengaruhi calon pelanggan, dimana salah satu media experience providers adalah people. Pengalaman positif pelanggan dapat meliputi beberapa hal antara lain pengalaman dalam menggunakan produk dan pengalaman mengenai pelayanan yang diberikan. Hal ini terlihat bahwa sebagian besar responden setuju dan sangat setuju bahwa pengalaman positif dapat mempengaruhi calon pelanggan. Namun dari 70 responden yang di survei, sebanyak 21.4 % responden netral terhadap item pertanyaan mengenai pengalaman positif pelanggan, dimana pengalaman positif dari pelanggan dapat mempengaruhi calon pelanggan cat tembok Durashield. Pelanggan beranggapan bahwa pengalaman positif seseorang dapat membuat seseorang tertarik pada cat tembok, namun responden masih membutuhkan suatu pembuktian dari kualitas cat karena sebagian responden beranggapan bahwa cat yang bagus tidak terlepas dari pengerjaan sebelumnya. Disamping itu, sebanyak 8.6 % responden tidak setuju terhadap item pertanyaan mengenai pengalaman positif pelanggan, dimana pengalaman positif dari pelanggan dapat mempengaruhi calon pelanggan cat tembok Durashield. Hal karena responden ini tidak mendapatkan pengalaman positif dari seseorang, dimana responden ini langsung mencoba cat tersebut tanpa melalui pengalaman positif dari seseorang. A-90 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

91 Pengalaman positif dari pelanggan sangatlah mempengaruhi calon pelanggan, dimana salah satu media experience providers adalah people. Pengalaman positif pelanggan dapat meliputi beberapa hal antara lain pengalaman dalam menggunakan produk dan pengalaman mengenai pelayanan yang diberikan. Pelanggan beranggapan bahwa pengalaman positif seseorang dapat membuat seseorang tertarik pada cat tembok, namun responden masih membutuhkan suatu pembuktian dari kualitas cat karena sebagian responden beranggapan bahwa cat yang bagus tidak terlepas dari pengerjaan sebelumnya. 5. Penutup 5.1 Kesimpulan 1. Secara keseluruhan, variabel pengalaman pelanggan memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan terhadap pembelian cat tembok Durashield, hal ini terlihat pada nilai crosstab lebih rata-rata di atas 3 dengan kategori baik. 2. Untuk variabel yang memiliki pengaruh kuat dalam penentuan proses pembelian produk adalah variabel Think (X3) dengan indikator Cat tembok Durashield memposisikan sebagai produk dengan warna yang lengkap. 5.2 Saran 1. Perusahaan hendaknya memperhatikan faktor cabang penjualan cat tembok Durashield karena menurut penilaian konsumen masih kurang, faktor bahan cat yang aman dan ramah lingkungan karena konsumen semakin sadar akan kesehatan dan kelestarian lingkungan, serta memperbanyak Event-event marketing terutama terkait demo produk yang dirasa konsumen masih kurang. 2. Untuk penelitian berikutnya jika menggunakan tema pengalaman pelanggan diharapkan mencoba menggunakan variabel yang lain mengingat materi tersebut sangat kompleks. Kelebihan pada penelitian ini adalah penelitian membahas mengenai experiental marketing yang dijelaskan melalui pendekatan kuantitatif, dimana sebelumnya banyak menggunakan pendekatan kualitatif. Selain itu penelitian ini dilakukan dengan survey teristis dan dukungan data lapangan yang lengkap, dimana wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan dengan cara menunggu jawaban konsumen sehingga terjamin keakuratan datanya Kekurangan penelitian ini adalah masih mengacu pada teori, review atau study literaute yang lama sehingga masih ada beberapa indikator atau variabel yang tidak sesuai dengan yang ada di lapangan Peluang bagi Penelitian selanjutnya : masih banyak variabel lain terkait dengan pengalama konsumen yang bisa di eksplorasi dan memiliki keterkaitan kuat terhadap minat beli kembali. Daftar Pustaka [1] Kotler, P. & Keller, K.L. Marketing Management. 13th ed..(new Jersey: Prentice Hall International, 2008) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-91

92 A-92 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

93 ANALISIS JENIS DAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK MINIBUS PADA PROSES TRIMMING MENGGUNAKAN FAULT TREE ANALYSIS Desy Meilina Fulani Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Setiap perusahaan harus menghasilkan produk yang memiliki keunggulan agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Keunggulan suatu perusahaan antara lain adalah melalui kualitas produk yang dihasilkannya. Kualitas merupakan suatu standar yang harus dipenuhi suatu produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hal ini, kualitas dari suatu produk atau jasa dinilai dari kesesuaian penggunaan produk atau jasa terhadap kebutuhan dan kepuasan konsumen. Dari penelitian yang dilakukan di PT. X, yaitu suatu perusahaan karoseri bus, diketahui bahwa kualitas produk belum memenuhi kepuasan konsumen. Hal ini terbukti dari keluhan konsumen yang disebabkan adanya cacat produk. Dalam suatu proses produksi dapat terjadi cacat, dan cacat tersebut tidak dapat dihilangkan secara total namun bisa diminimalisasi apabila telah diketahui akar penyebabnya. Dalam hal ini, proses yang banyak menimbulkan keluhan konsumen adalah proses trimming, untuk produk minibus. Dalam mengidentifikasi penyebab cacat produk yang terjadi pada proses trimming produk minibus menggunakan metode Fault Tree Analysis. Fault Tree Analysis adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko yang berperan terhadap terjadinya kegagalan. KATA KUNCI kualitas, kepuasan konsumen, Fault Tree Analysis 1. Pendahuluan Dalam dunia industri persaingan yang terjadi sangat ketat. Setiap perusahaan harus mengahasilkan produk yang memiliki suatu keunggulan sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Namun, yang terpenting dari keunggulan suatu produk adalah kualitas produk itu sendiri. Kualitas merupakan suatu standar yang harus dipenuhi suatu produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Apabila perusahaan tidak memperhatikan kualitas dari produknya maka akan memberikan dampak yang besar bagi perusahaan. Dampak yang ditimbulkan seperti keluarnya biaya tambahan untuk memperbaiki produk yang cacat, banyaknya keluhan dari konsumen dan konsumen bisa pindah ke produsen lain karena merasa tidak puas dengan produk yang dihasilkan perusahaan. PT. X merupakan perusahaan karoseri bus yang berlokasi di kota Bogor. Perusahaan ini menggunakan tipe produksi make to order yang berarti perusahaan hanya melakukan produksi jika terdapat permintaan dari konsumen. Berdasarkan survey di website busmania ( pengunjung website tersebut berpendapat bahwa PT. X memiliki kelebihan di bagian desain dibandingkan dengan pabrik karoseri lainnya, hal inilah yang mampu menarik konsumen untuk memesan produk di perusahaan ini. Perusahaan ini sudah memiliki awareness terhadap kualitas produknya, hal ini terbukti dari PT. X telah memiliki tim Quality Control dalam setiap proses produksinya sebagai upaya untuk menjaga kualitas produknya, namun akhir - akhir ini kualitas produk yang dihasilkan mengalami penurunan, hal ini terbukti dari banyaknya keluhan konsumen yang terjadi. Perusahaan memiliki garansi untuk setiap produk selama 6 bulan, tetapi ternyata sebelum 6 bulan banyak konsumen yang melakukan keluhan. Pada tahun sebelumnya total keluhan yang terjadi kurang dari 100 keluhan untuk semua produk setiap bulannya, tetapi pada tahun 2012 keluhan yang terjadi lebih dari 100, misalnya pada bulan Januari tahun 2012 jumlah keluhan yang terjadi mencapai 123 dan jumlah keluhan meningkat sampai 166 keluhan pada bulan Mei Tentu saja masalah tersebut membuat perusahaan mengalami kerugian dan jika hal ini tidak segera di atasi maka akan banyak konsumen yang akan berpindah ke perusahaan yang lain. Keluhan dari konsumen merupakan efek dari banyaknya cacat produk yang dihasilkan maupun dari pemakaian penggunanya. Kecacatan dapat disebabkan oleh proses yang berlangsung, material yang digunakan atau bisa juga diakibatkan defect bawaan dari proses sebelumnya. Proses pembuatan produk pada PT. X dimulai dari pembuatan bagian-bagian penyusun bis seperti, pintu, atap, lantai dan lain-lain. Kemudian dilakukan assembly dari semua bagian tersebut dan selanjutnya dilakukan proses dempul dan masuk pada proses painting atau pengecatan. Setelah itu, produk akan masuk pada departemen trimming yaitu pemasangan interior, seperti karpet, kursi, pemasangan lampu dan lain-lain. Untuk produk yang telah jadi dilakukan pengecekan yang disebut Pre Delivery Inspection. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-93

94 Berdasarkan data yang diperoleh dari customer care pada bulan Januari hingga Mei 2012, keluhan konsumen sebesar 34% dari total keluhan ditujukan untuk produk minibus, serta sekitar 31% keluhan tersebut terjadi akibat proses trimming. Berdasarkan fakta inilah, maka pemecahan masalah PT. X difokuskan pada produk minibus pada proses trimming. Tahap awal yang perlu dilakukan untuk meminimalkan kecacatan minibus pada proses trimming adalah menganalisis kejadian - kejadian yang mungkin menyebabkan terjadinya kecacatan produk untuk memperoleh akar permasalahan dan dapat ditentukan prioritas penyelesaian yang harus ditempuh. Dalam pencarian penyebab dari masalah yang ada, digunakan metode dengan menggunakan Fault Tree Analysis. Fault Tree Analysis merupakan metode analisis pencarian akar masalah dengan metode langkah demi langkah untuk mengkombinasi dari kesalahan yang menyebabkan gangguan sistem. Prinsip kerja Fault Tree Analysis adalah menelusuri suatu kegagalan fungsi secara deduktif hingga ke penyebab sesungguhnya dengan menggunakan logika dan data di lapangan. Keuntungan penggunaan metode ini adalah dapat memperoleh penyebab permasalahan yang beberapa kejadiannya atau kombinasi kejadian dengan kemudahan untuk mengikuti aliran event dan sub event pada setiap kesalahannya. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dikaji adalah bagaimana mengidentifikasi jenis dan penyebab cacat produk minibus pada proses trimming di PT. X sebagai upaya meminimalkan keluhan konsumen dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis. Dengan adanya kajian ini manfaat yang dapat diperoleh adalah memberikan masukan bagi perusahaan untuk mengetahui penyebab terjadinya produk cacat dan memberikan masukan bagi perusahaan untuk mengambil tindakan preventif untuk meminimalisasi keluhan konsumen. 2. Metodologi Penelitian Paparan ini akan membahas langkah langkah untuk mencari solusi dari permasalahan yang diangkat. Langkah langkah ini dibuat supaya dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang diambil dapat, sistematis dan terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Langkah langkah tersebut disajikan pada gambar 1. Mulai Observasi Awal Identifikasi Permasalahan Studi lapangan Studi Literatur Pengumpulan data - Data Primer - Data Sekunder Penentuan Tujuan dan Manfaat Penelitian Pengolahan data 1. Pembuatan diagram pareto 2. Fault Tree Analysis 3. Menentukan minum cut set Analisis dan interpretasi hasil Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 1 Metodologi Penyelesaian Masalah Observasi dilakukan dari awal Mei di PT. X. Tujuannya adalah untuk mempelajari segala kejadian yang ada di perusahaan. Tahap ini menekankan pengenalan dan pemahaman kondisi perusahaan. Kegitan yang dilakukan pada tahap ini antara lain melihat keseluruhan proses produksi, dan mendengarkan presentasi dari bagian HRD. Identifikasi masalah dilakukan dengan melihat data customer care pada bagian administrasi departemen Quality Assurance. Dari data yang ada dapat dilihat jumlah keluhan setiap bulan untuk masing-masing jenis produk serta jenis A-94 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

95 keluhan untuk setiap produk. Jika keluhan konsumen yang terus meningkat ini dibiarkan terus menerus maka akan merugikan perusahaan serta konsumen akan kecewa sehingga pindah ke perusahaan lain. Untuk menyelesaikan masalah yang ada maka dibutuhkan referensi-referensi yang mendukung agar masalah dapat diselesaikan dengan tepat. Studi pustaka mengacu pada literatur yang membahas mengenai kualitas, kepuasan konsumen, diagram pareto dan kajian mengenai Fault Tree Analysis. Pencarian literatur ini dilakukan dengan membaca buku dan melakukan browsing internet. Pada tahap ini akan dilakukan pengamatan langsung mengenai proses pada departemen trimming dan melakukan wawancara langsung dengan kepala bagian departemen Quality Assurance, inspektor departemen trimming dan staf administrasi departemen Quality Assurance. Pada tahap ini ditetapkan tujuan dan manfaat pada penelitian ini. Tujuan dan manfaat telah dipaparkan pada bagian Pendahuluan. Data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan kecacatan produk minibus di proses trimming yaitu: a. Data customer care bulan Januari sampai Mei b. Proses produksi pembuatan minibus pada PT. Rahayu Santosa. c. Peralatan yang terlibat dalam proses produksi. Data tersebut diperoleh baik dari dokumen perusahaan, observasi, dan wawancara dengan kepala bagian produksi, kepala bagian trimming, kepala bagian customer care dan dengan operator bagian inspeksi departemen trimming. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, urutan tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan frekuensi keluhan dari terbesar sampai terkecil dengan menggunakan diagram pareto. Langkah langkah menentukan frekuensi keluhan adalah sebagai berikut : a. Jumlah tiap tiap keluhan dibagi dengan jumlah seluruh keluhan sehingga mendapatkan presentase keluhan. b. Presentase keluhan tersebut kemudian diurutkan dari yang bernilai terbesar sampai terkecil. c. Kemudian tentukanlah presentase kumulatif dengan menambahkan presentase keluhan dengan presentase keluhan diatasnya. d. Data frekuensi kumulatif keluhan pada minibus kemudian diolah dengan diagram pareto menggunakan software SPSS untuk mengetahui keluhan yang dominan. 2. Menentukan jenis keluhan yang mendominasi sekitar 80% dari total keluhan dengan menggunakan diagram pareto yang telah dibuat. Langkah langkah menentukan jenis keluhan yang mendominasi yaitu: a. Membuat diagram pareto dari frekuensi kumulatif keluhan yang telah diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil. b. Menentukan keluhan yang dominan dari diagram pareto yang telah dibuat. Penentuan ini berdasarkan pada grafik pada diagram pareto yang menunjukan jumlah besar sampai jumlah frekuensi kumulatifnya sebesar 80%. 3. Membuat diagram Fault Tree untuk mengetahui faktor faktor penyebab keluhan. Alasan pemakaian FTA adalah FTA merupakan analisa deduktif yang terstruktur dari atas ke bawah sehingga dapat diketahui faktor faktor terjadinya failure dengan urut dan terperinci. Selain itu juga menggambarkan kombinasi kejadian yang menyebabkan keluhan sebagai top event. Analisis keluhan konsumen produk minibus pada tahap fault tree analysis dilakukan melalui langkah langkah berikut ini: a. Identifikasi kesalahan dalam sistem Kesalahan dalam sistem yang biasa disebut undesired event merupakan suatu permasalahan dalam sistem yang diakibatkan adanya kondisi yang tidak berjalan dengan benar dan tidak diinginkan. Undesired event pada masalah yang terjadi pada PT. Rahayu Santosa adalah banyaknya keluhan dari konsumen terhadap produk minibus. Undired event yang ditemukan ini dijasikan sebagai top level event. b. Membangun Fault Tree Setelah top level event pada permasalahan yang ada sudah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah membangun fault tree. Dalam membangun fault tree, hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi potensi dari kesalahan-kesalahn yang terjadi pada proses. Apabila potensi dari kesalahan-kesalah sudah teridentifikasi maka dilakukan identifikasi penyebab masalahsehingga diperoleh penyebab secara umum yang menyebabkan top level event terjadi yang kemudian dijasikan acuan untuk membuat fault tree. Langkah selanjutnya, mengembangkan top level event dengan melakukan break down secara terperinci dalam cabang-cabang yang membentuk fault tree, sampai ditemukan kejadian paling dasar atau disebut dengan basic event. Langkah tersebut menerangkan semua urutan sebab dan akibat kejadian yang menyebabkan terjadinya top level event. c. Penentuan minimal cut set Setelah menyusun diagram sebab akibat dari top level event sampai basic event kemudian dilakukan penentuan minimal cut set. Penentuan minimal cut set merupakan kejadian atau kombinasi kejadian dari Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-95

96 basic event yang menjadi akar permasalahan dari seluruh kejadian yang terjadi. Apabila terjadi perulangan kejadian dasar maka disederhanakan menjadi satu kejadian dasar saja. 3. Hasil dan Pembahasan Kualitas merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi semua perusahaan yang memproduksi barang maupun perusahaan yang melayani jasa. Kualitas adalah suatu standar minimal yang harus dipenuhi oleh sebuah produk dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Juran ( dalam Joe Kasser, CM 1996 ) mendefinisikan kualitas sebagai fitness for use ( kesesuaian dalam pemakaian) [1]. Dalam hal ini kualitas dari suatu produk atau jasa dinilai dari kesesuaian penggunaan produk atau jasa terhadap kebutuhan dan kepuasan konsumen. Menurut Philip Kotler (1997) Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja ( hasil) suatu produk dengan harapannya [2]. Dari penelitian yang dilakukan pada PT. X dapat diketahui bahwa keluhan yang terjadi disebabkan karena adanya cacat produk. Dalam suatu proses produksi dapat menimbulkan cacat dan cacat pada produk tidak dapat dihilangkan secara total namun bisa diminimalisasi apabila telah diketahui akar penyebab dari cacat yang terjadi. Dalam hal ini proses yang banyak menimbulkan cacat produk sehingga menimbulkan keluhan konsumen adalah proses trimming. Proses trimming merupakan proses pemasangan interior pada bus. Dalam mengidentifikasi penyebab cacat produk yang terjadi pada proses trimming mengggunakan metode yaitu Fault Tree Analysis. Fault Tree Analysis adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko yang berperan terhadap terjadinya kegagalan Metode ini mengidentifikasi penyebab cacat produk secara deduktif, yaitu dari masalah umum kemudian di brake down sampai ditemukan akar penyebab yang menjadi basic event dari penyebab masalah yang ada[3]. Data yang diperoleh meliputi data customer care pada bulan januari sampai Mei Dari banyaknya keluhan yang terjadi diambil keluhan yang terjadi lebih dari satu kali karena hal tersebut harus segera di atasi agar tidak terjadi kembali di lain waktu. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, analisis difokuskan pada proses trimming untuk produk minibus, yang merupakan keluhan konsumen terbanyak. Keluhan yang terjadi meliputi kunci mobil rusak, karpet melendung, sealer tidak rapi, handle pintu rusak, bangku tidak fix, audio tape tidak berfungsi, engsel pintu rusak, AC tidak dingin, body tidak rapi, interior tidak rapi, speaker mati dan toa mati. Selanjutnya, dari rekapitulasi data keluhan konsumen diolah dengan diagram pareto untuk mengetahui jenis keluhan yang dominan. Hasil dari diagram pareto dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Diagram pareto Dari 12 jenis keluhan pada minibus diambil 6 jenis keluhan terbanyak sesuai prinsip pareto yaitu 80% dari total masalah efek dihasilkan oleh 20% penyebab. Dalam prinsip Pareto, aturannya adalah 80/20, merupakan observasi yang pada intinya adalah sebagian besar komponen tidak terdistribusi sama persis, melainkan beberapa lebih besar dari lainnya. Jumlah pun tidak juga harus 100, melainkan bisa 80/10, 90/20 dan lainnya[4]. Berdasarkan diagram pareto dapat diketahui bahwa keluhan yang dominan adalah keluhan jenis handle pintu rusak 30,09%, engsel pintu rusak 24,78%,speaker mati 8,85%, body tidak rapi 7,96%, interior tidak rapi 5,31%, dan audio tape tidak berfungsi 4,42%. Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab dari setiap keluhan yang terjadi dengan menggunakan Fault Tree Analysis. Langkah pertama adalah mengidentifikasi undesired event. Undesired event pada masalah yang terjadi di PT. X yaitu keluhan konsumen. Undesired event disini adalah jenis keluhan dominan yang terjadi di PT. X yaitu handle pintu rusak, engsel pintu rusak, speaker mati, body tidak rapi, interior tidak rapi, dan audio tape tidak berfungsi. Undersired event akan dijadikan sebagai top level event untuk membangun fault tree. Setelah top level event permasalahan ditentukan, langkah selanjutnya adalah membangun fault tree. Dalam membangun fault tree, hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi potensi dari kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses. Apabila potensi dari kesalahan-kesalahan sudah teridentifikasi maka dilakukan identifikasi penyebab masalah sehingga diperoleh penyebab secara umum yang menyebabkan top level event terjadi yang kemudian dijadikan acuan untuk A-96 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

97 membuat fault tree. Untuk mengetahui kesalahan yang terjadi maka dilakukan wawancara pada inspektor Quality Control pada departemen trimming. Berikut fault tree untuk masing-masing jenis keluhan konsumen: 1. Handle pintu rusak Handle Pintu Rusak Process Material User Disassembly Setting dimensi tidak tepat Banyak supplier Tidak ada standar Penggunaan dari konsumen Pembacaan gambar salah Jig tidak standar Operator lalai Tidak dikalibrasi Gambar 3. Fault Tree handle pintu rusak Dari fault tree tentang keluhan handle pintu rusak pada Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa basic event yang menyebabkan keluhan tersebut terjadi adalah operator lalai ketika membaca gambar, alat bantu yang tidak dikalibrasi sehingga sehingga alat bantu tidak standar, kemudian tidak ada standar material sehingga bila material disupplay oleh banyak supplier menyebabkan kualitas material yang dihasilkan tidak sama. Untuk analisis fault tree fokus pada basic event yang disebabkan oleh proses produksi internal perusahaan sehingga kesalahan konsumen tidak dianalisis lebih lanjut. 2. Engsel pintu rusak Engsel Pintu Rusak Process User Pintu dan Body tidak match Disassembly Penggunaan dari konsumen Setting dimensi tidak tepat Defect bawaan Operator lalai Pembacaan gambar salah Jig tidak standar Proses pembuatan pintu Operator lalai Tidak dikalibrasi Operator lalai Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-97

98 Gambar 4. Fault Tree engsel pintu rusak Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa basic event untuk keluhan engsel pintu rusak meliputi operator lalai ketika membaca gambar, alat bantu yang tidak dikalibrasi sehingga sehingga alat bantu sudah tidak standart lagi, operator pada pembuatan pintu yang lalai sehingga membuat defect, dan operator yang lalai dalam melakukan pemasangan. 3. Perapihan body Perapihan body Process Material Defect dari painting Pembuatan body Defect meler Defect bolong Defect tipis Operator lalai Banyak supplier Tidak ada standar Overspray Tidak ada instruksi kerja Dempul tidak rata Cat mengandung air Alat spray kotor Operator Spray tidak maksimal Alat spray kotor Proses epoxy tidak sesuai standart Material plat berminyak Kurang perawatan Kurang perawatan Operator lalai Operator lalai Operator lalai Gambar 5. Fault Tree keluhan perapihan body Pada gambar 5 dapat dilihat basic event dari keluhan perapihan body sebagian besar adalah operator lalai, kemudian tidak ada standar material yang digunakan, tidak adanya instruksi kerja dalam pemberian pernis sehingga mengakibatkan overspray, dan permukaan material yang digunakan mengandung minyak. 4. Interior tidak rapi Interior tidak rapi Process Pemasangan karpet tidak rapi Pemasangan sealer tidak rapi Proses pemasangan Permukaan floor tidak rata Proses pemasangan Material yang digunakan Tidak ada instruksi kerja Floor terdapat karat Operator lalai Operator lalai Tidak ada ruang khusus Banyak supplier Tidak ada standar Gambar 6. Fault Tree interior tidak rapi Pada gambar 6, dapat dilihat bahwa basic event dari keluhan perapihan interior adalah operator yang lalai dalam proses pemasangan, tidak ada standar material yang digunakan dan tidak adanya ruang khusus untuk menyimpan produk. A-98 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

99 5. Speaker mati Speaker mati Process Material User Disassembly Instruksi kerja tidak jelas Banyak supplier Tidak ada standar Penggunaan dari konsumen Gambar 7. Fault Tree speaker mati Pada gambar 7, dapat dilihat bahwa basic event dari keluhan speaker mati antara lain instruksi kerja yang tidak jelas dalam proses pemasangan, dan tidak ada standar material yang digunakan. 6. Audio tape tidak berfungsi Audio tape tidak berfungsi Process Material User Disassembly Instruksi kerja tidak jelas Banyak supplier Tidak ada standar Penggunaan dari konsumen Gambar 8. Fault Tree audio tape mati Pada gambar 8, dapat dilihat bahwa basic event dari keluhan audiotape mati antara lain instruksi kerja yang tidak jelas dalam proses pemasangan, dan tidak ada standar material yang digunakan Setelah basic event dari setiap keluhan diketahui, maka selanjutnya dicari minimal cut set. Minimal cut set merupakan kombinasi yang sering muncul sehingga menyebabkan top level event. Drai operhitungan yang sudah dilakuka, dapat diketahui bahwa minimal cut set yang menyebakan keluhan terjadi adalah operator lalai, tidak ada standar material, instruksi kerja kurang jelas, dan tidak ada kalibrasi alat bantu. 4. Penutup Makalah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di PT. X, yang merupakan perusahaan karoseri minibus di kota Bogor. Dari setiap keluhan yang ada telah ditemukan basic event yang menjadi akar penyebabnya, misalnya basic event untuk keluhan handle pintu rusak meliputi operator lalai ketika membaca gambar, alat bantu yang tidak dikalibrasi sehingga sehingga alat bantu tidak standar, kemudian tidak ada standar material sehingga bila material disupplay oleh banyak supplier menyebabkan kualitas material yang dihasilkan tidak sama. Dan dari perhitungan minimal cut set diperoleh kombinasi yang sering muncul adalah operator lalai, tidak ada standar material, instruksi kerja kurang jelas, dan tidak ada kalibrasi alat bantu. Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat membantu perusahaan untuk mengetahui akar penyebab dari keluhan terbesar konsumen dan berguna untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan. Namun, penelitian ini masih terbatas pada identifikasi penyebab keluhan yang ada. Untuk solusi dari pemecahan masalah belum ditentukan dan perlu analisis dan tinjauan lapangan lebih lanjut. Kajian juga bisa dilanjutkan dengan analisis lebih detil dengan fokus kepada salah satu basic events yang menjadi minimal cut set pada FTA dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode And Effect Analysis). Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-99

100 Daftar Pustaka [1] Joe Kasser, CM, The Anticipatory Testing Corporation. There's No Place for Managers in a Quality Organization. Ninth Annual National Conference on Federal Quality, Washington, DC., 1996 [2] Kotler, P. Manajemen Pemasaran. : Analisa, Perencanaan, Implikasi dan Kontrol, Jilid I (PT Prenhallindo, Jakarta) [3] N.H. Roberts, W.e. vesely, D.F. Haasl & F.f. Goldberg.Fault Tree handbook, NUREG-0492, 1981 [4] Retno, Dyah. Identifikasi Cacat Pada Genteng Wendit Dengan Diagram Pareto. GAMMA, Volume IV, Nomor 2, Maret 2009: A-100 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

101 ANALISA PEMILIHAN SUPPLIER POLYURETHAN DENGAN VENDOR PERFORMANCE INDICATOR BERBASIS QUALITY COST DELIVERY FLEXIBILITY RESPONSIVENESS DI PT. SINAR FOAM JAYA SURABAYA Rony Prabowo Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya ABSTRAK Secara umum dan idealnya perusahaan memiliki lebih dari satu supplier untuk satu item tertentu, namun kondisi supplier selalu berubah-ubah. Penelitian ini brupaya untuk melakukan evaluasi kinerja supplier polyurethan yang dimulai dari perancangan sistem evaluasinya hingga pada pengukuran kinerja supplier. Penelitian dilakukan di PT. Sinar Foam Surabaya dengan alasan bahwa perusahaan tersebut memiliki lebih dari satu supplier sehingga perlu untuk dilakukan evaluasi supplier secara periodik untuk mengevaluasi kinerjanya. Vendor Performance Indikator (VPI) diidentifikasi berdasarkan kriteria yang berbasis pada Quality, Cost, Delivery, Flexibility dan Responsiveness (QCDFR). Pembobotan dilakukan oleh departemen pembelian dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diolah dengan software Expert Choice. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kinerja ketiga supplier yaitu CV. Karya Bersama telah memenuhi target dari PT. Sinar Foam Jaya yaitu sebesar 91%. Sedangkan kinerja CV. Langgeng Lestari sebesar 88% dan CV. Podo Lancar sebesar 76%, hal ini menunjukkan sudah mendekati target PT. Sinar Foam Jaya dalam memberi target kepada supplier mengenai kriteria Quality, Cost, Delivery, Flexibility dan Responsiveness yang terdiri dari 12 VPI harus memenuhi target 91% ke atas. KATA KUNCI supplier, VPI, AHP, scoring system, traffic light 1. Pendahuluan Evaluasi supplier menjadi salah satu faktor penting dalam supply chain, karena merupakan salah satu strategi perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam hal kepuasan konsumen dan juga untuk meningkatkan atau mempertahankan service level perusahaan tersebut dalam memenuhi permintaan konsumen. Evaluasi supplier dilakukan sesuai dengan karakteristik dari masing-masing item yang akan di supply. Apabila supplier kurang responsif dalam memenuhi permintaan maka akibat yang ditimbulkan adalah terjadi stock out dan juga apabila lead time dari supplier panjang maka akan timbul inventory cost yang cukup tinggi karena komponen material yang mahal. Dalam melakukan evaluasi supplier sebaiknya berdasarkan pada kemampuan supplier untuk bekerjasama dengan pihak perusahaan, long term relationship sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan dapat diandalkan, hal seperti ini tentunya akan menguntungkan kedua belah pihak. Dimana hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemilihan supplier selain cost, juga consistencynya (quality dan delivery), reliability, relationship, flexibility dan juga service level-nya. [1] PT. Sinar Foam Jaya merupakan perusahaan yang memproduksi foam sintetis yang dapat dipergunakan dalam banyak hal terutama untuk furniture. Dengan peningkatan permintaan terhadap benang menyebabkan perusahaan harus mampu melakukan proses manajerial dengan baik pada sistem produksi, penyediaan bahan baku, serta dapat meramalkan tingkat permintaan pada periode tertentu. Dengan begitu diharapkan perusahaan mampu bersaingdalam hal kualitas maupun kuantitas produk yang terjual.sistem evaluasi selama ini masih banyak menggunakan penilaian berdasarkan subyektifitas. Dalam penelitian ini berupaya dianalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengevaluasi kinerja supplier polyester dengan menggunakan Vendor Performance Indicator yang berkerangka quality, cost, delivery, flexibility, dan responsiveness dan penggunaan metode Analytical Hierarchy Process. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang sistem evaluasi supplier dan bagimana mengukur performansi supplier dan mengukur supplier. Sementara itu tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah merancang Vendor Performance Indikator (VPI) yang dibutuhkan oleh perusahaan dan mengukur performasi supplier dan mengevaluasi supplier Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-101

102 2. Landasan Teori 2.1 Model-Model Evaluasi Supplier Categorical Plan Pada metode ini sangat tergantung pada pengalaman dan kemampuan dari masing-masing buyer dan kemudian pembeli akan menyimpan rekap data mengenai supplier. Pembeli akan memberikan grade nilai pada beberapa kriteria tersebut. Nilai tersebut dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu preffered, neutral, unsatisfactory. Secara umum hal-hal yang terkait dengan pembuatan form supplier performance evaluation dengan menggunakan metode categorical plan. yaitu : purchasing, receiving, engineering, quality, delivers on schedule, delivers at quoted prices, prices and competitive, prompt and accurate with routin doc, deliver per routing instructions, has adequate delivery service, has good packaging, invoice correctly, issues credit memos puntually, doesn t ask for special financial consideration, past record on reliability of products, has technical ability for dificult work, quality of material, furnishes certifications, affidativits Weighted Point Plan Setiap faktor dalam metode ini akan diberi nilai dengan bobot yang berbeda-beda untuk masing-masing faktor sesuai dengan kepentingan perusahaan. Dengan menggunakan metode ini pengukuran dapat lebih bersifat quantitative dan untuk dapat membandingkan performansi dari dua atau lebih supplier perlu lebih memperhatikan faktor, bobot dan pengukuran secara konsisten untuk semua supplier. Faktor subjektivitas dalam metode ini sudah berkurang karena karena adanya bobot dan formula yang digunakan dalam pengukuran performansi dari supplier tersebut. Metode ini juga lebih fleksibel sehingga faktor-faktor lain yang ingin diikutkan dalam pengukuran dapat disesuaikan dengan kasus yang dihadapi perusahaan. Metode Weighted Point Plan juga dapat digunakan conjuction dengan metode categorical plan jika perusahaan ingin memasukkan faktor lain yang dianggap penting namun bersifat subjectivitasdalam evaluasi supplier mereka. 2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty pada 1993 dan dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks dengan aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Salah satu keuntungan utama AHP yang membedakan dengan model pengambilan keputusan lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasari logika dan sebagian lagi didasarkan pada unsur di luar logika seperti perasaan, pengalaman dan intuisi [2]. Langkah langkah dalam Metode AHP [2]: (a) pendefinisian masalah dan penentuan solusi yang diinginkan; (b) pembuatan struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum sampai dengan sub tujuan, meliputi kriteria dan kemungkinan alternatif paling bawah; (c) pembuatan matriks perbandingan berpasangan dengan melakukan penilaian tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya; (d) melakukan perbandingan berpasangan sebanyak nx n 2 1 dimana n merupakan jumlah elemen yang dibandingkan, Saaty pada 1993 menentukan skala 1 sampai 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya; (e) perhitungan nilai eigen dan pengujian konsistensi. Jka tidak ada konsistensi maka pengambilan data harus diulang; (f) mengulang langkah 3, 4, 5 untuk seluruh tingkat hierarki; (g) perhitungan nilai eigen untuk setiap matriks berpasangan; (h) memeriksa konsistensi dari hierarki, jika ternyata nilainya lebih dari 0,1 (10%) maka inkonsistensi dan daat harus diperbaiki. Konsep dasar dari AHP adalah penggunaan pairwise comparison matrix (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya. Sebagai contoh, kriteria spesifikasi dan kriteria biaya akan dibandingkan seberapa pentingnya dalam hal memilih armada transportasi. Begitu juga untuk alternatif. Kendaraan A, B, dan C akan dibandingkan secara berpasangan (dan akan dibentuk matriks) dalam hal sub-kriteria biaya pemeliharaan misalnya. Nilai-nilai yang disarankan untuk membuat matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut: 1 : sama penting (equal) 3 : lebih penting sedikit (slightly) 5 : lebih penting secara kuat (strongly) 7 : lebih penting secara sangat kuat (very strong) 9 : lebih penting secara ekstrim (extreme) Selain nilai-nilai tersebut, nilai-nilai antaranya juga bisa digunakan, yakni 2, 4, 6, dan 8. Nilai-nilai ini menggambarkan hubungan kepentingan di antara nilai-nilai ganjil yang disebutkan. Sementara jika kepentingannya terbalik, maka kita dapat menggunakan angka reprisokal dari nilai-nilai tersebut. Misalnya perbandingan berpasangan antara kriteria 1 dan 3 adalah 1/5, artinya kriteria 3 lebih penting secara kuat dari pada kriteria 1. Matriks perbandingan berpasangan tersebut harus dibuat tiap level yang memiliki hirarki atasan yang sama. Sebagai contoh pada hirarki sebelumnya, harus dibuat matriks perbandingan berpasangan untuk sub-kriteria kapasitas angkut dan A-102 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

103 sub-kriteria ketersediaan suku cadang terhadap kriteria spesifikasi, matriks perbandingan berpasangan antara sub-kriteria biaya pembelian, biaya pemeliharaan dan biaya perton mileage terhadap kriteria biaya, dan seterusnya. Dalam membuat matriks berpasangan, kita hanya perlu menentukan matriks segitiga atas saja karena matriks segitiga bawah hanyalah nilai reprisokal dari matriks segitiga atas. Selain itu, nilai-nilai diagonal pada matriks perbandingan berpasangan adalah satu (karena setiap item dibandingkan dengan dirinya sendiri). Dengan demikian, apabila kita ingin membuat matriks perbandingan berpasangan dengan jumlah n item, maka kita hanya perlu membuat perbandingan sejumlah n(n-1)/2. Jika semua matriks perbandingan berpasangan sudah dikumpulkan, kita dapat menghasilkan bobot prioritas akhir dari kandidat pilihan. Langkah pertama adalah setiap matriks perbandingan berpasangan perlu dicari bobot absolut masingmasing item. Setelah itu, bobot prioritas akhir didapat dengan mengkalikan bobot absolut alternatif dengan bobot-bobot kriteria dan sub-kriteria di atasnya. Kemudian, bobot prioritas akhir ini dapat dijadikan sebagai acuan pemilihan kandidat ataupun pengurutan kepentingan kandidat pilihan. 2.3 Vendor Performance Indicator (VPI) Choy dan Hartley (1996) menyatakan bahwa kriteria dalam melakukan evaluasi supplier yaitu : 1. Finance : financial conditions, profitability of supplier, financial records disclosure, performance awards 2. Consistency : conformance quality, consistency delivery, quality philosophy, prompt response 3. Relationship : long term relationship, relationship closeness, communication opennes,reputation for integrity 4. Flexibility : product volume changes, short set up time, short delivery lead time, conflict resolution 5. Technological capability : design capability 6. Service : after sales support, sales competence 7. Reliability : incremental improvement, product reliability 8. price : low inicial price Tabel 2.1 Skala Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan Keterangan Penjelasan 1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besarnya terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting dibanding elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong suatu elemen dibanding elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak dibanding Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Bukti mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin terkuat 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila terdapat dua kompromi Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan dibanding dengan i Sumber : Thomas L. Saaty (1993) 2.4 Scoring System Scoring system dilakukan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap target yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Tiga macam skor yang diberikan pada VPI : 1. Lower is Better, karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimanan semakin rendah nilainya (mendekati nol) maka kualitasnya akan lebih baik. 2. Larger is Better, karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimanan semakin besar nilainya maka kualitasnya akan lebih baik. 3. Nominal is Better, karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimanan semakin rendah nilainya (mendekati nol) maka kualitasnya akan lebih baik. 3. Perancangan Sistem Supplier 3.1 Pemilihan Model VPI Tabel 3.1 Perbandingan Kerangka QCDFR dan Choy dan Hartley No. Kondisi PT. Sinar Foam Jaya QCDFR Choy & Hartley 1. Kriteria supplier yang baik adalah tepat waktu, tepat kualitas dan tepat Mempertimbangkan kriteria QCFDR kuantitas price 2. Kualitas adalah indikator yang terpenting Mencakup kualitas kriteria Mempertimbangkan kriteria finances, concistency, flexibility, Technologycal, capability, services, reliability, Tidak mencakup kriteria kualitas Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-103

104 3.2 Identifikasi VPI a. Kriteria Kualitas (quality) : (1) VPI 1 : kekuatan polyester dengan standard yang telah ditentukan; (2) VPI 2 : ketepatan warna polyester dengan master control; (3) VPI 3 : keberhasilan polyester; (4) VPI 4 : kehalusan polyester. b. Biaya (cost) : VPI 5 : harga polyester c. Pengiriman (delivery) : (1) VPI 6 : ketepatan kuantitas polyester yang dikirim; (2) VPI 7 : ketepatan waktu pengiriman polyester d. Fleksibilitas (flexibility) : (1) VPI 8 : dipenuhinya permintaan perubahan jumlah polyester yang dipesan; (2) VPI 9 : dipenuhinya permintaan perubahan waktu pengiriman polyester. e. Respon (responsiveness) : (1) VPI 10 : supplier merespon problem; (2) VPI 11 : supplier merespon permintaan perubahan kuantitas polyester; (3) VPI 12 : supplier merespon permintaan perubahan jadwal pengiriman. Tabel 3.2 Data Realita dan Data Target No. Vendor Performance Indicator CV. Karya Bersama CV. Langgeng Lestari CV. Podi Lancar Target Realita Target Realita Target Realita 1. Kekuatan polyester dengan standard yang telah ditentukan Ketepatan warna polyester dengan master color Kebersihan polyester 1 0,85 1 0,9 1 0,9 4. Kehalusan polyester 1 0,9 1 0,8 1 0,9 5. Harga polyester 1,4 1,3 1,3 1,25 1,4 1,4 6. Ketepatan kuantitas polyester yang dikirim Ketepatan waktu pengiriman polyester 1 0,95 1 0,9 1 0,8 8. Dipenuhinya permintaan perubahan jumlah polyester yang dipesan 0,5 0,25 0,5 0,25 0, Dipenuhinya permintaan perubahan waktu pengiriman polyester 0,25 0,2 0,25 0,1 0, Supplier merespon peroblem 1 0,8 1 0,9 1 0,9 11. Supplier merespon permintaan perubahan kuantitas polyester Supplier merespon permintaan perubahan jadwal pengiriman polyester Perhitungan Skor VPI Scoring dilakukan sesuai dengan hirarki sistem evaluasi yang telah terbentuk. Sebelum dilakukan scoring terlebih dahulu dilakukan identifikasi jenis skor. Dari 12 VPI yang terbentuk, sebuah VPI yaitu harga polyester menggunakan tipe lower is better, karena semakin kecil angka biaya maka semakin baik karena semakin murah. Sedangkan 12 VPI lainnya tergolong larger is better yang berarti semakin besar skor maka semakin baik. Tabel 3.3 Skor VPI untuk Ketiga Supplier Skor CV. VPI No. CV. Karya Langgeng Bersama Lestari CV. Podo Lancar VPI VPI VPI 3 0,85 0,9 0,9 VPI 4 0,9 0,8 0,9 VPI 5 1,07 1,12 1 VPI VPI 7 0,95 0,9 0,9 VPI 8 0,5 0,5 0 VPI 9 0,8 0,4 0 VPI 10 0,8 0,9 0,9 VPI VPI Tabel 3.3 Penggolongan VPI Berdasar Kriteria No. Kriteria VPI 1. Quality VPI 1, VPI 2, VPI 3, VPI 4 2. Cost VPI 5 3. Delivery VPI 6, VPI 7 4. Flexibility VPI 8, VPI 9 5. Responsiveness VPI 10, VPI 11, VPI 12 Kriteria CV. Karya CV. Langgeng CV. Podo Bersama Lestari Lancar Quality 94% 94% 96% Cost 107% 112% 100% Delivery 97,5% 95% 95% Flexibility 65% 45% 0% Responsiveness 88% 94% 94% Sehingga perhitungan skor supplieryang diperoleh dari penjumlahan seluruh perkalian bobot kriteria dengan skor criteria, yaitu CV Karya Bersama skor 91%, CV. Langgeng Lestari skor 88% dan CV. Podo Lancar dengan skor 76%. A-104 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

105 4. Pembahasan Setelah dilakukan pembobotan berdasarkan perhitungan AHP, perlu dilakukan traffic light system dengan menggunakan tiga warna yaitu warna hijau dengan ambang batas lebih dari 90% artinya achievement dari suatu VPI sudah tercapai. Warna kuning dengan ambang batas antara 60% sampai 90% artinya achievement dari VPI belum tercapai meskipun nilainya sudah mendekati target, jadi perusahaan PT. Sinar Foam Jaya Surabaya harus berhati-hati terhadap terhadap segala kemungkinan. Warna merah dengan ambang batas kurang dari 60% artinya achievement memerlukan perbaikan segera. 4.1 Analisis Berdasarkan VPI (Vendor Performance Indicator) CV. Karya Bersama 1. Indikator Kinerja Hijau, karena : VPI 1, VPI 2, VPI 5, VPI 6, VPI 7, VPI 11 & VPI 12 telah terpenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam. 2. Indikator Kinerja Kuning, karena : VPI 3, VPI 4, VPI 9 dan VPI 10mendekati target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam 3. Indikator Kinerja Merah, karena : VPI 8 kinrjanya di bawah target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam Surabaya CV. Langgeng Lestari 1. Indikator Kinerja Hijau, karena : VPI 1, VPI 2, VPI 5, VPI 6, VPI 11 & VPI 12 telah terpenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam. 2. Indikator Kinerja Kuning, karena : VPI 3, VPI 4, VPI 7 dan VPI 10mendekati target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam 3. Indikator Kinerja Merah, karena : VPI 8 dan VP 9 kinrjanya di bawah target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam Surabaya CV. Podo Lancar 1. Indikator Kinerja Hijau, karena : VPI 1, VPI 2, VPI 5, VPI 6, VPI 11 & VPI 12 telah terpenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam. 2. Indikator Kinerja Kuning, karena : VPI 3, VPI 4, VPI 7 dan VPI 10mendekati target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam 3. Indikator Kinerja Merah, karena : VPI 8 dan VP 9 kinrjanya di bawah target yang ditetapkan oleh PT. Sinar Foam Surabaya. 4.2 Tindak Lanjut Evaluasi Supplier Secara umum CV. Karya Bersama memiliki kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan kedua supplier polyester yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan angka 91%, kemudian CV. Langgeng Lestari dengan skor kinerja sebesar 88% serta CV. Podo Lancar dengan skor kinerja sebesar 76%. Hasl evaluasi ini dapat digunakan dalam pertimbangan dalam menetapkan kapasitas (space) mensupplai untuk ketiga supplier. Permintaan kenaikan kapasitas maksimum pemesanan polyester kepada supplier tidaklah mudah untuk dipenuhi. Inilah yang menyebabkan fleksibilitas dari kedua supplier yaitu CV. Langgeng Lestari dan CV. Podo Lancar di bawah target. Bahkan fleksibilitas dari CV. Podo Lancar skronya hanya 0% hal ini disebabkan karena CV. Podo Lancar berasal dari Jakarta sehingga dalam hal transportasi agak sulit. Namun berdasarkan hasil evaluasi yang menunjukkan bahwa kinerja ketiga supplier yaitu CV. Karya Bersama sudah mencapai target (91%) sedangkan CV. Langgeng Lestari (88%) dan CV. Podo Lancar (76%) mendekati target, maka data inilah yang dapat dijadikan masukan untuk dipertimbangkan berkaitan dengan penambahan space. Informasi hasil evaluasi supplier ini menjadi hal yang sangat penting bagi PT. Sinar Foam Jaya sendiri sebagai customer dari ketiga supplier polyester dalam meningkatkan nilai kualitas serta pelayanan, sehingga dapat bekerjasama dengan lebih baik dalam jangka waktu lama. 5. Penutup 5.1 Kesimpulan 1. Perancangan sistem evaluasi supplier polyester di PT. Sinar Foam Jaya terdapat 12 VPI sebagai indicator kinerja supplier Polyester yaitu : a. Kriteria Quality : (1) VPI 1 : kekuatan polyester dengan standard yang telah ditentukan; (2) VPI 2 : ketepatan warna polyester dengan master color; (3) VPI 3 : kebersihan polyester; (4) VPI 4 : kehalusan polyester. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-105

106 b. Kriteria Cost : VPI 5 : Harga polyester c. Kriteria Delivery : (1) VPI 6 : ketepatan kuantitas polyester yang dikirim d. Kriteria Flexibility : (1) VPI 8 : dipenuhinya permintaan perubahan jumlah polyester; (2) dipenuhinya permintaan perubahan waktu pengiriman e. Kriteria Responsiveness: (1) VPI 10 : supplier merespon problem 2. Kinerja CV. Karya Bersama telah memenuhi target dari PT. Sinar Foam Jaya yaitu sebesar 91%, sedangkan kinerja CV. Langgeng Lestari sebesar 88% dan CV. Podo Lancar 76% sudah mendekati target. 3. PT. Sinar Foam Jaya memberikan target kepada supplier mengenai kriteria quality, cost, delivery, flexibility dan responsiveness yang terdiri dari 12 VPI harus memenuhi target 91% ke atas. 5.2 Saran 1. Perusahaan harus melakukan evaluasi supplier secara periodik untuk mengetahui kinerja suppliernya berdasarkan sistem evaluasi yang dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. 2. Evaluasi pengukuran kinerja yang dilakukan PT. Sinar Foam Jaya diinformasikan kepada supplier sebagai bahan masukan dan perbaikan secara terus-menerus. Pemilihan supplier dengan menggunakan metode Vendor Performance Indicator berbasis Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness ini memiliki beberapa kelebihan antara lain : membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami, memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif, dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier, menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas, mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.dan mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif. Sedangkan kelemahan dari penelitian ini adalah input utama ini berupa persepsi peneliti sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas peneliti selain itu juga model menjadi tidak berarti jika peneliti memberikan penilaian yang keliru. Selain itu metode pemilihan supplier dalam penelitian ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk Peluang pada penlitian selanjutnya adalah perlunya dipertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka, dikembangkannya yang dapat mengakomodir hasil penilaian yang berbeda, serta dikembangkannya penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan. Daftar Pustaka [1] Malcoms Saunders. Strategic Purchasing and Supply Chain Management, 2 nd edition. (Prentice Hall. England, 1997) [2] Suryadi, Dr. Ir. Kadarsih, dan Ir. Ramdhani MT. Sistem Pendukung Keputusan, Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. (PT. Gramedia Pustaka Tama, 2002) A-106 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

107 ANALISA KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BENGKEL DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI AHASS KEBONSARI MOTOR SURABAYA Joko Amianto Universitas Negeri Surabaya Dyah Riandadari Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Dalam industri jasa sering dihadapkan pada masalah-masalah yang kompleks dalam mengambil suatu keputusan untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu tujuan tersebut meningkatkan kualitas layanan perawatan sesuai keinginan konsumen, sehingga perusahaan akan tetap berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan perawatan sesuai dengan keinginan pelanggan. Dalam usaha melayani kebutuhan konsumen, AHASS Kebonsari Motor Surabaya selalu ingin meningkatkan kualitas pelayanannya. Namun, beberapa bulan belakangan ini mengalami penurunan jumlah pelanggan, hal ini diduga karena banyaknya kompetitor yang bergerak di bidang yang sama. Untuk itu perusahaan perlu melakukan pendekatan dengan konsumen, hal ini dapat dilakukan dengan cara wawancara langsung atau dengan cara penyebaran kuesioner/angket. Pendekatan dengan konsumen dapat mengetahui perilaku dan faktor yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi konsumen berkaitan dengan kualitas pelayanan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk membuat suatu perencanaan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan dan dapat bersaing di pasaran. Dari hasil analisis metode QFD diketahui prioritas kebutuhan konsumen pada pelayanan bengkel AHASS Kebonsari Motor Surabaya adalah kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah (0,044). Dan prioritas utama yang harus dilakukan manajemen adalah Pelatihan Front Desk Officer (0,173). KATA KUNCI jasa pelayanan, kepuasan pelanggan, QFD. 1. Pendahuluan Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan mencapai tingkat penjualan tertentu, meraih laba, meningkatkan pangsa pasar, mempertahankan eksistensi, mencapai tingkat pertumbuhan tertentu, memberikan pelayanan yang optimal dan seterusnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan berupaya menghasilkan dan menawarkan suatu produk maupun jasa kepada pasar yang membutuhkannya. Gelombang globalisasi ekonomi telah menciptakan tantangan bisnis yang semakin besar, yaitu kompetisi (competition) yang semakin ketat dan pelanggan (customer) yang semakin selektif dan berpengetahuan. Tantangan seperti ini menghadapkan para pelaku bisnis baik pihak pemerintah maupun swasta pada dua pilihan, yaitu masuk dalam arena kompetisi dengan melakukan perubahan dan perbaikan atau keluar arena kompetisi tanpa dibebani perubahan dan perbaikan. Oleh karena itu diperlukan alternatif strategi bersaing (Strategy in Competition) yang tepat agar perusahaan mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Strategi bersaing yang dapat ditempuh oleh pelaku bisnis diantaranya adalah meningkatkan kepuasan pelanggan (Customer Statisfaction) dan mengembangkan pelayanan yang ditawarkan. Setiap pelanggan selalu mengharapkan agar mendapatkan servis yang optimal serta memperoleh pelayanan jasa seperti yang mereka inginkan. Hal semacam ini bila tidak direspons dengan cepat dan baik oleh pihak pengelola atau penyedia jasa akan mengakibatkan turunnya minat dari pelanggan untuk datang dan menggunakan jasa yang ditawarkan. Seperti halnya Bengkel kendaraan bermotor dan penjualan onderdil kendaraan, AHASS Kebonsari Motor Surabaya merupakan salah satu bentuk badan Usaha dalam bidang otomotif, yang memiliki peluang besar untuk berkembang demi mencapai visi dan misi yaitu memberi layanan pebaikan terbaik bagi masyarakat dan mengurangi tingkat pengangguran dengan menarik banyak tenaga kerja. AHASS Kebonsari Motor Surabaya memiliki peralatan dan persediaan onderdil yang lengkap demi memberi pelayanan yang terbaik bagi pelanggan yang membutuhkan perbaikan pada kendaraannya. Namun dalam persaingan merebut pangsa pasar antara bengkel motor yang lain yang ada di Kota Surabaya bengkel motor AHASS Kebonsari Motor Surabaya belum bisa dikatakan maksimal, masalah ini ditunjukkan dengan kedatangan pelanggan dari Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-107

108 hari ke hari yang tak menentu. Sebagai penyedia jasa untuk memberikan pelayanan perbaikan bagi masyarakat, sarana dan prasarana yang lengkap bukan segalanya dalam memenangkan persaingan untuk merebut pangsa pasar, namun juga harus bisa memberikan kinerja yang baik terhadap pelanggan dan hal ini perlu dilakukan pengukuran kinerja dan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang sudah diberikan terhadap kinerja yang dirasakan pelanggan yang selama ini tidak pernah dilakukan AHASS Kebonsari Motor Surabaya. Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan di atas, ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pelanggan terhadap layanan bengkel. Beberapa faktor tersebut adalah: 1. Menurunnya pelanggan yang datang. 2. Banyaknya kompetitor bengkel yang bergerak di bidang jasa yang sama. 3. Untuk menciptakan ketertarikan pelanggan, maka perlu diketahui apa keinginan konsumen yang mampu membangkitkan kepuasan pelanggan bengkel. Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui atribut pelayanan jasa kepentingan dan kepuasan konsumen dari bengkel AHASS Kebonsari Motor berdasarkan identifikasi terhadap konsumen yang bersangkutan. 2. Mengetahui prioritas pengembangan upaya peningkatan kinerja di bengkel AHASS Kebonsari Motor berdasarkan metode QFD. 2. Landasan Teori Quality Function Deployment (QFD) QFD dikembangkan pertama kali di Jepang oleh Mitshubishi s Kobe shipyard pada tahu 1972, yang kemudian diadopsi oleh Toyota. Ford Motor Company dan Xerox membawa konsep ini ke Amerika Serikat pada tahun Semenjak itu QFD banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang, Amerika Serikat dan Eropa. Perusahaan-perusahaan besar seperti Procter & Gamble, General Motors, Digital Equipment Corporation, Hewlett Packard dan AT&T kini menggunakan konsep ini untuk memperbaiki komunikasi, pengembangan produk serta proses dan sistem pengukuran. Definisi Quality Function Deployment (penyebaran fungsi kualitas) merupakan suatu metode yang digunakan perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi konsumen. Suatu organisasi yang mengimplementasikan QFD dengan tepat, dapat meningkatkan pengetahuan rekayasa, kualitas dan mengurangi ongkos, waktu pengembangan produk serta perubahan-perubahan rekayasa. Quality Function Deployment adalah metode terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi serta sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen [3]. Quality Function Deployment didefinisikan pula sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam kebutuhan teknis yang relevan, dimana masing-masing area fungsional dan level organisasi dapat mengerti dan bertindak [1]. QFD merupakan alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi harapan-harapan customer. Pendekatan disiplin ilmu ini terletak pada desain produk, rekayasa dan produktivitas dan memberikan evaluasi yang mendalam terhadap suatu produk. Pada produk layanan (jasa) evaluasi terhadap layanan didasarkan pada eksplorasi atribut pelayanan menurut pelanggan serta persepsi kepuasan menurut pelanggan. Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu perangkat manajemen dimana keinginan dari konsumen digunakan sebagai alat pengembangan produk. Karakteristik masalah dan penerimaan diidentifikasi pada langkah awal Quality Function Deployment dan dapat dipecahkan sebelum proses produksi dimulai. Suatu organisasi yang menerapkan Quality Function Deployment, langkah awal yang harus dilakukan pimpinan dan anggota proyek adalah mendefisikan prioritas ruang lingkup dari proyek dengan baik dan disampaikan kepada semua departemen yang ada sehingga setiap anggota proyek dapat berusaha untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Tujuan dari QFD sendiri tidak hanya memenuhi sebanyak mungkin harapan-harapan customer, tapi juga berusaha melampaui harapan-harapan customer sebagai cara untuk berkompentensi dengan saingannya, sehingga diharapkan konsumen tidak menolak dan tidak komplain tapi malah menginginkannya. Team QFD harus membuat produknya lebih menarik daripada produk yang sudah ada atau lebih menarik dibandingkan produk pesaing-pesaingnya. Quality Function Deployment digunakan untuk memastikan bahwa sebuah perusahaan memusatkan perhatiannya terhadap kebutuhan pelanggan sebelum setiap pekerjaan perancanagan dilakukan. Ini mungkin memperpanjang tahap perencanaan desain proyek, akan tetapi secara umum mengurangi baik jumlah waktu secara keseluruhan yang diperlukan untuk tahap perancangan maupun jumlah waktu secara keseluruhan yang diperlukan untuk tahap perancangan maupun jumlah perubahan-perubahan rancangan setelah diluncurkan. Manfaat-manfaat utama QFD adalah seperti berikut [3]: A-108 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

109 1. Memusatkan perancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan. Memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain didorong oleh kebutuhan pelanggan yang obyektif daripada teknologi. 2. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain. Hal ini memastikan bahwa proses desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling hirarki. 3. Menganalisa kinerja produk perusahaan terhadap kinerja pesaing-pesaing perusahaan yang utama untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan utama. 4. Dengan berfokus pada upaya rancangan, hal ini akan mengurangi lamanya waktu yang diperlukan untuk mendaur rancangan secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu memasarkan produk-produk baru. Perkiraanperkiraan terbaru memperlihatakan adanya penghematan antara 1/3 sampai 1/2 dibandingkan sebelum dilakukan QFD. 5. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dilakukan dengan memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan. Hal yang penting ini mengurangi biaya mengenalkan desain baru. Kepuasan Pelanggan Dalam pandangan tradisional, pelanggan suatu perusahaan adalah orang yang membeli dan menggunakan produknya. Pelanggan tersebut merupakan orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah proses menghasilkan produk. Untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat diera global, memuaskan pelanggan merupakan tujuan utama yang tidak dapat ditawar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya organisasi yang menyertakan komitmennya terhadap faktor kepuasan pelanggan. Pelanggan adalah pihak yang memaksimulkan nilai,mereka membentuk harapan akan nilai dan bertindak berdasarkan itu [2]. Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan, maka dari itu kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek termasuk didalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan maka semakin besar pula kepuasan pelanggan. 3. Metodologi Penelitian Metode Pengumpulan Data Sebelum kuesioner formal disebarkan maka dilakukan penyebaran kuesioner awal sebanyak 30 kuesioner untuk memastikan bahwa kuesioner sudah dapat dimengerti dengan baik oleh responden. Dari hasil jawaban yang diberikan oleh konsumen terhadap setiap atribut pada kuisioner tingkat kepentingan dan kepuasan diuji menggunakan program SPSS 16.0 melalui uji validitas yang dilakukan, didapatkan dua item pertanyaan yang tidak valid. Item instrument yang valid menunjukkan bahwa item-item tersebut adalah item yang tepat untuk digunakan sebagai instrument angket penelitian sedangkan item yang tidak valid dihilangkan. A. Menentukan Technical Respon (HOWs) Respon teknis adalah respon yang diberikan oleh perusahaan untuk memenuhi customer needs. Respon teknis ini diperoleh dengan cara wawancara dengan pihak perusahaan. Respon ini diberikan untuk meningkatkan kualitas produk (jasa perawatan) terhadap atribut atribut yang dipentingkan konsumen. B. Menentukan Hubungan Antara WHATs dan HOWs (Relationship) Relationship matrix memperlihatkan hubungan antara kebutuhan konsumen dengan respon teknis. Relationship menunjukkan sejauh mana pengaruh respon teknis yang diberikan dalam meningkatkan kinerja atribut atribut layanan yang dipentingkannya. C. Menentukan Technical Correlation (Hubungan Antar Matrix HOWs) Teknikal korelasi digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara masing masing technical deskriptor. Hubungan ini digambarkan dengan symbol simbol (positif sangat kuat), Ο (positif cukup kuat), X (negatif cukup kuat), (negatif sangat kuat). Pada tahap ini dilakukan pemetaan hubungan antara masing-masing respon teknis untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara masing-masing respon teknis. D. Menentukan Planning Matrix Planning matrix merupakan analisa perhitungan yang dilihat dari AHASS Kebonsari Motor, yang nantinya perhitungan itu akan dimasukkan dalam House Of Quality (HOQ). 1. Importance to Customer Berisi tentang hal-hal yang dipentingkan konsumen terhadap tingkat kepentingan pelayanan AHASS Kebonsari Motor. 2. Customer Satisfaction Performance Customer satisfaction performance merupakan kepuasan konsumen mengenai seberapa baik tingkat pelayanan yang diberikan oleh AHASS Kebonsari Motor kepada konsumennya Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-109

110 Weighted Average Performance = = 1. Goal Langkah berikutnya menentukan nilai goal. Dengan mempertimbangkan konsep kepuasan konsumen, jika pihak AHASS Kebonsari Motor menginginkan peningkatan kinerja dengan penetapan goal (tujuan) sesuai dengan tingkat kepuasan konsumen. 2. Improvement Ratio Improvement ratio merupakan suatu ukuran dari usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengubah (meningkatkan) customer satisfaction performance dari sebuah atribut. [3] Im provement_ratio = 3. Sales Point Sales Point merupakan Informasi mengenai kemampuan menjual produk atau jasa berdasarkan seberapa baik customer need terpenuhi. Nilai yang paling umum untuk sales point adalah : 1 Tidak ada titik jual 1.2 Titik penjualan menengah 1.5 Titik Penjualan Kuat 4. Raw Weight Model ini menggambarkan prioritas kebutuhan konsumen yang harus dikembangkan oleh tim dari masing masing kebutuhan customer. Raw weight merupakan suatu nilai yang mengandung importance to customer, improvement ratio, sales point [3] Raw weight = (importance to customer) x (improvement ratio) x (salespoint) 5. Normalized Raw Weight Normalized raw weight adalah nilai raw weight dalam skala 0 sampai 1 yang menunjukkan persentase [3] Normalized raw weight = 6. Technical Matrix Technical matrix merupakan matrik yang dibentuk dari penentuan technical respon. Contribution = (Normalized Raw Weight Nilai numerik Matrik Relationship) Normalized Contribution = 7. Own Performance Own Performance 8. Target Target adalah gambaran bagaimana performansi respon teknis yang harus dicapai sehubungan dengan kebutuhan. 4. Hasil dalam Grafik dan Tabel Tabel 1. Tabel atribut tingkat pelayanan jasa perawatan kendaraan di AHASS Kebonsari Motor Surabaya No Pertanyaan TANGIBLES 1 Kenyamanan pelanggan di ruang tunggu 2 Kebersihan fasilitas pelanggan (ruang tunggu,toilet) 3 Kebersihan kendaraan setelah perawatan A-110 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

111 Tabel 1. Tabel atribut tingkat pelayanan jasa perawatan kendaraan di AHASS Kebonsari Motor Surabaya (lanjutan) No Pertanyaan REABILITTY 1 Ketepatan waktu penyerahan kendaraan selesai Perawatan / perbaikan 2 Adanya diskon 3 Adanya garansi servis 4 Prosedur pelayanan yang tidak rumit 5 Keramahan pelayanan RESPONSIVENESS 1 Kecepatan petugas bengkel dalam menyelesaikan masalah 2 Tidak lama menunggu untuk dilayani petugas 3 Responsif terhadap permintaan konsumen ASSURANCE 4 Kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah 5 Sopan santun dan keramahan petugas bengkel 6 Hasil perawatan/perbaikan sesuai dengan permintaan konsumen 7 Kewajaran harga jasa 8 Jam kerja bengkel 9 Kemudahan Cara Pembayaran EMPATY 1 Kemampuan pegawai dalam memberikan perhatian secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan. 2 Mengingat masalah dan preferensi pelanggan sebelumnya 3 Respon yang baik dalam menerima kritik dan saran 4 Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya. Tabel 2. Respon Teknis No. Respon Teknis 1 Penggantian produk layanan 2 Pembersihan bengkel secara rutin 3 Penyediaan dan pengelolaan ruang tunggu pelanggan tidak merokok 4 Penggunaan nomor antrian pada saat servis 5 Pelatihan mekanik 6 Penyediaan dan pengelolaan mesin kasir 7 Pengecekan ulang hasil layanan 8 Pemberian diskon 9 Penerapan sistem informasi servis dan sparepart 10 Pemberian insentif (bonus) 11 Persediaan suku cadang 12 Penyediaan dan penanganan kritik dan saran 13 Pelatihan Front Desk Officer 14 Edukasi Pelanggan Tabel 3. Matriks HOWs Simbol Score Definisi <kosong> 0 Tidak ada hubungan 1 Hubungan lemah 3 Hubungan sedang 9 Hubungan kuat Tabel 4. Hasil Perhitungan Importance to Customer No. Atribut Importance to Customer 1 Kenyamanan pelanggan di ruang tunggu 4,38 2 Kebersihan fasilitas pelanggan (ruang tunggu,toilet) 4,40 3 Kebersihan kendaraan setelah perawatan 4,11 4 Ketepatan waktu penyerahan kendaraan selesai Perawatan / perbaikan 4,22 5 Adanya diskon 3,80 6 Adanya garansi servis 4,44 7 Prosedur pelayanan yang tidak rumit 4,36 8 Keramahan pelayanan 4,42 9 Kecepatan petugas bengkel dalam menyelesaikan masalah 4,16 10 Tidak lama menunggu untuk dilayani petugas 4,18 11 Responsif terhadap permintaan konsumen 4,38 12 Kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah 4,56 13 Sopan santun dan keramahan petugas bengkel 4,33 14 Hasil perawatan/perbaikan sesuai dengan permintaan konsumen 4,56 15 Kewajaran harga jasa 4,09 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-111

112 Tabel 4. Hasil Perhitungan Importance to Customer (lanjutan) No. Atribut Importance to Customer 16 Jam kerja bengkel 3,96 17 Kemudahan Cara Pembayaran 4,24 18 Kemampuan pegawai dalam memberikan perhatian secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan. 4,27 19 Mengingat masalah dan preferensi pelanggan sebelumnya 3,71 20 Respon yang baik dalam menerima kritik dan saran 4,07 21 Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya. 4,49 Tabel 5. Hasil Perhitungan Customer Satisfaction Performance No Atribut Customer Satisfaction Performance 1 Kenyamanan pelanggan di ruang tunggu 4,04 2 Kebersihan fasilitas pelanggan (ruang tunggu,toilet) 3,91 3 Kebersihan kendaraan setelah perawatan 3,82 4 Ketepatan waktu penyerahan kendaraan selesai Perawatan / perbaikan 3,93 5 Adanya diskon 3,29 6 Adanya garansi servis 3,84 7 Prosedur pelayanan yang tidak rumit 4,31 8 Keramahan pelayanan 4,40 9 Kecepatan petugas bengkel dalam menyelesaikan masalah 3,76 10 Tidak lama menunggu untuk dilayani petugas 3,84 11 Responsif terhadap permintaan konsumen 4,07 12 Kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah 4,04 13 Sopan santun dan keramahan petugas bengkel 4,16 14 Hasil perawatan/perbaikan sesuai dengan permintaan konsumen 4,00 15 Kewajaran harga jasa 4,00 16 Jam kerja bengkel 4,07 17 Kemudahan Cara Pembayaran 4,22 18 Kemampuan pegawai dalam memberikan perhatian secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan. 3,98 19 Mengingat masalah dan preferensi pelanggan sebelumnya 3,40 20 Respon yang baik dalam menerima kritik dan saran 4,20 21 Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya. 4,40 Tabel 6. Hasil Perhitungan Goal No. Atribut Goal 1 Kenyamanan pelanggan di ruang tunggu 5 2 Kebersihan fasilitas pelanggan (ruang tunggu,toilet) 4 3 Kebersihan kendaraan setelah perawatan 4 4 Ketepatan waktu penyerahan kendaraan selesai Perawatan / perbaikan 4 5 Adanya diskon 4 6 Adanya garansi servis 4 7 Prosedur pelayanan yang tidak rumit 5 8 Keramahan pelayanan 5 9 Kecepatan petugas bengkel dalam menyelesaikan masalah 4 10 Tidak lama menunggu untuk dilayani petugas 4 11 Responsif terhadap permintaan konsumen 5 12 Kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah 5 13 Sopan santun dan keramahan petugas bengkel 5 14 Hasil perawatan/perbaikan sesuai dengan permintaan konsumen 4 15 Kewajaran harga jasa 4 16 Jam kerja bengkel 5 17 Kemudahan Cara Pembayaran 5 18 Kemampuan pegawai dalam memberikan perhatian secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan Mengingat masalah dan preferensi pelanggan sebelumnya 4 20 Respon yang baik dalam menerima kritik dan saran 5 21 Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya. 5 Tabel 7. Hasil Perhitungan Improvement Ratio No. Atribut Improvement Ratio 1 Kenyamanan pelanggan di ruang tunggu 1,24 2 Kebersihan fasilitas pelanggan (ruang tunggu,toilet) 1,02 A-112 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

113 Tabel 7. Hasil Perhitungan Improvement Ratio (lanjutan) No. Atribut Improvement Ratio 3 Kebersihan kendaraan setelah perawatan 1,05 4 Ketepatan waktu penyerahan kendaraan selesai Perawatan / perbaikan 1,02 5 Adanya diskon 1,22 6 Adanya garansi servis 1,04 7 Prosedur pelayanan yang tidak rumit 1,16 8 Keramahan pelayanan 1,14 9 Kecepatan petugas bengkel dalam menyelesaikan masalah 1,07 10 Tidak lama menunggu untuk dilayani petugas 1,04 11 Responsif terhadap permintaan konsumen 1,23 12 Kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah 1,24 13 Sopan santun dan keramahan petugas bengkel 1,20 14 Hasil perawatan/perbaikan sesuai dengan permintaan konsumen 1,00 15 Kewajaran harga jasa 1,00 16 Jam kerja bengkel 1,23 17 Kemudahan Cara Pembayaran 1,18 18 Kemampuan pegawai dalam memberikan perhatian secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan. 1,01 19 Mengingat masalah dan preferensi pelanggan sebelumnya 1,18 20 Respon yang baik dalam menerima kritik dan saran 1,19 21 Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya. 1,14 Tabel 8. Nilai Sales Point No. Atribut Sales Point 1 Kenyamanan pelanggan di ruang tunggu 1,5 2 Kebersihan fasilitas pelanggan (ruang tunggu,toilet) 1,5 3 Kebersihan kendaraan setelah perawatan 1,2 4 Ketepatan waktu penyerahan kendaraan selesai Perawatan / perbaikan 1,2 5 Adanya diskon 1 6 Adanya garansi servis 1,5 7 Prosedur pelayanan yang tidak rumit 1,2 8 Keramahan pelayanan 1,5 9 Kecepatan petugas bengkel dalam menyelesaikan masalah 1,2 10 Tidak lama menunggu untuk dilayani petugas 1,2 11 Responsif terhadap permintaan konsumen 1,5 12 Kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah 1,5 13 Sopan santun dan keramahan petugas bengkel 1,2 14 Hasil perawatan/perbaikan sesuai dengan permintaan konsumen 1,5 15 Kewajaran harga jasa 1,2 16 Jam kerja bengkel 1,2 17 Kemudahan Cara Pembayaran 1,2 18 Kemampuan pegawai dalam memberikan perhatian secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan. 1,2 19 Mengingat masalah dan preferensi pelanggan sebelumnya 1 20 Respon yang baik dalam menerima kritik dan saran 1,2 21 Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya. 1,5 Tabel 9. Hasil Perhitungan Raw Weight No. Atribut Raw Weight 1 Kenyamanan pelanggan di ruang tunggu 8,15 2 Kebersihan fasilitas pelanggan (ruang tunggu,toilet) 6,73 3 Kebersihan kendaraan setelah perawatan 5,18 4 Ketepatan waktu penyerahan kendaraan selesai Perawatan / perbaikan 5,17 5 Adanya diskon 4,64 6 Adanya garansi servis 6,93 7 Prosedur pelayanan yang tidak rumit 6,07 8 Keramahan pelayanan 7,56 9 Kecepatan petugas bengkel dalam menyelesaikan masalah 5,34 10 Tidak lama menunggu untuk dilayani petugas 5,22 11 Responsif terhadap permintaan konsumen 8,08 12 Kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah 8,48 13 Sopan santun dan keramahan petugas bengkel 6,24 14 Hasil perawatan/perbaikan sesuai dengan permintaan konsumen 6,84 15 Kewajaran harga jasa 4,91 16 Jam kerja bengkel 5,84 17 Kemudahan Cara Pembayaran 6,00 18 Kemampuan pegawai dalam memberikan perhatian secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan. 5,18 19 Mengingat masalah dan preferensi pelanggan sebelumnya 4,38 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-113

114 Tabel 9. Hasil Perhitungan Raw Weight (lanjutan) No. Atribut Raw Weight 20 Respon yang baik dalam menerima kritik dan saran 5,81 21 Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya. 7,68 JUMLAH 130,41 Tabel 10. Hasil Perhitungan Normalized Raw Weight No. Atribut Normalized Raw Weight 1 Kenyamanan pelanggan di ruang tunggu 0,062 2 Kebersihan fasilitas pelanggan (ruang tunggu,toilet) 0,052 3 Kebersihan kendaraan setelah perawatan 0,040 4 Ketepatan waktu penyerahan kendaraan selesai Perawatan / perbaikan 0,040 5 Adanya diskon 0,036 6 Adanya garansi servis 0,053 7 Prosedur pelayanan yang tidak rumit 0,047 8 Keramahan pelayanan 0,058 9 Kecepatan petugas bengkel dalam menyelesaikan masalah 0, Tidak lama menunggu untuk dilayani petugas 0, Responsif terhadap permintaan konsumen 0, Kemampuan petugas bengkel dalam menganalisa masalah 0, Sopan santun dan keramahan petugas bengkel 0, Hasil perawatan/perbaikan sesuai dengan permintaan konsumen 0, Kewajaran harga jasa 0, Jam kerja bengkel 0, Kemudahan Cara Pembayaran 0, Kemampuan pegawai dalam memberikan perhatian secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan. 0, Mengingat masalah dan preferensi pelanggan sebelumnya 0, Respon yang baik dalam menerima kritik dan saran 0, Pelayanan yang diberikan secara rata tanpa memandang status sosial dan lain-lainnya. 0,059 Tabel 11. Nilai Target No. Respon Teknis Target 1 Penggantian produk layanan 3,90 2 Pembersihan bengkel secara rutin 4,00 3 Penyediaan dan pengelolaan ruang tunggu pelanggan tidak merokok 4,10 4 Penggunaan nomor antrian pada saat servis 4,20 5 Pelatihan mekanik 4,00 6 Penyediaan dan pengelolaan mesin kasir 4,30 7 Pengecekan ulang hasil layanan 4,10 8 Pemberian diskon 3,70 9 Penerapan sistem informasi servis dan sparepart 4,10 10 Pemberian insentif (bonus) 4,10 11 Persediaan suku cadang 4,00 12 Penyediaan dan penanganan kritik dan saran 4,20 13 Pelatihan Front Desk Officer 4,40 14 Edukasi Pelanggan 3,60 Tabel 12. Prioritas Technical Respon (Normalized Contribution) No. Respon Teknis Contributions Normalized contribution 1 Penggantian produk layanan 0,477 0,036 2 Pembersihan bengkel secara rutin 1,014 0,076 3 Penyediaan dan pengelolaan ruang tunggu pelanggan tidak merokok 0,714 0,053 4 Penggunaan nomor antrian pada saat servis 0,891 0,067 5 Pelatihan mekanik 1,162 0,087 6 Penyediaan dan pengelolaan mesin kasir 0,501 0,038 7 Pengecekan ulang hasil layanan 0,987 0,074 8 Pemberian diskon 0,801 0,060 9 Penerapan sistem informasi servis dan sparepart 0,48 0, Pemberian insentif (bonus) 0,972 0, Persediaan suku cadang 0,837 0, Penyediaan dan penanganan kritik dan saran 0,581 0, Pelatihan Front Desk Officer 2,311 0, Edukasi Pelanggan 1,62 0,121 Jumlah 13,348 A-114 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

115 Tabel 13. Hasil Perhitungan Own Performance No. Respon Teknis Own Performance 1 Penggantian produk layanan 3,84 2 Pembersihan bengkel secara rutin 3,9 3 Penyediaan dan pengelolaan ruang tunggu pelanggan tidak merokok 3,99 4 Penggunaan nomor antrian pada saat servis 4,12 5 Pelatihan mekanik 3,91 6 Penyediaan dan pengelolaan mesin kasir 4,19 7 Pengecekan ulang hasil layanan 3,95 8 Pemberian diskon 3,57 9 Penerapan sistem informasi servis dan sparepart 4,06 10 Pemberian insentif (bonus) 4,01 11 Persediaan suku cadang 3,88 12 Penyediaan dan penanganan kritik dan saran 4,14 13 Pelatihan Front Desk Officer 4,21 14 Edukasi Pelanggan 3,4 Tabel 14. Nilai Target No. Respon Teknis Target 1 Penggantian produk layanan 3,90 2 Pembersihan bengkel secara rutin 4,00 3 Penyediaan dan pengelolaan ruang tunggu pelanggan tidak merokok 4,10 4 Penggunaan nomor antrian pada saat servis 4,20 5 Pelatihan mekanik 4,00 6 Penyediaan dan pengelolaan mesin kasir 4,30 7 Pengecekan ulang hasil layanan 4,10 8 Pemberian diskon 3,70 9 Penerapan sistem informasi servis dan sparepart 4,10 10 Pemberian insentif (bonus) 4,10 11 Persediaan suku cadang 4,00 12 Penyediaan dan penanganan kritik dan saran 4,20 13 Pelatihan Front Desk Officer 4,40 Gambar 1. House Of Quality Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A-115

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING Jaka Purnama dan Suhartini Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arif

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka penulis menggunakan metode penyelesaian masalah yang dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Pendahuluan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini sangat pesat. Hal itu ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis yang ada di perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING UNTUK MENGOPTIMALKAN OUTPUT PRODUKSI

METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING UNTUK MENGOPTIMALKAN OUTPUT PRODUKSI METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING UNTUK MENGOPTIMALKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Suhartini Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arif Rahman

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot.

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. XYZ Muhamad Adi Sungkono, Wiwik Sulistiyowati

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini Indonesia masih menyandang status sebagai negara berkembang. Dengan status tersebut, bangsa Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 ( ) ISSN: MANAJEMEN PENGADAAN MATERIAL BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MRP (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) STUDI KASUS: REVITALISASI GEDUNG KANTOR BPS PROPINSI SULAWESI UTARA Inggried Limbong H. Tarore, J. Tjakra,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 26 BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan Tugas Akhir diperlukan tahapan yang terstruktur yaitu tahapan metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan penggambaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV. New Sehati merupakan UKM (Usaha Kecil Menengah) keripik yang

BAB I PENDAHULUAN. CV. New Sehati merupakan UKM (Usaha Kecil Menengah) keripik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah CV. New Sehati merupakan UKM (Usaha Kecil Menengah) keripik yang didirikan oleh Bapak Achmad Munali dan dibantu istrinya Ibu Wahyu Nur Afiyah. Usaha yang berdiri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Teknologi menjadi elemen yang sangat penting dalam persaingan bisnis saat ini. Melalui implementasi teknologi, perusahaan dapat bersaing dalam persaingan bisnis dengan pemahaman, pemenuhan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen atau varibel bebas (X) yang diteliti adalah metode MRP pada persediaan bahan baku benang pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Studi Pendahuluan Dalam memulai penelitian ini, mula-mula dilakukan studi pendahuluan yang terdiri dari studi lapangan dan studi kepustakaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengunakan alat-alat yang telah disiapkan. Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang UD Eka adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi kebutuhan alas kaki, produk yang dihasilkan antara lain sandal, sol dan sepatu. Perusahaan yang berdiri sejak tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, dunia manufakturpun ikut berkembang dengan pesatnya. Persaingan menjadi hal yang sangat mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi... ABSTRAK Perusahaan Biskuit X merupakan perusahaan swasta yang berdiri pada tahun 1995 dan memproduksi biskuit marie yang dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Bab ini meliputi 2 bagian utama, yaitu analisis data dan hasil penelitian. Analisis data menjabarkan dan mengalkulasikan penelitian yang telah dipaparkan secara

Lebih terperinci

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) Available online at http://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/jkie Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PADA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Manajemen pengadaan tersebut merupakan fungsi manajerial yang sangat

BAB II DASAR TEORI. Manajemen pengadaan tersebut merupakan fungsi manajerial yang sangat BAB II DASAR TEORI II.1 Manajemen Pengadaan Material Manajemen persedian material merupakan salah satu bagian dari sistem logistik yang ditujukan untuk pelaksanaan proyek pada pengadaan material sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, tingkat persaingan yang terjadi di dunia industri mengalami peningkatan. Hal ini berarti tingkat persaingan tidak hanya terjadi antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP)

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP) PERENCANAAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL PERIKANAN DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. Retro Gemilang Internasional Sidoarjo) 2009 Adib Fahrozi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Dalam menyelesaikan permasalah yang ditemui, metodologi yang digunakan adalah perencanaan persediaan dan tingkat persediaan pengaman.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Agar tahapan penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis,maka perlu dibuat tahapan-tahapan dari penelitian itu sendiri. Adapun tahapan dalam

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Pipa PVC Pada bab ini ditampilkan data-data penjualan pipa PVC yang diambil pada saat pengamatan dilakukan. Data yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DRP (DISTRIBUSI REQUIREMENT PLANNING) PADA SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI LPG (STUDI KASUS : PT BUMI SRIWIJAYA PALEMBANG)

PENERAPAN METODE DRP (DISTRIBUSI REQUIREMENT PLANNING) PADA SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI LPG (STUDI KASUS : PT BUMI SRIWIJAYA PALEMBANG) PENERAPAN METODE DRP (DISTRIBUSI REQUIREMENT PLANNING) PADA SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI LPG (STUDI KASUS : PT BUMI SRIWIJAYA PALEMBANG) Merry Agustina 1), Fina Oktasari 2) 1,2) Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I)

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) Ester Oktavia Mumu Alumni Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator Manajemen Operasi Exercise UAS 2013 UAS Manajemen Operasi - 12 Juni 2013 2,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator Petunjuk: Setiap soal memiliki bobot yang sama Tulisan harus terbaca jelas tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas produksi yang terjadi pada sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada hal yang berkaitan dengan menghasilkan produk saja, namun kegiatan tersebut erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 58 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini pokok bahasan atau variabel independent (x) yang diteliti adalah metode MRP pada persediaan bahan baku serat pada PT. Sun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan. V-21 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur di Indonesia semakin pesat, masing-masing perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi beras terbanyak di dunia dan menggunakannya sebagai bahan makanan pokok utamanya. Beras yang dikonsumsi oleh setiap

Lebih terperinci

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Edi Junaedi 1, Lely Herlina 2, Evi Febianti 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa edi_junaedist@yahoo.com 1,

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM)

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM) Petunjuk Sitasi: Eunike, A., Herdianto, B., & Setyanto, N. W. (2017). Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM).

Lebih terperinci