BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini bangsa Indonesia telah mengalami berbagai macam konflik berkepanjangan di berbagai daerah, baik itu akibat isu sentimen agama, etnis maupun kepentingan-kepentingan politis yang seringkali tumpang tindih satu dengan yang lain. Ada begitu banyak kesedihan dan kehancuran yang dialami oleh masyarakat daerah konflik tersebut, baik dalam hal materi maupun non materi, contohnya seperti yang terjadi pada masyarakat Ambon dimana mereka harus kehilangan tempat tinggal dan sebagian besar dari harta benda mereka. Bahkan yang lebih parah lagi, mereka harus kehilangan anggota keluarga mereka; baik itu karena hilang dalam kerusuhan ataupun tewas dalam perang. Kesemuanya itu menimbulkan dampak yang begitu besar terhadap kehidupan mereka. Mereka mengalami trauma oleh karena peristiwa-peristiwa konflik yang harus mereka alami. Dalam bukunya yang berjudul Sang Terluka yang Menyembuhkan: Stress & Trauma Healing, Karl & Evelyn Bartsch mengemukakan bahwa karena stress yang berlangsung terus menerus ataupun oleh karena stress traumatik yang muncul secara tiba tiba, mempunyai efek yang bisa dibilang sama. Pola normal kita dalam hidup keseharian akan mengalami gangguan. Kita menjadi kehilangan arah, baik dalam hubungan kita dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Kita kehilangan kepekaan tentang apa yang tepat untuk dilakukan, serta sulit memahami apa yang menjadi tanggung jawab sosial kita. Kita menjadi sulit mempercayai orang lain, dan akibatnya menghadapi masalah dalam mempertahankan jalinan hubungan persahabatan. Bahkan sering juga kita gagal mengurus kebutuhan diri sendiri. Kita pun merasa kehilangan kendali. 1 Seiring dengan begitu banyak fenomena konflik dan kerusuhan yang terjadi di daerahdaerah di Indonesia ini, ada begitu banyak lembaga / Yayasan pertolongan yang 1 Karl & Evelyn Bartsch, Sang Terluka yang Menyembuhkan: Stress & Trauma Healing, Pustaka Muria, Semarang, 2005, hal

2 didirikan, termasuk Yayasan yang berbasiskan pemulihan terhadap trauma. Yayasan El- Jireh merupakan salah satu di antaranya. Yayasan yang terletak di jalan Tegal Mlati Sleman daerah Monumen Jogja Kembali Yogyakarta ini didirikan sekitar 5 tahun yang lalu dengan tujuan untuk menolong anak-anak korban kerusuhan Ambon dan hingga saat ini mereka menampung sekitar 30 anak korban kerusuhan Ambon. Mereka berdiri sebagai Yayasan trauma, dalam arti fokus kerja mereka dalam lembaga ini adalah lebih pada proses pemulihan terhadap trauma yang dialami oleh anak-anak Ambon. Ketika penyusun berkunjung ke Yayasan tersebut, ibu Agnes sebagai pembina dari Yayasan ini mengatakan bahwa mereka tidak ingin hadir seperti Yayasan-Yayasan yang sudah ada selama ini yang menurut dia kebanyakan berorientasi lebih pada pemberdayaan orangorang miskin Ambon saja dan memberikan pertolongan karitatif semata. Di sini mereka mencoba hadir sebagai seorang pendamping untuk membantu anak-anak Ambon tersebut agar mereka bisa mengatasi trauma mereka, dan pada akhirnya mereka juga memiliki harapan agar anak-anak tersebut kelak bisa memiliki kepribadian serta mental yang mantap dan bisa kembali hidup normal di tengah masyarakatnya. Ketika penyusun bertanya mengenai kendala dan pergumulan yang dihadapi oleh para pembina terkait dengan proses pemulihan anak-anak di situ, ibu Agnes mengatakan bahwa salah satu hal terberat yang dihadapi oleh mereka adalah untuk menanamkan nilainilai pengampunan. Selama ini anak-anak tersebut masih menyimpan kenangan pahit terhadap orang-orang yang pada saat kerusuhan lalu menindas dan menyerang keluarga mereka. Terbersit rasa dendam yang cukup mendalam di hati mereka. Bahkan ada beberapa anak yang jika ditanya soal cita-citanya di masa mendatang, mereka menjawab ingin masuk ke militer dan hendak kembali ke daerahnya masing-masing untuk membalas perbuatan orang-orang yang pernah menyakiti mereka dan keluarga mereka dulu. 2 Dari percakapan tersebut penyusun merasakan bahwa salah satu dampak dari trauma akibat konflik sosial adalah susahnya seorang korban untuk mengampuni para pelaku. 2 Dari sumber Ibu Agnes, kepala pembina Yayasan El-Jireh, Yogyakarta. Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Februari 2006, pukul di Yayasan El-Jireh, Yogyakarta. 2

3 Dalam kondisi seperti itu, ego sang korban akan berusaha meyakinkan dirinya bahwa satu-satunya jalan melindungi diri dari penderitaan yang lebih menyakitkan adalah dengan menghukum orang lain lewat amarah, kebencian, dan menjauhi mereka (si pelaku) sehingga mereka merasakan akibat buruk perbuatan mereka. 3 Konsekuensinya jikalau sang korban tidak bisa mengampuni dan malah mencoba untuk melupakan kenangan buruk pada masa lalunya, maka bisa jadi akan ada luka batin terus-menerus yang mengganggu kejiwaan sang korban. Gangguan Stres Selepas Trauma (GSST) berakar pada penyangkalan. 4 Di samping itu, salah satu langkah dalam rangka mencapai rekonsiliasi / pendamaian untuk memulihkan hubungan antar manusia setelah mereka sempat saling bertolak belakang dan berjauhan memerlukan pengampunan dari segi sang korban, bukannya melupakan begitu saja. 5 Karena jikalau tidak ada pengampunan kebencian itu bisa diteruskan kepada anak-anaknya. Ini dapat menimbulkan lingkaran pembalasan dan kekerasan antar kelompok yang terus berlanjut sampai beberapa generasi. Hanya pengampunan yang dapat membuat lingkaran itu terputus. 6 Di samping itu, walaupun mengampuni adalah hal yang seringkali sulit dilakukan, pengampunan adalah suatu hal yang sangat penting dalam relasi dengan sesama dan bahkan pengampunan adalah pondasi terpenting dalam menjalin suatu hubungan. Mengapa? Karena dalam kehidupan relasi kita dengan sesama, pasti ada kalanya hati kita merasa disakiti oleh rekan kita, mungkin itu oleh orangtua kita, teman / sahabat kita, saudara kita, pasangan kita, anak-anak kita, termasuk bisa terjadi pada hubungan kita dengan Allah. Jika kita berbicara soal pengampunan, maka hal tersebut bisa dibilang merupakan salah satu ciri khas kekristenan, dimana kita sudah diampuni terlebih dahulu oleh Allah melalui pengorbanan diri Yesus. Martin Luther pun menemukan bahwa keajaiban terbesar dalam kekristenan adalah pengampunan Allah. 7 Dalam prosesnya pengampunan tidak bisa 3 Gerald G. Jampolsky, Rela Memaafkan: Obat Paling Ampuh, Erlangga, Jakarta, 2001, hal Karl & Evelyn Bartsch, Sang Terluka yang Menyembuhkan: Stress & Trauma Healing, Pustaka Muria, Semarang, 2005, hal Ibid, hal Margareth & Harriet Hill, Richard Bagge, & Pat Miersma, Menyembuhkan Luka Batin Akibat Trauma, Kartidaya & Gloria Graffa, Yogyakarta, 2006, hal James R. Bjorge, Living in the Forgiveness of God, Augsburg, Minneapolis, 1990, hal

4 datang begitu saja hanya dengan berdoa dan membaca Alkitab, tetapi memerlukan sebuah proses dan komitmen yang bisa jadi memakan waktu yang cukup lama bagi sang korban. Berangkat dari pentingnya sebuah pengampunan dalam proses pemulihan sang korban, penyusun merasa tertarik untuk melihat secara lebih mendalam mengenai metode apa saja yang digunakan dalam Yayasan El-Jireh untuk menolong anak-anak korban kerusuhan Ambon ini khususnya ketika mereka mencoba menanamkan dan mempraktekkan nilainilai pengampunan. Dari hasil yang didapat, penyusun akan mencoba merefleksikan tema pengampunan tersebut dalam upaya untuk mengintegrasikan dasar-dasar Alkitab yang bisa dijadikan acuan teologis bagi para penolong korban konflik Ambon. Acuan teologis dalam proses pengampunan adalah hal yang sangat penting ketika kita hendak mengajarkan dan mempraktekkan pengampunan. Mengapa? Karena Kristus-lah yang memampukan kita untuk mengampuni. Pengampunan berawal dari rahmat Allah. Kekuatan manusia biasa tidak akan mampu untuk mengampuni seseorang yang telah menghancurkan hidup kita. Hannah Arendt mengatakan bahwa pengampunan adalah sesuatu hal yang tidak logis. 8 Mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita terasa terlalu mudah bagi sang pelaku. Apalagi jika kita mengalami peristiwa traumatis yang begitu mendalam, dengan rasa sakit yang begitu membekas dan luka yang mungkin sudah begitu parah sehingga pengampunan sudah berada di luar kemampuan kita. Apa yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen jika kita ingin mengampuni, juga kalau itu demi kepentingan kita sendiri, tetapi kita tidak mampu? Kita memerlukan bantuan Tuhan untuk bisa mengampuni. Tuhan harus berperan dalam hati kita supaya kita dimampukan untuk memulai proses pengampunan. Meninger 9 memberikan contoh konkret soal peranan Tuhan dalam pengampunan yaitu melalui doa. Meninger mengatakan bahwa peranan Tuhan dalam proses pengampunan amatlah penting. Doa adalah jalan untuk menyadari hal ini. Doa adalah menghadapkan diri kepada Allah yang memberikan kekuatan, kalau apa yang harus kita lakukan tampaknya terlalu sulit atau bahkan tidak mungkin. Doa 8 Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, Kompas, Jakarta, 2003, hal William A. Meninger, Menjadi Pribadi Utuh, Kanisius, Yogyakarta, 1999, hal

5 adalah langkah pertama yang besar, yang kaya dengan harapan, iman dan akhirnya sebagaimana akan kita alami, dengan kasih. Di dalam kasih-lah ditemukan pengampunan. 2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terlihat bahwa anak-anak di Yayasan El-Jireh ternyata masih sulit untuk mengampuni para pelaku kerusuhan. Dari permasalahan tersebut muncul pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimana proses para pembina untuk mendidik anak-anak Ambon mengampuni? 2. Apa hambatan-hambatan yang dialami oleh para pembina El-Jireh? 3. Apakah proses pengampunan yang digunakan oleh pembina El-Jireh sudah memadai? 3. HIPOTESIS 1. Anak-anak El-Jireh masih sulit mengampuni para pelaku kerusuhan karena dalam prosesnya para pembina mengalami hambatan dalam diri anak-anak tersebut. 2. Proses pengampunan yang digunakan oleh pembina El-Jireh belum cukup memadai untuk mencapai sebuah pengampunan yang sempurna. 4. PEMILIHAN JUDUL Berdasarkan uraian di atas, penyusun mengajukan judul : 5

6 PENGAMPUNAN DALAM PROSES PEMULIHAN TRAUMA (Sebuah telaah etis teologis tentang proses pengampunan anak-anak korban kerusuhan Ambon di Yayasan El-Jireh, Yogyakarta) Penjelasan Judul: Yang dimaksud dengan anak-anak korban kerusuhan Ambon dalam judul di atas adalah anak-anak yang terkena dampak dari kerusuhan yang terjadi di kota Ambon pada tahun , yang dalam hal ini adalah anak-anak yang menjadi anak asuh di Yayasan El- Jireh. Penjelasan ini penting mengingat bahwa anak-anak Yayasan El-Jireh ini bukan berasal dari kota Ambon-nya, tetapi berasal dari sebuah desa di Halmahera yang juga terkena imbas dari kerusuhan Ambon. 5. BATASAN MASALAH Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas dan mendapatkan hasil yang lebih baik dan spesifik maka penyusun menentukan batasan pembahasan hanya pada proses pengampunan. Penyusun memilih batasan tersebut karena pengampunan merupakan bagian penting dari proses pemulihan dan menjadi sebuah langkah awal bagi seseorang untuk dapat menyusun lagi jati dirinya kembali. 10 Tanpa pengampunan, sang korban tidak akan dapat melakukan re-integrasi dengan komunitas sekitarnya dan melalui pengampunanlah sang korban dapat menemukan makna, tujuan hidup dan iman di dalam dan lewat peristiwa-peristiwa traumatik yang mereka alami. 11 Meninger juga memahami bahwa tujuan dari seluruh proses pengampunan adalah menjadi pribadi yang utuh, proses menuju keutuhan yang melibatkan Allah dan manusia Glenn Veenstra, Psychological Concepts of Forgiveness, Journal of Psychology & Character, vol.11, 1992, hal Karl & Evelyn Bartsch, Sang Terluka yang Menyembuhkan: Stress & Trauma Healing, Pustaka Muria, Semarang, 2005, hal William A. Meninger, Menjadi Pribadi Utuh, Kanisius, Yogyakarta, 1999, hal. 5. 6

7 Penyusun juga memilih Yayasan El-Jireh sebagai tempat penelitian karena Yayasan tersebut berbasiskan agama Kristen dan juga didukung oleh lembaga misi dari Brazil. Dengan adanya label Kristen dan dukungan dari lembaga misi, paling tidak Yayasan El- Jireh memiliki sebuah proses pengampunan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan, baik secara teologis maupun psikologis. Selain itu penyusun hanya memilih objek penelitian yaitu pembina Yayasan El-Jireh karena dalam penelitian ini penyusun tidak diperbolehkan untuk melakukan kontak langsung dengan anak-anak, dalam arti mencari informasi tentang keadaan mereka. Hal tersebut dengan sengaja diberlakukan oleh Yayasan agar tidak ada intervensi dari pihak luar dalam proses pemulihan. Oleh karena hambatan akses tersebut penyusun membatasi diri hanya pada apa saja yang selama ini dilakukan oleh para pembina Yayasan El-Jireh untuk menanamkan & mempraktekkan nilai-nilai pengampunan kepada anak-anak korban kerusuhan Ambon yang ada di situ. Sumber dari data tersebut penyusun peroleh dari ibu Agnes yang berposisi sebagai kepala pembina Yayasan El-Jireh. Penyusun menyadari bahwa dengan pendekatan sekunder semacam ini dalam arti tidak melakukan kontak langsung dengan anak-anak Yayasan El-Jireh akan memiliki keterbatasan dalam analisanya, seperti halnya tidak dimungkinkannya klarifikasi data di lapangan dan data yang bisa jadi bersifat subyektif (menurut ibu Agnes). Dengan keterbatasan tersebut penyusun akan tetap untuk mencoba mendialogkan proses pengampunan Yayasan El-Jireh (sumber dari ibu Agnes) dengan proses pengampunan Robert D. Enright, sehingga pada proses dialognya akan menghasilkan suatu proses pengampunan yang lebih holistik bagi anakanak Yayasan El-Jireh. 6. TUJUAN PENYUSUNAN Penelitian ini bertujuan untuk (1) memahami dan mengkritisi proses pengampunan dalam rangka menolong anak-anak korban kerusuhan Ambon mengampuni para pelaku dan (2) berefleksi teologis atas studi proses pengampunan, dengan harapan dapat memberikan suatu acuan teologis khususnya dalam hal pengampunan yang bisa dipakai oleh para 7

8 penolong korban trauma dalam menolong anak-anak korban kerusuhan Ambon di Yayasan El-Jireh. 7. METODE PENYUSUNAN Metode penyusunan yang dilakukan adalah deskriptif analisis. Pertama-tama penyusun akan mendeskripsikan/memaparkan data yang diperlukan secara menyeluruh dan mendalam mengenai proses pengampunan yang telah diterapkan selama ini oleh para pembina Yayasan El-Jireh dalam usaha untuk menanamkan dan mempraktekkan nilainilai pengampunan kepada sang korban. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, penyusun akan mencoba untuk menganalisis data tersebut dengan menggunakan prinsip-prinsip pengampunan dari Robert D. Enright. Di samping itu dalam analisis, penyusun juga akan melihat bagian-bagian mana dari proses pengampunan dari El-Jireh yang dapat diintegrasikan ke dalam prinsip pengampunan Enright. Sehingga pada akhir analisa dapat diperoleh sebuah dialog yang saling melengkapi antara proses dari Enright dan proses dari El-Jireh. Alasan mengapa penyusun memilih teori pengampunan Enright sebagai alat analisa karena Enright tidak saja memahami pengampunan sebagai sebuah proses untuk mengelola amarah dan memperbaharui harapan, tetapi ada beberapa hal yang berhasil Enright sajikan untuk mempermudah seseorang menjalani proses pengampunan. Dalam bukunya, Enright menyajikan proses pengampunannya lebih sebagai guide bagi seseorang dalam perjalanan mengampuni. Bukunya bukanlah semata diperuntukkan sebagai sebuah pegangan bagi para perawat ataupun psikolog, tetapi juga bisa digunakan langsung oleh korban / orang yang terluka. Penjelasan yang digunakan Enright bukan hanya sekedar wacana akan perlunya mengampuni, tetapi juga dilengkapi dengan penjelasan secara rinci untuk meyakinkan korban / orang yang terluka untuk mengampuni. Yang lebih menarik, dalam tahap pengampunannya Enright memberikan pertanyaan-pertanyaan pembimbing sebagai bahan refleksi bagi pembaca. Bagi penyusun pertanyaan-pertanyaan reflektif yang digunakan oleh Enright merupakan suatu metode penting untuk mengajak korban untuk 8

9 lebih memaknai dan menyadari setiap tahapan yang ia jalani. Dalam akhir setiap tahapan, Enright juga mengajak korban untuk membuat jurnal pribadi untuk menuliskan refleksi ataupun apa yang ia rasakan selama menjalani tahap-tahap pengampunan. Jurnal tersebut diperlukan agar korban dapat memantau sendiri perjalanan pemulihannya dari setiap tahapan yang ia jalani. Langkah selanjutnya adalah mencoba merefleksikan hasil studi pada bab II dan III dengan pandangan Alkitab dalam sebuah tema pengampunan. Untuk menambah unsur teologis dalam proses pengampunan yang dihasilkan pada bab III, maka dalam refleksi ini penyusun ingin membahas mengenai bagaimana pengampunan dilihat dari perspektif Kristus. Dalam refleksi penyusun akan mencoba untuk menemukan beberapa prinsip dan makna dari sebuah pengampunan. Penyusun akan membahasnya dengan berangkat dari pemahaman akan keberadaan manusia yang seutuhnya di dunia ini, dimana dalam kehidupan keseharian sebetulnya beresiko untuk terluka dan menjadi manusia yang tidak lagi utuh. Dalam pengumpulan data, penyusun akan melakukan wawancara dengan pembina yang bertugas menangani anak-anak Ambon di Yayasan El-Jireh serta melakukan pengamatan pada proses pengampunan yang mereka terapkan. Selain wawancara, penyusun juga akan melakukan studi literatur melalui tulisan-tulisan, baik itu buku, jurnal, internet, majalah ataupun artikel-artikel yang terkait dengan pokok bahasan. 8. SISTEMATIKA PENYUSUNAN BAB. I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, judul, batasan masalah, tujuan penyusunan, metode penyusunan dan sistematika penyusunan. 9

10 BAB. II PROSES PENGAMPUNAN DI YAYASAN EL-JIREH Bab ini berisi gambaran mengenai latar belakang Yayasan El-Jireh, tujuan, latar belakang anak-anak asuh Yayasan El-Jireh, faktor penghambat pengampunan, dampak kepada korban dan proses pengampunan yang selama ini dilakukan oleh para pendamping di Yayasan El-Jireh untuk menanamkan dan mempraktekkan nilai-nilai pengampunan kepada anak-anak korban kerusuhan Ambon di Yayasan tersebut. BAB. III ANALISA Bab ini berisi analisa atas bab II dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengampunan Robert D. Enright. Dalam proses dari analisis ini akan dikombinasikan mengenai apa yang masih perlu dilakukan oleh para pembina di El-Jireh agar anak-anak di situ dapat mengampuni para pelaku kerusuhan dan bagian mana yang mungkin perlu diperlengkapi dari proses Enright untuk menghasilkan sebuah proses pengampunan yang holistik. BAB. IV REFLEKSI TEOLOGIS Berangkat dari hasil studi yang terdapat pada bab II dan III maka pada bab ini penyusun mencoba membuat refleksi teologis dari perspektif teologi Kristen. Dalam refleksi ini penyusun akan membahas mengenai bagaimana pengampunan dilihat dari perspektif Kristus dan penyusun akan mencoba untuk menemukan beberapa prinsip dan makna dari sebuah pengampunan. Penyusun akan membahasnya dengan berangkat dari pemahaman akan keberadaan manusia yang seutuhnya di dunia ini, dimana dalam kehidupan keseharian sebetulnya beresiko untuk terluka dan menjadi manusia yang tidak lagi utuh. 10

11 BAB. V KESIMPULAN & SARAN Bab ini akan mencoba menarik kesimpulan dari seluruh pembahasan skripsi ini sehingga diharapkan dalam bab ini akan diketahui secara jelas permasalahan dan refleksi dari proses pengampunan. Setelah itu penyusun juga akan memberikan saran-saran terhadap proses tersebut dari hasil refleksi teologis pada bab IV. 11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

BAB 1 Pendahuluan.  1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News, 1 BAB 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah BAB V PENUTUP Dari penjelasan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah Pendampingan Pastoral terhadap Pelayanan Kerohanian di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Modul 9: Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan hormon pada fase remaja tidak saja menyebabkan perubahan fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bagi manusia merupakan sesuatu yang penting, karena melalui sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja Identitas merupakan bentuk dari eksistensi diri seseorang. Identitas berhubungan dengan tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

Mengampuni Orang Lain 1

Mengampuni Orang Lain 1 Modul 7: Mengampuni Orang Lain Mengampuni Orang Lain 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the Captives Ministries Semua ayat

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

Mengampuni Orang Tua Anda 1

Mengampuni Orang Tua Anda 1 Modul 8: Mengampuni Orang Tua Anda Mengampuni Orang Tua Anda 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the Captives Ministries Boleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi dogmatis yang dianutnya, memahami bahwa penderitaan merupakan akibat keterputusan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana setiap anak ingin untuk mempunyai banyak teman dan relasi dalam hidupnya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga hubungan yang dijalin tidak lagi hanya dengan orangtua, tapi sudah merambah ke hubungan luar keluarga seperti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam seminar sehari bertema Hak Anak dan Kekerasan pada Anak, Kristi Poerwandari, Psikolog Universitas Indonesia dan Aktivis Yayasan Pulih, Lembaga Prevensi

Lebih terperinci

Doa Keutuhan. (Pemulihan dan Pemuridan) Sesi , 2007, 2006 Freedom for the Captive Ministries

Doa Keutuhan. (Pemulihan dan Pemuridan) Sesi , 2007, 2006 Freedom for the Captive Ministries Doa Keutuhan (Pemulihan dan Pemuridan) Sesi 3 2014, 2007, 2006 Freedom for the Captive Ministries Penjelasan lanjut mengenai proses: Semua pengikut Yesus Mandengarkan suara Tuhan Mengenali perasaan 2 arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan berkembangnya jaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Maka kehidupan manusia juga

Lebih terperinci

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Erik

Lebih terperinci

Doa Keutuhan. (Pemulihan dan Pemuridan) Sesi , 2007, 2006 Freedom for the Captive Ministries

Doa Keutuhan. (Pemulihan dan Pemuridan) Sesi , 2007, 2006 Freedom for the Captive Ministries Doa Keutuhan (Pemulihan dan Pemuridan) Sesi 3 2014, 2007, 2006 Freedom for the Captive Ministries 4 langkah dasar (Ҝ) Doa Keutuhan: Menawan Membawa Mencari akar Menerima Menerapkan Kalau sukacita kita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal Pada 26 Oktober 2016, penulis melontarkan suatu pertanyaan terbuka pada laman akun Facebook-nya. Pertanyaan itu berbunyi, Jika ada suatu teknologi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Frustrasia adalah seorang yang sangat pandai, nilai IPKnya waktu kuliah hampir 4.00. Waktu diserahi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

Doa Keutuhan Bahan Dasar Garis Besar 1

Doa Keutuhan Bahan Dasar Garis Besar 1 Dari Gelap Ke Dalam Terang 1 Petrus 2: 9 Garis Besar Proses Menanggalkan Manusia Lama dan Mengenakan Manusia Baru (Efesus 4:22-24) Garis Besar 1 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Etika merupakan refleksi atas moralitas. Akan tetapi, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, etika bukan sekedar refleksi tetapi refleksi ilmiah tentang tingkah

Lebih terperinci

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga Jeffrey Lim Puisi dibuat oleh Sdr. Jeffrey Lim TOC Daftar Isi I..Pendahuluan : Rumah sakit itu tempat

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

Perceraian, Perkawinan Kembali, dan Komunitas yang Kurang Piknik

Perceraian, Perkawinan Kembali, dan Komunitas yang Kurang Piknik Perceraian, Perkawinan Kembali, dan Komunitas yang Kurang Piknik Timothy Athanasios CHAPTER 1 PERCERAIAN SEBAGAI ISU PASTORAL Pertama-tama izinkanlah saya untuk mengakui bahwa saya bukanlah seorang praktisi

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Berhadapan langsung dengan perkembangan ekonomi pasar global, tentunya masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang posisinya berada di luar lingkaran praktekpraktek

Lebih terperinci

Mengganti Kutuk Keluarga dengan Berkat Tuhan

Mengganti Kutuk Keluarga dengan Berkat Tuhan Modul 3: Mengganti Kutuk Keluarga dengan Berkat Tuhan Mengganti Kutuk Keluarga dengan Berkat Tuhan Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tidak seorangpun ingin dilahirkan tanpa dekapan lembut seorang ibu dan perlindungan seorang ayah. Sebuah kehidupan baru yang telah hadir membutuhkan kasih untuk bertahan

Lebih terperinci

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Sr. Bundanita mensharingkan pengalamannya bagaimana ia pernah mempunyai anak mas waktu mengajar di Sekolah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah pengkhianatan terhadap komitmen yang telah diikrarkan dan berdampak serius terhadap individu dan hubungan

Lebih terperinci

Anthony Dio Martin 1

Anthony Dio Martin 1 Anthony Dio Martin 1 2 Memaafkan Diri Sendiri Ketika Lebaran tiba, ada seorang bapak yang tampaknya kurang antusias. Padahal, puasa sudah ia lewati, dan seharusnya ini menjadi hari kemenangannya. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB II GEREJA DAN PASTORAL BAB II GEREJA DAN PASTORAL 2.1. Pengertian Gereja Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada ditengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat

Lebih terperinci

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) 6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB VII PENGHARGAAN TERHADAP HIDUP MANUSIA

BAB VII PENGHARGAAN TERHADAP HIDUP MANUSIA BAB VII PENGHARGAAN TERHADAP HIDUP MANUSIA 1 A. KEKERASAN DAN BUDAYA KASIH MATERI AGAMA KATOLIK XI 1 STANDAR KOMPETENSI 2 Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah suatu misteri. Berbagai pengalaman baik positif ataupun negatif tidak lepas dari kehidupan seseorang. Pengalamanpengalaman tersebut dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di FKIP PGSD yang berlokasi di jalan Diponegoro 52-60 Salatiga. Alasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

MENJADI TUA DAN BAHAGIA

MENJADI TUA DAN BAHAGIA 1 MENJADI TUA DAN BAHAGIA Rohani, November 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Hepiana sudah berumur 80 tahun. Ia tinggal di rumah orang tua. Ia dikenal sebagai suster lansia yang gembira dan bahagia.

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Artikel MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh : Drs. Mardiya Banyaknya anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas

Lebih terperinci

dr Gunawan Setiadi, MPH Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa

dr Gunawan Setiadi, MPH Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa dr Gunawan Setiadi, MPH Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial. Perlu punya sahabat di dunia nyata (bukan hanya sahabat dari dunia maya) Orang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS, PENDEKATAN DAN SPESIFIKASI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

Saya Bebas Untuk Mengampuni!

Saya Bebas Untuk Mengampuni! Saya Bebas Untuk Mengampuni! Hafalkan Matius 6 : 14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga Pada saat kita melalui pengalaman-pengalaman hidup, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiada perkawinan yang hendak diakhiri dengan perceraian. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Tiada perkawinan yang hendak diakhiri dengan perceraian. Setiap BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Tiada perkawinan yang hendak diakhiri dengan perceraian. Setiap pasangan tentunya menginginkan kehidupan perkawinannya akan berlangsung lama bahkan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk berpisah dari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK 1 ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PRIMA NURUL ULUM F. 100 040 011 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan 1 Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan Tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini selain perubahan. Artinya, manusia setiap hari diperhadapkan pada serangkaian perubahan baik itu perubahan di dalam maupun di

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan

Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan Sektor Petrus & Paulus Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka Rabu, 25 September 2013 A. Perjalanan Hidup Perjalanan hidup manusia di dunia ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gempa bumi tektonik yang mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB. selama 57 detik merupakan gempa

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab BAE~ I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakaog Masalah Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang di dunia lahir dan tumbuh dalam keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga asuh. Peran keluarga memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Kalender Doa Januari 2016

Kalender Doa Januari 2016 Kalender Doa Januari 2016 Berdoa Bagi Wanita Cacat Berabad abad beberapa masyarakat percaya bahwa wanita cacat karena kutukan. Bahkan yang lain percaya bahwa bayi yang lahir cacat bukanlah manusia. Para

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH Wagner-Modified Houts Questionnaire (WMHQ-Ed7) by C. Peter Wagner Charles E. Fuller Institute of Evangelism and Church Growth English offline version: http://bit.ly/spiritualgiftspdf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA 4.1 Pelayanan holistik di Gereja Pentakosta di Indonesia Pondok Diakonia Yayasan Sosial Harapan Bawen

BAB IV ANALISA 4.1 Pelayanan holistik di Gereja Pentakosta di Indonesia Pondok Diakonia Yayasan Sosial Harapan Bawen BAB IV ANALISA Pada Bab IV ini, penulis akan menganalisis bagaimana pelayanan holistik yang dilakukan oleh gereja terhadap anak autis dengan menggunakan teori yang ada bab II serta model yang ditemukan

Lebih terperinci