BAB II GEREJA DAN PASTORAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GEREJA DAN PASTORAL"

Transkripsi

1 BAB II GEREJA DAN PASTORAL 2.1. Pengertian Gereja Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada ditengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat dan sadar akan eksistensi Allah didalam kehidupannya. Pertemuan dengan Kristus pun dipahami berada di dalam diri seseorang ataupun juga di dalam sebuah wadah persekutuan. Gereja sebagai wadah untuk kemudian mengumpulkan bahkan mempersatukan ragamnya pola pikir, ras dan budaya ini yang kemudian menjadi sangat penting untuk dikembangkan dan dipertahankan di tengah-tengah masyarakat. Gereja berasal dari istilah Yunani yaitu ekklesia berarti pertemuan atau sidang (jemaat), dipahami sebagai tempat bertemunya masyarakat beragama yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 Pertemuan ini merupakan hal yang penting bagi orang-orang percaya karena merupakan tempat bertemu dengan saudara-saudara beriman dan juga bertemu dengan Allah secara khusus. Ekklesia seharusnya menunjuk bukan hanya pada sekelompok orang Kristen yang berhimpun sebagai perkumpulan, melainkan juga persekutuan yang melembaga. 2 Oleh sebab itu maka Ekklesia atau gereja menjadi penting dan perlu diperhatikan agar supaya dapat menjalankan misi Kristus ditengah-tengah dunia. Tata Gereja GPIB mengatakan bahwa; Gereja adalah Tubuh Kristus dan Kristus sendiri adalah Kepalanya. Oleh karena itu Kuasa yang ada dalam gereja adalah Kuasa Kristus. Kekuasaan itu mutlak atas gereja melalui firmannya, dan tidak dapat diwakilkan kepada seseorang atau beberapa orang. 3 Pemahaman ini dipahami oleh GPIB oleh karena GPIB memahami bahwa sejak dahulu sampai saat ini, Kristus akan tetap bekerja di tengah-tengah dunia. Pemimpin- 1 Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid I, (Jakarta: Tyndale House Publishers, INC., 2007), W.R.F. Browning, Kamus Alkitab A Dictionary of the Bible, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), Ketetapan Persidangan Sinode XIX GPIB, Tata Gereja GPIB: buku III, (Jakarta: Majelis Sinode, 2010), 8.

2 pemimpin yang hadir ditengah-tengah gereja dan terpanggil oleh-nya adalah orang-orang yang melayani Kristus dengan misi yang ditugaskan kepadanya masing-masing. Yesus yang merupakan kepala gereja, satu-satunya pemimpin sejati yang memimpin Ekklesia dan mengutus dengan satu Misi (matius 16:18). Karena gereja merupakan sebuah kesatuan di dalam Yesus Kristus maka, kehadiran gereja itu tampak dalam kehidupan gereja-gereja diberbagai tempat, Negara, bangsa, suku dan kemudian melembaga sebagai sebuah organisasi gerejawi dalam masyarakat. Dengan itu maka jemaat yang merupakan bagian dari gereja merupakan sebuah aspek penting untuk senantiasa dipelihara dan juga dibentuk. GPIB pun memahami bahwa penampakan citra Allah melalui Gereja-Nya akan terlihat melalui kehidupan jemaat-jemaat, dimana Jemaat-jemaat tersebut harus dipahami sebagai bagian yang utuh dalam GPIB dan sekaligus merupakan wujud dari gereja yang kudus dan am. 4 Dalam masyarakat, gereja banyak memiliki tantangan yang terkadang mengoyahkan pertahanan gereja di dalam misi sebagai perantara Kristus di dunia. Dr. G. C. Van Niftrik dan Dr. B. J. Boland mengatakan bahwa gereja zaman ini, terkesan memiliki dua penampakan yaitu; yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Oleh sebab itu gereja sebagaimana disebutkan di dalam pengakuan iman dijadikan suatu pengertian rohani yang abstrak, membuat pengertian gereja yang sebenarnya adalah gereja yang tak kelihatan. 5 Pemahaman akan pengertian gereja dipahami bukan hal yang mudah, karena secara langsung kita harus menggabungkan dua inti dari gereja itu sendiri yaitu ekklesiologia (= ajaran tentang gereja, Yunaninya ekklesia ) dan kembali kepada Kristologia (= ajaran Yesus Kristus). Dengan itu maka kita dapat menjalankan dan membangun sebuah gereja dengan dasar pemahaman yang benar Tugas dan Panggilan Gereja 4 Ibid 3 5 G. C. van Niftrik dan B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006),

3 Dalam ekklesiologi yang penulis pahami, merupakan usaha pembelajaran tentang gereja secara teologis dimana membawa gereja kepada sebuah titik temu antara gereja dengan masyarakat itu sendiri. Melalui pemahaman yang diawali dengan iman akan Yesus, dimana menjadikan Yesus sebagai sentral membuat adanya relasi antar kerajaan Allah dengan gereja itu sendiri. Yusak B. Setyawan mengatakan bahwa; Elemen-elemen kemanusiawiaan dan keillahian saling bersinggungan dalam Gereja Tuhan. Gereja dipimpin oleh manusia dan oleh otoritas Ilahi. 6 Dalam iman akan Yesus pun, gereja kemudian menjadi komunitas yang penuh roh kudus namun tidak dapat dipungkiri bahwa gereja pun bersifat dinamis. Keberagaman yang ada, baik dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat membuat gereja harus tetap kuat dengan menjalankan misi-misinya sebagai panggilan Allah dalam penyebaran kebenaran dalam Yesus Kristus yang bersifat universal. Disisi lain, adanya model-model gereja dipahami sebagai ciri khas sebuah komunitas Kristen dalam pencapaian sasarannya. Relevansi gereja kemudian sangatlah penting agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup jemaat dan gereja pun dapat terus berkembangan dalam misi dan visi gereja dalam mempermuliakan dan memperlebar kerajaan Allah. Oleh sebab itu, pertumbuhan alamiah sebuah gereja pun perlu diperhatikan agar dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan juga bagi jemaat-nya. Kesadaran akan kebutuhan gereja dalam hal ini merupakan jemaat itu sendiri membawa kita kepada sebuah pemahaman bahwa misi dan visi gereja didasari oleh ajaran Yesus Kristus yang juga bertujuan untuk mensejahterakan jemaat Allah itu sendiri. GPIB pun menonjolkan hal ini di dalam visi GPIB sesuai dengan Tata Gereja GPIB yaitu GPIB menjadi Gereja yang mewujudkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan-nya. Tata Gereja GPIB pun 6 Yusak B. Setyawan, Hand-outs Eklesiologi, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), 23.

4 dirumuskan melalui berbagai aspek, salah satunya aspek pengembalaan yaitu untuk memelihara kehidupan spiritual yang kristiani dari warga jemaat agar dapat melaksanakan panggilan dan pengutusan-nya, maka itu pula dilaksanakan pengembalaan di dalam gereja. 7 Dengan ini maka, diharapkan gereja dapat mempersatukan persaudaraan di dalam satu iman yang membawa keselamatan kepada setiap orang. Salah satu ciri-ciri esensial gereja adalah dipersatukan dan berusaha bersatu. Persekutuan persaudaraan dapat mengokokohkan kesatuan jemaat. 8 Dengan ini maka, penulis memahami bahwa tugas dan panggilan gereja secara jelas didasari oleh ajaran Yesus Kritus yang ingin menyelamatkan umat-nya secara universal. Disisi lain, gereja kemudian memberikan berbagai macam pelayanan kepada jemaat-nya agar dapat merasakan keselamatan dan sejahtera dari Allah. Abineno dalam bukunya Kelompok Doa menjelaskan bahwa ada tugas gereja dalam hal ini dilakukan oleh para Pelayan gereja dan juga jemaat-nya. Tugas-tugasnya antara lain; Pertama, pemberian ruang kesaksian dan pelayanan yang wajar kepada anggota-anggota jemaat. Kedua, pembangunan hidup persekutuan. Ketiga, partisipasi anggota-anggota jemaat dalam kebaktian. Keempat, penyelenggaraan kumpulankumpulan doa yang baik. 9 Gereja sebagaimana tugasnya harus berfungsi secara maksimal, oleh sebab itu segala keterbatasan yang ada di gereja harus di minimalisir agar supaya setiap pelayanan dapat berjalan dengan baik dan mencapai sasaran. Peran serta jemaat secara umum sangat dibutuhkan untuk membantu berjalannya pelayanan di dalam gereja. Oleh sebab itu, gereja pun harus memberdayakan warga jemaat yang ada untuk kemudian ikut membantu tugas dan pelayanan para pelayan gereja dalam hal ini pendeta dan majelis jemaat. Doa adalah bagian penting selain pengajaran firman dan musik grejawi, oleh sebab itu menurut Abineno yang dipahami oleh penulis adalah sebuah gereja pun harus mempunyai kelompok doa di dalam 7 Ketetapan Persidangan Sinode XIX GPIB, Tata Gereja GPIB: buku III, (Jakarta: Majelis Sinode, 2010), Yusak B. Setyawan, Hand-outs Eklesiologi, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), J. L. Ch. Abineno, Kelompok Doa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981),

5 pelayanannya. Dengan itu maka, kelompok doa merupakan sumber yang kuat untuk membantu pelayanan dan tetap menjalin hubungan gereja dengan Allah Pengertian Pastoral Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna namun disisi lain, manusia harus dipahami sebagai sosok yang terkadang rapuh didalam berbagai aspek. Inilah yang kemudian membuat manusia menjadi makhluk sosial yang kemudian membutuhkan orang lain untuk membantunya di dalam menghadapi pergumulan hidup. Pastoral dalam hal ini pastoral Kristen muncul untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia, dengan memakai sosok Yesus sebagai panutan di dalam menjalankannya. Pastoral adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu-persatu terutama yang sedang bergumul dengan persoalan-persoalan yang menghimpitnya dengan menggunakan firman Tuhan sebagai penguatan. Aart Van beek dalam bukunya Pendampingan Pastoral mengatakan bahwa Pastoral berasal dari pastor dalam bahasa Latin atau dalam bahasa Yunani disebut poimen, yang artinya gembala. Dan secara tradisional, dalam kehidupan grejawi kita hal ini merupakan tugas pendeta yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau domba- Nya. 10 Pendeta kemudian dikaitkan dengan Yesus Kristus sang gembala yang secara langsung rela berkorban untuk manusia dikayu salib. Tugas pendeta pun sebagai gembala harus dapat membimbing domba-nya agar dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Pengertian dasar dari pastoral, dipahami sebagai tugas seorang gembala yang dapat membimbing dengan sukarela dan tanpa paksaan orang lain, agar dapat menyelamatkan seseorang dari hidupnya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah lalu kemudian dapat berubah dan kembali kepada jalan yang telah dikehendaki Allah. 11 Pendeta atau gembala yang dikaitan dengan gembala di dalam pastoral harus dapat memahami kondisi warga 10 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), Mesach Krisetya, Konseling Pastoral, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2010), 5.

6 jemaat secara Holistik atau menyeluruh. Dengan itu maka gembala dapat melihat, memelihara dan mengarahkan domba-nya sesuai dengan kehendak Allah. Pandangan mengenai manusia secara holistic pun dikemukakan oleh Totok Wiryasaputra dalam bukunya Ready to Care yakni Manusia merupakan makhluk holistic, dimana pengertian sehat tidak secara statis, melainkan dinamis. Orang yang kita dampingi terkadang bukan orang didalam penyakitnya melainkan manusia dalam keutuhannya. Penyakit atau persoalan tertentu menjadi bagian utuh dari seseorang yang memiliki sejarah, nilai, kepercayaan, kemampuan inheren, hubungan, dan interaksi tertentu. Dan semuanya itu harus dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang minimal mempunyai empat aspek yaitu aspek fisik, mental, spiritual dan sosial. 12 Usaha untuk mencari makna merupakan dasar dari kehidupan. 13 Seorang gembala pun harus dapat menjadi sosok yang sama Yesus di dalam setiap keterbatasannya. Dengan itu maka sikap peduli dan menolong sesama dapat tercipta dan membawa setiap orang yang membutuhkan kita dapat merasakan makna kehidupan dan kasih Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya Fungsi Pastoral Ketika sebuah wadah kristen atau seperti yang kita kenal sebagai gereja mengadakan pastoral di dalam pelayanannya, maka tentunya sikap itu memiliki makna yang sesuai dengan fungsi-fungsi konseling pastoral untuk dapat memenuhi kebutuhan jemaat Allah. Fungsifungsi pastoral tentunya bertujuan untuk dapat melihat makna kehidupan dengan berbagai pergumulan, membantu seseorang untuk dapat mendengarkan serta memecahkan masalahnya sendiri dan memperdamaikan seseorang dengan kehidupannya. Menurut para ahli, fungsifungsi pastoral pun kemudian menjadi titik tolak seorang konselor untuk memulai karyanya di dalam pencapaian tujuan pelayanan gereja H. Clinebell dalam bukunya Tipe-tipe dasar pendampingan dan konseling pastoral mengatakan bahwa ada tiga fungsi pastoral untuk mencapai sebuah tujuan pastoral yakni; untuk membebaskan, memperkuat, dan memelihara keutuhan hidup yang 12 Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care, (Yogyakarta: Galangpress, 2006), Mesach, Konseling..., 7.

7 berpusat pada Roh. Metode-metode pengembalaan dan konseling adalah dimensidimensi yang penting dari pelayanan yang memungkinkan adanya keutuhan itu. 14 Membebaskan, memperkuat dan memelihara keutuhan hidup dalam roh merupakan fungsi pastoral yang dapat membawa seseorang keluar dari kotak bebannya, lalu mengarahkannya kepada sesuatu yang transenden dalam roh Allah untuk dapat menata kembali kehidupannya sesuai dengan kehendak-nya. Pengembalaan dan konseling harus bersifat holistic (menyeluruh) artinya berusaha untuk memungkinkan penyembuhan dan pertumbuhan keutuhan manusia dalam dimensi-dimensinya. Pengembalaan adalah pelayanan pendeta dan anggota jemaat secara bersama dengan bertanggungjawab, untuk memampukan anggota jemaat dapat saling melayani, di samping itu dengan menjalankan pelayanan kepada orang lain maka konselor pun telah menjalankan pelayanan kepada dirinya sendiri yang unik dan berharga. Untuk dapat menjalankan tugas pengembalaan maka seorang pendeta atau pun anggota jemaat harus memiliki pemahaman pastoral yang cukup dan dapat menghidupkan dirinya sendiri. Sebab dikatakan bahwa untuk menghidupkan seseorang maka diri sendiri pun harus hidup. 15 Setiap orang memiliki beban kehidupannya masing-masing. Oleh sebab itu, penulis memahami bahwa setiap orang perlu memiliki kepekaan kepada dirinya sendiri dan juga orang lain agar dapat memahami makna kehidupan. Dengan sikap menghidupkan diri sendiri maka seseorang dapat lebih peka menghadapi dan mengakui kebutuhan manusia akan sebuah penyembuhan secara terus-menerus, sehingga seseorang dapat menjadi penyembuh yang terluka. Buku Ready to care oleh Totok S. Wiryasaputra mengatakan bahwa dalam menanggapi keprihatinan-keprihatinan kehidupan, pada dasarnya menjadikan pendamping sebagai fasilitator perubahan dalam proses pndampingan dan konseling yang kemudian dapat memfungsikan diri dalam berbagai cara, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan membebaskan Howard Clinebell, Tipe-tipe dasar pendampingan dan konseling pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), Ibid, Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care, (Yogyakarta: Galangpress, 2006), 87.

8 Penyembuhan yang dimaksud merupakan sebuah sikap pendamping untuk dapat membiarkan seseorang mencurahkan perasaan yang membuatnya terluka atau perasaan yang sedang membebaninya. Pendamping harus dapat melihat keadaan yang perlu dikembalikan ke keadaan semula atau yang mendekati semula agar supaya dapat dirasakan proses awal dari fungsi pastoral tersebut. Menopang adalah sikap dimana pendamping dapat menyadarkan orang tersebut (konseli) untuk dapat menerima keadaannya. Membimbing dilakukan pada waktu orang harus mengambil keputusan tertentu tentang masa depannya. Fungsi keempat dari buku ready to care yaitu memperbaiki hubungan bertujuan untuk membantu orang yang didampingi bila mengalami konflik batin dengan pihak lain yang mengakibatkan putusnya atau rusaknya hubungan 17. Disisi lain, fungsi yang terakhir yaitu membebaskan disebut juga sebagai memberdayakan bertujuan untuk membantu orang yang didampingi menjadi penolong bagi dirinya sendiri pada masa depan ketika menghadapi kesulitan kembali. Semua proses fungsi ini membawa seseorang untuk dapat menyembuhkan dirinya sendiri bahkan juga dapat menjadi penyembuh orang lain. William A. Clebsch dan Charles R. Jackle dalam ringkasan sumber-sumber yang mereka buat dari sejarah gereja, mengemukakan 4 fungsi penggembalaan di sepanjang abad 18 : a.) Menyembuhkan (Healing) Suatu fungsi pastoral yang terarah untuk mengatasi kerusakan yang dialami orang dengan memperbaiki orang itu menuju keutuhan dan membimbingnya ke arah kemajuan di luar kondisinya terdahulu, yaitu kondisi di dalam pergumulannya. b.) Mendukung (sustaining) Menolong orang yang sakit (terluka) agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu yang lampau, di mana perbaikan atau 17 Ibid, William A. Clebesch and Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Prespective, (Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1964),

9 penyemuhan atas penyakitnya tidak mungkin lagi diusahakan atau kemungkinannya sangat tipis sehingga tidak mungkin lagi diharapkan. c.) Membimbing (Guiding) Membantu orang yang berada dalam kebingungan dalam mengambil pilihan yang pasti (meyakinkan di antara berbagai pikiran dan tindakan alternatif / pilihan), pilihan yang dipandang mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang. d.) Memulihkan (Reconciling) Usaha membangun hubungan hubungan yang rusak kembali di antara manusia dan sesama manusia dan di antara manusia dengan Allah. Secara historis, untuk memulihkan telah dipakai 2 model pengampunan dan disiplin gereja. Pertama, penyembuhan merupakan sebuah usaha untuk mengatasi beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada suatu keutuhan dan menuntun dia ke arah yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya. 19 Kedua, penopangan untuk dapat menolong seseorang didalam keadaannya yang terluka agar dapat bertahan dan melewati sesuai dengan keadaannya didalam pemulihan dengan adanya penghiburan dari pendamping. Ketiga, pembimbingan bertujuan untuk membantu sesorang untuk dapat melihat kehidupannya di masa depan dimana membantunya untuk dapat menentukan pilihan yang baik untuk dapat menjalani kehidupannya di masa depan. Yang keempat, adalah pendamaian. Berupaya membangun ulang relasi manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan Allah yang didahului dengan sebuah pengakuan. Tentunya fungsi-fungsi ini dilakukan secara holistic dengan berbagai tahap. Clinebell menambahkan fungsi kelima dari penggembalaan, fungsi yang juga bersifat mendasar dan merupakan suatu motif yang langgeng dalam sejarah gereja : memelihara atau mengasuh (Nurturing). 20 Tujuan dari memelihara adalah mempukan 19 Mesach Krisetya, Konseling Pastoral, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2010), Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006),

10 orang untuk mengembangkan potensi potensi yang diberikan Allah kepada mereka, di sepanjang perjalanan hidup mereka dengan segala lembah-lembah, puncak-puncak dan dataran-datarannya. Dalam istilah teologis tradisional, proses pertumbuhan ini disebut pengudusan (sanctification). Walaupun memelihara adalah saling tumpang tindih dan jalin menjalin dengan keempat fungsi lain yang saling kait mengait tersebut diatas, fungsi memelihara adalah fungsi yang khas dan amat penting. Memelihara dan membimbing adalah fungsi fungsi penggembalaan di mana pendidikan dan konseling saling bertautan Pengertian Konseling Pastoral Mencakup pelayanan pastoral di dalam gereja, maka penulis memahami ada bidang yang lebih khusus lagi yaitu konseling pastoral. Konseling pastoral dalam hal ini pendampingan pastoral dikatakan tidak bisa dihayati dengan hanya belajar tekniknya saja. Seseorang harus juga mempelajari manusia yang terlibat dalam pendampingan pastoral dan relasi di antara mereka itu. 21 Menurut Julianto Simanjuntak, Konseling pastoral merupakan sebuah usaha untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang dapat membebaskan, memberdayakan dan merawat individu dalam keutuhannya. Utuh: dalam enam dimensi yang bersifat interdependen, yakni pertumbuhan dalam: pikiran, tubuh, relasi dengan orang lain, lingkungan hidup, relasi dengan lembaga yang mendukung dan relasi dengan Tuhan. 22 Konseling pastoral adalah upaya untuk membawa manusia kembali pada pertumbuhan yang utuh sesuai dengan rencana Allah (Yohanes 10:10). Menurut Clinebell, salah satu cara efektif di dalam membantu proses konseling yaitu dengan menggunakan sumber-sumber agamis dalam konseling. 23 Sumber-sumber agamis dapat membantu di dalam menjembatani seseorang untuk mengakui bahwa ada Tuhan yang memberikan kehidupan di 21 Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor: Catatan Kuliah dan Reflesksi Pembelajaran Konseling, (Tanggerang: Layanan Konseling Keluarga dan Karir LK3, 2007), Ibid, Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 67-71

11 dalam pergumulan dan juga jalan keluarnya. Dengan itu maka, seorang konselor dapat menggunakan sumber-sumber agamis sebagai acuan dan alat untuk membantu seseorang keluar dari masalahnya. Dengan ini maka, konseling pastoral menjadi sangat penting bagi seseorang di dalam upayanya untuk mencapai keutuhan di dalam Allah. Konseling pastoral dilakukan dengan penuh kesadaran akan kepekaan terhadap seseorang di dalam pergumulannya. Sifat menjadi pendengar yang baik akan membawa seorang pendamping dapat lebih mengerti keadaan orang yang didampinginya. Mendengarkan dengan penuh empati akan membawa pendamping dapat memperoleh pengertian yang utuh tentang konseli. Banyak hal dapat dilakukan pendamping untuk dapat menguatkan kondisi sang konseli. Menurut Simanjuntak, doa merupakan salah satu aspek penting di dalam tahap konseling selain mendengarkan. Doa dalam konseling adalah pemberi motivasi, penguji motivasi, pemberi informasi, dan inspirasi dalam pelayanan konseling. 24 Doa dalam konseling dapat menghadirkan Allah dalam percakapan konseling tersebut. Dengan itu maka, pemeliharaan hubungan dengan Tuhan akan tercipta dengan sendirinya melalui doa dalam konseling. Dengan itu maka, penulis memahami bahwa tidak hanya teknik konseling yang diperlukan, namun juga kesadaran seorang pembimbing untuk mendoakan orang lain dan juga dapat secara terbuka di dalam doa bersama konseli Tahap-Tahap Konseling Pastoral Sebelum masuk di dalam tahap-tahap konseling pastoral maka kita harus mengetahui sasaran konseling itu sendiri. Pemahaman akan sasaran yang ingin dituju oleh sebuah konseling pastoral adalah bagaimana kita dapat menyadarkan diri sendiri dan juga orang lain yang kita dampingi untuk dapat memahami keadaan yang sudah dan akan kita hadapi. Tujuan akhirnya adalah sebuah kebahagian hidup yang utuh di dalam Tuhan dengan menikmati segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita. Disisi lain, sasaran konseling pastoral 24 Julianto, Perlengkapan,

12 membawa seseorang untuk dapat membebaskan diri dari pergumulan hidupnya sendiri sesuai dengan kehendak Allah dengan bantuan Allah dan sesama kita. 25 Disamping itu, perlu adanya tahapan-tahapan di dalam teknik konseling pastoral, agar dapat membantu pencapaain sasaran tersebut. Dengan adanya tahapan-tahapan yang ditempuh maka seorang pendamping dapat mengerti panduan arah didalam pendampingannya. Panduan arah yang dimaksud adalah sebuah pandangan dalam konseling mengenai awal, pertengahan dan akhir yang jelas. Totok S. Wiryasaputra dalam bukunya yang berjudul Ready to care menyatakan bahwa tahapan-tahapan yang ada di dalam proses konseling, penting untuk dipahami agar dapat memandu pendamping dalam proses konselingnya. Ada tiga tahapan proses pendampingan, yakni awal (menciptakan hubungan kepercayaan), tengah (anamnesis (mengumpulkan data), sintesis dan diagnosis, treatment planning (pembuatan rencana tindakan), treatment execution (tindakan pertolongan), review dan evaluasi, dan akhir (pemutusan hubungan) proses yang utuh dan sempurna. 26 Tahap-tahap pendampingan ini adalah sebagai pedoman umum dan memiliki jenjang waktu masing-masing sesuai dengan kondisi. 27 Tahap-tahap konseling pastoral ini dilakukan untuk dapat mencapai dan menjalankan fungsi pastoral dengan baik. Tahapan yang dilakukan secara sistematis, akan membawa alur konseling pastoral semakin jelas. Awal yang baik akan membawa kepada akhir yang baik juga. Integritas atau kepercayaan yang dibangun dengan baik akan membuat konseli merasa aman dan nyaman. Awal ini pula yang menentukan perjalanan konseling pastoral kedepannya. Dengan itu maka seorang konselor harus dapat menciptakan suasana yang baik dan dapat membangun kepercayaan konseli. 25 Larry Crabb, Konseling yang Efektif & Alkitabiah, (Yogyakarta: ANDI offset, 2008), Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care, (Yogyakarta: Galangpress, 2006), Ibid.

13

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK. memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti

BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK. memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK Dalam bab ini, akan di paparkan konsep-konsep teoritis yang menurut hemat peneliti memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah BAB V PENUTUP Dari penjelasan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah Pendampingan Pastoral terhadap Pelayanan Kerohanian di

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi dan perkembangan informasi sekarang ini, disadari atau tidak, gereja di tengah-tengah dunia sedang diperhadapkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENDAMPINGAN PASTORAL, KEDUKAAN, RITUAL KEAGAMAAN

BAB II TEORI PENDAMPINGAN PASTORAL, KEDUKAAN, RITUAL KEAGAMAAN BAB II TEORI PENDAMPINGAN PASTORAL, KEDUKAAN, RITUAL KEAGAMAAN Setiap manusia pasti mengalami kematian, hal ini karena kematian merupakan bagian dari hidup manusia yang tidak bisa dihindari. Walaupun setiap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat FAKULTAS TEOLOGI PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013 Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat TESIS: Diajukan kepada: Program

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA. A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley

BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA. A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley Jakarta Dalam kehidupan bergereja, keutuhan jemaat baik individu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan berkembangnya jaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Maka kehidupan manusia juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun

Lebih terperinci

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT?

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT? JTA 4/6 (Maret 2002) 15-24 KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT? Agung Gunawan D i pertengahan tahun 30an, ada beberapa pemimpin gereja mulai tertarik dalam bidang konseling untuk dipakai di dalam pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB II GEREJA DAN KONSELING PASTORAL

BAB II GEREJA DAN KONSELING PASTORAL BAB II GEREJA DAN KONSELING PASTORAL 2.1. GEREJA Untuk dapat mengerti sesungguhnya apa yang dimaksud dengan gereja, lebih dahulu perlu diketahui arti kata gereja itu sendiri. Kata gereja merupakan terjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peran pendeta secara umum dapat dilihat dalam fungsi konseling pastoral, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan mengasuh. Dari hasil penelitian,

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Defenisi Gereja menurut Alkitab Di terjemahkan dari bahasa Yunani ekklesia, yang berarti dipanggil keluar. Ungkapan ini pada umumnya digunakan untuk orang yang mengadakan pertemuan apa saja. Di Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap profesi yang dilakoni oleh manusia tentu memiliki fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap profesi yang dilakoni oleh manusia tentu memiliki fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam setiap profesi yang dilakoni oleh manusia tentu memiliki fungsinya masing-masing yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Begitu pula menjadi

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Rasa sakit ternyata tidak hanya dipahami sebagai alarm bagi tubuh kita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa teologi (frater) pada beberapa rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang yang dikenakan Disiplin Gereja Dalam bab ini, penulis akan meninjau hasil penelitian dalam Bab III dan menghubungkannya

Lebih terperinci

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah Bab Empat Penutup 1. Kesimpulan Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah peraturan/tata gereja definitif yang berisi uraian teologis-eklesiologis tentang identitas GTM secara menyeluruh

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Menurut Erik Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Dari pendekatan teori

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL

PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL PDT. HENDRI WIJAYATSIH, MA Dosen pada Fakultas Theologia Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta Abstraksi: Paul Tillich has properly pointed out the nature of caring

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang)

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang) Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang) Tesis Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister

Lebih terperinci

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH Wagner-Modified Houts Questionnaire (WMHQ-Ed7) by C. Peter Wagner Charles E. Fuller Institute of Evangelism and Church Growth English offline version: http://bit.ly/spiritualgiftspdf

Lebih terperinci

SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG

SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Roh Kudus adalah Penolong Saudara Buah Roh Kudus Berjalan di dalam Roh Kuasa Roh Kudus di dalam Saudara Karunia-karunia Roh Roh Kudus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perasaan khawatir pada umumnya dikenal sebagai perasaan takut atau cemas. Tetapi perasaan khawatir akan lebih tepat apabila dimaknai sebagai perasaan cemas

Lebih terperinci

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja? LAMPIRAN INSTRUMENT PERTANYAAN KEPADA PENDETA JEMAAT 1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 2. Apa itu TIM DOA? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk menghadapi siklus kehidupan, salah satunya kematian. Didalamnya terdapat nilai-nilai

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi dogmatis yang dianutnya, memahami bahwa penderitaan merupakan akibat keterputusan hubungan

Lebih terperinci

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh PENELAAHAN ALKITAB Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya Pdt. Stephen Sihombing, MTh Materi Bina Pelkat GP GPIB 2 Menikah dengan 2 orang putri Sarjana Teologi dari STT Jakarta Vikaris di GPIB Mangamaseang,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama kata gereja yang diberikan oleh banyak kamus, khususnya kamus daring (online),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA 4.1 Pelayanan holistik di Gereja Pentakosta di Indonesia Pondok Diakonia Yayasan Sosial Harapan Bawen

BAB IV ANALISA 4.1 Pelayanan holistik di Gereja Pentakosta di Indonesia Pondok Diakonia Yayasan Sosial Harapan Bawen BAB IV ANALISA Pada Bab IV ini, penulis akan menganalisis bagaimana pelayanan holistik yang dilakukan oleh gereja terhadap anak autis dengan menggunakan teori yang ada bab II serta model yang ditemukan

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Gereja X Bandung di Wilayah Jawa Barat tidak terlepas dari sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai jemaat dewasa di GKJ, pasti mengenal tentang istilah pamerdi. 1 Jemaat awam menganggap bahwa pamerdi adalah semacam perlakuan khusus yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut : BAB V PENUTUP Pada bagian V ini, penulis akan memaparkan tentang kesimpulan dan saran. 5. 1. Kesimpulan Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal penting yang menjadi pokok

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS - 1822 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci