BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam seminar sehari bertema Hak Anak dan Kekerasan pada Anak, Kristi Poerwandari, Psikolog Universitas Indonesia dan Aktivis Yayasan Pulih, Lembaga Prevensi dan Intervensi Trauma, menceritakan sebuah kasus keluarga yang ditanganinya, yaitu Ny. Lisa yang sewaktu kecil selalu diikat oleh ibunya, jika ia bertengkar dengan adiknya. Ia juga tidak diperbolehkan makan, jika ia menolak untuk tidur siang. Sekarang ia mengulangi pengalaman itu pada Cika (4 tahun) putrinya, jika melakukan hal yang sama. Ny. Lisa mengakui bahwa tindakan ibunya membuat ia menderita, dan ia pun tahu bahwa anaknya juga merasakan hal yang sama, bahkan ia pun tidak menyukai keadaan/tindakan seperti itu. Menurut Poerwandari, pengulangan cara didik yang dilakukan Ny. Lisa pada anaknya, bisa dimaklumi karena Ny. Lisa hanya mengenal satu cara untuk mengajarkan disiplin yaitu dengan kekerasan. Ia menambahkan, bahwa kasus seperti ini juga bisa dialami oleh keluarga-keluarga lain, mereka akan memilih untuk menggunakan kekerasan dalam menerapkan disiplin pada anak, walaupun mereka tidak menyukai pilihan tersebut. Menurutnya, penggunaan cara ini (kekerasan) dalam menerapkan disiplin pada pola pengasuhan anak semakin dimungkinkan terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya faktor keadaan ekonomi keluarga, faktor orang tua aktif bekerja, lingkungan keluarga, bentuk keluarga (single parent), tingkat pendidikan keluarga, budaya hingga nilai-nilai religius yang dianut oleh keluarga tersebut. 1 Contoh lain dari kasus kekerasan yang terjadi pada anak (selanjutnya disingkat KA) dalam keluarga, yaitu kasus keluarga Tuan Marthen dan Ny. Rina. Keduanya aktif bekerja (PNS) dan memiliki lima orang anak yang telah menginjak usia dewasa. Menurut Ny. Rina, semasa kecil ia dididik dengan pola asuh yang sangat keras dan disiplin oleh ibunya. Perilaku yang salah dari Ny. Rina dan saudara-saudaranya, akan mendapatkan 1 edisi Minggu, 19 Januari 2003.

2 2 hukuman fisik. Bahkan seorang saudaranya harus mengalami keterbelakangan mental karena hukuman fisik yang dialaminya. Pola pengasuhan yang dialaminya pada masa kecil mengakibatkan trauma bagi Ny. Rina. Dan pada akhirnya ketika Ny. Rina membentuk keluarga sendiri, ia sangat menentang penggunaan kekerasan fisik dalam mendidik anak. Dan memilih menggunakan kata-kata yang keras untuk menghukum perilaku yang salah dari anak-anaknya. 2 Dalam dua kasus keluarga ini, anak mengalami kekerasan (fisik dan psikis) dalam pola pengasuhan orang tua. Akibat yang ditimbulkan adalah trauma bagi Ny. Lisa dan Ny. Rina dalam perjalanan keluarga mereka sendiri. Trauma penggunaan KA, bagi Ny. Lisa kembali diulang dalam perjalanan keluarganya sendiri, sedangkan bagi Ny. Rina, pengalaman masa kecilnya ini membuat ia menentang penggunaan kekerasan fisik dalam keluarganya sendiri. Baik Ny. Lisa maupun Ny. Rina tidak menyetujui penggunaan KA dalam pola pengasuhan anak mereka. Tetapi dalam proses perjalanan hidup mereka, ada perbedaan antara Ny. Lisa dan Ny. Rina. Pola pengasuhan yang diterima dan dilakukan oleh Ny. Lisa dan Ny. Rina dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya bentuk keluarga, lingkungan sosial, budaya, ekonomi keluarga, dan tingkat pendidikan, yang seringkali disadari atau tidak oleh orangtua dan anak, menjadi tekanan yang memicu timbulnya KA dalam pola pengasuhan. Contohnya keluarga yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan berpendapatan di bawah rata-rata akan memiliki tekanan hidup yang berbeda tingkatnya dibandingkan dengan keluarga yang tinggal di daerah pedesaan. Perbedaan tingkat tekanan hidup ini, akan mempengaruhi penggunaan KA dalam pola asuh anak. Dalam teori kekerasan James Gilligan, ia berpendapat bahwa kekerasan merupakan lingkaran tragedi yang meliputi korban kekerasan dan juga pelaku/pencipta korban kekerasan, karena aksi manusia bersifat relasional baik dalam keluarga, sosial dan institusional. Kekerasan sulit untuk dicegah karena seringkali kekerasan yang terjadi, contohnya dalam keluarga telah menjadi bagian dari makrokosmos, budaya dan sejarah 2 Wawancara non formal penyusun dengan salah satu keluarga Jemaat GKS Waikabubak.

3 3 kekerasan itu sendiri. 3 Tragedi yang dimaksud oleh Gilligan adalah para pelaku menderita kesedihan dan kesengsaraan lahir batin yang luar biasa hingga bisa menyebabkan kematian, sedangkan menurut St. Sunardi, kekerasan telah membudaya. Kekerasan tidak hanya terlihat dari kerusakan fisik manusia karena senjata tetapi telah masuk pada cara seseorang memandang orang lain, cara mendidik anak dan cara orang mengatasi konflik. Kekerasan telah menjadi ciptaan manusia dan cara hidup manusia. 4 Dua teori kekerasan di atas memperlihatkan bahwa kekerasan menjadi sangat sulit untuk dipisahkan dari kehidupan manusia bahkan dari manusia itu sendiri, karena kekerasan telah menjadi sifat manusia, telah menjadi pilihan hidup seseorang dalam menyelesaikan masalah (kasus Ny. Lisa), karena ia dibentuk sejak kecil dengan cara yang demikian. Sedangkan Ny. Rina memilih bentuk pola asuh yang berbeda menurutnya karena akibat dari pola asuh yang dialaminya sewaktu kecil. Dari dua kasus diatas, membuktikan bahwa pola asuh orang tua mereka, memberikan pengaruh dalam pola pengasuhan anak mereka sendiri. Setiap pilihan yang diputuskan oleh Ny. Lisa dan Ny. Rina dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil mereka. Oleh karena relasi manusia yang berkesinambungan, maka terjadinya KA dalam pola asuh keluarga tidak berdiri sendiri, tetapi kemungkinan terjadinya KA dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya (misalnya sosial - ekonomi, budaya dan agama keluarga). Hal ini memperlihatkan bahwa KA merupakan bagian dari kekerasan umum, yang bisa menjadi salah satu pembentuk kehidupan manusia. Kehadiran kekerasan dalam setiap aspek kehidupan manusia, membuat manusia seakan-akan tidak berdaya untuk menolak/memutuskan lingkaran kekerasan tersebut, karena kekerasan dapat terjadi dalam interaksi keluarga dan masyarakat, bahkan kekerasan dapat menjadi kebiasaan/aturan tetap dalam kehidupan manusia. Pengulangan peristiwa kekerasan yang hadir dalam berbagai bentuk yang lain, mengakibatkan terjadinya lingkaran kekerasan dalam kehidupan manusia. Dalam teori kekerasannya, James Gilligan berpendapat bahwa, pemutusan lingkaran kekerasan ini dengan pencegahan terjadinya kekerasan yang baru, merupakan hal yang sangat mungkin 3 Thomas Santoso, Teori-Teori Kekerasan, Cet. 1, Universitas Kristen Petra, Terbitan Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, p ST. Sunardi, Keselamatan Kapitalisme Kekerasan, Kesaksian Atas Paradoks - Paradoks, Cet. 1, 1996, Penerbit LkiS Yogyakarta, p

4 4 untuk dilakukan, dengan memiliki pemahaman yang benar tentang penyebab atau motifmotif seseorang melakukan kekerasan. Oleh karena menurutnya, manusia merupakan makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat menceritakan kisah. Manusia memiliki kemampuan akal budi untuk mempertahankan kehidupannya dari hal-hal yang dapat menghilangkan kehidupannya sendiri (misalnya kekerasan), dengan menceritakan kembali kisah atau peristiwa yang terjadi dalam sejarah hidupnya. 5 Menurut Gilligan, tujuan umum terjadinya kekerasan adalah untuk mencapai keadilan menurut pelaku ataupun orang lain yang memiliki kepentingan atas terjadinya suatu kekerasan. Kekerasan yang terjadi menurut pelaku/pencipta kekerasan adalah sebuah keadilan, sedangkan bagi korban, kekerasan adalah ketidakadilan. Dunia internasional menentang KA, salah satunya dengan mengeluarkan Konvensi Hak- Hak Anak (Convention On The Rights Of The Child) pasal 37 ayat (a) yang berisi himbauan tidak seorangpun dapat menjadi sasaran penyiksaan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat. 6 Sedangkan pemerintah Indonesia, juga telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dengan adanya pernyataan atau UU ini, seorang anak berhak mendapat perlindungan dari negara, masyarakat dan keluarga atas kekerasan fisik maupun non fisik yang terjadi pada dirinya. Pernyataan ini berarti bahwa pada dasarnya setiap manusia menolak penggunaan kekerasan dalam hidupnya, dalam bentuk apapun. Walaupun demikian, pernyataan tentang penolakan bentuk-bentuk kekerasan, sangat dipengaruhi oleh pengertian kekerasan yang dipahami. Bahkan kenyataan saat ini, membuat kita bertanya-tanya benarkah manusia memiliki kesadaran untuk menolak bentuk kekerasan tersebut. Karena kenyataan saat ini membuktikan bahwa kasus kriminalitas yang berkaitan dengan kekerasan meningkat dalam setiap segi kehidupan hingga kita merasa tidak ada lagi tempat yang aman. Kekerasan yang terjadi tidak lagi memperhatikan siapa pelaku dan korban, adakah hubungan/ikatan darah diantara mereka, strata sosial masyarakatnya, status profesi/jabatan seseorang yang terkadang tidak menjamin seseorang terhindar dari tindak kekerasan. 5 Thomas Santoso, Teori-Teori Kekerasan, Cet. 1, Universitas Kristen Petra, Terbitan Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, p. 45, M. Farid (ed.), Pengertian Konvensi Hak Anak, Sahabat Remaja (Sahaja) PKBI & UNICEF, 1999, p. 87.

5 5 Bangsa Indonesia mengakui pentingnya peran agama dalam mengatur kehidupan warganya. Terbukti dengan adanya pasal 29 UUD Tahun 1945 yang mengatur tentang kebebasan kehidupan umat beragama untuk menjalankan ibadah. Bahkan kehidupan beragama anakpun diatur dalam UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 43 ayat 2, yaitu Perlindungan anak dalam memeluk agamanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pembinaan, pembimbingan dan pengamalan ajaran agama bagi anak. 7 Dengan dikeluarkan UU yang mengatur keberadaan agama, menunjukkan bahwa ada kesadaran dari negara tentang pentingnya peran agama. Melalui agama, seseorang diharapkan dapat berpikir, memutuskan dan bertindak untuk hidup sebagai warga negara yang baik dan benar, termasuk di dalamnya memutuskan untuk tidak menggunakan kekerasan. Melalui agama, seseorang diharapkan dapat menyadari akibat dari kekerasan tersebut. Akibat kekerasan diharapkan menuntun kita, untuk memiliki pemahaman bahwa atas alasan apapun kekerasan tidak diijinkan untuk dilakukan, termasuk di dalamnya tidak menggunakan KA dalam pola asuh orang tua. Agar seseorang sampai pada tahap ini, ia tidak hanya berpegang pada aturanaturan/norma-norma sosial (UU), tetapi juga perlu melihat sejauh mana peran agama membimbing dalam proses memahami keberadaan kekerasan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, agama dan aturan-aturan sosial yang berlaku memiliki peran penting untuk mengatur kehidupan seseorang. Dengan kata lain, agama bisa menjadi pendorong/inspirasi seseorang untuk menyadari kekerasan dalam kehidupannya dan kehidupan orang lain, dan pada akhirnya, seseorang juga diharapkan sampai pada tahap mencegah/memotong terjadinya lingkaran kekerasan. Jika tindak kekerasan terjadi dalam konteks keluarga, maka dapat dipastikan bahwa telah terjadi ketidakseimbangan dalam melaksanakan peran keluarga pada setiap anggotaanggotanya, karena setiap anggota keluarga akan saling mempengaruhi dan dipengaruhi dalam menjalankan perannya. Ketidakseimbangan peran dalam keluarga, misalnya penggunaan kekerasan dalam pola asuh orang tua terhadap anak, dimana seharusnya orang tua berperan sebagai pelindung/pemberi rasa aman terhadap anak dalam keluarga. Keluarga menjadi tempat yang penting untuk diperhatikan, karena menjadi tempat 7 M. Farid (ed.), Pengertian Konvensi Hak Anak, Sahabat Remaja (Sahaja) PKBI & UNICEF, 1999, p. 24.

6 6 pertama bagi anak untuk belajar membangun hubungan dengan masyarakat di luarnya. Hal ini dijelaskan oleh Elizabeth Hurlock bahwa walaupun saat ini telah terjadi perubahan besar dalam fungsi keluarga karena mengikuti perkembangan sosial masyarakat, keluarga tetap memegang peran sebagai jaringan sosial anak yang pertama untuk bersikap terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Keluarga tetap menjadi landasan pertama bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, yang selanjutnya pengaruh keluarga ini mungkin akan berubah atau dimodifikasi oleh pengaruh-pengaruh dari luar, tetapi pengaruh lingkungan keluarga tidak akan hilang sama sekali. 8 Dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK), keluarga juga merupakan salah satu konteks terjadinya PAK, selain gereja, sekolah dan masyarakat. Keluarga menjadi tempat pertama yang memiliki peranan dalam membentuk jalan/pilihan hidup anggotanya. Ditegaskan oleh Horace Bushnell bahwa tempat utama bagi pertumbuhan menuju kedewasaan iman anak adalah keluarga, dan orang tua adalah pelaku utamanya (sebagai wakil Allah). Sejak usia dini anak perlu dibimbing, dengan menghadirkan suasana yang sungguh-sungguh Kristen. Orang tua sebagai wakil Allah menerima dan menjalankan otoritas pengasuhan anak berdasar pada otoritas Allah seutuhnya. 9 Hal ini menunjukkan peran orang tua yang penting dalam menerapkan pola asuh yang sesuai nilai-nilai Kristiani pada keluarga, baik melalui perkataan dan perbuatan yang disesuaikan dengan nilai-nilai agama Kristen. Dan umumnya yang diharapkan orang tua Kristen dengan pola asuh seperti ini adalah akan membawa pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anaknya hingga dewasa. Pola asuh yang sesuai dengan nilai-nilai Kristiani diharapkan dapat membantu anak dalam menjalani kehidupannya sebagai orang Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa PAK dalam keluarga menolak penggunaan KA dalam pola asuh orang tua, karena tidak hanya melihat pengaruh yang ditimbulkan dalam pertumbuhan 8 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid 2, Edisi keenam, Alih Bahasa dr. Med. Meitasari Tjandrasa, Penerbit Erlangga, Jakarta, thn 1990, p Bushnell menunjukan tentang pentingnya keluarga dengan memakai perbandingan bagaimana kriteria seseorang bisa menjadi pemimpin jemaat dalam sebuah gereja, dengan kesuksesan menjadi pemimpin (menjalankan peraturan) dalam rumah tangganya. Menurut Bushnell, rumah tangga seorang pemimpin jemaat seharusnya mencerminkan kehidupan yang benar-benar dipimpin oleh otoritas Allah. Lihat Horace Bushnell, Christian Nurture, Luther A. Weigle (eds.), Yale University Press, New Haven, 1888, p

7 7 dan perkembangan anak, tetapi juga karena penggunaan KA, telah melanggar atau bertentangan dengan nilai-nilai Kekristenan. B. RUMUSAN MASALAH Dua kasus sebelumnya memperlihatkan bahwa besarnya peranan keluarga dalam membentuk karakter anak, termasuk nantinya dalam pilihan untuk menggunakan kekerasan atau tidak. Idealnya yang diharapkan adalah peran besar keluarga ini sebaliknya dapat membantu memutuskan lingkaran kekerasan yang terjadi. Tanpa mengesampingkan peran konteks lainnya, penyusun memiliki keyakinan bahwa saat ini keluarga masih tetap memegang peran besar dalam memutus lingkaran kekerasan yang terjadi, dikarenakan pola asuh yang tercipta dalam keluarga bukanlah sesuatu yang berjalan secara otomatis, tetapi merupakan sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya (memerlukan persiapan). Hal ini juga tercermin dari pengertian pola asuh menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu : 1. Pola berarti gambaran yang dipakai untuk contoh, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. 2. Asuh berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dsb) supaya dapat berdiri sendiri (tentang orang dan negeri), memimpin (mengepalai, menyelenggarakan). Jadi pola asuh dapat berarti gambaran yang dipakai/cara kerja/sistem/bentuk yang tetap dalam merawat dan mendidik/membimbing anak supaya dapat berdiri sendiri (mandiri). Sehingga pola asuh dapat juga berarti mendidik. Umumnya tujuan mendidik adalah supaya apa yang disampaikan, baik peraturan dalam bentuk perintah, hardikan/ancaman, pukulan dan hukuman fisik, ditujukan supaya anak mendengar, mengetahui, memahami/mengerti dan tidak mengulangi kesalahan yang diperbuat. Dari pengertian pola asuh kita dapat mengetahui bahwa pola asuh memiliki gambaran/sistem/cara kerja untuk mencapai suatu tujuan. Adanya cara kerja dan tujuan merupakan bagian yang disadari dan direncanakan. Sedangkan pola asuh yang sesuai nilai-nilai Kristiani berarti bahwa pola asuh yang digunakan oleh orang tua memiliki warna dan arti secara khusus, yaitu pola asuh yang digunakan sesuai dengan ajaran-ajaran yang ada dalam agama

8 8 Kristen. Jadi, pola asuh yang sesuai nilai-nilai Kristiani dapat berarti Merawat dan mendidik/membimbing anak agar dapat mandiri dan berdisiplin sesuai dengan nilai-nilai dalam agama Kristen. Terjadinya KA dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membawa akibat pada hubungan antara orang tua dan anak (pola asuh). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi orang tua melakukan KA adalah konsep/pemahaman nilai-nilai keagamaan, karena agama tidak dapat dilepaskan dari kondisi/aspek hidup lainnya. Penyusun akan mencoba untuk memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya KA dalam pola asuh orang tua terhadap anak. Faktor-faktor tersebut antara lain, sosial ekonomi, budaya, psikologi dan secara khusus mengenai agama Kristen. Menurut penyusun penggunaan kekerasan atas alasan apapun tidak pernah diijinkan karena hanya akan menghasilkan kekerasan baru (lingkaran kekerasan), bahkan sekalipun adanya anggapan umum bahwa KA ditujukan untuk sebuah kedisiplinan dalam pola asuh. Menurut penyusun, kedisiplinan sendiri memiliki arti yang berbeda dengan KA dalam pola asuh orang tua. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik dan benar dari orang tua tentang perkembangan anak, agar orang tua tidak jatuh dalam pola asuh yang menggunakan KA, sekalipun untuk kedisiplinan. C. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Keluarga merupakan salah satu konteks terjadinya pendidikan, selain gereja, sekolah dan masyarakat. Keluarga menjadi tempat pertama dan memiliki keistimewaan tersendiri dalam memberikan pengaruh terhadap seseorang. Mendidik anak dalam setiap keluarga berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa aspek, di antaranya adalah sosial, ekonomi, psikologi, budaya dan keyakinan (agama) keluarga. Pengalaman masa kanak-kanak ditentukan oleh perkataan, sikap dan tindakan keluarganya dan yang paling banyak menentukan pengalaman ini adalah orangtua. Pengalaman ini akan terekam dan suatu waktu tertentu akan dihidupkan kembali dan pada akhirnya berperan dalam menentukan

9 9 perkataan, sikap dan tindakan anak. 10 Dengan cerita dua kasus sebelumnya, dan tanpa mengesampingkan peran masyarakat dan negara dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, sebenarnya telah memperlihatkan bahwa orang tua memegang peran penting, karena menjadi model yang ditiru. Pola asuh yang digunakan, termasuk penggunaan KA atau tidak, akan memberikan pengaruh yang berbeda dalam kehidupan anak. Dengan demikian penyusun ingin mengangkat judul yaitu : Kekerasan Terhadap Anak Dalam Pola Asuh Keluarga Dan Tanggapan Kekristenan Terhadapnya. D. BATASAN PERMASALAHAN Adapun yang menjadi batasan masalah adalah pada cara/pola asuh orang tua pada anak sebagai bagian yang berperan besar dalam keluarga. Sekalipun banyak faktor pendukung dalam proses tercapainya tujuan pendidikan, penyusun hendak memfokuskan diri pada pola asuh orang tua terhadap anak, dengan mengingat bahwa pola asuh/pola didik orang tua terhadap anak, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. E. TUJUAN Adapun yang menjadi tujuan skripsi ini adalah memahami keberadaan KA, dalam pola asuh orang tua dan melihat bagaimana tanggapan Kekristenan terhadap KA. F. METODE PENYUSUNAN Metode yang digunakan oleh penyusun untuk mencapai tujuan penulisan skripsi ini adalah dengan terlebih dahulu memahami keberadaan KA, dengan membahas teori-teori KA menurut para ahli, menjadi landasan bagi penyusun dalam menentukan pengertian KA dalam usaha mencermati pola asuh orang tua yang termasuk dalam KA. Kemudian membahas berbagai akibat terjadinya KA secara umum (sosial-ekonomi, budaya dan 10 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, CV Rajawali, Jakarta, p

10 10 psikologi keluarga) dan secara khusus melihat tanggapan Kekristenan. Selanjutnya penyusun akan memberikan tanggapan penyusun sendiri. G. SISTEMATIKA PENYUSUNAN BAB I Pendahuluan Bab ini akan diawali dengan latar belakang permasalahan. Mengapa penyusun berpendapat bahwa KA merupakan masalah yang perlu untuk diperhatikan, kemudian penyusun membuat rumusan dan batasan permasalahan yang akan dikaji. Dari sini, penyusun menentukan judul, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Memahami Keberadaan Kekerasan Terhadap Anak Pada bab ini penyusun akan membahas teori kekerasan secara umum dan khususnya dalam KA. Dengan membahas pengertian KA, bentuk KA, tujuan penggunaan KA oleh orang tua dan akibat KA dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. BAB III Penggunaan Kekerasan Dalam Pola Asuh Anak Dalam bab ini penyusun akan mencoba menganalisa penggunaan KA dalam pola asuh anak, dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan KA dalam pola asuh orang tua, dari sudut pandang sosial-ekonomi, psikologi, budaya, dan agama. Dan pengaruh yang diakibatkan oleh penggunaan KA dalam Psikologi Perkembangan anak oleh Hurlock. BAB IV Tanggapan Terhadap Kekerasan Pada Anak. Bab IV merupakan refleksi teologis. Penyusun akan memberikan tanggapan terhadap kekerasan pada anak, berdasarkan terang dan ajaran Alkitab, serta relevansinya bagi kehidupan saat ini.

11 11 BAB V Kesimpulan dan Saran Bab V akan memberikan kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dan saran bagi keluarga Kristen (dalam hal ini orang tua) untuk meminimalkan penggunaan KA dalam pola asuh anak. Saran yang ditawarkan oleh penyusun dalam bentuk pendapat yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mencegah penggunaan KA dalam pola asuh anak dan kemungkinan kegiatan-kegiatan gerejawi yang dapat membantu mencegah terjadi KA.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Kristiani (PK) merupakan suatu proses pengajaran tentang kekristenan. 1 Dalam prosesnya, PK membutuhkan ruang untuk menjalankan aktivitasnya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan gereja tidak bisa dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab pelayanan kepada jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Tugas dan tanggung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan BAB IV ANALISA DATA Ritual Jumat Agung merupakan ritual yang dilaksanakan pada hari Jumat dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan mempunyai tujuan untuk memperingati hari

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik)

PENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik) 1 PENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik) Muhammad Husnur Rofiq I Kedisiplinan masih menjadi problem serius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kedisiplinan merupakan hal penting dalam suatu pendidikan. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

Anak laki-laki yang dirawat dan mendapat sentuhan fisik ayah, dapat menerima diri secara positif dan merasa aman dengan maskulinitasnya.

Anak laki-laki yang dirawat dan mendapat sentuhan fisik ayah, dapat menerima diri secara positif dan merasa aman dengan maskulinitasnya. KOPI, Banda Aceh - Dalam suatu keluarga pastilah terdiri atas ayah, ibu dan anak-anaknya. Bila sang ibu bertungas sebagai pengasuh anak maka sang ayah berperan sebagai pembentuk karakter anak. Dalam memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi agenda bersama dalam beberapa dekade terakhir. Fakta menunjukkan bahwa KDRT memberikan efek negatif yang cukup

Lebih terperinci

Moral Akhir Hidup Manusia

Moral Akhir Hidup Manusia Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4)

ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4) ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4) Proses keselamatan dalam Yesus Kristus pada dasarnya adalah proses menjadikan manusia unggul bagi Tuhan. Manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkarya Tuhan, iman, agama, dan kepercayaan pada saat sekarang ini kembali menjadi satu hal yang penting dan menarik untuk diangkat dalam dunia seni rupa, dibandingkan

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas keadaan anak di muka peta dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai,

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial secara umum di Indonesia mencakup berbagai jenis masalah yang berkaitan dengan anak. Saat ini Departemen Sosial menangani 26 jenis PMKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

MTPJ 05 s/d 11 Oktober 2014

MTPJ 05 s/d 11 Oktober 2014 MTPJ 05 s/d 11 Oktober 2014 TEMA BULANAN: Keadilan Yang Gerejawi TEMA MINGGUAN: Mengusahakan Keadilan Mencerminkan Hidup Takut Tuhan 05 s/d 11 Oktober 2014 Bahan Alkitab : Mazmur 85:10-14; I Timotius 6:11-12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 32 BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan Anak menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia di tengah keberagamannya menganut falsafah Bhinneka Tunggal Ika. 1 Prinsip ini mengandung makna dan nilai yang sangat dalam serta luas bagi pengembangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pelanggaran terhadap hak-hak anak terjadi sepanjang abad kehidupan manusia. Hal tersebut tercermin dari masih adanya anak-anak yang mengalami abuse,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perubahan jaman yang mengalir begitu cepat pada masa ini membuat banyak orang kehilangan arah. Orang-orang Kristenpun juga bisa kehilangan arah. Hanya orang-orang yang

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SDLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SDLB TUNANETRA - 27 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH Minggu ke-3, ARTI DAN HAKIKAT PENYELAMATAN ALLAH 19. Pert : Apakah yang dimaksud dengan penyelamatan Allah? Jwb : Penyelamatan Allah adalah tindakan Allah melepaskan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

BAB 1 Pendahuluan.  1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News, 1 BAB 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan ini, manusia tercipta sebagai laki-laki dan perempuan. Mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Seorang laki-laki membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tidak seorangpun ingin dilahirkan tanpa dekapan lembut seorang ibu dan perlindungan seorang ayah. Sebuah kehidupan baru yang telah hadir membutuhkan kasih untuk bertahan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota masyarakatnya ke dalam kelas sosialnya masingmasing (stratifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek 1 BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN a.i.a. Pengaruh pola asuh terhadap di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Ada pengaruh yang positif signifikansi pola asuh terhadap prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Pengantar Dalam dua bagian pertama pelajaran ini, kita telah belajar pentingnya menerima Roh Kudus, membaca Alkitab, dan berkembang di mana kita ditanamkan. Dalam

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat, dalam keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social yang diikuti oleh

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS SKRIPSI DIAN SAVITRI 99.40.3019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2005 PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2 Substansi Hak dan Kewajiban asasi Manusia dalam Pancasila PANCASILA UNDANG UNDANG DASAR 1945 PASAL 28A -28J UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani proses kehidupan, peristiwa kematian tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Namun, peristiwa kematian sering menjadi tragedi bagi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang anak demi pengembangan sepenuhnya dan keharmonisan dari kepribadiannya, harus tumbuh dalam lingkungan keluarga, dalam iklim kebahagiaan, cinta kasih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar adalah orang-orang terdekat anak, bahkan tidak jarang adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar adalah orang-orang terdekat anak, bahkan tidak jarang adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan pada anak belakangan ini semakin marak diberitakan media massa nasional. Para pelaku yang kemudian mendapat tindakan hukum nyaris sebagian besar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Relasi antarumat Islam dan Kristen di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Kondisi relasi Islam-Kristen berbasis kerukunan di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tawuran merupakan suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran sepertinya bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang namanya seorang anak. Status seorang anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA BAHAN TAYANG MODUL 8 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Fakultas TEKNIK RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi SIPIL www.mercubuana.ac.id Kompetensi

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Peduliata oleh kongregasinya diberi tugas menjadi pimpinan asrama siswi-siswi SMA. Suster Peduliata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci