RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN II BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN II BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN"

Transkripsi

1 RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN II BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

2

3

4 iv Kata Pengantar Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan disusun sebagai panduan arah pengembangan institusi BPJS Ketenagakerjaan sampai dengan tahun Didalam penyusunannya berbagai faktor yang relevan dan dianggap secara signifikan mempengaruhi arah institusi telah dimasukkan menjadi pertimbangan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah regulasi, pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, teknologi, kesiapan sumber daya manusia, infrastruktur dan beberapa hal lainnya. Persetujuan Dewan Pengawas atas perubahan Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan telah ditetapkan melalui Keputusan Dewan Pengawas Nomor: KEP/05/DEWAS/ Namun demikian dinamika perubahan lingkungan yang saat ini terjadi mendorong kami untuk melakukan revisi kembali atas Rencana Strategis untuk mendekatkan kepada berbagai fakta dan implementasi di lapangan. Beberapa perubahan yang signifikan membawa pengaruh kepada rencana strategis ini adalah kepesertaan PNS/TNI/POLRI, penurunan rate iuran Jaminan Pensiun, perubahan persyaratan pengambilan JHT dan perubahan besaran persentasi Dana Operasional dan perlambatan ekonomi dunia dan ekonomi Indonesia khususnya. Atas perubahan tersebut kami melakukan penghitungan dan analisa dampak perubahan tersebut kepada aspek strategis dan operasional BPJS Ketenagakerjaan. Perubahan tersebut secara signifikan mempengaruhi target kepesertaan, iuran, dana-hasil investasi dan biaya operasional. Perubahan dan dampak yang terjadi kami tuangkan dalam Rencana Strategis Perubahan BPJS Ketenagakerjaan tahun dan dengan ini kami mengajukan Rencana Strategis Perubahan sebagai bagian dari corrective action untuk memastikan berbagai target dan inisiatif strategis dapat terlaksana dan memberikan hasil optimal untuk pekerja Indonesia.

5 v Melalui revisi rencana strategis kami berharap bahwa visi BPJS Ketenagakerjaan menjadi Badan Penyelenggara berkelas dunia, terpercaya, bersahabat, unggul dalam operasional dan pelayanan berikut dengan inisiatif dan milestone pencapaian dapat kami laksanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu, pikiran, serta tenaga dalam penyusunan Rencana Strategis Perubahan Semoga Allah SWT meridhai upaya kita dalam mewujudkan kesejahteraan untuk pekerja Indonesia. Jakarta, September 2015 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan DIREKSI Elvyn G. Masassya Direktur Utama Agus Supriyadi Direktur Perencanaan Strategis & Teknologi Informasi Herdy Trisanto Direktur Keuangan Junaedi Direktur Kepesertaan & HAL Achmad Riadi Direktur Pelayanan & Pengaduan Jeffry Haryadi Direktur Investasi Amri Yusuf Direktur Umum & SDM

6 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi iv vi Executive Summary Renstra Perubahan II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Strategis Perubahan II B. Rencana Strategis Perubahan II C. Tujuan dan Misi BPJS Ketenagakerjaan D. Filosofi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan EVALUASI PELAKSANAAN RJPP TAHUN ASUMSI 5 PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN II A. Jaringan Kantor BPJS Ketenagakerjaan 2014 B. Asumsi Penyusunan Rencana Strategis Perubahan II 1. Asumsi Makro 2. Asumsi Mikro TUJUAN, SASARAN,DAN STRATEGI BPJS KETENAGAKERJAAN A. Visi A. Program Strategis B. Evaluasi Asumsi RJPP C. Kepesertaan Program Jamsostek D. Pendapatan Iuran E. Beban Jaminan F. Neraca G. Kesimpulan B. Nilai dan Etos Badan C. Tujuan BPJS Ketenagakerjaan D. Sasaran dan Strategi Umum BPJS Ketenagakerjaan 1. Sasaran Umum Badan 2. Strategi Umum dan Roadmap BPJS Ketenagakerjaan POSISI BPJS KETENAGAKERJAAN 45 E. Strategy Map dan Indikator Kinerja Utama 1. Strategy Map A. Analisa Lingkungan Eksternal dan Internal Indikator Kinerja Utama F. Journey Direktorat G. Sasaran dan Strategi Direktorat Sasaran Direktorat 2. Strategi Direktorat 77 79

7 6 PROGRAM KERJA STRATEGIS JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN F. Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan 1. Profil Maturitas Aset 136 A. Inisiatif Direktorat 88 dan Kewajiban DJS 2. Rasio Pendanaan DJS PROYEKSI KEPESERTAAN, JAMINAN, KEUANGAN DAN INVESTASI JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN TAHUN Rasio Likuiditas dan Ketahanan DJS G. Sarana Kesejahteraan Peserta H. Proyeksi Keuangan Laporan Posisi Keuangan BPJS Ketenagakerjaan A. Kepesertaan, Iuran dan Jaminan B. Biaya Usaha C. Belanja Modal D. Penggunaan dan Sumber Pendanaan E. Investasi 1. Dana dan Hasil Investasi BPJS Ketenagakerjaan 2. Dana dan Hasil Investasi JKK Laporan Kinerja Keuangan BPJS Ketenagakerjaan 3. Proyeksi Laporan Keuangan Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Program Jaminan Kematian (JKM) 4. Proyeksi Laporan Keuangan Program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Program Jaminan Pensiun (JP) Dana dan Hasil Investasi JKM 4. Dana dan Hasil Investasi JHT 5. Dana dan Hasil Investasi Jaminan Pensiun (JP) PENUTUP Dana dan Hasil Investasi Total (JHT, JKK, JKM, dan BPJS Ketenagakerjaan) 134 Daftar Tabel dan Gambar 161

8

9 EXECUTIVE SUMMARY Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan tahun yang disusun pada tahun 2014 mengalami perubahan selama 2 kali. Perubahan pertama di bulan Februari 2015 untuk merespon perubahan asumsi besaran dana operasional dari 1,35% menjadi 1,55% dan perubahan kedua bulan September 2015 untuk merespon perubahan regulasi terkait penyelenggaraan program BPJS Ketenagakerjaan dan perubahan ekonomi Indonesia.

10 02 EXECUTIVE SUMMARY Lingkungan yang senantiasa berubah memberi dampak kepada berbagai aspek usaha organisasi termasuk didalamnya BPJS Ketenagakerjaan. Saat ini perubahan berlangsung dalam orde yang lebih cepat. Perencanaan Strategis yang selama ini mempunyai orde selama 5 tahun harus mendapatkan perubahan dengan lebih cepat. Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan tahun yang disusun pada tahun 2014 mengalami perubahan selama dua kali. Perubahan pertama dilakukan pada bulan Februari 2015 untuk merespon perubahan asumsi besaran persentase Dana Operasional dari 1,35% menjadi 1,55%. Perubahan kedua dilakukan pada bulan September 2015 untuk merespon perubahan regulasi terkait penyelenggaraan program BPJS Ketenagakerjaan dan perubahan ekonomi Indonesia. Berikut adalah aspek regulasi terkait penyelenggaraan program BPJS Ketenagakerjaan yang baru terbit pada akhir bulan Juni 2015 dan bulan Agustus 2015, beserta dampak terhadap operasional BPJS Ketenagakerjaan: TABEL 1 Perubahan Regulasi dan Dampak Operasional PERATURAN SUBSTANSI PERUBAHAN DAMPAK OPERASIONAL Peraturan Pemerintah Nomor 44/2015 tentang penyelenggaraan Program JKK/JKM. PNS/TNI/Polri tidak termasuk Peserta BPJS Ketenagakerjaan. Menurunkan captive market BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 5,6 juta peserta. Peraturan Pemerintah Nomor 45/2015 tentang penyelenggaraan Program Pensiun. Iuran Program Jaminan Pensiun dengan rate 3% dengan ceiling upah Rp ,00. Menurunkan potensi penerimaan iuran jaminan pensiun dikarenakan selisih asumsi rate iuran JP dari 8% menjadi 3%. Peraturan Pemerintah Nomor 46/2015 tentang penyelenggaraan Program JHT. Peraturan Pemerintah Nomor 55/2015 tentang perubahan PP Nomor 99/2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Peraturan Pemerintah Nomor 60/2015 tentang revisi PP Nomor 46/2015 tentang penyelenggaraan Program JHT. Pengambilan JHT sebagian maksimum sebesar 10% atau 30%, bagi peserta yang memiliki masa kepesertaan minimal 10 tahun. Perhitungan Dana Operasional program JHT dan JP maksimum 10% dari penerimaan iuran dan hasil pengembangan JHT dan JP. Peserta terkena PHK atau berhenti bekerja dapat menarik seluruh JHT dengan masa tunggu 1 bulan. Menurunkan dana kelolaan JHT. Merubah pola pembiayaan operasional. Meningkatkan jumlah pembayaran jaminan kepada peserta, turnover peserta dan menurunkan dana kelolaan JHT. Perubahan sebagaimana tersebut dalam butir 1 sampai dengan 5 tersebut diatas kami adaptasi dalam bentuk penyesuaian target kepesertaan aktif, jumlah iuran, dana investasi, hasil investasi dan biaya usaha dari tahun 2015 sampai dengan 2018 yang kami tuangkan dalam Renstra Perubahan ke-2. Perubahan yang dibuat menitikberatkan pada aspek kuantitatif dan tidak merubah strategi secara umum yang telah dibuat dalam Renstra Perubahan yang telah ditetapkan Dewan Pengawas melalui No. KEP/05/DEWAS/ tanggal 22 April 2015.

11 EXECUTIVE SUMMARY 03 Berikut ini adalah perbandingan atas beberapa variabel dalam Renstra , Renstra perubahan ke-1 dan Renstra perubahan ke-2. TABEL 2 Perbandingan Target Tenaga Kerja Aktif ITEM TARGET TENAGA KERJA AKTIF Renstra Awal Renstra Perubahan ke * Renstra Perubahan ke * *) data realisasi 2014 Kepesertaan aktif mengalami penurunan target pada awal periode Renstra sebesar rata-rata 18,14% namun mengalami kenaikan 0,70% pada akhir periode Hal ini karena terdapat perubahan kepesertaan untuk PNS/TNI/ POLRI pada tahun TABEL 3 Perbandingan Target Iuran (dalam miliar Rupiah) ITEM TARGET IURAN Renstra Awal Renstra Perubahan ke * Renstra Perubahan ke * *) data realisasi 2014 Iuran mengalami penurunan target pada awal periode Renstra sebesar rata-rata 18,43% namun mengalami kenaikan sebesar 0,07% pada akhir periode Target kepesertaan dan target iuran dari Renstra awal dibanding Renstra perubahan ke-1 tidak mengalami perubahan dikarenakan perubahan pada periode tersebut terjadi perubahan asumsi hanya pada biaya operasional saja.

12 04 EXECUTIVE SUMMARY TABEL 4 Perbandingan Pembayaran Jaminan (dalam miliar Rupiah) ITEM JAMINAN Renstra Awal Renstra Perubahan ke * Renstra Perubahan ke * *) data realisasi 2014 Jaminan mengalami kenaikan yang signifikan dari Renstra perubahan ke-1 kepada Renstra perubahan ke-2 yang meningkat secara rata-rata untuk sepanjang periode sebesar 44,7%. Hal ini terkait regulasi baru berupa pengambilan JHT yang dapat dilakukan saat terkena PHK ataupun mengundurkan diri dan masa kepesertaan 10 tahun serta tanpa masa tunggu. TABEL 5 Perbandingan Dana Investasi (dalam miliar Rupiah) ITEM DANA INVESTASI DJS Renstra Awal Renstra Perubahan ke * Renstra Perubahan ke * *) data realisasi 2014 Dana investasi pada tahun 2014 mengalami kenaikan dari proyeksi, naik sebesar 1,31%. Hal ini karena ekonomi dan iklim investasi yang baik. Namun pada tahun-tahun berikutnya 2015 sampai dengan 2018 mengalami penurunan. Hal ini nampak sekali dari proyeksi pada Renstra perubahan ke-1 kepada Renstra perubahan ke-2 yang secara rata-rata turun sebesar 17,40%. Pada tahun 2018 dana investasi DJS turun sebesar Rp. 104,2 triliun dari proyeksi awal Renstra perubahan ke-1. Hal ini disebabkan karena turunnya jumlah peserta aktif, besaran iuran dan kenaikan jumlah klaim khususnya program JHT

13 EXECUTIVE SUMMARY 05 TABEL 6 Perbandingan Hasil Investasi DJS (dalam miliar Rupiah) ITEM HASIL INVESTASI DJS Renstra Awal Renstra Perubahan ke * Renstra Perubahan ke * *) data realisasi 2014 Hasil investasi juga mengalami penurunan rata-rata sepanjang periode sebesar 11,73%. Hal ini dipengaruhi faktor ekonomi yang belum menunjukkan trend yang positif. Sementara dana investasi BPJS juga mengalami penurunan dengan data sebagai berikut: TABEL 7 Perbandingan Dana Investasi BPJS (dalam miliar Rupiah) ITEM DANA INVESTASI BPJS Renstra Awal Renstra Perubahan ke Renstra Perubahan ke * *) data realisasi 2014

14 06 EXECUTIVE SUMMARY Nampak bahwa dana investasi BPJS turun dari Renstra perubahan ke-1 kepada Renstra perubahan ke-2. Penurunan ini terjadi sepanjang periode dengan rata-rata penurunan sebanyak 3,26%. Penurunan ini terjadi karena jumlah surplus yang dialokasikan menjadi belanja modal untuk penguatan kapasitas organisasi. TABEL 8 Perbandingan Hasil Investasi BPJS (dalam miliar Rupiah) ITEM HASIL INVESTASI BPJS Renstra Awal Renstra Perubahan ke-1 852* Renstra Perubahan ke-2 852* *) data realisasi 2014 Untuk hasil investasi menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata 2,95% dikarenakan iklim investasi yang belum membaik.

15 EXECUTIVE SUMMARY 07 Bagian Berikut Menjelaskan Secara Khusus Tentang Renstra Perubahan II Perubahan Renstra dipengaruhi juga oleh perubahan asumsi ekonomi makro sebagai berikut: TABEL 9 Kondisi Makroekonomi (dalam miliar Rupiah) INDIKATOR Real GDP growth, %YoY 4,7% 5,5% 6,75% 6,5% 2. Inflation rate, %YoY: end of period 5% 4,7% 4% 3,5% 3. BI Rate, %pa: end of period 7,5% 7,25% 6,75% 6,5% 4. Exchange rate, IDR/US$: end of period Indeks Harga Saham Gabungan, end of period Pertumbuhan ekonomi pada tahun diharapkan tumbuh diatas 5% sampai dengan 6,5% pada tahun 2018, sebelumnya diasumsikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% sampai dengan 6,28% pada tahun Hal ini didukung oleh stabilitas politik, pembangunan infrastruktur, dan pasar konsumen yang besar. Tingkat suku bunga diproyeksikan akan menurun secara bertahap, dan diharapkan indikasi bertumbuhnya sektor riil. Asumsi kondisi ketenagakerjaan masih mengacu pada data Proyeksi Bappenas sebagai berikut: TABEL 10 Kondisi Ketenagakerjaan (dalam miliar Rupiah) KETERANGAN CAGR Jumlah Penduduk 247,6 250,2 252,7 255,1 1,00% Penduduk Yang Bekerja ,5 122,9 124,4 1,21% Pekerja Penerima Upah 48 48,6 49,1 49,7 1,17% Pekerja Bukan Penerima Upah 72 72,9 73,8 74,7 1,23% Sumber: Proyeksi Bappenas

16 08 EXECUTIVE SUMMARY Perubahan Target Kepesertaan Tenaga Kerja (TK) Aktif TABEL 11 Target Tenaga Kerja Aktif URAIAN CAGR TK Penerima Upah ,00% TK Jasa Konstruksi ,00% TK PNS/TNI/Polri % TK Bukan Penerima Upah ,00% TOTAL ,72% Pertumbuhan tenaga kerja aktif dari tahun rata-rata sebesar 33,72%. Pada tahap awal tahun 2015 sampai dengan 2017 terjadi penurunan target TK aktif dikarenakan hilangnya target segmen kepesertaan PNS/TNI/Polri dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhan meningkat secara eksponensial pada tahun 2017 hingga tahun 2018 karena kesiapan infrastruktur, implementasi kewenangan pengawasan dan pemeriksaan, jaringan distribusi yang semakin luas, brand image yang sudah dikenal masyarakat, kolaborasi dengan lembaga pemerintahan dan mitra strategis, serta penguatan relationship dengan peserta. TABEL 12 Target Iuran (dalam jutaan Rupiah) URAIAN CAGR Iuran JKK % Iuran JHT % Iuran JKM % Iuran JP % TOTAL % Perubahan target penerimaan iuran pada tahun-tahun awal dipicu oleh perlambatan perekonomian, penurunan target kepesertaan tenaga kerja. Namun, pada tahun-tahun berikutnya pertumbuhan penerimaan iuran dipicu oleh perkiraan perubahan rata-rata upah dasar dan kenaikan rate iuran program Jaminan Pensiun dari 3% menjadi 5%, sedangkan kenaikan iuran pada program yang lain sejalan dengan kenaikan jumlah peserta.

17 EXECUTIVE SUMMARY 09 Perubahan Target Pembayaran Jaminan TABEL 13 Proyeksi Pembayaran Jaminan (dalam miliar Rupiah) URAIAN CAGR Jaminan JKK ,30% Jaminan JHT ,50% Jaminan JKM ,58% Jaminan JP ,41% TOTAL ,28% Target pembayaran jaminan rata-rata meningkat sepanjang periode Kenaikan pembayaran jaminan pada program JKK, JKM, JHT, dan JP dipicu oleh skema masing-masing program dalam peraturan pemerintah yang baru.

18 10 EXECUTIVE SUMMARY Perubahan Target Dana dan Hasil Investasi TABEL 14 Dana dan Hasil Investasi (dalam miliar Rupiah) URAIAN CAGR Dana Investasi JHT ,13% Dana Investasi JKK ,00% Dana Investasi JKM ,63% Dana Investasi JP ,57% Total DJS ,71% Dana Investasi BPJS ,31% TOTAL ,17% URAIAN CAGR Hasil Investasi JHT ,97% Hasil Investasi JKK ,76% Hasil Investasi JKM ,77% Hasil Investasi JP ,56% Total DJS ,22% Hasil Investasi BPJS ,85% Total ,67% Perubahan target dana dan hasil investasi dipicu oleh penurunan penerimaan iuran, peningkatan pembayaran jaminan, dan perubahan asumsi ekonomi makro, seperti BI rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

19 EXECUTIVE SUMMARY 11 Perubahan Biaya Usaha TABEL 15 Biaya Usaha (dalam jutaan Rupiah) URAIAN CAGR Beban Penyuluhan dan Pembinaan ,0% Beban Manajemen ,3% Beban Personil ,3% Beban Pengembangan SDM ,6% Beban Imbalan Pasca Kerja ,0% Beban Penyelesaian Masalah Hukum ,0% Beban Perencanaan dan Pengembangan ,0% Beban Administrasi dan Umum ,8% TOTAL ,3% Perubahan biaya usaha disesuaikan terutama terkait berkurangnya aktivitas akuisisi segmen kepesertaan PNS/TNI/Polri.

20 12 EXECUTIVE SUMMARY Belanja Modal TABEL 16 Belanja Modal (dalam jutaan Rupiah) URAIAN Tanah Bangunan Kendaraan Peralatan Kantor Peralatan Komputer Peralatan Lain Lisensi Perangkat Lunak TOTAL Belanja modal digunakan untuk membiayai kebutuhan infrastruktur, sarana dan prasarana dan teknologi informasi sejalan dengan kebutuhan strategi BPJS Ketenagakerjaan.

21 EXECUTIVE SUMMARY 13 Perubahan Surplus Dana Pengelolaan TABEL 17 Surplus Dana Pengelolaan (dalam miliar Rupiah) URAIAN RATE BIAYA PENGELOLAAN TARGET RENSTRA Beban Usaha 3.486, , , ,46 2 Total Dana Operasional 3.202, , , ,28 Penerimaan Iuran JKK 10,00% 3.541, , , ,94 Penerimaan Iuran JKM 10,00% 1.602, , , ,79 Penerimaan Iuran JHT , , ,91 Penerimaan Iuran JP , , ,13 Total Penerimaan Iuran JKK, JKM, JHT, JP Dana Operasional dari Iuran JKK Dana Operasional dari Iuran JKM Dana Operasional dari Iuran JHT 5.144, , , ,77 10,00% 10,00% 10,00% 434,08 581,63 903,89 10,00% 10,00% 10,00% 195,86 261,84 404,48 7,00% 6,00% 3,00% 2.384, , ,77 Dana Operasional JP 7,00% 6,00% 3,00% 160,99 481,63 743,07 Dana Pengelolaan dari Iuran 514, , , ,21 Aum JHT 1,55% , Hasil Pengembangan JHT , , ,71 Hasil Pengembangan JP - 229,00 705, ,94 Total Hasil Pengembangan program JHT dan JP Dana Operasional dari Hasil Pengembangan JHT Dana Operasional dari Hasil Pengembangan JP Dana Pengelolaan dari Hasil Pengembangan 3 Surplus/Defisit setelah digunakan untuk Beban Usaha , , , ,65 10,00% 10,00% 10,00% , , ,37 10,00% 10,00% 10,00% - 22,90 70,59 225, , , , ,07 (283,82) 547,01 961, ,82 4 Hasil Investasi BPJS ,12 753,55 783,51 5 Surplus dan Hasil Investasi BPJS 6 Capital Expenditure (CAPEX) 436, , , ,33 (894,52) (682,94) (622,11) (728,41) 7 Modal PMN 414,26 8 Penyusutan aset BPJS (172,68) (190,55) (214,95) 9 Surplus BPJS (44,08) 416,50 902, ,98 10 Surplus Tahun Lalu 690,02 645, , ,72 11 Surplus Akhir Tahun 645, , , ,70 *) Kekurangan surplus dan hasil investasi untuk CAPEX 2015 dialokasikan dari Modal PMN sebesar Rp. 414,26 Miliar dan Penghasilan Netto (ekuitas) program BPJS 2014 Auditan sebesar Rp. 690,02 Miliar. Perubahan surplus disebabkan oleh perubahan perhitungan Dana Operasional pada PP nomor 55 tahun 2015, serta perubahan dana investasi dan biaya usaha.

22 14 EXECUTIVE SUMMARY TABEL 18 Hasil Investasi Uraian CAGR Data Awal YOI Investasi JHT 9,61% 9,12% 9,01% 9,00% -2,15% YOI Investasi JKK 9,15% 8,56% 8,27% 8,32% -3,13% YOI Investasi JKM 9,23% 8,60% 8,27% 7,97% -4,75% YOI Investasi JP 6,37% 9,70% 9,01% 8,89% 11,72% Total DJS 9,57% 9,06% 8,93% 8,88% -2,44% BPJS 9,36% 9.26% 9,30% 9,38% 0,08% Total Data Awal 9,56% 9,07% 8,94% 8,89% -2,37% Data Perubahan ke-2 YOI Investasi JHT 9,45% 9,35% 9,06% 8,97% -1,70% YOI Investasi JKK 9,45% 8,69% 8,43% 8,19% -4,67% YOI Investasi JKM 9,45% 9,12% 8,83% 8,55% -3,28% YOI Investasi JP 6,59% 9,17% 8,99% 8,85% 10,32% Total DJS 9,42% 9,30% 9,00% 8,90% -1,90% BPJS 9,50% 9.49% 9,11% 8,81% -2,47% Total Data Perubahan ke-2 9,42% 9,30% 9,01% 8,89% -1,92% Selisih Data awal ke Perubahan ke-2 YOI Investasi JHT -0,17% 0,24% 0,05% -0,03% YOI Investasi JKK 0,30% 0,13% 0,16% -0,13% YOI Investasi JKM 0,22% 0,52% 0,56% 0,58% YOI Investasi JP 0,22% -0,53% -0,01% -0,03% Total DJS -0,15% 0,23% 0,08% 0,01% BPJS 0,14% 0,23% -0,19% -0,57% Total Data Perubahan ke-2 0,74% 0,12% 0,71% 8,89%

23 EXECUTIVE SUMMARY 15

24

25 1 PENDAHULUAN Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan tahun yang disusun pada tahun 2014 mengalami perubahan selama 2 kali. Perubahan pertama di bulan Februari 2015 untuk merespon perubahan asumsi besaran dana operasional dari 1,35% menjadi 1,55% dan perubahan kedua bulan September 2015 untuk merespon perubahan regulasi terkait penyelenggaraan program BPJS Ketenagakerjaan dan perubahan ekonomi Indonesia.

26 18 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN II Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan telah disusun dan telah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan melalui Surat Keputusan Dewan Pengawas No. KEP/02/DEWAS/ tentang Penetapan Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan Tahun tanggal 5 Mei Didalam perjalanannya Rencana strategis BPJS Ketenagakerjaan tersebut telah mengalami perubahan untuk pertama kali akibat perubahan lingkungan berupa besaran persentase Dana Operasional yang berbeda secara signifkan dari asumsi awal yakni menjadi 1,55% dari dana kelolaan program JHT dan JP ditambah 10% dari iuran program JKK dan JKM. Kenaikan sumber pendanaan tersebut digunakan untuk peningkatan akses jaringan distribusi berupa penambahan Kantor Cabang Perintis, Intensifikasi Komunikasi Institusi dan Pemasaran, dan kapasitas organisasi BPJS Ketenagakerjaan. Perubahan tersebut ditetapkan oleh Dewan Pengawas dengan Keputusan Dewan Pengawas No. KEP/05/DEWAS/ tentang Penetapan Rencana Strategis Perubahan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Tahun tanggal 22 April Pada tahun 2015 Rencana Strategis kembali mengalami perubahan karena perubahan lingkungan. Akibatnya, terjadi simpangan terhadap asumsi penyusunan Rencana Strategis Perubahan pertama. Simpangan terhadap asumsi tersebut terutama mencakup perlambatan ekonomi yang signifikan dan perubahan dari aspek regulasi. Tabel 1.1 menjelaskan perubahan dan dampak operasional yang terjadi. Akibat dari perubahan tersebut diperlukan penyesuaian kembali Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan yang tertuang dalam Rencana Strategis Perubahan II meliputi perubahan target kepesertaan, iuran, jaminan dan berdampak pada perubahan aspekaspek keuangan dan investasi. TABEL 1.1 Perubahan dan Dampak Operasional REGULASI KETERANGAN DAMPAK Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 tentang penyelenggaraan Program JKK dan JKM. PNS/TNI/Polri tidak termasuk Peserta BPJS Ketenagakerjaan. Menurunkan jumlah peserta aktif. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Program Pensiun. Iuran Program Jaminan Pensiun dengan rate 3% dengan ceiling upah Rp ,00, yang awalnya ditargetkan 8%. Menurunkan jumlah iuran. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Program JHT. Masa Kepesertaan Aktif 10 tahun, dapat menarik JHT 10% dan 30%. Menaikkan jumlah klaim dan menurunkan jumlah dana kelolaan. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 tentang Revisi PP 46 Tahun Peserta terkena PHK dan berhenti bekerja dapat menarik seluruh JHT dengan masa tunggu 1 bulan. Menaikkan turnover peserta dan jumlah dana kelolaan. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2015 Tentang Perubahan PP 99/2013 Pengelolaan Aset BPJS Ketenagakerjaan. Rate dana pengelolaan program JHT dan JP maksimal 10% dari iuran dan hasil pengembangan dana. Merubah besaran persentase Dana Operasional BPJS.

27 1 PENDAHULUAN 19 B. Tujuan pembentukan sebuah negara diantaranya adalah untuk memberikan kesejahteraan untuk warga negaranya yang meliputi pendidikan, kesempatan bekerja, mendapatkan makanan, transportasi, kesehatan dan berbagai aspek kesejahteraan lainnya. Salah satu instrumen yang digunakan negara dalam memberikan kesejahteraan adalah sistem jaminan sosial nasional. Jaminan sosial sendiri adalah instrumen publik yang memberikan perlindungan sosial kepada anggotanya dari risiko sosial berupa berkurangnya pendapatan karena Hari Tua, Meninggal, Kecelakaan Kerja, Melahirkan, Sakit dan berbagai risiko sosial lainnya (Konvensi ILO). Saat ini Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur sistem Jaminan Sosial melalui UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Kedua Undang-Undang ini membentuk landscape industri Jaminan Sosial di Indonesia yang berubah secara signifikan dari kondisi sebelumnya dan memicu proses transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Proses tranformasi dimulai pada tahun 2004 dengan faktor perubahan sebagai berikut: UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengatur tentang sistem jaminan sosial secara lebih luas yang mencakup perlindungan jaminan sosial untuk seluruh penduduk. Tanggal 31 Desember 2013, Presiden RI mengesahkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sehingga pemberlakuan BPJS secara efektif dilakukan pada 1 Januari 2014 dan paling lambat 1 Juli 2015 untuk operasional BPJS Ketenagakerjaan Pada tanggal 25 November 2011, RUU BPJS disahkan menjadi UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. UU tersebut mengatur tentang penyelenggara jaminan sosial dan transformasi dari Perseroan Terbatas BUMN menjadi Badan Publik. UU ini merupakan pemicu PT. Jamsostek (Persero) untuk bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

28 20 1 PENDAHULUAN Pemberlakuan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS merupakan tonggak sejarah penting bagi PT. Jamsostek (Persero) untuk melakukan proses transformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana mengacu pada pasal 5 UU tersebut. Transformasi ini bertujuan untuk memperluas cakupan kepesertaan jaminan sosial, manfaat, dan pelayanan, dan diikuti dengan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas organisasi. Transformasi yang dilakukan meliputi: 1 Perubahan badan hukum organisasi dari BUMN menjadi Badan Hukum Publik. 2 Perubahan cakupan kepesertaan wajib dari hanya Tenaga Kerja Penerima Upah menjadi perlindungan untuk seluruh tenaga kerja. 3 Perubahan pengalihan wewenang pelaksanaan inspeksi kepatuhan kepesertaan dalam sistem penegakan hukum (Law Enforcement) dari Kementerian Tenaga Kerja kepada Badan Penyelenggara, dalam hal ini BPJS Ketenagakerjaan. 4 Perubahan manfaat dari program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JKM), JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) dan JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) menjadi JHT, JKM, JKK dan Jaminan Pensiun (JP). Selain perubahan dari aspek regulasi, BPJS Ketenagakerjaan senantiasa melakukan scanning environment dengan melihat aspek PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi). Hal-hal tersebut bersifat uncontrollable dan menjadi pendorong perubahan organisasi. Disamping aspek lingkungan eksternal, BPJS Ketenagakerjaan juga senantiasa mencermati lingkungan internalnya. Dengan melakukan analisis terhadap lingkungan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas internal. Respon BPJS Ketenagakerjaan terhadap perubahan lingkungan dituangkan dalam rencana strategis dengan jangka waktu 5 tahun dimulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun Penyusunan rencana strategis ini mengacu kepada best practices strategic in management dan Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2013 tentang pengelolaan aset jaminan sosial ketenagakerjaan. Rencana strategis ini dibuat sebagai panduan arah pengembangan organisasi BPJS Ketenagakerjaan dan menentukan prioritas dan sasaran yang harus dicapai selama 5 tahun ke depan.

29 1 PENDAHULUAN 21 C. TUJUAN DAN MISI BPJS KETENAGAKERJAAN Sebagaimana dimaksud di atas, BPJS Ketenagakerjaan merupakan Badan yang dibentuk dengan Pasal 5 UU Nomor 24 Tahun 2011 sebagai hasil dari transformasi PT. Jamsostek (Persero) per 1 Januari Tujuan BPJS Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan dibentuk guna menyelenggarakan program perlindungan dan kesejahteraan bagi seluruh tenaga kerja beserta keluarganya melalui sistem jaminan sosial. Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko- risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, BPJS Ketenagakerjaan melaksanakan program jaminan sebagai berikut: JAMINAN KECELAKAAN KERJA JAMINAN PENSIUN JAMINAN HARI TUA JAMINAN KEMATIAN

30 22 1 PENDAHULUAN Manajemen BPJS Ketenagakerjaan merumuskan amanat tersebut dalam bentuk misi BPJS Ketenagakerjaan sebagai berikut: MISI Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi: TENAGA KERJA PENGUSAHA NEGARA Memberikan perlindungan dasar yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga. Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas. Berperan serta dalam pembangunan. Perlindungan terhadap tenaga kerja mempunyai arti perlindungan yang layak mutlak dibutuhkan oleh setiap tenaga kerja di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, tenaga kerja tidak lepas dari keluarga mereka. Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan tidak berhenti sampai individu tenaga kerja melainkan melingkupi juga anggota keluarga yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut. Sementara dari aspek pengusaha, BPJS Ketenagakerjaan merupakan mitra pengusaha dalam memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Jaminan sosial yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan diharapkan mampu memberikan rasa aman bagi setiap tenaga kerja dan pada akhirnya membantu setiap tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitasnya. Peranan Jaminan Sosial kepada negara adalah sebagai pemupukan dana Jaminan Nasional yang melibatkan seluruh komponen negara dan bersifat nasional sehingga merupakan tabungan nasional dan memperkuat ketahanan nasional. Dana yang terhimpun dan menjadi kelolaan BPJS diharapkan dapat menjadi akumulasi modal dalam pembiayaan pembangunan negara Indonesia.

31 1 PENDAHULUAN 23 D. FILOSOFI BPJS KETENAGAKERJAAN Didalam penyelenggaraanya, BPJS Ketenagakerjaan diselenggarakan dengan beberapa prinsip dasar berupa: BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah. MOTO Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja

32

33 2 EVALUASI PELAKSANAAN RJPP Selama periode tahun PT. Jamsostek (Persero) selalu berhasil mencapai target penambahan kepesertaan baru. Penambahan jumlah peserta baru pada kurun waktu lima tahun terakhir mencapai 20,8 juta tenaga kerja atau mencapai 140,2% dari proyeksi penambahan kepesertaan baru selama periode tersebut sebesar 14,9 juta tenaga kerja.

34 26 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP A. PROGRAM STRATEGIS Jauh sebelum PT. Jamsostek (Persero) mengalami perubahan menjadi BPJS Ketenagakerjaan, PT. Jamsostek (Persero) telah menyusun rencana strategis dalam bentuk Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) periode RJPP tersebut disusun berdasarkan beberapa asumsi dasar sebagai basis penyusunan target hasil bisnis ke depan. Setiap tahun dilakukan penyesuaian untuk dapat melakukan implementasi terhadap rencana-rencana strategi yang tertuang dalam RJPP serta mengakomodasi perubahan asumsi lingkungan bisnis. Penyesuaian ini dituangkan dalam rencana kerja tahunan yang biasa disebut Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT). Pada periode , Manajemen PT. Jamsostek menetapkan strategi kedalam 2 tahapan besar yakni: Strategi konsolidasi selama tahun Strategi pertumbuhan pada tahun Beberapa program strategis yang dilakukan pada periode tersebut antara lain: 1 FUNGSI OPERASI DAN PELAYANAN a. Untuk meningkatkan kualitas data kepesertaan, dilakukan proses heregistrasi. b. Melakukan penyediaan sistem pengelolaan administrasi kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja Jamsostek berbasis online (e-registration). c. Telah dikeluarkan Peningkatan Manfaat JKK melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 84 Tahun 2010 pada tanggal 20 Desember d. Ditetapkannya manfaat tambahan menjadi manfaat program JPK melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 20 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-12/MEN/VI/2007. e. Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja untuk meningkatkan kualitas pengelolaan hubungan pelanggan, dilakukan penyusunan blueprint Customer Relationship Management (CRM). f. Dilakukan kerja sama dengan beberapa bank dan instansi lain sebagai sarana untuk perluasan distribution channel, untuk mempermudah jangkauan peserta terhadap layanan PT. Jamsostek (Persero). g. Telah dilakukan proses awal integrasi data kependudukan untuk menunjang implementasi Common Reference Number. h. Implementasi Co-Branding dengan BNI.

35 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP FUNGSI SDM DAN SARANA/ PRASARANA a. Dilakukan workload analysis dan standarisasi kebutuhan karyawan berdasarkan beban kerja. b. Telah dilakukan asesmen bagi karyawan baik Kantor Pusat ataupun Kantor Daerah untuk melihat kompetensi dan gap kompetensi karyawan yang dapat digunakan sebagai dasar pemetaan karyawan. c. Untuk meningkatkan kinerja karyawan berbasis kompetensi, telah disusun rancangan sistem asesmen kompetensi. d. Meningkatkan kapasitas modal organisasi melalui penerapan customer centric company dengan cara meninjau ulang struktur organisasi dan disusun Job Analysis untuk membuat Job Description dan penentuan Job Prefix. e. Dilakukan review budaya perusahaan. f. Mewujudkan peningkatan pencitraan perusahaan melalui usaha standarisasi sarana dan prasarana. 3 FUNGSI KEUANGAN DAN INVESTASI a. Dilakukan upaya untuk meningkatkan Exposure Investasi langsung melalui Pola Strategi Jamsostek Incorporated. b. Dilakukan penyempurnaan terkait pengelolaan investasi. PT. Jamsostek (Persero) melalui KEP/511/ tentang Pedoman Pengelolaan Investasi PT. Jamsostek (Persero). c. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan dan investasi, dilakukan revisi Pajastek 2006 menjadi Pajastek 2010 yang mengadopsi peraturan International Financial Reporting Standard (IFRS). d. Dilakukan proses pemisahan aset peserta dan aset badan penyelenggara. e. Melakukan kerjasama dengan mitra perbankan milik Pemerintah provinsi (BPD) dalam sosialisasi program Jamsostek untuk meningkatkan kepesertaan. f. fimplementasi virtual account. g. Melaksanakan pembentukan warung jambu (food benefit) dan affordable housing (housing benefit). 4 FUNGSI RENBANG DAN INFORMASI a. Peningkatan kinerja dan penyesuaian Aplikasi SIPT online sesuai dengan kebijakan dan regulasi (penambahan modul baru). b. Peningkatan kualitas dan kuantitas Data Centre untuk mendukung peningkatan kinerja SIPT Online. c. Disusun Grand Design IT. d. Pengembangan modern office. e. Untuk meningkatkan kualitas proses bisnis di PT. Jamsostek (Persero), telah dilakukan project improvement dengan menggunakan tools Lean Six Sigma. f. Menerapkan ISO secara bertahap di Kantor Pusat dan seluruh Kantor Wilayah, sehingga pada tahun 2012 telah diperoleh sertifikat ISO 9001:2008 untuk 7 Direktorat, 8 Kantor Wilayah dan 54 Kantor Cabang.

36 28 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP FUNGSI KEPATUHAN HUKUM DAN MANAJEMEN RISIKO a. Disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. b. Membuat tinjauan risiko atas portofolio investasi dan non investasi atas obligasi, reksadana dan saham. c. Menyusun profil risiko korporasi. d. Evaluasi Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP). Tahun 2011 terjadi perubahan lingkungan eksternal yang sangat signifikan, khususnya pada aspek regulasi yaitu dengan disahkannya UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Respon terhadap perubahan ini dilakukan dengan penyesuaian target dan inisiatif strategis untuk memenuhi amanah UU BPJS tersebut. Dengan adanya perubahan ini maka disusunlah RJPP periode sebagai revisi atas RJPP periode Berdasarkan kondisi tersebut, PT. Jamsostek (Persero) merumuskan strategi perusahaan yang tidak terlepas dari perspektif sebagai lembaga publik nirlaba. Sebagai organisasi publik, PT. Jamsostek (Persero) mendasarkan pada pencapaian 3 hal yakni beroperasi secara efisien, memberikan service/benefit kepada peserta dan memposisikan sebagai perusahaan terpercaya. Dalam rangka memperkuat eksistensi perusahaan sebagai BPJS, telah dilakukan langkah-langkah:. Pembuatan roadmap PT. Jamsostek (Persero) menuju BPJS Ketenagakerjaan. Telah disusun kajian desain bisnis program pensiun sebagai persiapan dalam menghadapi BPJS Ketenagakerjaan yang menyelenggarakan program pensiun. Melakukan restrukturisasi biaya disesuaikan dengan peraturan dalam Undang-Undang BPJS. PT. Jamsostek (Persero) berperan aktif dalam penyusunan Undang-Undang dan peraturan pelaksana implementasi SJSN. Dilakukan review terhadap Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk menyesuaikan program kerja tahunan yang mendukung persiapan dalam menghadapi BPJS. Menyusun skema pengalihan program JPK ke BPJS Kesehatan.

37 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP B. EVALUASI ASUMSI RJPP Terdapat 5 variabel utama yang menjadi dasar penyusunan RJPP tahun dan RJPP , yakni pertumbuhan ekonomi (PDB), tingkat inflasi, BI Rate, IHSG dan jumlah tenaga kerja penerima upah dan bukan penerima upah. Berikut ini adalah evaluasi terhadap realisasi proyeksi variabel-variabel utama tersebut. TABEL 2.1 Variabel Utama Dasar Penyusunan RJPP VARIABEL Pertumbuhan PDB CAGR PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI 4.00% 4.63% 6.00% 6.20% 6.20% 6.46% 6.50% 6.30% 6.80% 5.70% 14.19% 5.34% Tingkat Inflasi 7.50% 2.78% 6.50% 6.96% 6.00% 3.79% 6.00% 4.30% 4.80% 8.38% % 31.76% BI Rate 8.25% 6.50% 8.00% 6.50% 7.50% 6.00% 7.50% 5.75% 5.75% 7.50% -8.63% 3.64% IHSG 2,000 2,534 2,400 3,703 2,800 3,821 3,400 4,317 4,900 4, % 13.96% Pekerja Penerima Upah* 31,350 32,147 31,650 35,783 31,960 41,489 32,285 44,160 47,440 44, % 8.65% *dalam satuan ribu Dalam periode 5 tahun kebelakang, rata-rata realisasi pertumbuhan tahunan compounded annual growth rate (CAGR) dari variabel utama tidak sebesar proyeksi dalam RJPP. Namun jika dilihat lebih jauh, periode tahun tersebut terbagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu: 1. Periode Pertumbuhan Tahun Selama tahun , pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat, realisasi hampir selalu diatas proyeksi di RJPP dengan trend yang mengalami peningkatan sampai tahun Selama periode tersebut, pertumbuhan PDB rata rata diatas 6% dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang terjaga, IHSG naik dari level tahun 2009 menjadi tahun Pada tahun 2009 Indonesia mencatat rekor inflasi terendah sepanjang sejarah, yaitu hanya sebesar 2,78%, jauh dari proyeksi RJPP sebesar 4% dan lebih jauh dari proyeksi Pemerintah sebesar 5%. Inflasi terendah ini terjadi akibat perbaikan ekonomi yang terjadi serta beberapa deflasi pada barang-barang komoditi yang harganya telah ditetapkan oleh Pemerintah seperti bahan bakar minyak dan listrik. Pertumbuhan ekonomi, terjaganya tingkat inflasi dan penurunan BI rate hingga sebesar 5,75% pada tahun 2012 mendorong terciptanya lapangan pekerjaan baru di Indonesia. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan tenaga kerja penerima upah yang tinggi, dari 32 juta tenaga kerja tahun 2009 menjadi 44 juta tenaga kerja pada tahun 2012 atau naik 37,5%. Pasar modal Indonesia, sebagai cerminan kondisi perekonomian Indonesia, juga menunjukan kinerja yang tinggi. IHSG tumbuh dari level tahun 2009 menjadi tahun 2012 atau rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 19,4%.

38 30 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP Periode Perlambatan Pertumbuhan 2012 Mulai tahun 2012 pertumbuhan ekonomi mulai mengalami perlambatan dengan realisasi yang berada di bawah angka asumsi RJPP. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 berada pada titik terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu dari 6,30% tahun 2012 menjadi 5,70% tahun 2013 dengan tingkat inflasi mencapai angka 8,38%, jauh di atas proyeksi RJPP sebesar 4,8%. Penyebab utama tingginya inflasi adalah peningkatan inflasi untuk volatile food sebagai dampak gejolak harga pangan domestik serta peningkatan inflasi administered price yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan inflasi tersebut diikuti dengan naiknya BI rate tahun 2013 yaitu pada level 7,50%, naik signifikan dibandingkan tahun 2012 sebesar 5,75% dan jauh diatas proyeksi RJPP 2013 sebesar 5,75%. Kondisi tersebut juga mempengaruhi pertumbuhan tenaga kerja penerima upah, sebanyak 44,7 juta tenaga kerja, hampir sama dengan tahun 2012 sebanyak 44,1 juta. IHSG juga terpengaruh dari kondisi perekonomian tahun IHSG mengalami penurunan dari pada tahun 2012 menjadi di tahun Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat sebagaimana tercermin dari nilai IHSG juga memiliki dampak positif lain. Pertumbuhan investasi semakin meningkat akibat bertambahnya investor yang tertarik untuk melakukan investasi di Indonesia. GAMBAR 2.1 Tenaga Kerja Penerima Upah dan Tenaga Kerja Bukan Penerima Upah (dalam ribu orang) 32,147 72,723 44,160 66, ,65% 69,35% 39,86% 60,14% 35,783 72,424 44,790 66, ,07% 66,93% 40,42% 59,58% 41,489 68, ,83% 62,17% Penerima Upah Bukan Penerima Upah

39 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja penerima upah juga mengalami pertumbuhan selama periode dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 8,65% (CAGR). Pertumbuhan tenaga kerja sektor penerima upah tersebut tidak diikuti dengan pertumbuhan tenaga kerja sektor bukan penerima upah. Tenaga kerja sektor bukan penerima upah bahkan mengalami penurunan dari 72,72 juta orang tahun 2009 menjadi 66,01 juta orang pada tahun 2013, atau turun 2,39% (CAGR) seiring dengan semakin menurunnya proporsi tenaga kerja bukan penerima upah dari 69,35% tahun 2009 menjadi 59,58% tahun Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia selama tahun mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Hal tersebut telah memberikan ruang bagi PT. Jamsostek (Persero) untuk tumbuh dan berkembang baik dalam hal tenaga kerja peserta, aset, dana kelolaan, maupun kinerja pengelolaan keuangannya.

40 32 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP C. KEPESERTAAN PROGRAM JAMSOSTEK Selama periode tahun PT. Jamsostek (Persero) selalu berhasil mencapai target penambahan kepesertaan baru. Penambahan jumlah peserta baru pada kurun waktu lima tahun terakhir mencapai 20,8 juta tenaga kerja atau mencapai 140,2% dari proyeksi penambahan kepesertaan baru selama periode tersebut sebesar 14,9 juta tenaga kerja. Secara rata-rata terjadi penambahan peserta sebanyak 4,17 juta tenaga kerja setiap tahunnya. Demikian pula halnya dengan jumlah peserta aktif selalu berhasil melampaui target yang ditetapkan dalam RJPP, kecuali di tahun 2013 realisasi jauh di bawah target yang ditetapkan. Secara rata-rata peserta aktif mengalami penambahan sebanyak 963 ribu tenaga kerja dan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 9,80%. Dalam kurun waktu bertambah jumlah peserta aktif sebanyak 3,85 juta tenaga kerja, jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah pekerja penerima upah. Lemahnya law enforcement menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan kepesertaan program Jamsostek, disamping kurangnya keakuratan data potensi yang dimiliki oleh PT. Jamsostek (Persero). TABEL 2.2 Jumlah Peserta Aktif dan Peserta JPK (dalam ribu orang) PESERTA Jumlah Peserta Aktif Penambahan Peserta Baru Jumlah Peserta JPK CAGR PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI 8,441 8,495 8,758 9,337 9,258 10,311 9,958 11,552 13,241 12,348 11,91% 9,80% 2,472 2,775 2,607 3,343 2,876 4,363 3,211 4,969 3,701 5, % 18.09% 1,859 1,871 2,061 2,180 2,314 2,567 2,621 3,059 3,261 3, % 16.03% Tabel 2.2 memperlihatkan jumlah peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) juga terus mengalami peningkatan di atas proyeksi RJPP dan mengalami peningkatan sebesar 10%-19% setiap tahunnya. Namun apabila dilihat proporsi peserta yang mengikuti program JPK dibandingkan dengan jumlah peserta aktif Jamsostek, maka sebenarnya hanya terjadi penambahan proporsi sebesar 1,5% per tahun. Hal ini menunjukan minat peserta Jamsostek baik pekerja dan pemberi kerja terhadap program JPK masih cukup rendah. Seiring dengan proses transformasi Jamsostek ke BPJS ketenagakerjaan, maka program JPK telah dialihkan ke BPJS Kesehatan terhitung mulai 1 Januari 2014.

41 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP GAMBAR 2.2 Perbandingan Tenaga Kerja Penerima Upah, BUMN/Swasta dan Peserta Aktif Jamsostek (dalam ribu orang) 50,000 45,000 41,489 44,160 44,790 41, % 40, % 35,783 35,940 39, % 35,000 32,147 30, % 30,000 26,770 25, % 29.13% 29.94% 30.00% 20,000 15,000 10,000 8,495 9, % 10,311 11,552 12, % 28.00% 5, % Penerima Upah BUMN/Swasta Peserta Aktif Coverage Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa kenaikan jumlah peserta aktif tidak mencerminkan naiknya coverage share Jamsostek. Ini terlihat dari semakin menurunnya angka coverage share yaitu jumlah peserta aktif Jamsostek dibandingkan dengan jumlah pekerja penerima upah swasta dan BUMN. Pada tahun 2009 coverage share Jamsostek mencapai 31,73%, dan kemudian terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sampai pada tahun 2012 hanya tercapai sebesar 29,13% dan kembali mengalami sedikit peningkatan di tahun 2013 menjadi 29,94%. Fakta ini juga menunjukan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas organisasi BPJS Ketenagakerjaan baik dari aspek komunikasi pemasaran, penegakan hukum dan perbaikan layanan.

42 34 2 EVALUASI PELAKSAAN RJPP D. PENDAPATAN IURAN Pendapatan iuran pada tahun seperti terlihat pada Tabel 2.3 pada umumnya dapat dikatakan mengalami keberhasilan dan melampaui target dalam RJPP. Untuk iuran 3 program yakni program JHT, JKK dan JKM secara umum melampui target dalam RJPP. Pendapatan iuran JPK pada tahun masih belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan dalam RJPP, hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat kepesertaan program JPK. Walaupun telah dilakukan sosialisasi yang cukup gencar ke perusahaan pemberi kerja pada periode tersebut, namun hasil yang didapatkan masih dibawah target RJPP. Tingginya pendapatan iuran JPK tahun 2013 dipengaruhi oleh naiknya plafon upah sebagai dasar pembayaran iuran, yang sebelumnya sebesar Rp. 1 juta naik menjadi 2 kali Pendapatan Tidak Kena Pajak (K1-PTKP) atau sekitar Rp. 3,08 juta. Secara rata-rata penerimaan iuran JPK mengalami kenaikan hingga 36,18% setiap tahunnya. TABEL 2.3 Pendapatan Iuran Tiap Program (dalam miliar rupiah) PROGRAM CAGR PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI PROYEKSI REALISASI Iuran JHT 8,666 9,281 10,140 10,836 12,548 12,965 15,639 15,718 19,185 20, % 21.17% Iuran JKK 1,019 1,093 1,210 1,264 1,432 1,562 1,694 1,731 2,250 2, % 21.28% Iuran JKM ,026 1, % 20.93% Iuran JPK ,415 1,089 1,856 1,345 2,459 1,786 2,058 3, % 36.18% Iuran Jakons % 13.09% Iuran Mandiri % 66.58% Iuran Non JHT 2,695 2,660 3,346 3,080 4,141 3,823 5,160 4,649 5,582 6, % 27.00% Total Iuran 11,363 11,941 13,486 13,916 16,689 16,788 20,799 20,367 24,767 26, % 22.54%

RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN II BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN II BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN iv RENCANA STRATEGIS 2014-2018 PERUBAHAN II Kata Pengantar Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan 2014-2018

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN 27 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial telah menetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial baik BPJS Kesehatan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan Bab I Pendahuluan 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

Produk BPJS Ketenagakerjaan. Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016

Produk BPJS Ketenagakerjaan. Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016 Produk BPJS Ketenagakerjaan Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016 The The 9 PP NOMOR 60/2015 Perubahan atas PP 46/2016 tentang Jaminan Hari Tua 10 PERMENAKER 26/2015 Tata Cara Penyelenggaraan Program JKK,

Lebih terperinci

Transformasi BPJS 2. September 2011

Transformasi BPJS 2. September 2011 Transformasi BPJS 2 September 2011 1 Transformasi BPJS 2 (1) RUU BPJS disahkan menjadi UU Nov 2011 Ijin prakarsa pembuatan dan revisi PP terkait JHT dan JP Proses konsultasi publik terkait harmonisasi

Lebih terperinci

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT A. Sejarah Ringkas Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH. ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan

BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH. ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH A. Sejarah Ringkas Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

Program Kerja Strategis Direksi BPJS Ketenagakerjaan

Program Kerja Strategis Direksi BPJS Ketenagakerjaan Program Kerja Strategis Direksi BPJS Ketenagakerjaan Rapat Koordinasi BPJS Ketenagakerjaan dan DJSN Agus Susanto CEO BPJS Ketenagakerjaan PROGRAM KERJA STRATEGIS Peningkatan Produk & Layanan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain. membantu yang berpenghasilan rendah.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain. membantu yang berpenghasilan rendah. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang

Lebih terperinci

INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015

INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015 INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015 Perkembangan Industri Perasuransian Brief Overview Triliun Rupiah Triliun Rupiah..Secara umum, dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko

Lebih terperinci

Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Dewan Jaminan Sosial Nasional

Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Dewan Jaminan Sosial Nasional Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 28 Desember 2017 1. Pendahuluan 2. Pencapaian 3. Tantangan Implementasi JKN 1 Pendahuluan 3 Operasional

Lebih terperinci

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN bpjs-kesehatan.go.id I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 28H ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, setiap orang berhak

Lebih terperinci

Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia

Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia KANTOR CABANG JAKARTA MANGGADUA KANTOR CABANG PERINTIS JAKARTA CENGKARENG NIDYA ROESDAL Bandung, 19 April 2018 Konvensi Internasional dan Amanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai wujud aplikasi UUD 1945 Bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial dan implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagaimana diatur oleh Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan

Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan Date : December 16 Capaian dan Isu Strategis Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan Abdul Latif Kepala Divisi Komunikasi Date : December 16 Overview MASA DEPAN INDONESIA Ekonomi yang Menjanjikan Indonesia

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 31 Maret 2016 1 PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN 2 SEBELUM 1 JANUARI

Lebih terperinci

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012 Prospek Pengawasan Implementasi UU SJSN/BPJS Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 7 Nopember 2012 1 Suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Perlindungan Seluruh Pekerja Menuju operasionalisasi penuh 01 Juli 2015

Perlindungan Seluruh Pekerja Menuju operasionalisasi penuh 01 Juli 2015 Perlindungan Seluruh Pekerja Menuju operasionalisasi penuh 01 Juli 2015 DIDDI SISWADI Kepala Kantor Wilayah Sumbarriau Date : June 15 Sosial AMANAH UNDANG-UNDANG Sosial sebagai Amanah Undang-Undang Everyone,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Aset. Jaminan Sosial. Ketenagakerjaan. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5724). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

- 1 - RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG

- 1 - RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG - 1 - RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN ASET DANA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DAN ASET BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN Catt:

Lebih terperinci

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan BPJS ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan) merupakan program pemerintah yang

Lebih terperinci

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Tinjauan Bisnis BCA terus meningkatkan kapabilitas dalam

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1329, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPJS KETENAGAKERJAAN. Jaminan Hari Tua. Pengembangan Dana. Distribusi. Penetapan. Mekanisme. PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

Perbankan Komersial dan UKM

Perbankan Komersial dan UKM 01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan

Lebih terperinci

KESIAPAN PT. JAMSOSTEK (Persero) MENUJU BPJS KETENAGAKERJAAN

KESIAPAN PT. JAMSOSTEK (Persero) MENUJU BPJS KETENAGAKERJAAN KESIAPAN PT. (Persero) MENUJU BPJS KETENAGAKERJAAN Abdul Latif Ka. Urusan Hubungan Kelembagaan Outline 31 UU 24 tahun 2011 - BPJS 2 Peraturan Pelaksana & Desain Program 3 Kesiapan & Roadmap PT. Jamsostek

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN Lampiran Surat Keputusan Pengurus Dana Pensiun Perhutani Nomor : 91/Kpts/DPPHT/2007 Tanggal : 27 Desember 2007 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja milik pemerintah mengemban misi untuk memenuhi. keluarga. Perlindungan yang layak mutlak dibutuhkan oleh setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja milik pemerintah mengemban misi untuk memenuhi. keluarga. Perlindungan yang layak mutlak dibutuhkan oleh setiap tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BPJS Ketenagakerjaan sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja milik pemerintah mengemban misi untuk memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki program pembangunan yang mendukung infrastruktur nasional melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk jangka waktu 2011-2025

Lebih terperinci

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember 2012. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember 2012. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sesuai

Lebih terperinci

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional drg. Usman Sumantri, M.Sc Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 12 Desember 2017 1 2 PENDAHULUAN PENILAIAN INDIKATOR PENCAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

CA REVIEW PKP Pertemuan 2 Kasus Aplikasi Penerapan KPD2LK

CA REVIEW PKP Pertemuan 2 Kasus Aplikasi Penerapan KPD2LK CA REVIEW PKP Pertemuan 2 Kasus Aplikasi Penerapan KPD2LK Agenda Penerapan KPD2LK Jamsostek Rumah Sakit 2 Laporan Keuangan JAMSOSTEK SEJARAH JAMSOSTEK Pada tahun 1947 UU 33/1947 jo 2/1951 tentang Kecelakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Mengapa RUU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) perlu segera disusun? Apakah peraturan perundang-undangan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dana Pensiun merupakan badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan pembayaran manfaat pensiun. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan BAB I PENDAHULUAN. Gambaran Umum Objek Penelitian.. Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Terbentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengalami proses

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional IMPLEMENTASI SJSN Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Jakarta, 12 Desember 2011 1 Latar belakang SJSN SJSN

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

No peserta harus dapat dipenuhi dari Iuran tersebut. Untuk itu, badan penyelenggara harus dapat mengelola dan mengembangkan secara terarah dan

No peserta harus dapat dipenuhi dari Iuran tersebut. Untuk itu, badan penyelenggara harus dapat mengelola dan mengembangkan secara terarah dan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5486 TENAGA KERJA. Aset. Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 256) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2 2.1 Sejarah Sejarah terbentuknya PT. Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No 33/1947 jo UU No. 2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat. Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demokratis. Kebijaksanaan sosial dapat dianggap sebagai kerangka kerja utama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. demokratis. Kebijaksanaan sosial dapat dianggap sebagai kerangka kerja utama untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perlindungan sosial merupakan komponen penting dari kebijakan sosial yang didasari atas hak sosial dan hak ekonomi yang dinikmati oleh warga negara di negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) No.239, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri Dana Pensiun saat ini mempunyai peranan yang makin besar

BAB I PENDAHULUAN. Industri Dana Pensiun saat ini mempunyai peranan yang makin besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri Dana Pensiun saat ini mempunyai peranan yang makin besar di Indonesia. Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, industri

Lebih terperinci

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan No.130, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Rencana Jangka Panjang. Rencana Kerja. Anggaran. Persero. Penyusunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PMK.06/2013

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan

Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan Kajian aktuaria ini dilakukan bedasarkan permintaan permintaan pemerintah sindonesia dalam merencanakan dan melaksanakan program pensiun baru di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL

TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL Oleh: Haiyani Rumondang (Dirjen PHI dan Jamsos, Kemnaker) Disampaikan pada: Acara Diskusi Publik Nasional : Penguatan Jaminan Sosial dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bank-bank dituntut untuk menjadi lebih dinamis terhadap perubahan agar siap bersaing

Lebih terperinci

Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011

Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011 Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS 7 September 2011 1 Pending Issues yang signifikan 1. Transformasi 2. Seleksi Dewan Pengawas dan Direksi 3. Jumlah Anggota Dewan Pengawas dan Direksi 4. Hubungan dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Penyertaan Modal. Prinsip Kehatihatian. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 142) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Ahmad Edi Komaruddin Kepala Bidang Pemasaran PU

Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Ahmad Edi Komaruddin Kepala Bidang Pemasaran PU Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Ahmad Edi Komaruddin Kepala Bidang Pemasaran PU Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Jakarta - Salemba Jl. Salemba Raya No. 65, Salemba, Jakarta Pusat T (021) 3905226

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional Indonesia. Peran negara dalam mewujudkan upaya pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. panjang, dimulai dari UU No. 33/1947 jo UU No. 2/1951 tentang kecelakaan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. panjang, dimulai dari UU No. 33/1947 jo UU No. 2/1951 tentang kecelakaan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. JAMSOSTEK (Persero) Sejarah terbentuknya PT. Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No. 33/1947 jo UU No. 2/1951 tentang kecelakaan

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL 1 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan

Lebih terperinci

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

ORI OBLIGASI NEGARA RITEL

ORI OBLIGASI NEGARA RITEL ORI OBLIGASI NEGARA RITEL PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK sebagai AGEN PENJUAL Oktober 2011 ORI Outline Sekilas Tentang ORI Cara Pembelian dan Perdagangan ORI Keuntungan dan Risiko Investasi di

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) 2.1 Sejarah Perusahaan Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan A. Sejarah Perusahaan Bank Tabungan Pensiunan Nasional terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958

Lebih terperinci

Implementasi Jaminan Pensiun untuk Seluruh Pekerja

Implementasi Jaminan Pensiun untuk Seluruh Pekerja Implementasi Jaminan Pensiun untuk Seluruh Pekerja Mandat Undang Undang + Undang-Undang 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2 Program dan Kepesertaan Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang dipicu dengan gejolak nilai tukar sejak Juli 1997 berdampak luas terhadap perekonomian nasional. Selama semester II/1997 dan tahun 1998, semua indikator

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang transformasi PT Jamsostek (Persero) di Harian Pelita tentang transformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Milyar BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat dari Pendapatan Daerah, Belanja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang cukup berpotensi untuk menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Lebih terperinci