1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara. Indonesia mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded sosial security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Di bawah kendali Kementrian Sosial dalam menjalankan fungsi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Kementrian Sosial menunjuk empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam menjalankan fungsi sistem jaminan sosial, keempat BUMN tersebut antara lain; PT Jamsostek selaku badan penyelenggara jaminan ketenagakerjaan, PT Askes selaku penyelenggara jaminan kesehatan masyarakat, PT ASABRI selaku penyelenggara jaminan sosial asuransi bagi para anggota Polri, TNI, dan DEPHAN, dan yang terakhir adalah PT Taspen sebagai penyelenggara jaminan sosial pensiun tenaga kerja. Berangkat dari ketentuan pasal 52 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2004 mengenai batas waktu paling lambat untuk penyesuaian semua ketentuan yang mengatur mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Namun sampai batas waktu yang telah direncanakan (lima tahun sejak UU No. 40 Tahun 2004 diundangkan) amanah undang-undang tersebut tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah dan RUU BPJS pun tidak selesai dirumuskan. DPR RI dan pemerintah mengakhiri pembahasan ini pada sidang Paripurna DPR RI tanggal 28 Oktober RUU tentang BPJS disetujui dan kemudian disahkan menjadi undang-undang, DPR RI menyampaikan RUU BPJS kepada presiden pada tanggal 7 November Pemerintah mengundangkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS pada tanggal 25 November Secara garis besar isi dari UU tersebut yang berisi tentang waktu dan tata cara transformasi pada tubuh BPJS seperti yang digambarkan pada Gambar 1. Gambar 1 Rencana transformasi BPJS Sumber : Dewan Jaminan Sosial Nasional (2011)

2 2 Dewan Jaminan Sosial Nasioanal (DJSN) sebagai badan pengawas di dalam SJSN sesuai undang-undang menargetkan per 1 Juli 2015 PT Jamsotek resmi menjadi BPJS Ketenagakerjaan dengan menyisakan tiga program utama yaitu mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM) dan Jaminan Hari Tua (JHT). Sementara itu program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) tidak lagi bagian dari program Jamsostek, namun akan dilimpahkan kepada BPJS bagian Kesehatan. Rencana pemerintah untuk meleburkan PT Taspen dan PT Asabri ke dalam BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2029, walaupun tidak secara rinci dijelaskan di dalam undang-undang. 1 Janurari 2014 PT Jamsostek sudah berganti logo dan nama menjadi BPJS Ketenagakerjaan, namun secara operasional dan berdasarkan isi dari UU 24 Tahun 2011 BPJS Ketenagakerjaan resmi beroperasi pada tanggal 1 Juli Sebagai perusahaan yang dipaksa bertransformasi PT Jamsostek memiliki tiga fase transisi yang telah disiapkan oleh unit khusus perusahaan, masa transisi ini dikawal oleh Transformation officer yang berada di bawah langsung Direktur Utama, Jamsostek digiring menuju proses transformasi menajdi BPJS Ketenagakerjaan. Seperti yang digambarkan pada Gambar 2 proses transformasi dimulai pada akhir tahun 2012 yaitu fase Rekonsolidasi organisasi (Reconsolidating Organization) yaitu dilakukan untuk membangun konsolidasi di dalam organisasi. Pembangunan kekuatan di dalam organisasi penting dilakukan karena dapat membangun sebuah pijakan dasar yang akan digunakan sebagai titik tolak menuju visi yang telah ditetapkan. Konsolidasi ini juga ditujukan untuk menyamakan persepsi, semangat dan tujuan sehingga tercipta suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat memudahkan pencapaian visi. Gambar 2 Tahapan transformasi BPJS ketenagakerjaan Sumber : Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Jamsostek (2012) Pada fase berikutnya adalah fase penyesuaian infrastruktur (Fit-In Infrastructure) yang dilakukan selama tahun 2013, fase ini dilaksanakan untuk melanjutkan konsolidasi organisasi yang telah selesai dilaksanakan pada fase

3 sebelumnya. Dengan organisasi yang telah solid untuk berkerjasama mencapai satu tujuan, maka selanjutnya dibutuhkan pembangunan infrastruktur sebagai landasan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai visi. Pembangunan infrastruktur ini juga dimaksudkan untuk menopang kegiatan proses bisnis yang dilakukan PT Jamostek. Selain itu, pembangunan ini juga ditujukan untuk mempersiapkan transformasi ke BPJS Ketenagakerjaan yang memiliki implikasi semakin luasnya cakupan kepesertaan yang harus dilayani pada 2015 nanti. Fase ketiga adalah Pembangunan keuntungan dan pelayanan yang berkelanjutan (Building Sustainability in Benefit & Service) yang dilakukan mulai tahun 2014 hingga Tahapan ketiga dalam proses transformasi ini dilakukan setelah pembangunan infrastruktur selesai dilaksanakan. Saat bangunan pendukung untuk proses bisnis telah dibuat, maka selanjutnya perlu dilakukan peningkatan serta perbaikan di sektor manfaat dan pelayanan, sehingga dapat membuat tingkat kepuasan peserta terus meningkat. Kepuasan peserta yang tinggi terhadap manfaat dan layanan dapat berdampak kepada turunnya tingkat peserta yang keluar dari keanggotaan. Hal ini dapat membuat PT Jamsostek memiliki basis peserta yang kuat serta akan semakin menarik minat pekerja non peserta untuk menjadi peserta. Akhirnya proses ini akan menciptakan suatu model bisnis yang berkelanjutan untuk masa depan Jamsostek (BPJS Ketenagakerjaan) sendiri. Hampir sama seperti peran bank sebagai lembaga intermediasi, yang menghimpun dana dalam bentuk tabungan dan menyalurkan dana tersebut kembali dalam bentuk kredit, PT Jamsostek merupakan badan usaha yang menghimpun dana dalam bentuk iuran jaminan sosial tenaga kerja. Dari peran tersebut, jumlah pererta merupakan faktor kunci bagi PT Jamsostek dalam menjalankan bisnisnya, iuran dari para peserta merupakan sumber dana utama bagi PT Jamsostek untuk menjalankan bisnisnya. PT Jamostek sendiri memperoleh penghasilan dari selisih dana iuran dengan jumlah claim peserta. Pendapat PT Jamsostek juga diperoleh dari yield dari portofolio investasi yang dilakukan seperti; investasi pada pasar saham, obligasi, deposito, reksadana, properti dan sukuk. Tercatat pada tahun 2012 yield yang diterima PT Jamsostek sebesar 13.2 triliun rupiah. Terlihat dalam Tabel 1 terjadi lonjakan yang cukup signifikan pada peserta aktif dan dana kelola pada tahun Lonjakan ini diakibatkan dari selesainya infrastruktur yang dibutuhkan pada akhir tahun 2013 yang dibangun dalam rangka untuk mendukung proses transformasi. Setelah selesainya infrastruktur penunjang untuk melayani peserta di hampir seluruh Kabupaten, maka kehadiran PT Jamsostek makin terasa hingga ke pelosok tanah air. Sosialisasi mengenai transformasi dan manfaat menjadi peserta yang juga berjalan beriringan dengan proses pembangunan infrastruktur, juga akan meningkatkan brand awareness di kalangan pekerja non peserta. Apabila kedua faktor tersebut digabungkan, maka peningkatan jumlah peserta hingga 1.9 juta dalam satu tahun diharapkan bisa dicapai. Sedangkan pada dana kelola, peningkatan pada tahun 2014 terjadi sebagai akibat dari semakin banyaknya peserta aktif yang terdaftar pada tahun tersebut. Tingkat peserta aktif dan dana kelola dapat dikatakan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, permasalahannya apakah hal ini mampu tercapai di tengah beralihnya dana kelola dari program unggulan JPK ke BPJS Kesehatan. 3

4 4 Tabel 1 Data target Jamsostek Target Penyesuaian infrastruktur Pembangunan keuntungan dan pelayanan yang berkelanjutan Peserta aktif (juta orang) Laba bersih (triliun) Tingkat kepuasan peserta 85% 90% 95% 95% 95% Dana dikelola (triliun) Sumber : Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Jamsostek (2012) Masalah klasik yang dihadapi oleh PT Jamsostek sendiri adalah masalah rendahnya rasio kepesertaan dengan angkatan kerja di Indonesia. Hal ini akan menjadi persoalan besar dalam proses transformasi PT Jamsostek menuju BPJS Ketenagakerjaan. Terkait dengan hilangnya program unggulan JPK yang beralih menjadi tanggung jawab BPJS Kesehatan membuat PT Jamsostek kehilangan dana iuran dari peserta JPK. Meningkatkan jumlah peserta menjadi cara agar dana yang dihimpun lewat iuran peserta bisa terus tumbuh. Tabel 2 merupakan data kepersertaan perusahaan di pulau Jawa pada tahun 2011, dari data tersebut wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah dengan jumlah perusahaan terbesar yang belum mengikuti jaminan sosial ketenagakerjaan ini. Ada sekitar 33 ribu perusahaan baik skala besar, menengah dan kecil yang belum tergerak dalam memberikan jaminan terhadap para pekerjanya. Tabel 2 Kepersertaan Jamsostek dalam hubungan kerja di Indonesia menurut provinsi tahun 2011 Provinsi Perusahaan (Unit) Wajib Terdaftar DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa timur Banten Sumber : PT Jamsostek (Diolah Pusdatinaker) Wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah dengan jumlah unit perusahaan terbesar di wilayah pulau Jawa sekaligus merupakan daerah dengan jumlah perusahaan non peserta Jamsostek terbesar. Untuk wilayah DKI Jakarta sendiri, PT Jamsostek memiliki Kantor Wilayah dengan 17 Kantor Cabang yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Kanwil DKI Jakarta sendiri merupakan Kanwil yang memiliki kantor cabang paling banyak diantara 11 Kanwil yang ada di seluruh Indonesia. Mengetahui bahwa DKI Jakarta merupakan daerah potensial untuk mendongkrak jumlah peserta aktif, maka perlu bagi Jamsostek dalam hal ini Kanwil DKI Jakarta menyusun strategi untuk meningkatkan jumlah peserta aktif. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rasio perbandingan antara jumlah perusahaan yang terdaftar dengan perusahaan peserta Jamsostek masih sangat kecil. Terlihat dari perusahaan yang terdaftar di wilayah DKI Jakarta hanya perusahaan yang mengikuti program Jamsostek. Begitu pula dengan jumlah tenaga kerja yang terdaftar, dari 3.4 juta jiwa hanya 1.38 juta jiwa yang mendapatkan jaminan

5 5 ketenagakerjaan ini. Hal ini tentunya menjadi perkerjaan rumah besar bagi PT Jamostek Kanwil DKI Jakarta ke depan untuk menyerap semua potensi perusahaan dan tenaga kerja untuk menjadi peserta Jamsostek. PT Jamsostek pada setiap periode (lima tahunan) akan memberikan target-target kepada setiap Kantor Wilayah berdasarkan potensi dan kompetensi masing-masing Kanwil, termasuk di dalamnya ialah target kepersertaan. Tabel 3 Jumlah unit dan tenaga kerja dan kepesertaan Jamsostek bulan November minggu ke II Jumlah Peserta Jamsostek No Kantor Cabang Perusahaan Tenaga Kerja Perusahaan Tenaga Kerja 1 Salemba Grogol Tanjung Priok Rawamangun Setiabudi Cilandak Gambir Kebonsirih Cawang Pluit Pulo Gadung Kebayoran Baru Cilincing Mangga Dua Gatot Subroto I Gatot Subroto II Gatot Subroto III DKI Jakarta Sumber : Data bagian pemasaran Kanwil DKI Jakarta (2013) PT Jamsostek membagi kepersertaan berdasarkan paket apa yang diambil oleh perusahaan, ada dua kelompok kepersertaan menurut paket yang mereka ambil, yaitu kepersertaan paket A meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua, sedangkan paket C hanya menyertakan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Walaupun nantinya JPK akan beralih menjadi wewenang dan tanggung jawab dari BPJS Kesehatan, namun sampai saat ini PT Jamsostek masih berfokus dalam meningkatkan jumlah peserta paket C. Dari data bagian operasional dan pemawasaran Kanwil DKI Jakarta seperti yang tertera pada Tabel 4, rata-rata realisasi target yang dibebankan pusat kepada Kanwil DKI Jakarta hanya sebesar 63.46% pada paket A, sedangkan pada paket C hanya 56.82% pencapaiannya dari beban target yang dibebankan dari pusat. Pencapaian inilah yang menjadi masalah yang dihadapi oleh Jamsostek Kanwil DKI Jakarta, terutama peserta paket A yang akan menjadi fokus PT Jamsostek ke depan.

6 6 Tabel 4 Jumlah target dan pencapaian PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta Kantor Cabang Paket A Paket C Target Realisasi % Target Realisasi % Salemba Grogol Tanjung Priok Rawamangun Setiabudi Cilandak Gambir Kebonsirih Cawang Pluit Pulo Gadung Kebayoran Baru Cilincing Mangga Dua Gatot Subroto I Gatot Subroto II Gatot Subroto III Kanwil DKI Jakarta Sumber : Data Divisi Pemasaran Kanwil DKI Jakarta (2013) Adanya gap yang besar antara target awal (beban pusat) dengan pencapaian Kepesertaan PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta saat ini merupakan salah satu bentuk kegagalan manajemen dalam merencanakan strategi dan kegiatan operasional. Hal inilah yang menjadi fokus di dalam penelitian ini, untuk mengidentifikasi proses dari formulasi sampai pada tahap eksekusi strategi di dalam PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta. Hal yang menarik untuk dicermati di dalam kasus ini adalah apakah terjadinya gap tersebut diakibatkan dari kegagalan memformulasikan atau kegagalan dalam merencanakan eksekusi strategi. Formulasi strategi dan implementasi dikategorikan sebagai dua tahapan yang terpisah, implementasi merupakan sebuah proses yang murni aktivitasnya dikerjakan oleh level staf menengah dan bawah sedangkan formulasi merupakan sebuah proses perencanaan yang disusun oleh para top manager. Hasil studi yang dilakukan Kaplan dan Norton (2001) memperlihatkan keberhasilan perusahaan yang memiliki sistem pengelolaan strategi ternyata mempunyai tingkat keberhasilan dalam hal eksekusi strategi mencapai 70%, sebuah angka yang jauh lebih tinggi dari pada perusahaan yang tidak memiliki sistem yaitu hanya 27% saja (Tabel 5). Senada dengan studi yang dilakukan oleh Nohria et al. (2003) yang memeriksa lebih dari 200 praktek manajemen yang diterapkan lebih dari 100 tahun di 160 perusahaan mapan, menunjukan tidak ada satupun konsep manajemen yang dapat ditetapkan sebagai yang paling berhasil meningkatkan kinerja organisasi. Studi tersebut juga mengatakan bahwa hal yang penting bukanlah formulasi strategi semata, melainkan efektivitas implementasi strategi.

7 7 Pengelolahan strategi dan kinerja perusahaan yang memiliki sistem Dampak terhadap tingkat keberhasilan eksekusi strategi Sumber : Kaplan dan Norton (2006) Tabel 5 Keberhasilan sistem eksekusi strategi Memiliki sistem (%) Tidak memiliki sistem (%) 54% 46% 70% 27% Masalah kegagalan dari sebuah perencanaan strategis adalah sebuah fenomena di seluruh dunia, besarnya hingga 90% dan hanya 10% strategi yang berhasil dilaksanakan (Nohria et al. 2003). Dikatakan bahwa 95% dari organisasi tidak memahami strategi organisasi mereka (Carter dan Pucko, 2010). Studi tersebut juga mengatakan bahwa hal yang penting bukanlah formulasi strategi semata, yang jauh lebih penting adalah efektivitas implementasi strategi tersebut. Sejumlah kegagalan strategi lebih banyak disebabkan oleh kegagalan di dalam pengimplementasian strategi, Koseoglu et al. (2009) menunjukkan bahwa kegagalan rencana strategis dibagi ke dalam empat kategori yaitu proses perencanaan strategi, kualitas strategi, implementasi strategi dan serta struktur dan iklim organisasi. Roth et al. (1999) mengidentifikasi enam faktor yaitu: koordinasi, filosofi manajerial, konfigurasi, formalisasi, sentralisasi, dan mekanisme dalam mengintegrasikan. Beer dan Eisentat (2000) mengatakan ada enam penghambat dalam pengimplementasian strategi yang sering muncul dalam suatu organisasi antara lain ialah gaya kepemimpinan puncak yang beroreantasi top-down, strategi tidak jelas serta konflik prioritas, manajer yang tidak berkerja efektif, komunikasi vertikal yang buruk, koordinasi yang buruk antar fungsi, antar bisnis unit dan antar unit di dalam organisasi, serta yang terakhir adalah kompetensi kepemimpinan dan pengembangan yang lemah dari pimpinan di level menengah atau bawah. Temuan-temuan tersebut memperjelas bahwa literatur telah memberikan penekanan yang berlebihan terhadap formulasi strategi, sementara pada tahap implementasi strategi diberikan perhatian yang minim. Masalah belum tercapainya keseimbangan antara formulasi dan implementasi ini menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi perusahaan. Banyak para praktisi, manajer, konsultan dan bahkan direksi dapat menyusun strategi formulasi yang baik, namun tidak melakukan persiapan optimal pada aktivitas dan program implementasi. Tidak sedikit perusahaan yang berhasil menyusun strategi komprehensif namun terbengkalai dalam eksekusinya. Eksekusi dilakukan pada saat setiap unit dan individu memperoleh target masing-masing, dan mereka bekerja untuk mencapai target tersebut. Dalam rangka mengeksekusi rencana strategis dengan kategori tersebut, menjadi suatu tindakan operasional yang detail, rutin (jangka pendek), dan tersegmentasi pada unit-unit kerja tertentu, membutuhkan suatu upaya yang efektif dan efesien. Kemampuan mengeksekusi strategi dengan baik inilah yang dikiran belum sepenuhnya diterapkan di PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta, dibuktikan dengan tingkat pencapaian target tahun 2013 (Tabel 3) yang jauh dari jumlah potensi yang ada.

8 8 Perumusan Masalah Pella (2013) berpendapat bahwa terdapat rentang 70% sampai 90% strategi yang diterapkan perusahaan gagal dalam implementasiannya. Hal yang sama tergambar pada tingkat pencapaian kinerja PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta dalam meningkatkan jumlah peserta. Kenyataan yang sering muncul kemunduruan pencapaian target pencapaian strategi dari pada target awal yang direncanakan, hal ini memperjelas adanya problem manajerial dalam implementasi strategi. Tidak sedikit perusahaan yang berhasil menyusun strategi komprehensif namun terbengkalai dalam eksekusinya. Eksekusi dilakukan pada saat setiap unit dan individu memperoleh target masing-masing, dan mereka bekerja untuk mencapai target tersebut. Dalam rangka mengeksekusi rencana strategis dengan kategori tersebut, menjadi suatu tindakan operasional yang detail, rutin (jangka pendek), dan tersegmentasi pada unit-unit kerja tertentu, membutuhkan suatu upaya yang efektif dan efesien. Disinilah tantangan terbesar bagi manajemen PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta yaitu memastikan strategi yang dijalankan dengan tepat agar tidak menjadikan perencanaan strategi yang tersusun dengan baik namun tidak maksimal dalam eksekusi strateginya. Selain merencanakan strategi dalam meningkatkan peserta, perlu bagi Jamsotek Kanwil DKI Jakarta untuk menyusun proses eksekusi strategi agar implementasi dari formulasi strategi sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian ini dilaksanakan untuk memformulasikan strategi lalu melanjutkannya pada tahap eksekusi strategi yang diharapkan agar kesenjangan antara target awal dengan pencapaian bisa tercapai sesuai dengan beban target yang dibebankan pusat untuk Kanwil DKI Jakarta. Berdasarkan uraian tersebut maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor eksekusi strategi apa yang menjadi kendala PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta saat ini 2. Faktor eksternal dan internal apa yang mempengaruhi PT Jamsostek Kanwil DKI dalam meningkatkan jumlah peserta 3. Alternatif strategi apa saja dalam meningkatkan peserta aktif pada PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta 4. Stategi alternatif yang mana yang akan menjadi prioritas strategi PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta 5. Bagaimanakah eksekusi strategi PT Jamsostek Kanwil DKI dalam meningkatkan jumlah peserta aktif dalam pelaksanaan rencana kerja Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kendala eksekusi strategi yang dihadapi PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta

9 9 2. Menganalisis faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta dalam meningkatkan jumlah peserta 3. Merumuskan alternatif strategi dalam meningkatkan peserta PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta 4. Menentukan strategi prioritas PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta dalam meningkatkan jumlah peserta aktif 5. Merumuskan rencana eksekusi strategi di PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta dalam meningkatkan jumlah peserta Manfaat Penelitian Penelitian perencanaan dan sistem eksekusi strategi Jamsostek Kanwil DKI Jakarta dalam meningkatkan jumlah peserta aktif ini bermanfaat sebagai: 1. Sumbangan pemikiran dan alternatif wawasan bagi perusahaan mengenai perencanaan dan eksekusi strategi dari sudut pandang akademik 2. Upaya memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan manajemen perencanaan dan sistem eksekusi strategi khususnya pada Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang jaminan sosial Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini didisain untuk perencanaan dan eksekusi strategi Jamsostek Kanwil DKI Jakarta dalam meningkatkan jumlah peserta aktif dengan rincian sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini terbatas pada perencanaan dan eksekusi strategi PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta dalam meningkatkan jumlah peserta aktif 2. Objek penelitian langsung adalah kantor pusat PT Jamsostek di Jalan Jendral. Gatot Subroto No. 79. Jakarta Selatan dan PT Jamsostek Kanwil DKI Jakarta, Jalan Jendral. Gatot Subroto No Lt 8 Tower B Menara Jamsostek, Jakarta Selatan. 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Strategik Banyak literatur mengenai manajemen stratejik menurut para ahli dalam bidang strategi. Menurut Hutabarat dan Huseini (2006) strategi merupakan rencana

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 31 Maret 2016 1 PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN 2 SEBELUM 1 JANUARI

Lebih terperinci

Transformasi BPJS 2. September 2011

Transformasi BPJS 2. September 2011 Transformasi BPJS 2 September 2011 1 Transformasi BPJS 2 (1) RUU BPJS disahkan menjadi UU Nov 2011 Ijin prakarsa pembuatan dan revisi PP terkait JHT dan JP Proses konsultasi publik terkait harmonisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial telah menetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial baik BPJS Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan salah satu sektor yang strategis dalam upaya membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Sebagai salah satu kebutuhan mendasar manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi kesehatan sedunia, dan secara nasional dalam amandemen UUD 1945 pada Pasal 28-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Mengapa RUU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) perlu segera disusun? Apakah peraturan perundang-undangan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV. keuangan dengan bingkai syariah Islam yang berkaitan dengan masalah. keuangan perusahaan. Secara garis besar, fungsi-fungsi perusahaan bisa

BAB IV. keuangan dengan bingkai syariah Islam yang berkaitan dengan masalah. keuangan perusahaan. Secara garis besar, fungsi-fungsi perusahaan bisa BAB IV ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH PADA SISTEM PENGELOLAAN DANA JAMINAN DAN PEMBAYARAN KLAIM PADA PT. BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MOJOKERTO A. Sistem Pengelolaan Dana Jaminan BPJS Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012 Prospek Pengawasan Implementasi UU SJSN/BPJS Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 7 Nopember 2012 1 Suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini dunia pemasaran berkembang begitu pesat. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini dunia pemasaran berkembang begitu pesat. Setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini dunia pemasaran berkembang begitu pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba mempertahankan maupun membangun eksistensinya di tengah persaingan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional IMPLEMENTASI SJSN Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Jakarta, 12 Desember 2011 1 Latar belakang SJSN SJSN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu kebutuhan manusia semakin meningkat, baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk

Lebih terperinci

PH-5/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM

PH-5/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM PH-5/BPJS TK/2015 Berdasarkan ketentuan Pasal 62 huruf d UU BPJS dan didukung oleh fakta hukum bahwa BPJS Ketenagakerjaan sudah lahir pada tanggal 1 Januari 2014, anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi

Lebih terperinci

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi Modul ke: Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, SHI., M.Si Sub Bahasan 1. Mengenal

Lebih terperinci

PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional

PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional Seri Telaah MARTABAT 04/2011 PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional Oleh: A. A. Oka Mahendra MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang maksimum dalam rangka mempertinggi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang maksimum dalam rangka mempertinggi tingkat BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Setiap perusahaan atau badan usaha pada umumnya didirikan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang maksimum

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN 27 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, jaminan sosial kesehatan sangat diperlukan sebagai sarana penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai wujud aplikasi UUD 1945 Bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial dan implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagaimana diatur oleh Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT A. Sejarah Ringkas Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan BPJS ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan) merupakan program pemerintah yang

Lebih terperinci

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN A. A. Oka Mahendra, SH. Jakarta, 13 November 2013 OUTLINE 1.Pendahuluan 2.Peraturan Terkait Jaminan Pensiun 3.Harmonisasi

Lebih terperinci

Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Seri Buku Saku - 2: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Penulis Desain Sampul Layout : Asih Eka Putri : Malhaf Budiharto : Komunitas

Lebih terperinci

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang transformasi PT Jamsostek (Persero) di Harian Pelita tentang transformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pemerintah sebagai instansi tertinggi yang bertanggungjawab atas pemeliharaan harus pula

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan Bab I Pendahuluan 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN bpjs-kesehatan.go.id I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 28H ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, setiap orang berhak

Lebih terperinci

MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI

MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI Senin, 5 Maret 2012 MAKNA TRANSFORMASI (1) TRANSFORMASI: (KBBI, Edisi Ketiga,2005:1208) Perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi) Linguistik: perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demokratis. Kebijaksanaan sosial dapat dianggap sebagai kerangka kerja utama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. demokratis. Kebijaksanaan sosial dapat dianggap sebagai kerangka kerja utama untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perlindungan sosial merupakan komponen penting dari kebijakan sosial yang didasari atas hak sosial dan hak ekonomi yang dinikmati oleh warga negara di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal ini juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan BAB I PENDAHULUAN. Gambaran Umum Objek Penelitian.. Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Terbentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan rendahnya tingkat kepuasan peserta BPJS Kesehatan. Sejak dikeluarkannya UU Badan Penyedia

Lebih terperinci

Perlindungan Seluruh Pekerja Menuju operasionalisasi penuh 01 Juli 2015

Perlindungan Seluruh Pekerja Menuju operasionalisasi penuh 01 Juli 2015 Perlindungan Seluruh Pekerja Menuju operasionalisasi penuh 01 Juli 2015 DIDDI SISWADI Kepala Kantor Wilayah Sumbarriau Date : June 15 Sosial AMANAH UNDANG-UNDANG Sosial sebagai Amanah Undang-Undang Everyone,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

Pengalihan JPK ke BPJS Kesehatan. Agus Supriyadi Direktur Renbang dan Informasi

Pengalihan JPK ke BPJS Kesehatan. Agus Supriyadi Direktur Renbang dan Informasi Pengalihan JPK ke BPJS Kesehatan Agus Supriyadi Direktur Renbang dan Informasi Proses Transformasi paska UU BPJS BPJS KESEHATAN Seluruh penduduk (Ketentuan PBI dan Informal) JK Desain Program JK Askes/JPK/Jamkesmas/Jam

Lebih terperinci

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 OLEH : DR.CHAZALI H. SITUMORANG, APT, M,Sc / KETUA DJSN SJSN: Reformasi Jaminan Sosial TATA CARA SJSN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMSOS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. POKOK PEMBICARAAN

I. PENDAHULUAN II. POKOK PEMBICARAAN LAPORAN SINGKAT KOMISI IX DPR RI (BIDANG DEPARTEMEN KESEHATAN, DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, BADAN PENGAWAS OBAT & MAKANAN, DAN BKKBN) -----------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011

Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011 Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS 7 September 2011 1 Pending Issues yang signifikan 1. Transformasi 2. Seleksi Dewan Pengawas dan Direksi 3. Jumlah Anggota Dewan Pengawas dan Direksi 4. Hubungan dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia (HAM). Hal ini diatur di dalam Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Setiap

Lebih terperinci

BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH. ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan

BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH. ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH A. Sejarah Ringkas Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga tak lepas dari pertimbangan dari hasil pekerjaan yang didapat. Tabungan

BAB I PENDAHULUAN. juga tak lepas dari pertimbangan dari hasil pekerjaan yang didapat. Tabungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan kehidupan manusia semakin meningkat. Pekerjaan menjadi salah satu jembatan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain memenuhi

Lebih terperinci

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam pelaksanaan pekerjaannya, seorang praktisi humas akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam pelaksanaan pekerjaannya, seorang praktisi humas akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pelaksanaan pekerjaannya, seorang praktisi humas akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya. Manajemen PR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

MENGELOLA ENTITAS BISNIS. Muniya Alteza

MENGELOLA ENTITAS BISNIS. Muniya Alteza MENGELOLA ENTITAS BISNIS Muniya Alteza Manajer Kerja manajer mencakup usaha untuk mengembangkan strategi dan rencana taktis Manajer harus menganalisa lingkungan persaingan, merencanakan, mengelola, mengarahkan,

Lebih terperinci

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Perkembangan ketenaga listrikan di Indonesia terjadi sejak awal abad

Lebih terperinci

Implementasi Jaminan Pensiun untuk Seluruh Pekerja

Implementasi Jaminan Pensiun untuk Seluruh Pekerja Implementasi Jaminan Pensiun untuk Seluruh Pekerja Mandat Undang Undang + Undang-Undang 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2 Program dan Kepesertaan Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

CA REVIEW PKP Pertemuan 2 Kasus Aplikasi Penerapan KPD2LK

CA REVIEW PKP Pertemuan 2 Kasus Aplikasi Penerapan KPD2LK CA REVIEW PKP Pertemuan 2 Kasus Aplikasi Penerapan KPD2LK Agenda Penerapan KPD2LK Jamsostek Rumah Sakit 2 Laporan Keuangan JAMSOSTEK SEJARAH JAMSOSTEK Pada tahun 1947 UU 33/1947 jo 2/1951 tentang Kecelakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asean (MEA) dimana persaingan Industri menjadi lebih bebas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Asean (MEA) dimana persaingan Industri menjadi lebih bebas sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2016 ini Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana persaingan Industri menjadi lebih bebas sehingga perusahaan luar negeri

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia AHMAD ANSYORI Dewan Jaminan Sosial Nasional Padang, 26 Juni 2015 1 SJSN SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk kepastian

Lebih terperinci

PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA

PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA Nomor: 374/PS/KP-PRP/e/VIII/11 Tolak UU SJSN, RUU BPJS, dan Jamkesmas sebagai Solusi Jaminan Sosial bagi Rakyat! Tingkatkan Pajak Progresif bagi Korporasi sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2007 bisa dikatakan sebagai tahun harapan bahwa bisnis asuransi akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai fenomena alam yang

Lebih terperinci

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MEDAN. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MEDAN. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MEDAN A. Sejarah Ringkas Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

Disampaikan untuk Peserta Seminar POKSI IX FPKS DPR RI MENCARI BENTUK IDEAL BPJS: TUNGGAL ATAU MULTI?

Disampaikan untuk Peserta Seminar POKSI IX FPKS DPR RI MENCARI BENTUK IDEAL BPJS: TUNGGAL ATAU MULTI? MASUKAN KANTOR KONSULTAN JAMINAN SOSIAL MARTABAT: Disampaikan untuk Peserta Seminar POKSI IX FPKS DPR RI MENCARI BENTUK IDEAL BPJS: TUNGGAL ATAU MULTI? Oleh: ASIH EKA PUTRI A. A. OKA MAHENDRA Ruang KK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PETA JALAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN DAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau merupakan hak bagi

Lebih terperinci

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL 1 (satu) Kali dalam 1 (satu) Tahun ~ kewajiban BPJS memberikan informasi kepada Peserta g. memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumahan dan permukiman menjadi salah satu program besar pemerintah dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang masih menjanjikan

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan berkembang sangat cepat dan disertai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan berkembang sangat cepat dan disertai dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan berkembang sangat cepat dan disertai dengan semakin ketatnya persaingan dan tantangan-tantangan baru yang bertambah kompleks. Hal ini menuntut lembaga

Lebih terperinci

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 31 DESEMBER ASET Semester II 2015 Semester I 2015

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 31 DESEMBER ASET Semester II 2015 Semester I 2015 A. LAPORAN ASET NETO INVESTASI (NILAI WAJAR) ASET Semester II 2015 Semester I 2015 Surat Berharga Negara 20.056.075.000 5.058.305.000 Tabungan 4.684.964.144 5.714.635.010 Deposito on call 0 0 Deposito

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/PMK.08/2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/PMK.08/2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PENGALIHAN HARTA WAJIB PAJAK KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN PENEMPATAN PADA INSTRUMEN INVESTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempertahankan dan mendapatkan pelanggan baru di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempertahankan dan mendapatkan pelanggan baru di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindari oleh perusahaan. Munculnya persaingan tidak hanya dirasakan oleh lembaga pembiayaan tetapi juga dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Di Indonesia saat ini masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan mulai menyadari bahwa hidup mereka terlalu bergantung dengan pekerjaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan ekonomi yang timbul pada saat ini menjadi kendala bagi masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu meningkat. Sementara kemampuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SEKTOR KORPORASI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SEKTOR KORPORASI LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK TIM EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SEKTOR KORPORASI disusun oleh: Asep Ahmad Saefuloh Ahmad Sani Alhusain Sahat Aditua F. Silalahi T. Ade Surya

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR 68/DPD RI/IV/2012 2013 PANDANGAN DAN PENDAPAT TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT JAKARTA 2013 KEPUTUSAN NOMOR 68/DPD RI/IV/2012 2013 PANDANGAN DAN PENDAPAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah rancangan undang-undang (RUU BPJS) disahkan oleh DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Setelah rancangan undang-undang (RUU BPJS) disahkan oleh DPR-RI I. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setelah rancangan undang-undang (RUU BPJS) disahkan oleh DPR-RI menjadi Undang-undang BPJS (UU BPJS) pada tanggal 28 Oktober 2011, maka untuk menjalankan amanat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disusun sekarang dalam satuan moneter dan harus diwujudkan periode yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disusun sekarang dalam satuan moneter dan harus diwujudkan periode yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada sebuah perusahaan, anggaran merupakan alat perencanaan dan pengendalian untuk mencapai kinerja yang baik mengenai kegiatan organisasi yang disusun sekarang

Lebih terperinci

Namanya saja Sistem Jaminan Sosial Nasional, padahal isinya adalah menarik iuran wajib tiap bulan dari masyarakat tanpa pandang bulu.

Namanya saja Sistem Jaminan Sosial Nasional, padahal isinya adalah menarik iuran wajib tiap bulan dari masyarakat tanpa pandang bulu. Namanya saja Sistem Jaminan Sosial Nasional, padahal isinya adalah menarik iuran wajib tiap bulan dari masyarakat tanpa pandang bulu. Banyak orang tertipu dengan UU SJSN dan UU BPJS. Orang mengira ini

Lebih terperinci

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Pelabuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Aset. Jaminan Sosial. Ketenagakerjaan. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5724). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat layanan kesehatan. Jaminan

Lebih terperinci

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional drg. Usman Sumantri, M.Sc Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 12 Desember 2017 1 2 PENDAHULUAN PENILAIAN INDIKATOR PENCAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010-

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010- ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010-2012 Arista Hapsari Ramadhani Jalan Kesehatan V/8 Bintaro, 081281818044, dhitahapsari@hotmail.com Liberti

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. Kesenjangan generasi (generation gap) di sebuah perusahaan dapat

BAB 1 LATAR BELAKANG. Kesenjangan generasi (generation gap) di sebuah perusahaan dapat BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Kesenjangan generasi (generation gap) di sebuah perusahaan dapat menimbulkan permasalahan apabila terlalu lebar dan tidak terkelola dengan baik. Perbedaan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN PETA JALAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN

SISTEMATIKA PENYUSUNAN PETA JALAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN LAMPIRAN I PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 74 TAHUN 20142014 TANGGAL : 10 Juli 2014 SISTEMATIKA PENYUSUNAN PETA JALAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN I. PENDAHULUAN Bagian

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013 Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN

Lebih terperinci

Total Aset Lancar 8,539,309,057,728 8,277,738,483,952

Total Aset Lancar 8,539,309,057,728 8,277,738,483,952 LAPORAN POSISI KEUANGAN AN Per dan 31 Desember 2014 (AUDIT) 31 DESEMBER 2014 (AUDITED) ASET Aset Lancar Kas dan setara Kas 1,275,799,776,019 1,444,063,104,101 Piutang Dana Operasional 116,605,852,623 90,454,119,012

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MEDAN. A. Sejarah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MEDAN. A. Sejarah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MEDAN A. Sejarah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dana Pensiun merupakan badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan pembayaran manfaat pensiun. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. efektivitas kerja karyawan. Produktivitas suatu organisasi secara langsung atau

BAB 1 PENDAHULUAN. efektivitas kerja karyawan. Produktivitas suatu organisasi secara langsung atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata ruang kantor ialah salah satu faktor penting dalam meningkatkan efektivitas kerja karyawan. Produktivitas suatu organisasi secara langsung atau tidak langsung

Lebih terperinci