PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2016
|
|
- Ade Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Raya Palima-Pakupatan, Curug-Serang Banten
2 DAFTAR ISI Peraturan Gubernur Banten Nomor 30 Tahun 2015 tentang RKPD Provinsi Banten Tahun Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Dasar Hukum Penyusunan Hubungan Antar Dokumen Maksud dan Tujuan Bab II. 1.5 Sistematika Dokumen RKPD Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Kondisi Umum Daerah Evaluasi RKPD Provinsi Banten Tahun Bab III. 2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan Keuangan Daerah Bab IV. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Prioritas Pembangunan Daerah BAB V. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Rencana Program Prioritas Daerah Rencana Kegiatan Prioritas Daerah Bab VI. Penutup Kaidah Pelaksanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pembangunan
3 GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten Tahun Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); - 1 -
4 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); - 2 -
5 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 4); 12. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 26); 13. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 32); 14. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 42); - 3 -
6 15. Peraturan Gubernur Banten Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2013 Nomor 12); 16. Peraturan Gubernur Banten Nomor 61 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Banten Tahun 2015 (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2014 Nomor 61). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud : 1. Daerah adalah Provinsi Banten. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Gubernur adalah Gubernur Banten. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja yang berada di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten. 5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah dan DPR, yang ditetapkan dengan undang-undang. 7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional
7 8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang memuat arah kebijakan keuangan, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. 9. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 10. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. Pasal 2 (1) RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 disusun dengan maksud dijadikan sebagai: a. pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renja SKPD Tahun 2016; b. acuan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RKPD Kabupaten/Kota tahun 2016; c. landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran (2) RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun dengan tujuan untuk digunakan dalam perencanaan 1 (satu) tahun anggaran bagi SKPD Provinsi Banten
8 BAB II RUANG LINGKUP Pasal 3 (1) RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, memuat tentang : a. rancangan kerangka ekonomi daerah; b. program prioritas pembangunan daerah; dan c. rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju. (2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Bab I Pendahuluan b. Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2014 dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan; c. Bab III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah; d. Bab IV Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah; e. Bab V Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah; f. Bab VI Penutup. (3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB III PELAKSANAAN Pasal 4 RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember
9 BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 5 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Banten. Ditetapkan di Serang pada tanggal 8 Juni 2015 Plt. GUBERNUR BANTEN, ttd. RANO KARNO Diundangkan di Serang pada tanggal 8 Juni 2015 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BANTEN, ttd. KURDI BERITA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 NOMOR
10 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BAB I BANTEN TAHUN 2016 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten Tahun 2016 disusun dengan mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang RPJPD Provinsi Banten Tahun , Perda Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang RPJMD Provinsi Banten Tahun , Peraturan Gubernur (Pergub) Banten Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang RPJMD Provinsi Banten Tahun Selain itu, penyusunan RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 juga telah mengakomodasi substansi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun , dan juga Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun Dokumen RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 ini memuat hasil evaluasi capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2014, rancangan kerangka ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah, prioritas dan sasaran pembangunan daerah, serta rencana kerja dan pendanaan yang disertai prakiraan maju tahun Penyusunan RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 dalam prosesnya telah melalui beberapa tahapan yaitu tahap rancangan awal, tahap rancangan yang dibahas bersama dalam Musrenbang, tahap rancangan akhir yang hasil akhirnya kemudian dituangkan kedalam Peraturan Gubernur Banten
11 Sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun , dimana visinya yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkeribadian Berlandaskan Gotong Royong yang diterjemahkan melalui 7 misi, 9 agenda prioritas (Nawacita), dan Trisakti, serta memperhatikan RKP Tahun 2016 dan isu-isu strategis daerah tahun 2016 yaitu: 1. Pengangguran dan daya saing tenaga kerja; 2. Kemiskinan dan kerawanan social; 3. Keamanan pangan, distribusi pangan, dan produktivitas pangan; 4. Daya saing, pemasaran investasi dan komoditas; 5. Konektivitas dan pengembangan kawasan pusat pertumbuhan; 6. Pendidikan orientasi pasar kerja; 7. Akses dan mutu pelayanan kesehatan; 8. Tata ruang, kelestarian lingkungan hidup, sumber daya air, dan kerawanan kebencanaan; 9. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan; dan 10. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banten. Berdasarkan pada uraian di atas, maka ditetapkan Tema RKPD Provinsi Banten Tahun 2016, yaitu Peningkatan ekonomi kerakyatan dan daya saing SDM untuk kesejahteraan rakyat yang berdaulat, mandiri, berkepribadian, dan berkeadilan. Tema ini dijabarkan kedalam 10 (sepuluh) prioritas pembangunan Tahun 2016 sebagai berikut: 1. Peningkatan kapasitas tenaga kerja dan pengurangan tingkat pengangguran; 2. Perlindungan sosial, pemberdayaan ekonomi, dan antisipasi kerawanan sosial; 3. Pemantapan ketahanan pangan; 4. Peningkatan daya saing, pemasaran investasi dan komoditas; 5. Peningkatan konektivitas dan daya dukung kawasan pusat pertumbuhan; 6. Peningkatan kapasitas pendidikan berbasis kompetensi pasar kerja; 7. Optimalisasi infrastruktur pelayanan kesehatan dan integrasi peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat; 8. Pengendalian tata ruang, kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya air, mitigasi, serta adaptasi bencana; - 9 -
12 9. Pemantapan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan daerah; dan 10. Peningkatan keamanan, ketertiban dan kondusivitas masyarakat. 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 disusun dengan berlandaskan pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
13 7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 4); 12. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 26); 13. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 32); 14. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 42); 15. Peraturan Gubernur Banten Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
14 Banten Tahun (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2013 Nomor 12); 16. Peraturan Gubernur Banten Nomor 61 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Banten Tahun 2015 (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2014 Nomor 61). 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pada dasarnya mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan nasional disusun dengan tujuan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta pengendalian dan pengawasan. Guna melaksanakan hal tersebut, maka kerangka perencanaan daerah meliputi perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek yang kesemuanya dituangkan kedalam dokumen perencanaan daerah. RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 adalah dokumen perencanaan jangka pendek untuk jangka waktu 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJMD Provinsi Banten Tahun yang merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang yang tertuang dalam RPJPD Provinsi Banten Tahun dan RTRW Provinsi Banten Tahun yang mengacu pada RPJP Nasional dan RTRW Nasional. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antar dokumen perencanaan dapat dilihat sebagaimana pada gambar
15 Gambar 1.1 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan 1.4 MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan dokumen RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 dimaksudkan untuk: 1. pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renja SKPD Tahun 2016; 2. acuan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RKPD Kabupaten/Kota tahun 2016; 3. landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran Adapun tujuan penyusunan RKPD ini, yaitu untuk digunakan sebagai landasan dalam perencanaan 1 (satu) tahun anggaran bagi SKPD di lingkungan Provinsi Banten
16 1.5 SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD Dokumen RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 disajikan dengan sistematika sebagai berikut: Bab I. Bab II. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1.4 Maksud dan Tujuan 1.5 Sistematika Dokumen RKPD Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan 2.1 Kondisi Umum Daerah 2.2 Evaluasi dan Capaian Kinerja Pelaksanaan Urusan, Program dan Kegiatan RKPD Tahun Permasalahan Pembangunan Daerah Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Bab IV. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah 4.2 Prioritas Pembangunan Daerah BAB V. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah 5.1 Rencana Program Prioritas Daerah 5.2 Rencana Kegiatan Prioritas Daerah Bab VI. Penutup 6.1 Kaidah Pelaksanaan 6.2 Pengorganisasian Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pembangunan
17 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 KONDISI UMUM DAERAH Aspek Geografis dan Demografis 1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten, secara geografis wilayah Provinsi Banten seluas 8.651,20 km2 dengan batas wilayah Provinsi Banten adalah : 1) Sebelah Utara dengan Laut Jawa. 2) Sebelah Timur dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. 3) Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia. 4) Sebelah Barat dengan Selat Sunda dan Provinsi Lampung. Berdasarkan letak geografis dan batas administratif tersebut, maka Provinsi Banten memiliki posisi strategis secara geografis dan secara regional, karena menjadi jalur utama penghubung perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera sebagai kesatuan wilayah koridor andalan pengembangan ekonomi nasional. Disamping itu, wilayah maritim Banten dilalui Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang menghubungkan lalulintas laut antara Samudra Hindia ke wilayah Asia. Secara administratif wilayah Provinsi Banten terbagi menjadi 4 (empat) daerah otonom Kabupaten, yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Tangerang serta 4 (empat) daerah otonom Kota yaitu Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Selanjutnya secara rinci terdiri dari 155 kecamatan, dan 1551 desa/kelurahan (1.238 desa dan 313 kelurahan). Ekosistem wilayah Provinsi Banten secara umum terdiri dari kawasan hutan pegunungan di sebelah selatan dan kawasan pantai sebelah utara melingkar menuju Selat Sunda di sebelah barat. Iklim wilayah Banten dipengaruhi oleh angin muson dan gelombang la nina. Cuaca didominasi oleh angin barat dari samudera hindia dan angin asia di musim penghujan serta angin timur pada musim kemarau. Suhu udara di Banten berkisar antara 22,7 0 C-32,9 0 C, dengan kelembaban udara
18 bervariasi antara 79% - 87%. Jumlah hari dan curah hujan dalam setahun masing-masing sebanyak 206 hari dan mm. 2. Potensi Unggulan Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Tahun , diwilayah Provinsi Banten terdapat beberapa Kawasan Strategis Nasional (KSN) antara lain, KSN Selat Sunda, KSN Ujung Kulon, KSN JABODETABEKJUR, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, serta terdapat 21 Kawasan Industri di wilayah Provinsi Banten dengan produk manufaktur unggulan : Baja, Petrokimia, Alas kaki, Elektronik, Semen dan Makanan, yang didukung oleh keberadaan beberapa pusat perdagangan tradisional dan modern, infrastruktur dan simpul transportasi meliputi Bandara Internasional Soekarno Hatta, Pelabuhan Merak, Jalan Tol Jakarta Merak, Jalan Tol Serpong Jakarta Purbaleunyi, Kereta Api Jakarta Merak. Terdapat 39 Lokasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten Tahun , selanjutnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini: Gambar 2.1 Peta Kawasan Stategis Nasional dan Provinsi Banten
19 3. Wilayah Rawan Bencana Beberapa potensi bencana yang ada di wilayah Provinsi Banten yang teridentifikasi, antara lain : 1) Banjir Daerah rawan banjir di Provinsi Banten tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten/kota, yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut : a. Kota Cilegon meliputi Kecamatan Cibeber, Cilegon, Purwakarta, dan Grogol. Gambar 2.2 Peta Daerah Rawan Banjir Kota Cilegon b. Kota Serang meliputi Kecamatan Kasemen, Cipocokjaya, Serang, dan Walantaka. Gambar 2.3 Peta Daerah Rawan Banjir Kota Serang
20 c. Kota Tangerang meliputi Kecamatan Tangerang, Cipondoh, Batuceper, Ciledug, Jatiuwung, Benda, Karawaci, Cibodas, Periuk, Neglasari, Pinang, Karangtengah, dan Larangan. Gambar 2.4 Peta Daerah Rawan Banjir Kota Tangerang d. Kota Tangerang Selatan meliputi Kecamatan Serpong, Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Aren. Gambar 2.5 Peta Daerah Rawan Banjir Kota Tangerang Selatan e. Kabupaten Lebak meliputi Kecamatan Malingping, Banjarsari, Cimarga, Rangkasbitung, dan Cibadak. Gambar 2.6 Peta Daerah Rawan Banjir Kabupaten Lebak
21 f. Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Labuan, Pagelaran, Cikedal, Perdana, Patia, Sukaresmi, Panimbang, Pagelaran, Sumur, dan Carita. Gambar 2.7 Peta Daerah Rawan Banjir Kabupaten Pandeglang g. Kabupaten Serang meliputi Kecamatan Kramatwatu, Bojonegara, Puloampel, Ciruas, Kragilan, Pontang, Tirtayasa, Tanara, Cikande, Kibin, Carenang, Binuang, Tunjungteja, Cikeusal, Pamarayan, Anyer, dan Cinangka. Gambar 2.8 Peta Daerah Rawan Banjir Kabupaten Serang 2) Longsor Daerah rawan longsor di Provinsi Banten tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten/kota, yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut :
22 a. Kota Cilegon meliputi Kecamatan Pulomerak dan Purwakarta. Gambar 2.9 Peta Daerah Rawan Banjir Kota Cilegon b. Kabupaten Serang meliputi Kecamatan Bojonegara dan Cikeusal. Gambar 2.10 Peta Daerah Rawan Banjir Kabupaten Serang c. Kabupaten Lebak meliputi Kecamatan Cipanas, Muncang, Cibeber, dan Bayah. Gambar 2.11 Peta Daerah Rawan Banjir Kabupaten Lebak
23 d. Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Pandeglang, Cadasari, dan Mandalawangi. Gambar 2.12 Peta Daerah Rawan Banjir Kabupaten Pandeglang 3) Tsunami Daerah rawan bencana tsunami terdapat di sepanjang pantai Utara, Barat, sampai Selatan Provinsi Banten meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Untuk lebih jelasnya lokasi rawan bencana tsunami di Provinsi Banten dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut ini. Gambar 2.13 Peta Daerah Rawan Gempa dan Tsunami di Banten 4. Demografi Berdasarkan data kependudukan yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri adalah sebesar jiwa yang bersumber dari data kependudukan Kabupaten dan Kota yang telah dikonsolidasikan oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri
24 NO Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2014 KABUPATEN/KOTA SEMESTER II TAHUN 2014 LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan BANTEN Sumber: Biro Pemerintahan Setda Provinsi Banten Tahun 2014 NO Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Banten Tahun KABUPATEN/KOTA TAHUN (%) Pandeglang 0,84 0,77 0,86 2 Lebak 1,13 1,05 0,98 3 Tangerang 3,54 3,47 3,34 4 Serang 1,06 0,98 0,92 5 Kota Tangerang 2,66 2,59 2,51 6 Kota Cilegon 1,99 21,90 1,82 7 Kota Serang 2,20 2,14 2,06 8 Kota Tangerang Selatan 3,67 3,59 3,51 BANTEN 2,39 2,33 2,27 Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2014 Persebaran penduduk Provinsi Banten tidak merata, karena sebagian besar masih terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dengan luas wilayah 1.312,98 Km² (14% dari luas wilayah Provinsi Banten), ketiga wilayah tersebut pada tahun 2014 dihuni oleh sekitar 53,20% dari jumlah penduduk Banten. Sedangkan 46,80% penduduk tersebar di 5 (lima) wilayah yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Serang dan Kota Cilegon. Akibatnya tingkat kepadatan penduduk antar wilayah di Banten menjadi tidak merata. Tercatat, Kota Tangerang merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi, mencapai jiwa per km 2. Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Lebak yaitu dengan tingkat kepadatan penduduk hanya 368 jiwa per km 2. Berarti, Kota Tangerang hampir 35 kali lebih padat bila dibandingkan dengan Kabupaten Lebak
25 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kinerja pembangunan dengan fokus kesejahteraan secara umum bisa dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Laju Inflasi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sedangkan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari penurunan angka kemiskinan, indeks gini ratio, kedalaman kemiskinan, keparahan kemiskinan dan lain lain. LPE merupakan indikator yang dapat menggambarkan perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Perkembangan LPE di Provinsi Bantendapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Perkembangan LPE Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Banten Tahun (%) NO KABUPATEN/KOTA Kabupaten 1 Pandeglang 7,16 5,40 5,62 4,31-2 Lebak 6,59 6,44 5,01 5,73-3 Tangerang 6,71 7,35 6,22 6,11-4 Serang 4,15 5,67 5,10 5,56 - Kota 5 Tangerang 6,68 7,03 6,41 5,91-6 Cilegon 5,32 6,53 6,82 5,93-7 Serang 7,69 7,87 7,06 6,91-8 Tangerang Selatan 8,70 8,84 8,24 8,48 - Provinsi Banten 6,11 6,39 6,38 5,86 5,47 Sumber:BPS Banten Dalam Angka 2014 LPE tidak akan memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat bila diimbangi juga dengan tingginya laju inflasi. Inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan atau penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa. Perkembangan laju inflasi menurut kelompok pengeluaran di Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran di Provinsi Banten Tahun (%) NO KELOMPOK PENGELUARAN Bahan makanan 14,10 4,76 3,88 11,41 12,63 2 Makanan jadi, minuman, 3,76 2,95 8,24 9,85 12,57 rokok dan tembakau 3 Perumahan, air, listrik, gas 4,41 3,16 2,39 6,54 8,75 dan bahan bakar 4 Sandang 8,37 7,02 3,93 0,83 4,73 5 Kesehatan 5,30 4,03 4,97 5,68 4,49 6 Pendidikan, rekreasi, dan 3,64 6,44 9,11 7,47 4,33 olahraga 7 Transportasi, komunikasi 1,10 0,02 1,79 17,15 12,93 dan jasa keuangan Provinsi Banten 6,10 3,45 4,37 9,65 10,20 Sumber :BRS No 01/01/36/Th.IX, 2 Januari
26 PDRB adalah jumlah nilai tambah seluruh sektor kegiatan ekonomi yang terjadi disuatu daerah pada periode tertentu.perkembangan PDRB salah satunya dapat dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut sektor ekonomi di Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut: Tabel 2.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi BantenTahun TW II 2014 NO SEKTOR MILYAR MILYAR MILYAR % % RP RP RP % 1 Pertanian 16, , , Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 97, , , Listrik, Gas dan Air Bersih 8, , , Konstruksi 7, , , Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 40, , , , , , , , , Jasa-jasa 12, , , PDRB 213, , , Sumber:BRSNo. 40/08/36/Th. VIII, 5 Agustus Fokus Pembangunan Manusia (IPM) Pembangunan daerah dengan fokus kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pendapatan masyarakat yang tercermin dari IPM. IPM merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas karena memperlihatkan kualitas penduduk dalam hal intelektualitas, kelangsungan hidup, dan standar hidup layak. Perkembangan IPM di Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut : Tabel 2.6 Perkembangan IPM Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun NO KABUPATEN/KOTA Kabupaten 1 Pandeglang 68,29 68,77 69,22 69,64 2 Lebak 67,67 67,98 68,43 68,82 3 Tangerang 71,76 72,05 72,36 72,82 4 Serang 68,67 69,33 69,83 70,
27 NO KABUPATEN/KOTA Kota 5 Tangerang 75,17 75,44 75,72 76,05 6 Cilegon 75,29 75,60 75,89 76,31 7 Serang 70,61 71,45 72,30 73,12 8 Tangerang Selatan 75,38 76,01 76,61 77,13 Banten 70,48 70,95 71,49 71,90 Sumber: Banten Dalam Angka Aspek Pelayanan Umum Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan umum yang mencakup layanan urusan pemerintahan daerah. Fokus layanan urusan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan umum diarahkan pada : 1. Urusan Wajib Pendidikan Pembangunan urusan dibidang pendidikan mampu meningkatkan angka partisipasi sekolah pendidikan dasar, yaitu dari 97,85% pada tahun 2009 menjadi 98,01% pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 naik menjadi 98,23%, dan pada tahun 2012 naik menjadi 98,29% sedangkan pada tahun 2013 mencapai 98,60%. Pelayanan umum dibidang pendidikan juga dapat dilihat dari ketersediaan sekolah dan guru. Pada tahun 2013, rasio ketersedian sekolah perpenduduk usia sekolah untuk pendidikan dasar adalah 43,35; SLTP 29,30 dan SLTA 501,80. Sedangkan rasio guru dengan murid untuk tingkat SD 457, SLTP 629 dan SLTA 507. Pada tahun 2013 jumlah guru SD/MI orang, SMP/MTS orang, SMA/MA orang, dan SMK orang. Total ketersediaan guru orang. Kondisi ini menunjukan bahwa pelayanan pendidikan berupa penyediaan sekolah dan guru, serta proses belajar mengajar pada ketiga jenjang pendidikan tersebut sudah ideal. Pada sisi lain berdasarkan total jumlah ketersediaan guru tersebut sudah sesuai kualifikasi (55,25%) dan belum sesuai kualifikasi orang (44,75%). Hal ini menunjukan masih diperlukan upaya peningkatan kualitas guru melalui peningkatan kualifikasi dan sertifikasi
28 2. Urusan Wajib Kesehatan Status kesehatan penduduk dipengaruhi oleh banyak hal dan diantaranya adalah faktor layanan kesehatan. Efektifitas faktor layanan kesehatan secara makro ditentukan, antara lain: 1) Aksesibilitas sarana kesehatan, seperti: rumah sakit, puskemas dan balai pengobatan; 2) Aksesibilitas tenaga pemberi layanan, seperti: dokter, perawat, bidan dan apoteker; 3) Luas wilayah layanan serta jumlah yang harus dilayani. Semakin luas wilayah layanan, maka semakin berat upaya yang harus dilakukan untuk menjangkau masyarakat dan dijangkau masyarakat. Semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar beban tugas yang harus dilakukan. Pada tahun 2012, jumlah rumah sakit di Provinsi Banten sebanyak 72 unit, Puskesmas sebanyak 228 unit, sedangkan pada tahun 2013 jumlah rumah sakit di Provinsi Banten sebanyak 78 unit, dan jumlah Puskesmas 232 unit. Pemberi layanan kesehatan pada tahun 2013, terdiri dari dokter sebanyak orang (dokter umum orang, dokter ahli orang, dokter gigi 444 orang), bidan orang, perawat orang dan tenaga paramedis non keperawatan sebanyak orang. Pemerataan tenaga layanan kesehatan sangat penting dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Banten, karena pemerataan distribusi akan berdampak langsung pada kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan, terutama bagi masyarakat perdesaan yang umumnya tergolong dalam masyarakat miskin. Upaya layanan kesehatan terhadap masyarakat miskin, secara berkelanjutan terus dilakukan. Namun masih saja menghadapi masalah seperti keterbatasan akses layanan kesehatan dan rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan tubuh untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dan keluarga untuk tumbuh dan berkembang serta secara tidak langsung berpengaruh terhadap rendahnya derajat kesehatan ibu. 3. Urusan Wajib Perumahan Persentase kepemilikan perumahan di Provinsi Banten mengalami fluktuasi dari 75,96% pada tahun 2011 menjadi 76,98% di tahun 2012 dan menurun menjadi 76,70% pada tahun Demikian juga persentase
29 rumahtangga yang menempati rumah dengan status sewa/kontrak pada tahun 2011 sebesar 14,88% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 13,94%, dan meningkat kembali menjadi 15,02% pada tahun Untuk status lainnya terus mengalami penurunan dari 9,16% pada tahun 2011 menjadi 9,08% pada tahun 2012, dan menjadi 8,28 pada tahun Sementara itu, kondisi fisik rumah yang ditempati terlihat sedikit mengalami perubahan. Tercatat persentase rumahtangga di Banten yang menempati rumah dengan lantai bukan tanah mengalami penurunan dari 95,03% pada tahun 2012 menjadi 94,98% pada tahun 2013, berdinding tembok mengalami peningkatan dari 82,76% pada tahun 2012 menjadi 83,45% pada tahun 2013, dan beratap genteng mengalami penurunan dari 82,63% pada tahun 2012 menjadi 81,04% pada tahun Akses terhadap air minum bersih sepertinya masih menjadi masalah yang cukup serius bagi penduduk Banten. Meskipun persentase rumah tangga dengan sumber air minum bersih mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2012 hampir separuh dari total rumahtangga di Banten masih belum mempunyai akses terhadap sumber air minum bersih. Adapun persentase sumber utama air bersih pada tahun 2012 adalah air dalam kemasan 42,72%, air ledeng 4,94%, air pompa 26,74%, air sumur 18,52% dan sumber utama air minum lainnya sebesar 7,08%. Sedangkan pada tahun 2013 untuk air dalam kemasan 46,89%, air ledeng 4,52%, air pompa 244,95%, air sumur 15,97% dan sumber utama air minum lainnya sebesar 23,63%. 4. Urusan Wajib Lingkungan Hidup Luas kawasan hutan saat ini tercatat ,27 ha atau 24,06% terhadap luas provinsi di Banten, namun demikian hasil pencitraan satelit luas vegetasi tutupan lahan masih 29,3%, padahal amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang luas tutupan lahan seharusnya 30% dari luas wilayah. Lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya atau lahan kritis di Banten mencapai ,01 ha atau 12% dari luas wilayah, mengalami penurunan sebesar 11,71% dari luas lahan kritis sebelumnya yaitu ,00 Ha. Penurunan luas lahan kritis tersebut disebabkan oleh keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota
30 5. Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika Pada aspek telekomunikasi, cakupan layanan untuk infrastruktur telekomunikasi belum bisa menjangkau setiap pelosok wilayah, dicirikan dengan adanya beberapa wilayah yang belum terlayani. Persentase keluarga yang memiliki/menguasai jasa layanan telepon kabel cenderung mengalami penurunan yang hanya mencapai 7,47% pada tahun 2013 sedangkan persentase keluarga yang memiliki/menguasi jasa layanan telepon seluler cenderung mengalami peningkatan hingga mencapai 90,14 pada tahun beberapa daerah perkotaan pada tahun 2010 angka teledensitasnya sudah tinggi (>10), sedangkan untuk daerah kabupaten kondisi teledensitasnya masih rendah, terutama untuk jaringan telekomunikasi perdesaan. Lambatnya pertumbuhan pembangunan sambungan tetap tersebut salah satunya disebabkan oleh bergesernya fokus bisnis penyelenggara kepada pengembangan telekomunikasi bergerak (selular). Untuk pengembangan jaringan telekomunikasi perdesaan saat ini telah dilakukan berbagai upaya salah satunya melalui program Kemampuan Pelayanan Universal (KPU)/Universal Service Obligation (USO) yang digagas oleh pemerintah pusat sebanyak 40 USO. 6. Urusan Wajib Pemerintahan Umum, Perangkat Daerah, dan Kepegawaian Provinsi Banten secara administratif terdiri dari 4 (empat) kabupaten yaitu Pandeglang, Lebak, Tangerang dan Serang, serta 4 (empat) kota yaitu Tangerang, Cilegon, Serang dan Tangerang Selatan. Adapun jumlah kecamatan di seluruh Banten sebanyak 155, sedangkan jumlah desa dan Kelurahan menjadi (Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 146.2/2006/PMD tanggal 22 Maret 2012). Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintahan Provinsi Banten selama periode tahun sedikit mengalami penurunan, yaitu dari orang menjadi orang.pada tahun 2012 proporsi PNS laki-laki sebanyak orang dan perempuan sebanyak 1.375, sedangkan tahun 2013 jumlah laki-laki sebanyak orang dan perempuan sebanyak orang. Dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan terstruktur, sistematika, terorganisir, transparan dan akuntabel diperlukan organisasi perangkat daerah Pemerintah Provinsi Banten yang bersinergi dengan pemerintah, pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melayani masyarakat. Pemerintah Provinsi Banten pada tahun
31 telah membentuk Peraturan Daerah Nomor 3 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten pada tanggal 8 Agustus 2012 dan Peraturan Gubernur Banten Nomor 14 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten Aspek Daya Saing Daerah 1. Urusan Wajib Perhubungan Secara geografis, Banten terletak pada jalur penghubung darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, sehingga ketersediaan jalan menjadi faktor yang sangat strategis. Pada tahun 2013 Provinsi Banten telah terlayani oleh ketersediaan jaringan jalan (jalan nasional dan jalan provinsi) sepanjang 1.329,38 Km. Total panjang jalan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631/Kpts/M/2009 adalah 476,49 Km dan total panjang jalan provinsi berdasarkan SK Gubernur Banten Nomor 761/Kep.1039-Huk/2011 Tanggal 8 Desember 2011 adalah 852,89 Km. Banten memiliki 21 stasiun kereta api (KA) yang menghubungkan antara Merak dengan Tanah Abang dan Jakarta kota. Jumlah penumpang dan barang yang diangkut oleh angkutan KA pada tahun 2013 mencapai orang, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang hanya orang. Sedangkan untuk jumlah barang yang diangkut oleh KA mengalami penurunan dari ton barang pada tahun 2012 menjadi ton barang pada tahun Matra yang paling banyak digunakan dalam menunjang transportasi dari dan ke Provinsi Banten yang menjadi penghubung antar daerah di Provinsi Banten adalah transportasi darat. Hal ini karena, darat merupakan matra yang paling mudah dan dapat digunakan oleh semua kalangan dengan berbagai keperluan dan kebutuhan. Oleh karena itu tingkat pelayanan prasarana jalan menjadi sangat vital kedudukannya dan menjadi salah satu barometer yang menentukan keberhasilan pertumbuhan pembangunan di Provinsi Banten. Ketersediaan terminal yang memiliki Tipe A sebanyak 3 unit, Tipe B sebanyak 6 unit, dan terminal tipe C 10 unit. Selain itu terdapat juga 3 UPT pemeriksaan dan penimbangan kendaraan bermotor. Untuk melayani pergerakan barang dan penumpang secara umum sistem jaringan jalan Provinsi Banten menggunakan pola cincin yang melingkar
32 dari wilayah Utara sampai ke wilayah Selatan yang dihubungkan secara radial dengan jaringan jalan vertikal Utara-Selatan dan secara horizontal Timur-Barat. Konsep jaringan ring-radial dimaksudkan agar pergerakan penumpang dan barang dari pesisir menuju ke pusat kegiatan nasional, wilayah maupun lokal yang ada pada bagian tengah wilayah dapat dicapai dengan mudah. Pada saat ini jaringan jalan cincin bagian Barat dan Selatan sudah ditingkatkan statusnya menjadi jalan nasional. Sementara pada bagian utara masih berstatus sebagai jalan provinsi. Jalan horizontal timur-barat dilayani oleh jalan nasional serta jalan tol jakarta-merak dengan panjang lebih dari 90 Km, sedangkan jalan vertikal utara-selatan dilayani dengan jalan provinsi. Jalan kabupaten/kota melayani akses ketiga jalan itu. Banten juga memiliki 4 (empat) bandara udara yaitu Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Udara Budiarto Curug, Bandara Udara Pondok Cabe dan Lapangan Terbang Gorda. Bandara Soekarno- Hatta adalah bandar udara terbesar di Indonesia dan menjadi pintu utama keluar-masuk internasional bagi Indonesia. Pada tahun 2013, penerbangan dan penumpang domestik adalah sebanyak kedatangan pesawat, keberangkatan pesawat dan penumpang yang datang dan penumpang yang berangkat. Sedangkan, banyaknya penerbangan dan penumpang internasional masing-masing sebanyak kedatangan pesawat, keberangkatan pesawat dan penumpang yang datang dan penumpang yang berangkat. Jumlah trip angkutan penyeberangan di pelabuhan Merak pada tahun 2013 sebanyak trip, menurun bila dibandingkan tahun 2012 sebanyak trip. Demikian juga dengan volume penumpang yang diangkut mengalami penurunan, bila pada tahun 2012 jumlah penumpang mencapai orang, pada tahun 2013 jumlah penumpang hanya mencapai orang. Jumlah Unit kendaraan juga menurun, pada tahun 2012 total kendaraan yang menyeberang mencapai unit kendaraan, dan pada tahun 2013 hanya mencapai unit kendaraan. 2. Urusan Wajib Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Banten cenderung fluktuaktif. Pada agustus 2013 TPAK mencapai orang (63,55%). Jumlah ini mengalami peningkatan pada Februari 2014 menjadi
33 orang (66,47%). Pada tahun 2012, Pandeglang memiliki TPAK tertinggi (69,02%) sedangkan Kabupaten Lebak memiliki TPAK terendah (63.16%) Namun demikian pada tahun 2013 TPAK Kabupaten Pandeglang menjadi yang terendah yang hanya sebesar 58,74% sedangkan pada posisi tertinggi dimiliki oleh Kota Tangerang yaitu sebesat 68,02%. Dilihat dari Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Provinsi Banten hanya sebesar 85,87%, padahal di provinsi lainnya minimal 88,68%. Meskipun demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terlihat semakin menurun, dari 13,06% di tahun 2011 menjadi 10,74% pada 2012 menjadi 9,9% pada tahun 2013 dan pada februari 2014 menjadi 9,87%. Upah minimum, memiliki peranan penting dalam masalah tenaga kerja. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan UMK yang sangat besar khususnya untuk daerah industri, seperti di Kabupaten Serang dari Rp pada tahun 2012 menjadi Rp pada tahun 2013 dan menjadi pada tahun Secara rata-rata UMK di Provinsi Banten mengalami peningkatan dari Rp pada tahun 2012 menjadi pada tahun 2013 dan menjadi pada tahun Bila diperhatikan menurut komposisi lapangan pekerjaan utama, sektor industri pengolahan mendominasi jumlah penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 26,23%, sedangkan pada sektor perdagangan, rumah makan dan hotel sebesar 23,79% disusul kemudian oleh sektor jasajasa 18,23%, sektor pertanian sebesar 12,46% dan sektor lainnya 19,28% 3. Urusan Pilihan Pertanian Produksi padi di Provinsi Banten mencapai mencapai ton di tahun 2013 dengan produktivitas sebesar 52,06 kw/ha dan luas panen sebesar ha. Bila dibandingkan dengan produksi padi di tahun 2012, produksi padi di tahun 2013 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2012 produksi padi sebesar ton, meskipun belum mencapai tingkat produksi 2010 yang mencapai ton dengan produktivitas sebesar 50,40 kw/ha. Sementara itu untuk komoditas palawija (jagung, kedelai, ubi kau, dan ubi jalar), pada tahun 2011 produksinya sebesar 142,506 ton, pada tahun 2012 sebesar ton dan pada tahun 2013 menjadi ton. Provinsi Banten juga memiliki komoditas tanaman unggulan lain, diantaranya adalah tanaman anggrek dengan tingkat produksi yang tertinggi di Indonesia. Sentra produksi tanaman tersebut terdapat di
34 Kota Tangerang Selatan dan menjadi salah satu obyek wisata di Banten. Emping melinjo yang sudah diekspor hingga ke Timur Tengah, dengan sentra produksi terdapat di Kabupaten Pandeglang dan Kota Cilegon. Gula aren yang dapat digunakan sebagai panganan dengan sentra produksi di Kabupaten Lebak, buah melon dengan kualitas ekspor yang terkonsentrasi di Kota Cilegon, dan buah durian asal Kabupaten Pandeglang dan Serang memiliki rasa yang khas. 4. Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan Kinerja produksi perikanan di Banten pada tahun 2012 mencapai 74,51% (target ,30 ton realisasi ton). Produksi perikanan dibagi dua yaitu produksi perikanan tangkap dan produksi perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap di Banten mencapai 95,50% (target ton realisasi ton), dengan produksi tertinggi di Kabupaten Pandeglang sebanyak ton. Untuk produksi budidaya di Banten mencapai 64,80% (target ,30 ton realisasi ton), dengan produksi tertinggi di Kabupaten Serang sebanyak ton. Provinsi Banten telah memiliki empat komoditas unggulan dalam kegiatan perikanan budidaya, yaitu rumput laut, kerang hijau, bandeng dan udang. Produksi rumput laut di Banten mencapai ,47 ton dengan produksi tertinggi di Kabupaten Serang sebanyak ton. Produksi kerang hijau di Banten mencapai ton dengan produksi tertinggi Kabupaten Tangerang sebanyak ton. Produksi bandeng di Banten mencapai ton dengan produksi tertinggi di Kabupaten Tangerang sebanyak ton. Sedangkan untuk produksi udang mencapai 882 ton dengan produksi tertinggi di Kabupaten Serang sebanyak 516 ton. 5. Urusan Pilihan Pertambangan dan Energi Banten memiliki dua pembangkit listrik yang masuk dalam jaringan listrik koneksi Jawa Bali, yaitu PLTU Suralaya di Kota Cilegon yang dikelola oleh PT Indonesia Power dan PLTU Labuan di Kabupaten Pandeglang. Sedangkan, distribusi listrik PLN di Banten dilakukan oleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PT PLN Distribusi Provinsi Banten dan DKI Jakarta. Jumlah energi listrik yang terjual di Banten pada tahun 2013 mencapai 9,01 juta MWh, dengan hampir dua per tiga nya dibeli oleh pelanggan industri (6,83 juta MWh). Pelanggan rumahtangga meskipun jumlahnya lebih banyak tapi mengkonsumsi energi listrik hanya sebesar 14,91%
35 Rasio elektrifikasi di Provinsi Banten pada tahun 2012 adalah sebesar 81,04%. 6. Urusan Pilihan Industri dan Perdagangan Berdasarkan data kontribusi PDRB Provinsi Banten selama 2 (dua) tahun terakhir, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar yakni sebesar 46,05% dan 44,39% pada triwulan II tahun 2013 dan triwulan II tahun Berdasarkan harga konstan 2000, Pada tahun 2014, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar kepada kelompok sektor sekunder yakni sebesar Rp ,92 Miliar. Secara keseluruhan, industri di Provinsi Banten baik berskala besar dan sedang maupun mikro dan kecil mengalami pertumbuhan produksi yang positif. Hal ini pun memberikan pengaruh yang positif kepada peningkatan nilai tambah industri yang kemudian berdampak pada peningkatan PDRB Provinsi Banten.Pada tahun trwulan II 2014 sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 2.00%. Pada sektor perdagangan, kontribusi PDRB Provinsi Banten selama 2 (dua) tahun terakhir, memberikan kontribusi terbesar kedua yakni sebesar 19.44% dan 19,68 pada tahun 2013 dan triwulan II tahun Sektor perdagangan mengalami penurunan laju pertumbuhan menjadi sebesar 7.22% pada triwulan II tahun 2014 dibandingkan triwulan II tahun 2013 yang mencapai pertumbuhan 9.45%. 7. Urusan Pilihan Pariwisata Sebagai daerah yang selama ini dikenal dengan wisata pantainya, di Banten pada tahun 2013 terdapat 283 usaha akomodasi dengan kamar dan tempat tidur. Dari seluruh usaha akomodasi tersebut, kamar tersedia di hotel berbintang dan kamar terdapat pada hotel non bintang. Jumlah hotel berbintang sendiri sebanyak 43 unit dengan jumlah tamu yang menginap sebanyak orang, lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat hunian kamar hotel non bintang yang mencapai orang. Secara keseluruhan pada tahun 2013 jumlah tamu yang menginap di Hotel mencapai 3,34 juta orang, terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 0,36 juta orang dan 3,3 juta wisatawan nusantara. Pada tahun 2013 wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara menginap di hotel berbintang ataupun hotel non bintang mengalami peningkatan dan ratarata yang hanya menginap 1.15 hari pada tahun 2012 menjadi dari 1.31 hari pada tahun
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 16 TAHUN 2014
BUKU I PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl.
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013
BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015
Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...
DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Lebih terperinciBAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang
BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Lebih terperinciBAPPEDA Planning for a better Babel
DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
Lebih terperinciserangkota.bps.go.id
STATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2010 BPS KOTA SERANG STATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2010 ISBN : 978-979-1426-81-7 No. Publikasi : 3673.1002 Katalog BPS : 1101002.3673 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN
Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR Halaman i ii v BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Proses Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016 2 1.3 Dasar Hukum Penyusunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciRPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar
Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPropinsi BANTEN. Total Kabupaten/Kota
Propinsi BANTEN Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 8 : 154 : Rp. 236.193 : Rp. 16.353 : Rp. 252.545 92 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN INFRASTRUKTUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen
Lebih terperinci09. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI BANTEN
09. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI BANTEN 98 Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Banten/ 1. Ciledug Kodya Tangerang 2. Larangan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016
PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN
Lebih terperinciRANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN
RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1
1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciBAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT
BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada
Lebih terperinciGEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian
GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan
Lebih terperinciNOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G
Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH
Lebih terperinciPADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA
PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciGUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2011
GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciDAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi
DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...
Lebih terperinciA. Gambaran Umum Daerah
Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah
Lebih terperinciRencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI
Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika
Lebih terperinciTUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2
DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI BANTEN
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (ILPPD) PROVINSI BANTEN TAHUN 2013 I. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus
Lebih terperinciBupati Murung Raya. Kata Pengantar
Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa
Lebih terperinciKatalog BPS : ISSN : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN
Katalog BPS : 1101002.36 ISSN : 2088-4974 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN STATISTIK DAERAH PROVINSI BANTEN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN STATISTIK DAERAH PROVINSI BANTEN 2014 ISSN :
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Kami Panjatkan Puji syukur kepada ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunianya, sehingga dapat terselesaikannya
Lebih terperinciD A F T A R I S I Halaman
D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan
41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN
Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...
Lebih terperinciDAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...
DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG PADA ACARA MUSRENBANG RKPD KAB WONOSOBO TH 2019 DENGAN TEMA PEMANTAPAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI HARMONISASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN CAPAIAN INDIKATOR MAKRO
Lebih terperinciP E M E R I N T A H P R O V I N S I B A N T E N
P E M E R I N T A H P R O V I N S I B A N T E N Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Provinsi Banten Tahun 2014 I. Latar Belakang: Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciRANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN
PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Disampaikan Oleh : Dr. H. WAHIDIN HALIM, M.Si. GUBERNUR BANTEN Serang, 20 JUNI 2017 1 KONDISI EKSISTING 2 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO CAPAIAN IPM CAPAIAN LPE 2014 2015 2016
Lebih terperinciRencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi
DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan
Lebih terperinciLampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI
Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciPAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017
PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv ix BAB I PENDAHULUAN... I - 1 I.1 Latar Belakang... I - 1 I.2 Dasar Hukum Penyusunan... I - 3 I.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 7 I.4 Sistematika
Lebih terperinciKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar
BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2015
STATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2015 BPS KOTA SERANG STATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2015 ISSN : 2302-3716 No. Publikasi : 3673.1503 Katalog BPS : 1101002.3673 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman :
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
PENGANTAR LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA TANGERANG TAHUN 2008 KOTA TANGERANG 2009 D a f t a r I s i i DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar tabel... iii Daftar Gambar... x Daftar Grafik...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kota Tangerang ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016
LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
P E M E R I N T A H K O T A T A N G E R A N G Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Akhir Masa Jabatan Walikota Tangerang Tahun 2013 I. Latar Belakang: Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014
DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI
Lebih terperinci7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN
7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Berdasarkan analisis data dan informasi yang telah dilakukan, analisis
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN
STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN Tiar Pandapotan Purba 1), Topan Himawan 2), Ernamaiyanti 3), Nur Irfan Asyari 4) 1 2) Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinci