PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KOTA TANGERANG"

Transkripsi

1 PENGANTAR LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA TANGERANG TAHUN 2008 KOTA TANGERANG 2009

2 D a f t a r I s i i DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar tabel... iii Daftar Gambar... x Daftar Grafik... BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... I.1 B. Gambaran Umum Daerah... I.9 1. Kondisi Geografis Daerah... I.9 2. Kondisi Demografis... I.12 C. Kondisi Ekonomi... I Produk Domestik Regional Bruto... I Laju Pertumbuhan Ekonomi... I Laju Pertumbuhan Investasi... I.36 xi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. Visi dan Misi... II.1 1. Visi Kota Tangerang... II.1 2. Misi Kota Tangerang... II.2 3. Nilai Inti Budaya Kota Tangerang... II.4 B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah... II.6 1. Isu dan Permasalahan Mendesak Tahun II.6 2. Prioritas Pembangunan Kota Tangerang Tahun II.10 C. Prioritas Program Pembangunan Daerah... II Urusan Wajib... II Urusan Pilihan... II.20 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH A. Kebijakan Pengelolaan Keuangan... III.1 B. Pendapatan Daerah... III.2 a. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan

3 D a f t a r I s i ii BAB IV Daerah... III.6 b. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah... III.8 c. Permasalahan dan Solusi... III.16 C. Belanja Daerah 1. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah... III Permasalahan dan Solusi... III.28 D. Pembiayaan Daerah 1. Penerimaan dan Pengeluaran... III Permasalahan dan Solusi... III.30 PELAKSANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH A. Kinerja Umum Pemerintahan Daerah... IV.1 B. Kinerja Pemerintahan Daerah... IV.18 BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN A. Tugas Pembantuan Yang Diterima Oleh Pemerintah Kota Tangerang... V.1 B. Tugas Pembantuan Yang Diberikan Oleh Pemerintah Kota Tangerang... V.10 BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN A. Kerjasama Antar Daerah... VI.2 B. Kerjasama Daerah Dengan Pihak Ketiga... VI.5 C. Koordinasi Dengan Instansi Vertikal Di Daerah... VI.10 D. Pembinaan Batas Wilayah... VI.12 E. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana... VI.15 F. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum... VI.19 BAB VII PENUTUP... VII.1

4 D a f t a r I s i iii DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk... I.13 Rasio Penduduk Kota Tangerang Menurut Jenis Kelamin... I.14 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Jumlah Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Kartu Keluarga) di Kota Tangerang Tahun I.15 Penduduk Kota Tangerang Menurut Kelompok Umur Tahun I.16 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 1.10 Tabel 1.11 Tabel 1.12 Tabel 1.13 Tabel 1.14 Rasio Ketergantungan Penduduk Tiap Kecamatan Tahun I.18 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Tahun I.19 Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan yang Tersedia (Menurut Tingkat Pendidikan)... I.20 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Tangerang Tahun I.20 Penduduk Kota Tangerang (Menurut Tingkat Pendidikan) Tahun I.21 Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan Di Kota Tangerang Tahun I.23 Angka Partisipasi Sekolah Tiap Kecamatan Di Kota Tangerang Tahun I.24 Jumlah Murid dan Guru Tiap Kecamatan Di Kota Tangerang Tahun I.25 Rata-rata Murid dan Rasio Murid/Guru Tiap Kecamatan Tahun I.26 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I.28

5 D a f t a r I s i iv Tabel 1.15 Peranan Sektor terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun (Dalam Persen)... I.31 Tabel 1.16 PDRB Per Kapita Kota Tangerang... I.32 Tabel 1.17 Kontribusi PDRB ADHB Kabupaten/Kota Terhadap PDRB Provinsi Banten Tahun (Dalam Persen)... I.33 Tabel 1.18 Tabel 1.19 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan Tahun I.34 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Tahun I.36 Tabel 1.20 Tabel 1.21 Tabel 1.22 Perkembangan Jumlah Investor di Kota Tangerang Tahun I.37 Perkembangan Nilai Investasi di Kota Tangerang Tahun I.38 Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditi Di Kota Tangerang Tahun I.38 Tabel 3.1 Ringkasan dan Realisasi APBD Kota Tangerang TA III.2 Tabel 3.2 Perkembangan PAD TA III.8 Tabel 3.3 Rincian Anggaran dan Realisasi PAD TA III.10 Tabel 3.4 Target dan Realisasi Pajak Daerah TA III.12 Tabel 3.5 Realisasi Retribusi Daerah TA III.14 Tabel 3.6 Target dan Realisasi Hasil Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah... III.15 Tabel 3.7 Realisasi Lain-lain PAD yang Sah TA III.16 Tabel 3.8 Rincian Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan TA III.22

6 D a f t a r I s i v Tabel 3.9 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Rincian Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak TA Komposisi Indeks Pembangunan Manusia Kota Tangerang... Jumlah Tenaga Kerja Dilatih di BLK dan Berhasil Bekerja Tahun III.23 IV.2 IV.21 Tabel 4.3 Data Pencari Kerja, Lowongan Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Tahun IV.22 Tabel 4.4 Angka Perselisihan Hubungan Industrial... IV.23 Tabel 4.5 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Tenaga Kerja Tahun IV.25 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tahun IV.28 Banyaknya SIUP yang Diterbitkan Tahun IV.29 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Nilai Eskpor Non Migas Menurut Jenis Komoditi Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Perdagangan Tahun Jumlah Perusahaan Menurut Jenis Industri Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Perindustrian Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Kelurahan Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pertanian Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang IV.30 IV.32 IV.33 IV.35 IV.36 IV.39

7 D a f t a r I s i vi Mendukung Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun IV.41 Tabel 4.15 Perkembangan Jumlah PMDN/PMA... IV.44 Tabel 4.16 Jumlah Nilai Investasi PMDN/PMA... IV.44 Tabel 4.17 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Penanaman Modal Tahun IV.45 Tabel 4.18 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pemberdayaan Perempuan Tahun IV.47 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Sosial Tahun IV.49 IV.52 Tabel 4.21 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Kebudayaan Tahun IV.53 Tabel 4.22 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pariwisata... IV.54 Tabel 4.23 Angka Partisipasi Murni... IV.57 Tabel 4.24 Angka Partisipasi Kasar... IV.58 Tabel 4.25 Angka Putus Sekolah... IV.58 Tabel 4.26 Rasio Ketersediaan Sekolah Tahun IV.59 Tabel 4.27 Jumlah Bangunan Sekolah Tahun IV.59 Tabel 4.28 Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Tahun IV.60 Tabel 4.29 Jumlah Lokal Ruang Kelas Tahun IV.61 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pendidikan Tahun Perkembangan Jumlah Cakupan Jaminan IV.62

8 D a f t a r I s i vii Tabel 4.32 Tabel 4.33 Pemeliharaan Kesehatan Prabayar Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Kesehatan Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera... IV.67 IV.69 IV.71 Tabel 4.34 Kondisi Jalan Di Kota Tangerang... IV.71 Tabel 4.35 Panjang Jalan Per Kelas/Fungsi Jalan Tahun IV.72 Tabel 4.36 Kondisi Penanganan Persampahan Tahun IV.73 Tabel 4.37 Kondisi Bangunan Irigasi... IV.75 Tabel 4.38 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pekerjaan Umum Tahun IV.76 Tabel 4.39 Arahan Pengembangan Wilayah... IV.77 Tabel 4.40 Tabel 4.41 Tabel 4.42 Jumlah Kecamatan Yang Memiliki Tata Ruang Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Penataan Ruang... Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pertanahan Tahun IV.78 IV.79 IV.80 Tabel 4.43 Jumlah Sarana Perhubungan... IV.81 Tabel 4.44 Tabel 4.45 Tabel 4.46 Perkembangan Jumlah Kendaraan Umum Roda Empat Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Perhubungan Tahun Perkembangan Jumlah Rumah Layak Huni IV.83 IV.87

9 D a f t a r I s i viii Tabel 4.47 Tabel 4.48 dan Rumah Tidak Layak Huni di Kota Tangerang Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Perumahan Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun IV.89 IV.92 IV.94 Tabel 4.49 Tabel 4.50 Perkembangan Jumlah RT/RW Tahun Perkembangan Jumlah Produk Hukum Yang Dihasilkan Kota Tangerang Tahun IV.94 IV.96 Tabel 4.51 Perkembangan Jumlah Kunjungan DPRD Tahun IV.97 Tabel 4.52 Target dan Realisasi Pendapatan APBD Tahun IV.99 Tabel 4.53 Perkembangan Realisasi Penerimaan PAD Tahun IV.100 Tabel 4.54 Tabel 4.55 Tabel 4.56 Tabel 4.57 Tabel 4.58 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Pemerintahan Umum... Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Kepegawaian... Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Kearsipan... Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun IV.102 IV.106 IV.109 IV.111 IV.115

10 D a f t a r I s i ix Tabel 4.59 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Statistik Tahun IV.115 Tabel 4.60 Tabel 4.61 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Tahun Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Kota Tahun IV.118 IV.119 Tabel 4.62 Rekapitulasi Program dan Kegiatan Yang Mendukung Urusan Lingkungan Hidup Tahun IV.124 Tabel 5.1 Tugas Pembantuan Pada Dinas Pertanian... V.3 Tabel 5.2 Tugas Pembantuan Pada Dinas Ketenagakerjaan... V.5 Tabel 6.1 Komposisi Pegawai Dinas Ketentraman dan Ketertiban... VI.22 Tabel 6.2 Anggaran Pada Dinas Ketentraman dan Ketertiban Kota Tangerang Tahun VI.23 Tabel 6.3 Kegiatan Operasi Pedagang Kaki Lima dan Bangunan Liar Tahun VI.25 Tabel 6.4 Kegiatan Operasi Minuman Keras Tahun VI.25

11 D a f t a r I s i x DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Proses Penyusunan LKPJ... I.4 Gambar 1.2 Peta Kota Tangerang... I.11

12 D a f t a r I s i xi DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1 Grafik 4.1 Perkembangan Pendapatan Daerah TA Angka Harapan Hidup Kota Tangerang Dalam Tahun... III.5 IV.5 Grafik 4.2 Grafik 4.3 Angka Melek Huruf Kota Tangerang (Dalam Persen)... Angka Tamat Sekolah Kota Tangerang (Dalam Tahun)... IV.6 IV.7 Grafik 4.4 Grafik 4.5 Grafik 4.6 Grafik 4.7 Grafik 4.8 Angka Daya Beli Kota Tangerang (Ribuan Rupiah)... Indeks Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kota Tangerang Tahun Sebaran Indeks Pelayanan Publik Bidang Kesehatan Kota Tangerang Tahun Sebaran Indeks Pelayanan Publik Bidang Sarana dan Prasarana Kota Tangerang Tahun Indeks Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kesehatan dan Sarana Prasarana Kota Tangerang Tahun IV.9 IV.12 IV.14 IV.16 IV.18

13 P e n d a h u l u a n I- 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Dasar Hukum Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat, yang mengamanatkan bahwa kepala daerah pada akhir tahun anggaran berkewajiban untuk memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Berangkat dari hal tersebut Walikota Tangerang selalu menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahunan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan di segala bidang. Dan pada bulan Juli tahun 2008 juga telah disampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ-AMJ) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang. Dalam konteks ini penyusunan dan penyampaian LKPJ Walikota Tangerang tahun 2008 mengacu kepada peraturan perundang-undangan sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 2 tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang; 2. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

14 P e n d a h u l u a n I Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diubah kembali dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 6. Peraturan Pemerintahan RI Nomor 3 tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; 7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 8. Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2008; 9. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tanggal 13 Oktober 2008 tentang Penetapan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2008; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 12. Keputusan Walikota Tangerang Nomor 11 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Tangerang

15 P e n d a h u l u a n I- 3 Tahun , dan telah diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Keputusan Walikota Nomor 11 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Tangerang Tahun ; Pangkal tolak penyusunan dan penyampaian LKPJ Walikota Tangerang, mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Sebagai sarana bagi Pemerintah Daerah Kota Tangerang dalam menyampaikan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan daerah dan kinerja pembangunan kepada seluruh stakeholders (Pemerintah, DPRD dan masyarakat) 2. Sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Pemerintah Daerah Kota Tangerang dalam upaya untuk memperbaiki kinerja di masa yang akan datang. Pada prinsipnya fungsi LKPJ sebagaimana disebutkan di atas merupakan cerminan dari maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LKPJ oleh setiap kepala daerah kepada pemerintah, yang mencakup beberapa aspek antara lain: 1. Aspek Akuntabilitas Kinerja Bagi keperluan eksternal organisasi menjadikan LKPJ sebagai sarana pertanggungjawaban Walikota Tangerang atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama satu tahun anggaran. Esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada sampai sejauh mana visi, misi dan tujuan serta sasaran strategi yang telah dicapai selama setahun. 2. Aspek Manajemen Kinerja Bagi keperluan internal organisasi menjadikan LKPJ sebagai sarana evaluasi pencapaian kinerja oleh manajemen Pemerintah Daerah Kota Tangerang bagi upaya-upaya perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Untuk setiap celah kinerja yang ditemukan, manajemen Pemerintah Daerah Kota Tangerang dapat merumuskan strategi

16 P e n d a h u l u a n I- 4 pemecahan masalahnya sehingga capaian kinerja Pemerintah Daerah Kota Tangerang dapat ditingkatkan secara berkelanjutan. Kedua aspek ini dapat dipetakan dalam gambar berikut ini: Visi, Misi, Program Kepala Daerah Dijabarkan Pedoman Acuan RPJMD Dijabarkan RKPD Pedoman APBD Renstra SKPD Pedoman Renja SKPD Rincian APBD Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Analisis Capaian Kinerja Pembangunan Laporan Pertanggungjawaban Walikota KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Gambar 1.1 Proses Penyusunan LKPJ Mengacu pada gambar 1.1 dan pasal 25 PP Nomor 3 Tahun 2007, maka Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Tangerang Tahun 2008 disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

17 P e n d a h u l u a n I- 5 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis 2. Kondisi Demografis 3. Kondisi Ekonomi a. Produk Domestik Regional Bruto BAB II b. Laju Pertumbuhan Ekonomi c. Laju Pertumbuhan Investasi KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. Visi dan Misi B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah C. Prioritas Daerah BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH A. Kebijakan Pengelolaan Keuangan B. Pendapatan Daerah B.1. Pendapatan Asli Daerah 1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah 2. Target dan Realisasi Pendapatan 3. Permasalahan Dan Solusi B.2. Dana Perimbangan 1. Target dan Realisasi Pendapatan 2. Permasalahan Dan Solusi B.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah C. Belanja Daerah 1. Jumlah dan Realisasi Belanja 2. Permasalahan Dan Solusi D. Pembiayaan Daerah 1. Penerimaan dan Pengeluaran 2. Permasalahan Dan Solusi

18 P e n d a h u l u a n I- 6 BAB IV PELAKSANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH A. Kinerja Umum Pemerintah Daerah 1. Indeks Pembangunan Manusia 2. Indeks Pelayanan Publik B. Kinerja Pemerintahan Daerah 1. Pelaksanaan Program Pada Misi 1 Memulihkan dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Tangerang Yang Mandiri, Berbudaya dan Berakhlak Mulia 1.1. Urusan Tenaga Kerja 1.2. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil 1.3. Urusan Perdagangan Urusan Perindustrian 1.4. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa 1.5. Urusan Pertanian Urusan Kelautan dan Perikanan 1.6. Urusan Penanaman Modal Urusan Pemberdayaan Perempuan 1.7. Urusan Pemuda dan Olahraga 1.8. Urusan Sosial 1.9. Urusan Kebudayaan Urusan Pariwisata 2. Pelaksanaan Program Pada Misi 2 Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pelayanan Publik 2.1. Urusan Pendidikan 2.2. Urusan Kesehatan 2.3. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 2.4. Urusan Pekerjaan Umum 2.5. Urusan Penataan Ruang 2.6. Urusan Pertanahan 2.7. Urusan Perhubungan 2.8. Urusan Perumahan Rakyat

19 P e n d a h u l u a n I Pelaksanaan Program Pada Misi 3 Membangun dan Meningkatkan Tata Kepemerintahan Yang Baik (Good Governence) 3.1. Urusan Perencanaan Pembangunan 3.2. Urusan Pemerintahan Umum 3.3. Urusan Komunikasi dan Informatika 3.4. Urusan Kepegawaian 3.5. Urusan Kearsipan 3.6. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil 3.7. Urusan Statistik 3.8. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 4. Pelaksanaan Program Pada Misi 4 Mendorong Terwujudnya Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan (Suistainable Development) 4.1. Urusan Lingkungan Hidup BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN A. Tugas Pembantuan Yang Diterima oleh Pemerintah Kota Tangerang 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah Yang Melaksanakan 4. Program/Kegiatan Yang Diterima Dan Pelaksanaannya 5. Sumber Dan Jumlah Anggaran 6. Permasalahan Dan Solusi B. Tugas Pembantuan Yang Diberikan oleh Pemerintah Kota Tangerang BAB VI PENYELENGGARARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN A. Kerjasama Antar Daerah 1. Kebijakan dan Kegiatan 2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

20 P e n d a h u l u a n I Permasalahan dan Solusi B. Kerjasama Daerah Dengan Pihak Ketiga C. Koordinasi Dengan Instansi Vertikal Di Daerah 1. Kebijakan dan Kegiatan 2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan 3. Permasalahan dan Solusi D. Pembinaan Batas Wilayah 1. Kebijakan dan Kegiatan 2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan 3. Permasalahan dan Solusi E. Pencegahan Dan Penanggulangan Bencana 1. Bencana Yang Terjadi Dan Penanggulangannya 2. Status Bencana 3. Sumber dan Jumlah Anggaran 4. Antisipasi Daerah Dalam Menghadapi Kemungkinan Bencana 5. Potensi Bencana Yang Diperkirakan Terjadi F. Penyelenggaraan Ketenteraman Dan Ketertiban Umum 1. Gangguan Yang Terjadi 2. Satuan Kerja Perangkat Daerah Yang Menangani Ketenteraman Dan Ketertiban Umum 3. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan 4. Sumber Dan Jumlah Anggaran 5. Penaggulangan dan Kendalanya 6. Keikutsertaan Aparat Keamanan Dalam Penanggulangan BAB VII PENUTUP

21 P e n d a h u l u a n I- 9 B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Secara geografis wilayah Kota Tangerang berada antara 6º 6 LS - 6º 13 LS dan 106º º - 42º BT, dengan luas wilayah 183,780 km 2 (termasuk luas Bandara Soekarno Hatta sebesar 19,69 km 2 ) jarak tempuh ±60 Km dari Ibukota Provinsi Banten dan sekitar 27 Km dari DKI Jakarta. Secara administratif wilayah Kota Tangerang terbagi habis ke dalam 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan yang terdiri atas 931 Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT), dengan batas wilayah administratif adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang; Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, Kecamatan Serpong dan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan; Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan DKI Jakarta; Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. Letak geografis yang sedemikian menguntungkan bagi Kota Tangerang, terutama dalam pengembangan ekonomi wilayah. Karena secara geografis, Kota Tangerang merupakan sebuah kota yang sangat dinamis karena merupakan hinterland langsung dari DKI Jakarta, sebagai bagian dari Propinsi Banten dan wilayah Metropolitan Jakarta- Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (jabodetabek), Kota Tangerang mempunyai tiga fungsi utama dalam proses perkembangannya, yaitu pertama Kota Tangerang mampu melakukan fungsi utamanya yaitu melayani masyarakat Kota Tangerang dengan karakteristik perkotaan dan peningkatan kesejahteraan wilayah, kedua, Kota Tangerang sebagai kota bagian dari metropolitan diharuskan mampu untuk memiliki klasifikasi Kota Metropolitan dan pelayanan publik setara metropolitan, dan terakhir adalah Kota Tangerang merupakan bagian yang tidak terlepas dari Propinsi Banten merupakan gerbang utama

22 P e n d a h u l u a n I- 10 dari outlet Propinsi Banten dengan DKI Jakarta dan sebaliknya. Dengan karakteristik tersebut Kota Tangerang dihadapkan pada potensi sebagai bagian dari wilayah metropolitan, dan interaksi antar wilayah dan kendala karena keterbatasan perkembangan kota di mana lahan perkotaan yang semakin terbatas sedangkan aktivitas ekonomi terus bergerak dengan cepat, Kota Tangerang harus menata pembangunannya secara optimal. Sebagai daerah hinterland DKI Jakarta, perkembangan pembangunan ekonomi Kota Tangerang relatif bergerak cepat dan menumbuhkan pola-pola pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Kota Tangerang. Pola pertumbuhan dengan titik tumbuh yang banyak (polisentris) diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah di Kota Tangerang. Selain untuk mengurangi kesenjangan, diharapkan Kota Tangerang mampu untuk memberikan counter magnet dari Jakarta dan menjadikan Kota Tangerang sebagai kota yang memiliki spesialiasi tertentu dibandingkan kota-kota lain yang ada di DKI Jakarta dan mengantisipasi terhadap issue megapolitan di masa depan. Masyarakat datang ke Kota Tangerang, karena pelayanan publik atau aktivitas lain tidak dapat dirasakan di kota-kota lainnya yang ada di sekitar Jabotabek. Sehingga diharapkan dalam jangka panjang Kota Tangerang dapat memberikan pelayanan bagi masyarakat secara maksimal, berkelanjutan, dan merupakan bagian dari megapolitan secara proporsional. Secara umum, wilayah Kota Tangerang berada 14 meter di atas permukaan laut, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebanyak 286 mm. Sedangkan rata-rata kelembaban udara 79,10 persen dan temperatur udara 27,30 C, dan rata-rata berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut. Bagian Utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter di atas permukaan laut, sedangkan bagian Selatan memiliki ketinggian 30 meter di atas permukaan laut.

23 P e n d a h u l u a n I- 11 Dilihat dari kemiringan tanahnya, sebagian besar Kota Tangerang mempunyai tingkat kemiringan tanah 0-3% dan sebagian kecil (yaitu di bagian Selatan kota) kemiringan tanahnya antara 3-8% berada di Kelurahan Parung Serab, Kelurahan Paninggilan Selatan dan Kelurahan Cipadu Jaya. Sedangkan dari aspek penggunaan lahan memperlihatkan bahwa Kota Tangerang merupakan daerah perkotaan (urbanized area). Konkritnya luas wilayah yang sudah terbangun mencapai 48% ( 8.811,98 Ha), sedangkan sisanya sekitar 52% ( 9.546,321 Ha) belum terbangun. Lahan yang telah terbangun tersebut pemanfaatannya meliputi: permukiman, industri, perdagangan dan perkantoran. Pola penggunaan lahan ini secara spasial dijabarkan dalam kebijaksanaan pengembangan struktur tata ruang. Gambar 1.2 Peta Kota Tangerang

24 P e n d a h u l u a n I Kondisi Demografis a. Jumlah Penduduk Identifikasi terhadap jumlah, laju pertumbuhan, komposisi dan distribusi penduduk akan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi pembangunan, namun dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan apabila kualitas sumber daya tersebut tidak bagus. Oleh karena itu penanganan persoalan kependudukan tidak hanya mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk akan tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang yang cukup tinggi tidak hanya disebabkan oleh pertumbuhan secara alamiah, dan bukan program KB tidak berhasil tetapi tidak lepas karena pengaruh migran yang masuk karena daya tarik Kota Tangerang dari berkembangnya potensi Industri, perdagangan dan jasa sehingga mengakibatkan tersedianya lapangan kerja dan kondusifnya kesempatan berusaha. Disamping itu sebagai daerah yang berbatasan dengan Ibukota Negara, Kota Tangerang mau tidak mau harus menampung pula penduduk yang aktifitas ekonomi kesehariannya di wilayah DKI Jakarta. Penyebaran atau distribusi penduduk pada dasarnya merupakan komposisi penduduk berdasarkan geografis, akan lebih bermakna apabila dikaitkan dengan kepadatan. Dari data penyebaran penduduk dapat terlihat di wilayah mana terjadi pemusatan penduduk sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.

25 P e n d a h u l u a n I- 13 Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Tahun 2008 Kecamatan Luas Wilayah Kepadatan Jumlah (Km 2 ) Penduduk/Km 2 1. Ciledug 8, Larangan 9, Karang Tengah 10, Cipondoh 17, Pinang 21, Tangerang 15, Karawaci 13, Cibodas 9, Jatiuwung 14, Periuk 9, Neglasari 16, Batuceper 11, B e n d a 5, Kota Tangerang 164, Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2008 Kota Tangerang dikatakan daerah cukup padat, tiap kilometer persegi rata-rata dihuni jiwa, Di antaranya Kecamatan Larangan merupakan Kecamatan dengan kepadatan tertinggi ( jiwa/km 2 ), sementara Kecamatan Pinang masih banyak terdapat lahan kosong sehingga kepadatan penduduknya terendah hanya mencapai jiwa/km 2. Jumlah Penduduk Kota Tangerang tahun 2008 berjumlah dengan rasio jenis kelamin sebesar artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat penduduk laki-laki dapat dikatakan seimbang, hal ini dipengaruhi banyaknya tenaga wanita pada industri padat modal di Kota Tangerang yang cukup tinggi.

26 P e n d a h u l u a n I- 14 Tabel 1.2 Rasio Penduduk Kota Tangerang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 Kecamatan Penduduk Rasio Jenis Jumlah Laki-laki Perempuan Kelamin 1. Ciledug ,26 2. Larangan ,53 3. Karang Tengah ,47 4. Cipondoh ,87 5. Pinang ,67 6. Tangerang ,17 7. Karawaci ,98 8. Cibodas ,12 9. Jatiuwung , Periuk , Neglasari , Batuceper , B e n d a ,56 Kota Tangerang ,55 Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2008 Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah rumah tangga juga semakin bertambah. Penambahan jumlah rumah tangga sangat erat kaitanya dengan penyediaan pemukiman dan lapangan pekerjaan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial rumah tangga. Kondisi jumlah rumah tangga penduduk pada tahun 2008 adalah sebagai berikut:

27 P e n d a h u l u a n I- 15 Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga di Kota Tangerang (Menurut Kepemilikan Kartu Keluarga) Tahun 2008 No Kecamatan Rumah Tangga 1. Ciledug Larangan Karang Tengah Cipondoh Pinang Tangerang Karawaci Cibodas Jatiuwung Periuk Neglasari Batuceper Benda Jumlah Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2008 Dari data di atas terlihat jumlah rumah tangga terbanyak terdapat di Kecamatan Cipondoh yaitu sebanyak rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga paling sedikit terdapat di Kecamatan Benda yaitu sebanyak rumah tangga. b. Struktur Usia Informasi struktur usia penduduk sangat bermanfaat bagi perencanaan pembangunan antara lain antisipasi penyediaan berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan.

28 P e n d a h u l u a n I- 16 Sedangkan komposisinya masih sama seperti tahun sebelumnya didominasi oleh penduduk usia produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar atau setiap 100 penduduk usia produktif (15-64) tahun menanggung penduduk usia non produktif. Angka ini ada kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, hal ini di karenakan terus meningkatnya jumlah penduduk usia tua (65+) seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup di Kota Tangerang. Adapun struktur usia penduduk Kota Tangerang adalah sebagai berikut: Tabel 1.4 Penduduk Kota Tangerang (Menurut Kelompok Umur) Tahun 2008 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Kota Tangerang Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2008 Dari tabel di atas jumlah penduduk pada kelompok usia anak (0-14 tahun) jumlahnya mencapai jiwa atau 26,44% dari

29 P e n d a h u l u a n I- 17 jumlah penduduk Kota Tangerang. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena terkait dengan penyedian sarana dan prasarana pendidikan, dan kesehatan. Seiring dengan jumlah proporsi usia anak dalam komposisi penduduk maka peningkatan kualitas anak sebagai sumber daya manusia membutuhkan perhatian yang besar. Sedangkan jumlah penduduk pada kelompok usia (15-65 tahun) yang merupakan usia produktif berjumlah jiwa atau 61,49%, dan perkembangan rasio ketergantungan (depedency ratio/dr) di Kota Tangerang memiliki kecenderungan yang semakin mengecil. Jika pada tahun 2006 rasio ketergantungannya mencapai angka 40,32% maka pada tahun 2007 menjadi hanya sebesar 39,77% dan pada tahun 2008 sebesar 39,84%. Penurunan angka rasio ketergantungan tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia non produktif menurun secara relatif bila dibandingkan dengan penduduk usia produktifnya. Bila dilihat per kecamatan, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Benda dan Batuceper merupakan dua kecamatan yang memiliki rasio ketergantungan yang paling tinggi, yaitu masing-masing sebesar 45,92% dan 45,76%. Sedangkan Kecamatan Ciledug merupakan kecamatan dengan angka ketergantungan yang paling kecil yaitu sebesar 32,25%.

30 P e n d a h u l u a n I- 18 Tabel 1.5 Rasio Ketergantungan Penduduk Tiap Kecamatan Kota Tangerang Tahun 2008 Kecamatan Laki-Laki dan Perempuan Jumlah Depedency Ratio 1. Ciledug ,25 2. Larangan ,25 3. Karang Tengah ,53 4. Cipondoh ,08 5. Pinang ,02 6. Tangerang ,32 7. Karawaci ,44 8. Cibodas ,80 9. Jatiuwung , Periuk , Neglasari , Batuceper , B e n d a ,92 Kota Tangerang ,84 Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2008 c. Tenaga Kerja Ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator penting pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan. Hal ini karena tenaga kerja adalah modal bagi geraknya pembangunan. Masalah penyediaan lapangan kerja menjadi masalah yang cukup serius, karena kesenjangan antara jumlah pencari kerja dan lowongan yang tersedia semakin jauh dari tahun ke tahun. Sesuai dengan karakteristik sebagai kota industri dan perdagangan, dari tabel di bawah ini terlihat sebagian besar mata

31 P e n d a h u l u a n I- 19 pencaharian/jenis pekerjaan penduduk Kota Tangerang adalah di bidang industri, perdagangan dan jasa. Pertambahan jumlah perusahaan industri berbanding lurus dengan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini. Pada tahun 2008, tenaga kerja di sektor industri sebanyak orang atau mengalami kenaikan sebanyak orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tabel 1.6 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2008 No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Pertanian Industri Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya Total Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Pada tahun 2008 jumlah lowongan kerja yang terdaftar sebanyak menurun sekitar 1,06% dari tahun sebelumnya sementara jumlah pencari kerja yang terdaftar sebanyak orang juga mengalami penurunan sebesar 1,05% dari tahun sebelumnya. Seperti tahun sebelumnya pencari kerja ini masih didominasi oleh tamatan SLTA mencapai orang atau sebesar 66,59% dari total pencari kerja, begitu juga dengan lowongan yang tersedia mencapai 77,09% diperuntukkan bagi tamatan SLTA. Terlihat jumlah pencari kerja wanita lebih banyak dibandingkan pencari kerja laki-laki namun lowongan kerja yang tersedia untuk perempuan lebih banyak.

32 P e n d a h u l u a n I- 20 Tabel 1.7 Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Yang Tersedia (Menurut Tingkat Pendidikan) Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Pencari Kerja Lowongan Kerja Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 1 Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Total Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Indikator lain untuk menggambarkan ketenagakerjaan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2008 tercatat sebesar 65.79% meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 58.24%, hal ini cukup menggembirakan karena semakin banyak penduduk usia kerja yang bekerja atau berusaha mendapatkan pekerjaan. Tabel 1.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Tangerang Tahun Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % , , , , ,79 Rata-Rata 60,31 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang

33 P e n d a h u l u a n I- 21 d. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Jika pembangunan yang dilakukan tidak dapat mengandalkan sumber daya alam yang keberadaanya terbatas maka peningkatan sumber daya manusia merupakan modal untuk penggerak pembangunan. Sebagian besar penduduk Kota Tangerang memiliki pendidikan di atas SLTA, hal ini menggambarkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki Kota Tangerang cukup bagus. Tabel 1.9 Penduduk Kota Tangerang (Menurut Tingkat Pendidikan) Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Tidak/Belum Tamat SD SLTP SLTA DI/DII DIII Perguruan Tinggi Sumber: Dinas P & K Kota Tangerang Pemerataan kesempatan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana pendidikan seperti tersedianya gedung sekolah, perpustakaan, dan buku-buku penunjang pelajaran serta tenaga pendidik (guru). Pendidikan pra sekolah seperti pendidikan Taman kanak-kanak (TK) pada tahun 2008 tersedia sebanyak 339 sekolah. Perkembangan jumlah sekolah ini meningkat sekitar 33,60% dari tahun Demikian juga jumlah murid sekolah TK ini yang

34 P e n d a h u l u a n I- 22 berkembang pesat, dari sekitar orang pada tahun 2007, meningkat menjadi orang pada tahun 2008, atau meningkat sekitar 24,20%. Fasilitas gedung sekolah dasar (SD) yang tersedia pada tahun 2008 adalah sebanyak 473, terdiri dari 363 SD Negeri dan 110 SD Swasta. Jumlah murid sebanyak orang dan jumlah guru sebanyak orang, sehingga dapat dihitung rasio guru-murid SD sebesar 26,97 yang artinya setiap 1 (satu) orang guru membimbing sekitar 27 murid. Pada akhir tahun pendidikan, tingkat kelulusan siswa SD pada tahun 2008 adalah sekitar 99,92%. Untuk Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP), dan selanjutnya pada tahun 2008 tersedia 166 sekolah, terdiri dari 24 SMP Negeri dan 142 SMP Swasta. Jumlah murid sebanyak orang dan guru sebanyak orang, sehingga terhitung rasio guru-murid SMP adalah 17,09 yang artinya setiap 1 (satu) orang guru membimbing sebanyak 17 murid. Tingkat kelulusan siswa SMP tahun 2008 mencapai 99,88%. Sedangkan Fasilitas pendidikan untuk tingkat SMU pada tahun 2008 tersedia 83 sekolah, terdiri dari 16 SMU negeri dan 67 SMU swasta. Jumlah murid sebanyak orang dan jumlah guru sebanyak orang. Rasio guru-murid untuk tingkat SMU adalah 17,29.

35 P e n d a h u l u a n I- 23 Tabel 1.10 Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2008 Kecamatan TK SD SLTP SLTA SMK Jumlah 1. Ciledug Larangan Karang Tengah Cipondoh Pinang Tangerang Karawaci Cibodas Jatiuwung Periuk Neglasari Batuceper B e n d a Kota Tangerang Sumber: Dinas P & K Kota Tangerang

36 P e n d a h u l u a n I- 24 Tabel 1.11 Angka Partisipasi Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2008 Kecamatan SD SLTP SLTA SMK 1. Ciledug 129,19 136,31 32,42 76,50 2. Larangan 89,45 29,03 10,00 2,00 3. Karang Tengah 115,13 85,30 28,35 11,61 4. Cipondoh 105,31 89,56 25,78 39,20 5. Pinang 123,54 43,13 17,15 23,94 6. Tangerang 157,75 311,13 115,41 142,18 7. Karawaci 123,37 106,36 80,90 37,81 8. Cibodas 102,17 113,18 17,22 4,62 9. Jatiuwung 66,37 66,23 17,69 17, Periuk 104,06 48,37 14,47 6, Neglasari 96,00 60,70 15,04 7, Batuceper 91,09 81,76 31,52 10, B e n d a 77,09 29,72 1,25 18,74 Kota Tangerang 107,39 93,95 34,04 32,65 Sumber: Dinas P & K Kota Tangerang

37 P e n d a h u l u a n I- 25 Tabel 1.12 Jumlah Murid dan Guru Tiap Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2008 Kecamatan SD SLTP SLTA SMK Murid Guru Murid Guru Murid Guru Murid Guru 1. Ciledug Larangan Karang Tengah Cipondoh Pinang Tangerang Karawaci Cibodas Jatiuwung Periuk Neglasari Batuceper B e n d a Kota Tangerang Sumber: Dinas P & K Kota Tangerang

38 P e n d a h u l u a n I- 26 Tabel 1.13 Rata-rata Murid dan Rasio Murid/Guru Tiap Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2008 SD SLTP SLTA SMK Kecamatan Rasio Murid/ Guru Rasio Murid/ Guru Rasio Murid/ Guru Ratarata Ratarata Ratarata Ratarata Rasio Murid/ Guru 1. Ciledug 57,01 28,28 43,71 19,01 25,71 15,36 52,15 20,36 2. Larangan 53,40 31,06 20,36 8,89 71,25 26,72 19,00 5,70 3. Karang Tengah 46,11 25,58 24,53 18,95 27,51 11,55 37,22 15,85 4. Cipondoh 48,16 27,45 24,83 15,92 18,47 11,17 41,32 13,77 5. Pinang 48,13 28,00 27,65 8,82 13,61 9,15 30,67 16,31 6. Tangerang 55,10 23,51 39,01 18,12 47,94 25,17 32,47 16,01 7. Karawaci 49,32 26,05 49,94 18,63 50,01 24,44 41,69 13,35 8. Cibodas 57,24 27,94 39,49 17,00 18,71 10,96 37,60 10,74 9. Jatiuwung 59,06 41,37 42,54 25,22 55,67 24,56 75,91 20, Periuk 52,26 26,43 29,97 18,89 24,80 13,05 24,95 5, Neglasari 38,42 27,09 32,78 15,94 38,17 12,87 47,67 11, Batuceper 38,83 19,02 61,53 14,98 39,76 18,64 28,33 7, B e n d a 39,96 34,49 28,17 18,78 10,17 2,77 45,60 22,80 Kota Tangerang 49,71 26,95 35,24 16,75 32,98 17,30 37,66 15,00 Sumber: Dinas P & K Kota Tangerang

39 P e n d a h u l u a n I Kondisi Ekonomi a. Produk Domestik Regional Bruto Salah satu indikator penting dalam menganalisis perekonomian adalah mengamati perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi dilihat berdasarkan kontribusi sektor-sektor dalam perekonomian. Peningkatan ekonomi suatu daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat, ukuran yang paling banyak digunakan sebagai ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat dalam hal kemampuannya untuk menggambarkan pendapatan per kapita, strukur ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi dan lebih luas lagi sebagai kinerja pembangunan suatu wilayah. Meskipun bukan merupakan pengukuran yang sempurna, tetapi tetap merupakan suatu pendekatan yang baik untuk pengukuran kinerja ekonomi suatu daerah. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan berbagai unit produksi suatu daerah dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi yang digunakan biasanya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri pengolahan, (4) Listrik, gas dan air minum, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, (7) Pengangkutan dan komunikasi, (8) Bank dan lembaga keuangan lainnya dan (9) Jasa-jasa. PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku (current price) maupun berdasarkan harga konstan (constant price). PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat besarnya nilai PDRB berdasarkan harga pada tahun berjalan (masing-masing tahun), meski dalam pengertian ekonomi PDRB berdasarkan harga berlaku ini tidak memiliki makna dibandingkan dengan PDRB berdasarkan harga konstan. Tetapi bisa memberikan makna

40 P e n d a h u l u a n I- 28 perubahan pada besaran pertumbuhan ekonomi regional. Sedangkan PDRB dengan harga konstan, menyajikan setiap sektor yang dinilai atas dasar harga tetap. Perkembangan PDRB dari tahun ke tahun semata-mata menunjukkan kenaikan kuantum atau produksi (perkembangan riil) dan bukan disebabkan oleh kenaikan harga. Tabel 1.14 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas Dan Air Bersih PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Juta Rupiah) , , , , , , , , , , , , , ,22 Bangunan , , , , ,30 Perd. Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & , , , , , , , , , , , , , , ,50 Jasa Per. Jasa-Jasa , , , , ,17 PDRB , , , , ,33 Sumber: PDRB Kota Tangerang Tahun 2008 PDRB Kota Tangerang selama kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan trend peningkatan dari Rp.20,33 Triliun (tahun 2004) menjadi Rp.25,98 Triliun (tahun 2008) dengan laju pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,5% hingga 7%. Kenaikan tersebut murni sebagai peningkatan produksi karena PDRB atas harga konstan telah terbebas dari pengaruh inflasi.

41 P e n d a h u l u a n I- 29 a.1. Kontribusi Masing-masing Sektor Struktur perekonomian menunjukkan pola mobilisasi sumberdaya dan alokasi terutama yang berhubungan dengan keberlanjutan pertumbuhan dan kebijakan pembangunan. Pola pembangunan yang biasanya ditunjukkan dalam perubahan struktur perekonomian merupakan perubahan variasi sistematis yang secara singifikan adanya perubahan struktur baik secara sosial maupun ekonomi dengan meningkatnya pendapatan atau indek pembangunan. Secara teori untuk mengidentifikasi perubahan struktur perekonomian relatif komplek tetapi dengan bukti bahwa penawaran dan faktor permintaan selalu berinteraksi dalam proses pembangunan maka perubahan pembangunan ini selalu dilihat dengan adanya pola pergeseran antara sektor pertanian ke sektor industri. Indikator yang umum digunakan untuk memahami kondisi makro ekonomi suatu daerah adalah nilai produk domestik regional bruto wilayah yang bersangkutan. Informasi mengenai produk domestik regional bruto dalam perekonomian akan memberikan gambaran awal tentang keadaan ekonomi suatu wilayah. Dengan mengetahui informasi persektor ekonomi terhadap PDRB maka akan diketahui sektor mana sajakah yang menjadi penyumbang dalam perekonomian tersebut. Tabel 1.15 memperlihatkan sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan PDRB. Namun, trend kontribusi tersebut dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 relatif menurun. Penurunan terjadi pada sektor industri jika pada tahun 2004 sebesar 57,20% berturut-turut menjadi 55,99% (tahun 2005), 54,29% (tahun 2006), 51,84% (tahun 2007) dan 53,02% pada tahun Penurunan sektor industri pengolahan sangat dipengaruhi oleh faktor produksi, pengaruh yang cukup signifikan antara kenaikan harga bahan bakar minyak untuk

42 P e n d a h u l u a n I- 30 industri. Bila dikaitkan dengan tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi sebenarnya LPE sektor industri pengolahan mengalami peningkatan sejak tahun 2004, akan tetapi sektor lain mengalami pertumbuhan yang lebih besar sehingga tingkat kontribusi industri pengolahan sedikit mengalami penurunan. Penurunan kontribusi industri pengolahan ini, juga disebabkan adanya pergeseran peran karena meningkatnya kontribusi beberapa sektor lain, seperti sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDRB mengalami peningkatan selama periode , peningkatan tersebut tidak terlepas dari perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, seperti pembangunan jalan dan perkembangan telepon selular, serta kedudukan Kota Tangerang sebagai kota hinterland DKI Jakarta dan Propinsi Banten sehingga menyebabkan commuter ke wilayah lain relatif cepat terutama karena dekat dengan jalan bebas hambatan (Toll Jakarta Merak). Sedangkan perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah sebesar2,75% (tahun 2004), 2,91% (tahun 2005), 2,97% (Tahun 2006), 3,09% (tahun 2007) dan 3,07% pada tahun Perkembangan sektor ini disebabkan mulai stabilnya kondisi moneter pasca krisis ekonomi. Sektor yang memiliki kontribusi yang semakin tinggi selain industri pengolahan adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Tiap tahun sektor ini memberikan kontribusi tidak kurang dari 25%. Besaran kontribusi sektor ini secara berturutturut dari tahun 2004 sampai dengan 2008 adalah 23,58%, 24,08%, 25,18% 26,80% dan 25,85%.

43 P e n d a h u l u a n I- 31 Dengan memperhatikan uraian di atas, tampaknya selama beberapa periode ke depan, sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Angkutan dan Komunikasi akan tetap menjadi sektor andalan bagi kota Tangerang. Tabel 1.15 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Dalam Persen) No Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan Perikanan 2 Pertambangan & Penggalian & 0,18 0,17 0,18 0,14 0,09 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Industri Pengolahan 57,20 55,99 54,29 51,84 53,02 4 Listrik, Gas & Air 2,72 2,69 2,41 2,29 1,27 5 Bangunan 1,61 1,63 1,63 1,49 1,70 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 23,58 24,08 25,18 26,80 25,85 10,00 10,57 11,27 12,28 12,91 2,75 2,91 2,97 3,09 3,07 9 Jasa-Jasa 1,97 1,94 2,10 2,07 2,09 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: PDRB Kota Tangerang Tahun 2008 a.2. Pendapatan Per Kapita Untuk menunjukkan bagaimana suatu daerah memiliki potensi pembangunan dapat dilihat dari besaran pendapatan per kapitanya atau dalam hal ini sama dengan PDRB perkapita. Dengan mengetahui perubahan besaran PDRB per kapita ini maka suatu daerah dapat dikatakan menikmati hasil pembangunan untuk setiap penduduknya atau tidak. Yang dapat diartikan pula bila PDRB perkapita meningkat berarti

44 P e n d a h u l u a n I- 32 pemerintah telah menjalankan fungsi pembangunannya dengan baik. PDRB per kapita Kota Tangerang menunjukkan perubahan yang meningkat, dalam pengertian lain peningkatan penduduk yang ada masih dapat diserap oleh kapasitas produksi daerah yang ada. Tabel 1.16 PDRB Per Kapita Kota Tangerang Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Tahun Perkapita Pertumbuhan Perkapita Pertumbuhan (juta) (%) (juta) (%) ,876 8,14 13,656 3, ,207 13,03 14,417 5, ,161 14,62 15,101 4, ,795 15,69 15,953 5,64 Sumber: PDRB Kota Tangerang Tahun 2008 Dari tabel di atas terlihat atas dasar harga berlaku pendapatan perkapita selalu mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi tahun 2007 sebesar 15,69%. Sedangkan kenaikan PDRB perkapita secara riil mengalami kenaikan yang cenderung tidak konstan. Pada tahun 2004 PDRB riil naik sebesar 3,90% kemudian pada tahun 2005 naik sebesar 5,57% sedangkan tahun 2006 naik sebesar 4,75% dan pada tahun 2007 naik sebesar 5,64%. a.3. Perbandingan Antar Kabupaten/Kota Dengan adanya otonomi daerah masing-masing kabupaten/ kota memiliki hak dalam pengelolaan keuangan dan menentukan arah pembangunan yang lebih leluasa dalam koridor aturan yang berlaku. Sehingga perkembangan suatu

45 P e n d a h u l u a n I- 33 wilayah sangat tergantung pada strategi ekonomi yang diterapkan oleh pengambil kebijakan. Perbandingan ekonomi makro secara relatif antar daerah dapat dilihat melalui PDRB yang dihasilkan dalam memberi kontribusi terhadap Propinsi Banten. Adapun kontribusi PDRB tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1.17 Kontribusi PDRB ADHB Kabupaten/Kota Terhadap PDRB Propinsi Banten Tahun (Dalam Persen) Kabupaten/Kota Kabupaten Pandeglang 4,77 4,53 4,23 4,19 3,83 Kabupaten Lebak 4,71 4,43 4,09 5,25 4,43 Kabupaten Tangerang 22,40 21,80 20,95 20,91 20,96 Kabupaten Serang 11,35 10,74 10,11 10,06 10,14 Kota Tangerang 39,53 40,99 43,08 43,12 43,16 Kota Cilegon 17,24 17,51 17,54 17,58 17,60 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: PDRB Kota Tangerang Tahun 2008 Dari tabel di atas terlihat terlihat dalam kurun waktu kontribusi Kota Tangerang dalam pembentukan PDRB Propinsi Banten adalah paling besar mencapai 43,16% pada tahun 2008, dan kondisi tersebut tetap stabil dan selalu selalu meningkat. Berturut-turut kontribusi dalam pembentukan PDRB Propinsi Banten adalah sebesar 39,53%; 40,99%; 43,08% dan 43,12% pada tahun Sedangkan Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang Kabupaten Serang mengalami penurunan kontribusi. Daerah lain yang mengalami peningkatan adalah Cilegon yaitu 17,51% pada tahun 2005, 17,54%; 17,58% dan 17,60% pada tahun Secara agregat Kenaikan kontribusi dalam kurun waktu Kota Tangerang yaitu 3,55% dan Kota Cilegon 0,30%.

46 P e n d a h u l u a n I- 34 Dengan demikian Kota Tangerang masih mendominasi kontribusi perekonomian Propinsi Banten, hal ini dikarenakan perekonomian Kota Tangerang merupakan barometer dari perekonomian Propinsi Banten, sehingga aktivitas utamanya harus mendapat perhatian dan dukungan kebijakan dari propinsi dan bahkan nasional. Kemampuan penciptaan produksi daerah Kota Tangerang menjadi sangat penting pula sebagai katalisator untuk mengerakkan perekonomian wilayah lainnya. Ditambahkan pula bahwa Kota Tangerang menjadi kota penghubungan antara perekonomian Jakarta dan wilayah lainnya di Propinsi Banten. b. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indikator ekonomi yang kerap dipergunakan untuk memahami kondisi makro ekonomi suatu daerah adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Informasi mengenai pertumbuhan ekonomi secara rinci sampai dengan tingkatan sektor dalam perekonomian akan memberikan gambaran tentang hasil kegiatan pembangunan pada masing-masing sektor. Adapun perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang atas dasar harga konstan tahun 2000 sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 1.18 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun LPE , , , , ,45 Rata rata 6,212 Sumber: PDRB Kota Tangerang Tahun 2008 Dari tabel di atas terlihat dalam kurun waktu laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan selalu meningkat,

47 P e n d a h u l u a n I- 35 tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 7,15%. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 mengalami pelambatan dari 7,15 menjadi 4,45 hal ini disebabkan karena dalam dua periode waktu yaitu dari April Juli 2008 sektor industri manufaktur mendapatkan shock dengan adanya kenaikan harga BBM yang berlaku untuk solar dan premium industri. Sementara pada bulan September sampai saat ini sektor industri mengalami pelambatan dan dampak bersamaan yaitu yang berasal dari domestik dengan adanya peningkatan tingkat suku bunga perbankan yang membebani cost of capital lebih besar dan juga menurunnya permintaan barang ekspor akibat krisis global. Pada periode pertumbuhan PDRB sektoral rata-rata mengalami penurunan seperti sektor pertanian dan keuangan. Untuk sektor pertanian, dengan mengandalkan subsektor peternakan dan perikanan, dua produksi sektoral sangatlah di pengaruhi oleh berapa besar kemampuan petani dan nelayan dalam mengatasi kenaikan BBM dan diperkirakan penyesuaiannya tahun ini adalah negatif. namun demikian ada beberapa sektor non dominan mengalami kenaikan seperti sektor listrik dan gas, perdagangan hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Hal ini dapat disebabkan oleh belum stabilnya aktivitas ekonomi secara keseluruhan, baik oleh yang terimbas perekonomian nasional ataupun tekanan internal dari dalam kota itu sendiri.

48 P e n d a h u l u a n I- 36 Tabel 1.19 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Tahun Sektor Produksi Atas Dasar Harga Konstan Pertanian 0,040 0,028 0,025 0,025 0,012 Pertambangan & Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Industri Pengolahan 0,040 0,034 0,035 0,034-0,042 Listrik, Gas Dan Air Minum 0,019 0,060 0,041 0,040-0,040 Bangunan 0,054 0,012 0,027 0,029-0,040 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,032 0,055 0,044 0,042-0,070 Pengangkutan & Komunikasi 0,127-0,087 0,066 0,062 0,075 Keuangan, Persewaan & Jasa Per. 0,255 0,045 0,069 0,065-0,037 Jasa-jasa 0,024 0,045 0,034 0,033-0,035 PDRB KOTA TANGERANG - 0,068 0,069 0,072 0,045 Sumber: PDRB Kota Tangerang Tahun 2008 c. Laju Pertumbuhan Investasi Potensi suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan tingkat investasi di daerah tersebut. Indikator tersebut menunjukkan adanya kontinuitas dan kepercayaan dunia usaha terhadap potensi daerah dan peraturan yang mendukungnya. Potensi dunia usaha menunjukkan potensi untuk berkembang dengan ditunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan rencana tingkat investasi yang terus meningkat. Dalam rangka mendorong pergerakan ekonomi maka diperlukan investasi yang bersifat langsung karena akan membawa multi dampak yang lebih cepat dan langsung kepada masyarakat. Jenis investasi yang masuk berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Swasta Nasional Non Fasilitas turut mendukung perkembangan

49 P e n d a h u l u a n I- 37 investasi juga tersedianya infrastruktur penunjang antara lain Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan melintasnya jalur bebas hambatan (toll) Jakarta-Merak sepanjang 100 Km, berbagai fasilitas pendukung bagi pengembangan kegiatan pariwisata seperti Pusat Perbelanjaan, Hotel dan Restoran, Sarana olah raga dan rekreasi dan sarana lainnya. Pada tahun 2008 banyaknya investor PMDN dan PMA mengalami peningkatan sebesar 5,7% yang pada tahun 2007 berjumlah 363 menjadi 384 di tahun Nilai investasi tahun 2007 sebesar Rp dan tahun 2008 sebesar Rp terjadi peningkatan sebesar 1,37%. Nilai ekspor komoditi yang tercatat pada Dinas Peridagkopar selama tahun 2007 sebesar US $ ,85 dan tahun 2008 sebesar US $ ,01. Kontribusi terbesar dari nilai ekspor adalah komoditi remote DVD sebesar US $ ,24, kemudian diikuti benang sebesar US $ ,93. Tabel berikut ini memperlihatkan perkembangan jumlah investor dan nilai investasi selama periode 2004 sampai dengan Tabel 1.20 Perkembangan Jumlah Investor di Kota Tangerang Tahun Tahun PMA PMDN Total Sumber: KPMP Kota Tangerang

50 P e n d a h u l u a n I- 38 Tabel 1.21 Perkembangan Nilai Investasi di Kota Tangerang Tahun Tahun PMA PMDN Sumber: KPMP Kota Tangerang Tabel 1.22 Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditi Di Kota Tangerang Tahun 2008 Tahun PMA PMDN Kulit Domba , ,31 Automotive Rubber , ,97 Benang , ,93 Remote DVD , ,24 Furniture , ,00 Bahan Kimia , ,94 Lam Saf Glass , ,00 Automotive Vehicles , ,62 J u m l a h , ,01 Sumber: KPMP Kota Tangerang

51 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II- 1 BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH A. Visi Dan Misi 1. Visi Kota Tangerang Berdasarkan hasil analisis perekonomian, analisis sektor unggulan, analisis internal dan eksternal, maka dirumuskan Visi Kota Tangerang, sebagai berikut: Kota Tangerang Sebagai Kota Industri, Perdagangan Dan Permukiman Yang Ramah Lingkungan Dalam Masyarakat Yang Berakhlak Mulia Penjelasan dari Visi Kota Tangerang adalah sebagai berikut: 1.1 Kota Industri dan Perdagangan Kota Tangerang secara spasial berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan menjadi bagian dari pengembangan metropolitan Jabodetabek, serta menjadi pintu gerbang bagi masuknya pergerakan orang, barang dan jasa ke Provinsi Banten. Kondisi inilah yang menjadikan Kota Tangerang memiliki letak strategis yang memberikan keuntungan tersendiri bagi perkembangan pembangunan Kota Tangerang. Dukungan aksesibilitas yang baik, ketersediaan sarana dan prasarana, kemudahan berinvestasi, serta kondisi lingkungan yang kondusif menjadikan Kota Tangerang memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan sebagai lokasi pengembangan berbagai kegiatan perekonomian perkotaan. 1.2 Pemukiman Kota Tangerang sebagai kota dengan prospek yang cerah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi, secara tidak langsung akan menarik penduduk untuk bermukim di Kota Tangerang. Pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan daya dukung lingkungan agar kelestarian lingkungan tetap terjaga akan menciptakan Kota Tangerang selain sebagai lokasi bagi

52 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II- 2 pengembangan berbagai kegiatan usaha, juga merupakan tempat yang ideal dan nyaman sebagai lokasi permukiman. 1.3 Pembangunan yang Ramah Lingkungan Kondisi Kota Tangerang yang aman, nyaman dengan masyarakatnya yang agamis, rukun dan toleransi, menjadi faktor utama bagi terlaksananya kesinambungan pembangunan. Peran serta masyarakat serta kondusifnya situasi Kota Tangerang yang didukung dengan kebijakan pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan, menjadikan pelaksanaan pembangunan berjalan berkelanjutan sehingga meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya, baik secara material maupun non material. 1.4 Masyarakat yang Berakhlak Mulia Masyarakat yang berakhlak mulia dicerminkan melalui kualitas hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antar manusia itu sendiri. Akhlak yang mulia menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat Kota Tangerang yang religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani-rohani, serta tercukupi kebutuhan material-spiritiual. 2. Misi Kota Tangerang Secara umum, misi Kota Tangerang dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang harus dilaksanakan agar visi Kota Tangerang dapat direalisasikan dengan baik. Bertolak dari rumusan visi Kota Tangerang tahun tersebut, maka misi yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi Kota Tangerang adalah : 2.1. Memulihkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang yang mandiri, dan berakhlak mulia; 2.2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik;

53 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Membangun dan menguatkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance); dan 2.4. Mendorong terwujudnya pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Sustainable Development). Penjelasan dari empat misi Kota Tangerang adalah sebagai berikut: a Memulihkan dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kota Tangerang yang Mandiri, dan Berakhlak Mulia, melalui pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulan (core competensi) daerah, meningkatkan peran serta masyarakat (perempuan dan pemuda) dalam pembangunan kota dan meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan serta mewujudkan keserasian dan keharmonisan masyarakat kota yang berbudaya dan berakhlak mulia. b Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pelayanan Publik, melalui pembangunan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelayanan dasar kota secara terpadu dengan menyediakan dan meningkatkan pelayanan dasar (basic services) di bidang pendidikan, kesehatan bagi masyarakat, dan di bidang infrastruktur (utilitas umum dan fasilitas sosial perkotaan), serta menyediakan permukiman dan perumahan layak huni sehingga dapat melayani dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat c Membangun dan Menguatkan Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance); melalui pembangunan yang akan dijalankan meliputi aspek sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, karakter mulia dan harmonisasi antar stakeholders untuk menciptakan aman dan nyaman bagi masyarakat, yaitu : c.1 Sumberdaya manusia, kualitasnya aparatur pemerintah membangun SDM (aparatur pemda, DPRD, dan masyarakat), organisasi, dan sistem manajemen kepemerintahan, yang didukung sarana prasarana kepemerintahan yang memadai

54 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II- 4 guna mendukung proses untuk meningkatkan kinerja pemerintah sehingga akan tercipta pemerintahan yang baik (good governance). c.2 Membangun karakter mulia segenap stakeholders dan meningkatkan keharmonisan hubungan antar stakeholders pembangunan kota c.3 Menciptakan suasana aman dan nyaman bagi masyarakat serta sistem kewaspadaan masyarakat terhadap situasi tanggap darurat. d Mendorong Terwujudnya Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan (Sustainable Development), akan dijalankan melalui pembangunan yang memperhatikan dan menciptakan pola kesinambungan dan keseimbangan ekologi (pengendalian pencemaran lingkungan) dan membangun kesadaran ekologis masyarakat dunia usaha dan industri dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan. 3. Nilai Inti Budaya Kota Tangerang Nilai inti budaya Kota Tangerang merupakan nilai-nilai yang harus dianut dan diterapkan dalam sikap dan perilaku seluruh jajaran aparat pemerintah dan masyarakat Kota Tangerang dalam menjalankan semua kegiatan. Nilai inti budaya tersebut adalah: 3.1 Inovasi (innovation), 3.2 Kebersamaan (unity), 3.3 Profesionalisme (professionalism), dan 3.4 Akhlak mulia (akhlaqul karimah). Adapun penjelasan dari nilai inti budaya Pemerintah Kota Tangerang tersebut adalah sebagai berikut: a. Inovasi Kegiatan pembangunan yang inovatif menunjukkan bahwa setiap pelaksanaan pembangunan dapat memberikan kontribusi yang mampu menggerakkan berbagai sektor perekonomian kota (income

55 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II- 5 generation). Dengan demikian, setiap pelaksanaan pembangunan memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. b Kebersamaan Keberhasilan pembangunan tidak lepas dari kebersamaan komitmen dari seluruh stakeholders Kota Tangerang yang meliputi pemerintah, swasta, dan masyarakat. Kesepakatan yang terjalin dari seluruh stakeholder ini akan menciptakan hubungan yang harmonis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan di Kota Tangerang. c Profesionalisme Kegiatan pembangunan di Kota Tangerang harus didukung oleh aparat-aparat pemerintah yang profesional dan senantiasa memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat Kota Tangerang, dengan didasari prinsip-prinsip good governance. Dengan demikian setiap program/kegiatan pembangunan harus direncanakan dan dilakukan dengan cermat agar mencapai hasil yang maksimal. d Akhlakul Karimah Aparat pemerintah Kota Tangerang diharapkan dapat melaksanakan tugas kepemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan ketulusan hati. Dengan demikian pelaksanaan tugas sehari-hari dapat menjadi sarana didalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta upaya untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Keempat nilai inti budaya Kota Tangerang ini sejalan dengan sepuluh prinsip tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) yang harus dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan Pemda Kota Tangerang pada khususnya, yaitu partisipasi, penegakan hukum, transparansi, kesetaraan, daya tangkap, wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi & efektifitas, profesionalisme.

56 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II- 6 B. Strategi Dan Arah Kebijakan Daerah Untuk merealisasikan visi dan misi di atas, maka strategi yang harus ditempuh harus merupakan strategi yang komprehensif dan menyeluruh. Strategi ini ditujukan untuk memecahkan masalah yang sudah sangat mendesak untuk segera ditangani, seperti pengembangan sektor industri pengolahan, kepadatan penduduk, pemerataan di bidang pendidikan dan akses kesehatan, maupun bidang lainnya yang strategis dan prioritas. Strategi tersebut berupa tujuan dan sasaran prioritas guna pencapaian visi pembangunan. 1. Isu Dan Permasalahan Mendesak Tahun 2008 Pembangunan yang selama ini telah dilaksanakan di Kota Tangerang dalam kurun waktu belum dapat sepenuhnya mengubah kondisi masyarakat (khususnya kondisi sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan) menjadi lebih baik. Berbagai permasalahan yang terkait dengan kondisi sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan seperti permasalahan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, polusi (air, tanah, dan udara), sampah/kebersihan lingkungan, dan lain-lain, masih banyak yang belum tertangani secara optimal. Hal ini menjadi tanggungjawab seluruh stakeholders pembangunan, termasuk Pemerintah Kota Tangerang dan masyarakat. Berdasarkan hasil : (1). Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya atas berbagai hasil capaian sasaran pembangunan yang sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Tangerang ; (2). Fenomena dan potensi munculnya permasalahan baik yang bersifat eksisting maupun dampak dari permasalahan yang sudah ada; dan (3). Berbagai kebijakan/regulasi baik pusat maupun propinsi, maka dapat diidentifikasi isu-isu pembangunan di Kota Tangerang Tahun 2008 sebagai berikut: 1. Akses dan Mutu Pelayanan Pendidikan; 2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan; 3. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk dan Pengembangan Kualitas Penduduk;

57 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Pengangguran dan Keterbatasan Kesempatan Kerja; 5. Pemilihan Walikota Tangerang Tahun 2008; 6. Efektivitas dan Keterpaduan Perencanaan Pembangunan dan Penerapan e-goverment; 7. Banjir Perumahan dan Permukiman; 8. Cakupan Pelayanan Air Bersih serta Persampahan dan Limbah; 9. Pelayanan Transportasi Massal; 10. Efektivitas Penataan Ruang dan Daya Dukung Lingkungan Hidup; 11. Ketahanan Pangan dan Produktivitas Ekonomi; 12. Pelayanan dan Perlindungan Kesejahteraan Sosial. Dari uraian tentang isu pembangunan tahun 2008, diperlukan suatu identifikasi permasalahan mendesak sebagai upaya pemfokusan penanganan dalam pencapaian kinerja pembangunan tahun Identifikasi terhadap permasalahan pembangunan yang mendesak dalam upaya mencari solusi alternatif dilakukan melalui kuantifikasi berbagai aspek pembangunan yang diperkirakan bisa menjadi kendala/hambatan di dalam implementasi. Kendala/hambatan tersebut merupakan salah satu faktor penimbang urgensitas permasalahan yang terjadi, dimana dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi Sumber Daya Manusia (kuantitatif dan kualitatif), Sarana Prasarana (kuantitatif dan kualitatif), berbagai regulasi daerah yang ada, serta unsur manajemen seperti Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan (Directing), dan Pengevaluasian (Evaluating). Sementara itu, faktor eksternal meliputi kendala kemasyarakatan dan berbagai regulasi pusat dan propinsi yang ada. Berdasarkan identifikasi terhadap 12 isu pembangunan melalui berbagai faktor kendala/hambatan tersebut, maka didapat sebanyak 45 permasalahan pembangunan yang mendesak di Kota Tangerang pada tahun 2008 yang harus segera ditangani, yaitu: 1. Belum Optimalnya Pelayanan Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu dan Berkembangnya Aspirasi Implementasi Pendidikan Gratis SD dan SMP; 2. Belum Optimalnya Profesionalisme dan Kompetensi Guru;

58 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Belum Optimalnya Relevansi Dunia Pendidikan dengan Dunia Usaha dan Dunia Kerja; 4. Belum Optimalnya Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah; 5. Kesiapan Implementasi Anjuran Penerapan SI (Standar Isi) dan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Tahun Ajaran 2009/2010; 6. Belum Optimalnya Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Kurang Mampu; 7. Belum Optimalnya Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan; 8. Belum Optimalnya Daya Dukung, Kemampuan dan Kompetensi Tenaga Medis; 9. Belum Terpadunya Penanggulangan Penyakit Menular serta Wabah Penyakit; 10. Rendahnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; 11. Keamanan Mutu Obat dan Makanan yang Beredar serta Penyalahgunaan Narkoba; 12. Belum Optimalnya Upaya Pengendalian Kependudukan; 13. Belum Memadainya Pengelolaan Data dan Pelayanan Administrasi Kependudukan; 14. Belum Memadainya Pengetahuan dan Kesadaran Pasangan Usia Subur dan Remaja tentang Hak-hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi; 15. Belum Optimalnya Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana; 16. Ketidakseimbangan Pertumbuhan Angkatan Kerja dengan Kesempatan Kerja; 17. Belum Memadainya Kompetensi Angkatan Kerja Terhadap Kebutuhan Kualifikasi Lapangan Kerja; 18. Tingginya Angka Pekerja Dibawah Umur; 19. Masih Tingginya Kasus Hubungan Industrial; 20. Rendahnya Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pilkada yang Jujur dan Adil; 21. Pengelolaan Situasi Sosial Politik yang Kondusif Pra, Pelaksanaan, dan Paska Pilkada; 22. Belum Memadainya Dukungan dan Pengelolaan Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan Secara Tepat Waktu dan Tepat Materi;

59 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Belum Optimalnya Efektivitas dan Keterpaduan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah dan SKPD; 24. Belum Optimalnya Proses Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan SKPD; 25. Belum Optimalnya Kompetensi SDM dan Penerapan Teknologi Informasi Pemerintahan; 26. Belum Optimalnya Penataan Sistem Drainase dan Daerah Aliran Sungai; 27. Ketidakjelasan dan Ketidaktegasan Kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Air; 28. Desakan Kebutuhan Ruang Menyebabkan Berkurangnya Daerah Resapan Air; 29. Masih Lemahnya Koordinasi dan Kesiagaan Penanggulangan Banjir Perumahan dan Permukiman; 30. Belum Memadainya Cakupan Pelayanan Air Bersih, Khususnya Bagi Masyarakat Kurang Mampu; 31. Belum Optimalnya Cakupan dan Pengelolaan Pelayanan Persampahan; 32. Masih Terbatasnya Kapasitas Pelayanan IPAL dan IPLT; 33. Belum Optimalnya Pelayanan Sanitasi Lingkungan, Khususnya Masyarakat Tidak Mampu; 34. Kemacetan Lalu Lintas Terutama Akibat Percampuran Moda pada Ruas-ruas Jalan di Dalam Kota dan Keterbatasan Kapasitas Jalan; 35. Belum Optimalnya Pengelolaan Pelayanan Angkutan Umum; 36. Belum Memadainya Fasilitas Penunjang Pengelolaan Lalu Lintas; 37. Belum Optimalnya Penataan Ruang Kota dan Pengawasan Penyimpangan Fungsi Ruang; 38. Rendahnya Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat Terhadap Penataan Ruang; 39. Penurunan Kualitas Udara, Air dan Tanah; 40. Belum Memadainya Kesadaran Masyarakat terhadap Pengendalian Lingkungan Hidup; 41. Ketidakstabilan Harga Kebutuhan Pokok; 42. Rendahnya Daya Beli Masyarakat Kurang Mampu Terhadap Pemenuhan Kebutuhan;

60 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Rendahnya Akses Usaha Ekonomi Rakyat Terhadap Sumberdaya Produktif (Modal, Teknologi, Manajemen, Informasi); 44. Belum Optimalnya Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial; 45. Belum Optimalnya Penanganan Korban Bencana Alam dan Kejadian Luar Biasa. 2. Prioritas Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2008 Mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, serta isu dan permasalahan mendesak pembangunan tahun 2008, maka perlu adanya suatu kebijakan pembangunan untuk lebih memfokuskan atau metitikberatkan pelaksanaan pembangunan dalam bentuk yang lebih riil dan kongkret berupa program dan kegiatan pembangunan tahun Selain itu, mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan anggaran yang terbatas, maka kebijakan pembangunan tersebut perlu menetapkan suatu Prioritas Pembangunan yang tidak semata-mata didasarkan pada besarnya anggaran yang dibutuhkan tetapi lebih didasarkan pada kemendesakan (urgensitas) yang harus ditangani oleh pemerintah daerah. Prioritas Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2008 sebagai bentuk derivasi Kebijakan Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Pendidikan; 2. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan; 3. Pengembangan, Pengelolaan, dan Pengendalian Pertumbuhan Penduduk, Kesehatan Reproduksi, dan Keluarga Berencana; 4. Peningkatan Kualitas SDM dan Perlindungan Tenaga Kerja; 5. Perwujudan Pelaksanaan Pemilihan Walikota Tangerang Tahun 2008 Secara Jujur, Adil, Tertib, dan Demokratis; 6. Penataan Prosedur dan Mekanisme Perencanaan Pembangunan dan Implementasi e-goverment; 7. Pencegahan, Pengendalian, Penanganan, dan Mitigasi Bencana Banjir di Perumahan dan Permukiman; 8. Peningkatan Pelayanan Air Bersih, Persampahan, Limbah, dan Sanitasi Lingkungan;

61 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Penataan dan Peningkatan Manajemen Pelayanan Transportasi; 10. Peningkatan Pengelolaan Penataan Ruang dan Lingkungan hidup; 11. Pemeliharaan Ketahanan Pangan dan Perkuatan Ekonomi Kerakyatan; 12. Peningkatan dan Pemerataan Pelayanan dan Perlindungan Sosial. Prioritas pembangunan seperti tersebut di atas harus bisa dioperasionalisasi menjadi bentuk-bentuk program dan kegiatan yang sifatnya lebih riil dan kongkret. Kongkretisasi prioritas pembangunan dapat dilakukan dengan mengkorespondensi prioritas pembangunan tersebut dengan sasaran pembangunan yang sudah disepakati dalam dokumen perencanaan (RPJM), sehingga program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2008 tidak terlepas dari arah perencanaan yang sudah disepakati bersama. Sasaran Pembangunan Kota Tangerang yang terdapat di Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun yang sudah dikorespondensi dengan Prioritas Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2008 adalah: 1. Meningkatnya Kompetensi serta Profesionalisme guru dan tenaga pendidik; 2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas Pelayanan Kesehatan terhadap Masyarakat termasuk Penanganan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; 3. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang upaya-upaya preventif,kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit; 4. Terwujudnya rekstrukturisasi kelembagaan dan sistem manajemen pemerintah; 5. Meningkatnya ketrampilan, kapasitas dan kompetensi tenaga kerja khususnya di sektor basis perekonomian daerah; 6. Terwujudnya sinkronisasi pemerintah-masyarakat berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan kota (termasuk yang berkenaan dengan situasi tanggap darurat); 7. Meningkatnya kompetensi, kapasitas, kapabilitas dan profesionalisme SDM (Aparatur Pemda, DPRD dan Masyarakat) yang didasari Imtaq;

62 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Terfasilitasinya dan termanfaatkanya sarana dan prasarana kerja Pemerintah Kota secara optimal; 9. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur perkotaan; 10. Tertatanya serta meningkatnya kualitas dan kuantitas ruang publik termasuk utum dan fasos perkotaan; 11. Tertatanya sistem transportasi perkotaan yang terpadu dalam rangka meningkatkan koneksitas dan aksesibilitas transportasi perkotaan; 12. Meningkatnya penanganan permasalahan lingkungan dan pengendalian dampak negatif lingkungan (pencemaran udara, darat, dan air); 13. Terwujudnya lingkungan perkotaan yang bersih, hijau dan sehat. Sementara itu, untuk memudahkan pencarian kegiatan dalam upaya menyelesaikan permasalahan pembangunan pada tahun 2008, maka perlu mengurai berbagai sasaran program-program pembangunan yang dirasa mendukung terhadap penyelesaian permasalahan pembangunan tersebut. Sasaran Prioritas Program Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2008 antara lain: 1. Meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah dan Mutu Lulusan; Meningkatnya Minat Baca Masyarakat; Meningkatnya Kompetensi dan Profesional Pendidik; Meningkatnya Kemitraan Dunia Pendidikan dengan Dunia Kerja; serta Meningkatnya Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi; 2. Meningkatnya Cakupan Layanan Kesehatan Bagi Masyarakat Kurang Mampu; Meningkatnya Daya Dukung dan Kualitas Prasarana dan Sarana Kesehatan; Meningkatnya Daya Dukung dan Kompetensi Tenaga Medis; Menurunnya Penyebaran dan Kasus Penyakit Menular; Meningkatnya Status Kesehatan Masyarakat; serta Terpantau dan Terkendalinya Keamanan Mutu Obat dan Makanan; 3. Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk; Meningkatnya Usia Perkawinan Pertama Perempuan; Meningkatnya Penggunaan Metode Kontrasepsi yang Efektif serta Efisien; serta Meningkatnya Proporsi Keluarga Pra-Sejahtera dan Sejahtera I;

63 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Menurunnya Pengangguran Terbuka; Meningkatnya Kompetensi Angkatan Kerja; serta Menurunnya Pelanggaran Kebijakan Ketenagakerjaan; 5. Meningkatnya Cakupan Penyebarluasan Pemahaman dan Pengetahuan Terhadap Pilkada Demokratis, Jujur dan Adil; serta Terkendalinya Kondisi Ketenteraman dan Ketertiban Umum Pra, Pelaksanaan dan Pasca Pemilihan Walikota Tangerang Tahun 2008; 6. Berjalannya Siklus Perencanaan Pembangunan secara Sistematis, Terarah, Terpadu, Menyeluruh, dan Tanggap Terhadap Perubahan; serta Meningkatnya Daya Guna Penerapan E-Government Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan; 7. Meningkatnya Kapasitas Daya Tampung Saluran Drainase dan Sungai; Menurunnya Luasan Wilayah Genangan; serta Terjalinnya Koordinasi dan Mekanisme Kerja Antar Lembaga Terkait dalam Pencegahan, Pengendalian dan Penanganan Banjir; 8. Meningkatnya Cakupan Pelayanan Air Bersih; dan Meningkatnya Cakupan Pelayanan Persampahan dan Limbah; 9. Terpeliharanya dan meningkatnya daya dukung, kapasitas, maupun kualitas pelayanan prasarana jalan; serta Meningkatnya Kelancaran, Ketertiban dan Keselamatan Lalu Lintas. 10. Menurunnya Penyimpangan Fungsi Ruang; Meningkatnya Ketertiban Penguasan dan Pemanfaatan Tanah; Meningkatnya Rumah Tangga yang Memperoleh Layanan Tempat Tinggal dan Sanitasi Dasar secara Memadai; Membaiknya Baku Mutu Lingkungan Kota; serta Meningkatnya Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian Lingkungan Hidup; 11. Meningkatnya Keterjangkauan dan Daya Beli Masyarakat dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok; Meningkatnya Kapasitas, Produktivitas dan Nilai Tambah Usaha Ekonomi Rakyat; 12. Meningkatnya Aksesibilitas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) terhadap Pelayanan Sosial Dasar; Meningkatnya Kualitas Hidup PMKS; Meningkatnya Kemampuan dan Kepedulian Sosial Masyarakat dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial secara

64 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II- 14 Melembaga dan Berkelanjutan; serta Terjaminnya Bantuan Sosial dan Meningkatnya Penanganan Korban Bencana. C. Prioritas Program Pembangunan Daerah Dalam rangka melaksanakan Pembangunan Daerah untuk pencapaian tujuan dan sasaran, maka sebagaimana yang telah diatur dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah maka Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan diklasifikasikan/dikelompokkan sesuai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Adapun program dan kegiatan urusan wajib dan urusan pilihan, adalah sebagai berikut: 1. Urusan Wajib Urusan wajib merupakan kewenangan daerah yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. 1.1 Urusan Pendidikan Program untuk mendukung urusan pendidikan, yaitu: a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) b. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun c. Pendidikan Menengah d. Pendidikan Non Formal e. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan f. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan g. Manajemen Pelayanan Pendidikan 1.2 Urusan Kesehatan Program untuk mendukung urusan kesehatan, yaitu: a. Obat dan Perbekalan Kesehatan b. Upaya Kesehatan Masyarakat c. Pengawasan Obat dan Makanan d. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

65 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II- 15 e. Perbaikan Gizi Masyarakat f. Pengembangan Lingkungan Sehat g. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular h. Standarisasi Pelayanan Kesehatan i. Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin j. Pengadaan, Peningkatan, dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya k. Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan l. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia m. Peningkatan Keselamatan Ibu yang Melahirkan dan Anak 1.3 Urusan Pekerjaan Umum Program untuk mendukung urusan pekerjaan umum, yaitu: a. Pembangunan Jalan dan Jembatan b. Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong c. Pembangunan Turap/Talud/ Bronjong d. Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan e. Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kebinamargaan f. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan Jaringan Pengairan Lainnya g. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan Sumber Daya Air Lainnya h. Pengendalian Banjir 1.4 Urusan Perumahan Program untuk mendukung urusan perumahan, yaitu: a. Pengembangan Perumahan b. Lingkungan Sehat Perumahan c. Pemberdayaan Komunitas Perumahan d. Pengelolaan Areal Pemakaman e. Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 1.5 Urusan Penataan Ruang Program yang mendukung urusan penataan ruang, yaitu: a. Perencanaan Tata Ruang b. Pemanfaatan Ruang c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

66 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Urusan Perencanaan Pembangunan Program yang mendukung urusan perencanaan pembangunan, yaitu: a. Pengembangan Data/Informasi b. Pengembangan Wilayah Perbatasan c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Daerah d. Perencanaan Pembangunan Daerah e. Perencanaan Pembangunan Ekonomi f. Perencanaan Sosial dan Budaya g. Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam 1.7 Urusan Perhubungan Program yang mendukung urusan perhubungan, yaitu: a. Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan b. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ c. Peningkatan Pelayanan Angkutan d. Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan e. Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas f. Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor 1.8 Urusan Lingkungan Hidup Program yang mendukung urusan lingkungan hidup, yaitu: a. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan b. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup c. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam d. Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup e. Peningkatan Pengendalian Polusi f. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 1.9 Urusan Pertanahan Program yang mendukung urusan pertanahan, yaitu: a. Pembangunan Sistem Pendaftaran Tanah b. Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah

67 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Program yang mendukung urusan kependudukan dan catatan sipil, yaitu: a. Penataan Administrasi Kependudukan 1.11 Urusan Pemberdayaan Perempuan Program yang mendukung urusan pemberdayaan perempuan, yaitu: a. Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan b. Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak c. Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan d. Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan 1.12 Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Program yang mendukung urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera, yaitu: a. Keluarga Berencana b. Program Kesehatan Reproduksi Remaja c. Pelayanan Kontrasepsi d. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan KB/KR yang Mandiri e. Pengembangan Bahan Informasi tentang Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak f. Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga 1.13 Urusan Sosial Program yang mendukung urusan sosial, yaitu: a. Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan PMKS lainnya b. Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial c. Pembinaan Anak Terlantar d. Panti Asuhan dan Panti Jompo e. Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) f. Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

68 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Urusan Tenaga Kerja Program yang mendukung urusan tenaga kerja, yaitu: a. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja b. Peningkatan Kesempatan Kerja c. Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan 1.15 Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Program yang mendukung urusan koperasi dan usaha kecil menengah, yaitu: a. Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif b. Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah c. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah d. Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 1.16 Urusan Penanaman Modal Program yang mendukung urusan penanaman modal, yaitu: a. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi b. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi 1.17 Urusan Kebudayaan Program yang mendukung urusan kebudayaan, yaitu: a. Pengelolaan Kekayaan Budaya 1.18 Urusan Pemuda dan Olah Raga Program yang mendukung urusan pemuda dan olah raga, yaitu: a. Pengembangan dan Keserasian Kebijakan pemuda b. Peningkatan Peran Serta Kepemudaan c. Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda d. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba e. Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga f. Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga 1.19 Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Program yang mendukung urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, yaitu:

69 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II- 19 a. Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan b. Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal c. Pengembangan Wawasan Kebangsaan d. Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan e. Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat) f. Pendidikan Politik Masyarakat g. Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam 1.20 Urusan Pemerintahan Umum Program yang mendukung urusan pemerintahan umum dan dilaksanakan oleh semua SKPD, yaitu: a. Pelayanan Administrasi Perkantoran b. Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur c. Peningkatan Disiplin Aparatur d. Fasilitasi Pindah/Purna Tugas PNS e. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur f. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan Program yang mendukung urusan pemerintahan lainnya, yaitu: a. Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah b. Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah c. Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah d. Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pelaksanaan Pengendalian Kebijakan KDH e. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan f. Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan g. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi h. Mengintensifkan Pengaduan Masyarakat i. Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah j. Penataan Peraturan Perundang-Undangan k. Penataan Daerah Otonomi Baru

70 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Urusan Kepegawaian Program yang mendukung urusan kepegawaian, yaitu: a. Pendidikan Kedinasan b. Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur c. Pembinaan dan Pengembangan Aparatur 1.22 Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan Program yang mendukung urusan pemberdayaan masyarakat dan kelurahan, yaitu: a. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat dan Kelurahan b. Pengembangan Lembaga Ekonomi Kelurahan c. Peningkatan Kapasitas Aparatur Kelurahan 1.23 Urusan Statistik Program yang mendukung urusan statistik, yaitu: a. Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah 1.24 Urusan Kearsipan Program yang mendukung urusan kearsipan, yaitu: a. Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan b. Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah c. Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan d. Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi 1.25 Urusan Komunikasi dan Informatika Program yang mendukung urusan komunikasi dan informatika, yaitu: a. Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa b. Pengkajian dan Penelitian Bidang Informasi dan Komunikasi c. Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Informasi d. Kerjasama Informasi dengan Mass Media 2. Urusan Pilihan Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

71 K e b i j a k a n P e m e r i n t a h D a e r a h II Urusan Pertanian Program yang mendukung urusan pertanian, yaitu: a. Peningkatan Kesejahteraan Petani b. Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian) c. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian d. Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian e. Peningkatan Produksi Pertanian f. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak g. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan h. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan i. Peningkatan Penerapan Teknologi Perternakan 2.2 Urusan Pariwisata Program yang mendukung urusan pariwisata, yaitu: a. Pengembangan Pemasaran Pariwisata b. Pengembangan Kemitraan 2.3 Urusan Kelautan dan Perikanan Program yang mendukung urusan kelautan dan perikanan, yaitu: a. Pengembangan Budidaya Perikanan b. Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan c. Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan 2.4 Urusan Perdagangan Program yang mendukung urusan perdagangan, yaitu: a. Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan b. Peningkatan Dan Pengembangan Ekspor c. Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri 2.5 Urusan Perindustrian Program yang mendukung urusan perindustrian, yaitu: a. Pengembangan Industri Kecil Dan Menengah b. Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri c. Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi

72 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 1 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH A. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Anggaran daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah periode tahun anggaran 2008 pengelolaan keuangan daerah di dasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dengan perubahannya Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung, dimana belanja tidak langsung lebih ditujukan kepada pembayaran gaji PNS, pemberian hibah dan bantuan sosial, dan pembayaran bunga. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang langsung dikaitkan dengan pelaksanaan suatu kegiatan, dimana pada saat perencanaan telah ditetapkan kinerja yang ingin dicapai. Secara garis besar APBD dan realiasasi APBD pada periode tahun anggaran 2008 adalah sebagai berikut:

73 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 2 Tabel 3.1 Ringkasan dan Realisasi APBD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2008 Uraian Anggaran Realisasi 1. Pendapatan , ,61 - Pendapatan Asli Daerah , ,61 - Dana Perimbangan , ,00 - Lain-lain Pendapatan Daerah yg Sah ,00 2. Belanja , ,00 - Belanja Tidak Langsung , ,00 - Belanja Langsung , ,00 3. Pembiayaan Surplus/Defisit ( ,87) ,61 - Penerimaan Pembiayaan , ,39 - Pengeluaran Pembiayaan , ,00 SILPA Tahun Berjalan ,00 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang B. Pendapatan Daerah Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal menyatakan bahwa sumber pendapatan daerah/sumber penerimaan daerah meliputi: 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari dari: a. Hasil Pajak daerah; b. Hasil Retribusi Daerah; c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; d. Lain-lain PAD yang Sah. 2. Dana Perimbangan, terdiri dari: a. Dana Bagi Hasil (pajak dan sumber daya alam); b. Dana Alokasi Umum; c. Dana Alokasi Khusus. 3. Lain-lain Pendapatan yang Sah yaitu: a. Hibah; b. Dana Darurat; c. Lain-lain Pendapatan yang ditetapkan pemerintah.

74 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 3 Dilihat dari segi pendapatan daerah, keuangan daerah yang berhasil adalah keuangan daerah yang mampu meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan keadilan serta dengan sejumlah biaya administrasi tertentu. Dilihat dari struktur ekonomi Kota Tangerang bahwa sektor industri merupakan sektor yang paling dominan sumbangannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tangerang selama tahun 2004 sampai dengan 2008, maka dapat dikatakan kemampuan untuk membayar segala pungutan-pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah akan lebih tinggi. Dengan demikian sektor pajak mempunyai potensi yang besar dalam upaya peningkatan pendapatan daerah. Arah kebijakan umum pendapatan daerah merupakan upaya pemerintah daerah dalam mengoptimalkan pendapatan dari berbagai sumber keuangan daerah, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan daerah. Sumber pendapatan daerah yang penting untuk diperhatikan adalah penerimaan daerah sendiri, karena merupakan wujud dari partisipasi langsung masyarakat dalam mendukung proses pembangunan. Namun dalam menentukan arah kebijakan untuk meningkatkan penerimaan daerah selama ini Pemerintah Kota Tangerang memperhatikan kriteria sebagai berikut : 1. Hasil, yaitu memadai atau tidaknya hasil suatu pungutan dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya. 2. Keadilan, yaitu dasar pungutan dan kewajiban pembayarannya harus jelas dan tidak sewenang-wenang. 3. Efisiensi, yaitu pungutan hendaknya memberikan dorongan penggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi.

75 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III Kemampuan melaksanakan, yaitu pungutan harus dapat dilaksanakan baik dari sudut kemauan politik dan kemauan tata usaha. 5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah, yaitu menekankan mengenai kejelasan hubungan antara daerah/wilayah tempat pajak tersebut dipungut dengan pelayanan yang diberikan. Selama kurun waktu tahun anggaran 2008, Pemerintah Kota Tangerang mengarahkan kebijakan pendapatan daerah untuk meningkatkan penerimaannya dengan : 1. Mengupayakan peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat yang disertai dengan tertib administrasi pungutan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peningkatan penerimaan pendapatan daerah ini difokuskan kepada penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan dana perimbangan. 2. Peningkatan kualitas pelayanan kepada publik yang dilaksanakan secara profesional melalui peningkatan kompetensi aparatur daerah. Kualitas kinerja layanan lembaga serta penyerderhanaan dan prosedur pengelolaan pendapatan daerah menuju terpenuhinya kepuasan pelayanan publik. Berikut disajikan perkembangan target dan realisasi pendapatan daerah selama kurun waktu tahun anggaran

76 Target/Realisasi K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 5 Grafik 3.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kota Tangerang TA , ,89 926, , ,13 650,82 552,65 573,52 767,33 757, Tahun Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang 1. Pendapatan Asli Daerah Pembahasan mengenai pendapatan sektor publik secara umum terkait dengan pendapatan yang diterima oleh daerah dalam suatu kurun waktu, yang dinyatakan dalam bentuk anggaran. Anggaran sektor publik secara umum dijelaskan berupa anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran. Pendapatan daerah tercermin dalam anggaran penerimaan. Merujuk pada konsep anggaran penerimaan daerah, maka pendapatan negara atau daerah adalah realisasi dari anggaran penerimaan negara atau daerah. Penerimaan pada level daerah merupakan item-item penyumbang pendapatan bagi anggaran daerah dalam format Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pendapatan Asli Daerah khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah yang saat ini merupakan salah satu sumber

77 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 6 penerimaan yang menjadi tumpuan Kota Tangerang, dimana pelaksanaannya masih mengacu pada Undang Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan telah mengalami perubahan dengan telah ditetapkan Undang Undang Nomor 34 tahun 2000 yang dalam pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. PAD yang dikelola dan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang selama tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1. Pajak Daerah; 2. Retribusi Daerah; 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; 4. Lain-lain Pendapatan yang Sah. a. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah a.1. Intensifikasi Pendapatan Daerah Instensifikasi adalah memperbesar penerimaan yang dilakukan dengan cara melakukan pemungutan lebih giat, ketat dan teliti. Adapun intensifikasi yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang yang menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah adalah: 1. Melakukan pendataan ulang potensi wajib pajak yang ada; 2. Penataan peraturan pajak daerah; 3. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan dan evaluasi dengan dinas-dinas penghasil; 4. Pelaksanaan koordinasi dengan pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan instansi/lembaga terkait; 5. Peningkatan pembinaan dan himbauan kepada wajib pajak;

78 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III Memberikan penghargaan dan intensif kepada SKPD penghasil, Kecamatan, dan Kelurahan yang bisa melampaui target secara tepat waktu; 7. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan; 8. Pelaksanaan operasi lapangan terutama untuk pemasangan reklame yang belum mendapatkan ijin dari Pemerintah Kota Tangerang; 9. Melakukan pendekatan secara proaktif kepada wajib pajak yang memiliki potensi pajak yang besar agar membayar pajak secara tepat waktu; 10. Melakukan pembinaan kepada BUMD agar melakukan pembayaran bagian laba yang menjadi hak Pemerintah Kota Tangerang secara tepat waktu; dan 11. Melakukan penyempurnaan metode pengumpulan pendapatan. a.2. Ekstensifikasi Pendapatan Daerah Ekstensifikasi dilakukan dengan cara menggali sumbersumber pendapatan daerah yang baru. Namun demikian dalam hal penggalian sumber pendapatan yang baru tersebut tidak hanya semata-mata untuk memperoleh sumber pendapatan. Seperti halnya dalam ekstensifikasi di pajak daerah yang akan dilakukan harus memenuhi kriteria yang ditelah ditetapkan oleh Undang-undang nomor 34 tahun 2000, yaitu : 1. Bersifat pajak dan bukan retribusi; 2. Obyek pajak terletak di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan; 3. Obyek dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum;

79 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak propinsi atau obyek pajak pusat; 5. Potensinya memadai; 6. Tidak memberikan dampak ekonomi negatif; 7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; 8. Menjaga kelestarian lingkungan. b. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan bagi pemerintah daerah, penerimaan daerah sendiri yang diwujudkan dalam penerimaan PAD, merupakan wujud dari partisipasi langsung masyarakat dalam mendukung proses pembangunan. Untuk melihat perkembangan target dan realisasi penerimaan PAD Kota Tangerang dari tahun 2004 sampai dengan 2008 secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Perkembangan PAD Kota Tangerang TA TA Target Realisasi % , ,57 111, , ,63 109, , ,95 107, , ,02 117, , ,61 132,36 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang Secara sekilas kita dapat melihat secara keseluruhan penerimaan PAD Kota Tangerang selama kurun waktu terus mengalami kenaikan dan melampaui dari target yang telah ditetapkan.

80 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 9 Dilihat dari sisi target anggaran, secara berturut-turut dapat dilihat perkembangan kenaikan target PAD dari tahun anggaran 2004 sampai dengan 2008 sebagai berikut: tahun anggaran target PAD mengalami kenaikan sebesar Rp.9,41 milyar atau sekitar 9,62%, naik sebesar Rp.14,91 milyar atau sekitar 13,89%, kemudian dari tahun anggaran 2006 sampai dengan 2007 sebesar Rp.11,18 milyar (9,15%) dan tahun anggaran 2007 sampai tahun anggaran 2008 target PAD mengalami kenaikan sekitar Rp.4,72 milyar atau 3,54%. Kenaikan PAD tidak saja dari sisi target tetapi juga dari sisi realisasi penerimaan. Tingkat penerimaan PAD terus mengalami kenaikan dan melampaui target yang telah ditetapkan. Rata-rata kenaikan PAD mencapai 12%. Bila kita lihat kembali tabel di atas, realisasi penerimaan PAD pada tahun anggaran 2008 mencapai 132,26%, hal tersebut merupakan kenaikan tertinggi dalam kurun waktu Bila di lihat dari pergerakkannya struktur penerimaan PAD Kota Tangerang memiliki pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan yang positif dikontribusi oleh semua komponen pembentuknya. Untuk Kota Tangerang, PAD tahun anggaran 2008 sebagian besar dihasilkan oleh lain-lain PAD yang sah mencapai 1.083,90% dari target yang ditetapkan. Untuk gambaran lebih lengkapnya mengenai target dan realisasi komponen PAD dapat di lihat pada tabel berikut ini.

81 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 10 Tabel 3.3 Rincian Anggaran dan Realisasi PAD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2008 No Jenis Pendapatan Target (Rp.) Realisasi (Rp.) % 1. Pajak Daerah , ,00 115,49 2. Retribusi Daerah , ,00 117,36 Hasil Perusahaan Milik 3. Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan , ,00 104,59 4. Lain-lain PAD Yang Sah , , ,90 J u m l a h , ,61 132,36 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang b.1. Pajak Daerah Untuk mengukur kemampuan keuangan daerah/kemandirian suatu daerah dalam melaksanakan otonomi daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pajak yang diterima, dan juga perbandingannya dengan peneriman dari sumber-sumber yang lain, misalnya bntuan pemerintah pusat atau dari pinjaman. Faktor potensi ekonomi yang dijadikan sebagai basis pajak secara normatif mempengaruhi peningkatan PAD. Hal ini berarti kemampuan keuangan masyarakat untuk membayar pajak kepada pemerintah daerah sangat bergantung kepada aktivitas ekonomi yang berkembang dan ada di masyarakat, maka penyelenggaraan dan pelayanan harus mampu menjaga aktivitas ekonomi itu sendiri.

82 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 11 Faktor potensi ekonomi daerah sebagai basis Pajak diyakini mampu mempengaruhi peningkatan PAD. Semakin tinggi aktivitas ekonomi yang dilakukan semakin besar Pajak yang diperoleh. Dengan kata lain peningkatan PAD terkait dengan kemampuan cakupan output di sektor produksinya (economic sectors). Kemampuan pajak juga mempunyai arti sebagai sumber dana dan keuangan dalam upaya pemerintah untuk melakukan ekspansi. Keterkaitan antara penerimaan pajak propinsi dan pajak dari kabupaten/kota bermuara pada bagaimana sumber penerimaan ini dapat dijadikan sebagai mesin penggerak pembangunan. Seiring dengan meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dimiliki oleh daerah sejak diberlakukannya UU No. 32 dan 33 tahun Kewenangan penggalian dan pengelolaan potensi sumber-sumber penghasilan juga ikut meningkat pula meskipun kewenangan tersebut harus mengikuti berbagai aturan yang berlaku agar tidak merugikan perekonomian secara nasional. Adapun potensi sumber penerimaan daerah berdasarkan kebijakan desentralisasi fiskal tersebut adalah pajak daerah yang merupakan salah satu komponen dari pendapatan asli daerah (PAD). Pajak daerah yang selama ini dikelola oleh Pemerintah Kota Tangerang meliputi 6 jenis pajak, yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan umum, dan pajak atas penyelenggaran parkir swasta.

83 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 12 Tabel 3.4 Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun Anggaran 2008 Jenis Pajak Target (Rp.) Realisasi (Rp.) % Pajak Hotel , ,00 125,09 Pajak Restoran , , ,45 Pajak Hiburan , ,00 120,53 Pajak Reklame , ,00 123,16 Pajak Penerangan Jalan Umum , ,00 103,60 Pajak atas Penyelenggaraan Parkir Swasta , ,00 115,47 J u m l a h , ,00 115,49 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang Sumbangan pajak daerah dalam penerimaan pajak masih dominan. Komponen pajak daerah memberikan kontribusi sesuai dengan target yang diharapkan bagi pembentukan PAD Kota Tangerang. Kontribusi tersebut tidak lain disumbangkan oleh komponen pembentuk pajak daerah yaitu pajak hotel dan restoran dengan realisasi tahun 2008 sebesar 132% dan merupakan realisasi tertinggi diantara komponen pembentuk pajak daerah lainnya. Hal ini sejalan dengan kontribusi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam pembentukan PDRB Kota Tangerang yang selalu mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. b.2. Retribusi Daerah Dalam UU Nomor 34 Tahun 2000, baik provinsi maupun kabupaten/kota memiliki jenis pajak yang lebih bervariasi namun dengan tarif maksimal yang sama. Retribusi daerah merupakan salah satu komponen dari pendapatan asli daerah (PAD).

84 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 13 Jenis pajak untuk daerah provinsi bertambah dari 3 menjadi 4, sedangkan untuk kabupaten/kota berkembang dari 6 menjadi 7 jenis pajak. Ketentuan baru ini mengandung makna bahwa UU Nomor 34 Tahun 2000 lebih menganut strategi ekstensifikasi/diversifikasi dari pada intensifikasi sumber. Dengan strategi ini diharapkan terjadi pemerataan terhadap obyek atau aktivitas ekonomi kemasyarakatan yang potensial dikenakan pajak, dan pada saat yang bersamaan tidak menjadikan beban masyarakat semakin berat. Mengacu pada ketentuan perundang-undangan, selama periode tahun anggaran 2008 Pemerintah Kota Tangerang mengelola 22 jenis retribusi daerah. Dari semua retribusi yang dikelola oleh Pemerintah Kota Tangerang, retribusi pelayanan pemakaman selama tahun anggaran 2008 merupakan salah satu retribusi yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PAD hingga mencapai realisasi sebesar 186,97%. Lima besar retribusi yang memberikan kontribusi pada pembentukan PAD berturut-turut adalah sebagai berikut: SIPA (142,60%); Tanda Daftar Perusahaan (138,00%); Rumah potong hewan (137,48%); SIUP (134,98%) dan TDI/IUI/IP (133,98%). Untuk lebih jelasnya kontribusi yang disumbagkan oleh setiap jenis retribusi dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

85 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 14 Tabel 3.5 Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2008 Jenis Retribusi Target (Rp) Realisasi (Rp) % Pelayanan Kesehatan , ,00 119,15 Pelayanan Persampahan/Kebersihan , ,00 100,85 Penggantian Cetak Akte Catatan , ,00 124,38 Sipil Pelayanan Pemakaman , ,00 186,97 Pengujian Kendaraan Bermotor , ,00 103,00 Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran , ,00 100,01 Pemakaian Kekayaan Daerah , ,00 92,90 Terminal , ,00 103,82 Parkir Khusus , ,00 112,83 Penyedotan Kakus , ,00 106,64 Rumah Potong Hewan , ,00 137,48 Ijin Mendirikan Bangunan , ,00 124,70 Ijin Gangguan , ,00 102,90 Ijin Trayek , ,00 100,79 Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah , ,00 119,29 Ijin Usaha Kepariwisataan , ,00 122,86 Ijin Bongkar Muat Barang , ,00 100,03 Tanda Daftar Perusahaan , ,00 138,00 TDI/IUI/IP , ,98 SIUP , ,00 134,98 SIPA , ,00 142,60 Gudang , ,00 126,96 J u m l a h , ,00 117,36 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang

86 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 15 b.3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan PAD yang diperoleh melalui penerimaan Hasil Perusahaan Milik Daerah seluruhnya berasal dari pos Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi kepada BUMD (PDAM dan PD Pasar) serta Bank Jabar. Berikut data perkembangan target dan realisasi selama pada tahun anggaran Tabel 3.6 Target dan Realisasi Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2008 Pendapatan Deviden Target (Rp.) Realisasi (Rp.) % Bank Jabar , ,00 100,99 PDAM , ,00 109,27 PD Pasar ,00 J u m l a h , ,00 104,59 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang b.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan kelompok penerimaan yang tidak dapat diklasifikasikan baik ke dalam Pajak Daerah, Retribusi Daerah, maupun Hasil Perusahaan Milik Daerah. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah untuk tahun anggaran 2008 ditargetkan sebesar Rp ,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp ,61 atau 1083,90%. Rincian target dan realisasi pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah untuk tahun anggaran 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

87 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 16 Tabel 3.7 Target dan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah Tahun Anggaran 2008 Pendapatan Target (Rp.) Realisasi (Rp.) % Hasil Penjualan Aset daerah Yang Tidak Dipisahkan ,00 Penerimaan Jasa Giro , ,00 197,20 Penerimaan Bunga Deposito ,00 Tuntutan Ganti Rugi daerah , ,00 139,85 Denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan ,00 Pendapatan Denda Pajak ,00 Pendapatan Denda Retribusi ,00 Pendapatan Dari Hasil Eksekusi Atas Jaminan ,00 Pendapatan Pengembalian ,00 Penerimaan Lain-lain ,61 J u m l a h ,61 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang c. Permasalahan dan Solusi Dalam usaha pencapaian realisasi Pendapatan Asli Daerah, terdapat permasalahan/kendala yang dihadapi pada tahun anggaran 2008, yang secara garis besar adalah sebagai berikut : c.1. Pajak Daerah Kendala-kendala dalam usaha mencapai realisasi penerimaan Pajak Daerah yang setiap tahunnya tidak jauh berbeda yaitu : a. Masih kurang optimalnya pengelolaan potensi yang ada di Kota Tangerang (baik pajak maupun retribusi daerah); b. Adanya kecenderungan Wajib Pajak menunda waktu pembayaran Pajak; c. Masih rendahnya transparansi Wajib Pajak dalam menyampaikan data omset yang sebenarnya;

88 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 17 d. Adanya Objek Pajak yang menutup usahanya sehingga mengurangi potensi pajak ; e. Objek Pajak yang ada pada umumnya masih berkantor di Jakarta, sehingga menimbulkan keterlambatan dalam menyelesaikan administrasi pajak baik dalam mendaftarkan sebagai Wajib Pajak, melaporkan omset, pendistribusiaan SKPD maupun dalam pembayarannya ; f. Adanya keberatan dari para pengelola Parkir Swasta terhadap besaran tarif Pajak Atas Penyelenggaraan Parkir Swasta yang dianggap terlalu tinggi; g. Adanya Objek Pajak yang menutup usahanya sementara SKPD perusahaan tersebut telah diterbitkan; h. Adanya kesulitan untuk mendeteksi kebenaran data khususnya pada penyelenggaraan parkir swasta; i. Diperlukannya peningkatan pengawasan terhadap penerimaan pendapatan ; dan j. Situasi perekonomian agak sulit diprediksi, dengan adanya kenaikan beberapa komponen penting, yang diperkirakan akan berdampak kepada berkurangnya daya beli pada masyarakat di Kota Tangerang. Adapun beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan/ kendala tersebut di atas adalah melakukan berbagai upaya intensifikasi dalam bentuk: a. Menjaga keakurasian data potensi pajak dengan tetap konsisten melaksanakan pemantauan dan pembinaan, melalui: 1. Pendataan untuk memperoleh Subjek Pajak Baru dengan menelusuri jalan dan langsung penyebaran Surat Panggilan serta penyebaran formulir pendaftaran disertai pengarahan dengan maksud agar Wajib Pajak dapat segera mendaftarkan sebagai Wajib Pajak;

89 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III Pendataan ulang khususnya terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pemungutan pajaknya secara langsung kepada konsumen; 3. Penerapan sistem jemput bola laporan omset untuk beberapa objek Pajak Daerah dengan maksud untuk mempercepat pemasukan ke Kas Daerah; b. Kerjasama dengan pihak pengelola keramaian publik, salah satunya adalah Bandara Soekarno-Hatta untuk memperoleh data Subjek dan Objek Pajak yang belum terdaftar/memenuhi kewajiban sebagai Wajib Pajak; c. Melakukan pembenahan dan pengembangan internal kelembagaan secara terus menerus dalam mendukung peningkatan kualitas pelayanan melalui: 1. Penyelesaian administrasi pajak dapat ditunggu; 2. Wajib Pajak dapat melaporkan omsetnya melalui faximile, dan SKPD yang diterbitkan diantarkan langsung kepada Wajib Pajak bersangkutan; 3. Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran melalui transfer antar Bank ke Rekening Kas Daerah Kota Tangerang; 4. Wajib Pajak yang membayar secara tunai diarahkan untuk secara langsung menyetorkan ke Kas Daerah; d. Peningkatan penagihan bagi Wajib Pajak yang menunggak; e. Peningkatan koordinasi antar Unit Kerja/Instansi, khususnya dengan Instansi yang berwenang menerbitkan perijinan, sehingga diharapkan sebelum perusahaan tersebut beroperasi sudah dapat mendaftarkan usahanya sebagai calon Wajib Pajak Daerah. c.2. Retribusi Daerah Kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya memenuhi target penerimaan retribusi ini umumnya yaitu :

90 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 19 a. Masih terbatasnya sarana dan prasarana yang menunjang pelayanan kepada masyarakat sehingga berdampak kepada kurang pedulinya masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar Retribusi daerah; b. Situasi pertumbuhan ekonomi yang masih rendah sangat mempengaruhi terhadap usaha aparatur dalam memungut Retribusi; c. Belum dapat diterapkannya sanksi hukum secara penuh terhadap setiap pelanggaran mengingat situasi keamanan pasca reformasi yang belum stabil. Untuk mengatasi kendala tersebut di atas Pemerintah Kota Tangerang berusaha meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kepada masyarakat seperti penambahan kontainer sampah, yang diharapkan akan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk membayar Retribusi Daerah. 2. Dana Perimbangan Dalam Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, didefinisikan bahwa perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Konteks Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya mencakup pembagian sumber-sumber keuangan/penerimaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah tetapi mencakup pula pemerataan antar daerah, dasar-dasar pembiayaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah,

91 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 20 sistem informasi keuangan daerah dan Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan. Walaupun Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004) memberi kewenangan kepada Kabupaten/Kota yang meliputi seluruh bidang pemerintahan kecuali Politik Luar Negeri, Hankam, Peradilan, Agama, Fiskal dan Moneter, dan bidang lain, akan tetapi pembiayaannya tergantung dari kewenangan-kewenangan yang secara nyata-nyata dilaksanakan oleh daerah. Semakin besar kewenangan yang dilaksanakan daerah, akan semakin besar pula pembiayaan yang akan dialokasikan kepada daerah. Lebih lanjut, dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh pemerintah kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 juga mendukung eksistensi Pendapatan Asli Daerah (PAD), sebagai sumber pendapatan daerah yang bersumber dari wilayah daerah sendiri dan dipungut oleh daerah sendiri. PAD ini merupakan wujud dari desentralisasi dibidang fiskal. Dana Perimbangan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah dalam mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang makin baik. Pelaksanaan otonomi daerah sulit tercapai apabila tidak dibarengi instrumen utamanya yaitu desentralisasi fiskal dimana untuk

92 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 21 mendukung penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah harus diberikan : 1. Kewenangan untuk mendayagunakan sumber keuangan sendiri 2. Dukungan Perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah. Dengan demikian sumber-sumber keuangan daerah tidak hanya terfokus kepada Dana Perimbangan, namun lebih mengajak kepada bagaimana kemampuan daerah untuk memanfaatkan, mendayagunakan serta mengelola potensi-potensi keuangan daerah dengan tujuan meningkatkan pelayanan masyarakat dan pembangunan daerah. Adapun peraturan perundangan serta petunjuk teknis yang dijadikan dasar hukum pelaksanaan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah antara lain : 1. Undang-undang RI nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan; 2. Undang-undang RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 3. Undang-undang RI Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 104 tahun 2000 tentang Dana Perimbangan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 115 tahun 2000 tentang Bagi Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah 104 tahun 2000 tentang Dana Perimbangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 6 tahun 2001 tentang Pelaksanaan Bagi Hasil Penerimaan PPh OP Dalam Negeri dan PPh Pasal 21; 8. SE Dirjen Anggaran Nomor: SE-53/A/2001 tentang Cara Pembagian dan Penyaluran Penerimaan PPh OP Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 Bagian Daerah.

93 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 22 a. Target dan Realisasi Dana Perimbangan Secara umum dana perimbangan bersumber dari dana bagi hasil pajak/bukan pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Dana bagi hasil pajak/bukan pajak bersumber dari penerimaan bagi hasil dari pemerintah pusat dan bagi hasil dari pemerintah propinsi, namu sejak diterapkannya Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada penganggaran tahun 2007, penerimaan dana bagi hasil pajak yang berasal dari propinsi dianggarkan pada pos Lain-lain Pendapatan yang Sah. Untuk tahun anggaran 2008 penerimaan dari Dana Perimbangan ditargetkan sebesar Rp ,00 dan direalisasikan sebesar Rp ,00 atau sebesar 103,98%. Rincian target dan realisasi ini dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini: Tabel 3.8 Rincian Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2008 Jenis Pendapatan Target (Rp) Realisasi (Rp) % Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak , ,00 112,44 Dana Alokasi Umum , ,00 100,00 Dana Alokasi Khusus , ,00 60,00 J u m l a h , ,00 103,98 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang Komponen dana perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak/bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dari target yang direncanakan pada tahun anggaran 2008 dana perimbangan mencapai realisasi penerimaan sebesar 103,98%. Realisasi yang diperoleh terbentuk dari kontribusi secara persentase bagi hasil pajak/bukan pajak yang mencapai 112,44%. Di sisi lain dana alokasi umum pencapaian penerimaan sesuai dengan target yang

94 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 23 ditentukan (100%), sedangkan dana alokasi khusus tidak mencapai realisasi yang diharapkan, dan hanya mencapai realisasi 60%. a.1. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Bagi hasil pajak/bukan pajak merupakan komponen yang ada dalam dana perimbangan. Dimana komponen ini terdiri dari beberapa pos penerimaan diantaranya pos bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam. Pada tahun anggaran 2008 komponen bagi hasil pajak/buka pajak memberikan kontribusi dalam pembentukan dana perimbangan Kota Tangerang dengan realisasi sebesar 112,44%, pencapaian komponen bagi hasil pajak/bukan pajak diperoleh dari pos-pos penerimaan bagi hasil pajak (112,46%) dan bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam (104,38). Tabel 3.9 Rincian Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Tahun Anggaran 2008 Jenis Pendapatan Target (Rp) Realisasi (Rp) % Bagi Hasil Pajak , ,00 112,46 a. PBB , ,00 108,75 b. BPHTB , ,00 119,96 c. PPh Pasal , ,00 111,30 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya , ,00 104,38 Alam a. Iuran Hasil Hutan/Provisi , ,00 190,59 Sumber Daya Alam b. Iuran Eksploitasi (Royalti) , ,00 284,76 c. Penerimaan Pungutan Pengusahaan ,00 46,62 Perikanan J u m l a h , ,00 112,44 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kota Tangerang

95 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 24 a.2. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah bagian penerimaan pemerintah daerah yang besarnya ditetapkan oleh pemerintah pusat, yang besarnya mempertimbangkan besaran usaha pajak dan kapasitas pajak. Pengaturan DAU diarahkan untuk mengurangi disparitas antar daerah, yang mengandung arti dimana daerah yang memiliki kemampuan keuangan yang relatif besar akan memperoleh DAU yang relatif kecil demikian pula sebaliknya. Penerimaan DAU Kota Tangerang periode tahun 2008 ditargetkan sebesar Rp ,00 hal ini dapat direalisasikan dengan pencapaian target 100%. a.3. Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana alokasi khusus merupakan sejumlah penerimaan pemerintah daerah yang ditentukan oleh pemerintah pusat untuk pengeluaran yang diprioritaskan bagi pengeluaran yang spesifik. Penerimaan dana alokasi khusus (DAK) Kota Tangerang tahun 2008 ditargetkan sebesar Rp ,00 dan terealisasi sebesar Rp ,00 atau sebesar 60%. b. Permasalahan dan Solusi Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa baik Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah maupun Perimbangan Keuangan Provinsi dan Kabupaten /Kota telah diatur dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah maupun Surat Edaran Menteri Keuangan dan Keputusan Gubernur, namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemui beberapa permasalahan antara lain : 1. Target yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan terlalu tinggi, sehingga realisasi tidak tercapai.

96 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III Bagi hasil SDA (Iuran Hasil Hutan, Royalty dan Pungutan Hasil Perikanan) belum transparan sehingga kebijakan mengenai besaran dana bagi hasil yang seharusnya diterima Kota Tangerang tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan; 3. Ketentuan mengenai dana bagi hasil pajak propinsi yang harus ditetapkan dengan keputusan Gubernur dengan mempertimbangan faktor-faktor pemerataan yang harus disepakati oleh Kabupaten/Kota seringkali menimbulkan hambatan dalam pendistribusian Dana Perimbangan ke Kabupaten/ Kota; 4. Perlu adanya koreksi terhadap UU No. 34 Tahun 2000 berikut PP nya, dikarenakan : a. Terdapat inkosistensi dalam perimbangan bagi hasil pajak propinsi, yaitu selalu berubahnya keputusan gubernur; b. Masih terdapat pajak- pajak yang potensial di daerah tidak termasuk dalam komponen bagi hasil antara lain AVTUR 5. Adanya keterlambatan penyampaian pagu bagi hasil pajak-pajak pusat ke Kabupaten/Kota sehingga menyulitkan penyusunan APBD; 6. Dalam menetapkan target, Pemerintah Propinsi tidak pernah melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota yang mengakibatkan target yang ditetapkan terlalu tinggi sehingga tidak bisa dicapai oleh Kabupaten/Kota. Adapun solusi ataupun langkah langkah pengamanan dana perimbangan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang selama ini antara lain sebagai berikut: a. Melaksanakan Evaluasi PBB Khusus buku I secara periodik yang dihadiri oleh Lurah dan Camat se Kota Tangerang; b. Melaksanakan himbauan kepada wajib pajak PBB, PPh Orang Pribadi untuk segera membayar pajak melalui surat himbauan,

97 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 26 telepon, dan pemasangan iklan pada media iklan (surat kabar lokal, billboard, spanduk); c. Pendekatan langsung kepada Wajib Pajak yang potensial untuk segera membayar sebelum tanggal jatuh tempo; d. Mengirimkan surat himbauan tunggakan PBB kepada Wajib Pajak yang terlambat membayar PBB yang jatuh tempo; e. Melaksanakan pemantauan penyebaran SPPT PBB dan evaluasi PBB Buku I secara periodik terhadap lurah dan camat; f. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan seperti untuk PBB diterapkan payment online system di 8 (delapan) bank tempat pembayaran yang tersebar di berbagai wilayah Kota Tangerang g. Memberikan motivasi kepada petugas PBB melalui pemberian: 1. Upah pungut sebesar 5,4% untuk kelurahan dan 0,6% untuk kecamatan; 2. Biaya operasional untuk kecamatan dalam rangka penyebaran SPPT PBB buku II; 3. Hadiah bantuan kendaraan operasional sepeda motor kepada kelurahan dan kecamatan dengan pelunasan PBB tercepat. 4. Melaksanakan koordinasi dan rekonsiliasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi dalam rangka perolehan dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak. Koordinasi khususnya dilaksanakan dengan: a). Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Wilayah VIII Dirjen Pajak Jawa Barat I untuk menjaring data Wajib Pajak PPh orang pribadi dalam negeri; b). Departemen Keuangan untuk dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil pajak/bukan pajak Pemerintah Pusat;

98 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III Lain-lain Pendapatan yang Sah c). Pertamina Unit Pemasaran III di Jakarta mengenai data penjualan bahan bakar di Kota Tangerang; d). Biro Keuangan dan Dinas Pendapatan Propinsi Banten untuk dana bagi hasil pajak/bukan pajak Pemerintah Propinsi (rekonsiliasi secara triwulanan); i. Menyusun metode penarikan realisasi penyetoran wajib pajak ke UPTD Dispenda Propinsi Banten. Lain-lain Pendapatan yang Sah sebagai komponen terakhir sumber penerimaan daerah pada tahun anggaran 2008 memiliki target sebesar Rp ,00 dan berhasil direalisasikan sebesar Rp ,00 atau sebesar 118,73%. Realisasi ini diperoleh dari penerimaan dana bagi hasil pajak propinsi sebesar Rp ,00 (123,07%), dana penyesuaian otonomi khusus Rp ,00 (100%) dan penerimaan bantuan keuangan dari propinsi sebesar Rp ,00 (100%). C. Belanja Daerah Arah kebijakan belanja daerah merupakan hasil kesepakatan antara Pemerintah Kota Tangerang dengan DPRD Kota Tangerang yang dituangkan dalam Kesepakatan Bersama Pemerintah Kota Tangerang dengan DPRD Kota Tangerang tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pada Nota Kesepakatan Bersama ini ditentukan besaran alokasi anggaran untuk untuk mendanai pelaksanaan bidang atau urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Tangerang dengan menggunakan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan kemanfaatan. 1. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Belanja tidak langsung untuk tahun 2008 dianggarkan sebesar Rp ,69 dan direalisasikan sebesar Rp ,00 atau sebesar 91,73%

99 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 28 Untuk tahun anggaran 2008, belanja langsung dianggarkan sebesar Rp ,18 dan direalisasikan sebesar Rp ,00 atau sebesar 90,13%, realisasi ini terdiri dar: 1. Belanja pegawai sebesar Rp ,00 (91,99%) 2. Belanja barang dan jasa sebesar Rp ,00 (85,30%) 3. Belanja modal sebesar Rp ,00 (91,57%) 2. Permasalahan dan Solusi Penyusunan APBD Kota Tangerang didasarkan pada Kebijakan Umum APBD, dimana dalam proses penyusunannya mempertimbangkan hasil evaluasi kinerja Pemerintah Daerah pada tahun anggaran sebelumnya, aspirasi masyarakat melalui mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang), pokok-pokok pikiran DPRD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang merupakan penjabaran dari RPJM dan kebijakan Pemerintah Pusat/Propinsi yang sekaligus menjadi pedoman dalam penyusunan prioritas program, kegiatan dan anggaran sesuai keputusan bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah. Adapun permasalahan utama yang dihadapi dalam merumuskan kebijakan anggaran belanja daerah Kota Tangerang adalah dalam mengalokasikan anggaran program pembangunan tahunan. Hal ini mengingat besarnya muatan kepentingan yang terkandung dalam program-program pembangunan yang ada. Permasalahan yang terkait dengan proses pengalokasian Anggaran Belanja Daerah Kota Tangerang yaitu sebagai berikut : a. Masih adanya kebutuhan yang belum terakomodasi dikarenakan keterbatasan sumber daya yang tersedia; b. Adanya program-program lanjutan strategis, terutama program dan kegiatan fisik dengan nilai anggaran yang cukup besar sehingga berpengaruh terhadap keseluruhan rencana alokasi anggaran belanja; c. Banyak alternatif/usulan program menurut bidang pembangunan yang perlu dilaksanakan;

100 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 29 d. Kebutuhan untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi Dinas/Badan/ kantor di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang; e. Munculnya kebutuhan program dan kegiatan yang diperlukan untuk dilaksanakan pada saat pelaksanaan APBD sudah berjalan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan situasi dan kondisi di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang baik dari sisi perubahan peraturan maupun kondisi masyarakat. Dalam penerapan kebijakan umum belanja daerah dan penyelesaian permasalahan dilakukan beberapa solusi yaitu dengan menerapkan strategi yang lebih mengutamakan pada pencapaian sasaran program pembangunan dimana alokasinya disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja yang ada dilingkungan Pemerintah Daerah Kota Tangerang dan penanganan masalahmasalah khusus yang perlu segera ditangani serta menampung aspirasi masyarakat yang mendesak dan membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah. D. Pembiayaan Daerah Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang bertujuan untuk menutupi defisit dan surplus pendapatan daerah terhadap belanja daerah, untuk menampung rekening sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu, pinjaman daerah, dan investasi daerah serta pembayaran pokok pinjaman daerah. 1. Penerimaan dan Pengeluaran Unsur-unsur pembiayaan Daerah terdiri dari: a) Penerimaan terdiri atas: - Sisa Perhitungan Anggaran Tahun yang Lalu - Transfer dari Dana Cadangan - Pinjaman - Hibah b) Pengeluaran terdiri atas: - Penyertaan Modal - Transfer ke Dana Cadangan

101 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III Pembayaran Utang Pokok - Sisa Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan realisasi komponen Pembiayaan, baik dari segi Penerimaannya maupun Pengeluarannya. a) Penerimaan Pembiayaan Untuk tahun anggaran 2008, penerimaan pembiayaan dianggarkan sebesar Rp ,39 yang terdiri dari SILPA tahun anggaran sebelumnya sebesar Rp ,39 dan pencairan dana cadangan sebesar Rp ,00 dan direalisasikan sebesar Rp ,39 (100,00%). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Tangerang lebih mengandalkan penerimaan yang berasal dari SILPA tahun lalu dalam upaya menutup defisit anggaran yang terjadi. b) Pengeluaran Pembiayaan Untuk tahun anggaran 2008, pengeluaran pembiayaan dianggarkan sebesar Rp ,51 yang ditujukan untuk penyertaan modal sebesar Rp ,00 dan pembayaran pokok pinjaman sebesar Rp ,00 dan dan sisanya untuk investasi jangka pendek (deposito) direalisasikan sebesar Rp ,00 yang ditujukan untuk penyertaan modal sebesar Rp ,00 dan pembayaran pokok pinjaman yang jatuh tempo pada tahun 2008 sebesar Rp , Permasalahan dan Solusi Pembiayaan daerah merupakan komponen APBD yang diarahkan untuk membiayai defisit anggaran atau menanamlan surplus anggaran sehingga pengelolaan APBD dapat dilaksanakan secara optimal.

102 K e b i j a k a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h III- 31 Adapun permasalahan utama dalam merumuskan pembiayaan daerah adalah sebagai komponen terkahir dalam struktur APBD, pembiayaan sangat tergantung dari besaran target pendapatan dan alokasi belanja yang diinginkan. Selain itu dalam hal sumber penerimaan dan tujuan penggunaan dibatasi oleh peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah lebih diarahkan kepada: 1. Penerimaan pembiayaan akan diutamakan berasal dari sisa lebih perhitungan tahun lalu (hasil efisiensi dan penghematan); dan 2. Pengeluaran pembiayaan diutamakan untuk, penyertaan modal, pengembalian atas pinjaman dan sisa lebih tahun berjalan sebagai potensi penerimaan tahun berikutnya

103 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 1 BAB IV PELAKSANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH A. Kinerja Umum Pemerintah Daerah 1. Indeks Pembangunan Manusia Salah satu indikator efisiensi dan efektivitas dari pembiayaan belanja publik adalah untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah, yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Untuk mengukur capaian kinerja pemerintah daerah dalam memenuhi pelayanan dasar dimaksud dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index = HDI = IPM) sebagai salah satu indikator kemajuan pembangunan di suatu daerah sejalan dengan Millenium Development Goals (MDGs). Indeks Pembangunan Manusia (Human Developmnet Index) merupakan upaya untuk memberikan gambaran tentang pencapaian pembangunan yang dicapai oleh suatu wilayah dengan menggunakan alat ukur berupa indikator komposit IPM, karena hanya mencakup tiga komponen utama maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas dan kompleks dari luasnya pembangunan manusia. Dengan demikian IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan dimensi pembangunan manusia lainnya dan tidak terbatas pada sektor-sektor utama saja (kesehatan, pendidikan dan ekonomi). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator gabungan dari beberapa indikator yaitu: Indikator kesehatan (Angka Harapan Hidup), Indeks pendidikan (Angka Melek Huruf dan Angka Tamat Sekolah) dan indikator ekonomi (tingkat daya beli penduduk). Ketiga indikator tersebut dianggap dapat menggambarkan tingkat

104 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 2 kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Penghitungan IPM ini merupakan formula yang digunakan oleh UNDP (United Nation Development Program) untuk mengukur upaya pembangunan manusia. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, namun indeks ini mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk. Secara umum, komposisi Indeks Pembangunan Manusia Kota Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.1 Komposisi Indeks Pembangunan Manusia Kota Tangerang Tahun Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Angka Tamat Daya Beli IPM Sekolah ,23 97,10 10,51 629,30 74, ,29 97,50 10,75 630,10 74, ,71 97,53 10,77 633,32 74, ,78 98,61 10,58 631,21 74,56 Sumber: Buku IPM Tahun 2008 Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2008 naik sebesar 0,12 dibandingkan dengan IPM tahun 2007, dari sebesar 74,44 meningkat menjadi sebesar 74,56. Dengan nilai IPM sebesar itu kategori keberhasilan pembangunan di Kota Tangerang berada pada kategori menengah. Kenaikan nilai IPM tidak disertai dengan kenaikan pada seluruh indeks komponennya. Hanya ada dua indeks dari komponen IPM yang meningkat, yaitu Angka Harapan Hidup (AHH) yang naik dari 67,71 menjadi 67,78 atau terjadi kenaikan indeks sebesar 0,07. Sedangkan Angka Melek Huruf (AMH) naik cukup besar dari 97,53 menjadi 98,61 atau naik sebesar 1,08. Kenaikan indeks ini dipicu oleh program pemerintah dimana Pemerintah Kota Tangerang sejak tahun 2005

105 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 3 berencana membangun 220 sekolah secara serentak di seluruh lokasi. Diharapkan dengan selesainya pembangunan gedung sekolah yang baru, saat ini sebanyak siswa dapat belajar lebih baik karena kondisi sekolah yang nyaman dan aman, tidak was-was dan orang tua murid terbebas dari biaya iuran pembangunan yang cukup besar. Dari dua komponen indeks IPM yang menurun (yaitu Angka Tamat Sekolah dan Daya Beli), penurunan indeks lebih disebabkan karena adanya kenaikan inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan BBM pada Bulan April Kenaikan harga BBM sebesar 28,7% di bulan April 2008 dan ekspektasi negatif yang menyertainya, disertai dengan meningkatnya harga beberapa komoditas penting yang diimpor telah menghasilkan Inflasi di Jakarta (dengan asumsi inflasi di Kota Tangerang bisa mengikuti Jakarta) pada triwulan II 2008 sebesar 4,3% (antar kuartal, q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,5% maupun triwulan yang sama tahun 2007 sebesar 0,5%. Sementara itu, dihitung secara tahunan inflasi di Jakarta pada triwulan II 2008 adalah sebesar 11,7% (dari tahun ke tahun, y-o-y) lebih tinggi dibandingan dengan triwulan sebelumnya sebesar 7,7%. Inflasi triwulan ini merupakan inflasi (y-o-y) tertinggi sejak tahun 2005 (Bank Indonesia, 2008). Kenaikan inflasi menjadi sebesar 11,7% di paruh pertama tahun 2008 inilah yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun, termasuk untuk pendidikan. Oleh sebab itu Indeks Daya Beli dan Indeks Tamat Sekolah sedikit agak menurun, untuk Angka Tamat sekolah turun sebesar 0,19 dari 10,77 tahun menjadi 10,58 tahun, sedangkan Daya Beli turun dari Rp. 633,32 ribu per bulan menjadi Rp. 631,21 ribu per bulan. a. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup merupakan salah satu komponen dari perhitungan IPM. Nilai maksimum dan minimum dari angka harapan hidup menurut UNDP adalah 85 dan 25 tahun. Perhitungan angka harapan hidup Kota Tangerang pada tahun 2008 naik dari 67,71 menjadi 67,78 atau terjadi kenaikan indeks sebesar 0,07 dibandingkan pada periode Angka harapan hidup ini masih

106 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 4 cukup jauh dari ideal yang ditetapkan oleh UNDP atau baru mencakup 80%, walau bagaimanapun, angka ini masih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata angka harapan hidup Provinsi Banten yang sekitar 64 tahun. Grafik di bawah ini memperlihatkan perkembangan angka harapan hidup dari tahun 1996 sampai dengan tahun Pada tahun 1996 angka harapan hidup hanya 65,7 tahun, tetapi pada tahun 1999 terdapat kenaikan yang cukup tinggi dari angka harapan hidup, yaitu menjadi 67,1 tahun. Selama tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 angka harapan hidup mengalami kenaikan walaupun tidak pernah lebih dari 67 tahun. Hal ini mencerminkan kondisi kesehatan penduduk di Kota Tangerang belum cukup untuk mencapai ketahanan fisik secara rata-rata lebih dari 68 tahun. Untuk mendongkrak angka harapan hidup, diperlukan berbagai program peningkatan kesehatan yang sifatnya jangka panjang, dan berkesinambungan. Arah program kesehatan lebih pada meningkatkan pola hidup masyarakat yang bisa meningkatkan ketahanan fisik dalam jangka panjang. Misalnya, saja terkait dengan peningkatan daya beli masyarakat, sehingga masyarakat bisa mengkonsumsi makanan yang lebih bergizi, dengan asupan gizi yang lebih baik (terutama di masa balita) diharapkan daya tahan tubuh terhadap gangguan penyakit bisa diperkecil, dan harapan hidup masyarkat bisa lebih ditingkatkan.

107 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 5 Grafik 4.1 Angka Harapan Hidup Kota Tangerang (Dalam Tahun) AHH Sumber: Pengolahan Data, 2008 b. Angka Melek Huruf Kemampuan penduduk untuk membaca dan menulis bahasa Indonesia dan tulisan latin di Kota Tangerang diperlihatkan oleh angka melek huruf. Angka melek huruf di Kota Tangerang pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup pesat dibadingkan dengan indeks yang lainnya. Kondisi ini tidak terlepas dari komitmen Pemerintah Kota Tangerang di Bidang Pendidikan. Peningkatan angka melek huruf sebesar 1,08 dari 97,53 menjadi 98,61 merupakan bukti nyata program pendidikan yang tidak hanya berada di jalur pendidikan formal tetapi juga non formal yaitu melalui peningkatan program paket belajar dan secara informal dengan bantuan masyarakat. Bukti nyata keseriusan Pemerintah Kota Tangerang di bidang pendidikan diwujudkan dengan alokasi dana untuk pendidikan dalam APBD yang mencapai nilai 45%.

108 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 6 Grafik 4.2 Angka Melek Huruf Kota Tangerang (Dalam Persen) AMH Sumber : Pengolahan Data, 2008 c. Angka Tamat Sekolah Angka ini menunjukkan selama berapa tahun secara rata-rata penduduk Kota Tangerang sudah mengenyam pendidikan formal. Program wajib belajar selama sembilan tahun sudah tercapai oleh Kota Tangerang sejak tahun Sejak tahun 2002, pencapaian angka tamat sekolah sudah mencapai angka 10 tahun yang mencerminkan rata-rata tamat sekolah penduduk Kota Tangerang ada pada sekitar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun kedua. Penurunan angka tamat sekolah pada tahun 2008 dari sebesar 10,77 menjadi hanya sebesar 10,58 tidak terlepas dari adanya kenaikan inflasi di bidang pendidikan. Data Bank Indonesia menunjukkan kenaikan inflasi di Jakarta untuk perlengkapan/ sarana pendidikan pada triwulan II tahun 2008 mencapai 1,75% dari triwulan ke triwulan (q-t-q). Kondisi ini mencerminkan adanya peningkatan pada biaya pendidikan yang berpotensi meningkatkan

109 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 7 angka putus sekolah. Biaya sekolah menjadi alasan utama dalam masalah ini, selain dari tuntutan untuk turut menafkahi keluarga daripada sekolah juga merupakan alasan lain yang menyebabkan turunnya Angka Tamat Sekolah di Kota Tangerang pada tahun Grafik 4.3 Angka Tamat Sekolah Kota Tangerang (Dalam Tahun) ATS Sumber: Pengolahan Data, 2008 d. Daya Beli Diantara semua indikator yang mebentuk IPM pada dasarnya indikator daya beli merupakan hal yang paling penting. Kesulitan dari hampir semua daerah di Indonesia dalam meningkatkan angka IPM adalah dari sisi daya beli, karena hampir semua daerah indeks daya beli merupakan indeks terrendah dari komponen pembentuk IPM (dan ini juga terjadi di Kota Tangerang). Pentingnya indeks daya beli disebabkan keterkaitannya yang erat dengan indeks-indeks lainnya dalam komponen IPM. Pendidikan dan kesehatan memerlukan biaya, yang mana hal ini menjadi prioritas kedua

110 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 8 setelah pangan. Berdasarkan teori ekonomi makro dikatakan bahwa semakin rendah tingkat pendapatan masyarakat maka semakin tinggi kontribusi pengeluaran untuk makanan. Oleh sebab itu jika pendapatan masyarakat tidak bisa ditingkatkan maka akan semakin sulit untuk pencapaian indikator yang lain. Daya beli masyarakat akan dipengaruhi oleh besarnya tingkat inflasi dari perekonomian, semakin besar tingkat inflasi yang terjadi pada perekonomian maka semakin besar juga penurunan daya beli masyarakatnya. Angka daya beli Kota Tangerang pada tahun 2008 adalah sebesar 631,21 ribu rupiah. Angka ini masih jauh dari angka ideal rupiah dari UNDP. Grafik di bawah memperlihatkan perkembangan daya beli di Kota Tangerang sepanjang tahun 1996 sampai dengan tahun Semenjak tahun 2005 angka daya beli ada pada kisaran 630 ribu rupiah. Walaupun ada kenaikan sepanjang kurun waktu tersebut, daya beli di kota Tangerang masih terasa sulit untuk mencapai tingkat daya beli minimum yang diberikan oleh UNDP. Hal ini tercermin dari trend sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 yang cenderung untuk menurun.

111 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 9 Grafik 4.4 Angka Daya Beli Kota Tangerang (Ribuan Rupiah) DB Sumber : Buku IPM Kota Tangerang 2008 Strategi peningkatan daya beli masyarakat relatif lebih sulit untuk dikendalikan oleh Pemerintah Daerah, karena peran pemerintah daerah relatif kecil dibandingkan dengan peran swasta dalam perekonomian (indikator dari hal ini adalah rasio APBD terhadap PDRB daearah). Pemerintah daerah memiliki peran tidak lebih dari 15% terhadap aktivitas ekonomi daerah secara keseluruhan, oleh sebab itu peningkatan indeks daya beli merupakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah. hal tersulit Akan tetapi masih ada beberapa peluang yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan berdasarkan pada Tiebout Principle vote with your feet beberapa indikasi kebijakan bisa diusulkan untuk meningkatkan indeks daya beli masyarakat diantaranya yaitu melalui kebijakan seperti penciptaan iklim investasi melalui

112 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 10 mempermudah tata cara perijinan investasi, dan juga melalui kebijakan fiskal daerah melalui upaya-upaya memperkecil beban pada faktor perekonomian yang berasal dari pajak daerah, serta dengan mempercepat proses terbentuknya good and clean governance. Diharapkan dengan adanya ketiga hal tersebut akan bisa menciptakan peningkatan daya saing daerah yang pada akhirnya akan menciptakan peningkatan pada indeks daya beli masyarakat. 2. Indeks Pelayanan Publik Reformasi penyelenggaraan pemerintahan mendorong paradigma baru yang menempatkan peran sebagai fasilitator dalam pembangunan. Salah satu bentuk fasilitasi yang dilaksanakan pemerintahan adalah pemberian pelayanan publik (public service) dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu tata pemerintahan yang baik (good government). Pelayanan publik menjadi titik strategis dalam pengembangan good government, hal ini disebabkan pelayanan publik menjadi wahana dimana pemerintah berinteraksi dengan masyarakat. Belum optimalnya praktek tata pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik sangat dirasakan oleh warga dan masyarakat luas. Hal ini berarti apabila terdapat perubahan yang signifikan dalam pelayanan publik dengan sendirinya dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh warga dan masyarakat luas. Keberhasilan dalam mewujudkan praktek pelayanan publik yang baik mampu membangkitkan dukungan dan kepercayaan dari masyarakat luas bahwa membangun tata pemerintahan yang baik bukan hanya mitos tetapi dapat menjadi suatu kenyataan. Dengan menjadikan praktek pelayanan publik sebagai pintu masuk dalam membangun good governance maka diharapkan toleransi terhadap bad governance dapat dihentikan. Pengukuran Indeks Pelayanan Publik meliputi aspek Pelayanan dasar berupa indeks pelayanan publik bidang pendidikan, indeks pelayanan publik bidang kesehatan dan Indeks pelayanan publik bidang Sarana

113 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 11 dan Prasarana Perkotaan. Adapun Hasil Penghitungan Indeks adalah sebagai berikut: a. Indeks Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Aspek/dimensi yang terkait dengan indikator pelayanan di bidang pendidikan adalah dimensi anggaran, akses pelayanan serta peningkatan kualitas SDM dibidang pendidikan. Untuk memperoleh gambaran total tentang kinerja dalam pelayanan publik bidang pendidikan, maka setiap hasil dari pengukuran indikator tersebut baik dalam bentuk rata-rata angka rasio, frekuensi dan atau prosentase selanjutnya diakumulasikan. Semakin tinggi indeks yang diperoleh, mencerminkan bahwa kinerja pelayanan bidang pendidikan yang relatif lebih baik. Berdasarkan pengukuran terhadap berbagai aspek bidang pendidikan selama kurun waktu mulai tahun , hasilnya memperlihatkan bahwa indeks yang tertinggi dicapai pada tahun 2008 mencapai angka 98,54 sedangkan indeks terendah mencapai angka 32,28 yaitu pada tahun 2005, dengan rata-rata indeks pelayanan publik bidang pendidikan sebesar 65,46. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pelayanan publik di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang untuk bidang pendidikan secara umum berada di atas rata-rata. Kondisi ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Kota Tangerang dalam bidang pendidikan yang merupakan aspek penting dalam kehidupan dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Dapat diasumsikan bahwa pelayanan publik di bidang pendidikan pada interval waktu sudah cukup baik. Adapun sebaran perolehan Indeks Pelayanan Publik Bidang Pendidikan selama kurun waktu adalah sebagai berikut.

114 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 12 Grafik 4.5 Indeks Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kota Tangerang Tahun Sumber: Survei PKP2A I LAN, 2008 Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa Pemerintah Kota Tangerang selama tahun yang memperoleh rata-rata indeks tertinggi dalam bidang pendidikan bila dibandingkan ratarata indeks pelayanan publik di Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Propinsi Banten. Dengan angka indeks ini menempatkan Pemerintah Kota Tangerang pada peringkat pertama dalam angka indeks pelayanan publik bidang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Tangerang dalam pelayanan bidang pendidikan memperlihatkan kinerja yang paling tinggi di antara daerah-daerah lain yang ada di Propinsi Banten bahkan menempatkan diri pada posisi keempat di tingkat nasional. Berdasarkan grafik di atas memperlihatkan pada tahun 2004 dan 2005 Kota Tangerang memperoleh indeks pelayanan bidang pendidikan di bawah angka 60 yaitu masing-masing sebesar 48,86 dan 32,28. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Tangerang

115 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 13 tersebut masih belum berkonsentrasi terhadap bidang pendidikan, dikarena pada tahun 2004 dan 2005 Pemerintah Kota Tangerang sedang konsentrasi pada masalah pembangunan bidang Infrastruktur dari berbagai bidang yang salah satunya adalah Infrastruktur bidang pendidikan. Hal ini tampak terasa dari berbagai aspek pendidikan baik dalam dimensi anggaran, askes masyarakat terhadap pendidikan maupun upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia bidang pendidikan khususnya guru dan kepala sekolah. b. Indeks Pelayanan Publik Bidang Kesehatan Aspek/dimensi pelayanan di bidang kesehatan meliputi dimensi anggaran, akses pelayanan, upaya pemberian penyuluhan keluarga dan lingkungan serta peningkatan kualitas SDM di bidang kesehatan. Untuk memperoleh gambaran total tentang kinerja dalam pelayanan publik bidang kesehatan, maka setiap hasil dari pengukuran indikator tersebut baik dalam bentuk rata-rata angka rasio, frekuensi dan atau prosentase selanjutnya diakumulasikan. Semakin tinggi indeks yang diperoleh, mencerminkan bahwa kinerja pelayanan bidang kesehatan yang relatif lebih baik. Berdasarkan pengukuran terhadap aspek bidang kesehatan, hasilnya memperlihatkan bahwa indeks yang tertinggi dicapai oleh Pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2008 yaitu mencapai 76,85 sedangkan indeks terendah mencapai angka 32,84 yaitu pada tahun Adapun rata-rata indeks adalah 56,06. Dapat diasumsikan bahwa pelayanan publik di bidang kesehatan masih perlu ditingkatkan lagi, baik dari dimensi anggaran, akses pelayanan, pemberian penyuluhan keluarga dan lingkungan serta peningkatan kualitas SDM tenaga kesehatan. Adapun sebaran perolehan indeks dari daerah-daerah yang diteliti adalah sebagai berikut:

116 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 14 Grafik 4.6 Sebaran Indeks Pelayanan Publik Bidang Kesehatan Kota Tangerang Tahun Sumber: Survei PKP2A I LAN, 2008 Grafik di atas memperlihatkan bahwa Pemerintah Kota Tangerang selama kurun waktu lima tahun terakhir memperlihatkan peningkatan yang signifikan dalam pelayanan publik bidang kesehatan hal ini terlihat pada tahun 2008 indeks pelayanan publik (IPP) bidang kesehatan yang paling tinggi mencapai indeks sebesar 76,85. Hal ini menunjukkan bahwa parameter-parameter kinerja pelayanan publik di bidang kesehatan ini memberikan kontribusi yang cukup baik dan berada di atas rata-rata. Kondisi ini memperlihatkan bentuk nyata keseriusan Pemerintah Kota Tangerang dalam memberikan pelayanan di bidang kesehatan dengan tujuan agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah.

117 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 15 c. Indeks Pelayanan Publik Bidang Sarana dan Prasarana Umum Aspek/dimensi indikator pelayanan di bidang sarana dan prasarana umum meliputi dimensi anggaran, akses pelayanan, dan peningkatan kualitas SDM di bidang sarana dan prasarana umum. Untuk memperoleh gambaran total tentang kinerja daerah dalam pelayanan publik bidang sarana dan prasarana umum, maka setiap hasil dari pengukuran indikator tersebut baik dalam bentuk ratarata angka rasio, frekuensi dan atau prosentase selanjutnya diakumulasikan. Akumulasi dari seluruh pengukuran tersebut dilakukan melalui suatu formula penghitungan indeks kinerja pelayanan sebagaimana telah digambarkan pada bagian sebelumnya. Semakin tinggi indeks yang diperoleh suatu daerah, mencerminkan bahwa daerah tersebut memiliki kinerja pelayanan bidang sarana dan prasarana umum yang relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Berdasarkan pengukuran terhadap 31 aspek tersebut, hasilnya memperlihatkan bahwa indeks yang tertinggi dicapai pada tahun 2008 mencapai angka 55,47 sedangkan indeks terendah mencapai angka 45,84 yaitu pada tahun Adapun rata-rata indeks adalah 51,38. Bila dibandingkan dengan daerah-daerah yang ada dilingkungan Provinsi Banten, nilai rata-rata ini menempati posisi pertama. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pelayanan publik di daerah untuk bidang sarana dan prasarana umum daerah secara umum sudah berada di atas rata-rata. Dapat diasumsikan bahwa pelayanan publik di bidang ini di Kota Tangerang sudah dapat dikatagori baik, meskipun demikian demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat masih perlu ditingkatkan lagi, baik dari dimensi anggaran, akses pelayanan, dan peningkatan kualitas SDM. Grafik berikut mengilustrasikan perkembangan indeks Pelayanan Publik di Kota Tangerang selama tahun

118 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 16 Grafik 4.7 Sebaran Indeks Pelayanan Publik Bidang Sarana Prasarana Kota Tangerang Tahun Sumber: Survei PKP2A I LAN, 2008 Merujuk pada grafik di atas, terlihat Indeks Pelayanan Publik di bidang Sarana Prasarana pada tahun 2006 terjadi penurunan yang cukup tajam yaitu mencapai angka 45,84. Hal ini terjadi mengingat aspek-aspek yang diteliti dari bidang Sarana Prasarana ini mengalami penurunan yang sangat signifikan, penyebabnya antara lain adalah adanya pengembalian alokasi anggaran dari beberapa bidang yang sebelumnya yaitu Bidang Pendidikan dan Kesehatan yang dialihkan untuk keperluan aspek sarana prasarana, sehingga Indeks Pelayanan Publik untuk kedua bidang tersebut pada tahun mengalami penurunan, sedangkan aspek sarana prasarana untuk kurun waktu yang sama mengalami peningkatan Indeks Pelayanan Publik yang cukup drastis yaitu masing-masing 48,61 dan 50,11, dimana tahun sebelumnya yaitu tahun 2003 Indeks Pelayanan Publik Kota Tangerang Bidang sarana prasarana hanya mencapai 39,56.

119 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 17 Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, ternyata hal ini merupakan strategi yang dilaksanakan oleh pimpinan daerah yaitu Walikota Tangerang yang berupaya untuk memperbaiki sarana prasarana di berbagai bidang dan sektor, termasuk bidang Pendidikan dan Kesehatan. Dari komitmen pemerintah daerah ini untuk menyediakan anggaran, meningkatkan akses pelayanan serta melakukan upaya peningkatan SDM bidang sarana dan prasarana umum yang terus ditingkatkan ini, pada gilirannya membuahkan hasil yang sangat signifikan bagi bidang-bidang dan sektor lainnya. Hal ini terlihat bagaimana Indeks Pelayanan Publik Bidang Pendidikan dan Kesehatan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup berarti, karena bagaimanapun ketersediaan anggaran, kualitas sarana dan prasarana umum serta mutu SDM yang ada di daerah akan sangat berpengaruh terhadap bidang-bidang lainnya dan hal ini sangat tergantung kepada komitmen daerah itu sendiri untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakatnya. Adapun perbandingan Indeks Pelayanan Publik Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Sarana Prasarana Kota Tangerang Tahun adalah sebagai berikut:

120 P e l a k s a n a a n K i n e r j a P e m e r i n t a h D a e r a h IV- 18 Grafik 4.8 Indeks Pelayanan Publik Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Sarana Prasarana Kota Tangerang Tahun Sumber: Survei PKP2A I LAN, 2008 B. Kinerja Pemerintahan Daerah Pelaksanaan pembangunan pada hakekatnya adalah merubah kondisi, sikap dan perilaku masyarakat menjadi lebih baik. Pelaksanaan pembangunan bertumpu pada tiga pilar yaitu Pemerintah, Swasta dan Masyarakat. Dengan demikian keberhasilan pemerintah pada hakekatnya adalah mensinergikan/mengerahkan segenap potensi swasta, masyarakat melalui peran fasilitasi dan regulasi pemerintah. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan merupakan keberhasilan pemerintah, swasta dan masyarakat yang tercermin dari indikator kinerja pembangunan. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang salah satu

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG P E M E R I N T A H K O T A T A N G E R A N G Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Akhir Masa Jabatan Walikota Tangerang Tahun 2013 I. Latar Belakang: Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG P E M E R I N T A H K O T A T A N G E R A N G Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2015 I. Latar Belakang: Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Lamandau tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2013 dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kota Tangerang ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM... I-1 1.3. GAMBARAN UMUM JAWA BARAT... I-4 1.3.1.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kpadatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 7 B. Gambaran Umum Daerah

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 7 B. Gambaran Umum Daerah DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 7 B. Gambaran Umum Daerah... 9 1. Kondisi Geografis Daerah... 10 2. Gambaran Umum Demografis... 13 3. Kondisi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (ILPPD) PROVINSI BANTEN TAHUN 2013 I. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH KEPADA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH KEPADA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH KEPADA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN BAB VI TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan dan sasaran organisasi di dasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum Kota Tangerang III.1.1.1. Proses Terbentuknya Kota Tangerang Pembangunan kota administratif Tangerang secara makro

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2 Penyampaian LKPJ Walikota Bandung Tahun 2012, merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan ketentuan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan daerah yang menjadi acuann untuk pembangunan selama periode satu tahun dan Pemerintah daerah memiliki

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

LAMBANG DAERAH. LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ( LPPD ) Provinsi / Kabupaten / Kota... TAHUN 2010.

LAMBANG DAERAH. LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ( LPPD ) Provinsi / Kabupaten / Kota... TAHUN 2010. FORMAT SAMPUL(1 Halaman) LAMBANG DAERAH LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ( LPPD ) Provinsi / Kabupaten / Kota... TAHUN 2010. (Halaman baru, mengikuti sampul ) Kata Pengantar... (maksimum 2 halaman),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN D A F T A R I S I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL.... ix DAFTAR GAMBAR.... xi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG... I 1 B. DASAR HUKUM... I 1 C. GAMBARAN UMUM DAERAH...

Lebih terperinci