HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian preparasi dan pengemasan merupakan bagian yang prosesnya dapat dikategorikan sebagai kegiatan produksi tipe flow shop karena proses produksi terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang, menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, spesifikasi produk sedikit dan standar dalam jangka waktu yang lama, dan siklus waktu produksi relatif singkat. 4.1 Proses Produksi biskuit long stick Pada proses produksi long stick terdapat banyak sekali kegiatan yang dilakukan, mulai dari preparasi tepung yang baru masuk dari supplier sampai biskuit long stick yang sudah jadi dan siap untuk dikemas dan dimassukkan ke dalam gudang penyimpanan untuk dikirim ke distributor. Beberapa kegiatan untuk memproduksi biskuit long stick ada yang sudah menggunakan mesin, ada pula yang masih menggunakan tenaga manusia. Proses preparasi adalah proses dilakukannya persiapan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat biskuit sebelum menjadi adonan, salah satu bahan yang digunakan untuk adonan tersebut adalah tepung. Sebelum tepung masuk ke dalam proses produksi untuk dibuat menjadi adonan, tepung perlu melewati beberapa proses agar lebih steril dan memiliki ukuran yang seragam, sehingga adonan yang nantinya akan terbentuk pun menjadi adonan yang baik. Proses yang perlu dilewati oleh tepung di antaranya adalah proses pengayakan, kemudian tepung akan ditempatkan di dalam karung yang telah ditetapkan beratnya sebelumnya. Setelah tepung melewati beberapa proses dan dinyatakan steril maka tepung langsung dibawa ke bagian yang akan membuat adonan untuk produk, seperti untuk bagian pembuatan long stick. Pada proses preparasi tepung ini masih banyak menggunakan tenaga manual (manusia), namun menggunakan beberapa alat bantu seperti mesin pengayak tepung, timbangan, forklift, dan lain-lain. Proses preparasi dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini. Manusia Manusia Mesin Mulai Membuka karung tepung Menuang Tepung Mengayak tepung Manusia Manusia Selesai Memindahkan tepung ke pallet Menampung dan menimbang Gambar 6. Diagram alir proses preparasi tepung Ruangan untuk mengayak tepung berada di lantai 2 dengan lubang yang diberi pipa sebagai penyalur tepung yang sudah diayak ke ruang pengemasan di bawahnya yang biasa dipakai untuk membungkus tepung ke dalam plastik. Ruangan pengayak ini berlantaikan besi dan selalu terasa 16

2 bergetar karena adanya mesin pengayak. Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang selalu bergetar dirasa kurang baik karena dapat menghilangkan konsentrasi pekerjanya bila terlalu lama berada di ruangan tersebut. Bukan tidak mungkin nantinya getaran ini akan menyebabkan tubuh dari pekerja yang bekerja dalam jangka waktu yang lama di ruangan tersebut akan selalu terasa bergetar. Untuk mengurangi efek getaran yang sangat terasa, sebaiknya mesin pengayak yang ada di ruangan ini diberi bantalan karet atau peredam getaran dan jarak antara lubang peletakan mesin pengayak dengan lantai diperbesar. Ruangan ini kurang memiliki ventilasi yang baik untuk menjadi tempat kerja selama 8 jam karena tidak terdapat jendela yang menjadi tempat sirkulasi udara yang ada di dalam ruang ayak dengan udara yang lebih segar di luar, hanya terdapat satu pintu besar yang biasanya menjadi tempat masuknya pallet-pallet berisi tepung yang akan diayak yang diangkat naik dengan menggunakan forklift. Pallet-pallet itu biasanya tidak akan dipindahkan mendekat dengan mesin sampai tepungtepung yang berada pada pallet yang dekat dengan mesin telah habis diayak. Pallet-pallet yang tidak dipindahkan ini dibiarkan saja di ambang pintu besar tersebut dan tidak dipindahkan kemana-mana karena tidak terlalu banyak bagian yang kosong yang terdapat di ruangan ini. Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang baik untuk menjadi tempat kerja selama 8 jam sebaiknya memiliki sedikit ruang gerak bebas agar ruang kerja dari pekerja tidak terbatas, untuk itu sebaiknya ruangan ini agak sedikit diperluas dan ditambah dengan adanya ventilasi alami (jendela) yang baik karena tidak mungkin di dalam ruangan ini diberikan ventilasi buatan seperti kipas angin, hal ini dapat menyebabkan tepung-tepung terbang dan berhamburan, jika menggunakan air conditioner maka dapat dipastikan air conditioner yang ada di ruangan ini akan cepat rusak karena pori-porinya tertutupi oleh tepung-tepung yang diproses. Ventilasi buatan yang mungkin dibuat di ruangan ini adalah exhaust fan yang diletakkan di atap ruangan. Lantainya pun sebaiknya bukan menggunakan besi/baja, melainkan menggunakan semen dan permukaannya dibuat kasar. Lantai yang terbuat dari semen dapat mengurangi resiko pekerja terjatuh akibat lantai yang licin karena banyak tepung yang berceceran, apalagi gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja ini cukup berbahaya mengingat bahwa tepung-tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 25 sampai 50 kilogram. Denah ruang pengayakan tepung ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Satu pallet yang diangkut ke ruang ayak berisi 30 karung tepung. Jika tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 25 kilogram maka satu pallet ini beratnya 750 kilogram atau sekitar 0.75 ton, sementara jika tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 50 kilogram maka berat satu palletnya adalah 1500 kilogram atau sekitar 1.5 ton. Pekerja biasanya mengangkat satu karung tepung ini sendiri atau berdua dengan rekannya saat menuang ke mesin pengayak, mungkin pada saat karungnya masih banyak pekerja tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar karena hanya menggeser tepung tersebut ke mulut mesin pengayak, namun jika tepung yang akan diayak sudah sedikit pekerja akan sangat mengalami kesulitan saat menuang tepung ke mesin pengayak. Hal berbahaya yang dapat terjadi adalah jatuhnya pekerja dari ketinggian saat sedang menuang tepung ke mesin pengayak. Aktivitas dari gerakan-gerakan seperti menarik dan mengangkat adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh pekerja di ruangan ini, hal ini dapat menyebabkan pegal-pegal atau sakit di daerah sekitar pinggang, bahu kiri dan kanan, serta lengan atas kiri dan kanan. Untuk kegiatan menuang tepung ke dalam mesin pengayak, jika pekerja melakukannya di atas tepung yang masih tinggi biasanya pekerja akan membungkuk, sementara jika tepung sudah sedikit maka pekerja harus mengangkat karung-karung tepung tersebut untuk menuangnya ke dalam mesin pengayak. Hal ini tidak seharusnya terjadi karena satu karung tepung tersebut beratnya antara kg, sebaiknya mesin pengayak ditempatkan pada posisi yang lebih rendah atau bahkan hampir disejajarkan dengan lantai, jika hal ini dirasa memperpendek perjalanan tepung untuk sampai pada 17

3 proses pembungkusan dengan plastik, maka sebaiknya jarak antara atap ruang pengemasan dengan lantai ruangan ayak perlu diperbesar. Keadaan lingkungan yang kurang baik ditambah dengan pekerjaan berat yang harus dilakukan pekerja akan menyebabkan pekerja lebih cepat merasa kelelahan, untuk itu mungkin perlu dilakukan adanya perbaikan-perbaikan lingkungan kerja seperti yang telah disebutkan di atas. Tempat membuang sampah yang terlalu jauh menyebabkan waktu yang dipakai untuk membuang sampah menjadi lebih lama, sebaiknya tempat sampah atau pallet-pallet yang sudah tidak terpakai dan karung-karung bekas diletakkan di tengah-tengah antara mesin ayak satu dengan mesin ayak lain sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk membuang sampah, hal ini akan mengurangi waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membuang sampah. Pekerja juga sering terlihat meratakan tepung yang ada di atas mesin pengayak, hal ini mungkin disebabkan oleh masih penuhnya pipa penyalur karena tepung belum dimasukkan ke dalam plastik oleh pekerja-pekerja yang berada di ruangan pengemasan yang bertugas membungkus tepung-tepung yang telah diayak ke dalam plastik dengan berat maksimum nantinya adalah 25 kilogram. Tersumbatnya mesh atau saringan yang terdapat pada mesin pengayak juga bisa menjadi salah satu penyebab terhambatnya aliran tepung ke pipa penyalur. Mesin pengayak yang digunakan di ruangan ini terdiri dari tiga tingkat, tingkat pertama (yang paling atas) adalah kawat yang ukuran lubangnya masih besar, kemudian di bawahnya adalah kawat kotak, sementara lapisan yang paling bawah adalah mesh dengan bola dan gelang di atasnya. Bola dan gelang yang terdapat di atas mesh ini berfungsi sebagai perata agar tepung yang sudah tersaring langsung turun ke bawah. Mesh yang digunakan pada mesin ini adalah mesh 40. Untuk mengambil air minum pekerja harus turun ke bawah, sebaiknya air minum untuk pekerja yang bekerja di ruang ayak ini diletakkan di setiap ruangan agar pekerja tidak perlu turun untuk mengambil air minum. Hal ini selain dapat memperlambat kerja dari pekerja juga dapat membuat terjadinya gangguan metabolisme pada pekerja karena kurang minum. Setelah tepung selesai diayak dan masuk ke pipa penyalur maka tepung-tepung ini dikemas oleh tiga operator, dua operator yang bertugas untuk mengemas tepung dan satu orang yang lain bertugas mengikat plastik, memindahkan pallet, dan lain-lain. Mereka bertiga melakukan pekerjaan ini secara bergantian, hal ini dirasa cukup baik karena mengurangi kejenuhan dan keletihan dalam menjalankan satu jenis pekerjaan. Denah ruang pengemasan tepung dapat dilihat pada Lampiran 9. Setelah proses preparasi selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah proses pembuatan long stick. Proses pembuatan long stick dianggap merupakan proses pembuatan biskuit yang paling sulit, alasan di antaranya adalah karena bentuk long stick dan cetakannya yang pipih dan panjang, sering terselip sisa adonan di dalam cetakan yang membuat biskuit hasil cetakan yang berikutnya menjadi kurang sempurna, sementara parameter yang dikontrol untuk produk biskuit long stick sangat banyak, seperti warna harus kuning kecoklatan, permukaaan biskuit halus dan tidak retak, bentuknya harus sempurna, tidak boleh bertumpuk, tidak boleh bengkok, tidak boleh mengkerut, dan lain-lain. Pada proses pembuatan biskuit long stick ini terdapat empat proses utama yang berurutan sampai pada akhirnya biskuit sudah dalam keadaan finished goods dan siap didistribusikan ke bagian pengemasan. Berikut ini adalah empat proses utama yang dilakukan pada saat pembuatan biskuit long stick. Pencampuran atau mixing adalah proses pertama yang dilakukan pada proses pembuatan biskuit, pada proses ini dilakukan pemasukan beberapa bahan untuk dijadikan satu adonan yang baik. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasukkan, jika ada biskuit yang tidak memenuhi standar maka biskuit tersebut tidak dibuang melainkan ikut dimasukkan untuk diolah kembali, awalnya masukkan biskuit dan tambahkan air, nyalakan mesin dan mesin akan mengaduk sesaat, setelah biskuit hancur dan menjadi larutan encer maka bahan-bahan dimasukkan, 18

4 setelah bahan-bahan dimasukkan maka dilakukan mixing sebanyak 150 putaran, setelah itu masukkan tepung, setelah menjadi adonan maka adonan tersebut diukur temperaturnya, jika temperatur dinyatakan baik maka adonan dituang ke bak adonan dan diistirahatkan selama 15 menit, kemudian dilanjutkan ke reduction roller. Dari mixer menuju reduction roller dibutuhkan waktu 5 menit. Pekerja yang mengerjakan semua pekerjaan di bagian mixing ini adalah 3-4 orang. Temperatur di bagian mixer adalah sekitar o C dengan kelembaban 56-58%. Temperatur ini akan mempengaruhi kinerja dari para pekerja yang bekerja di bagian ini, namun pada bagian ini sudah tersedia kipas angin untuk mengurangi panasnya temperatur yang dirasakan oleh pekerja. Setelah melewati tahap pencampuran maka tahap selanjutnya adalah pemotongan. Proses pemotongan (cutting) adalah proses lanjutan pada pembuatan biskuit long stick, yang dilakukan pada proses ini adalah pencetakan atau pemotongan adonan menjadi bentuk seperti yang diinginkan yaitu bentuk seperti batang yang panjangnya 60.5 mm dan tebalnya 6 mm. Proses pencetakan atau pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan mesin, sementara untuk memeriksa kualitas baik tidaknya biskuit yang tercetak ini biasanya ditempatkan dua orang pekerja di sana. Pekerja tersebut bertugas memeriksa kualitas dan menimbang berat biskuit yang telah tercetak. Biskuit yang tercetak dikumpulkan sebanyak 20 pieces, setelah 20 pieces biskuit tersebut ditimbang. Waktu yang dibutuhkan biskuit dari reduction roller sampai dengan oven adalah 10 menit. Pekerja yang bertugas di bagian cutting ini melakukan tugasnya dengan cara duduk di samping mesin dan posisinya hampir seperti bersujud, pekerjaan ini dilakukan selama 8 jam. Temperatur yang ada di sekitar mesin cutting (tempat bekerjanya operator) adalah sekitar o C dengan kelembaban 51-58%. Temperatur yang tinggi akan menyebabkan ketidaknyamanan pada pekerja sehingga pekerja akan cepat merasa lelah, namun adanya kipas angin sebagai ventilasi buatan cukup membantu meringankan beban pekerja akibat tingginya temperatur di bagian cutting tersebut. Pekerja yang bekerja di bagian cutting harus memiliki sifat fokus dan teliti karena harus memperhatikan biskuitbiskuit tersebut selama 8 jam. Mata dari pekerja harus bekerja ekstra karena memperhatikan benda yang bentuknya sama secara terus menerus, pencahayaan di ruangan ini juga harus baik agar mendukung kerja dari mata pekerja yang dituntut untuk teliti memeriksa hasil cetakan. Sebaiknya tinggi dari mesin cutting ini dikurangi agar pekerja tidak perlu lagi naik untuk duduk di samping mesin memeriksa biskuit yang tercetak, lebih baik mesin dibuat lebih rendah dan pekerja bekerja di samping mesin namun duduk di atas kursi. Agar mengurangi kelelahan yang terjadi pada pekerja akibat jenuh yang dirasakan maka pekerja perlu diberikan jadwal menimbang biskuit secara bergantian tiap jamnya, biasanya penimbangan biskuit dilakukan setiap 15 menit, sehingga dalam 1 jam pekerja akan menimbang biskuit sebanyak 4 kali. Setelah biskuit melewati proses pemotongan maka proses selanjutnya adalah proses pemanggangan. Pemanggangan (baking) adalah proses pematangan biskuit yang telah dicetak dengan cara dibakar/dipanggang. Oven yang digunakan untuk proses pemanggangan ini panjangnya mencapai 79 meter, yang terdiri dari empat zona, masing-masing zona harus diatur temperaturnya agar kematangan biskuit benar-benar sempurna. Pada zona pertama oven dilengkapi dengan proses preheating atau pemanasan awal yang berguna untuk mencegah terjadinya biskuit yang bengkok ataupun tidak mengembang, untuk preheating ini temperatur yang diatur pada oven adalah o C, namun aktualnya yang terjadi temperatur pada bagian preheating adalah antara o C, preheating juga berfungsi untuk mengembangkan biskuit. Sebenarnya temperatur di oven dapat terus diubah asal kadar air dari biskuit yang sudah matang masih memenuhi standar yang telah ditetapkan dan temperaturnya harus di atas 100 o C. Zona 1-3 adalah zona pengembangan dan pematangan, kemudian zona 4 dan 5 adalah zona untuk membuat warna menjadi sesuai dengan yang diinginkan. Waktu yang digunakan untuk 19

5 pemanggangan biskuit ini adalah 5 menit. Pada oven ini terdapat banyak sekali burner, burner ini dibagi menjadi dua tempat yaitu burner bawah dan burner atas. Pada bagian baking ini operator yang bekrja hanya satu orang. Pekerja yang bekerja di bagian baking ini mempunyai tugas untuk selalu memeriksa kadar air, warna, berat, tebal, dan panjang long stick setiap 15 menit. Selain itu pekerja yang bekerja pada bagian baking ini harus selalu memeriksa burner oven setiap saat, karena itulah hampir tidak pernah ditemukan pekerja di bagian baking ini diam. Temperatur di sekitar oven ini sangat tinggi dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja, yaitu sekitar o C dengan kelembaban 47-55%. Untuk mengurangi kelelahan akibat kondisi lingkungan yang kurang baik maka di bagian ini disediakan exhaust fan agar terjadi sirkulasi udara antara udara yang di dalam ruangan dengan udara luar. Setelah melewati proses pemanggangan maka long stick harus disiapkan untuk dikirim ke bagian pengemasan. Pada bagian ini dilakukan pembungkusan long stick dengan menggunakan bantuan bak, baik bak kecil dan bak besar, jika menggunakan bak besar maka long stick yang dimasukkan seberat 9 kilogram, namun jika yang digunakan adalah bak kecil maka berat long stick yang dimasukkan adalah 7 kilogram. Bagian ini merupakan bagian yang paling banyak menggunakan tenaga manusia dibandingkan dengan bagian-bagian lain pada proses pembuatan long stick ini yaitu 7-8 orang, pekerjaan yang dilakukan diantaranya adalah memeriksa atau menyortir long stick sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, menyiapkan bak dan plastik sebagai wadah long stick, menimbang dan membungkus long stick, memindahkan bak-bak yang telah terisi long stick, dan juga membawa pallet yang telah terisi bak ke gudang untuk dikirimkan ke bagian pengemasan long stick. Untuk menyortir long stick dipekerjakan 2 orang operator, tugas mereka hanya menyortir long stick yang masuk ke ruang pengemasan long stick, sementara itu untuk menampung, menimbang dan membungkus long stick dipekerjakan 3 orang operator. Satu orang operator dipekerjakan untuk memindahkan bak yang telah terisi long stick dan juga membawa pallet ke gudang, satu orang pekerja lainnya yang menyiapkan plastik dan bak untuk menjadi wadah long stick. Kondisi lingkungan di ruangan ini cukup baik untuk bekerja karena temperatur di ruangan ini memenuhi standar temperatur yang baik untuk bekerja, yaitu antara o C dengan kelembaban ruangan sebesar 50-54%. Kondisi ini dirasa cukup baik untuk bekerja sehingga pekerja yang bekerja di bagian ini tidak cepat merasa lelah, apalagi pekerjaan yang harus dilakukannya tidak begitu mengharuskan mereka untuk bekerja dengan cepat. Long stick yang sudah dibungkus dibawa ke ruang pengemasan. Proses pengemasan dilakukan setelah wadah (cup) dan biskuitnya sudah siap untuk dikemas. Biasanya saat wadah (cup) tiba di bagian pengemasan maka cup tersebut disimpan di gudang pengemasan sampai pada saat yang ditentukan untuk dipakai, sedangkan biskuit yang baru tiba dari oven 4 (long stick) yang baru tiba biasanya diambil sampel pada salah satu baknya, sampel diambil dari bagian atas bak, tengah bak, dan bawah bak. Sampel yang sudah diambil kemudian ditumbuk dan dimasukkan ke sebuah alat pengukur kadar air. Setelah kadar air dari biskuit ini didapat maka selanjutnya biskuit yang kadar airnya layak untuk dipakai akan diproses, sementara jika kadar airnya tidak laayak untuk diproses maka biskuit tersebut akan dikembalikan ke proses pembuatan. Proses pengemasan (packaging) ini dilakukan di sebuah ruangan yang atapnya terbuat dari seng dan kurangnya ventilasi. Di ruangan ini memang terdapat ventilasi alami dan ventilasi buatan, namun hal ini dirasa kurang karena di dalam ruangan ini masih sangat terasa panas, kecuali di officenya. Ventilasi alami yang terdapat di ruangan ini hanya berupa lubang angin yang terdapat di atap ruangan, sedangkan ventilasi buatan yang ada di ruangan ini adalah kipas angin. Kipas angin yang ada di ruangan ini pun kebanyakan sudah tidak dapat bekerja seperti seharusnya. Sebaiknya ruangan ini dilengkapi dengan exhaust fan di atapnya agar terjadi pertukaran udara antara udara di 20

6 dalam ruangan dengan yang berada di luar ruangan. Denah ruang pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 10. Proses yang terjadi pada bagian pengemasan di antaranya adalah penyatuan antara cup dan ring, pemasukan biskuit, pemasukan cream, sealing cup, pengkodean cup, pemasukan cup-cup ke dalam tray, sampai penyusunan karton yang telah terisi beberapa tray ke atas pallet. Diagram alir proses pengemasan ini dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini. Pada proses memasukkan cup yang dilakukan adalah beberapa cup dimasukkan ke dalam feeder mesin, gasket yang terdapat dalam mesin yang akan memisahkan satu per satu cup tersebut dan memasukkannya ke dalam jalur conveyor berlubang untuk kemudian dimasukkan ring ke dalamnya. Setelah cup sudah berada di dalam conveyor, maka dilakukan pemasukan ring yang biasanya dikerjakan juga oleh mesin, namun mesin yang digunakan kebanyakan rusak pada bagian ini, maka akhirnya pekerjaan ini dikerjakan oleh pekerja sebanyak dua orang, sedangkan satu orang operator yang lain bertugas untuk mengambil cup dan ring ke gudang, mengisi mesin dengan cup-cup yang telah diambil, membuka dan menyiapkan ring untuk diberikan ke dua operator lainnya yang bertugas untuk meletakkan ring di atas cup. Mesin Manusia Mesin Mulai Meletakkan cup ke conveyor Meletakkan ring ke atas cup Welding Manusia Mesin Mesin Manusia Meletakkan cup ke tray Sealing cup and Cutting Seal Memasukkan cream ke cup Memasukkan biskuit ke cup Mesin Mesin Mesin Mesin Jalan di atas conveyor Wrapping Shrinking Jalan di atas conveyor Selesai Manusia Memasukkan tray ke dalam Gambar 7. Diagram alir proses pengemasan long stick Ketiga operator yang bekerja pada proses meletakkan cup diharuskan untuk memakai ear muff karena berada sangat dekat dengan sumber bising yaitu mesin press (welding) yang memiliki kebisingan sebesar 89 db. Batas yang diizinkan untuk tidak memakai ear plug atau ear muff adalah 85 db, jika kebisingan lebih besar dari 85 db maka pekerja diwajibkan menggunakan ear plug atau ear muff. Setelah ring diletakkan di atas cup, maka ring dan cup tersebut disatukan dengan cara mengepress ring kepada cup agar dapat merekat dan tidak terlepas. Pengepressan ini dilakukan oleh 21

7 mesin welding yang memiliki tekanan 30 bar. Dengan adanya tekanan yang besar maka cup dan ring akan melekat dan sangat sulit untuk dilepaskan dan mencegah terjadinya kebocoran. Hal ini dimaksudkan agar biskuit yang ada di dalamnya tidak berkurang kerenyahannya. Setelah cup dan ring menyatu, barulah dilakukan pengisian biskuit long stick ke dalam cup. Biskuit dimasukkan dengan cara manual menggunakan tenaga manusia sebanyak 8-10 orang. Biskuit yang dimasukkan harus disesuaikan dengan standar baik dari bentuk, ukuran, kadar air, maupun banyaknya biskuit yang dimasukkan. Cream yang dimasukkan ke dalam cup ini berasal dari holding tank yang dialirkan melalui pipa dan masuk ke dalam penampungan di mesin cup sealer dan seal cutter dengan cara manual yaitu dibuka katupnya oleh operator. Operator yang bertugas memasukkan biskuit ke dalam cup ini sebenarnya memiliki tugas tambahan yaitu memeriksa keadaan cup, sebelum ia memasukkan biskuit ke dalamnya ia harus memeriksa cup yang akan diisikan biskuit tersebut, jika cup kurang memenuhi standar maka ia harus mengganti cupnya dengan cup baru yang sudah memenuhi standar. Penimbangan cream dan biskuit dilakukan setiap 30 menit sekali oleh pekerja yang memang ditugaskan untuk menimbang banyaknya cream dan biskuit yang terdapat di dalam satu cup, namun untuk lebih mengetahui adanya perubahan yang terjadi dengan lebih teliti maka operator melakukan penimbangan cream dan biskuit setiap 15 menit sekali, jika berat per cup kurang memenuhi standar maka cup akan melewati proses yang sama seperti di awal sampai berat per cupnya sudah memenuhi standar. Pada proses pemberian kode pada cup ini yang terjadi adalah pemberian kode pada tutup cup dengan menggunakan mesin yang diisi oleh tinta kemudian diinjeksikan. Kode yang tertera pada tutup cup ini sebelumnya harus diatur terlebih dahulu. Kode ini terdiri dari tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, dan shift yang mengemas biskuit long stick tersebut. Sealing cup terjadi pada mesin cup sealer dan seal cutter, yang dilakukan pada saat sealing cup adalah menekan plastik Oriented Polypropylene ke cup agar dapat merekat dengan sempurna sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat menyebabkan biskuit yang ada di dalamnya melempem atau cream yang ada di dalamnya tumpah, penekanan yang dilakukan juga ditambah dengan adanya panas yang dihasilkan oleh heater. Mesin cup sealer dan seal cutter selain melakukan sealing cup, juga melakukan cutting seal atau pemotongan tutup pada cup, jika potongan yang dihasilkan oleh mesin ini kurang sempurna maka pekerja yang akan melanjutkan potongan tersebut untuk diperbaiki agar standar pada tutup cup tersebut dapat terpenuhi. Pekerja yang memasukkan cup ke dalam tray berjumlah 2-4 orang, pekerja ini selain memasukkan cup ke dalam tray, mereka juga bertugas untuk menyortir cup, apabila ada cup yang kurang memenuhi standar tampilan maka cup tersebut dimasukkan ke dalam keranjang kemudian akan diproses seperti proses awal sampai cup tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar yang biasanya sering tidak terpenuhi adalah kurang tepatnya pemotongan tutup cup sehingga cup harus kembali melewati proses sealing cup dan cutting seal. Pada bagian pemasukan cup ke dalam tray ini ada satu orang operator yang bertugas untuk memeriksa kualitas cup yang baru saja keluar dari mesin cup sealer dan seal cutter, biasanya operator ini tidak ikut memasukkan cup ke dalam tray. Operator lainnya yang bertugas memasukkan cup ke dalam tray juga harus tetap memeriksa cup yang mereka masukkan ke tray untuk menghindari masuknya cup yang kualitasnya kurang baik ke dalam tray. Cup yang sudah dimasukkan ke dalam tray akan dialirkan dengan menggunakan conveyor untuk melewati proses-proses selanjutnya. Sebelum tray yang terisi cup ini diberi plastik dan di shrink, tray-tray ini akan melewati beberapa titik, titik yang pertama adalah titik penimbangan. 22

8 Penimbangan ini dilakukan per tray dengan menggunakan mesin, berat cup per tray yang masih kurang akan dihempaskan oleh angin yang dihembuskan mesin. Tray yang sudah terisi penuh oleh cup dan melewati beberapa proses agar sesuai standar, kemudian diplastikkan dengan menggunakan mesin wrapping. Tray yang sudah diberi plastik kemudian dirapatkan/shrink dengan menggunakan mesin yang meniupkan uap panas agar plastik merekat erat dengan tray yang sudah terisi cup. Tujuan dari wrapping dan shrinking plastik ini adalah agar lebih mudah untuk mendistribusikan tray dan membuat cup-cup yang ada di dalam tray tidak tumpah. Pada bagian ini hanya terdapat satu operator yang bertugas untuk mengawasi plastik dan shrink agar sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Setelah tray dishrink, maka tray-tray tersebut dimasukkan ke dalam karton. Satu karton diisi oleh 9 tray. Karton yang sudah terisi penuh oleh tray kemudian direkatkan dengan perekat karton berupa isolasi. Perekat karton ini pun menggunakan alat bantu sehingga operator hanya perlu memasukkan karton ke bibir alat bantu perekat, kemudian alat tersebut akan dengan sendirinya menjalankan karton, apabila karton sudah terekatkan bagian atas dan bawahnya maka karton akan keluar dari sisi yang lain. Pada bagian ini terdapat satu orang operator yang bertugas memasukkan tray-tray ke dalam karton, mengisolasi/merekatkan karton, dan membawa karton-karton yang telah siap ke atas pallet dan menyusunnya. Biasanya akan ada satu orang operator sebagai operator tambahan karena ia hanya akan membantu jika operator di bagian ini tidak mampu mengerjakan tugasnya seorang diri. Setelah karton direkatkan maka operator melakukan pemindahan dari alat bantu perekat ke atas pallet, setelah itu karton juga harus disusun di atas pallet agar mudah dalam transportasinya. Penyusunan di atas pallet ini juga harus dilakukan secara hati-hati sedemikian sehingga membentuk posisi yang aman agar tidak terjatuh. 4.2 Analisis Gerakan Kerja Sikap dan posisi kerja para pekerja yang bekerja pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi tepung ini dirasakan kurang baik karena mereka harus berdiri dalam jangka waktu yang lama dan mengangkat karung tepung yang beratnya melebihi kapasitas angkat yang seharusnya. Berat beban yang dapat ditolerir untuk kegiatan angkat yang sering dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebenarnya pekerjaan ini masih dapat ditolerir karena mereka mengangkat beban seberat 25 kilogram setiap 1.5 menit, waktu 1.5 menit ini didapat dari banyaknya tepung yang harus diolah dibagi dengan jumlah jam kerja yaitu 7.5 jam dan banyaknya pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut yaitu dua orang pekerja. Hal ini berlaku pula pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi tepung. Sebenarnya untuk mengangkat tepung yang beratnya 25 kilogram ini pekerja masih belum memerlukan alat angkat, namun perlu adanya perbaikan pada metode angkat yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan Tabel 3 yang memperlihatkan tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya. Metode kerja yang mungkin perlu untuk diperbaiki adalah tidak menitik beratkan beban yang diangkat (dalam hal ini adalah tepung) hanya pada satu titik seperti tangan. Saat mengangkat beban yang berat ini sebaiknya beban yang diangkat dapat disebarkan di beberapa titik sehingga tidak menimbulkan sakit di satu titik akibat terlalu lama menjadi titik berat beban yang diangkat. Saat mengangkat karung tepung posisi pekerja sebaiknya tidak membungkuk melainkan berjongkok untuk menyebarkan beban agar beban tidak terasa memberatkan satu titik, sehingga pekerja tidak merasa cepat lelah. 23

9 Tabel 2. Berat beban yang dapat ditolerir untuk aktivitas angkut yang sering Frekuensi Angkut Berat yang boleh diangkat 30 menit 95 kg 15 menit 85 kg 12 menit 66 kg 10 menit 56 kg 5 menit 33 kg Sumber : Nurmianto, Eko (2004) Selama ini pekerja menjangkau tepung dengan posisi badan yang agak membungkuk, sebaiknya pekerja tidak terlalu banyak membungkuk atau berjinjit, terutama saat menuang tepung ke mesin pengayak dan meletakkan plastik tepung ke atas pallet. Untuk pekerja yang menuang tepung ke mesin pengayak, sebaiknya mesin pengayak ini dibuat agak sedikit lebih rendah, misalnya sejajar dengan perut pekerja, tinggi dari mesin pengayak ini sebaiknya dibuat kurang lebih 100 cm dari lantai, hal ini dimaksudkan agar pekerja tidak perlu mengangkat tinggi-tinggi karung tepung yang akan dituang. Mesin pengayak yang ada di ruang ayak saat ini tingginya kurang lebih 150 cm, jika tinggi mesin dibuat menjadi 100 cm diharapkan pekerja akan membutuhkan waktu yang lebih sedikit karena tidak perlu terlalu bersusah payah mengangkat tepung untuk menuangnya ke mesin pengayak. saat mesin pengayak tingginya 150cm dari lantai pekerja membutuhkan waktu selama 10 detik untuk membawa tepung ke mulut mesin pengayak, jika mesin pengayak dibuat lebih rendah bukan tidak mungkin jika waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membawa karung tepung ke mulut mesin pengayak hanya 5 detik. Pekerja yang bekerja pada bagian preparasi tepung ini diduga dapat merasakan sakit pada bagian pinggang karena terlalu sering membungkuk, sakit pada bagian bahu dan lengan kanan dan kiri atas karena mengangkat tepung yang berat dengan frekuensi yang tinggi. Tabel 3. Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat Level Batas Angkat (kg) Tindakan 1 =16 Tidak diperlukan tindakan khusus Tidak diperlukan alat dalam mengangkat - Ditekankan pada metode angkut Tidak diperlukan alat dalam mengangkat - Dipilih job redesign (raancangan ulang terhadap tipe pekerjaan) 4 >34 Harus dibantu dengan peralatan mekanis Sumber : Worksafe Australia (1986) dalam Nurmianto, Eko (2004) Dimensi ruang kerja proses pengayakan tepung di bagian preparasi ini secara teori kurang memadai karena kurangnya ruang gerak bebas bagi pekerja, pekerja masih agak sedikit kesulitan saat ingin mendekatkan pallet yang berisi karung-karung tepung yang akan diayak ke mesin pengayak, sebaiknya ruangan di bagian pengayakan ini agak diperluas agar pekerja dapat dengan mudah mendekatkan pallet ke mesin pengayak dan masih terdapat ruang gerak bebas bagi pekerja, selain itu penempatan tempat sampah di antara kedua mesin pengayak juga akan meningkatkan efisiensi gerakan yang dilakukan pekerja di bagian ini. Jika ruangan ini dirasa sulit untuk diperluas mungkin cara peletakan mesinnya dapat diubah, selain itu warna tembok pada ruangan ini juga bisa diubah untuk memberi efek lebih luas, seperti warna kuning. Warna ini juga akan meningkatkan kenyamanan pekerja yang bekerja di dalamnya karena dalam ruangan yang sempit biasanya dapat membuat pekerja tegang dan stres dalam melakukan pekerjaannya. Untuk ruangan pengemasan tepung perlu ditambahkan adanya jendela sebagai ventilasi untuk tempat terjadinya pertukaran udara yang ada di dalam dengan udara yang ada di luar ruangan. Sama halnya dengan ruang pengemasan tepung, ruang 24

10 pengayakan tepung pun dirasa perlu untuk menambahkan jendela sebagai ventilasi. Jika ventilasi di kedua ruangan ini kurang maka tidak ada pertukaran antara udara yang ada di dalam ruangan dengan udara yang ada di luar ruangan, hal ini akan menyebabkan pekerja lebih cepat merasa lelah dan debudebu halus dari tepung akan terhisap oleh pekerja, debu-debu halus yang terhisap oleh pekerja ini akan menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan yang diderita oleh pekerja. Temperatur pada ruang ayak berkisar antara o C dengan kelembaban 52-58%, sedangkan pada ruang pengemasan tepung adalah o C dengan kelembaban 54-64%. Tentu saja hal ini membuat pekerja merasa kurang nyaman dalam bekerja, biasanya pekerja mengatasi hal ini dengan menggunakan alat pembersih pakaian mereka yang dapat menghembuskan angin. Berdasarkan Tabel 4 yang membahas mengenai akibat yang ditimbulkan jika pekerja bekerja pada temperatur tertentu, dapat disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja di ruang pengayakan tepung bagian preparasi tepung ini akan cepat merasa lelah. Kelembaban di ruangan pengemasan tergolong tinggi, menurut Wignjosoebroto (2003) suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan, pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, sehingga pekerja akan cepat merasa lelah. Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya kualitas udara. RH yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala SBS (Sick Building Syndrome) iritasi mata, iritasi tenggorokan, dan batuk-batuk. Dalam menjaga kualitas udara dalam ruangan, Kepmen telah memberikan standar parameter kimia, fisik, dan biologi yang dapat memberikan kenyamanan terhadap pekerja. Adapun standar parameter fisik yaitu debu, suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang diatur sebagaimana daam SK Gubernur No. 54 tahun 2008 mengenai Baku Mutu Kualitas Udara dalam Ruangan (khususnya tempat kerja perkantoran) yaitu suhu (23-28 o C) ; kelembaban (40-60%); dan pencahayaan minimal 100 lux (Sari, 2009). Tabel 4. Pengaruh temperatur terhadap pekerja Temperatur Akibat yang ditimbulkan ± 49 C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental ± 30 C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik ± 24 C Kondisi optimum ± 10 C Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul Sumber : Nurmianto, Eko (2004) Pada proses preparasi ini tidak dibutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga faktor pencahayaan pada ruangan ini tidak begitu berpengaruh dalam kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Kebisingan yang terjadi di ruangan ini disebabkan oleh adanya getaran yang ditimbulkan oleh mesin pengayak, karena itu maka pekerja diharuskan menggunakan ear plug/ear muff. Getaran yang dirasakan di ruangan pengayakan tepung cukup kuat sehingga bisa mempengaruhi konsentrasi dari pekerja yang terlalu lama bekerja di dalam ruangan tersebut, untuk mengurangi getaran yang dirasakan pekerja di ruangan ini sebaiknya diberikan karet atau alat peredam getaran yang dapat mengurangi getaran yang dirasakan pekerja. Peredam getaran ini perlu diberikan pada mesin pengayak yang terus bergetar, selain itu mungkin sebaiknya lantai ruangan pengayakan ini tidak terbuat dari besi atau baja, 25

11 melainkan dari semen. Bau-bauan yang terdapat di ruangan pengayakan dan pengemasan tepung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pernafasan pada pekerja yang terlalu lama bekerja di dalamnya, oleh karena itu pekerja sebaiknya menggunakan masker agar dapat mengurangi bau yang tercium, ventilasi yang baik juga akan membantu mengurangi bau-bauan tersebut karena udara dapat terus bersirkulasi. Untuk mendukung efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja, maka sebaiknya dilakukan pengaturan fasilitas kerja seperti tempat sampah yang ditempatkan di antara kedua mesin pengayak yang ada di ruang ayak, tempat mengambil air minum berada di masing-masing ruangan, dan sebaiknya kegiatan mencari pisau dihilangkan karena hal ini merupakan kegiatan yang tidak efektif. Pisau yang akan digunakan untuk membuka karung tepung ini sebaiknya ditempatkan di satu tempat saja dan tidak pernah dipindahkan dari tempat tersebut, misalnya membuatkan wadah seperti tas yang diletakkan di tubuh pekerja, atau agar lebih mudah mungkin bisa dibuatkan tempat seperti tempat pisau pramuka dan diletakkan di paha pekerja, jika sudah dibuatkan wadah seperti ini maka pekerja tidak perlu meletakkan pisau di sembarang tempat hingga waktu untuk mencari pisau saat akan membuka karung bisa dihilangkan. Pada proses meletakkan ring di atas cup pada bagian pengemasan posisi duduk pekerja adalah duduk saling berhadapan selama 7.5 jam, namun terkadang pekerja menghadap ke depan seperti saling berdampingan saat meletakkan ring, hal ini disebabkan oleh pekerja yang harus mengambil ring yang ada di dalam karton. Dimensi ruang kerja pada bagian ini dianggap kurang baik karena pekerja masih terbatas melakukan gerakan kerjanya, hal ini dapat dilihat dari tinggi meja di bagian meletakkan ring ini yaitu 74.5 cm dari lantai, sedangkan tinggi kursi yang digunakan adalah 59.5 cm dari lantai, dengan meja yang tidak ada lubang di bagian bawahnya, tentu hal ini membuat pekerja akan merasa kurang nyaman saat sedang bekerja. Saat posisi duduk pekerja saling berhadapan salah satu kaki pekerja diletakkan di atas siku mesin karena pada bagian bawah mesin tidak terdapat lubang atau pijakan kaki, walaupun disediakan pijakan kaki pada tempat duduk yang dipakai, pekerja lebih nyaman dengan posisi kerja seperti itu, padahal posisi kerja seperti itu diduga dapat menyebabkan sakit di beberapa titik seperti pada pinggang, leher, dan kaki. Temperatur pada proses meletakkan ring ke atas cup di bagian pengemasan ini adalah o C dengan kelembaban antara 46-55%. Sama seperti pada proses preparasi, hal ini dianggap dapat membuat pekerja menjadi lebih cepat lelah, kelembaban yang rendah dengan temperatur yang tinggi ini membuat tubuh pekerja melakukan penguapan udara terus-menerus sehingga motivasi dan stamina dari pekerja menjadi jauh berkurang (Wignjosoebroto, 2003). Ventilasi yang ada di bagian ini adalah ventilasi buatan yaitu kipas angin, namun kipas angin yang ada di bagian ini sudah tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena sudah rusak. Kerusakan ini sebaiknya segera diperbaiki, karena dengan ketidak nyamanan pekerja saat bekerja di bagian itu pekerja akan berkurang semangat bekerjanya sehingga produktivitasnya pun menjadi rendah. Pada bagian ini tidak diperlukan pencahayaan yang begitu baik karena pekerja tidak diharuskan untuk memeriksa produk, namun di bagian ini tingkat kebisingannya paling tinggi (89 db) daripada di bagian-bagian lain yang ada di ruangan pengemasan, oleh karena itu pekerja diharuskan untuk menggunakan ear plug/ear muff. Tidak terdapat bau-bauan yang dapat mengganggu pernafasan pekerja dan getaran yang mengganggu konsentrasi pekerja yang bekerja di bagian ini. Tidak terdapat banyak gerakan yang dilakukan pekerja pada bagian pengemasan karena pada bagian pengemasan hampir seluruh kegiatan dilakukan sambil duduk sampai pekerja beristirahat. Pekerja yang bekerja pada proses meletakkan ring ini dianggap sudah dapat mengefisiensikan gerakannya karena ia melakukan dua gerakan sekaligus saat ia harus mengambil ring yang ada di dalam karton dengan menggunakan satu tangan dan tangan yang lainnya tetap bekerja meletakkan ring ke atas cup. 26

12 Pada proses memasukkan biskuit posisi duduk pekerja adalah duduk di samping conveyor karena pekerja harus mengambil cup yang berada di atas conveyor dan juga mengambil biskuit di samping tempat duduk pekerja, karena butuh kecepatan yang tinggi maka pekerja duduk dengan posisi duduk seperti ini. Posisi duduk yang seperti ini diduga dapat membuat leher, pingang, bahu, dan bagian seperti lengan kanan dan kiri atas terasa sakit dan menjadi cepat lelah. Hal ini dapat diatasi jika sebelum bekerja operator tersebut melakukan warming up (pemanasan), hal ini setidaknya dapat menguarangi kram ataupun sakit dan pegal-pegal yang dialami operator, apalagi operator tersebut akan bekerja selama 8 jam di bagian tersebut. Warming up (pemanasan) seringkali dianggap bukan merupakan sesuatu yang penting jika ingin memulai suatu pekerjaan, padahal dengan adanya warming up (pemanasan) sebelum bekerja ini akan memperkecil resiko kelelahan dan kecelakaan operator saat sedang bekerja. Dalam warming up (pemanasan) yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan ini gerakan yang dilakukan tidak perlu yang terlalu rumit dan sulit, yang penting dapat meregangkan otot-otot pekerja yang nantinya akan bekerja di bagian-bagian yang membutuhkan ketahanan fisik yang baik. Warming up (pemanasan) ini dapat dilakukan pada saat sedang dilakukannya DDS (Daily Direction Setting), jadi di dalam DDS pekerja ini tidak hanya memberitahukan target yang harus diraih, evaluasi harian mengenai apa yang telah dicapai, dan berapa jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Dalam warming up ini gerakan yang perlu dilakukan adalah peregangan otot bahu kiri dan kanan, peregangan otot leher, dan peregangan otot pinggang. Menurut Nurmianto (2004) tempat duduk yang baik adalah yang tingginya sesuai dengan standar, terdapat busa pada bagian dudukan dan terdapat sandarannya, karena itulah tempat duduk yang ada di bagian ini dianggap kurang mendukung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja karena tempat duduk yang ada di bagian ini tidak dilengkapi dengan busa pada bagian dudukannya dan tidak terdapat sandarannya, namun untuk pekerjaan ini memang sebaiknya tidak diberi sandaran karena pekerja harus melakukan kerjanya dengan gerakan yang cepat. Tempat duduk yang dipakai pada bagian ini dapat membuat bokong merasa sakit, sebaiknya tempat duduk di bagian ini diperbaiki dengan adanya pemberian busa pada bagian dudukannya agar dapat mengurangi rasa sakit dan cepat lelah yang dirasakan pekerja. Tinggi dari meja di sini adalah 74.5 cm dari lantai, sedangkan kursi yang dipakai tingginya adalah 48 cm dari lantai. Posisi tangan saat pekerja sedang melakukan kerjanya dianggap baik karena pekerja tidak perlu membungkuk untuk menjangkau cup yang berada di dalam conveyor. Temperatur pada proses memasukkan biskuit ini adalah C dengan kelembaban 43-45%. Temperatur yang tinggi ini membuat pekerja tidak nyaman, oleh karena itu perusahaan menyediakan kipas angin. Secara keseluruhan temperatur ruangan pengemasan ini memang cukup tinggi, begitu pula dengan kelembabannya, pada ruangan ini tidak mungkin diberi ventilasi buatan seperti air conditioner karena akan merusak biskuit yang akan dikemas. Panas yang terasa oleh pekerja semakin terasa di siang hari karena atap ruangan ini terbuat dari seng, sebaiknya pada atap ruangan ini diberi blower/fan agar terjadi sirkulasi antara udara yang ada di luar dengan udara yang ada di dalam sehingga panas yang ada di dalam pun dapat bertukar dengan udara segar. Ventilasi alami yang ada di ruangan ini hanya berupa jendela/lubang angin kecil, hal ini dianggap tidak mencukupi untuk pergantian udara di ruangan yang sebesar ini. Pencahayaan yang baik sangat diperlukan pada bagian ini karena pekerja harus memeriksa cup yang akan diisi biskuit dan juga memeriksa biskuit yang layak untuk dimasukkan ke dalam cup. Kebisingan pada area ini adalah db, kebisingan tertinggi terjadi di titik yang paling dekat dengan mesin welding, karena mesin inilah yang dianggap menjadi sumber kebisingan. Pekerja sebaiknya menggunakan ear plug untuk mengurangi resiko kerusakan dan gangguan pendengaran, 27

13 namun kebanyakan pekerja masih belum menyadari bahwa hal ini bertujuan untuk keselamatan dan kesehatan kerjanya sendiri. Mereka masih menganggap kebisingan yang terjadi bukanlah hal penting sehingga alat pelindungan diri seperti ear plug tidak perlu dipakai. Tidak terdapat bau-bauan yang dapat mengganggu pernafasan pekerja dan juga getaran mekanis yang terjadi pada bagian ini. Pada proses meletakkan cup ke dalam tray pekerja duduk berhadapan dan terkadang menjangkau cup dengan daerah jangkauan terjauh yang mereka bisa, hal ini tidak seharusnya dilakukan karena masing-masing pekerja seharusnya menjangkau cup yang letaknya paling dekat dengan tempat ia duduk. Pada bagian ini pekerja dapat duduk dengan agak santai karena pada bagian bawah meja terdapat penyangga kaki, selain itu tempat duduk yang mereka duduki juga terdapat busa di bagian dudukannya. Sakit yang diduga dapat dialami pekerja adalah sakit pada punggung, pinggang, dan bahu, hal ini mungkin disebabkan duduk terlalu lama, namun dimensi ruang kerja di bagian ini dianggap sudah cukup baik karena pekerja tidak terbatas dalam melakukan gerakan. Tinggi dari meja di bagian ini adalah 72.5 cm dari lantai, sedangkan tinggi kursinya adalah 42 cm dari lantai. Temperatur pada area ini adalah o C dengan kelembaban antara 43-45%, tingginya temperatur pada bagian ini mungkin disebabkan karena adanya heater pada mesin cup sealer dan seal cutter yang berfungsi untuk sealing cup dan seal cutter. Pada area ini terdapat kipas angin yang dapat mengurangi panas yang dirasakan oleh pekerja. Pencahayaan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan di bagian ini, karena pekerja harus memeriksa cup yang telah melewati proses sealing cup dan seal cutter, pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan tutup cup apakah ada kebocoran atau tidak, dan juga pemotongan tutup cup tersebut dari seal cutter sudah sesuai standar. Kebisingan di area ini adalah db sehingga kebisingan dapat menganggu konsentrasi dari pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, oleh karena itu pekerja yang bekerja di bagian ini harus menggunakan ear plug. Tidak terdapat bau-bauan yang mengganggu pernafasan dan juga getaran mekanis yang dirasakan oleh pekerja pada area ini. Pada proses memasukkan tray ke dalam karton pekerja melakukan pekerjaannya sambil berdiri, meskipun di sana telah disediakan kursi tinggi yang sudah standar untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri namun pekerja tidak menggunakannya sampai mereka merasa lelah berdiri. Hal ini sebenarnya baik karena pekerja dianggap mampu menentukan batas kemampuan ia melakukan pekerjaan dengan posisi badannya, hal ini akan mengurangi kelelahan yang dirasakan pekerja. Tinggi dari meja di bagian ini adalah 78 cm dari tanah, sedangkan tinggi kursinya adalah 67 cm dari tanah, ini dianggap akan mempermudah pekerjaan yang dilakukan pekerja yang seharusnya dilakukan sambil berdiri meskipun tinggi dari kursi tidak masuk ke dalam standar tinggi kursi untuk pekerjaan yang harus dilakukan sambil berdiri seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pekerja akan merasakan sakit di daerah sekitar pinggang dan kaki akibat terlalu lama duduk atau berdiri, namun dengan posisi bekerja yang berdiri dan duduk setelah lelah ini pekerja dianggap sudah memahami prinsip ekonomi gerakan. Tabel 5. Standar tinggi kursi untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri Sumber data Wanita Pria R. Farley (1985) 940 mm 1020 mm Dreyfuss (1967) mm mm E. Grandjean (1980) mm mm Untuk kerja ringan Standard Australia 900 mm mm Sumber : Nurmianto, Eko (2008) 28

14 Temperatur pada area ini adalah antara o C dengan kelembaban 58-59%. Pada bagian ini karena frebiskuitnsi pekerja melakukan pekerjaannya tidak terlalu tinggi maka temperatur ini tidak dianggap terlalu mengganggu dan mempengaruhi pekerjaan tersebut. Pencahayaan juga bukan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di area ini karena pekerja hanya bertugas memasukkan tray-tray yang sudah diwrapping dan shrinking ke dalam karton yang sudah mereka bentuk sebelumnya. 4.3 Analisis Waktu Kerja Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Definisi Pekerjaan Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengukuran waktu kerja adalah dengan teknik micromotion study. Metode ini baik sekali diaplikasikan untuk meneliti siklus operasi kerja yang pendek, berlangsung secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara manual. Menurut Wignjosoebroto (2003) aktivitas pengukuran kerja ini memiliki kriteria-kriteria pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu : a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi atau macam pekerjaan itu harus homogen. c. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung. d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya. Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan, bahwa proses produksi yang dimaksud adalah mulai dari proses penyiapan tepung untuk membuat biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari proses pengayakan tepung sampai pengemasan tepung untuk dikirim ke bagian pembuatan biskuit long stick, kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari pencampuran (pembuatan adonan) sampai penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke bagian pengemasan, sampai pada kegiatan pengemasan biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari pemasukan cup dan ring di dalam conveyor sampai pada peletakan karton di atas pallet untuk dibawa ke gudang, namun batasan masalah yang ditetapkan secara spesifik adalah membahas mengenai proses preparasi dan pengemasan long stick saja. Pekerjaan pada unit preparasi 100% kegiatannya dikerjakan oleh tenaga kerja pria karena mengharuskan pekerjanya untuk mengangkat barang-barang yang berat, sedangkan pada unit pembuatan biskuit long stick 80% pekerjaannya dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun ada pula 20% pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja wanita seperti pengecekan berat adonan, pemeriksaan kualitas adonan, dan penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke pengemasan. Untuk bagian pengemasan 80% pekerjaannya dikerjakan oleh tenaga kerja wanita karena butuh ketelitian dan kecermatan dalam setiap pekerjaannya, namun ada 20% pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja pria yaitu pekerjaan-pekerjaan berat yang membutuhkan tenaga besar, seperti menarik pallet, menuang biskuit dan cream. Output dari masingmasing pekerjaan yang dilakukan di setiap bagian ini berbeda, untuk bagian preparasi output yang 29

15 dihasilkan dihitung dengan sistem pallet, yaitu berapa pallet yang dihasilkan oleh pekerja dalam 8 jam yang dikirim ke bagian lainnya. Output dari bagian pembuatan biskuit long stick adalah sistem berat dalam kilogram, yaitu banyaknya biskuit long stick dalam kilogram output yang dihasilkan selama 8 jam. Output dari bagian pengemasan menggunakan sistem banyaknya karton yang dihasilkan selama 8 jam kerja. Untuk kontinuitas, pekerjaan pada bagian preparasi dan pengemasan dilakukan selama lima hari, dari hari senin sampai dengan hari jum at dan terbagi dalam tiga shift, shift pertama pukul WIB, shift kedua pukul WIB, dan shift ketiga pukul WIB, sedangkan untuk bagian pembuatan biskuit long stick hanya dilakukan jika ada permintaan dari bagian pengemasan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pada bagian preparasi tepung dan pengemasan memang layak untuk dilakukan aktivitas pengukuran kerja. Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja Mengukur waktu kerja sekaligus dari saat awal persiapan sampai akhir pekerjaan tersebut selesai dilakukan adalah satu hal yang tidak bisa dibenarkan (Wignjosoebroto, 2003). Dalam pelaksanaan pengukuran kerja, umumnya yang dilakukan terlebih dahulu adalah membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja. Berdasarkan 17 gerakan dasar yang telah diuraikan oleh Gilbreth, maka satu operasi preparasi tepung dan pengemasan dapat diuraikan menjadi beberapa segmen gerakan yang diberi nama sesuai elemen gerak yang terjadi. Segmen-segmen tersebut antara lain : 1. Mencari (Search) Mencari (Sh) adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu obyek. Gerakan ini dilakukan oleh mata. Gerakan dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek tersebut sudah ditemukan. Berdasarkan definisi gerakan ini, pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika mata pekerja bergerak mencari pisau untuk membuka karung tepung sampai pekerja menemukan dimana letak pisau yang akan digunakan untuk membuka karung tepung tersebut. Gerakan ini termasuk gerakan tidak efektif dan sebisa mungkin dieliminasi, waktu yang dibutuhkan untuk mencari pisau ini adalah 1.9 detik yang dilanjutkan dengan gerakan menjangkau pisau yang membutuhkan waktu selama 1,5 detik. Waktu siklus gerakan ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebenarnya kegiatan mencari dapat dihilangkan oleh pekerja yaitu dengan cara meletakkan pisau dalam posisi menancap pada karung tepung yang akan dibuka selanjutnya. Hal ini sudah dapat mengurangi bahkan menghilangkan gerakan mencari karena gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif, namun terkadang pekerja sendiri tidak meletakkan pisau di karung yang akan dibuka, melainkan meletakkannya sembarangan sehingga ia lupa dimana meletakkan pisau itu. Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari kejadian seperti ini sebaiknya dibuatkan wadah atau tas pinggang yang terbuat dari plastik keras yang kaku seperti bahan plastik yang digunakan untuk celengan, plastik ini akan difungsikan sebagai wadah pisau dan dipakai di pinggang atau di kaki sehingga pekerja tidak perlu lagi menaruh pisau di karung tepung atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan untuk dilupakan oleh pekerja, penggunaan wadah ini akan mempercepat waktu pengerjaan yang mereka butuhkan, sehingga diharapkan dapat memperbesar produktivitas kerja dari pekerja pada bagian preparasi. Waktu yang diharapkan dapat dicapai jika perusahaan membuat wadah untuk meletakkan pisau ini dapat dilihat pada Lampiran Memilih (Select) Memilih (Sl) adalah gerakan kerja untuk menemukan atau memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek yang sama lainnya. Gerakan ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak 30

16 memilih dan berakhir bila obyek yang dikehendaki sudah ditemukan. Berdasarkan definisi ini, pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan dan mata mulai bergerak memilih biskuit di genggaman tangan dan berakhir saat biskuit dimasukkan ke dalam cup, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini. Gerakan ini termasuk gerakan tidak efektif dan sebisa mungkin dihilangkan, waktu yang dibutuhkan untuk memilih biskuit ini adalah 1.2 detik. Waktu yang dibutuhkan untuk tiap siklusnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Kegiatan memilih dapat dihapuskan jika kualitas biskuit long stick yang masuk ke bagian pengemasan sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan, namun di bagian penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke bagian pengemasan masih banyak melewatkan biskuit long stick yang kurang memenuhi standar, terkadang juga biskuit long stick yang sudah memenuhi standar menjadi rusak dan tidak memenuhi standar karena proses pendistribusian biskuit long stick dari bagian penyiapan ke pengemasan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan kegiatan memilih ini adalah adanya pekerja yang memeriksa atau memilih biskuit long stick ini saat tiba di ruang pengemasan, setelah dipilih dan diperiksa biskuit long stick yang sudah memenuhi standar diletakkan di tempat tersendiri dengan perlakuan yang baik dan tidak ditumpuktumpuk untuk menghindari terjadinya kerusakan. Gambar 8. Simulasi gerakan memilih biskuit 3. Menjangkau (Transport Empty) dan Memegang (Grasp) Menjangkau (TE) adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek, sedangkan memegang (G) sendiri didefinisikan sebagai gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada suatu objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Berdasarkan definisi tersebut, dalam proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju karung tepung yang akan dibuka, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang karung tepung. Elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan dan kiri, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini. Gerakan tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karung tepung ini adalah 1.8 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Gerakan menjangkau karung tepung ini dirasa kurang baik karena pekerja harus membungkuk untuk menjangkau tepung, gerakan yang sebaiknya dilakukan adalah berjongkok atau menggunakan alat bantu untuk menjangkau karung tepung yang diinginkan. Terdapat beberapa hal yang membuat gerakan menjangkau karung tepung ini menjadi lebih lama yaitu letak dari karung tepung yang jauh dari tempat berdirinya pekerja, namun keterlambatan yang tak dapat dihindarkan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap waktu pengerjaan yang dilakukan pekerja. Sebaiknya pekerja diberi alat bantu seperti gancu (gagang yang terbuat dari besi dan bentuknya seperti tanda tanya dengan ujung yang runcing) agar lebih mudah dalam gerakan menjangkau karung tepung ini. 31

17 Gambar 9. Simulasi gerakan menjangkau tepung Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju kantung plastik yang akan dipakai sebagai wadah tepung, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang kantung plastik. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini tidak melakukan gerak apapun. Gerakan tangan kanan ini termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau kantung plastik yang akan dipakai ini adalah 5 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Banyak hal yang dapat memperlambat pekerja untuk menjangkau kantung plastik yang akan dipakai ini, diantaranya adalah terlalu rapatnya jarak antara satu plastik dengan plastik yang lainnya karena pengaruh bahan dari plastik yang digunakan, bisa juga keterlambatan ini terjadi akibat dari pekerja yang sudah lelah melakukan pekerjaan. Untuk menghindari terjadinya plastik yang merekat dengan plastik yang lain karena bahannya, mungkin bahan plastik bisa diganti dengan plastik yang permukaannya lebih lembut sehingga tidak melekat dengan plastik sebelumnya. Pada proses peletakan ring di atas cup pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju ring yang akan diletakkan di atas cup yang berada di conveyor, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang ring. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini meletakkan ring di atas cup yang berada di conveyor. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau ring yang masih di dalam karton adalah 4.4 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Terdapat beberapa hal yang dapat memperlambat waktu penjangkauan ring ini, diantaranya adalah karena operator terpecah konsentrasinya, karena selain harus menjangkau ring ia juga melakukan pekerjaan meletakkan ring di atas cup. Pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju cup yang berada di conveyor untuk menjadi wadah biskuit long stick, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang cup, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kiri. Tangan kanan sendiri pada bagian ini juga melakukan gerakan menjangkau yang dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju biskuit long stick yang akan dimasukkan ke dalam cup, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang biskuit. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini adalah 1.2 detik, waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Hal yang dapat memperlambat pengambilan cup saat akan memasukkan biskuit ini adalah karena pekerja harus memeriksa dulu kualitas dari cup yang baru keluar dari mesin welding, untuk menghindari terjadinya keterlambatan ini adalah dengan cara menempatkan 2 orang pekerja yang bertugas untuk memeriksa kualitas dari cup yang baru saja mengalami proses pengepressan oleh 32

18 mesin welding, sehingga pekerja yang bertugas untuk memasukkan biskuit tidak perlu lagi memeriksa kulaitas dari cup yang baru dipress. Gambar 10. Simulasi gerakan menjangkau cup Pada proses memasukkan cup ke dalam tray pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju tray yang akan menjadi tempat cup, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang tray, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini hanya memegang busa sebagai alas tray tanpa melakukan gerakan apapun. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri termasuk ke dalam gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau tray ini adalah 1.18 detik, yang membuat penjangkauan tray ini menjadi lama adalah karena masih terekatnya tray yang terbuat dari karton dengan tray lainnya, karena tidak terlalu mempengaruhinya waktu keterlambatan ini maka waktu keterlambatan dapat dianggap tidak ada. Gambar 11. Simulasi gerakan menjangkau tray Pada proses memasukkan cup ke dalam tray pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju cup yang akan diletakkan di dalam tray, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang cup. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan dan kiri. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini adalah 1.01 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 6, yang dapat menyebabkan keterlambatan saat menjangkau cup ini adalah posisi dari pekerja yang jauh dari mesin cup sealer dan seal cutter, dapat juga disebabkan oleh mesin dikurangi kecepatannya atau mati sama sekali. Pada proses pemasukan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju karton yang akan dipakai sebagai wadah tray, 33

19 sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang karton. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini tidak melakukan gerak apapun. Gerakan tangan kanan ini termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karton ini adalah 1.54 detik, waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karton ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal yang dapat memperlambat penjangkauan karton ini adalah letak karton yang mungkin jauh dari dari pekerja, jika karton habis pun pekerja harus mengambil karton di tempat yang agak jauh dari tempat memasukkan tray ke dalam karton. 4. Membawa dengan beban (Transport Loaded) Membawa dengan beban (TL) merupakan gerak perpindahan tangan, hanya saja tangan yang berpindah ini bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Gerakan ini dimulai dan diakhiri pada saat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau hanya saja tangan yang menjangkau ini dalam kondisi membawa beban. Berdasarkan definisi ini, pada proses pengayakan di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa karung tepung yang sudah dibuka ke mulut mesin pengayak dan berakhir ketika melepas karung tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa karung tepung yang sudah dibuka ke mulut mesin pengayak adalah 10 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerja dalam membawa karung tepung menuju ke mulut mesin pengayak adalah berat karung tepung yang minimal 25 kilogram, lantai ruang ayak yang licin, dan stamina dari pekerja itu sendiri. Untuk mengurangi terjadinya keterlambatan yang tidak dapat dihindarkan maka sebaiknya dibuat alat atau mesin yang dapat mengangkat tepung seperti katrol, karena tepung yang harus diangkat mendekati mesin pengayak kapasitasnya melebihi kapasitas angkat manusia dalam bekerja, apalagi pekerjaan ini harus dilakukan selama 8 jam. Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa kantung plastik yang sudah terisi tepung ke atas pallet dan berakhir ketika melepas kantung plastik tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang digunakan untuk membawa plastik yang sudah terisi tepung ke atas pallet adalah 5 detik. Hal yang mempengaruhi keterlambatan waktu saat membawa plastik tepung ke atas pallet adalah pallet yang mulai agak penuh sehingga pekerja harus berjalan lebih jauh untuk mencapai pallet di sisi yang lain. Untuk itu sebaiknya pallet diletakkan di antara kedua mesin pengayak, sehingga operator yang satu tidak perlu berjalan lebih jauh untuk mencapai sisi yang lainnya saat membawa kantung plastik, ia hanya mengisi pallet di sisi yang paling dekat dengan dirinya, hal ini juga dapat diterapkan untuk proses pengayakan tepung. Pada proses meletakkan ring di atas cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa ring dan berakhir ketika melepas ring ke atas cup di conveyor. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini hanya memegang ring yang lain saja. Gerakan yang dilakukan tangan kiri merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan tangan kanan merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa ring ke atas cup adalah 0.94 detik. Hal yang dapat memperlambat kerja operator membawa ring ke atas cup adalah sulitnya ring dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Sebenarnya pada bagian pengemasan ini sudah terdapat mesin yang berfungsi meletakkan ring ke atas cup, namun mesin itu sudah tidak berfungsi. Hal ini sebenarnya merupakan sesuatu yang kurang baik karena apabila mesin itu dapat berfungsi seperti yang seharusnya maka bukan tidak mungkin jika output yang dihasilkan perusahaan akan menjadi lebih banyak. Perbaikan dan perawatan mesin memang sangat diperlukan agar tidak terjadi hal serupa. 34

20 Pada proses meletakkan cup yang telah terisi biskuit ke conveyor di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa cup yang telah terisi biskuit dan berakhir ketika melepas cup yang telah terisi biskuit ke conveyor. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini menjangkau biskuit yang akan dimasukkan ke dalam cup berikutnya. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa cup ini adalah 1.5 detik, yang memperlambat waktu pembawaan cup adalah pekerja yang memeriksa kualitas cup terlebih dahulu. Pada proses memasukkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa cup dan berakhir ketika melepas cup tersebut ke tray. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa cup ini adalah 13 detik, yang memeperlambat waktu tersebut adalah pekerja yang bercanda atau mengobrol dengan rekan kerjanya sehingga tidak fokus, selain itu hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan adalah memperbaiki posisi dari cup yang sudah dimasukkan ke dalam tray ataupun posisi dari itu sendiri. Pada proses memasukkan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa tray dan berakhir ketika melepas tray ke karton. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, tangan kiri sendiri saat ini hanya memegang karton saja. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan tray ke dalam karton adalah 3 detik. Hal yang memperlambat waktu pengerjaan ini adalah karton yang masih sering kembali ke bentuk awalnya karena pekerja melipatnya tidak begitu baik, pekerja kelelahan ataupun bekerja sambil mengobrol dengan rekan kerjanya. 5. Memegang untuk memakai (Hold) Gerakan ini terjadi saat tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol obyek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Gerakan ini dimulai pada saat satu tangan memegang dan memakai (mengendalikan) obyek dan berakhir ketika tangan yang lainnya selesai melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja memegang kantung plastik sambil menimbang, sementara tangan lainnya membuka tutup katup pipa penyalur, gerakan ini berakhir ketika pekerja menutup katup yang ada di pipa penyalur tepung. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk memegang untuk memakai adalah 44 detik. Hal yang dapat memperlambat adalah tepung yang tidak turun dari atas entah karena tersendat ataupun belum dituang untuk diayak dari atas. 6. Melepas (Release) Elemen gerakan melepas (RL) terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali obyek yang dipegang sebelumnya. Gerakan ini diawali saat jari-jari tangan membuka lepas dari obyek yang dibawa dan berakhir ketika semua jari sudah tidak menyentuh obyek lagi. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja melepas karung tepung yang telah terbuka ke atas mesin pengayak dan berakhir ketika tangan pekerja tidak lagi menyentuh karung tepung. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas karung tepung ini adalah 6 detik. Hal yang dapat memperlambat waktu pelepasan karung ini adalah menyangkutnya karung di mulut pengayak. 35

21 Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja melepas kantung plastik yang telah terisi tepung ke atas pallet dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak meyentuh kantung plastik tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas kantung plastik ini adalah 2 detik, hal yang dapat memperlambat waktu pelepasan kantung plastik adalah kantung plastik yang tumpah tepungnya atau sempat terjatuh, dan juga stamina dari pekerja yang sudah jauh berkurang. Pada proses meletakkan ring di atas cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja melepas ring ke atas cup dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh ring, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini hanya memegang ring yang lain saja. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas ring adalah 0.78 detik. Hal yang dapat memperlambat waktu pelepasan ring ini adalah ring yang susah dilepas atau dipisahkan dari ring yang lain. Gambar 12. Simulasi gerakan melepas ring ke atas cup Pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja melepas biskuit long stick ke dalam cup dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh biskuit, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, tangan kiri sendiri saat ini memegang cup. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan ini merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Selain itu gerakan melepas ini juga dimulai saat tangan pekerja melepas cup yang telah terisi oleh biskuit ke conveyor dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh cup. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini menjangkau biskuit long stick yang siap dimasukkan ke cup berikutnya. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan pekerja ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas biskuit long stick adalah 1.5 detik. Hal yang memperlambat pelepasan long stick ini adalah tempat long stick yang kurang besar sehingga pekerja agak sedikit kesulitan melepas 12 long stick sekaligus, selain itu gerakan melepas ini juga dimulai saat tangan pekerja melepas cup yang telah terisi oleh biskuit ke conveyor dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh cup. Waktu yang dibutuhkan pekerja untuk melepas cup ke conveyor adalah 1.5 detik, hal yang dapat memperlambat waktu ini adalah kebingungan pekerja mencari lubang conveyor yang mana yang kosong dan belum ditempati cup yang telah terisi long stick. 36

22 Gambar 13. Simulasi gerakan melepas biskuit ke dalam cup Pada proses meletakkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja melepas cup dan mengarahkan cup untuk dimasukkan ke dalam tray, gerakan ini berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh cup, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 14 di bawah ini. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas cup ini adalah 1.25 detik, hal yang dapat memperlambat pekerja adalah posisi cup yang kurang tepat ataupun tray yang tidak stabil. Gambar 14. Simulasi gerakan melepas cup ke dalam tray Pada proses meletakkan tray ke karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja melepas tray ke karton dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh tray. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, tangan kiri sendiri saat ini hanya memegang karton saja, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas tray ini adalah 3 detik, hal yang dapat memperlambat adalah belum adanya tray yang harus dimasukkan, karton yang masih sering kembali ke bentuk awal, dan pekerja yang bekerja sambil mengobrol atau brcanda dengan rekan kerjanya. Gambar 15. Simulasi gerakan melepas tray ke dalam karton 37

23 7. Mengarahkan (Position) Mengarahkan (P) adalah gerakan yang menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas/memakai dimulai. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan karung tepung yang telah terbuka ke atas mesin pengayak dan berakhir ketika tangan pekerja melepas karung tepung. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan karung tepung ini adalah 0.23 detik. Hal ini seharusnya dapat dihilangkan dari proses pengayakan tepung. Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan kantung plastik yang telah terisi tepung ke atas pallet dan berakhir ketika tangan pekerja melepas karung tepung. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan kantung plastik ini adalah 0.18 detik. Gerakan ini harus dihilangkan dari proses karena merupakan gerakan yang tidak efektif. Pada proses meletakkan ring ke atas cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan ring ke atas cup dan berakhir ketika tangan pekerja melepas ring. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan ring ke atas cup adalah 0.06 detik, gerakan ini sebisa mungkin dihilangkan karena gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif. Oleh karena itu sebaiknya mesin untuk meletakkan ring ke atas cup diperbaiki agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga operator hanya perlu memeriksa kerja mesin. Pada proses memasukkan biskuit long stick ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan biskuit long stick ke dalam cup dan berakhir ketika tangan pekerja melepas biskuit. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan biskuit ke dalam cup adalah 0.23 detik, gerakan ini sebisa mungkin dihilangkan karena merupakan gerakan tidak efektif. Pada proses meletakkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan cup ke tray dan berakhir ketika tangan pekerja melepas cup. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengarahkan cup ke tray adalah 0.34 detik, gerakan mengarahkan ini sebisa mungkin dihilangkan karena merupakan gerakan yang tidak efektif. Pada proses meletakkan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan tray ke dalam karton dan berakhir ketika tangan pekerja melepas tray. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan pekerja untuk mengarahkan tray ke dalam karton adalah 0.25 detik, gerakan ini sebisa mungkin dihilangkan karena merupakan gerakan yang tidak efektif. 8. Memeriksa (Inspect) Elemen gerakan ini termasuk langkah kerja untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan kerja dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan benda kerja dan lain-lain aktivitas yang prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standar yang ada. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dilakukan ketika pekerja memeriksa cup yang baru keluar dari mesin welding, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak 38

24 efektif. Waktu yang diperlukan untuk memeriksa cup ini adalah 0.12 detik, gerakan ini sebaiknya dihilangkan karena merupakan gerakan yang tidak efektif. Gambar 16. Simulasi gerakan memeriksa kualitas cup yang baru keluar dari mesin welding Pada proses meletakkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dilakukan ketika pekerja memeriksa kualitas dari cup dan tutupnya yang baru keluar dari mesin cup sealer dan seal cutter, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah ini. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Kegiatan ini dilakukan agar tidak ada tutup yang bocor. Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa cup ini adalah 0.28 detik. Gambar 17. Simulasi gerakan memeriksa kualitas cup dan seal yang baru keluar dari mesin cup sealer dan seal cutter 9. Memakai (Use) Memakai adalah elemen gerakan dimana salah satu atau kedua tangan digunakan untuk memakai atau mengontrol suatu alat/obyek untuk tujuan tertentu selama kerja berlangsung. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja membuka karung tepung dengan menggunakan pisau dan berakhir ketika karung tepung telah terbuka. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, sedangkan tangan kiri sendiri memegang karung tepung. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membuka karung tepung dengan menggunakan pisau adalah 8 detik, yang memperlambat gerakan membuka karung tepung dengan menggunakan pisau ini adalah jahitan benang pada karung tepung yang sangat rumit sehingga sulit untuk dibuka, selain itu pisau yang tumpul juga akan memperlambat waktu pembukaan karung tepung. Untuk mengatasi keterlambatan tersebut maka sebaiknya pisau yang dipakai untuk membuka karung tersebut diasah setiap hari. 39

25 Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja merekatkan kantung-kantung plastik berisi tepung yang ada di atas pallet agar tidak jatuh dengan menggunakan isolasi dan berakhir ketika tangan pekerja melepas isolasi. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, sedangkan tangan kanan sendiri memegang kantung plastik. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisolasi kantung plastik ini adalah 38 detik. Hal yang dapat memperlambat gerakan pekerja adalah jatuhnya kantung plastik karena susunannya kurang baik sehingga pekerja masih harus mengambil kantung plastik yang terjatuh kemudian menyusunnya kembali. Pada proses memasukkan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan pekerja mendorong karton yang telah terisi tray dan merekatkannya dengan alat yang mengisolasi karton kemudian berakhir dengan gerakan membawa karton ke pallet. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, sedangkan tangan kiri sendiri tidak melakukan gerakan apapun. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk mendorong karton ke alat perekat karton ini adalah 8 detik. Hal yang dapat memperlambat waktu kerja yang dibutuhkan ini adalah adanya karton yang masih terdapat di ujung alat perekat ini sehingga menghambat karton baru yang akan direkatkan, pekerja harus menyingkirkan karton yang lama terlebih dahulu kemudian merekatkan karton yang baru. 10. Menganggur (Delay) Gerakan menganggur yang dimaksud adalah gerakan menganggur yang dilakukan pekerja selama bekerja. Gerakan ini termasuk ke dalam elemen-elemen kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (UD), kelambatan yang dapat dihindarkan (AD) dan istirahat untuk menghilangkan lelah (R). Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan oleh para pekerja di bagian preparasi dan pengemasan pada gerakan ini, yaitu berdiri diam, membersihkan kotoran pada baju seragam, menyapu (membersihkan ruangan kerja), bercanda dengan teman dan mengobrol. Gerakan menganggur ini merupakan gerakan yang dipengaruhi oleh motivasi dari pekerja dan juga stamina yang ia miliki. Dapat dilihat dari data yang telah diambil bahwa pekerja lebih banyak melakukan gerakan menganggur pada akhir shift dibanding dengan awal shift, hal ini menunjukkan bahwa motivasi dan stamina pekerja di akhir shift memang sudah jauh berkurang dibandingkan dengan motivasi dan stamina di awal shift. Stamina dari pekerja sudah jauh berkurang karena pekerjaan yang ia lakukan merupakan pekerjaan yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang selama 8 jam. Pada pengamatan yang dilakukan selama 30 menit di awal dan akhir shift kepada 2 orang operator pengayakan di bagian preparasi, dapat dilihat bahwa operator 1 dan 2 ini melakukan banyak gerakan menganggur di akhir shift. Gerakan menganggur yang mereka lakukan di antaranya adalah mengambil sampah, membuang sampah, berjalan, mendekatkan pallet, membersihkan badan, membetulkan ayakan, dan menyapu. Dalam gerakan menganggur ini ada gerakan yang wajib dilakukan dan ada pula gerakan yang sebaiknya dihindari. Gerakan yang wajib dilakukan di antaranya adalah menyapu, hal ini harus dilakukan karena tempat kerja akan menjadi kotor dan licin jika pekerja tidak menyapu kotorannya, selain menyapu hal lain yang wajib untuk dilakukan pekerja adalah membuang sampah, jika pekerja tidak membuang sampah maka sampah akan menumpuk, tidak terurus dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat bagi pekerja. Mendekatkan pallet ke tempat mengayak adalah gerakan menganggur yang juga wajib untuk dilakukan, jika pallet tidak didekatkan ke mesin pengayak maka pekerja akan mengalami kesulitan saat akan menuang tepung ke 40

26 mesin pengayak karena jarak antara pallet yang baru saja diangkat ke atas dengan mesin pengayak jauh, selain itu pallet yang tidak didekatkan ke mesin pengayak ini akan menghambat pallet lain yang nantinya akan diangkat ke atas. Dalam waktu 30 menit di awal shift operator 1 melakukan gerakan mengambil sampah selama 14 detik dan membuang sampah selama 16 detik, waktu ini sebenarnya dapat diperkecil (dipercepat) jika tempat sampah diletakkan dekat dengan tempat berdirinya pekerja untuk mengayak tepung karena selain memperkecil waktu itu, hal ini juga dapat memperkecil waktu pekerja untuk berjalan ke tempat sampah yang dilakukan selama 199 detik atau sekitar 3,3 menit. Untuk mendekatkan pallet ke mesin pengayak dibutuhkan waktu 68 detik, waktu ini dapat dikurangi jika di ruang pengayakan tersebut terdapat rel yang dapat mengarahkan atau menjadi tempat jalannya pallet, tentu saja pallet ini harus diberi roda di bawahnya, sehingga tidak dibutuhkan alat pengangkut dan pekerja harus menarik sendiri pallet tersebut untuk mendekati mesin pengayak. Operator 1 menyapu untuk membersihkan ruangan sebanyak 2 kali dengan lama waktu sekitar 16 detik, hal ini ia lakukan agar tepung yang tercecer dapat dibuang dan tidak mengotori ruangan, karena tepung tersebut selain mengotori ruangan juga dapat membuat lantai menjadi licin dan meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja yaitu terjatuhnya pekerja saat sedang bekerja. Operator 1 sempat memperbaiki mesin pengayak yang sempat tidak bergetar untuk mengayak selama 24 detik. Kegiatan yang paling tidak produktif yang dilakukan pekerja adalah berdiam diri tanpa melakukan apapun, dan kegiatan ini dilakukan oleh operator 1 selama 350 detik atau sekitar 5.8 menit selama pengamatan yang dilakukan di 30 menit pertama shift 1 dan 415 detik atau sekitar 6.9 menit pada 30 menit terakhir shift 1. Hal ini dilakukan oleh operator 1 karena ia menunggu mesin selesai mengayak dan juga beristirahat untuk menghilangkan lelah. Pada akhir shift operator 1 ini sempat mengambil air minum yang berada di kantor bawah selama 167 detik atau sekitar 2.7 menit, hal ini tentu sangat mengurangi efisiensi kerja dari operator. Sebaiknya penempatan air minum ini dilakukan di setiap tempat yang ada pekerjanya, bukan di satu tempat saja karena hal ini akan menyulitkan pekerja yang tidak bekerja di ruang yang terdapat air minum tersebut. Operator 1 menyapu ruangan sebanyak satu kali selama 21 detik. Ia mengambil dan membuang sampah selama 21 detik dan 30 detik. Pada 30 menit pertama shift operator 2 membutuhkan waktu selama 13 detik untuk satu kali menyapu ruangan, 13 detik untuk mengambil sampah, dan 16 detik untuk membuang sampah. Operator 2 ini berdiam diri pada 30 menit pertama shift selama 606 detik atau sekitar 10.1 detik, hal ini terjadi karena ia menuang tepung ke dalam mesin pengayak lebih banyak dibanding operator 1, operator 2 menuang beberapa karung tepung secara bersamaan sehingga waktu menunggu sampai tepung yang ada di mesin pengayak turun ke bawah lebih lama. Ketika 30 menit terakhir shift, ia berdiam diri selama 710 detik atau sekitar 11.8 menit. Pada bagian pengemasan, kegiatan berdiam diri sangat jarang ditemukan karena pekerja diharuskan untuk bekerja secara cepat agar dapat memenuhi target yang telah di tetapkan hari itu. operator yang bertugas mengambil cup ke gudang dan meletakkan cup ke mesin tidak berdiam diri di 15 menit pertama, sementara pada 30 menit terakhir shift operator ini berdiam diri selama 7.2 menit. Operator ini berdiam diri karena memang sudah tidak ada lagi hal yang harus ia kerjakan, ia sudah mengambil banyak karton sekaligus sehingga tidak perlu kembali ke gudang untuk mengambil karton yang berisi cup dan ring yang akan diberikan ke mesin dan operator lain. Terdapat dua orang operator yang bertugas meletakkan ring ke atas cup, operator 1 dan 2 tidak pernah berdiam diri selama pengamatan berlangsung baik di 10 menit pertama shift, maupun di 10 menit terakhir shift, kalaupun mungkin mereka berdiam diri itu pasti disebabkan oleh mesin yang 41

27 dimatikan. Pada bagian memasukkan biskuit yang dilakukan oleh 8-10 orang operator juga tidak ditemui waktu untuk berdiam diri, karena mesin terus berjalan. Pekerja yang bertugas untuk memasukkan cup ke dalam tray berjumlah 2-4 orang, saat pengamatan berlangsung operator yang bertugas memasukkan cup ke tray berjumlah 4 orang, namun hanya diambil 2 sampel. Operator 1 di awal shift sempat berdiam diri selama 4 detik karena tidak mendapat cup untuk dimasukkan ke dalam traynya, sedangkan pada akhir shift ia sempat berdiam diri selama 262 detik atau sekitar 4.4 menit karena mesin dimatikan. Operator 2 berdiam diri di awal shift sebanyak 4 kali dengan rata-rata waktu diamnya 3 detik, di akhir shift ia berdiam diri selama 4 detik, operator 2 ini berdiam diri karena tidak kebagian cup untuk dimasukkan ke dalam tray. Pekerja yang bertugas untuk memasukkan tray ke dalam karton hanya satu orang, pada bagian inilah paling banyak waktu pekerja yang digunakan untuk berdiam diri karena tugasnya hanya memasukkan tray yang sudah dishrink ke dalam karton, waktu berdiam diri yang dilakukan oleh operator ini dikarenakan ia harus menunggu tray yang sudah dishrink datang. Waktu Normal dan Waktu Siklus Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk melakukan gerakan dalam pekerjaannya. Waktu normal untuk proses preparasi pada awal dan akhir shift dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7, sedangkan waktu normal untuk proses pengemasan pada awal dan akhir shift dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Waktu siklus adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh pekerja untuk melakukan setiap elemen gerakan. Tabel 6 dan 7 memperlihatkan waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan preparasi pada awal dan akhir shift, terlihat bahwa pada awal shift waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut lebih cepat dibanding dengan pekerjaan yang dilakukan di akhir shift. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, di antaranya adalah kelelahan yang dialami pekerja, menurunnya motivasi kerja dari pekerja, mesin yang sudah tidak dapat bekerja dengan baik, dan lainlain. Tabel 6. Waktu normal yang dibutuhkan preparasi pada awal shift Pengulangan Waktu No. Kegiatan Waktu (detik) Min Max Ratarata (detik) 1 Buka Karung Tepung Menuang Tepung Mengayak Menampung & Menimbang Tepung Memindahkan Tepung Ke Pallet Total

28 Tabel 7. Waktu normal yang dibutuhkan untuk preparasi pada akhir shift Pengulangan Waktu No. Kegiatan Waktu (detik) Min Max Ratarata (detik) 1 Buka Karung Tepung Menuang Tepung Mengayak Menampung & Menimbang Tepung 5 Memindahkan Tepung Ke Pallet Total Pada awal shift pekerja membutuhkan waktu rata-rata untuk preparasi selama detik untuk satu siklusnya, satu siklus di sini adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu kali proses preparasi tepung sebanyak 25 kilogram. Untuk akhir shift waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus preparasi adalah detik. Dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows dapat dilihat perbedaan antara proses preparasi yang dilakukan pada awal dan akhir shift. Pada data hasil pengolahan software SPSS 16.0 for Windows ini terdapat beberapa istilah yaitu negative ranks, positive ranks, ties, dan asymp. sig. Negative ranks menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu lebih cepat pada akhir shift dari waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Positive ranks menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu lebih lama pada akhir shift dari waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Ties menunjukkan menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu yang sama pada awal dan akhir shift dengan pengulangan yang sama. Asymp. sig adalah derajat perbedaan dalam taraf nyata 95%. Jika Asymp. sig bernilai lebih dari 0.05 maka perbedaan yang terjadi tidak signifikan, sedangkan jika Asymp. sig bernilai kurang dari 0.05 maka perbedaan yang terjadi merupakan perbedaan yang signifikan. Pada proses preparasi tidak ada sample di akhir shift yang membutuhkan waktu lebih cepat dibanding dengan pada awal shift, ada 8 sample yang menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan di akhir shift lebih lama dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Terdapat 2 sample yang menunjukkan kebutuhan waktu yang sama di awal dan akhir shift. Nilai Asymp. sig untuk proses preparasi adalah 0.012, hal ini berarti terjadi perbedaan secara signifikan antara kecepatan pekerja saat proses preparasi di awal dan akhir shift yaitu sebesar pada taraf nyata 95%. Kegiatan yang paling lama dan seringkali mengalami keterlambatan pada proses pengayakan tepung adalah kegiatan membuka karung tepung, hal ini mungkin disebabkan oleh kegiatan mencari pisau yang harus dilakukan terlebih dahulu. Selain itu mungkin keterlambatan yang terjadi pada saat membuka karung tepung ini bisa juga disebabkan oleh tumpulnya pisau yang digunakan untuk membuka karung tepung, atau jahitan karung tepung dari perusaahaan tepung ini terlalu kuat dan rumit sehingga pekerja agak kesulitan saat membukanya. Hal ini akan semakin memperlambat waktu yang digunakan untuk membuka karung tepung di akhir shift karena pekerja sudah terlalu lelah. Pada proses pengemasan tepung kegiatan yang paling lama dan sering menjadi sebab terjadinya keterlambatan adalah kegiatan menampung dan menimbang tepung. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab bagian ini seringkali terjadi keterlambatan, diantaranya adalah lamanya tepung keluar dari pipa penyalur tepung. Lama keluarnya tepung ini mungkin disebabkan oleh tersumbatnya 43

29 pipa penyalur tepung, untuk itu perlu adanya pembersihan atau maintenance yang rutin dilakukan agar kebersihan pipa dapat tetap terjaga. Penyebab lain yang mungkin menyebabkan lama turunnya tepung dari pipa penyalur tepung adalah karena katup yang digunakan untuk membuka dan menutupnya jalur keluar-masuk tepung sudah tidak bekerja dengan baik. Untuk waktu normal yang dibutuhkan di bagian pengemasan pada awal dan akhir shift dapat dilihat di Tabel 8 dan 9 di bawah, dari tabel ini dapat dilihat bahwa pada awal shift pekerja membutuhkan waktu selama detik untuk tiap siklusnya. Tiap siklus disini maksudnya adalah satu kali proses pengemasan satu cup. Pada akhir shift dibutuhkan waktu detik untuk tiap siklusnya. Terdapat selisih waktu selama detik antara waktu yang dibutuhkan untuk mengemas cup tiap siklusnya pada awal dan akhir shift. 44

30 Tabel 8. Waktu normal yang dibutuhkan pengemasan pada awal shift Pengulangan Waktu No. Kegiatan Waktu (detik) Min Max Rata-rata (detik) 1 Meletakkan Cup Meletakkan Ring Welding Memasukkan Biskuit Memasukkan Cream Mengepress, Memotong dan Memberi Kode Pada Tutup cup Memasukkan ke dalam tray Conveyor Wrapping Shrinking Conveyor Memasukkan tray ke Dalam Karton Total

31 Tabel 9. Waktu normal yang dibutuhkan pengemasan pada akhir shift Pengulangan Waktu No. Kegiatan Waktu (detik) Min Max Rata-rata (detik) 1 Meletakkan Cup Meletakkan Ring Welding Memasukkan Biskuit Memasukkan Cream Mengepress, Memotong dan Memberi Kode Pada Tutup cup Memasukkan ke dalam tray Conveyor Wrapping Shrinking Conveyor Memasukkan tray ke Dalam Karton Total

32 Dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows dapat dilihat perbedaan antara proses pengemasan yang dilakukan pada awal dan akhir shift. Pada data hasil pengolahan software SPSS 16.0 for Windows ini terdapat beberapa istilah yaitu negative ranks, positive ranks, ties, dan asymp. sig. Negative ranks menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu lebih cepat pada akhir shift dari waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Positive ranks menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu lebih lama pada akhir shift dari waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Ties menunjukkan menunjukkan seberapa banyak sample yang membutuhkan waktu yang sama pada awal dan akhir shift dengan pengulangan yang sama. Asymp. sig adalah derajat perbedaan dalam taraf nyata 95%. Jika Asymp. sig bernilai lebih dari 0.05 maka perbedaan yang terjadi tidak signifikan, sedangkan jika Asymp. sig bernilai kurang dari 0.05 maka perbedaan yang terjadi merupakan perbedaan yang signifikan. Pada proses pengemasan terdapat 3 sample di akhir shift yang membutuhkan waktu lebih cepat dibanding dengan pada awal shift, ada 7 sample yang menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan di akhir shift lebih lama dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan pada awal shift. Tidak terdapat sample yang menunjukkan kebutuhan waktu yang sama di awal dan akhir shift. Nilai Asymp. sig untuk proses pengemasan adalah 0.169, hal ini berarti tidak terjadi perbedaan secara signifikan antara kecepatan pekerja saat proses pengemasan di awal dan akhir shift pada taraf nyata 95%. Pada proses pengemasan ini yang seringkali mengalami keterlambatan adalah pada bagian memasukkan biskuit ke dalam cup dan memasukkan cup ke dalam tray, hal ini mungkun disebabkan karena tidak adanya spesialisasi kerja pada proses pengemasan ini, seharusnya pada proses pengemasan ini diadakan spesialisasi pekerjaan agar pekerja yang sudah berpengalaman dan memiliki keahlian pada bagian tertentu dapat terus bekerja di bagian itu sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menjadi lebih cepat. Pekerja yang lebih berpengalaman pasti lebih mengerti bagaimana caranya untuk menghemat waktu agar pekerjaannya dapat lebih cepat diselesaikan. Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah kekurangan sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan di bagian itu, sehingga saat terjadi keterlambatan pada bagian ini maka mesin harus dimatikan dan pekerja kembali memenuhi kekurangannya. Sebaiknya pola kerja yang seperti ini mulai diubah, pekerja yang beristirahat secara bergantian ini akan mengurangi produksi yang dilakukan, daripada mesin harus dimatikan berkali-kali karena keteteran, lebih baik seluruh pekerja melakukan istirahat secara bersamaan sehingga tidak ada lagi keteteran yang terjadi pada proses pengemasan. Jika pada waktu normal dan pekerja lengkap produksi dapat menghasilkan karton/jam dan jika pekerja dikurangi 5 orang hanya bisa menghasilkan karton/jam, maka akan ada beberapa kali produksi yang hanya menghasilkan karton/jam, namun jika pekerja beristirahat serentak selama 30 menit maka tidak akan ada produksi karton/jam, produksi hanya kehilangan karton karena beristirahat selama 30 menit. Jika beristirahat secara bergantian dilakukan sebanyak 5 kali karena jumlah pekerja seluruhnya adalah 23 orang maka akan terjadi produksi sebanyak karton/jam sebanyak 3 kali yang mengakibatkan perusahaan kehilangan karton, belum lagi jika mesin mati akibat pekerja yang sudah kewalahan karena harus mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan oleh pekerja lainnya yang sedang beristirahat, oleh karena itu sebaiknya perusahaan memberlakukan sistem istirahat seluruh karyawan secara bersamaan. Waktu Baku Seorang operator dianggap bekerja secara wajar jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja 47

33 yang ditetapkan dan menunjukkan dalam menjalankan pekerjaannya. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan cara Westinghouse. Waktu siklus rata-rata yang telah didapatkan harus melewati 2 faktor pertimbangan terlebih dahulu, yaitu faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. Waktu baku didapat dari waktu siklus ditambah dengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran seperti yang dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11 di bawah ini. Faktor penyesuaian dan kelonggaran ini didapat dari penilaian yang dilakukan melalui pengamatan. Nilai-nilai penyesuaian dan kelonggaran ini dikalikan dengan waktu normal yang ada yang kemudian menjadi faktor penyesuaian dan kelonggaran yang akan ditambahkan dengan waktu normal. 1. Faktor Penyesuaian Faktor penyesuaian ini terdiri dari 4 faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Nilai-nilai penyesuaian dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Berdasarkan ciri-ciri dari setiap kelas ketrampilan maka tenaga kerja pada bagian preparasi dan pengemasan ini memiliki ketrampilan mulai dari poor F2 (+0,11) sampai dengan excellent B1(+0,11). Tenaga kerja yang masuk dalam kategori poor memiliki karakter ragu-ragu dalam melakukan pekerjaanya, gerakannya kaku dan seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang ia lakukan. Sedangkan excellent dipilih karena tenaga tersebut memiliki karakter bekerja cepat tetapi halus, berirama dan terkoordinasi. Tabel 10. Nilai Penyesuaian Ketrampilan Usaha Superskill A Superskill A A A Excellent B Excellent B1 0.1 B B2 0.8 Good C Good C C C Average D 0 Average D 0 Fair E Fair E E2-0.1 E Poor F Poor F F F Konsistensi Kondisi Kerja Perfect A 0.04 Ideal A 0.06 Excellently B 0.03 Excellently B 0.04 Good C 0.01 Good C 0.02 Average D 0 Average D 0 Fair E Fair E Poor F Poor F Sumber : Metode Westinghouse pada Nurmianto, Eko (2004) 48

34 2. Faktor Kelonggaran Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi yang diberikan adalah sebesar 5% untuk wanita dan 2% untuk pria, besarnya kelonggaran ini diberikan karena operator bekerja secara terus menerus selama ± 8 jam tanpa istirahat resmi. Nilainilai kelonggaran dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Faktor kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue dilihat dari beberapa faktor yang berpengaruh. Faktor yang pertama adalah tenaga yang dikeluarkan. Untuk aktivitas yang dilakukan di bagian preparasi tenaga yang dibutuhkan sangat besar karena harus mengangkat beban minimal seberat 25 kilogram dan dilakukan selama 8 jam, maka dari itu aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas berat dan diberi kelonggaran sebesar 20%. Aktivitas yang dilakukan di ruang pengemasan termasuk dalam aktivitas tanpa beban dan sangat ringan, maka kelonggaran yang diberikan untuk tenaga kerjanya adalah 6%. Faktor kedua adalah sikap kerja, nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 2%, angka ini diberikan karena sebagian besar sikap kerja dari pekerjaan ini adalah berdiri, membungkuk dan bertumpu pada kedua kaki. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 0.8% karena pada bagian pengemasan ini sebagian besar pekerjaan yang harus dikerjakan adalah dengan posisi kerja duduk. Faktor ketiga adalah gerakan kerja. Pada faktor ini diberikan nilai 0% karena dianggap pekerjaan ini masih melakukan gerakan-gerakan kerja yang normal. Faktor keempat adalah kelelahan mata. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi nilai yang diberikan sebesar 0% karena tenaga kerja tidak perlu terus menerus memandang objek. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 2% karena harus memeriksa cacat yang ada pada produk, pencahayaan di ruang pengemasan cukup baik sehingga nilai kelonggarannya pun tidak terlalu besar. Faktor kelima adalah temperatur. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 15% karena rata-rata temperatur pada tempat ini adalah o C, sedangkan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 30% karena temperatur tempat bekerjanya adalah antara o C. Faktor keenam adalah keadaan atmosfer. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 5%, karena pada tempat kerja tidak memiliki ventilasi yang baik dan terdapat debu-debu halus (tepung) tetapi tidak beracun. Untuk bagian pengemasan diberikan nilai 3% karena ventilasi ruangan kurang baik dan terdapat bau-bauan yang tidak berbahaya. Faktor yang ketujuh adalah keadaan lingkungan. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengayakan tepung pada preparasi adalah sebesar 6 %, karena pada tenaga kerja yang bekerja di bagian pengayakan selalu terasa adanya getaran pada lantai dan untuk bagian pengemasan tepungnya diberikan nilai 4% karena faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas kerjanya adalah seperti ventilasi ruangan yang kurang baik. Untuk bagian pengemasan long stick, tenaga kerja yang bertugas meletakkan ring di atas cup diberikan nilai 3% karena siklus pekerjaannya berulang-ulang antara 0-5 detik, sementara untuk tenaga kerja yang bertugas memasukkan biskuit diberikan nilai kelonggaran sebesar 1% karena siklus pekerjaannya dilakukan berulang-ulang antara 5-10 detik, untuk tenaga kerja yang bertugas memasukkan cup ke tray dan memasukkan tray ke karton diberikan nilai 2% karena faktor-terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas kerjanya. Faktor kelonggaran waktu untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan diberikan nilai sebesar 5 %. 49

35 Tabel 11. Nilai kelonggaran Faktor Kelonggaran Tenaga Yang Dikeluarkan Tepung 0.2 NN 0.06 Sikap Kerja Tepung 0.02 NN Gerakan Kerja Tepung 0 NN 0 Kelelahan Mata Tepung 0 NN 0.02 Temperatur Tempat Kerja Tepung 0.15 NN 0.3 Atmosfer Tepung 0.05 NN 0.03 ayak 0.06 kemas 0.04 Keadaan Lingkungan ring 0.03 biskuit 0.01 tray 0.02 karton 0.05 Pribadi pria 0.02 wanita 0.05 Sumber : Metode Westinghouse pada Nurmianto, Eko (2008) Setelah waktu siklus ditambahdengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran yang telah dinilai dan dihitung sebelumnya maka didapatkan waktu baku untuk bagian preparasi dan bagian pengemasan. Waktu baku pada proses preparasi ini adalah detik atau sekitar 1.87 menit per siklusnya seperti yang dapat dilihat pada Tabel 12. Pada bagian preparasi ini memang tidak terlalu dibutuhkan kerja yang cepat seperti yang harus dilakukan pada bagian pengemasan, sehingga spesialisasi kerja dan pengalaman kerja tidak begitu dibutuhkan di bagian preparasi ini, sedangkan waktu baku dari proses pengemasan adalah detik. Waktu baku proses pengemasan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12. Waktu baku preparasi No. Kegiatan Waktu Siklus (detik) Faktor Penyesuaian Faktor Kelonggaran Waktu Baku (detik) 1 Buka Karung Tepung Menuang Tepung Mengayak Menampung & Menimbang Tepung Memindahkan Tepung Ke Pallet Total

36 Tabel 13. Tabel waktu baku pengemasan No. Kegiatan Waktu Siklus Faktor Penyesuaian Faktor Kelonggaran Waktu Baku 1 Meletakkan Cup Meletakkan Ring Welding Memasukkan Biskuit Memasukkan Cream Mengepress, Memotong dan Memberi Kode Pada Tutup cup 7 Memasukkan ke dalam tray Jalan Di Atas Conveyor Wrapping Shrinking Jalan Di Atas Conveyor Memasukkan tray ke Dalam Karton Total Waktu baku yang ditetapkan dapat berfungsi sebagai perencanaan jumlah pekerja yang harus dipekerjakan pada bagian atau proses-proses tertentu agar produktivitas perusahaan meningkat. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih pada perusahaan karena semua sumber daya manusia dialokasikan ke tempat-tempat yang tepat dan melakukan kegiatan kerja yang efektif. 4.4 Analisis Metode Kerja 1. Produktivitas Secara umum ada dua kriteria yang dapat dimasukkan sebagai kriteria produktivitas, yaitu besar kecilnya keluaran yang dihasilkan dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Waktu kerja disini adalah suatu ukuran umum dari nilai masukan yang harus diketahui guna melaksanakan penelitian dan penilaian dari produktivitas kerja manusia. Nilai produktivitas tenaga kerja didapatkan melalui hasil perhitungan waktu siklus. Berdasarkan pengamatan, tenaga kerja shift 1 di PT. Arnott s Indonesia bekerja mulai pukul WIB sampai pukul WIB atau selama 8 jam kerja. Waktu ini adalah waktu kotor dari tenaga kerja untuk bekerja. Untuk menghitung waktu siklus, kecepatan mesin yang digunakan untuk mengemas biskuit long stick ini semuanya diasumsikan sama, yaitu 2.5 detik per cupnya. Produktivitas pekerja yang bekerja di bagian preparasi ini adalah 400 kilogram tepung/jam. Nilai produktivitas ini didapat dari banyaknya output yang dihasilkan oleh bagian preparasi yaitu 20 pallet tepung, yang masing-masing palletnya berisi 30 kantung tepung dengan berat 25 kilogram. Satu pallet ini berisi 750 kilogram tepung, sehingga jika yang dihasilkan adalah 20 pallet maka dalam 7.5 jam kerja (jam kerja bersih) mereka ini yang dihasilkan adalah kilogram tepung. Maka setiap jamnya pekerja mampu menghasilkan 2000 kilogram tepung, karena pekerja yang bekerja pada bagian 51

37 preparasi ini ada lima orang, maka produktivitas dari masing-masing pekerja adalah 400 kilogram/jam. Produktivitas masing-masing pekerja di bagian pengemasan ini adalah 3.76 karton/jam, produktivitas ini didapat dari jumlah karton yang dihasilkan selama 8 jam kerja yaitu karton, sehingga tiap jamnya yang diproduksi adalah karton dari 23 orang pekerja, karena itulah produktivitas tiap orang yang bekerja di bagian pengemasan ini adalah 3.76 karton/jam. 2. Rasa Sakit yang Terjadi Akibat Pekerjaan Easmant (1986) menyebutkan bahwa suatu pekerjaan termasuk ke dalam highly repetitive task jika memiliki siklus waktu 30 detik atau kurang. Berdasarkan hal tersebut, maka gerakan-gerakan yang terdapat di dalam proses preparasi dan pengemasan ini dapat dimasukkan dalam klasifikasi highly repetitive task, meskipun waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu cup dan 25 kilogram preparasi tepung ini lebih dari 30 detik. Kebutuhan energi oleh pekerja ini biasanya cukup rendah, kerja yang berulang-ulang ini biasanya menggunakan sekumpulan kecil dari otot dan berotasi di sekitar pergelangan tangan, bahu kanan dan kiri atas, selain itu bagian pinggang pun diduga akan sering terasa pegal karena pekerja perlu membungkukkan badannya untuk meletakkan tepung ke atas pallet pada bagian preparasi tepung, sakit pinggang yang dirasakan oleh pekerja yang bekerja di bagian pengemasan biasanya dikarenakan terlalu lama duduk dengan posisi tegak, apalagi kursi-kursi yang ada di bagian pengemasan ini tidak ada busa di bagian dudukannya dan juga tidak diberi sandaran untuk tempat bersandar, sebaiknya paling tidak kursi yang dipakai adalah kursi yang diberi busa pada dudukannya. Sakit ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala dari peradangan dan rasa sakit yang tergabung menjadi satu yang disebut repetitive-motion disorders. Sekumpulan rasa sakit itu terjadi mulai dari peradangan sendi sampai menyebabkan rasa sakit pada otot akibat terjebaknya syaraf. Peradangan ini yang menyebabkan timbulnya rasa sakit pada sendi-sendi yang terlibat. Repetitive-motion disorders ini sering terjadi pada tubuh bagian atas dan wilayah sekitar leher. Kecepatan dalam bekerja akan mempengaruhi gaya-gaya yang terjadi pada tendon dari otot tangan dan lengan, yang juga diikuti oleh meningkatnya bahaya akibat terjadinya repetitive-motion disorders. Pada kecepatan yang tinggi, puncak gaya yang terjadi juga akan meningkat dan pengulang-ulangan kerja pada level ini akan memperparah gejala sakitnya. Besarnya tenaga yang dibutuhkan dan banyaknya otot yang bekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan dan peradangan yang terjadi pada otot dan sendi. Jika frebiskuitnsi dari pengulangan kerja tinggi, waktu istirahat yang tidak cukup akan meningkatkan potensi dari terjadinya penyakit. Jika pekerjaan tersebut terjadi dalam waktu yang lama dan waktu untuk istirahat tidak mencukupi, maka rasa sakit dari otot dan sendi akan terus meningkat. Proses preparasi tepung merupakan pekerjaan yang dikategorikan sebagai kerja berat, lain halnya dengan pekerja yang bekerja di bagian pengemasan yang tidak digolongkan dlaam pekerjaan berat namun dituntut untuk harus bekerja cepat. Hal inilah yang juga kemungkinan besar menyebabkan terjadinya muscular fatigue pada otot pekerja. Muscular fatigue menurut Grandjean (1993) adalah fenomena rasa sakit yang timbul akibat kerja berlebih pada otot. Akibat dari terjadinya muscular fatigue ini adalah berkurangnya daya angkat, kontraksi dan relaksasi dari otot menurun dan waktu latency menjadi lebih lama. Karakter dari muscular fatigue ini tidak hanya menurunkan tenaga tetapi juga membuat gerakan menjadi lambat, juga termasuk terganggunya koordinasi dan meningkatnya kecenderungan untuk melakukan kesalahan dan juga terjadinya kecelakaan kerja selama terjadinya kelelahan otot tersebut. 52

38 3. Perbaikan Metode Kerja Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan perancangan sistem kerja yang baik pula. Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang ekonomis. Prinsip dari ekonomi gerakan menurut Niebel (1999) adalah pengetahuan dasar mengenai fisiologi manusia dan menggunakannya sebagai pertimbangan utama dalam analisis aplikasi suatu metode kerja. Perbaikan kerja dilakukan dengan melakukan analisis pada peta tangan kiri dan tangan kanan yang telah dibuat. Analisa dilakukan pada keseimbangan kerja dari tangan kiri dan tangan kanan, juga untuk menemukan gerakan-gerakan yang efisien. Dari analisa yang dibuat maka pola gerakan tangan yang dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan diusulkan untuk diperbaiki. Selain itu juga diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan delay maupun kelelahan yang minimum. Pada pengamatan yang dilakukan di bagian preparasi, dapat dilihat bahwa urutan kerja pada proses pengayakan dimulai dari elemen gerak yang dilakukan oleh kedua tangan. Analisis pertama dilakukan pada gerakan menjangkau karung tepung. Pada gerakan ini pekerja harus melakukannya dengan mencondongkan badan ke depan jika karung tepung tersebut letaknya jauh di depan dan menjangkaunya dengan tangan sehingga harus agak membungkuk. Posisi tubuh pekerja yang seperti ini akan menyebabkan pekerja cepat merasa lelah, sebaiknya disediakan alat yang membantu agar pekerja tidak perlu lagi membungkuk atau mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menjangkau karung tepung, alat ini di perkebunan sawit sering disebut gancu. Gancu adalah alat yang terbuat dari besi, berbentuk seperti tanda tanya dengan ujungnya yang tajam, gagang gancu terbuat dari kayu agar tangan pekerja tidak sakit saat menggunakannya, dengan adanya alat bantu ini juga diharapkan dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menjangkau karung tepung. Gerakan yang kedua yang dilakukan pekerja pada bagian pengayakan ini adalah mencari dan menjangkau pisau, untuk mengurangi waktu pengerjaan maka sebaiknya gerakan mencari dihilangkan, untuk itu sebaiknya dibuatkan wadah atau tas yang dipakai di pinggang atau paha pekerja untuk meletakkan pisau. Dengan adanya tas atau wadah ini maka waktu untuk mencari pisau dapat dihilangkan sehingga waktu pengerjaan untuk mengayak tepung ini dapat lebih singkat. Gerakan yang ketiga adalah gerakan membawa karung tepung mendekati mesin ayak, gerakan ini dapat terbantu dengan adanya alat bantu gancu, sehingga waktu yang dibutuhkan pun akan menjadi lebih singkat, posisi tubuh pekerja pada saat mendekatkan karung tepung ke mesin pengayak ini adalah mencondongkan tubuh ke belakang karena karung tepung ini terlalu berat. Gerakan terakhir yang dilakukan pekerja ini adalah menuang tepung ke mesin pengayak, posisi tubuh pekerja saat menuang tepung ini tergantung dari tumpukan tepung karena pekerja sering menuang tepung dari atas tumpukan tepung, hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja. Untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja ini maka sebaiknyaa tinggi dari mesin pengayak perlu dikurangi atau bahkan mesin pengayak diletakkan agak ke bawah agar pekerja tidak perlu naik atau mengangkat tepung untuk menuangnya ke dalam mesin pengayak. Hal ini tentu saja dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengayak tepung. Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi ini gerakan pertama yang dilakukan adalah menjangkau kantung plastik dengan menggunakan tangan kanan, yang menghambat dan memperlambat waktu untuk menjangkau ini adalah bahan dari plastik yang sering melekat pada plastik yang lainnya, posisi tubuh dari pekerja saat menjangkau plastik ini adalah berdiri, sebaiknya untuk proses pengemasan tepung ini pekerja diberi kursi tinggi yang biasa digunakan untuk pekerja yang tugasnya harus dikerjakan sambil berdiri, selama ini pekerja yang bekerja di bagian pengemasan 53

39 tepung ini tidak disediakan kursi sehingga aktivitas apapun yang dilakukan di ruangan ini harus dikerjakan sambil berdiri. Pada saat memegang kantung plastik sambil mengontrol katup dan timbangan pekerja juga melakukannya sambil berdiri, hal ini tentu saja dapat menyebabkan pekerja cepat mengalami kelelahan. Pekerja yang bertugas menampung dan menimbang tepung ke dalam kantung plastik ini juga membawa kantung plastik ini ke pallet, sebaiknya yang membawa plastik ke pallet adalah pekerja lainnya agar pekerja ini tetap di tempatnya, namun pertukaran tugas juga baik untuk dilakukan jika dijadwalkan, agar pekerja tidak cepat merasa lelah dan jenuh terhadap tugas yang ia lakukan. Pekerja yang bekerja di bagian pengemasan 90% operator melakukan tugasnya dalam posisi duduk di kursi, hanya yang bertugas memasukkan tray ke karton saja yang melakukan tugasnya dengan berdiri, meskipun telah disediakan kursi di sana, ia lebih nyaman melakukan tugasnya sambil berdiri karena ia juga harus meletakkan karton yang telah terisi tray ke atas pallet. Pada proses meletakkan ring ke atas cup gerakan yang pertama dilakukan adalah menjangkau ring yang ada dalam karton dengan menggunakan tangan kanan dan meletakkan ring ke atas cup yang berada di atas conveyor dengan menggunakan tangan kiri. Gerakan ini merupakan gerakan efektif dan waktu yang dibutuhkan pun masih memenuhi waktu standar, namun sebaiknya untuk lebih meningkatkan efisiensi dan memperkecil cost lebih baik untuk meletakkan ring di atas cup ini menggunakan mesin, mesin yang digunakan harus dimaintenance secara rutin agar tidak cepat rusak.. Posisi duduk dari pekerja yang bertugas meletakkan ring ini adalah berhadap-hadapan, untuk pengamatan ini pekerja yang diamati adalah pekerja yang berada di sebelah kanan mesin. Posisi duduk pekerja yang berhadapan ini tidak didukung dengan adanya penyangga kaki di bawah meja conveyor, sehingga kaki pekerja diletakkan di siku-siku meja dan ini merupakan posisi yang tidak nyaman untuk bekerja karena tidak semua bagian dari kaki dapat masuk ke dalam siku meja tersebut. Sebaiknya jika harus menggunakan manusia untuk meletakkan ring tersebut dibuatlah penyangga kaki di bawah meja conveyor. Gerakan yang mengawali kegiatan memasukkan biskuit ke dalam cup adalah menjangkau biskuit dengan menggunakan tangan kanan dan melepaskan cup yang sudah terisi biskuit ke dalam conveyor dengan menggunakan tangan kiri. Posisi duduk dari pekerja yang bertugas memasukkan biskuit ini tidak berhadap-hadapan meskipun tempat duduk mereka posisinya saling berhadapan. Untuk memasukkan biskuit ini pekerja duduk menyamping sehingga tidak perlu memutar badannya ketika harus mengambil biskuit atau meletakkan cup ke conveyor, tetapi tempat duduk yang mereka duduki bukanlah tempaat duduk yang nyaman untuk diduduki selama 8 jam kerja, karena tempat duduk ini hanya tempat duduk biasa yang terbuat dari plastik dan tidak terdapat busa pada dudukannya. Pekerja akan merasa cepat lelah dan sakit pada bagian pinggang dan bokong karena tempat duduk yang seperti ini, sebaiknya kursi ini segera diganti. Gerakan pertama yang dilakukan pekerja di bagian memasukkan tray ke dalam karton adalah membentuk karton, posisi pekerja di bagian ini adalah berdiri, meskipun sudah disediakan tempat duduk yang tinggi khusus untuk pekerjaan yang harus dilakukan sambil berdiri namun pekerja lebih senang melakukan pekerjaannya tisak sambil duduk, ia hanya akan duduk saat merasa sudah lelah. Hal ini dirasa baik karena pekerja tahu sampai batas mana ia merasa masih sanggup melanjutkan pekerjaannya dan sampai batas mana ia sudah merasa lelah dan perlu mengembalikan staminanya. Pada proses preparasi sampai pengemasan diperlukan perhatian khusus mengenai sanitasi pekerjanya, sebaiknya pekerja yang bekerja dengan kontak langsung pada bahan baku ataupun biskuit yang akan dikemas menggunakan sarung tangan khusus. Cuci tangan dengan sabun dan menggunakan hand sanitizer belum dirasa cukup untuk menghilangkan bakteri yang dapat mengkontaminasi bahan baku ataupun biskuit yang akan dikemas, sebaiknya pekerja menggunakan sarung tangan latex yang 54

40 sangat halus, tipis, dan food grade, biasanya sarung tangan jenis ini banyak digunakan pada perusahaan pangan, obat/kimia, dan perusahaan minyak. Pekerja yang hanya mencuci tangannya dengan sabun dan menggunakan hand sanitizer masih dapat terkontaminasi oleh lingkungan kerjanya seperti mesin yang disentuh, alat yang dipakai, mungkin juga kontaminan justru berasal dari tubuh pekerja tersebut. Untuk itulah maka pemakaian sarung tangan latex yang food grade sangat dianjurkan. Sarung tangan latex yang food grade dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini. Gambar 18. Sarung tangan latex food grade 55

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan Dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun di PT. Surya Alam Rekananda pada proses pengeringan jagung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung)

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) WORK SYSTEM DESIGN IN DRY-CORN PROCESSING REFER TO ERGONOMIC

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Dilihat dari kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi mochi kacang, jika ditinjau dari segi antropometri

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pengolahan data dan analisis data dalam penelitian Tugas Akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut ini : 1. Gerakan kerja

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Gerakan kerja operator yang dihubungkan dengan prinsip ekonomi gerakan Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakan-gerakannya

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir ABSTRAK. Pada bagian proses produksi mochi kacang, pemilik pabrik ingin meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya dengan cara memperbaiki kondisi di pabrik. Pada pabrik mochi ini terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penarikan kesimpulan diperoleh dari hasil pengolahan data serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya. Adapun beberapa kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Company Profile Letak : Pemilik : Pekerja : Jam Kerja : Kapasitas Produksi/hari :... kg kacang kedelai Flowchart Proses Produksi Kacang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 ALUR PROSES ZINC CAN Zinc Ingot Zinc Furnace Proses Peleburan Zinc Proses Casting Proses Rolling Proses Drawing Proses Cutting Proses Coil Aging Zinc Slug Proses

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Sari Harum adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi kerupuk, dimana perusahaan tersebut ingin meningkatkan kelancaran sistem kerjanya, dalam memenangkan persaingan

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Lingkungan Fisik dan Fasilitas Fisik Aktual Lingkungan Fisik Temperatur Temperatur pada ruangan-ruangan yang ada di lantai 3 dan 5 gedung GWM ini tidak merata

Lebih terperinci

BAB VII MESIN DAN PERALATAN

BAB VII MESIN DAN PERALATAN BAB VII MESIN DAN PERALATAN 7.1. Jenis dan Spesifikasi Mesin Dalam proses produksi diperlukan peralatan yang dapat mempermudah proses produksi yang dilakukan. Mesin merupakan peralatan yang digerakkan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Tata Letak Gudang Bahan Baku Peletakan bahan baku pada kavling untuk saat ini belum ada peletakan yang tetap. Bahan baku yang datang diletakkan pada tempat

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya ruang kuliah yang digunakan untuk sarana penunjang dalam proses belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa adalah sarana yang sangat penting,

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

Didesain agar nyaman dan tahan lama.

Didesain agar nyaman dan tahan lama. Didesain agar nyaman dan tahan lama. Inter IKEA Systems B.V. 2015 Sebagian besar dari kita menghabiskan banyak waktu di meja, baik saat bekerja di kantor maupun di rumah. Itulah mengapa ruang kerja yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri manufaktur di Indonesia tengah berkembang dengan baik. Tetapi perkembangan ke arah yang baik ini tidak diimbangi dengan kepedulian para pengusaha

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) 1) Miftahul Barokah Farid, 2) Nur Rahman

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Keadaan fasilitas fisik aktual belum sesuai apabila dilihat dari segi ergonomi untuk meja makan, kursi makan, meja salad, kursi tunggu, meja kasir, dan mix 4 fun.

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi: PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi: Ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan pekerjaannya secara fisik sesuai dengan pekerjaannya, lingkungan kerjanya serta peralatan yang digunakannya. Secara ideal ergonomik:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan dan kemajuan dalam bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat, perkembangan ini dirasakan hampir disemua sektor industri, salah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan perusahaan, kajian tentang produktivitas umumnya selalu dikaitkan hanya pada masalah teknologi produksi dan masalah ekonomi, padahal disamping hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi sekarang ini telah berkembang dengan pesat. Hampir sebagian besar industri rumah tangga, kecil, menengah

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada CV. Motekar, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Keergonomisan Sarana Fasilitas Fisik Gerbong Kereta Makan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya perkembangan jaman, maka berbagai bidang yang ada mengalami perkembangan yang pesat pula. Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada perusahaan JOIES CLUB, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

Pertemuan 03 ERGONOMIK

Pertemuan 03 ERGONOMIK Pertemuan 03 ERGONOMIK Ergonomik Ilmu yang mempelajari karakteristik fisik dalam interaksi Ergonomik baik untuk pendefinisian standar dan pedoman pembatasan bagai mana kita mendesain aspek tertentu dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dimana persaingan tidak hanya terjadi pada perusahaan dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diketahui. Informasi dapat diperoleh melalui beberapa sarana, antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO

IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO A. Sistem Produksi Produk Roti Manis (sweet bread) PT Nippon Indosari Corpindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan, yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish 1. Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat Work centre

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan memiliki targetnya masingmasing dalam mencapai tujuan perusahaan itu sendiri. Salah satu faktor untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini jaringan internet sudah banyak digunakan oleh manusia, khususnya di lingkungan mahasiswa. Melalui jaringan internet, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Sistem Kerja Pengemasan dan Pengepakan Susu Di MT KPBS Sistem kerja produksi susu yang berlangsung di MT KPBS diawali dengan proses pengujian dan penerimaan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah penarikan kesimpulan yang berisi rangkuman dari analisis, serta perumusan masalah yang harus dijawab dengan jelas dan ringkas. 7.1.1 Temperatur

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, Transportasi memegang peranan yang besar bagi setiap manusia. Di antara alat-alat transportasi yang ada saat ini, mulai dari transportasi darat, laut,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7. Kesimpulan 7.. Waktu baku perusahaan. Waktu baku perusahaan yang merupakan waktu baku yang sudah dihitung dengan menambahkan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan-gerakan kerja operator untuk tiap stasiun kerja sudah dirancang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Gerakan kerja operator berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan gerakan-gerakan kerjanya, tata letak tempat kerja, dan perancangan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Semakin tinggi permintaan dari pasar, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan tersebut, tetapi dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kemajuan perekonomian di Indonesia telah membuat perusahaan semakin bersaing. Oleh karena itu, perusahaan terus memperbaiki dan mempertahankan produk yang mereka hasilkan. Perusahaan terus memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan

Lebih terperinci

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB 3 Etika dan Moral dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi B. Menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja C. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Waktu Baku Aktual Setiap Stasiun Kerja yang Diamati Menghitung waktu baku aktual setiap stasiun kerja dengan metoda langsung dan tidak langsung. Berikut adalah rangkuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia menimbulkan meningkatnya kebutuhan akan pangan. Bahan makanan merupakan sumber gizi bagi masyarakat. Kebutuhan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perindustrian merupakan salah satu sektor usaha yang cukup banyak diminati oleh banyak orang di seluruh dunia. Di Indonesia, perkembangan usaha dalam sektor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Bagan alir penelitian atau penjelasan secara umum tentang urutan kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi di bidang industri. Salah satu bidang industri itu adalah industri manufaktur.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengamatan perbaikan sistem kerja di perusahaan, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu: 1. Waktu baku yang dibutuhkan dari setiap proses

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kuat tekan awal beton ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut : Penyimpanan Obat Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci