HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Sistem Kerja Pengemasan dan Pengepakan Susu Di MT KPBS Sistem kerja produksi susu yang berlangsung di MT KPBS diawali dengan proses pengujian dan penerimaan dengan menggunakan alat dan mesin, kemudian setelah susu dinyatakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan kemudian dilakukan proses pengolahan pada bagian pengolahan dan produksi untuk produksi susu pasteurisasi tanpa rasa (prepack) dan susu pasteurisasi rasa (cup). Proses terakhir pada pengolahan susu pasteurisasi adalah pengemasan dan pengepakan produk. Pada pengemasan susu rasa menggunakan mesin yang disebut dengan Auto Cup Cylinder. Diagram alir proses pengemasan dan pengepakan produk susu di MT KPBS dapat dilihat pada Gambar 3. Mulai Proses Pengolahan Susu Prepack Machine Auto Sealing Cup Machine Pengisian ke dalam kemasan Kemasan dibuang dan Susu diolah kembali ke Proses Pengolahan Susu Sealing Cutter Y Sortasi (kebocoran & kecacatan pengemasan) T Pengepakan (ke dalam krat) Distribusi Selesai Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengemasan dan Pengepakan Susu 25 FTIP00635/039

2 26 Mesin ini bekerja secara otomatis dengan membawa kemasan cup pada konveyor, mengisi kemasan dan menutupnya. Kapasitas mesin ini sebesar 5000 cup/jam. Bagianbagian mesin adalah sebagai berikut : a. Konveyor Konveyor pada mesin ini memiliki 50 baris dan 4 lubang penopang cup pada setiap barisnya. b. Wadah penampung susu Wadah ini berfungsi menampung susu yang berasal dari tangki penyimpanan sementara. Alat ini bekerja dengan bantuan pompa hisap untuk kemudian dialirkan ke setiap cup melalui feeler. c. Pipa pengisi susu Alat ini terhubung dari wadah penampung dengan cup dibawahnya yang siap diisi dengan susu. Volume susu yang diisi untuk setiap cup di program pada awal proses pengemasan secara manual terlebih dahulu sehingga ketidakseragaman volume susu yang diisi dapat ditangani. d. Mesin Sealer Mesin ini berfungsi menutup cup dengan alat pemanas yang bekerja secara hidrolik. Terdapat 2 buah sealer yang berbeda temperaturnya. Ini dimaksudkan agar penutup cup tidak rusak saat proses sealer. e. Pemotong (cutter) Alat ini merupakan bagian dari mesin cup yang berfungsi sebagai pemotong plastik penutup cup. Alat ini memiliki tekanan 50 psi atau 3,5 bar. f. Coder Alat ini berfungsi untuk mencetak tanggal kadaluarsa dari susu yang dikemas pada plastik penutup cup. Pengemasan susu prepack pasteurisasi dilakukan secara otomatis dengan menggunakan Prepack Machine. Prinsip kerjanya sama dengan mesin pengemasan susu rasa. Yang membedakan adalah mesin ini hanya mampu mengepak satu kemasan dalam satu waktu, berbeda dengan mesin pengemasan susu rasa yang mampu mengemas 4 cup dalam satu waktu. FTIP00635/040

3 27 Gambar 4. Auto Cup Cylinder (Kiri) dan Prepack Machine (Kanan) Susu yang sudah dikemas, jatuh kedalam penampung sementara yang berbentuk persegi sebelum pada akhirnya dipindahkan ke sisi lain dari dalam bangunan untuk dikumpulkan secara menyeluruh. Proses pengepakan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan dengan cara memindahkan susu yang sudah dikemas ke dalam krat, dengan daya tampung krat untuk susu prepack adalah 50 kemasan dan untuk susu cup rasa adalah 20 buah. Pengepakan dalam krat tersebut ditumpuk hingga mencapai 5 tumpukan untuk susu prepack dan 4 tumpukan untuk susu cup. Pada sistem kerja yang berlangsung saat ini, proses pengepakan dilakukan oleh 2 pekerja untuk Prepack Machine dan 3 pekerja untuk Auto Sealing Cup. Tugas kedua pekerja pada Prepack Machine adalah mengepak susu yang telah dikemas dengan cara dimana jika seorang sedang mengepak maka pekerja yang lain menunggu giliran selanjutnya. Ini dikarenakan agar tidak terjadi salah perhitungan dalam memasukkan susu yang sudah dikemas ke dalam krat dan apabila terjadi kesalahan pengaturan pada mesin, maka yang bertugas untuk memperbaiki adalah pekerja yang sedang menunggu giliran untuk mengepak. Begitu pula dengan proses pengepakan pada Auto Sealing Cup Machine, 2 orang bertugas untuk memindahkan susu yang sudah dikemas kedalam krat dengan cara saling bergantian tetapi yang membedakannya dengan proses Prepack Machine yaitu pekerja yang bertugas untuk mengatur mesin dan tidak turut serta dalam proses mengepak. FTIP00635/04

4 28 Gambar 5. Proses Pengepakan Susu Prepack (Kiri) dan Pengepakan Susu Cup (Kanan) 4.2 Definisi Operasi Pengepakan Susu Di MT KPBS Proses pengepakan yang dimaksud adalah proses pemindahan dan penyusunan kemasan susu setelah dikemas menggunakan mesin ke dalam krat dengan gerakangerakan tangan yang kemudian siap untuk didistribusikan. Kegiatannya dimulai saat kemasan susu terbawa oleh konveyor maka gerakan tangan yang pertama dilakukan adalah menjangkau. Kemudian memilih kemasan yang akan dipegang yang dilanjutkan dengan memegang dan membawa kemasan ke dalam krat. Ketika kemasan sudah di dalam krat, kemasan dilepas dan disusun atau dirapihkan posisinya. Dari hasil pengukuran pada tahap pendahuluan, didapatkan data bahwa proses pengepakan ini memiliki frekuensi ratarata 27,6 detik/krat untuk susu prepack dengan 2 orang pekerja dimana salah satu berperan pula sebagai operator dan 0 detik/krat untuk susu cup dengan 2 orang pekerja dan orang operator. 4.3 Pembagian Operasi Pengepakan Menjadi ElemenElemen Kerja Mengukur waktu kerja sekaligus dari saat awal persiapan sampai akhir pekerjaan tersebut selesai dilakukan adalah satu hal yang tidak bisa dibenarkan (Wignjosoebroto, 2003). Dalam pelaksanaan pengukuran kerja yang dilakukan terlebih dahulu adalah membagi operasi menjadi elemenelemen kerja. Berdasarkan 7 gerakan dasar yang telah diuraikan oleh Gilbreth, maka satu FTIP00635/042

5 29 operasi pengepakan dapat diuraikan menjadi 7 segmen gerakan yang diberi nama sesuai elemen gerak efektif yang terjadi. Segmensegmen tersebut antara lain : a. Menjangkau Menjangkau adalah elemen gerak yang menggambarkan gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan menuju atau menjauhi objek lainnya dan berakhir ketika tangan berhenti bergerak setelah mencapai objek tujuan. Berdasarkan definisi tersebut gerakan ini dimulai pada saat pekerja mulai menggerakkan kedua tangannya menuju kemasan susu yang akan diambil. Gambar 6. Kegiatan Menjangkau Kemasan Susu b. Memilih Memilih adalah gerakan untuk menemukan atau memilih suatu objek diantara dua atau lebih objek yang sama lainnya. Berdasarkan definisi tersebut gerakan ini dimulai setelah gerakan pekerja dalam menjangkau berakhir dan kedua tangan sudah menemukan kemasan yang akan diambil. Gambar 7. Kegiatan Memilih Kemasan Susu FTIP00635/043

6 30 c. Memegang Memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jarijari tangan ke objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Berdasarkan definisi tersebut gerakan ini dimulai setelah gerakan pekerja dalam memilih berakhir dan sudah merekatkan jarijari tangan terhadap kemasan susu yang dipilih sehingga kemasan siap dibawa. Gambar 8. Kegiatan Memegang Kemasan Susu d. Mengarahkan Sementara Mengarahkan sementara adalah gerakan yang mengarahkan objek pada suatu tempat sementara sehingga pada saat kerja mengarahkan objek benarbenar dilakukan maka objek tersebut dengan mudah akan bisa dipegang dan dibawa kearah tujuan yang dikehendaki. Berdasarkan definisi tersebut gerakan ini dimulai setelah gerakan pekerja memegang dan membawa kemasan susu ke suatu posisi atau tempat untuk memudahkan saat pemindahan ke dalam krat. Gambar 9. Kegiatan Mengarahkan Sementara Kemasan Susu FTIP00635/044

7 3 e. Mengarahkan Mengarahkan adalah gerakan yang terdiri dari penempatan objek pada lokasi yang dituju secara tepat. Berdasarkan definisi tersebut gerakan ini dimulai setelah gerakan pekerja memegang atau mengarahkan sementara kemasan susu ke dalam krat. Pada gerakan ini, posisi kemasan susu sudah berada sesuai dengan yang dimaksudkan. Gambar 0. Kegiatan Mengarahkan Kemasan Susu f. Melepaskan Melepaskan adalah gerakan yang terjadi saat tangan pekerja melepaskan atau membuka jarijari tangan terhadap objek sehingga objek tidak tersentuh atau memegang kembali. Berdasarkan definisi tersebut gerakan ini dimulai setelah gerakan mengarahkan atau memposisikan kemasan susu di dalam krat selesai dimana tangan pekerja sudah tidak menyentuh kemasan dan siap untuk kembali melanjutkan siklus pengepakan dengan menjangkau kemasan susu berikutnya yang berada di mesin pengemasan. Gambar. Kegiatan Melepaskan Kemasan Susu FTIP00635/045

8 32 g. Menganggur Menganggur termasuk kedalam therblig kelambatan yang dapat dihindarkan. Biasanya hal ini terjadi pada siklus pekerjaan yang berkelanjutan ketika bagian tangan atau tubuh lainnya bekerja atau ada faktor lain di lingkungan tempat bekerja yang diakibatkan interaksi dengan pekerja lainnya seperti mengobrol, mondarmandir, merokok, dan lainnya sehingga terjadi waktu menganggur terhadap bagian tubuh dan menyebabkan menurunnya produktivitas pekerja itu sendiri. Gambar 2. Kegiatan Menganggur Pada Kegiatan Pengepakan Susu 4.4 Analisis Sistem Kerja Proses Pengepakan Yang Berlangsung Berdasarkan Prinsip Studi Gerakan Untuk analisis proses pengepakannya, analisis yang digunakan adalah menggunakan peta tangan kiri dan kanan. Untuk hasil pengukuran dapat dilihat pada pada Tabel 5 dan Tabel 6. FTIP00635/046

9 33 Tabel 5. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengepakan Susu Prepack PETA TANGAN KIRI DAN KANAN Pekerjaan : Pengepakan Susu Prepack (Prepack) No Peta : Sekarang Usulan Dipetakan Oleh : Mauludin Azis Waktu Waktu TANGAN KIRI Jarak (m) Jarak (m) (dt) (dt) Menjangkau krat 2, 2, susu Memilih Memegang Mengarahkan,5 0,8 0,8 sementara krat susu Melepaskan krat susu Menganggur,, Menjangkau kemasan susu Memilih kemasan susu yang akan diambil Memegang kemasan susu (2 buah) Mengarahkan Melepas kemasan susu ke dalam krat 0,4 Mengarahkan kemasan susu yang berada di dalam krat (merapihkan) Total 4,8 Waktu tiap siklus Jumlah produk susu tiap siklus TANGAN KANAN Menganggur Menganggur Menganggur Menganggur Menganggur Menjangkau kemasan susu Merapihkan kemasan susu yang berada di lantai Memilih kemasan susu yang akan diambil Memegang kemasan susu (3 buah) Mengarahkan Melepas kemasan susu ke dalam krat Menggangur 6,7 :7 detik : 5 buah 7, FTIP00635/047

10 34 Tabel 6. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengepakan Susu Cup Rasa PETA TANGAN KIRI DAN KANAN Pekerjaan : Pengepakan Susu Cup Rasa No Peta :2 Sekarang Usulan Dipetakan Oleh : Mauludin Azis Waktu Waktu TANGAN KIRI Jarak (m) Jarak (m) (dt) (dt) Menjangkau krat 3,8,8 3 susu Memilih 0,4 0,4 Memegang Mengarahkan 2,5 0,8 0,8 2,5 sementara krat susu Melepaskan krat 0,4 0,4 susu Menjangkau 0,4 kemasan susu cup Memilih kemasan 0, 0, susu cup yang akan diambil Memegang kemasan susu cup Memeriksa kemasan susu apakah ada yang rusak atau tidak Mengarahkan Melepas kemasan susu ke dalam krat 0,4 0,6 0,4 Mengarahkan sementara kemasan di dalam krat (memposisikan) Melepaskan kemasan susu 0,,2,2 0, Menganggur Total 6,5 Waktu tiap siklus Jumlah produk susu tiap siklus 6,9 7, :7, detik : 6 buah TANGAN KANAN Menjangkau krat susu Menganggur Menganggur Menganggur Menganggur Menjangkau kemasan susu cup Memilih kemasan susu cup yang akan diambil Memegang kemasan susu cup Memeriksa kemasan susu apakah ada yang rusak atau tidak Mengarahkan Melepas kemasan susu ke dalam krat Mengarahkan sementara kemasan di dalam krat (memposisikan) Mengarahkan kemasan susu yang berada di dalam krat (merapihkan) Melepaskan kemasan susu 6,7 Pada sistem kerja yang berlangsung saat ini dalam mengepak siklus produk kemasan membutuhkan waktu untuk susu prepackadalah 7 detik dan FTIP00635/048

11 35 untuk susu cup adalah 7, detik. Waktu siklus tersebut sudah termasuk juga dengan waktu kelonggaran yang terjadi. Apabila permintaan yang terjadi pada saat maksimum yaitu untuk susu plain adalah 7000 kemasan dan untuk susu cup adalah 8000 kemasan. Apabila dengan asumsi tidak terjadi kelonggaran lingkungan fisik, pekerja dan waktu terhadap maintenance mesin selama proses pengepakan berlangsung, maka perhitungan untuk keseluruhan waktu siklus adalah sebagai berikut :. Susu Prepack Untuk 5 kemasan = 7 detik kemasan = 7 / 5 =,4 detik Maka keseluruhan waktu pengepakan susu prepack yang dibutuhkan dalam memenuhi permintaan konsumen adalah : 7000 x,4 = 9800 detik = 2,72 jam 2. Susu Cup Untuk 6 kemasan = 7, detik kemasan = 7, / 6 =,8 detik Maka keseluruhan waktu pengepakan susu cup yang dibutuhkan dalam memenuhi permintaan konsumen adalah : 8000 x,8 = 9440 detik = 2,62 jam Waktu dalam perhitungan diatas belum termasuk ke dalam waktu kelonggaran terhadap mesin pengemasannya. Kapasitas maksimal untuk Prepack Machine adalah 500 kemasan/jam dan untuk Auto Sealing Cup Machine adalah 5000 cup/jam. Waktu kelonggaran untuk masingmasing mesin tidak tetap karena bisa terjadi kapanpun pada saat pengemasan berlangsung. Apabila terjadi waktu kelonggaran pada mesin maka akan terjadi pula waktu kelonggaran dalam pengepakan. Untuk meminimalisir kemungkinan waktu kelonggaran yang terjadi pada mesin, dapat dilakukan evaluasi. FTIP00635/049

12 Lingkungan Kerja Fisik Di Bagian Pengemasan dan Pengepakan MT KPBS Lingkungan kerja yang diukur meliputi kondisi ruangan, pencahayaan, kebisingan, suhu dan kelembaban Kondisi Ruangan Ruangan pengemasan dan pengepakan produk susu olahan yang berdimensi panjang 0 m, lebar 8 m dan tinggi 4,5 m ini memiliki 3 pintu yaitu pintu untuk tempat pemindahan krat susu prepack dari mobil distribusi, pintu untuk pemindahan krat susu cup dan pintu yang menghubungkan ruangan ini dengan ruangan pengolahan. Ruangan ini juga memiliki 2 jendela yaitu menghadap ke luar bagian pabrik dan menghadap ke dalam bagian ruangan pengolahan yang bersatu dengan pintu penghubung antara ruangan pengolahan dan ruangan pengemasan dan pengepakan. Dibagian dalam ruangan ini terdapat 2 Auto Sealing Cup Machine dan 3 Prepack Machineyang berada dibagian kanan dari ruangan ini dikarenakan karena instalasi listrik dan pipapipa saluran susu yang berasal dari ruang pengolahan berada di bagian kanan ruangan pengemasan dan pengepakan. Gambar 3. Tata Letak di dalam Ruangan Pengemasan dan Pengepakan di MT KPBS. Prepack Machine (Kiri) dan Auto Sealing Cup Machine (Kanan) Pada bagian tengah lantai ruangan ini terdapat saluran pembuangan yang terhubung langsung dengan saluran penyaringan yang berada di belakang pabrik. FTIP00635/050

13 37 Pada dinding bagian atas juga terdapat 4 exhauxt fan yang berfungsi untuk mensirkulasi udara didalam ruangan ini, tetapi pada saat dilakukan pengamatan dan pengukuran semua exhaust fan tidak dioperasikan sehingga tidak dilakukan pengukuran terhadap siklus udara (ventilation) karena sirkulasi udara hanya terjadi pada saat salah satu pintu terbuka saja. Pada bagian langitlangit terdapat 4 buah titik lampu dan 2 kipas angin yang berada di bagian tengah ruangan. Untuk kipas angin jarang dioperasikan karena mungkin letak pabrik ini berada di daerah pegunungan jadi lingkungannya sudah sejuk dan dingin. Denah dari ruangan pengemasan dan pengepakan produk susu olahan MT KPBS akan dijelaskan pada Gambar4. Gambar 4. Layout Ruang Pengemasan dan Pengepakan FTIP00635/05

14 38 Keterangan :. Proses perpindahan krat kosong dari mobil distributor menuju tempat penyimpanan krat kosong sementara ( 2. untuk krat susu prepack dan untuk krat susu cup) Proses perpindahan sebagian krat kosong menuju area mesin pengemasan untuk persiapan proses pengepakan 3. Proses perpindahan krat yang sudah berisi susu dari area mesin pengemasan menuju mobil distributor Gambar 5. Skema Perpindahan Krat di dalam Ruang Pengemasan dan Pengepakan Gambar 6. Tumpukan Krat Sebelum Proses Pengepakan Dimulai FTIP00635/052

15 39 Gambar 7. Tumpukan Krat Setelah Proses Pengepakan Sebelum Dimasukkan Ke Dalam Mobil Distribusi Pencahayaan Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya (Suhardi, 2005). Pengamatan tingkat pencahayaan dilakukan di bagian pengemasan dan pengepakan produk susu olahan yang terdapat 4 titik lampu dengan jarak masingmasing antar lampu sejauh 2 meter yang berada di tengah ruangan. Dilakukan pengukuran terhadap tingkat pencahayaan dengan 4 titik pengukuran yang mewakili kondisi keseluruhan ruangan dan tempat berinteraksi para pekerja dalam 5 ulangan dengan waktu yang berbeda. Layout sistem pencahayaan yang ada di bagian pengemasan dan pengepakan produk susu olahan dan titik pengukuran yang diambil ditampilkan pada Gambar 8. FTIP00635/053

16 40 Gambar 8. Layout Pengukuran Tingkat Pencahayaan Ruangan Pengukuran dilakukan selama 5 kali pada waktu yang berbeda selama kegiatan pengemasan dan pengepakan dilakukan yaitu pada pukul hingga pukul 4.00 untuk aktivitas saat pengemasan susu cup berlangsung dan pukul hingga pukul.00 untuk aktivitas pengemasan dan pengepakan susu plain saja. Pengukuran dengan waktu yang berbeda ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan intensitas cahaya yang ada baik ketika lampu diaktifkan maupun tidak. Dari pengamatan yang didapat, selama kegiatan berlangsung tingkat pencahayaan yang terjadi ada ruangan tidak mengalami perbedaan yang signifikan sehingga dilakukan 3 kali ulangan dalam hari yaitu pada saat dimulai kegiatan pengemasan, saat pertengahan waktu kegiatan dan di akhir kegiatan pengepakan. Hasil yang didapat setelah dilakukan pengukuran dijelaskan pada Tabel 7. FTIP00635/054

17 4 Tabel 7. Tingkat Pencahayaan Pada Ruang Pengemasan dan Pengepakan Titik Pengukuran Tingkat Pencahayaan (lux) Ulangan A 2 3 Ratarata (lux) 4 B C A B C A B C A B C (H) ,3 2 (H) ,2 3 (H) ,6 (H2) , 2 (H2) ,9 3 (H2) ,0 (H3) ,9 2 (H3) ,2 3 (H3) ,9 (H4) ,7 2 (H4) ,3 3 (H4) ,3 (H5) ,7 2 (H5) ,4 3 (H5) ,8 Ratarata Harian (lux) 76,4 80,0 78,3 77,4 79,3 Sumber : Data Primer RataRata Tingkat Pencahayaan Keseluruhan = 77,7 lux Dari Tabel 7 diatas dapat kita lihat bahwa hasil pengukuran dari 4 titik dalam hari menunjukkan hasil yang beragam. Hasil yang terjadi pada ulangan ke3 pada hari pertama meningkat dikarenakan pada saat dilakukan pengukuran kondisi cuaca cerah sehingga banyak sinar matahari yang masuk. Untuk hasil yang berada dibawah ratarata keseluruhan yaitu 77,7 lux adalah kondisi dimana cuaca kurang cerah atau mendung sehingga kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Sistem penerangan yang berada di dalam ruangan tidak memberikan pengaruh terhadap pencahayaan yang berarti karena dari 4 lampu yang ada dengan jenis LHE 8 watt, hanya 2 saja yang dapat beroperasi, 2 lainnya dalam kondisi rusak. Berdasarkan dengan yang terlampir pada Tabel 2 yaitu mengenai Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja Menurut KEMENKES RI. No. 405/MENKES/SK/XI/02 bahwa lingkungan kerja pengemasan dan pengepakan FTIP00635/055

18 42 masuk dalam kategori pekerjaan rutin dengan tingkat pencahayaan minimal yaitu 300 lux. Secara keseluruhan dari hasil pengukuran yang didapat saat kegiatan pengemasan dan pengepakan berlangsung, tingkat pencahayaan yang terjadi sangat jauh dari batas minimal tingkat pencahayaan yang sudah ditetapkan untuk lingkungan kerja Kebisingan Kebisingan pada bagian pengemasan dan pengepakan produk susu olahan di MT KPBS disebabkan oleh mesinmesin pengemasan yaitu Prepack Machine dan Auto Sealing Cup Machine. Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan pada bagian pengemasan dan pengepakan produk susu olahan, kebisingan yang terjadi saat operasi Prepack Machinedi tampilkan pada Tabel 8 dan untuk data kebisingan yang terjadi ketika kedua mesin yaitu Prepack Machine dan Auto Sealing Cup Machine beroperasi di tampilkan pada Tabel 9. Tabel 8. Tingkat Kebisingan Ruangan pada Saat Operasi Prepack Machine Titik Tingkat Kebisingan (db) , 73,7 68,8 7,2 2 67,2 72,7 7,3 70,6 73, 3 65,9 7,4 7,7 69,8 7,8 4 67,9 72,7 69,4 7,3 69,9 5 7,3 69,2 68,7 72,4 67,4 6 66,6 69, 75,2 72,3 73,3 7 67,5 70,4 73,4 7 72,6 8 69,8 70, , ,4 7,7 75,8 69,5 0 67,5 72, 7, 74,8 69, 68, 68, ,7 69,2 70,8 72,2 68,8 3 68,2 70, 7,2 7,8 69, ,6 70,8 7,6 69, 5 67,5 70, ,4 68,4 Sumber : Data Primer Ulangan RataRata = 70,47 db FTIP00635/056

19 43 Tabel 9. Tingkat Kebisingan Ruangan pada Saat Operasi Prepack Machine dan Auto Sealing Cup Machine Titik Tingkat Kebisingan (db) ,9 73,6 77,2 76,2 7,4 2 86,7 83,2 75,3 75, 69,8 3 78,9 8, 76,7 76,8 69,5 4 74,5 82, 77,3 75,4 7,4 5 73,5 78,7 75,5 76,7 76, ,9 78,2 79,9 80, 7 82,4 78,6 78,2 80,8 79,5 8 79, 79,3 77,7 79,3 78,5 9 78, 80,9 77,6 78,9 78,5 0 77,8 8 76,5 8,6 76,4 79,3 76,4 79,5 73,3 72,3 2 82,4 79,8 78,2 74,4 73,4 3 79,4 8,5 80,8 76,7 72,2 4 78,4 84,8 79,8 79,3 70,9 5 77,2 82,5 77, 78,3 7,9 Sumber : Data Primer Ulangan RataRata = 77,75 db Dilakukan pengukuran terhadap masingmasing kegiatan pengemasan dan pengepakan dalam 2 kondisi yaitu saat hanya satu mesin beroperasi Prepack Machine dan kedua mesin beroperasi bersamaan yaitu Prepack Machine dan Auto Sealing Cup Machine karena untuk proses pengemasan susu prepack dilakukan setiap hari dan untuk pengemasan susu cup dilakukan 2 kali dalam seminggu dengan waktu yang bersamaan dengan pengemasan susu prepack. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa ratarata tingkat kebisingan saat pengemasan susu prepack dengan mesin yang beroperasi hanya Prepack Machine saja yaitu 70,47 db dengan nilai maksimum yaitu 75,8 db dan nilai minimum 65,9 db. Pada saat pengemasan susu prepack dan susu cup dengan kondisi kedua mesin beroperasi yaitu Prepack Machine dan Auto Sealing Cup Machine, ratarata tingkat kebisingan yang terjadi yaitu 77,75 db dengan nilai maksimum yaitu 86,7 dan nilai minimum yaitu 69,5 db. Berdasarkan dengan yang terlampir pada Tabel 3 yaitu mengenai kondisi suara dan batas tingkat kebisingan maka pada kondisi hanya Prepack Machine FTIP00635/057

20 44 yang beroperasi tergolong dalam kondisi suara kuat yaitu berkisar antara 7080 db dan dalam kondisi kedua mesin beroperasi yaitu Prepack Machine dan Auto Sealing Cup Machine tergolong dalam kondisi suara kuat. Tetapi dalam dalam saat tertentu kondisi suara tergolong dalam kondisi sangat hiruk pikuk karena nilai kebisingan maksimum mencapai 86,7 db pada saat terjadi kesalahan pada pengemasan yang menyebabkan salah satu bagian mesin mengeluarkan suara yang sangat keras. Dengan mengacu pada Tabel 4 yaitu Lama Tingkat Kebisingan yang Diperbolehkan Menurut Kepmen No. 5/MEN/999, bahwa lama kebisingan maksimum yang diperbolehkan selama kegiatan berlangsung 8 jam/hari yaitu 88 db. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan yang terjadi selama proses pengemasan dan pengepakan berlangsung selama minimal 3 jam dan maksimal 7 jam (didasarkan atas banyaknya permintaan yang diterima) dengan nilai ratarata dari kebisingan yang terjadi yaitu 70,47 db dan 77,75 db masuk dalam kategori aman untuk dilakukan dan tidak menimbulkan efek jangka panjang sehingga tidak perlu dilakukan evaluasi Suhu dan Kelembaban Pengukuran terhadap suhu ruangandan tingkat kelembaban (RH) ruangan dilakukan pada 5 titik yang menjadi tempat aktivitas para pekerja dengan perbedaan waktu setiap ulangan adalah,5 jam. Dari hasil pengukuran suhu pada ruangan pengemasan dan pengepakan diperoleh data seperti pada Tabel 0. Tabel 0. Suhu Ruangan Pengemasan dan Pengepakan Ulangan Titik Pengukuran Suhu Ruangan (0C) Hari 24,4 24,2 24,3 24,4 24,5 Hari ,8 23, ,9 Hari 3 24,2 24,2 24, 24, 24,2 Hari 4 24,4 24,2 24,4 24,3 24,3 Hari 5 24, Sumber : Data Primer 24, 24 24, 24,2 RataRata = 24,70C FTIP00635/058

21 45 Pada suhu ruangan yang di dapat dalam pengukuran di lapangan bahwa hasil nilai ratarata adalah 24,7 0C. Berdasarkan Tabel mengenai pengaruh yang ditimbulkan pada berbagai tingkat suhu bahwa suhu yang terdapat pada bagian pengemasan dan pengepakan dikategorikan dalam kondisi optimum dimana dengan suhu ± 24 0C menurut Wignjosoebroto (2006) adalah suhu yang paling produktif untuk pekerja didalam suatu ruangan kerja dan tidak perlu untuk dilakukan evaluasi karena tidak memberikan pengaruh yang ditimbulkan untuk pekerja dalam jangka panjang. Hasil pengukuran kelembaban ruangan (RH) pada bagian pengemasan dan pengepakan seperti pada Tabel. Tabel. Tingkat Kelembaban (RH) Ruangan Pengemasan dan Pengepakan Ulangan Titik Pengukuran Kelembaban Ruangan (%) Hari 72 72,5 7, ,2 Hari 2 72, ,5 7,8 Hari ,5 72,4 72,4 Hari 4 7,4 7,8 7,4 7,5 7,8 Hari 5 7,2 Sumber : Data Primer 72, 72,4 7,8 72,5 RataRata = 72,06% Untuk nilai kelembaban nisbi (RH) atau suhu bola basah yang didapat dalam pengukuran dilapangan bahwa hasil nilai ratarata adalah 72,06 %. Yang dimaksud dengan kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung di dalam udara. Kelembaban sangat berkaitan dan dipengaruhi oleh suhu udara, semakin suhu meningkat maka tingkat kelembaban semakin rendah (Sutalaksana,dkk. 2007). Karena suhu saat dilakukan pengukuran pada kondisi optimum yaitu 24,7 0C maka tingkat kelembaban berada pada kondisi optimum yaitu 72,06 %. 4.6 Perbaikan Metode Kerja Pada analisis sistem kerja yang berlangsung sebelumnya dengan menggunakan peta tangan kiri dan tangan kanan adanya kegiatan yang tidak FTIP00635/059

22 46 efektif seperti kondisi tangan yang mengganggur ketika salah satu tangan dalam kondisi kerja. Dengan melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukannya perbaikan metode kerja. Perbaikan metode kerja dilakukan dengan perancangan dan penerapan sistem kerja dengan memodifikasi sistem kerja sebelumnya dengan prinsip ekonomi gerakan yaitu menghilangkan beberapa gerakan dan menggabungkan beberapa gerakan untuk menghilangkan waktu kelonggaran yang terjadi sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Tabel 2. Usulan Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengepakan Susu Prepack PETA TANGAN KIRI DAN KANAN Pekerjaan : Pengepakan Susu Prepack (Prepack) No Peta :3 Sekarang Usulan Dipetakan Oleh : Mauludin Azis Jarak Waktu Waktu Jarak TANGAN KIRI (m) (dt) (dt) (m) Menjangkau krat susu,6,6 Mengarahkan 0,7 0,7 sementara krat susu Melepaskan krat susu Mencari kemasan susu Memilih kemasan susu yang akan diambil Memegang kemasan susu (2 buah) Mengarahkan 0,4 4,4 0,7 Melepas kemasan susu ke dalam krat Mengarahkan kemasan susu di dalam krat (merapihkan) Total 4,8 Waktu tiap siklus Jumlah produk susu tiap siklus 4,3 :4,4 detik : 5 buah TANGAN KANAN Menjangkau krat susu Melepaskan krat susu Menjangkau kemasan susu Mencari kemasan susu Memegang kemasan susu (3 buah) Memegang kemasan susu Memegang kemasan susu Mengarahkan Melepas kemasan susu ke dalam krat FTIP00635/060

23 47 Tabel 3. Usulan Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengepakan Susu Cup Rasa PETA TANGAN KIRI DAN KANAN Pekerjaan : Pengepakan Susu Cup Rasa No Peta :4 Sekarang Usulan Dipetakan Oleh : Mauludin Azis Jarak Waktu Waktu Jarak TANGAN KIRI (m) (dt) (dt) (m) Mencari kemasan 0,4 susu cup Memilih kemasan susu cup yang akan 0, diambil Memegang kemasan susu cup Memeriksa kemasan susu apakah ada yang rusak atau tidak Mengarahkan Melepas kemasan susu ke dalam krat Mengarahkan 0, sementara kemasan di dalam krat (memposisikan) Melepaskan kemasan susu Total Waktu tiap siklus Jumlah produk susu tiap siklus 0, 0, 3,4 :3,5 detik : 6 buah 3,5,2 TANGAN KANAN Mencari kemasan susu cup Memilih kemasan susu cup yang akan diambil Memegang kemasan susu cup Memeriksa kemasan susu apakah ada yang rusak atau tidak Mengarahkan Melepas kemasan susu ke dalam krat Mengarahkan kemasan susu yang berada di dalam krat (merapihkan) Melepaskan kemasan susu Berdasarkan perbandingan peta tangan kiri dan kanan dari sistem kerja yang berlangsung dengan usulan yang direkomendasikan persentase gerakangerakan yang dikurangi atau dilakukan bersamaan dengan gerakan yang lain. Pada pengepakan susu prepack jumlah gerakan dari sistem kerja yang berlangsung adalah 2 gerakan menjadi 9 gerakan pada sistem kerja yang diusulkan maka pengurangan gerakan yang terjadi adalah sebesar 25%. Pada pengepakan susu cup, jumlah gerakan dari sistem kerja yang berlangsung adalah 4 gerakan menjadi 8 gerakan pada sistem kerja yang diusulkan maka pengurangan gerakan yang terjadi adalah sebesar 42,8% FTIP00635/06

24 48 Penggunaan alat bantu berupa kursi duduk untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh yang dialami diperlukan ketika proses pengepakan berlangsung ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Kursi Untuk Proses Alat Bantu Pengepakan Susu Prepack (Kiri) dan Kursi Untuk Alat Bantu Proses Pengepakan Susu Cup (Kanan) Maka perhitungan untuk keseluruhan waktu siklus setelah proses evaluasi sistem kerja pengepakan menggunakan rancangan sistem kerja usulan dengan asumsi tidak terjadi kelonggaran waktu terhadap pekerja dan maintenance mesin selama proses pengepakan berlangsung dan jumlah permintaannya disamakan dengan jumlah permintaan sebelum proses penerapan sistem kerja usulan yaitu 7000 kemasan untuk susu prepack dan 8000 kemasan untuk susu cup adalah sebagai berikut :. Susu Prepack Untuk 5 kemasan = 4,4 detik kemasan = 4,4 / 5 = 0,88 detik Maka keseluruhan waktu pengepakan susu prepack yang dibutuhkan dalam memenuhi permintaan konsumen adalah : 7000 x 0,88 = 660 detik =,7 jam 2. Susu Cup Untuk 6 kemasan = 3,5 detik kemasan = 3,5 / 6 FTIP00635/062

25 49 = 8 detik Maka keseluruhan waktu pengepakan susu cup yang dibutuhkan dalam memenuhi permintaan konsumen adalah : 8000 x 8 = 4640 detik =,28 jam Setelah dilakukan evaluasi kerja dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan waktu siklus yang sangat signifikan dibandingkan sebelumnya. Waktu siklus pada pengepakkan susu plain sebelumnya adalah 7 detik dan pada susu cup adalah 7, detik menjadi 4,4 detik untuk pengepakan susu plain dan 3,5 detik untuk pengepakkan susu cup. Dengan melihat keseluruhan waktu siklus dalam memenuhi permintaan konsumen untuk pengepakan susu prepack dan susu cup. Untuk susu plain total keseluruhan yaitu 2,72 jam dan susu cup yaitu 2,62 jam. Pada penerapan sistem kerja usulan, waktu yang dibutuhkan dalam mengepak susu prepack adalah,7 jam dan susu cup adalah,28 jam sehingga dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja sebesar 37% (susu prepack) dan 5% (susu cup). 4.7 Waktu Baku Analisis waktu kerja dilakukan untuk mencari tingkat efisiensi dari penggunaan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Suatu pekerjaan akan dikatakan efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Dalam analisis ini hasil akhir yang dicapai adalah menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metoda kerja yang terbaik, maka perlu diterapkan prinsipprinsip dan teknikteknik pengukuran kerja. Analisis waktu kerja ini akan berhubungan dengan usahausaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Dari hasil pengukuran waktu siklus pengepakan susu prepack dan susu cup pada sistem kerja yang berlangsung diperoleh data pada Tabel 4. FTIP00635/063

26 50 Tabel 4. Waktu Siklus Pengepakan Susu Prepack dan Susu Cup Nama Pekerja Lama Bekerja (Tahun) Acep Gumilar 5,67 Dedi Suryadi 2,25 Nyanyang 2,25 Adriana Toni 0,67 Hadi Supriyadi,08 Dani Hermawan 2,25 Devi M Fauzan 0,7 Asep Suparman 0,67 RataRata Sumber : Data Primer dan Lampiran Waktu Siklus Pengepakan Pada Sistem Kerja Berlangsung(detik/siklus) Susu Plain Susu Cup 2,46 2,56 4,7 2,76 5,20 3,24 7,96 5,0 3,64 9,4 6,99 6,24 Waktu Siklus Pengepakan Dengan Penerapan Usulan Kerja Baru (detik/siklus) Susu Plain Susu Cup 2,37,82 3,26,87 3,97 2,5 6,59 3,77 2,67 7,72 4,3 4,69 Penyesuaian menurut Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dapat menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja dimana setiap faktorfaktor tersebut dibagibagi menjadi kelaskelas yang digunakan untuk menentukan besarnya nilai penyesuaian, yaitu : keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Berikut ini adalah hasil penilaian kelonggaran terhadap pekerja di bagian pengemasan dan pengepakan untuk mendapatkan nilai faktor penyesuaian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Faktor Penyesuaian Pekerja di Bagian Pengemasan dan Pengepakan MT KPBS Faktor Penyesuaian Keterampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi Jumlah Pekerja Acep Dedi Nyanyang Toni Hadi Dani 0, 0,06 0, 0,06 0, 0, 0,05 0,08 0,08 0,05 0,08 0,05 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,9 4 0,6 0,4 Ratarata Faktor Penyesuaian = 0,87 0,9 Devi 0,06 0,05 0,02 0,03 0,6 Asep 0,06 0,08 0,02 0,03 0,9 FTIP00635/064

27 5 Berdasarkan Tabel 5, diketahui besarnya faktor penyesuaian kerja untuk pekerja di bagian pengemasan dan pengepakan adalah sebesar 0,9. Untuk waktu normal pada mesin yang digunakan berdasarkan faktor penyesuaian para pekerja ditunjukan pada Tabel 6. Tabel 6. Waktu Normal Pengepakan Susu Prepack dan Susu Cup Nama Pekerja Lama Bekerja (Tahun) Acep Gumilar 5,67 Dedi Suryadi 2,25 Nyanyang Adriana 2,25 Toni 0,67 Hadi Supriyadi,08 Dani Hermawan 2,25 Devi M Fauzan 0,7 Asep Suparman 0,67 RataRata Sumber : Data Primer dan Lampiran Waktu Normal Pengepakan Pada Sistem Kerja Berlangsung (detik/siklus) Susu Plain Susu Cup 2,93 3,04 5,6 3,28 6,9 9,47 5,96 4,33 0,88 8,32 3,86 7,43 Waktu NormalPengepakan Dengan Penerapan Usulan Kerja Baru (detik/siklus) Susu Plain Susu Cup 2,82 2,7 3,88 2,23 4,72 7,84 4,49 3,8 9,9 4,9 2,98 5,58 Dari data pada Tabel 5, kemudian dilakukan perhitungan waktu baku dengan memperhitungkan kelonggaran. Kelonggaran yang diperhitungkan meliputi : kelonggaran untuk faktorfaktor yang berpengaruh, kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, dan kelonggaran untuk hambatanhambatan yang tidak dapat dihindarkan. Penilaian kelonggaran untuk faktorfaktor yang berpengaruh dilakukan berdasarkan tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan mata, keadaan suhu, keadaan udara, dan keadaan lingkungan. Untuk lebih jelas, besarnya nilai kelonggaran yang berpengaruh dapat dilihat pada Lampiran. Berikut ini adalah hasil penilaian terhadap kelonggaran pekerjaan yang dilakukan di bagian pengemasan dan pengepakan disajikan pada Tabel 7. FTIP00635/065

28 52 Tabel 7. Kelonggaran Pekerja di Bagian Pengemasan dan Pengepakan MT KPBS Pada Sistem Kerja Yang Berlangsung Kelonggaran Prepack. Faktorfaktor yang berpengaruh, antara lain : a. Tenaga yang dikeluarkan b. Sikap kerja c. Cara kerja d. Kelelahan mata e. Keadaan suhu f. Keadaan udara g. Keadaan lingkungan 2. Kebutuhan Pribadi 3. Hambatan tidak dapat terhindarkan Total RataRata Sumber : Data Primer dan Lampiran Mesin yang Di Operasikan Prepack Auto Sealing Auto Sealing 2 Cup Cup 2 7,5% 7,5% 7,5% 7,5% 0% 0% 7,5% 5% 5% 0% 0% 7,5% 5% 5% 8% 0% 7,5% 5% 5% 8% 0% 7,5% 5% 5% % 2,5% % 2,5% % 2,5% % 2,5% 0% 0% 0% 0% 48,5% 48,5% 48,5% 46,5% 46,5% 46,5% Berdasarkan Tabel 7, diketahui besarnya kelonggaran untuk pekerjaan pada setiap mesin yang digunakan di bagian pengemasan dan pengepakan pada sistem kerja yang berlangsung. Dengan memperhitungkan kelonggaran tersebut, maka didapatkan waktu bakunya sebagai berikut :. Pengepakan Susu Prepack Waktu Baku = (Waktu normal ) + (Waktu normal x Kelonggaran) Waktu Baku = (3,86 detik) + (3,86 x 0,49) Waktu Baku = 5,75 detik/siklus Waktu Baku = 57,5 detik/krat 2. Pengepakan Susu Cup Waktu Baku = (Waktu normal ) + (Waktu normal x Kelonggaran) Waktu Baku = (7,43 detik) + (7,43 x 0,47) Waktu Baku = 0,92 detik/siklus Waktu Baku = 28,4 detik/krat FTIP00635/066

29 53 Berikut ini adalah hasil penilaian terhadap kelonggaran pekerjaan setelah usulan kerja yang baru diterapkan dengan penggunaan alat bantu kerja disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Kelonggaran Pekerja di Bagian Pengemasan dan Pengepakan MT KPBS Sesudah Penerapan Usulan Sistem Kerja Baru Kelonggaran Prepack. Faktorfaktor yang berpengaruh, antara lain : a. Tenaga yang dikeluarkan b. Sikap kerja c. Cara kerja d. Kelelahan mata e. Keadaan suhu f. Keadaan udara g. Keadaan lingkungan 2. Kebutuhan Pribadi 3. Hambatan tidak dapat terhindarkan Total RataRata Sumber : Data Primer dan Lampiran Mesin yang Di Operasikan Prepack Auto Sealing Auto Sealing 2 Cup Cup 2 6% 6% 6% 6% % 0% 7,5% 5% 5% % 0% 7,5% 5% 5% % 0% 7,5% 5% 5% % 0% 7,5% 5% 5% % 2,5% % 2,5% % 2,5% % 2,5% 0% 0% 0% 0% 38% 38% 38% 38% 38% 38% Berdasarkan Tabel 8, besarnya kelonggaran untuk pekerjaan pada setiap mesin yang digunakan di bagian pengemasan dan pengepakan sesudah penerapan usulan sistem kerja baru. Dengan memperhitungkan kelonggaran tersebut, maka didapatkan waktu bakunya sebagai berikut :. Pengepakan Susu Prepack Waktu Baku = (Waktu normal ) + (Waktu normal Kelonggaran) Waktu Baku = (2,98 detik) + (2,98 0,40) Waktu Baku = 4,7 detik/siklus Waktu Baku = 4,7 detik/krat 2. Pengepakan Susu Cup Waktu Baku = (Waktu normal ) + (Waktu normal Kelonggaran) Waktu Baku = (5,58 detik) + (5,58 8) FTIP00635/067

30 54 Waktu Baku = 7,70 detik/siklus Waktu Baku = 54 detik/krat Berdasarkan perhitungan waktu baku yang sudah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi sistem kerja dengan prinsip ekonomi gerakan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 27,82 % untuk pengepakan susu prepack dan 29,67 % untuk pengepakan susu cup. Tabel 9. Perbandingan Antara Sistem Kerja Eksisting Dengan Sistem Kerja Usulan Pengepakan Susu Cup Pengepakan Susu Cup Eksisting Usulan Mencari Mencari dan memilih Memilih Memilih dan mengarahkan sementara Memegang Mengarahkan sementara dan mencari Mengarahkan sementara Mengarahkan sementara dan memegang FTIP00635/068

31 55 Eksisting Usulan Memegang Mengarahkan dan memegang Mengarahkan Melepaskan Mengobrol Waktu Baku (detik/krat) Usulan Tabel 20. Perbandingan Antara Sistem Kerja Eksisting Dengan Sistem Kerja Usulan Pengepakan Susu Prepack Susu Prepack Memegang Memilih dan memegang FTIP00635/069 Eksisting 54 28,4 Melepaskan

32 56 Mencari Mencari dan memilih Memilih Mengarahkan dan memegang Memegang Melepaskan dan memilih Menganggur Waktu Baku (detik/krat) FTIP00635/070 4,7 57,5 Usulan Eksisting Mengarahkan Mengarahkan dan memegang Melepaskan Melepaskan dan mengarahkan

33 Rasa Sakit yang Terjadi Akibat Pekerjaan Pengambilan data untuk rasa sakit yang terjadi akibat pekerjaan dilakukan terhadap seluruh pekerja yang berada di bagian pengemasan dan pengepakan. Berdasarkan hasil kuesioner dengan menggunakan form Nordic dan Westinghouse, mendapatkan hasil bahwa hampir semua pekerja mengalami rasa sakit pada wilayah leher, bahu sampai tangan pinggang dan bahkan ada yang mengalami sakit pada wilayah pantat. Ini disebabkan saat proses kegiatan pengepakan, anggota tubuh yang lebih banyak digunakan atau bergerak adalah tubuh bagian atas, dari pinggang sampai kepala. Sakit yang paling banyak dikeluhkan adalah bagian bahu dan lengan. Ini dikarenakan pada proses pengepakan kegiatan kerja yang dilakukan bersifat statis dan berulang pada bagian tubuh tersebut sehingga otototot pada lengan dan bahu lebih cepat mencapai kelelahan dibandingkan dengan bagian tubuh yang lainnya. Untuk rasa sakit pada di bagian pantat dikarenakan permukaan dari alat bantu duduk yang digunakan untuk mengepak tidak rata yaitu hanya menggunakan krat yang belum dipakai untuk mengepak sehingga menyebabkan kurang nyaman dan sakit pada pekerja. Menurut Easmant (986) dalam Rohman (2008) menyebutkan bahwa suatu pekerjaan termasuk kedalam highly repetitive task jika memiliki siklus waktu 30 detik atau kurang. Berdasarkan hal tersebut, maka pekerjaan pada pengepakan ini dapat dimasukkan dalam klasifikasi highly repetitive task. Walaupun kebutuhan energi oleh kerja ini biasanya cukup rendah,kerja yang berulangulang ini biasanya menggunakan sekumpulan kecil dari otot dan berotasi sekitar pergelangan tangan, siku dan sendi bahu. Hal ini biasanya diikuti oleh gejalagejala dari peradangan dan rasa sakit yang tergabung menjadi satu yang disebut repetitivemotion disorders. Sekumpulan rasa sakit itu terjadi mulai dari peradangan sendi sampai menyebabkan rasa sakit pada otot akibat terjebaknya syaraf. Peradangan ini yang menyebabkan timbulnya rasa sakit pada sendisendi yang terlibat. Repetitivemotion disorders ini sering terjadi pada tubuh bagian atas dan wilayah sekitar leher. FTIP00635/07

34 Rekomendasi Dari hasil analisis terhadap variabel pengamatan yang telah dilakukan, selanjutnya dapat direkomendasikan beberapa hal yang dapat meningkatkan produktivitas para pekerja. Hal yang rekomendasikan adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan sendiri dan harus melalui persetujuan dan kebijakan perusahaan. Ini bisa dijadikan masukan untuk perusahaan agar dapat meningkatkan produktivitas para pekerjanya. Adapun yang direkomendasikan adalah kondisi lingkungan kerja, alat bantu kerja dan pencahayaan Tata Letak Mesin Pengemasan Berdasarkan analisis kondisi ruangan yang dijelaskan pada sebelumnya terdapat masalah pada tata letak mesin yang ada saat ini. Tata letak mesin pengemasan susu cup (Auto Sealing Cup Machine) terlalu dekat dengan pintu pengubung antara ruangan pengolahan dan ruangan pengemasan dan pengepakan sehingga saat dilakukan proses pengepakan susu cup terjadi kesulitan saat ada pekerja yang akan masuk ke dalam ruangan karena jarak antara mesin dengan pintu,2 m. Saat krat susu siap digunakan untuk pengepakan akan menghalangi akses masukkeluar pintu. Dimensi dari krat susu yang digunakan adalah panjang 60 cm, lebar 42 cm dan tinggi 20 cm. Gambar 20. Krat Yang Digunakan Dalam Proses Pengepakan Hal ini menjadi keluhan para pekerja dan orang lain yang akan masuk atau keluar melalui pintu ini, sehingga mereka harus menunggu pengepakan selesai dan krat dipindahkan. Usulan untuk rekomendasi yang dapat diberikan adalah FTIP00635/072

35 59 penggeseran Auto Sealing Cup Machine yang berada di dekat pintu sejauh ±40 cm ke arah dalam ruangan agar pada saat pengepakan berlangsung, krat tidak menghalangi akses masukkeluar pintu Alat Bantu Kerja Ergonomi Berdasarkan analisis kelelahan kerja yang dijelaskan sebelumnya adalah timbulnya masalah sakit pada bagian tubuh bagian pinggang karena proses pemindahan yang berlangsung saat ini digeser tanpa menggunakan alas apapun sehingga dapat merusak krat dan beban tenaga untuk mendorong krat yang terisi kemasan susu lebih besar sehingga cepat menimbulkan kelelahan para pekerja. Gambar 2. Eksisting Proses Pemindahan Krat Isi Kemasan Susu Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu penggunaan troli untuk proses memindahkan krat yang kosong maupun yang terisi ke dalam mobil distribusi. Gambar 22. Troli Yang Digunakan Sebagai Alat Bantu Ergonomi FTIP00635/073

36 60 Gambar 23. Proses Pemindahan Krat Isi Kemasan SusuSetelah Evaluasi Pencahayaan Ruangan Berdasarkan analisis pencahayaan yang di jelaskan sebelumnya bahwa tingkat pencahayaan yang terjadi didalam ruangan pengemasan dan pengepakan masih jauh dari standar normal yaitu 77,7 lux dengan ketetapan sudah ditentukan oleh KEMENKES RI. No. 405/MENKES/SK/XI/02 bahwa lingkungan kerja pengemasan dan pengepakan masuk dalam kategori pekerjaan rutin dengan tingkat pencahayaan minimal yaitu 300 lux. Untuk detail kebutuhan pencahayaan dalam ruangan dihitung dengan menggunakan metode perhitungan indeks ruang yang selanjutnya dapat dijadikan rekomendasi sebagai berikut : Berdasarkan ketetapan KEMENKES RI. No. 405/MENKES/SK/XI/02 untuk lingkungan kerja kategori pekerjaan rutin yang dilakukan terusmenerus adalah 300 lux. Sumber penerangan yang direkomendasikan yaitu 4 x TL 40 W, sehingga arus cahaya tiap armatur sebesar 4 x lm = lm. Cu : Coefisien of Utilization = 0,65 LLF : Light Loss Factor = 0,8 Banyak lampu (n) yang diperlukan yaitu sebesar : n= n=,, = 3,84 4 buah FTIP00635/074

37 6 Ditentukan banyak lampu yang dibutuhkan sebanyak 4 buah, tiap lampu berisi 4 TL a 40W, dipasang seperti layout sebelumnya. Jadi hanya jenis lampu yang dirubah untuk di dalam ruangan tersebut. Untuk keseluruhan rekomendasi yang disulkan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rekomendasi Lingkungan Fisik Aktual Yang Ada di Dalam Ruangan Pengemasan dan Pengepakan MT KPBS No Eksisting Tata letak mesin pengemasan Auto Sealing Cup Machine yang belum sesuai yaitu hanya berjarak ± 0,6 m dari pintu, Ideal Posisi mesin pengemasan yang berjarak cukup jauh yaitu ± m dari pintu akses keluar masuk pekerja 2 Belum menggunakan alat bantu ergonomi untuk kegiatan pengepakan yang berada di dalam ruangan 3 Tingkat Pencahayaan ratarata yang terjadi di dalam ruangan adalah 77,7 lux karena menggunakan lampu LHE 8 Watt dengan kondisi hanya 2 yang aktif dari 4 buah Harus adanya penggunaan alat bantu ergonomi untuk kegiatan yang dikategorikan kegiatan rutin untuk mengurangi tingkat kelelahan maupun rasa sakit Tingkat pencahayaan minimal untuk kegiatan yang berlangsung atau rutin menurut KEMENKES RI No. 405/MENKE S/SK/XI/02 adalah 300 lux Kelebihan Kekurangan Ketika proses pengepakan berlangsung dan ada yang keluar masuk melalui pintu maka kegiatan pengepakan berhenti sementara sehingga ratio waktu delay bertambah Apabila sering mengalami rasa sakit maka dapat mengurangi tingkat produktivitas dan dapat menimbulkan efek jangka panjang seperti kecacatan pada bagian tubuhnya di masa depan. Akan menimbulkan efek jangka panjang yaitu melemahnya kemampuan mata karena intensitas cahaya yang didapat oleh mata sangat kurang Rekomendasi Pemindahan posisi mesin pengemasan yaitu Auto Sealing Cup Machine sejauh 40 cm kearah dalam ruangan Penggunaan alat bantu ergonomi seperti troli untuk pemindahan krat isi maupun krat yang kosong ke mobil distribusi Penggantian jenis lampu yang digunakan yaitu 4 buah yang berisi 4 TL a 40W dengan posisi layoutnya tetap seperti sebelumnya FTIP00635/075

38 62 No 4 Eksisting Tingkat kebisingan ratarata yang terjadi di dalam ruangan adalah 77,75 db 5 Tingkat suhu ratarata yang terjadi didalam ruangan adalah 24,7 0 C dan tingkat kelembaban ratarata yang terjadi adalah 72,06% Ideal Tingkat kebisingan maksimum yang diperbolehkan selama kegiatan rutin 8 jam menurut Kepmen No. 5/MEN/999 adalah 88 db Tingkat suhu yang dikategorikan optimum untuk kegiatan rutin adalah ± 24 0C dengan tingkat kelembaban relativnya yaitu ± 72,5% Kelebihan Tidak menimbulkan efek jangka panjang karena tingkat kebisingan yang terjadi masih dibawah batas maksmum yang ditetapkan Kondisi didalam ruangan untuk suhu dan kelembaban berada atau dalam kategori optimum untuk produktivitas Kekurangan Rekomendasi Tidak perlu dilakukan perbaikan. Tidak perlu dilakukan perbaikan FTIP00635/076

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Sari Harum adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi kerupuk, dimana perusahaan tersebut ingin meningkatkan kelancaran sistem kerjanya, dalam memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan Dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun di PT. Surya Alam Rekananda pada proses pengeringan jagung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Perancangan fasilitas fisik Perancangan fasilitas fisik yang baik bagi gerbong kereta api Argo Wilis penumpang kelas eksekutif dilihat dari sudut pandang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengamatan perbaikan sistem kerja di perusahaan, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu: 1. Waktu baku yang dibutuhkan dari setiap proses

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerja Suatu sistem kerja terdiri dari elemen manusia, material, mesin,metode kerja dan lingkungan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi sehingga dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Tata Letak Gudang Bahan Baku Peletakan bahan baku pada kavling untuk saat ini belum ada peletakan yang tetap. Bahan baku yang datang diletakkan pada tempat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang atas penelitian yang dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan yang digunakan pada tugas akhir. 1.1

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ok Donat merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan. Pada perusahaan ini terdapat beberapa stasiun kerja, yaitu stasiun penggilingan bahan baku, stasiun pembentukan adonan

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Keergonomisan Sarana Fasilitas Fisik Gerbong Kereta Makan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung)

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) WORK SYSTEM DESIGN IN DRY-CORN PROCESSING REFER TO ERGONOMIC

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan dan kemajuan dalam bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat, perkembangan ini dirasakan hampir disemua sektor industri, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

DAFTAR ISI (LANJUTAN) DAFTAR ISI (LANJUTAN) BAB HALAMAN 5.6.4. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test... V-45 5.7. Penetapan Data Antropometri... V-48 5.7.1. Perancangan dengan Menggunakan Dimensi Tubuh yang Ekstrim...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan Bab 1. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Gerakan kerja operator berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan gerakan-gerakan kerjanya, tata letak tempat kerja, dan perancangan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada CV. Motekar, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya perkembangan jaman, maka berbagai bidang yang ada mengalami perkembangan yang pesat pula. Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pada zaman serba modern ini kebutuhan semakin meningkat. Salah satunya adalah pakaian. CV.Tiga Bintang Mulia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konveksi. Saat ini perusahaan mengalami

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian dalam negeri, baik itu industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan memiliki targetnya masingmasing dalam mencapai tujuan perusahaan itu sendiri. Salah satu faktor untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Ada beberapa fasilitas fisik di kamar tidur 1 yang belum ergonomis, yaitu tempat tidur ukuran double, meja rias, kursi rias dan console table. 2. Fasilitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik perlu diperhatikan faktor pekerja, mesin dan peralatan serta lingkungan. CV.MOTEKAR adalah pabrik yang memproduksi berbagai jenis boneka.boneka yang

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT.

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Karya Kita merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri percetakan. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1970, dan terletak di Jalan Pasir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan-gerakan kerja operator untuk tiap stasiun kerja sudah dirancang

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Lingkungan Fisik dan Fasilitas Fisik Aktual Lingkungan Fisik Temperatur Temperatur pada ruangan-ruangan yang ada di lantai 3 dan 5 gedung GWM ini tidak merata

Lebih terperinci

Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini jaringan internet sudah banyak digunakan oleh manusia, khususnya di lingkungan mahasiswa. Melalui jaringan internet, manusia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xviii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xviii ABSTRAK Warnet merupakan sarana alternatif yang sering digunakan untuk browsing internet. Banyaknya warnet saat ini mendorong peneliti melakukan penelitian untuk merancang suatu warnet yang ideal. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan manusia modern delapan puluh persennya dilakukan di dalam ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penarikan kesimpulan diperoleh dari hasil pengolahan data serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya. Adapun beberapa kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

SISTEM KERJA. Nurjannah

SISTEM KERJA. Nurjannah SISTEM KERJA Nurjannah Definisi Sistem Kerja Sistem adalah komponen komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama guna mencapai tujuan tertentu. Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan BORSANO merupakan sebuah home-industry yang bergerak di bidang produksi sepatu kulit. Saat ini perusahaan memiliki masalah yaitu waktu baku setiap stasiun kerja tidak diketahui, kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diketahui. Informasi dapat diperoleh melalui beberapa sarana, antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian preparasi dan pengemasan merupakan bagian yang prosesnya dapat dikategorikan sebagai kegiatan produksi tipe flow shop karena proses produksi terjadi secara terus menerus

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah penarikan kesimpulan yang berisi rangkuman dari analisis, serta perumusan masalah yang harus dijawab dengan jelas dan ringkas. 7.1.1 Temperatur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti ingin mempertahankan keberadaannya di dunia usaha dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kemajuan perekonomian di Indonesia telah membuat perusahaan semakin bersaing. Oleh karena itu, perusahaan terus memperbaiki dan mempertahankan produk yang mereka hasilkan. Perusahaan terus memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada perusahaan JOIES CLUB, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya perkembangan jaman, maka berbagai bidang yang ada mengalami perkembangan yang pesat pula. Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Waktu Baku Aktual Setiap Stasiun Kerja yang Diamati Menghitung waktu baku aktual setiap stasiun kerja dengan metoda langsung dan tidak langsung. Berikut adalah rangkuman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian

Lebih terperinci

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Akhmad Rafsanjani 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa rafsanjani089@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang, sedangkan di era krisis global saat ini kebutuhan hidup melambung tinggi termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2

ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2 ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis mengenai sarana- sarana fisik dan lingkungan fisik ruangan laboratorium sistem produksi jurusan teknik industri ada yang sudah ergonomis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi di bidang industri. Salah satu bidang industri itu adalah industri manufaktur.

Lebih terperinci

ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Semakin tinggi permintaan dari pasar, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan tersebut, tetapi dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi obat paracetamol 5 mg, jika dilihat dari segi antropometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG Ade Supriatna, ST. MT, Ir. Atik Kurnianto, MEng. Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Industri Abstrak Usaha mikro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

II.12 Methods Time Measurement (MTM-1)... II-18 II.13 Bagan Analisa... II-30 II.14 Pengukuran Antropometri... II-30 II.15 Perhitungan Persentil...

II.12 Methods Time Measurement (MTM-1)... II-18 II.13 Bagan Analisa... II-30 II.14 Pengukuran Antropometri... II-30 II.15 Perhitungan Persentil... ABSTRAK PT. Berdikari Metal Engineering memproduksi berbagai macam bagian sparepart motor. Masalah yang dihadapi perusahaan adalah keinginan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi waktu produksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION

ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION (OCRA) (Studi Kasus : PT. SAMIDI GLASS AND CRAFT, BAKI, SUKOHARJO) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

DEFINISI. Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja. Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri

DEFINISI. Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja. Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri DEFINISI Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja MACAM Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri Peta Pekerja dan Mesin : Menggambarkan Koordinasi

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beragam aktivitas dilakukan manusia setiap harinya baik itu makan, bekerja, belajar, beristirahat, ataupun bermain. Aktivitas belajar dan bekerja merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pesatnya perkembangan dunia informatika yang ditandai dengan adanya internet saat ini telah membuat banyak orang membuka usaha warnet. Untuk mendapatkan rancangan suatu warnet yang ideal, maka

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Dilihat dari kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi mochi kacang, jika ditinjau dari segi antropometri

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang agri-food. Unit perusahaan di Cirebon sebagai tempat penelitian menghasilkan produk pakan ternak, berbentuk tepung, crumble dan pellet. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini engolahan data Gambar 4.1 Skema Metodologi Penelitian 79 A Perancangan Keseimbangan Lini Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hotel merupakan suatu tempat atau akomodasi bagi orang yang berada di luar daerah atau mancanegara. Kota Bandung merupakan kota pariwisata yang banyak menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja (Suma mur,2009). Faktor pendukung ini diantaranya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja (Suma mur,2009). Faktor pendukung ini diantaranya yaitu II-20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK Saat ini banyak orang belum mempunyai internet, sehingga banyak usaha yang menyediakan internet atau warung internet (warnet). Objek penelitian yang diambil yaitu warnet X di Bandung. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis mengenai dimensi fasilitas fisik, tata letak ruangan, dan lingkungan fisik, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa fasilitas fisik

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS BAB 6 USULAN DAN ANALISIS 6.1 Stasiun Kerja Usulan Berikut merupakan nama-nama stasiun kerja usulan yang digunakan untuk memproduksi toy Nxxxx. Pada usulan ini terdapat 27 stasiun kerja, berikut merupakan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Panasia Indo Resources merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tekstil, yaitu pembuatan benang DTY. Pada perusahaan ini ada beberapa stasiun kerja, yaitu stasiun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sinar Sanata Electronic Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga (merk Dai-ichi)

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci