BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan telah diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil dilakukan pada hasil perbaikan metode kerja serta melakukan perbaikan meja dan kursi di stasiun assembly sol. 5.1 ANALISIS SISTEM (METODE) KERJA AWAL DI STASIUN ASSEMBLY SOL Pada laporan hasil penelitian ini, digunakan ergonomi checkpoint yang sudah di modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pada tempat yang di teliti yaitu pabrik kerajinan sepatu Yessy untuk mengetahui kondisi awal lingkungan kerja pada keseluruhan stasiun kerja, dan menemukan solusi praktis demi meningkatkan kondisi kerja, keselamatan, dan kesehatan dari tiap nilai-nilai dari segi pandang ergonomi di pabrik kerajinan sepatu Yessy yang dibagi menjadi 10 stasiun kerja yaitu; stasiun pemolaan, stasiun pejahitan, stasiun penyesekan, stasiun pengamplasan, stasiun assembly sol, stasiun pengepressan, stasiun pemasangan label, stasiun penyemiran, stasiun penjemuran, dan stasiun packing. Identifikasi dilakukan untuk menemukan solusi praktis. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di pabrik kerajinan sepatu Yessy, teridentifikasi ergonomi checkpoint yang memiliki skala prioritas untuk segera dilakukan perbaikan adalah pada stasiun assembly sol, terlihat dari 132 butir daftar ergonomi checkpoint yang ada didapatkan 50 poin TIDAK mengusulkan tindakan, 74 poin YA mengusulkan tindakan dan 6 poin tidak ditemukan. Dari 74 poin yang tidak sesuai dan perlu dilakukan tindakan meliputi aspek penyimpanan bahan dan penanganan, perkakas, keamanan mesin, desain tempat kerja, pencahayaan, alasan/saran-saran, alat-alat dan zat-zat berbahaya, fasilitas kesejahteraan, dan fasilitas pengaturan kerja. Dari 74 poin tersebut akan diberikan usulan perbaikan yang diharapkan dapat diimplementasikan oleh pihak pabrik kerajinan sepatu Yessy untuk meningkatkan produktivitas para pekerja dan juga meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja. Hasil keseluruhan rekapitulasi V-1

2 keseluruhan ergonomi checkpoint pada setiap stasiun kerja bisa dilihat pada lampiran. Identifikasi ergonomi checkpoint yang telah memfokuskan pada stasiun assembly sol untuk diberikan usulan perbaikan, kemudian data lain yang dibutuhkan adalah mengetahui sistem (metode) kerja awal di stasiun assembly sol. Sistem (metode) kerja awal di stasiun assembly sol saat ini dilakukan oleh 3 pekerja. Proses yang dilakukan di stasiun ini adalah melakukan perakitan sol (assembly), segi kondisi awal di stasiun assembly sol sangat tidak teratur dalam penempatan perkakas (alat-alat dan bahan) yang bercampur dalam satu meja karena tidak tersedianya rak-rak khusus perkasas di area meja sehingga pekerja dalam proses pengambilan alat-alat dan bahan membutuhkan waktu lebih untuk mencari dan menemukan alat-alat dan bahan tersebut sebelum akan digunakan. Tidak terjaganya kebersihan karena sisa-sisa produksi yang dibiarkan berserakan begitu saja di area stasiun assembly sol. Zat-zat bahan kimia berupa lem eha bond, lem latek, dan bahan kimia lainnya ditempatkan berdekatan dengan minuman pekerja yang akan berdampak terkontaminasinya dengan zat-zat bahan kimia tersebut, bahan kimia ini memiliki dampak kesehatan jangka panjang yang serius yang dapat muncul pada beberapa tahun ke depan: sebagai contoh kerusakan pada sistem saraf (rendahnya kapasitas intelektual, daya ingat lemah, dan lemahnya alat perasa, dan lain-lain.), kulit, liver, ginjal, paru-paru, sistem kekebalan, dan lainlain (Team ILO-IPEC Programme di sektor kaki dan Pia Markkanen, 2003). Kurangnya kesadaran pekerja terhadap keselamatan, kesehatan kerja di lihat dari tidak adanya pemakaian pelindung diri seperti masker saat melakukan proses pengeleman. Penerangan dan pencahayaan kurang maksimal, karena menggunakan daya lampu yang rendah, fasilitas pabrik yang tidak sesuai antropometri pekerja berupa meja berukuran panjang 2,5 meter, lebar 1 meter, dan ketinggian hanya 0,63 meter serta fasilitas kursi di rasakan terlalu pendek dibanding meja dan kursi pada umumnya yang membuat postur pekerja sedikit dipaksakan seperti posisi membungkuk akan menyebabkan keluhan sakit pada otot/ musculoskeletal, kesemutan di pantat, terkadang sakit di daerah punggung dan leher, kelelahan karena tidak ada sandaran pada kursi, pada bagian lutut sering terbentur dengan tepi meja, kursi yang pendek membuat pekerja posisi V-2

3 kaki tertekuk (tidak sejajar). Pekerja juga menggunakan paha sebagai tumpuan ketika merakit bagian sol sepatu dimana kondisi ini rawan menimbulkan cedera pada bagian paha, dan suhu pabrik yang cukup panas membuat pekerja merasa mudah kelelahan, berkeringat dan akan mempengaruhi kapasitas kerja sehingga dapat mengurangi produktivitas. Pekerja dalam melakukan proses assembly sol untuk elemen-elemen gerakannya jauh yang lebih banyak dan beragam dibandingkan stasiun lainnya, sebagian besar elemen gerakannya dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin. Pergerakan pekerja ini cukup banyak karena dalam melakukan proses assembly sol, pekerja membutuhkan alat-alat dan bahan yang cukup beragam. Letak alatalat dan bahan di letakan pada sebuah rak yang jaraknya cukup jauh dari jangkauan pekerja yang mayoritas di luar area stasiun assembly sol, sehingga pekerja membutuhkan waktu lebih hanya untuk mengambil bahan baku tersebut. Semisal, untuk mengambil bahan baku berupa sol jadi pekerja menumpuh jarak 27,39 meter, mengambil bahan baku sulas (cetakan tapak kaki) berjarak 7,5 meter jauhnya, dan mengambil otot (potongan besi) berjarak 11,62 meter. Selain jarak yang jauh, pekerja dalam melakukan proses assembly sol yang terpusat pada satu meja yang kemudian masih muncul suatu masalah dimana pergerakan tangan kanan dan tangan kiri pekerja saat mengambil atau menjagkau alat-alat tidak seimbang karena faktor tidak adanya rak khusus alat-alat di meja, sehingga berserakan begitu saja di meja, dan tentu ini berdampak akan mudah hilangnya alat-alat tersebut, atau pun waktu lebih dalam mencari-cari alat tersebut sebelum digunakan oleh pekerja. Bercampurnya alat-alat dan bahan zat-zat kimia pun terlihat pada kondisi awal di meja stasiun assembly sol, menempatkan minuman pekerja pun di letakan bersampingan dengan lem-lem tersebut, yang tentu akan berdampak terkontaminasi dengan zat-zat kima tersebut. Pekerja pun menyadari bahwa bila ini dibiarkan terus-menerus akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja, karena hal ini dibiarkan begitu saja. V-3

4 5.2 ANALISIS PERANCANGAN ULANG PERBAIKAN MEJA DAN KURSI DI STASIUN ASSEMBLY SOL SESUAI ANTHOPOMETRI PEKERJA Analisis perancangan ulang perbaikan meja dan kursi di stasiun assembly sol meliputi beberapa tahap, yaitu tahap evaluasi meja awal, dimana berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan wawancara mengenai pemakaian fasilitas pabrik yang ada didapatkan pekerja tidak nyaman dengan fasilitas yang ada berupa meja dan kursi awal assembly sol (Tabel 4.16) didapatkan keluhan rasa sakit mulai dari jam pertama dengan tingkat keluhan rasa sakit ringan sampai dengan mengganggu. Fasilitas kerja saat pabrik di stasiun assembly sol saat ini tidak sesuai dengan anthropometri pekerja. Tahap selanjutnya dalam perancangan ulang perbaikan meja dan kursi assembly sol usulan ini, perubahan yang dilakukan dengan dengan cara membuat rancangan desain fasilitas baru dengan cara penyesuain ukuran setiap dimensi, bentuk rancangan meja kerja disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan fungsi meja kerja di stasiun assembly sol. Dimensi rangka dan jangkauan ditentukan dengan menggunakan data anthropometri pekerja. Data anthropometri yang diperlukan pada perancangan meja assembly sol usulan dapat dilhat pada tabel 4.18 dan tabel 4.19 pada bab IV. Hasil perancangan perbaikan meja dan kursi di stasiun assembly sol yang di sesuaikan dengan anthropometri pekerja, peneliti memberikan usulan perbaikan desain meja berjumlah 3 desain meja, dan 1 desain kursi perbaikan. Ukuran dimensi yang diperlukan, peneliti mendapatkan data anthropometri dari data ratarata populasi ukuran tubuh manusia di Indonesia dengan bantuan salah satu website yang terpercaya sebagai acuan dalam ukuran dimensi tubuh manusia yaitu Hasil desain meja yang berjumlah 3 ini sebenarnya tidak jauh berbeda bila dilihat sekilas mata, karena peneliti memberikan opsi dalam penempatan perkakas baik itu alat-alat dan bahan yang di tempatkan berbeda-beda di setiap desainnya. Dari hasil kuisoner dan wawancara kepada 3 pekerja di stasiun assembly sol (tabel 4.35 dan tabel 4.36), terpilihlah desain meja usulan 1 sebagai desain terpilih pada perbaikan mejanya. V-4

5 Pada home industry seperti pabrik kerajinan sepatu Yessy ini, pekerjaan yang dilakukan pada stasiun assembly sol mayoritas prosesnya masih manual, sehingga membutuhkan fasiitas kerja yang mendukung dalam proses pengerjaannya. Dengan adanya perbaikan meja usulan 1 ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi maksimal, saat pekerja melakukan proses assembly sol Gambar 5.1 Meja Awal Stasiun Assembly Sol V-5

6 Gambar 5.2 Meja Usulan 1 Stasiun Assembly Sol Dari gambar perbaikan meja usulan 1 dan kursi diatas, menunjukan adanya perubahan baik itu dari segi ukuran dan penempatan perkakas (alat-alat dan bahan) dibandingkan dengan meja awal di stasiun assembly sol. Berikut adalah perbandingan meja awal dan meja perbaikan di stasiun assembly sol beserta kursi usulan : 1. Perbaikan desain meja usulan 1 yang terpilih memiliki ukuran panjang 100 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 80 cm (dapat dilihat pada tabel 4.20), untuk perbaikan kursi, memiliki ukuran panjang 46 cm, lebar 41,6 cm dengan tinggi 107,5 cm. meja yang dirancang ini sudah disesuaikan dengan karakteristik pekerja dan pekerjaannya. Sedangkan meja awal memiliki panjang 250 cm, lebar 100 cm dengan tinggi 63 cm, V-6

7 2. Meja awal di stasiun assembly sol digunakan oleh 3 pekerja, sedangkan meja perbaikan usulan 1 digunakan 1 pekerja. 3. Segi penataan perkakas (alat-alat dan bahan) pada meja awal tidak tertata rapi, bahkan lebih cenderung berantakan karena tidak tersedianya rak-rak khusus untuk perkakas. Sedangkan pada rancangan desain perbaikan usulan meja 1 di sediakan rak-rak khusus untuk perkakas, sehingga tersusun lebih rapi dan teratur. 4. Kondisi awal saat pekerja mengambil bahan baku seperti mal, bontek, kain keras dan sol jadi di rak-rak yang ada di luar area stasiun assembly sol, biasanya akan di letakan di lantai di area stasiun assembly sol. Ini tentu berdampak pada posisi pekerja saat sedang duduk di kursi, postur kerja akan memutar ke samping atau ke belakang untuk mengambil bahan baku tersebut. 5. Kondisi perbaikan pada perancangan meja usulan 1 ini, tidak akan ada kondisi seperti itu, karena setelah pekerja mengambil bahan baku tersebut, bahan baku tidak diletakan di lantai namun, di letakan pada tempat khusus yang disediakan di meja usulan (gambar 5.2) di no. 2 untuk mal, no. 3 untuk bontek, no. 10 untuk kain keras, dan no. 19 untuk sol jadi sehingga membuat postur pekerja tidak perlu memutar kesamping ataupun kebelakang. 6. Penempatan zat-zat kimia seperti lem yang banyak jenisnya seperti lem eha bond, lem campuran, lem latek dan lain-lainya yang sebelumnya di atas meja awal dan bercampur dengan perkakas (alat-alat dan bahan) lainnya, pada percancangan perbaikan meja usulan 1 diberikan solusi yaitu pemberian tempat khusus lem yang berada di samping meja (gambar 5.2) pada no. 8, 9, 23, 24, 28, dan Jangkaun tangan kanan dan tangan kiri pekerja yang sebelumnya saat mencari perkakas (alat-alat dan bahan) di atas meja dimana kondisi awalnya sangat berantakan dan peletakannya sembarang di atas meja sehingga membuat jangkauan tangan kadang jauh kadang dekat, dan membutuhkan waktu lebih, apabila perkakas yang dibutuhkan masih dalam proses pencarian di atas meja. 8. Perbaikan jangkauan tangan kanan dan tangan kiri pada meja usulan 1, terlihat lebih dekat, karena penempatan rak-rak khusus perkakas sudah di tata sedemikian rupa yang jaraknya dekat dengan jangkauan pekerja sehingga V-7

8 memudahkan dalam pengambilan dan pencarian yang tidak membutuhkan waktu lebih saat pekerja membutuhkan perkakas tersebut. 9. Proses saat pelepasan sulas (cetakan tapak kaki) yang sebelumnya menggunakan tumpuan paha dalam proses pelepasannya, pada perancangan perbaikan meja usulan 1 sudah tidak perlu menggunakan tumpuan paha, karena sudah di sediakan alat unik (gantol) yang sudah dipatenkan dengan meja usulan 1 (gambar 5.2) no kursi awal memiliki panjang 60 cm, lebar 40 cm, dengan tinggi hanya 40 cm otomatis membuat postur pekerja sedikit dipaksakan seperti posisi membungkuk akan menyebabkan keluhan sakit pada otot/ musculoskeletal, kesemutan di pantat, terkadang sakit di daerah punggung dan leher, kelelahan karena tidak ada sandaran pada kursi, pada bagian lutut sering terbentur dengan tepi meja, kursi yang pendek membuat pekerja posisi kaki tertekuk (tidak sejajar). 11. Perancangan perbaikan kursi usulan memberikan kenyamanan bagi pekerja saat menggunakannya, karena dirancang sesuai anthropometri pekerja sehingga posisi duduk pekerja tidak perlu membungkuk dan dampak negatif lainnya dengan dirancangnya konsep dasar posisi duduk adalah terbentuknya sudut 90 0 antara paha dengan tulang belakang, Sedangkan pada posisi berdiri sudut yang terbentuk antara paha dengan tulang belakang adalah Dimana Lebar alas duduk diperoleh dari nilai persentil 95 lebar pinggul. Hal ini ditujukan untuk membuat nyaman pengguna yang mempunyai pinggul besar, hasil pengolahan data antropometri persentil 95 dari lebar pinggul ditambah kelonggaran 6 cm, sehingga lebar alas duduk adalah 46 cm. Selain melakukan perancangan ulang perbaikan meja dan kursi distasiun assembly sol, peneliti mengubah beberapa area untuk di dekatkan ke stasiun assembly sol yang akan memudahkan dan memperpendek jarak tempuh pekerja dalam mengambil bahan baku, kemudian peneliti juga memberikan opsi perubahan penempatan rak-rak bahan baku yang lebih di dekatkan ke area stasiun assembly sol yang akan memudahkan dan memperpendek jarak tempuh pekerja untuk mengambil bahan baku (tabel 4.23), sehingga memnimalkan waktu dan jarak tempuh bila di bandingkan dengan sebelum perbaikan sehingga V-8

9 memnimalkan waktu dan jarak tempuh dalam sebuah diagram alir perbaikan di pabrik sepatu Yessy (gambar 4.31 dan 4.32). Hasil perbaikan jarak perpindahan alat dan bahan baku proses assembly sol memiliki total jarak sebesar 7023 cm atau 70,23 meter. Dibandingkan dengan jarak perpindahan alat dan bahan baku proses assembly sol sebelum perbikan sebesar cm atau 112,32 meter. Jadi, jarak pekerja dalam melakukan perpindahan alat dan bahan baku proses assembly sol dapat diminalkan dengan selisih jarak sebesar 42,09 meter. 5.3 ANALISIS PERBAIKAN SISTEM (METODE) KERJA BERDASARKAN PRINSIP GERAKAN 5S Hasil analisis sistem (metode) kerja awal di stasiun assembly sol menunjukan bahwa perlu ada tindakan perbaikan sehingga mampu mengatasi masalah yang muncul. Perbaikan sistem (metode) kerja yang di sesuaikan dengan masalah yang muncul di stasiun assembly sol, peneliti menggunakan metode prinsip gerakan 5S. Prinsip gerakan 5S yaitu seiri (ringkas), seiton (rapi), seiso (resik), seiketsu (rawat), dan shitsuke (rajin) sebagai dasar dalam melakukan perbaikan metode kerja dan penataan fasilitas kerja (Masaaki Imai, 1986). Perbaikan sistem (metode) kerja berdasarkan prinsip gerakan 5S ini diharapkan akan memberikan sebuah masukan dan saran pada pabrik kerajinan sepatu Yessy berkaitan sistem (metode) kerja yang baru yang nantinya diharapkan saat di implementasikan akan memberikan peningkatan produktvitas pekerja dalam melakukan proses assembly sol karena sebelumnya belum adanya penerapan prinsip gerakan 5S pada pabrik kerajianan sepatu Yessy dan juga meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja saat melakukan proses assembly sol. Hasil perbaikan dengan prinsip gerakan 5S mencakup yaitu pertama seiri (ringkas) dimana akan membedakan atau memisahkan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan, mengambil keputusan yang tegas, dan menerapkan manajemen stratifikasi untuk membuang hal-hal yang tidak diperlukan (tabel 4.29). V-9

10 Kedua seiton (rapi) dimana proses menyimpan barang-barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak. Pada tahap ini, hal yang perlu dilakukan di stasiun assembly sol adalah dengan menyimpan barang-barang atau peralatan yang diperlukan pada tempat yang benar dengan mempertimbangkan efisiensi dalam pengambilan dan penggunaan. Sebelum peletakan pada tempat yang dirancang, sebelumnya akan dicatat tempat asal barang atau peralatan tersebut untuk kemudian diidentifikasi apakah tempat tersebut merupakan tempat yang seharusnya dalam mendukung aktivitas (tabel 4.30). Ketiga seiso (resik) dimana melakukan pembersihan sehingga segala sesuatunya bersih, meskipun pembersihan besar-besaran di seluruh perusahaan dilakukan beberapa kali dalam setahun, tiap tempat kerja perlu dibersihkan setiap hari. Aktifitas itu cenderung mengurangi kerusakan mesin akibat tumpahan minyak, abu, dan sampah. Terdapat beberapa hal yang dilakukan pada tahap pembersihan pada stasiun assembly sol yaitu dengan menjaga kebersihan secara keseluruhan pada area stasiun assembly sol. Untuk memaksimalkan kegiatan pembersihan maka dirancang untuk pembuatan jadwal pembersihan di stasiun assembly sol secara berkala dan terjadwal (4.31). Selain itu pemberian fasilitas kebersihan berupa alat-alat keberihan berupa sapu, tong sampah, sulak dan lainlainya guna menunjang terwujudnya seiso (resik). Keempat seiketsu (rawat) dimana membiasakan untuk bersih dan rapi, di mulai dari diri sendiri. Antara seiso dengan seiketsu sangat berkaitan erat. Seiketsu atau pemeliharaan kerapihan secara terus menerus dalam pabrik, bergantung kepada seiso yang membakukan kegiatan pembersihan sehingga tindakan ini spesifik dan mudah dikerjakan. Seiketsu (rawat) dilakukan dengan memberi kontrol visual (pembatas jalur pada peralatan, rak-rak, mesin, dan stasiun kerja, peta penempatan peralatan dan bahan baku, dan kontrol visual lainnya). Kelima shitsuke (rajin) dimana selalu mengikuti prosedur yang berlaku di tempat kerja dan sebagai metode yang digunakan untuk memotivasi pekerja agar terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas perbaikan serta membuat pekerja terbiasa mentaati aturan (rajin). Shitsuke (rajin) bila dikaitkan dengan desain meja usulan 1 sebagai meja usulan perbaikan di V-10

11 stasiun assembly sol untuk memudahkan dalam pelaksanaan shitsuke di gambarkan pada sebuah kontrol visual berupa pemberian warna-warna pada rakrak peralatan dan bahan pada perbaikan meja usulan 1. Pemberian warna ini nantinya akan memudahkan pekerja untuk mengingat tempat rak bagi peralatan dan bahan ketika pengambilan dan pengembalian kembali pada rak-rak yang di sediakan dan membuat pekerja terbiasa (rajin) untuk menaruh kembali peralatan dan bahan sesuai dengan warna yang sudah ditetapkan untuk setiap peralatan dan bahan yang ada. Tahap ini dilakukan untuk membentuk kebiasaan yang sangat penting dalam melakukan 5S. Pembiasaan akan dimuali dengan pemberitahuan pertama mengenai 5S dimana pada saat komunikasi dibutuhkan kerjasama yang baik dan rasa ingin tahu serta keinginan untuk lebih maju. Penyuluhan dan pengarahan tentang kedisiplinan dan pentingnya menjaga kebersihan dan kerapian terhadap peralatan dan bahan di rak-rak meja assembly sol sekaligus tempat kerja akan dilakukan pemilik pabrik selama beberapa hari hingga 1 minggu bersamaan dengan aktivitas sehari -hari di pabrik sepatu Yessy apabila terdapat waktu senggang. V-11

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah dalam penelitian, asumsi yang digunakan, serta sistematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Kondisi fasilitas fisik saat ini masih kurang baik karena kursi kerja yang digunakan tidak memiliki sandaran, beberapa stasiun kerja tidak memiliki meja dan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri saat ini sangat berkembang pesat di Indonesia. Akan tetapi kepedulian para pengusaha baik perusahaan besar maupun kecil terhadap

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pengolahan data dan analisis data dalam penelitian Tugas Akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut ini : 1. Gerakan kerja

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik perlu diperhatikan faktor pekerja, mesin dan peralatan serta lingkungan. CV.MOTEKAR adalah pabrik yang memproduksi berbagai jenis boneka.boneka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang sudah maju ini, persaingan bisnis yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis berpikir lebih keras bagaimana caranya memenangkan sebuah persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi)

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melihat pembahasan pada bab 4 mengenai kondisi awal perusahaan dan rancangan 5S yang telah dibuat untuk memperbaiki keadaan perusahaan UKM Dian Rubber, maka peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan Teh 999 yang terletak di jalan Kartini nomor 61-63 Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV.Motekar merupakan salah satu perusahaan home industry yang memproduksi berbagai jenis boneka. Perusahaan ingin mengetahui apakah sistem kerja yang diterapkan dalam perusahaan ini sudah baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Home industry pembuatan tempe sebuah usaha yang memproduksi tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari satu tahun

Lebih terperinci

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Apa itu 5R? 5R merupakan kegiatan menata tempat kerja sehingga diperoleh lingkungan kerja yang nyaman dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melihat kondisi awal perusahaan, menganalisis masalahnya, dan membuat rancangan untuk memperbaikinya maka alat analisi yang digunakan yaitu metode 5S (Seiri,

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada CV. Motekar, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN Sosialisasi PROGRAM 5R Setiap perusahaan pasti mengharapkan suatu lingkungan kerja yang - Bersih - Rapih - Terawat - Disiplin kenyataannya kondisi ini sulit terjadi di setiap perusahaan. (Benarkah?) Kantor

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penarikan kesimpulan diperoleh dari hasil pengolahan data serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya. Adapun beberapa kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan BORSANO merupakan sebuah home-industry yang bergerak di bidang produksi sepatu kulit. Saat ini perusahaan memiliki masalah yaitu waktu baku setiap stasiun kerja tidak diketahui, kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UD. M Irfan Shoes merupakan usaha kecil menengah yang berada di dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang pembuatan sepatu. Proses

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi obat paracetamol 5 mg, jika dilihat dari segi antropometri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 - Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 - Pendahuluan Bab 1 - Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya bengkel di Kota Bandung menyebabkan terjadinya persaingan ketat, dimana masing-masing bengkel berlomba menawarkan harga

Lebih terperinci

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian, T u j uan dan Manfaat Penerapan 5 R ( 5S) di Tempat Kerja Langka h- Langka h P enerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa perbandingan setelah menggunakan 5S Penerapan 5S pada PT. TJM Internasional divisi warehouse terutama packing dilakukan dengan melibatkan pihak terkait

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan Bab 1. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM KERJA DI STASIUN KERJA ASSEMBLY SOL PABRIK KERAJINAN SEPATU YESSY DENGAN PENDEKATAN METODE 5S. Skripsi

PERBAIKAN SISTEM KERJA DI STASIUN KERJA ASSEMBLY SOL PABRIK KERAJINAN SEPATU YESSY DENGAN PENDEKATAN METODE 5S. Skripsi PERBAIKAN SISTEM KERJA DI STASIUN KERJA ASSEMBLY SOL PABRIK KERAJINAN SEPATU YESSY DENGAN PENDEKATAN METODE 5S Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik JANUAR MUAMMAR SIDIQ I0308101

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri manufaktur di Indonesia tengah berkembang dengan baik. Tetapi perkembangan ke arah yang baik ini tidak diimbangi dengan kepedulian para pengusaha

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Waktu Baku Aktual Setiap Stasiun Kerja yang Diamati Menghitung waktu baku aktual setiap stasiun kerja dengan metoda langsung dan tidak langsung. Berikut adalah rangkuman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI Bernard Sianipar Bina Nusantara University, Jl. Pustaka Kencana 2 Blok U2 No.16 Sektor 12.5 Bumi Serpong Damai Tangerang Selatan, 0812-1897-6330, bernard9nipar@yahoo.com

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN SEBELUM PELATIHAN 5S PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV DOLOK ILIR TAHUN 2016-2017 Nama : Jenis Kelamin : Departemen/ Bagian : Usia : Masa Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perindustrian kecil masih menggunakan dan mempertahankan mesin

BAB I PENDAHULUAN. pada perindustrian kecil masih menggunakan dan mempertahankan mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Mesin penggulung benang afval manual adalah suatu mesin yang bertujuan untuk membuat bentuk gulungan benang afval yang sudah dipilin atau dipintal dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Sari Harum adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi kerupuk, dimana perusahaan tersebut ingin meningkatkan kelancaran sistem kerjanya, dalam memenangkan persaingan

Lebih terperinci

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Bab 7 Kesimpulan dan Saran Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik Aktual o Meja Kerja Dimensi meja kerja aktual, yaitu panjang meja sebesar 1400 mm, lebar meja 700 mm, dan tinggi meja 750 mm. Panjang meja aktual

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada perusahaan JOIES CLUB, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Perancangan atau redesain

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Perancangan atau redesain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stasiun kerja merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan berkenaan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Kondisi kerja yang tidak memperhatikan kenyamanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik yang bergerak dalam perakitan cenderung mengarah pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah sepatu buccheri wanita. Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan perkembangan pada sektor industri suatu negara, tidak terkecuali di Negara Indonesia. Salah satu sektor industri yang berkembang

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kenyamanan fasilitas kerja pada stasiun pengesolan yang merupakan tindak lanjut dari penelitian Indah Andriany

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu Sumedang yaitu makanan khas dari Kota Sumedang yang terbuat dari kacang kedelai, kemudian dicampur dengan bibit tahu. Makanan khas Sumedang ini biasa disajikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pariwisata, hotel mempunyai peran yang sangat penting dimana hotel merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih seseorang atau beberapa orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, industri rumah tangga banyak berkembang di Indonesia. Salah satu usaha yang cukup menjanjikan adalah usaha mebel. Mebel adalah barang yang sangat

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Industri ISSN:

Prosiding Teknik Industri ISSN: Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Prinsip Ergonomi pada Stasiun Kerja Pemasangan Insole Sepatu di CV. Iruls Bandung Facility Design Based on The Principle

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kemajuan perekonomian di Indonesia telah membuat perusahaan semakin bersaing. Oleh karena itu, perusahaan terus memperbaiki dan mempertahankan produk yang mereka hasilkan. Perusahaan terus memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Percetakan Karet UKM Dian Rubber adalah sebuah perusahaan yang mencetak lembaran karet menjadi sebuah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan menginginkan produktivitas kerja karyawannya semakin meningkat, untuk mewujudkan hal itu di perlukan lingkungan kerja yang baik, salah satunya adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Agape Craft merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Quilt yang diberi merk AGAPE CRAFT. Perusahaan ingin mengetahui apakah metode kerja terutama pada stasiun potong dan setrika

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Tahu Cibuntu merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan di Bandung yang memproduksi tahu. Berlokasi di daerah jalan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, pabrik ini memiliki

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT

PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT Herwina Mulyantari 1, Ary Permatadeny Nevita 2 1,2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Nusantara PGRI Kediri E-mail: 1 herwinatari@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of Labour Statistik Amerika, pada tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) saat ini tengah menjadi salah satu fokus pemerintah. Hal ini karena Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理,

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理, Bab 3 Analisis Data Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理, seiton 整頓, seiso 清掃, seiketsu 清潔, shitsuke 仕付 ), atau bisa juga disebut 5 R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perindustrian merupakan salah satu sektor usaha yang cukup banyak diminati oleh banyak orang di seluruh dunia. Di Indonesia, perkembangan usaha dalam sektor

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan industri manufaktur dan jasa sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada saat ini banyak home industry yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN 3.1 KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Furniture merupakan sarana atau fasilitas bagi berbagai kegiatan manusia. Desain furniture lahir karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap orang. Hal ini yang mendorong banyak berdirinya perusahaan garment, baik yang berskala industri pabrik maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi :

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan percetakan CV. Sumber Bahagia.Lokasi penelitian di jalan Moch Suyudi no 34 Semarang. Alasan memilih lokasi di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi sekarang ini telah berkembang dengan pesat. Hampir sebagian besar industri rumah tangga, kecil, menengah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Pustaka Studi Lapangan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gerabah merupakan salah satu kerajinan tangan yang terkenal di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri garmen merupakan salah satu industri kerajinan. Industri ini,

BAB I PENDAHULUAN. Industri garmen merupakan salah satu industri kerajinan. Industri ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri garmen merupakan salah satu industri kerajinan. Industri ini, khususnya usaha kecil dan menengah dapat diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi kegiatan usaha

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kondisi postur kerja operator di C.V. Beranda Kriya Graha dari 17 postur yang muncul dari 10 pekerjaan terdapat 6 postur kerja yang perlu tindakan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, hampir sebagian besar perusahaan industri baik barang maupun jasa kurang memperhatikan kondisi kerja karyawannya, ini disebabkan karena perhatian

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci