BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri pekerja di Viero Shoes, data denyut jantung pekerja setelah proses penyemiran sepatu berikutnya data waktu penyemiran sepatu Proses Pembuatan Sepatu Kulit Pada proses produksi sepatu di Viero Shoes yang dominan masih menggunakan tangan manusia mulai dari proses awal hingga pada proses terakhir, dengan menggunakan alat bantu yang masih dikatakan sederhana, adapun beberapa proses tahapan dalam memproduksi sepatu kulit dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Pembutan pola menggunakan alat penggores khusus.. Pemotongan kulit berdasarkan ukuran dan bentuk pola yang diinginkan, pada proses ini kulit dipotong menggunakan gunting 3. Pengeleman/ penggabungan pola yang telah terpotong menggunakan lem khusus kulit. 4. Penjahitan kulit, menjahitan kulit menggunakan alat bantu mesin jahit 5. Pembentukan telapak, dilakukan di stasiun terpisah, telapak di bentuk berdasarkan model/ disein serta ukuran sepatu yang diinginkan, telapak di cetak menggunakan pisau khusus 6. Membentuk puring/ memotong puring 7. Pengelemaman kulit untuk alas kepuring 8. Telapak yang telah di potong tadi di amplas dengan mesin amplas, bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih sempurna 9. Pasang kulit yang telah di jahit ke puring, pada proses ini kulit di gabungkan dengan puring menggunakan cetakan kaki tiruan

2 10. Penggabungan bagian kulit yang telah di cetakan keki ke telapak, menggunakan lem, dan di bantu alat pengepresan 11. Proses penyemiran/ finishing 4.1. Alat Penyemir Sepatu Saat Ini Penyemiran sepatu yang dilakukan masih menggunakan cara dan alat yang tradisional yaitu menggunakan bros sepatu yang digosok secara berulang- ulang, hal ini merupakan aktifitas keseharian yang dilakukan dengan membutuhkan waktu yang cukup lama dan mengakibatkat kelelahan pada pegelangan tangan operator Data Antropometri Gambar 4.1 Proses penyemiran sepatu secara tradisional Sumber: Pengumpulan Data 013 Data antropometri yang digunakan dalam perancangan stasuin penyemiran antara lain meliputi: 1. Tinggi bahu duduk(tbd) yaitu tinggi bahu dalam posisi duduk.. Tinggi siku duduk (Tsd), yaitu tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 3. Pantat ke lutut (Pkl), yaitu panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut. IV-

3 4. Pantat popliteal (Pp), yaitu panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut atau betis. 5. Tingg Popliteal (TP ), yaitu tinggi lutut bagian dalam yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 6. Lebar pinggul (Lp), yaitu lebar pinggul/pantat. 7. Panjang tangan (Pt), yaitu panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. Tabel 4.1 Data Antropometri Indonesia No Keterangan Dimensi/ Persentil 95th 1 Tinggi bahu duduk 5,66 Tinggi siku duduk 33,48 3 Pantat Ke Lutut 53,77 4 Panjang Popliteal 40,63 5 Tinggi Popliteal 44,73 6 Lebar pinggul 37,5 7 Panjang tangan 71,1 Sumber: Antropometri Indonesia Data Denyut Jantung Pekerja Sebelum Perancangan. Data denyut jantung diperoleh pada sebelum melakukan pekerjaanya dengan menggunakan alat digital pulse meter. dan setelah pekerja Tabel 4. Data Denyut Jantung Pekerja Sebelum Perancangan Denyut Jantung No Sebelum Sesudah Bekerja Bekerja (Pulse/Menit) (Pulse/Menit) Sumber : Pengumpulan Data 014 IV-3

4 4.1.5 Data Waktu Kerja Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Pengumpulan data waktu Penyemiran Sepatu dilakukan dengan menggunakan jam henti (stopwatch) karena jenis pekerjaan yang dilakukan adalah kontinyu. Adapun data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Data Waktu Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Produk Pekerja Ratarata 1 6,00 6,35 6,09 6,03 6,1 6,6 6,1 6,15 6,17 6,18 3 6,14 6,43 6,0 6,1 6,5 4 6,07 6,0 6,13 6,16 6,10 Jumlah 4,63 Rata 6,16 Sumber : Pengumpulan Data Data Penyesuaian dan Kelonggaran Data Penyesuaian Faktor-faktor penyesuaian yang digunakan untuk menentukan performance rating adalah metode Westing house yang meliputi keterampilan (Skill), usaha ( Effort), kondisi kerja ( Condition) dan konsistensi ( Consistency). Pada penelitian ini faktor penyesuaian ditentukan dengan melihat keterampilan pekerja yang memiliki tingkat keterampilan berkategori Good skill, kemudian usaha yang dilakukan oleh pekerja dalam bekerja berkategori Good effort yaitu pekerja memiliki usaha yang baik dalam bekerja, kondisi kerja berkategori poor karena memiliki suhu yang cukup tinggi sehingga kurang mendukung dalam bekerja, dan kosistensi yang berkategori Average karena pekerja melakukan pekerjaannya dengan waktu penyelesaian yang konsisten. pemberian kategori faktor penyesuaian dengan metode westing house pada penelitian salah satunya adalah sebagai berikut: 1. Keterampilan ( skill): Good skill C1 (+ 0,06), karena pekerja selama melakukan pekerjaannya dapat melakukan gerakan kerja yang stabil dan tidak ragu-ragu.. Usaha (effort): Good effort C (+ 0,0), karena pekerja melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan melakukannya dengan rasa senang hati. IV-4

5 3. Kondisi kerja ( condition): Good C (+0,0), karena kondisi tempat kerja memiliki suhu bagus dan tidak menganggu pekerjaan. 4. Konsistensi (consistency): Good C (+0,01) karena pekerja dapat bekerja dengan waktu kerja yang hampir sama dari setiap waktu kerja yang dilakukannya Data Kelonggaran Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kelonggaran (allowance) yaitu kebutuhan pribadi (personal allowance), melepaskan lelah (fatigue allowance), dan hambatan-hambatan yang tak terhindarkan ( delay allowance). Pada penelitian ini nilai allowance yang diberikan sesuai dengan tabel penyesuaian dengan menilai besarnya tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan pada mata, keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer tempat kerja, dan keadaan lingkungan tempat kerja. Berdasarkan metode westing house tingkat allowance adalah sebagai berikut: 1. Tenaga yang dikeluarkan. Sikap kerja 3. Gerakan kerja 4. Kelelahan mata 5. Keadaan temperatur tempat kerja 6. Keadaan atmosfir 7. Keadaan lingkungan yang baik 4. Pengolahan Data Sebelum Perancangan Produk Adapun data-data yang diolah sebelum dilakukannya perancangan yaitu pengolahan data denyut jantung untuk fisiologi kerja dan konsumsi energi, dan data pengukuran waktu kerja. IV-5

6 4..1 Pengolahan Data Denyut Jantung Sebelum Perancangan Perhitungan data denyut jantung pekerja pada saat melakukan proses penyemiran sepatu sebelum dilakukan perancangan dengan menggunakan cara tradisional yang ada pada saat ini, dilakukan untuk menentukan seberapa besar konsumsi energi dari pekerjaan tersebut Tabel 4.4 Data Denyut Jantung Pekerja Sebelum Perancangan Denyut Jantung No Sebelum Sesudah Bekerja Bekerja (Pulse/Menit) (Pulse/Menit) Sumber : Pengumpulan Data 014 Berdasarkan tabel 4.4 di atas maka dapat dilihat denyut jantung pekerja sebelum dan sesudah melakukan aktifitas penyemiran sepatu selanjutnya akan dilkaukan perhitungan konsumsi oksigen dengan rumus sebagai berikut: X 75 Konsumsi Oksigen 0,1 0, ,1 0, 5 5 0,4 Konsumsi energi Y 1, , X 4, X 1, , , , , , , ,804111,60366, , 11 IV-6

7 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Konsumsi Oksigen dan Konsumsi Energi Sebelum Perancangan Denyut Jantung Sebelum Bekerja Sesudah Bekerja No Denyut jantung Konsumsi Oksigen Konsumsi Energi Denyut jantung Konsumsi Oksigen (Pulse/menit) (Liter/menit) (Kkal) (Pulse/menit) (Liter/menit) Konsumsi Energi (Kkal) ,4, ,94 4, ,7 3, ,96 4, ,46, ,98 5, ,57, ,9 4,73 Jumlah Rata rata Sumber : Pengolahan Data Menentukan Waktu Baku Sebelum Perancangan Data waktu proses penyemiran sepatu yang didapat, selanjutnya akan diuji keseragaman dan kecukupan datanya. uji keseragaman data mempunyai tujuan agar data yang akan kita gunakan tersebut berada dalam batas kontrol yang telah ditentukan, sehingga apabila terdapat data yang melebihi batas kontrol tersebut maka data dibuang dan tidak digunakan dalam perhitungan. Uji kecukupan data digunakan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan cukup secara objektif Uji Keseragaman Data Waktu Sebelum Perancangan Perhitungan yang dilakukan untuk uji keseragaman waktu penyemiran sepatu sebelum perancangan adalah sebagai berikut Tabel 4.6 Data Waktu Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Produk Pekerja Ratarata 1 6,00 6,35 6,09 6,03 6,1 6,6 6,1 6,15 6,17 6,18 3 6,14 6,43 6,0 6,1 6,5 4 6,07 6,0 6,13 6,16 6,10 Jumlah ,63 Rata ,16 Sumber : Pengumpulan Data 014 IV-7

8 a. Rata-rata ( ) 6,1 6,18 6,5 6,10 4 4,63 4 6, 16 b. Standar Deviasi (6,00 6,16) 0,056 0, , (6,35 6,16) (6,16 6,16) 0, , c. Standar Deviasi Rata-rata 0, IV-8

9 d. Perhitungan BKA dan BKB BKA + 6,16 + (1,41) 8,98 BKB 6,16 (1,41) 3,34 Gambar 4. Peta Keseragaman Waktu Penyemiran sepatu Sebelum Perancangan Sumber: Pengolahan Data Uji Kecukupan Data Waktu Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Sebelum melakukan pengolahan data selanjutnya, maka data tersebut perlu di uji untuk mengetahui apakah data yang sudah diamati telah cukup atau belum. Adapun pengolahan data uji kecukupan waktu Penyemiran Sepatu sebelum perancangan dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% adalah sebagai berikut. IV-9

10 (β / α) N' N ( x x i i ) ( x i ) β Tingkat Kepercayaan 95% Berdasarkan nilai tabel tingkat kepercayaan dengan nilai β 95% maka diperoleh nilai α Maka tingkat ketelitian yang digunakan yaitu5% β / α N ,00 6, ,16 6,00 6, ,16 6,00 6, , ,89 970,5 98,5 40 7,99 98,5 40(.8 98, Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa N < N yaitu 1.31 < 16, maka data waktu penyemiran sepatu yang telah diamati dikatakan cukup. IV-10

11 4...3 Menentukan Performance Rating Faktor-faktor penyesuaian yang digunakan untuk menentukan performance rating adalah penyesuaian dengan metode westinghouse yang meliputi keterampilan ( skill), usaha ( effort), kondisi kerja (condition) dan konsistensi ( consistency). Berdasarkan sistem penentuan tersebut, maka performance rating untuk kondisi kerja operasi yang ada sekarang dapat dihitung sebagai berikut : Keterampilan (skill) : Good C1 + 0,06 Usaha (effort) : Good C + 0,0 Kondisi Kerja : Good C + 0,0 Konsistensi : Good C + 0,01 Total + 0,11 Jadi faktor penyesuaiannya (P) 1 + 0,11 1,11 maka diperoleh besarnya faktor penyesuaian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Performance Rating Pekerja Penyemiran sepatu Sebelum Perancangan Kondisi Nilai No Keterampilan Usaha Konsistensi Kerja Peformance (Skill) (Effort) (Consistensy) (Condition) Rating Faktor Penyesuaian 1 + 0,06 + 0,0 + 0,0 + 0, ,06 +0,00 + 0,0 0,00 0,08 1, ,11 +0,10 + 0,0 +0,04 0,7 1,7 4 +0,11 +0,05 + 0,0 0,00 0,18 1,18 Sumber : Pengolahan Data Menetapkan Allowance Pada penelitian ini untuk menentukan besarnya allowance dilakukan menggunakan tabel penyesuaian dengan menilai besarnya tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan mata, keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer tempat kerja, dan keadaan lingkungan tempat kerja. Adapun penilaian dalam menetapkan allowance adalah sebagai berikut. IV-11

12 Tabel 4.8 Allowance pada Pekerja Penyemiran sepatu Sebelum Perancangan NO Faktor Jenis Pekerjaan %-tase Kelonggaran 1 Tenaga yang dikeluarkan (Sedang), kegiatannya berulang 5 Sikap terja Membungkuk 7 3 Gerakan kerja Agak terbatas 4 4 Keadaan temperatur tempat kerja Sedang, 0 C 4 5 Keadaan atmosfer Berventilasi baik, Udara Segar 7 Keadaan lingkungan Kurang bersih, bau 1 Total 3% Sumber : Pengolahan Data 014 Jadi, pada proses kerja penyemiran sepatu memilki allowance sebesar 3% Menentukan Waktu Baku Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Setelah melakukan pengujian keseragaman, dan kecukupan data maka pengolahan data selanjutnya untuk menentukan waktu baku penyemiran sepatu sebelum perancangan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.: a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Perhitungan waktu siklus rata-rata menggunakan persamaan: Ws b. Waktu normal Wn c. Waktu baku 4,47 4 6, 1 Ws x p 6,1 x 1,11 6,79 menit Perhitungan waktu baku mempertimbangkan kelonggaran-kelonggaran yang mungkin terjadi. Berdasarkan pengamatan maka diperoleh waktu bakunya yaitu: Wb Wn x (1+a) 6,79 x (1+ 0.3) 8,35 menit IV-1

13 Adapun perhitungan lengkap waktu baku penyemiran sepatu selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4.9 Waktu Baku Sebelum Perancangan NO Faktor Penyesuaian Allowance Waktu Waktu Waktu Siklus Normal Baku % 6,1 6,79 8,35 1,08 3% 6,18 6,85 8,4 3 1,7 3% 6,5 6,93 8,5 4 1,18 3% 6,10 6,77 8,3 Rata rata 6,16 6,83 8,40 Sumber: Pengolahan Data Perhitungan Output Standar Sebelum Perancangan Untuk mengetahui output standar dari proses penyemiran sepatu sebelum dilakukan perancangan terhadap alat dapat dilakuakan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Waktu proses penyemiran (waktu baku) : 8,40 menit Jam kerja per hari : 480 menit Output Standar Jam Kerja WaktuBaku 480 8,40 57 Pasangan Perhari 4..3 Keluhan Subjektif Pekerja Sebelum Peracangan Tabel 4.10 Frekuensi Kuesioner Nordic Body Map No Jenis Keluhan Tida k Sakit % Agak Sakit Tingkat Keluhan % Sakit % Sang at Sakit % Juml ah 0 Sakit pada leher bagian atas Sakit pada leher bagian bawah Sakit pada bahu kiri Sakit pada bahu kanan Sakit pada lengan atas bagian kiri Sakit pada bagian punggung IV-13

14 Tabel 4.10 Frekuensi Kuesioner Nordic Body Map ( Lanjutan) Tingkat Keluhan Tida No Jenis Keluhan k % Agak % Sakit % Sakit Sakit Sang at Sakit % Juml ah 6 Sakit pada lengan atas bagian kanan Sakit pada pinggang ke belakang Sakit pada pinggul ke belakang Sakit pada pantat Sakit pada siku kiri Sakit pada siku kanan Sakit pada lengan bawah bagian kiri Sakit pada lengan bawah bagian kanan Sakit pada pergelangan tangan kiri Sakit pada pergelangan tangan kanan Sakit pada telapak tangan kiri Sakit pada telapak tangan kanan Sakit pada paha kiri Sakit pada paha kanan Sakit pada lutut kiri Sakit pada lutut kanan Sakit pada betis kiri Sakit pada betis kanan Sakit pada pergelangan kaki kiri Sakit pada pergelangan kaki kanan Sakit pada telapak kaki kiri Sakit pada telapak kaki kanan Sumber : Pengumpulan Data Pengolahan Data dengan Quality Function Deployment (QFD) Quality function deployment (QFD) merupakan sebuah penerjemahan yang sistematis tentang produk yang diinginkan oleh operator (voice of customer) menjadi sebuah produk yang nyata yang diciptakan oleh perusahaan, oleh karena itu dengan menggunakan quality function deployment, maka diharapkan produk yang akan dirancang dapat memenuhi dengan keinginan operator, sehingga operator dalam melakukan proses perkerjaannya dengan kondisi enak, nyaman, aman, sehat dan efisien. Alat perencanaan utama yang digunakan dalam quality function deployment adalah house of quality (HOQ). House of quality adalah matrik berbentuk rumah yang menghubungkan keinginan dari pelanggan (what) dan bagaimana suatu produk akan didesain agar memenuhi keinginan operator (how). IV-14

15 Matriks house of quality pada penelitian ini sebagai pedoman dalam perancangan alat angkut (material handling) cangkang buah sawit yang ergonomis. Dari hasil wawancara santai dengan pihak operator, maka di dapat kriteria keinginan operator dalam perancangan Stasiun Penyemiran Sepatu yang ergonomis. Adapun kriteria keinginan operator dalam perancangan dilihat pada Tabel dibawah: Tabel 4.11 Atribut Keinginan Operator No Atribut Harapan 1 Sistem Pengoperasian Mudah Menghemat Waktu 3 Mengurangi Gerakan Berulang- Ulang Saat Pengoperasian 4 Bentuk Produk Yang Menarik 5 Tidak Mudah Rusak 6 Lebih Ergonomis 7 Kegunaan Sesuai Harapan Sumber : Pengumpulan Data Matrik HOQ Customer Requirement to Technical Requirement Derajat Kepentingan Atribut Keinginan Operator Derajat kepentingan digunakan untuk memposisikan setiap keinginan ataupun kebutuhan operator dalam bentuk data kuantitatif dengan tujuan untuk memprioritaskan keinginan operator. Pemberian bobot dimulai dari atribut yang sangat penting dengan nilai ( 5) sampai pada atribut yang tidak penting dengan nilai (1). Adapun bobot yang diberikan oleh setiap responden dihitung dengan mencari nilai rata-rata dengan menggunakan rumus seperti dibawah: n DKi....(4.1) i n IV-15

16 Sebagai contoh perhitungan pada derajat kepentingan atribut produk yang pertama yaitu Sistem pengoperasian alat mudah sebagai berikut: Tabel 4.1 Derajat Kepentingan Relatif Atribut Keinginan Operator No Atribut Harapan Derajat Kepentingan 1 Sistem Pengoperasian Mudah 4 Menghemat Waktu 3,75 3 Mengurangi Gerakan Berulang- Ulang Saat Pengoperasian 5 4 Bentuk Produk Yang Menarik 3 5 Tidak Mudah Rusak 4,5 6 Lebih Ergonomis 5 7 Kegunaan Sesuai Harapan 5 Sumber : Pengolahan Data Parameter Teknik Parameter teknik merupakan wujud penerjemahan dari keinginan operator kedalam bahasa teknis yang dapat diukur untuk menentukan target yang akan dicapai dan untuk menentukan atribut-atribut mana yang nantinya akan dikembangkan. Parameter teknik didapatkan dengan cara diskusi dengan para pekerja di Viero Shoes, parameter teknik dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.13 Parameter teknis Produk No Atribut Parameter Teknik 1 Kualitas Mesin Kekuatan Bahan 3 Dimensi Alat 4 Komposisi Produk 5 Lama Pembuatan 6 Biaya Manufaktur 7 Penyikat Yang Halus Sumber : Pengolahan Data 014 IV-16

17 Interaksi Antara Atribut Keinginan Operator dengan Parameter Teknik Nilai harus dikalikan dengan derajat kepentingan relatif dari setiap atribut produk yang telah dihitung sebelumnya, sehingga menghasilkan nilai untuk setiap parameter teknik. Nilai kemudian dijumlahkan sehingga diketahui nilai absolute parametr teknik setiap atribut, maka dapat ditentukan parameter teknik mana yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan terlebih dahulu Tabel 4.14 Hubungan Atribut Keinginan Dan Parameter Teknik Simbol Nilai Keterangan 9 Tingkat Hubungan Kuat 3 Tingkat Hubungan Sedang 1 Tingkat Hubungan Lemah Sumber : Pengumpulan Data 014 Adapun interaksi atribut keinginan operator dengan parameter teknik dapat dilihat pada gambar 4.3 dan gambat 4.4 berikut : Gambar 4.3 Interaksi Produk Dengan Atribut Parameter Teknik Dengan Symbol Sumber : Pengolahan Data 014 IV-17

18 Gambar 4.4 Interaksi Produk Dengan Atribut Parameter Teknik Dengan Angka Sumber : Pengolahan Data Nilai Matrik Interaksi Atribut Produk dengan Parameter Teknik Nilai interaksi untuk masing-masing atribut harus diketahui karena nilai inilah yang dibutuhkan dalam perhitungan selanjutnya. Nilai absolute parameter teknik diperoleh dengan rumus: KTi (BTiXHi) Keterangan: Kti Nilai Absulute parameter teknik untuk masing masing atribut Bti Kepentingan relatif atribut (bobot atau normalisasi bobot) yang diinginkan yang memiliki hubungan dengan parameter teknik Hi Nilai hubungan atau interaksi antara atribut kepentingan produk yang diinginkan dengan parameter teknik IV-18

19 KTi (9x4) + (9x3,75) + (3x5) + (9x4,5) + (1x5) + (9+5) , , ,5 Tabel Nilai Absolute Parameter Teknik No Atribut Parameter Teknik Nilai Absolute 1 Kualitas Mesin 175,5 Kekuatan Bahan Dimensi Alat Komposisi Produk 140,75 5 Lama Pembuatan,5 6 Biaya Manufaktur 103,5 7 Penyikat Yang Halus 190,5 Sumber : Pengolahan Data 014 Sedangkan nilai matrik interaksi atribut produk dengan parameter teknik dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut: Gambar 4.4 Interaksi Atribut Produk Dengan Parameter Teknik IV-19

20 Hubungan Antara Parameter Teknik Penentuan prioritas terhadap parameter teknik apa yang akan dikembangkan perlu mempertimbangkan interaksi diantara parameter teknik. Interaksi antara parameter teknik dapat dilihat Tabel 4.11 berikut: Tabel 4.16 Simbol Hubungan Antara Parameter Teknik Hubungan antara parameter teknik Simbol Keterangan W Dampak Positif Kuat V Dampak Positif Sedang Kosong Tidak Ada Dampak XX Dampak Negatif Kuat X Dampak Negatif Sedang Sumber : Pengolahan Data Prioritas Pengembangan Parameter Teknik Adapun prioritas pengembangan dari parameter teknik dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.17 Ranking Atribut Parameter Teknik No Atribut Parameter Teknik Ranking 1 Kualitas Mesin 3 Kekuatan Bahan 5 3 Dimensi Alat 1 4 Komposisi Produk 4 5 Lama Pembuatan 7 6 Biaya Manufaktur 6 7 Penyikat Yang Halus Sumber : Pengolahan Data Matrik HOQ Customer Requirements to Technical Requirements Gambar selengkapnya dari matrik house of quality (HOQ). ini dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut: IV-0

21 Gambar 4.6 House Of Quality 4.3 Pengolahan Data Setelah Perancangan Gambar 4.7 Simulasi setelah dilakukan perancangan produk IV-1

22 Gambar 4.8 Kondisi Saat melakukan penyemiran setelah perancangan produk di lokasi penelitian Gambar 4.9 Kondisi Saat melakukan penyemiran setela perancangan produk di lokasi penelitian Pengolah Data Denyut Jantung Setelah Perancangan Tabel 4.18 Data Denyut Jantung Setelah Perancangan Denyut Jantung No Sebelum Sesudah Bekerja Bekerja (Pulse/Menit) (Pulse/Menit) Sumber: Pengumpulan Data 014 IV-

23 Berdasarkan tabel 4.18 di atas maka dapat dilihat denyut jantung pekerja sebelum dan sesudah melakukan aktifitas penyemiran sepatu selanjutnya akan dilakukan perhitungan konsumsi oksigen dengan rumus sebagai berikut: X 75 Konsumsi Oksigen 0,1 0, ,1 0, 5 5 0,46 Konsumsi energi Y 1, , X 4, X 1, , , , , , , , , , 44598, 37 Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Konsumsi Oksigen dan Konsumsi Energi Setelah Perancangan Produk Denyut Jantung Sebelum Bekerja Sesudah Bekerja No Denyut jantung Konsumsi Oksigen Konsumsi Energi Denyut jantung Konsumsi Oksigen (Pulse/menit) (Liter/menit) (Kkal) (Pulse/menit) (Liter/menit) Konsumsi Energi (Kkal) ,46, ,5, ,68 3, ,68 3, ,5, ,5, ,6 3, ,66 3,34 Jumlah Rata rata Sumber: Pengolahan Data Menentukan Waktu Baku Setelah Dilakukan Perancangan perancangan Data waktu baku proses penyemiran sepatu yang didapat setelah dilakukan terhadap produk penyemir sepatu, selanjutnya akan diuji keseragaman dan kecukupan datanya. uji keseragaman data mempunyai tujuan IV-3

24 agar data yang akan di gunakan tersebut berada dalam batas kontrol yang telah ditentukan, sehingga apabila terdapat data yang melebihi batas kontrol tersebut maka data dibuang dan tidak digunakan dalam perhitungan. Uji kecukupan data digunakan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan cukup secara objektif Uji Keseragaman Data Waktu Setelah Perancangan Perhitungan yang dilakukan untuk uji keseragaman waktu penyemiran sepatu setelah perancangan produk adalah sebagai berikut Tabel 4.0 Data Waktu Penyemiran Sepatu Setelah Perancangan Produk Produk Pekerja Ratarata 1,5,38,01,1,8,5,3,08,33,4 3,15,05,8,1 4,05,18,,41,1 Jumlah 8,8 9,01 8,34 9,3 8,85 Rata,0,5,09,31,1 Sumber: Pengolahan Data 014 a. Rata-rata ( ),8,4,1,1 4 8,85 4, 1 IV-4

25 b. Standar Deviasi (,5,1) 0, (,38,1) (,41,1) 0,0 0,15 c. Standar Deviasi Rata-rata 0,15 4 0,11 d. Perhitungan BKA dan BKB BKA +,1 + (0,11),43 BKB,1 (0,11) 1,99 IV-5

26 Gambar 4.10 Peta Keseragaman Waktu Penyemiran sepatu Setelah Perancangan Sumber: Pengolahan Data Uji Kecukupan Data Waktu Penyemiran Sepatu Setelah Perancangan Sebelum melakukan pengolahan data selanjutnya, maka data tersebut perlu di uji untuk mengetahui apakah data yang sudah diamati telah cukup atau belum. Adapun pengolahan data uji kecukupan waktu Penyemiran Sepatu setelah dialakukan perancangan dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% adalah sebagai berikut. (β / α) N' β N ( x x i i ) ( x i ) Tingkat Kepercayaan 95% Berdasarkan nilai tabel tingkat kepercayaan dengan nilai β 95% maka diperoleh nilai α Maka tingkat ketelitian yang digunakan yaitu5% β / α IV-6

27 N ,5, ,5, ,5 6, , , , ,4 35,38 93,1 35,38 6,9 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa N < N yaitu 6,9 < 16, maka data waktu penyemiran sepatu setelah dilakukan perancangan yang telah diamati dikatakan cukup Menentukan Performance Rating Faktor-faktor penyesuaian yang digunakan untuk menentukan performance rating adalah penyesuaian dengan metode westinghouse yang meliputi keterampilan ( skill), usaha ( effort), kondisi kerja (condition) dan konsistensi ( consistency). Berdasarkan sistem penentuan tersebut, maka performance rating untuk kondisi kerja operasi yang ada sekarang dapat dihitung sebagai berikut : Keterampilan (skill) : Good C + 0,03 Usaha (effort) : Good C + 0,0 Kondisi Kerja : Good C + 0,0 Konsistensi : Good C + 0,01 Total + 0,08 IV-7

28 Jadi faktor penyesuaiannya (P) 1 + 0,08 1,08 maka diperoleh besarnya faktor penyesuaian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.1 Performance Rating Pekerja Penyemiran sepatu Setelah Perancangan Kondisi Nilai No Keterampilan Usaha Konsistensi Kerja Peformance (Skill) (Effort) (Consistensy) (Condition) Rating Faktor Penyesuaian 1 + 0,03 + 0,05 + 0,0 + 0, ,08 +0,0 + 0,0 0,00 0,1 1,1 3 +0,11 +0,10 + 0,0 +0,01 0,4 1,4 4 +0,08 +0,05 + 0,0 0,00 0,15 1,15 Sumber: Pengolahan Data Menetapkan Allowance Pada penelitian ini untuk menentukan besarnya allowance dilakukan menggunakan tabel penyesuaian dengan menilai besarnya tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan mata, keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer tempat kerja, dan keadaan lingkungan tempat kerja. Adapun penilaian dalam menetapkan allowance adalah sebagai berikut. Tabel 4. Allowance Pada Pekerja Penyemiran Sepatu Setelah Perancangan NO Faktor Jenis Pekerjaan %-tase Kelonggaran 1 Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan Tampa beban Sikap terja Duduk, ringan 1,0 3 Gerakan kerja Normal 0 4 Keadaan temperatur tempat kerja Sedang, 0 C 4 5 Keadaan atmosfer Berventilasi baik, Udara Segar 7 Keadaan lingkungan Kurang bersih, bau 1 Total 8% Sumber: Pengolahan Data 014 Jadi, pada proses kerja penyemiran sepatu memilki allowance sebesar 8% Menentukan Waktu Baku Penyemiran Sepatu Setelah Perancangan Setelah melakukan pengujian keseragaman, dan kecukupan data maka pengolahan data selanjutnya untuk menentukan waktu baku penyemiran sepatu setelah dilakukan perancangan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.: IV-8

29 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Perhitungan waktu siklus rata-rata menggunakan persamaan: Ws b. Waktu normal Wn c. Waktu baku 8,8 4, Ws x p, x 1,11,44 menit Perhitungan waktu baku mempertimbangkan kelonggaran-kelonggaran yang mungkin terjadi. Berdasarkan pengamatan maka diperoleh waktu bakunya yaitu: Wb Wn x (1+a),44 x ( ),63 menit Adapun perhitungan lengkap waktu baku penyemiran sepatu setelah dilukan perancangan produk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4.3 Waktu Baku Setelah Perancangan NO Faktor Penyesuaian Allowance Waktu Waktu Waktu Siklus Normal Baku %,,44,63 1,1 8%,5,5,7 3 1,4 8%,08,57,77 4 1,15 8%,30,64,85 Rata rata Sumber: Pengolahan Data 014 IV-9

30 Perhitungan Output Standar Setelah Perancangan Untuk mengetahui output standar dari proses penyemiran sepatu setelah dilakukan perancangan terhadap alat dapat dilakuakan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Waktu proses penyemiran (waktu baku) :,74 menit Jam kerja per hari : 480 menit Output Standar Jam Kerja WaktuBaku 480, Pasangan Perhari 4.4 Keluhan Subjektif Setelah Perancangan Produk Setelah pekerja selesai melakukan simulasi terhadap produk yang telah dikembangkan, maka tahapan berikut ini adalah melakukan penyebaran kuesioner pada pekerja, hal ini bertujuan untuk menentukan apakah masih terdapat keluhan subjektif pada proses pengoperasian produk yang telah dirancang Tabel 4.4 Frekwensi keluhan subjektif Kuesiner Nordic Body Map Tingkat Keluhan Tida No Jenis Keluhan k % Agak % Sakit % Sakit Sakit Sang at Sakit % Juml ah 0 Sakit pada leher bagian atas Sakit pada leher bagian bawah Sakit pada bahu kiri Sakit pada bahu kanan Sakit pada lengan atas bagian kiri Sakit pada bagian punggung Sakit pada lengan atas bagian kanan Sakit pada pinggang ke belakang Sakit pada pinggul ke belakang Sakit pada pantat IV-30

31 Tabel 4.4 Frekwensi keluhan subjektif Kuesiner Nordic Body Map (Lanjutan) Tingkat Keluhan Tida No Jenis Keluhan k % Agak % Sakit % Sakit Sakit Sang at Sakit % Juml ah 10 Sakit pada siku kiri Sakit pada siku kanan Sakit pada lengan bawah bagian kiri Sakit pada lengan bawah bagian kanan Sakit pada pergelangan tangan kiri Sakit pada pergelangan tangan kanan Sakit pada telapak tangan kiri Sakit pada telapak tangan kanan Sakit pada paha kiri Sakit pada paha kanan Sakit pada lutut kiri Sakit pada lutut kanan Sakit pada betis kiri Sakit pada betis kanan Sakit pada pergelangan kaki kiri Sakit pada pergelangan kaki kanan Sakit pada telapak kaki kiri Sakit pada telapak kaki kanan Sumber : Pengumpulan Data 014 IV-31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Tabel 4.1 Antropomerti Yang Dipakai Untuk Perancangan Alat Penakaran dan Pengemasan Gula Pasir

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Tabel 4.1 Antropomerti Yang Dipakai Untuk Perancangan Alat Penakaran dan Pengemasan Gula Pasir BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Antropometri Data antropometri merupakan data yang diperlukan dalam menentukan ukuran-ukuran dalam perancangan sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Antropometri dan Tujuan Data antropometri yang digunakan adalah data-data yang dibutuhkan dalam perancangan ulang alat pemotong kerupuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data 96 Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Uji keseragaman data 1. waktu setup bagian pencetakan Subgroup No (i) Waktu (detik) (detik) (detik) BKA BKB 1 712 2 564 1 3 534 603,4 4 602 5

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL: MEMBANGUN PARADIGMA KEHIDUPAN MELALUI MULTIDISIPLIN ILMU

PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL: MEMBANGUN PARADIGMA KEHIDUPAN MELALUI MULTIDISIPLIN ILMU REDESIGN KURSI DAN MEJA PERKULIAHAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) SECARA ERGONOMIS DI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI Rini Alfatiyah, William Marthin ABSTRAK Salah satu faktor yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA Gultom: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INSDUTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK... 169 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA Peniel Immanuel

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG Nama : Dimas Triyadi Wahyu P NPM : 32410051 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ir. Asep

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Oleh: DWI APRILIYANI ( ) ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

ANALISIS PENGUKURAN KERJA ANALISIS PENGUKURAN KERJA Disusun oleh: Subodro (135060700111043) Siti Astrid Meidiani (135060700111044) Armelynda Beverly S (135060701111056) Andini Sulviana (135060701111065) Dzaky Falakhi (135060701111082)

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI Agung Kristanto 1, Slamet Cahyo Widodo 2 Abstract: Salah satu tahapan dalam proses panen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN BAB III METODOLOGI PENELITAN 3.1 Tahapan Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu dibuat tahapan-tahapan dari penelitian itu sendiri. Adapun tahapan dalam penelitian

Lebih terperinci

MODUL II WORK MEASUREMENT

MODUL II WORK MEASUREMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu merupakan salah satu kriteria dari suatu alternatif beberapa metode kerja yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN METODE KERJA UNTUK MENGURANGI KELELAHAN KERJA PADA AKTIVITAS MESIN BOR DI WORKSHOP

PERANCANGAN METODE KERJA UNTUK MENGURANGI KELELAHAN KERJA PADA AKTIVITAS MESIN BOR DI WORKSHOP PERANCANGAN METODE KERJA UNTUK MENGURANGI KELELAHAN KERJA PADA AKTIVITAS MESIN BOR DI WORKSHOP BUBUTPT. CAHAYA SAMUDRA SHIPYARD Sidik Santoso 1,Refdilzon Yasra 2, Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Erni Suparti 1), Rosleini Ria PZ 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 12 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Rekayasa Sistem Kerja Rekayasa sistem kerja dalam rangka memanusiakan pekerja. Proses utama dalam rekayasa sistem kerja adalah menghitung nilai batas kemampuan manusia

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan industri-industri semakin pesat, baik industri manufaktur maupun jasa. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam dunia

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu dibuat tahapan-tahapan dari penelitian itu sendiri. Adapun tahapan dalam penelitian

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TEKNOLOGI REKAYASA LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PERANCANGAN PERALATAN DAN PENGEMBANGAN METODE KERJA PADA INDUSTRI TAHU DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI Indah Pratiwi,

Lebih terperinci

PERANCANGAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PADA INDUSTRI KERIPIK UBI

PERANCANGAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PADA INDUSTRI KERIPIK UBI PERANCANGAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PADA INDUSTRI KERIPIK UBI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring 38 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring dengan adanya tuntunan jaman yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI Rosleini Ria PZ 1), Erni Suparti 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha

Lebih terperinci

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo keinginan konsumen adalah Quality Function Deployment (QFD). Penerapan metode QFD diawali dengan pembentukan

Lebih terperinci

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Waktu siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Tabel 4.1 Data Waktu Siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Per 1 pasang Pengamatan Waktu

Lebih terperinci

Kata Kunci : Perancangan, Pembuat es Puter, Metode QFD, Aspek Ergonomi

Kata Kunci : Perancangan, Pembuat es Puter, Metode QFD, Aspek Ergonomi ABSTRAK Proses produksi pembuatan es puter adanya suatu keluhan diantaranya sakit pinggang, punggung, hal ini karena tempat duduk atau kursi yang lebih tinggi dari benda kerja dan para pekerja pembuat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK..

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK.. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK.. i ii iii v vii ix x BAB I PENDAHULUAN...... I-1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode perancangan alat atau produk dalam penelitian ini menggunakan perancangan produk dengan metode rasional. Tahapan dari penelitian ditunjukan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan BORSANO merupakan sebuah home-industry yang bergerak di bidang produksi sepatu kulit. Saat ini perusahaan memiliki masalah yaitu waktu baku setiap stasiun kerja tidak diketahui, kinerja

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

Kata kunci : Kursi, Ergonomis, Antropometri, Perancangan Produk, Quality Function Deployment

Kata kunci : Kursi, Ergonomis, Antropometri, Perancangan Produk, Quality Function Deployment RANCANG BANGUN ULANG KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA Rudy Bastian Hutabarat Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG MESIN AMPLAS KAYU PROFIL LENGKUNG UNTUK PERBAIKAN POSISI KERJA DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERANCANGAN ULANG MESIN AMPLAS KAYU PROFIL LENGKUNG UNTUK PERBAIKAN POSISI KERJA DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERANCANGAN ULANG MESIN AMPLAS KAYU PROFIL LENGKUNG UNTUK PERBAIKAN POSISI KERJA DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Agung Kristanto 1 dan Tri Sugiantoro 2 Abstrak: Abu Production adalah salah satu industri

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Digo Andesa Putra NIM.

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Digo Andesa Putra NIM. PERANCANGAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PADA INDUSTRI KECIL PENGELASAN (STUDI KASUS BENGKEL LAS UD. USAHA BARU) TUGAS SARJANA Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

Perancangan Meja Kerja pada Bagian Pemeriksaan Surat Jalan Buah dan Penimbangan Tonase TBS (Tandan Buah Segar) di PT.Sahabat Mewah dan Makmur

Perancangan Meja Kerja pada Bagian Pemeriksaan Surat Jalan Buah dan Penimbangan Tonase TBS (Tandan Buah Segar) di PT.Sahabat Mewah dan Makmur Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Meja Kerja pada Bagian Pemeriksaan Surat Jalan Buah dan Penimbangan Tonase TBS (Tandan Buah Segar) di PT.Sahabat Mewah dan Makmur 1 Isabella Nungki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENYISIR IJUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANTROPOMETRI (STUDI KASUS DI CV.

PERANCANGAN ALAT PENYISIR IJUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANTROPOMETRI (STUDI KASUS DI CV. PERANCANGAN ALAT PENYISIR IJUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANTROPOMETRI (STUDI KASUS DI CV. ARBA JAYA) TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. operator unit Hydrocracking Unit di Refinery Unit V Balikpapan. Wearpack yang

BAB V PEMBAHASAN. operator unit Hydrocracking Unit di Refinery Unit V Balikpapan. Wearpack yang 97 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Desain 5.1.1 Desain Lama merupakan salah satu alat pelindung diri yang wajib dipakai di dalam area kerja di industri perminyakan. Kewajiban tersebut juga berlaku bagi operator

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

RANCANGAN KURSI OPERATOR SPBU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

RANCANGAN KURSI OPERATOR SPBU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI RANCANGAN KURSI OPERATOR SPBU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI Eko Prasetyo 1) Agri Suwandi ) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta Srengseng Sawah,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci