PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI SERT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI SERT"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI SERT MODUL BIMBINGAN TEKNIS BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI )2015 0

2 PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI SERT

3 Program Peningkatan Kompetensi Tenaga dan Produktivitas Gedung BNSP Jl. MT. Haryono, Kav 52 Jakarta Selatan, Indonesia Telepon: (021) Facsimile: (021) Penulis Verifikasi Ir. Surono MPhil Tatang Asrizal BNSP 2015 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Buku ini diproduksi oleh BNSP 2

4 DAFTAR ISI I. Pendahuluan 4 II. Tujuan Pelatihan... 5 III. Standar Kompetensi 5 IV. Gambaran Umum Memetakan Dan Mengembangkan Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi 14 V. TP1: Mengintepretasi Persyaratan Pemetaan Skema Sertifikasi VI. TP2: Identifikasi Peta Standardisasi Kompetensi VII. TP 3:Identifikasi Peta Skema Sertifikasi Kualifikasi 30 VIII. TP4:Menyusun Jastifikasi Skema Sertifikasi Kualifikasi Dan Okupasi 39 IX. TP5: Menyusun Paket Dan Persyaratan Skema Sertifikasi Kerangka Kualifikasi Dan Okupasi 43 X. TP6:Verifikasi Rancangan Skema Sertifikasi 53 XI. Bahan Bacaan Yang Disarankan 58 XII. Asesmen Mandiri 64 XIII. Lembar Evaluasi Peserta 68 XIV. Kurikulum 69 3

5 I. PENDAHULUAN! Modul ini merupakan perangkat pelatihan yang dapat digunakan oleh para trainer maupun para trainee baik dalam pelatihan formal maupun belajar mandiri, untuk membantu menjadi kompeten untuk memetakan dan mengembangkan skema sertifikasi kompetensi profesi.! Modul ini disusun secara khusus dengan pengembangan percepatan skema sertifikasi pada KSS (Komite Sertifikasi Sektoral) dengan metode instruksi pelatihan berbasis komnpetensi (Competency based training=cbt) dan asesmen berbasis kompetensi (Competency based assessment = CBA). CBT dan CBA ini merupakan model yang dipilih oleh ASEAN (Association of South-East Asian Nations) sebagai model untuk melatih tenaga kerja pada Negara-negara anggota ASEAN.! Apa itu CBT dan CBA system dan mengapa ASEAN mengadopsinya? a. CBT adalah model pelatihan yang berkonsentrasi pada apa yang dapat dilakukan oleh tenaga kerja atau yang dipersyaratkan oleh tempat kerja. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk membantu peserta pelatihan untuk melakukan pekerjaan dan tugas sesuai standar yang dipersyaratkan tempet kerja. CBT berusaha mengembangkan ketrampilan, pengetahuan dan sikap kerja (atau mengakui ketika peserta sudah memiikinya) untuk mencapai persyaratan standar kompetensi. ASEAN telah mengadopsi CBT/CBA training system untuk menghasilkan tenaga kerja yang diinginkan industri, sehingga akan meningkatkan peluang peserta pelatihan mendapatkan pekerjaan. b. CBA mencakupi pengumpulan bukti dan membuat keputusan sejauhmana seorang pekerja dapat mendemonstrasikan pekerjaannya sesuai standar kompetensi. Ketika trainee sudah dapat mendemonstrasikan kompetensinya, baik dari hasil pelatihan ataupun pengalaman ditempat kerja, maka dapat diberi pengakuan atas pencapaiannya baik melaui RPL untuk mengikuti jenjang pelatihan berikutnya atau RCC untuk mendapatkan sertifikat kompetensi.! Apa itu Standar Kompetensi? a. Standar kompetesi mendeskripsikan ketrampilan, pengetahuan yang dipersyaratkan untuk melakukan suatu tugas atau aktivitas pada tingkat yang dipersyaratkan oleh standar. b. Terdapat beberapa standar kompetensi, yakni: SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), Standar Kompetensi Internasional, dan Standar Kompetensi Khusus. c. Pada modul ini, karena belum tersedia standar kompetensimemetakan dan mengembangkan skema sertifikasi, maka dikembangkan unit kompetensi memetakan dan mengembangkan skema sertifikasi dengan konteks Kualifikasi dan Okupasi dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang disusun sesuai dengan kerangka pengembangan standar kompetensi. d. Pada modul akan ditampilkan seluruh komponen standar kompetensi yang mencakupi: Judul Unit: merupakan bentuk pernyataan terhadap tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan. Judul unit kompetensi harus menggunakan kalimat aktif yang diawali dengan kata kerja aktif atau performatif yang terukur. Deskripsi Unit: Berisi deskripsi tentang lingkup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu secara kompeten, dalam kaitannya dengan unit kompetensi. Dalam deskripsi, dapat pula disebutkan keterkaitan unit kompetensi ini dengan unit kompetensi lain yang memiliki kaitan erat. Elemen: Berisi deskripsi tentang langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan unit kompetensi. Kegiatan dimaksud biasanya disusun dengan mengacu pada proses pelaksanaan unit kompetensi, yang dibuat dalam kata kerja aktif atau performatif. Kriteria Unjuk Kerja: Berisi deskripsi tentang kriteria unjuk kerja yang menggambarkan 4

6 kinerja yang harus dicapai pada setiap elemen kompetensi. Kriteria unjuk kerja dirumuskan secara kualitatif dan/atau kuantitatif, dalam rumusan hasil pelaksanaan pekerjaan yang terukur, yang dibuat dalam kata kerja pasif. Batasan variabel: Berisi deskripsi tentang konteks pelaksanaan pekerjaan, yang berupa lingkungan kerja, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, norma dan standar, rentang pernyataan (range of statement) yang harus diacu, serta peraturan dan ketentuan terkait yang harus diikuti. Panduan Penilaian: Berisi deskripsi tentang berbagai kondisi atau keadaan yang dapat dipergunakan sebagai panduan dalam asesmen kompetensi. Diantaranya deskripsi tentang konteks penilaian, persyaratan kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya (bila diperlukan), pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai, sikap kerja yang harus ditampilkan, serta aspek kritis yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.! Dalam modul ini akan diberikan gambaran umum tentang unit kompetensi ini, tujuan dan standar kompetensi. Dalam modul ini pada setiap elemen dilakukan latihan untuk mendemonstrasikan kompetensinya melakukan tahap-tahap pekerjaan, sehingga diakhir elemen, trainee sudah mampu mendemonstrasikan seluruh tahapan kerja sesuai persyaratan kriteria unjuk kerja. Selanjutnya dilakukan asesmen mandiri secara terstruktur untuk memastikan secara mandiri bahwa trainee telah keompeten. Bila belum kompeten maka perlu re-training.! Bagi para peserta bimbingan teknis, ingat bahwa fasilitator anda disini membantu cara mencapai kompetensi anda, sehingga jangan ragu-ragu untuk bertanya hingga anda kompeten.! Cara Penilaian Kompetensi a. Mengkonfirmasi pencapaian Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dan kesesuaiannya dengan jenis produk di tempat kerjanya. b. Metode assessment kompetensi sesuai dengan SKKNI (TAAASS410C Merencanakan dan Mengorganisasi Asesmen, TAAASS403B Mengembangkan Perangkat Asesmen, dan TAAASS402C Melakukan Asesmen). c. Pernyataan kompeten terhadap asesmen mandiri. II. TUJUAN BIMBINGAN TEKNIS Bimbingan Teknis ini bertujuan agar peserta dapat memetakan dan mengembangkan skema sertifikasi kompetensi profesi dalam rangka percepatan sertifikasi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. III. UNIT KOMPETENSI KODE UNIT : SERT JUDUL UNIT : MEMETAKAN DAN MENGEMBANGKAN SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI DESKRIPSI UNIT : Unit ini menetapkan kompetensi yang dibutuhkan untuk pemetaan dan mengembangkan skema sertifikasi. Unit ini dapat digunakan untuk pengembangan skema sertifikasi Kualifikasi, Okupasi, klaster maupun unit kompetensi. Skill for employability dalam unit sudah menjadi bagian dari kriteria unjuk kerja. ELEMEN KOMPETENSI 1. MENGINTEPRETASI PERSYARATAN PEMETAAN SKEMA SERTIFIKASI KRITERIA UNJUK KERJA 1.1. Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional diidentifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional dan internasional 5

7 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA diidentifikasi Sistem sertifikasi kompetensi profesi diidentifikasi Pedoman BNSP terkait pengembangan skema sertifikasi diidentifikasi 1.5. Para pemangku kepentingan dikoordinasikan dan diorganisasikan melalui Komite Skema Sertifikasi sesuai sektor Bila diperlukan, tim perumus Skema Sertifikasi dibentuk dan diberikan bimbingan teknis/pelatihan pengembangan skema. 2. IDENTIFIKASI PETA STANDARDISASI 2.1. Identifikasi peta kompetensi pada SKKNI, Standar KOMPETENSI Internasional, standard khusus Bila tersedia peta tersebut, fungsi-fungsi kerja standardisasi kompetensi diidentifikasi dan dikontekstalisasi berdasarkan Sistem Standardisasi Nasional Bila tidak tersedia, pemetaan fungsi kerja dilakukan berdasarkan acuan normatif pemetaan standard kompetensi dilakukan dengan: Menentukan fungsi bisnis, fungsi kunci, fungsi utama untuk setiap fungsi kunci, fungsi dasar untuk setiap fungsi utama. 3. IDENTIFIKASI PETA SKEMA SERTIFIKASI 3.1. Bila tersedia dan relevan, Pemaketan KUALIFIKASI DAN OKUPASI kualifikasidiidentifikasi dari SKKNI Ruang lingkup peta skema sertifikasi kualifikasi suatu sektor/bidang diidentifikasi berdasarkan peta standardisasi yakni dari fungsi kunci dan/atau fungsi mayor Level skema sertifikasi kualifikasi diidentifikasi berdasarkan fungsi kunci dan fungsi major dan verdasarkan KKNI (9 level) Deskripsi pada setiap level skema sertifikasi disusun berdasarkan deskripsi KKNI yang dikontekstialisasikan dengan sektor/bidangnya Bila tersedia, unit-unit kompetensi dari kemasan okupasi diidentifikasi dan dikelompokan sesuai level KKNI berdasarkan deskripsi setiap level Bila yang tersedia hanya unit-unit kompetensi dari SKKNI/standar internasional/ standar khusus, riset dilakukan untuk identifikasi seluruh okupasi/job titles termasuk deskripsi dan tugas/fungsi serta wewenangnya, yang kemudian dibuat matriks fungsi dan tanggung jawab dan ketersediaan unit kompetensi yang ada dan dapat diimpor unit kompetensi dari bidang lain terkait Bila okupasi/job title tidak teridentifikasi dan yang tersedia hanya standar kompetensi, unit-unit kompetensi diidentifikasi dan dikelompokan kualifikasinya berdasarkan deskripsi setiap level kualifikasi KKNI. 4. MENYUSUN JASTIFIKASI SKEMA 4.1. Rancangan skema sertifikasi disusun sesuai 6

8 ELEMEN KOMPETENSI SERTIFIKASI KUALIFIKASI DAN OKUPASI 5. MENYUSUN PAKET DAN PERSYARATAN SKEMA SERTIFIKASI KERANGKA KUALIFIKASI DAN OKUPASI KRITERIA UNJUK KERJA dengan Pedoman BNSP Latar belakang/jastifikasi perumusan skema sertifikasi diidentifikasi tuntutan dan pentingnya sertifikasi kompetensi profesi untuk skema sertifikasi yang ditetapkan Ruang lingkup penerapan skema sertifikasi diidentifikasi Tujuan penyusunan skema sertifikasi diidentifikasi Acuan normative pengembangan dan penerapan skema sertifikasi diidentifikasi Paket/kemasan kompetensi diidentifikasi Bila skema Kualifikasi Peta kualifikasi diidentifikasi dari hasil pemetaan sesusi ruang lingkup Deskripsi dan sikap kerja diidentifikasi pada setiap level skema sertifikasi kualifikasi Peran kerja dan/atau kemungkinan jabatan yang dapat ditempatkan pada level skema sertifikasi dalam industri Informasi jalur dalam kualifikasi (masuk dan lanjutan) Bila tersedia, Informasi regulasi teknis tentang status penerapan pada level ini Bila tersedia, Aturan pemaketan skema sertifikasi (kompetensi inti (core), kompetensi umum (generic/common), dan kompetensi fungsional (pilihan)) Daftar unit kompetensi diidentifikasi Bila skema Okupasi: Peta okupasi diidentifikasi dari hasil pemetaan sesuai ruang lingkup Deskripsi diidentifikasi pada setiap judul okupasi Nomor index pekerjaan (job index number) diidentifikasi Nama/Gelar okupasi profesi diidentifikasi Tugas dan wewenang (bila tersedia) diidentifikasi pada setiap okupasi Persyaratan untuk mengikuti sertifikasi pada setiap okupasi Bila tersedia, Informasi regulasi teknis tentang status penerapan 7

9 ELEMEN KOMPETENSI 6. VERIFIKASI RANCANGAN SKEMA SERTIFIKASI KRITERIA UNJUK KERJA pada level ini Bila tersedia, Aturan pemaketan skema sertifikasi (kompetensi inti (core), kompetensi umum (generic/common), dan kompetensi fungsional (pilihan)) Daftar unit kompetensi diidentifikasi Persyaratan dasar pemohon sertifikasi diidentifikasi dan ditetapkan 5.3. Hak pemohon dan kewajiban pemegang sertifikat diidentifikasi 5.4. Struktur biaya sertifikasi diidentifikasi Proses sertifikasi yang mencakup persyratan pendaftaran, proses asesmen, proses uji kompetensi, keputusan sertifikasi, pembekuan dan pencabutan sertifiikat, pemeliharaan sertifikat, proses sertififikat ulang, penggunaan sertifikat dan banding diidentifikasi 5.6. Bila tersedia, kode etik profesi diidentifikasi 6.1. Kesesuaian pengorganisasian dan proses penyusunan skema sertifikasi diverifikasi Kesesuaian struktur skema sertifikasi diverifikasi, dengan tetap memperhatikan harmonisasi/negoisasi dengan lintas sektor dan/atau lintas Negara Kesesuaian judul skema, latarbelakang, ruang lingkup, tujuan dan acuan normative diverifikasi Kesesuaian kemasan/paket kualifikasi/okupasi diverifikasi Kesesuaian proses sertifikasi diverifikasi Laporan verifikasi dibuat untuk disampaikan dan dibahas oleh Komite Skema Sertifikasi. Dalam pembahasan Komite dapat mengundang pemangku kepentingan yang lebih luas Hasil verifikasi dilaporkan kepada Ketua BNSP dan, bila tersedia, dengan instansi terkait untuk disyahkan. BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel 1.1 Kondisi atau keadaan lingkungan kerja dimana unit kompetensi dapat dilaksanakan, adalah adanya akses sumber informasi tentang pendekatan asesmen yang mencakupi target asesi, jalur asesmen, konteks asesmen, dan acuan pembanding. 1.2 Kata-kata yang dicetak tebal, jika digunakan pada Kriteria Unjuk Kerja, diberikan penjelasan. 1.3 Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional, adalah: Tatanan keterkaitan komponen standardisasi kompetensi kerja nasional yang komprehensif dan sinergis dalam rangka mencapai tujuan standardisasi kompetensi kerja nasional di Indonesia. 1.4 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), adalah: kerangka penjenjangan kualifikasi 8

10 kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. 1.5 Kerangka Kualifikasi internasional adalah: Kerangka Kualifikasi yang ditetapkan hasil harmonisasi antar Negara, seperti AQRF (ASEAN Qualification Framework). 1.6 Sistem sertifikasi kompetensi profesi, adalah: tatanan keterkaitan komponen sertifikasi kompetensi profesi yang mencakup pembentukan kelembagaan sertifikasi, lisensi lembaga sertifikasi, pelaksanaan sertifikasi, harmonisasi sertifikasi, pengendalian mutu sertifikasi, dan pengembangan sistem informasi dan komunikasi sertifikasi yang sinergis dan harmonis dalam rangka mencapai tujuan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja nasional. 1.7 Acuan normative pengembangan skema, dapat mencakupi:! PP 31/2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional! PP 23/2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi! PERPRES 8/2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia! Permenakertrans 5/2012 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional! Permenakertrans 8/2012 tentang Tatacara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia! Peraturan BNSP 4/2014 tentang Pedoman Pengembangan Dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi 1.8 Para pemangku kepentingan dapat mencakupi:! Dunia usaha melalui asosiasi industri terkait dan/atau KADIN;! Dunia Profesi melalui asosiasi profesi terkait;! Pasar terkait dari hasil survei;! Otoritas Kompeten terkait sesuai perkembangan industri terkini. 1.9 Komite Skema Sertifikasi terdiri dari:! Ketua merangkap anggota.! Sekretaris merangkap anggota.! Anggota yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan Tim perumus Skema Sertifikasi yang dibentuk Komite Skema, terdiri dari para pakar dibidanya dan mempunyai tugas:! Mengidentifikasi kategori dan jenis kualifikasi/okupasi nasional/klaster yang dibutuhkan dunia kerja.! Mengidentifikasi jenis standar kompetesi kerja yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.! Mengidentifikasi jenis jabatan yang akan dituangkan dalam skema sertifikasi.! merumuskan persyaratan kompetensi sesuai dengan jenis skema yang akan disusun.! menuangkan dan menyusun konsep skema sertifikasi kedalam format skema sertifikasi Peta kompetensi, adalah: gambaran komprehensif tentang kompetensi dari setiap fungsi dalam suatu lapangan usaha yang akan dipergunakan sebagai acuan dalam menyusun standar kompetensi. Fungsi kerja mencakupi:! fungsi bisnis.! fungsi kunci! fungsi utama! fungsi dasar 1.12 Sistem Standardisasi Nasional, adalah: tatanan keterkaitan komponen standardisasi kompetensi kerja nasional yang komprehensif dan sinergis dalam rangka mencapai tujuan standardisasi kompetensi kerja nasional di Indonesia. 9

11 1.13 KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia), adalah: kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja, serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor 1.14 Tuntutan diperlukannya perumusan skema sertifikasi, dapat mencakupi:! Regulasi di sektor terkait;! Dunia usaha melalui asosiasi industri terkait dan/atau KADIN;! Dunia Profesi melalui asosiasi profesi terkait;! Pasar terkait dari hasil survei;! Otoritas Kompeten terkait sesuai perkembangan industri terkini Ruang lingkup penerapan skema sertifikasi, dapat mencakupi:! Sertifikasi kompetensi profesi.! Acuan pengembangan SDM di Industri.! Acuan dalam pengembangan program pelatihan dan pendidikan vokasi Tujuan penyusunan skema sertifikasi, dapat mencakupi:! Sebagai acuan untuk memastikan bahwa proses sertifikasi dilakukan dengan menggunakan standar dan aturan khusus serta prosedur yang sama.! Memastikan dan memelihara kompetensi pelaku terkait, sesuai dengan tuntutan industri, tuntutan profesi serta tuntutan pasar/konsumen Acuan normative, dapat mencakupi:! Standar, mencakupi: standar, pedoman, code of practice.! Regulasi teknik: Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Ketua BNSP, dan lailain Kompetensi inti (core), merupakan kompetensi dimana industri sepakat bahwa penting untuk dicapai jika seseorang harus diterima kompeten dalam divisi primer tertentu kerja. Mereka langsung terkait dengan tugas-tugas pekerjaan kunci dan termasuk unit seperti 'Bekerja secara efektif dengan rekan-rekan dan pelanggan, dan Melaksanakan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja. " 1.19 Kompetensi umum (generic/common), merupakan kompetensi dimana industri sepakat bahwa penting untuk dicapai jika seseorang harus diterima kompeten dalam divisi sekunder tertentu kerja. Sering disebut sebagai life skills, seperti: menggunakan peralatan dan teknologi bisnis, dan mengelola dan mengatasi situasi konfik 1.20 kompetensi fungsional (pilihan)), merupakan kompetensi spesifik terhadap peran kerja dalam suatu divisi kerja, dan mencakup ketrampilan dan pengetahuan spesifk (know-how) untuk dilakukan secara efektif, seperti Menerima dan memproses reservasi, mengoperasikan fasilitas Bar Nomor index pekerjaan (job index number) dapat mencakupi:! Nomor dari KBJI.! Nomor dari ASEAN Job Number Index.! Nomor dari ISCO! Dll Persyaratan Dasar pemohon sertifikasi, dapat mencakupi:! Persyaratan Dasar atau Pre Requisite yang mencakup persyaratan pendidikan formal, pelatihan dan persyaratan sesuai regulasi pemerintah atau regulasi lain terkait, persyaratan pendaftaran (terms and conditions).! Persyaratan Kompetensi yang mencakup unit-unit standar kompetensi yang harus disertifikasi sebelumnya. 10

12 ! Persyaratan Profesi yang mencakup pengalaman kerja, persyaratan fisik khusus Nama/Gelar okupasi profesi, adalah penanda seorang berperan professional dan bersertifikat kompetensi profesi sesuai skema sertifikasi profesi setelah melalui asesmen kompetensi melalui lembaga sertifikasi profesi yang terlisensi/terakreditasi Hak pemohon sertifikasi, dapat mencakupi:! Bagi peserta yang telah memenuhi persyaratan berhak mengikuti proses pra asesmen dan asesmen dengan asesor yang telah ditugaskan oleh LSP.! Peserta yang dinyatakan kompeten akan memperoleh sertifikat kompetensi.! Menggunakan sertifikat tersebut sebagai alat bukti keahlian sesuai jenis skema sertifikasinya.! Peserta berhak mengajukan banding atas keputusan sertifikasi.! Peserta berhak mengajukan keluhan terkait pelaksanaan proses sertifikasi.! Peserta berhak mengajukan sertifikasi ulang maksimal 6 bulan setelah proses sertifikasi Kewajiban pemegang sertifikat, dapat mencakupi:! Melaksanakan keprofesiannya dengan tetap menjaga kode etik profesi.! Mengikuti program surveillance yang ditetapkan LSP, minimal satu tahun sekali.! Melaporkan rekaman kegiatan sesuai bidang tugasnya setiap 6 bulan sekali Struktur biaya sertifikasi dapat mencakupi:! Biaya pendaftaran dan verifikasi kelengkapan dokumen permohonan.! Biaya penggunaan TUK,! Biaya asesmen,! Biaya surveilan Proses sertifikasi dapat mencakupi: ( sesuai dengan PBNSP 201:2014)! Persyaratan pendaftaran! Proses Asesmen! Proses Uji Kompetensi! Keputusan sertifikasi! Pembekuan dan pencabutan sertifikat! Pemeliharaan sertifikat/survailen (jika ada)! Proses sertifikat ulang! Penggunaan sertifikat! Banding 1.28 kode etik profesi, dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. kode etik juga bertujuan untuk memperlancar buang air besar agar pencernaan kita baik. 2. Peralatan dan perlengkapan 2.1 Peralatan Tidak diperlukan peralatan khusus untuk pemetaan dan pengembangan skema sertifikasi. 2.2 Perlengkapan Perlengkapan computer dan program teknologi informasi dan komunikasi. 3. Peraturan yang diperlukan 3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan TransmigrasiNomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional. 3.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan TransmigrasiNomor 8 Tahun 2012 tentang Tatacara 11

13 Penetapan Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. 3.3 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan no 21 tahun Tentang Pedoman Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia 4. Norma dan standar Pedoman BNSP no 210 tentang Pengembangan dan pemeliharaan skema sertifikasi. PANDUAN PENILAIAN 1. Konteks penilaian 1.1 Asesmen kompetensi untuk unit ini dapat dilakukan pada konteks kerangka program asesmen kompetensi sesuai konteks yang ditetapkan diatas. 1.2 Tidak diperlukan TUK khusus untuk mendemonstrasikan unit ini. 1.3 Pelaksanakan asesmen terhadap personil yang akan diases, harus dilakukan oleh asesor kompetensi. 1.4 Ikhtisar Asesmen Untuk memperagakan/mendemonstrasikan kompetensi unit ini, asesi harus dapat membuktikan bahwa mereka telah mengembangkan rancangan skema sertifikasi Kualifikasi dan Okupasi Produk-produk yang dapat digunakan sebagai bukti harus mencakupi: a. Rancangan skema sertifikasi kompetensi Kualifikasi dan/atau Okupasi Proses yang bisa digunakan sebagai bukti seharusnya mencakupi: a. Hasil intepretasi persyaratan pemetaan skema sertifikasi b. Hasil identifikasi peta standardisasi kompetensi c. Hasil identifikasi peta skema sertifikasi kualifikasi d. Hasil verifikasi rancangan skema sertifikasi Implikasi sumber daya asesmen seharusnya mencakupi: a. Akses terhadap standar kompetensi dan dokumentasi asesmen lainnya yang relevan b. Akses terhadap dokumentasi acuan normative. c. Pertimbangan biaya dan waktu d. Akses terhadap asesor, asesi dan konteks asesmen yang tepat untuk uji coba / kaji ulang Pengumpulan bukti berkualitas membutuhkan: a. Asesmen harus memenuhi ruang lingkup unit ini dan merefleksikan/mencerminkan seluruh komponen unit, yakni Elemen Kompetensi, Kriteria Unjuk Kerja, Batasan Variabel, Panduan Bukti, KeterampilanLayak Kerja. b. Batasan metode asesmen dan teknik pengumpulan bukti yang tepat digunakan untuk menentukan kompetensi c. Bukti harus dikumpulkan di tempat kerja bila memungkinkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan, suatu tempat kerja yang disimulasikan harus disediakan. d. Bukti-bukti yang dikumpulkan harus berhubungan dengan beberapa demonstrasi / praktek kinerja yang dinilai pada titik-titik yang berbeda pada waktu yang tepat, pembelajaran dan jalur asesmen hendaknya dipisahkan oleh praktek dan pembelajaran selanjutnya e. Asesmen memenuhi aturan bukti. f. Keputusan kompeten dapat dibuat bila asesor yakin bahwa hasil yang dipersyaratkan dari suatu unit telah dicapai dan bahwa kinerja telah diperagakan secara konsisten Persyaratan bukti yang spesifik harus mencakupi: a. Bukti intepretasi persyaratan pemetaan skema sertifikasi b. Bukti identifikasi peta standardisasi kompetensi c. Bukti Identifikasi peta skema sertifikasi kualifikasi d. Bukti penyusunan jastifikasi skema sertifikasi kualifikasi dan okupasi 12

14 e. Bukti penyusunan paket dan persyaratan skema sertifikasi kerangka kualifikasi dan okupasi f. Bukti verifikasi rancangan skema sertifikasi 2. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 3.1 Pengetahuan Sistem Standadisasi Kompetensi Kerja Sistem Sertifikasi Kompetensi Asesmen berbasis kompetensi. 3.2 Keterampilan Ketrampilan dalam Riset standardisasi dan sertifikasi kompetensi baik melalui web maupun literature lainnya Keterampilan literasi dan komunikasi untuk: a. Membaca dan menginterpretasi informasi yang relevan dalam rangka penetapan persyaratan bukti b. Memberikan informasi/instruksi yang jelas dan tepat c. Menerima dan menginterpretasi umpan balik d. Mempersiapkan dokumentasi yang dipersyaratkan dengan bahasa yang jelas dan komprehensif, menggunakan format sebagaimana digunakan tempat kerja 13

15 IV. GAMBARAN UMUM MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN KOMPETENSI MELALUI REKAM JEJAK PERKEMBANGAN PEKERJA PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI UK-SERT DESKRIPSI Unit ini menetapkan kompetensi yang dibutuhkan untuk pemetaan dan mengembangkan skema sertifikasi. Unit ini dapat digunakan untuk pengembangan skema sertifikasi Kualifikasi, Okupasi, klaster maupun unit kompetensi. Skill for employability dalam unit sudah menjadi bagian dari kriteria unjuk kerja. ` 14

16 ! PENTING Untuk mendemonstrasikan unit ini, peserta harus dapat memberikan bukti: Rancangan skema sertifikasi kompetensi Kualifikasi dan/ atau Okupasi. Proses yang bisa digunakan sebagai bukti seharusnya mencakupi: o Hasil intepretasi persyaratan pemetaan skema sertifikasi o Hasil identifikasi peta standardisasi kompetensi o Hasil identifikasi peta skema sertifikasi kualifikasi o Hasil verifikasi rancangan skema sertifikasi ELEMEN KOMPETENSI 1. MENGINTEPRETASI PERSYARATAN PEMETAAN SKEMA SERTIFIKASI 2. IDENTIFIKASI PETA STANDARDISASI KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 1) Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional diidentifikasi. 2) Kerangka Kualifikasi Nasional dan internasional diidentifikasi. 3) Sistem sertifikasi kompetensi profesi diidentifikasi. 4) Pedoman BNSP terkait pengembangan skema sertifikasi diidentifikasi 5) Para pemangku kepentingan dikoordinasikan dan diorganisasikan melalui Komite Skema Sertifikasi sesuai sektor. 6) Bila diperlukan, tim perumus Skema Sertifikasi dibentuk dan diberikan bimbingan teknis/pelatihan pengembangan skema. 1) Identifikasi peta kompetensi pada SKKNI, Standar Internasional, standard khusus. 2) Bila tersedia peta tersebut, fungsi-fungsi kerja standardisasi kompetensi diidentifikasi dan dikontekstalisasi berdasarkan Sistem Standardisasi Nasional. 3) Bila tidak tersedia, pemetaan fungsi kerja dilakukan berdasarkan acuan normatif pemetaan standard kompetensi dilakukan dengan: Menentukan fungsi bisnis, fungsi kunci, fungsi utama untuk setiap fungsi kunci, fungsi dasar untuk setiap fungsi utama. 15

17 ELEMEN KOMPETENSI 3. IDENTIFIKASI PETA SKEMA SERTIFIKASI KUALIFIKASI 4. MENYUSUN JASTIFIKASI SKEMA SERTIFIKASI KUALIFIKASI DAN OKUPASI KRITERIA UNJUK KERJA 1) Bila tersedia dan relevan, Pemaketan kualifikasi diidentifikasi dari SKKNI. 2) Ruang lingkup peta skema sertifikasi kualifikasi suatu sektor/bidang diidentifikasi berdasarkan peta standardisasi yakni dari fungsi kunci dan/atau fungsi mayor. 3) Level skema sertifikasi kualifikasi diidentifikasi berdasarkan fungsi kunci dan fungsi major dan verdasarkan KKNI (9 level). 4) Deskripsi pada setiap level skema sertifikasi disusun berdasarkan deskripsi KKNI yang dikontekstialisasikan dengan sektor/bidangnya. 5) Bila tersedia, unit-unit kompetensi dari kemasan okupasi diidentifikasi dan dikelompokan sesuai level KKNI berdasarkan deskripsi setiap level. 6) Bila yang tersedia hanya unit-unit kompetensi dari SKKNI/standar internasional/ standar khusus, riset dilakukan untuk identifikasi seluruh okupasi/job titles termasuk deskripsi dan tugas/fungsi serta wewenangnya, yang kemudian dibuat matriks fungsi dan tanggung jawab dan ketersediaan unit kompetensi yang ada dan dapat diimpor unit kompetensi dari bidang lain terkait. 7) Bila okupasi/job title tidak teridentifikasi dan yang tersedia hanya standar kompetensi, unit-unit kompetensi diidentifikasi dan dikelompokan kualifikasinya berdasarkan deskripsi setiap level kualifikasi KKNI. 1. Rancangan skema sertifikasi disusun sesuai dengan Pedoman BNSP. 2. Latar belakang/jastifikasi perumusan skema sertifikasi diidentifikasi tuntutan dan pentingnya sertifikasi kompetensi profesi untuk skema sertifikasi yang ditetapkan. 3. Ruang lingkup penerapan skema sertifikasi diidentifikasi. 4. Tujuan penyusunan skema sertifikasi diidentifikasi. 5. Acuan normative pengembangan dan penerapan skema sertifikasi diidentifikasi. ELEMEN KOMPETENSI 5. MENYUSUN PAKET DAN PERSYARATAN SKEMA SERTIFIKASI KERANGKA KUALIFIKASI DAN OKUPASI KRITERIA UNJUK KERJA 1) Paket/kemasan kompetensi diidentifikasi. 1. Bila skema Kualifikasi Peta kualifikasi diidentifikasi dari hasil pemetaan sesusi ruang lingkup. Deskripsi dan sikap kerja diidentifikasi pada setiap level skema sertifikasi kualifikasi. Peran kerja dan/atau kemungkinan jabatan yang dapat ditempatkan pada level skema sertifikasi dalam industri. Informasi jalur dalam kualifikasi (masuk dan lanjutan). Bila tersedia, Informasi regulasi teknis tentang status penerapan pada level ini. Bila tersedia, Aturan pemaketan skema sertifikasi (kompetensi inti (core), kompetensi umum (generic/common), dan kompetensi fungsional (pilihan)). Daftar unit kompetensi diidentifikasi. 2. Bila skema Okupasi: Peta okupasi diidentifikasi dari hasil pemetaan sesuai ruang lingkup. Deskripsi diidentifikasi pada setiap judul okupasi. Nomor index pekerjaan (job index number) diidentifikasi. Nama/Gelar okupasi profesi diidentifikasi. Tugas dan wewenang (bila tersedia) diidentifikasi pada setiap okupasi. Persyaratan untuk mengikuti sertifikasi pada setiap okupasi. Bila tersedia, Informasi regulasi teknis tentang status penerapan pada level ini. Bila tersedia, Aturan pemaketan skema sertifikasi (kompetensi inti (core), kompetensi umum (generic/common), dan kompetensi fungsional (pilihan)). Daftar unit kompetensi diidentifikasi. 2) Bila tersedia, Persyaratan dasar pemohon sertifikasi diidentifikasi. 3) Hak pemohon dan kewajiban pemegang sertifikat diidentifikasi 4) Struktur biaya sertifikasi diidentifikasi. 5) Proses sertifikasi diidentifikasi. 6) Bila tersedia, kode etik profesi diidentifikasi 16

18 ELEMEN KOMPETENSI 6. VERIFIKASI RANCANGAN SKEMA SERTIFIKASI KRITERIA UNJUK KERJA 1) Kesesuaian pengorganisasian dan proses penyusunan skema sertifikasi diverifikasi. 2) Kesesuaian struktur skema sertifikasi diverifikasi, dengan tetap memperhatikan harmonisasi/negoisasi dengan lintas sektor dan/atau lintas Negara. 3) Kesesuaian judul skema, latarbelakang, ruang lingkup, tujuan dan acuan normative diverifikasi. 4) Kesesuaian kemasan/paket kualifikasi/okupasi diverifikasi. 5) Kesesuaian proses sertifikasi diverifikasi. 6) Laporan verifikasi dibuat untuk disampaikan dan dibahas oleh Komite Skema Sertifikasi. Dalam pembahasan Komite dapat mengundang pemangku kepentingan yang lebih luas. 7) Hasil verifikasi dilaporkan kepada Ketua BNSP dan, bila tersedia, dengan instansi terkait untuk disyahkan. Acuan Normatif PP 31/2006: SISLATKERNAS PP 23/2004: BNSP PERPRES 8/2012: KKNI Permenaker 14/2014: Pedoman Penerapan KKNI Permenakertrans 5/2012: Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional Permenakertrans 8/2012: Tatacara Penerapan SKKNI Peraturan BNSP 1/2014: PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI Peraturan BNSP 4/2014: PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI no 13 17

19 MENGINTEPRETASI PERSYARATAN PEMETAAN SKEMA SERTIFIKASI IDENTIFIKASI PETA STANDARDISASI KOMPETENSI IDENTIFIKASI PETA SKEMA SERTIFIKASI KUALIFIKASI MENYUSUN JASTIFIKASI SKEMA SERTIFIKASI KUALIFIKASI DAN OKUPASI MENYUSUN PAKET DAN PERSYARATAN SKEMA SERTIFIKASI KERANGKA KUALIFIKASI DAN OKUPASI VERIFIKASI RANCANGAN SKEMA SERTIFIKASI 18

20 V. ELEMEN-ELEMEN MEMETAKAN DAN MENGEMBANGKAN SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI TP1. MENGINTEPRETASI PERSYARATAN PEMETAAN SKEMA SERTIFIKASI TP1. MENGINTEPRETASI PERSYARATAN PEMETAAN SKEMA SERTIFIKASI 1) Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional diidentifikasi. 2) Kerangka Kualifikasi Nasional dan internasional diidentifikasi. 3) Sistem sertifikasi kompetensi profesi diidentifikasi. 4) Pedoman BNSP terkait pengembangan skema sertifikasi diidentifikasi 5) Para pemangku kepentingan dikoordinasikan dan diorganisasikan melalui Komite Skema Sertifikasi sesuai sektor. 6) Bila diperlukan, tim perumus Skema Sertifikasi dibentuk dan diberikan bimbingan teknis/pelatihan pengembangan skema. 19

21 1) Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional Penerapan Standar Pemberlakuan Akreditasi LDP Pelatihan berbasis kompetensi UU 13/2003 PP 23/2004 PP 31/2006 PERMENAKERTRANS 5/2012 Lisensi LSP Pengembangan Standar SKKNI Sertifikasi Kompetensi MRA SDM Profesional Kompeten Kompetitif Harmonisasi Standardisasi Kerjasama Notifikasi Pembinaan dan Pengendalian 2) Adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. 20

22 2) Kerangka Kualifikasi Nasional dan internasional S3 S2 S1 SMA& (3) DIT BELMAWA, 2013 S3 (Terapan) S2 (Terapan) D&IV D&III Spesialis D&II Profesi D&I Sekolah&Menengah&Kejuruan& (3) 9&&Tahun&Pendidikan&Dasar&(6+3) Pendidikan&Pra&Sekolah&(1>2) AHLI TEKNISI / ANALIS OPERATO R STRATEGIKAL TEKNIKAL PENGEMBANGAN KARIR (DUDI, LATKER, MASY) K MANAJERIAL SUPERVISIONAL ASEAN Qualification Reference Framework (AQRF) Qualifications (A) Qualifications (B) Illustration 1 Country A 1 AQRF 1 Country B 21

23 Conceptual Framework ASEAN MRA Recognition of qualifications NQF Development of qualifications MOBILITY OF PROFESSIONALS COMPETITIVENESS OF ASEAN PROFESSIONALS AQRF Harmonizaation of qualifications 3) 22

24 4) Pedoman BNSP terkait pengembangan skema sertifikasi Pedoman BNSP 210:2014, PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI Pedoman BNSP 201: 2014 PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI 5) Koordinasikan dan pengorganisasian para pemangku kepentingan melalui Komite Skema Sertifikasi sesuai sektor. Dunia usaha melalui asosiasi industri terkait dan/atau KADIN; Dunia Profesi melalui asosiasi profesi terkait; Pasar terkait dari hasil survei; Otoritas Kompeten terkait sesuai perkembangan industri terkini. 23

25 6) Bentuk dan berikan tim perumus Skema Sertifikasi bimbingan teknis/pelatihan pengembangan skema * Mengidentifikasi kategori dan jenis kualifikasi/okupasi nasional/klaster yang dibutuhkan dunia kerja. Mengidentifikasi jenis standar kompetesi kerja yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Mengidentifikasi jenis jabatan yang akan dituangkan dalam skema sertifikasi. merumuskan persyaratan kompetensi sesuai dengan jenis skema yang akan disusun. menuangkan dan menyusun konsep skema sertifikasi kedalam format skema sertifikasi. Latihan I. INTEPRETASI PERSYARATAN PEMETAAN SKEMA SERTIFIKASI! 1) Identifikasi Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional 2) Identifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional dan internasional. 3) Identifikasi Sistem sertifikasi kompetensi profesi. 4) Identifikasi Pedoman BNSP terkait pengembangan skema sertifikasi. 5) Koordinasi dan pengoragisasian Para pemangku kepentingan melalui Komite Skema Sertifikasi sesuai sektor. 1) Bentuk dan berikan tim perumus Skema Sertifikasi bimbingan teknis/pelatihan pengembangan skema. 24

26 TP2. IDENTIFIKASI PETA STANDARDISASI KOMPETENSI TP2. IDENTIFIKASI PETA STANDARDISASI KOMPETENSI 1) Identifikasi peta kompetensi pada SKKNI, Standar Internasional, standard khusus. 2) Bila tersedia peta tersebut, fungsi-fungsi kerja standardisasi kompetensi diidentifikasi dan dikontekstalisasi berdasarkan Sistem Standardisasi Nasional. 3) Bila tidak tersedia, pemetaan fungsi kerja dilakukan berdasarkan acuan normatif pemetaan standard kompetensi dilakukan dengan: Menentukan fungsi bisnis, fungsi kunci, fungsi utama untuk setiap fungsi kunci, fungsi dasar untuk setiap fungsi utama. 25

27 1) Identifikasi peta kompetensi pada SKKNI, Standar Internasional, standard khusus. Permennakertrans 8/2012 CONTOH 26

28 27

29 2) Bila tersedia peta tersebut, fungsi-fungsi kerja standardisasi kompetensi diidentifikasi dan dikontekstalisasi berdasarkan Sistem Standardisasi Nasional. 3) Pemetaan fungsi kerja berdasarkan acuan normatif pemetaan standard kompetensi FUNGSI TUJUAN UTAMA BISNIS FUNGSI KUNCI FUNGSI MAYOR FUNGSI DASAR 28

30 CONTOH Latihan II. Identifikasi Peta Standardisasi Kompetensi Lakukan identifikasi peta kompetensi pada sektor/subsektor anda. (Fungsi Utama, Fungsi Kunci dan Fungsi Mayor)! 29

31 TP3. IDENTIFIKASI PETA SKEMA SERTIFIKASI KUALIFIKASI 3. IDENTIFIKASI PETA SKEMA SERTIFIKASI KUALIFIKASI 1) Bila tersedia dan relevan, Pemaketan kualifikasi diidentifikasi dari SKKNI. 2) Ruang lingkup peta skema sertifikasi kualifikasi suatu sektor/bidang diidentifikasi berdasarkan peta standardisasi yakni dari fungsi kunci dan/atau fungsi mayor. 3) Level skema sertifikasi kualifikasi diidentifikasi berdasarkan fungsi kunci dan fungsi major dan verdasarkan KKNI (9 level). 4) Deskripsi pada setiap level skema sertifikasi disusun berdasarkan deskripsi KKNI yang dikontekstialisasikan dengan sektor/bidangnya. 5) Bila tersedia, unit-unit kompetensi dari kemasan okupasi diidentifikasi dan dikelompokan sesuai level KKNI berdasarkan deskripsi setiap level. 6) Bila yang tersedia hanya unit-unit kompetensi dari SKKNI/standar internasional/ standar khusus, riset dilakukan untuk identifikasi seluruh okupasi/job titles termasuk deskripsi dan tugas/fungsi serta wewenangnya, yang kemudian dibuat matriks fungsi dan tanggung jawab dan ketersediaan unit kompetensi yang ada dan dapat diimpor unit kompetensi dari bidang lain terkait. 7) Bila okupasi/job title tidak teridentifikasi dan yang tersedia hanya standar kompetensi, unit-unit kompetensi diidentifikasi dan dikelompokan kualifikasinya berdasarkan deskripsi setiap level kualifikasi KKNI. 30

32 1) Identifikasi Pemaketan kualifikasi diidentifikasi dari SKKNI * CONTOH 31

33 CONTOH CONTOH 32

34 CONTOH 33

35 2) Identifikasi Ruang lingkup peta skema sertifikasi kualifikasi suatu sektor/bidang berdasarkan peta standardisasi yakni dari fungsi kunci dan/atau fungsi mayor. P. Usaha P. Tata Boga CONTOH P. Hotel P. Travel Ops Pengemban gan Pariwisata P. destinasi CONTOH 34

36 3) Identifikasi Level skema sertifikasi kualifikasi berdasarkan fungsi kunci dan fungsi major dan verdasarkan KKNI (9 level). LEVEL SERTIFIKASI KUALIFIKASI CONTOH Sertifikat II bidang Tata Boga (Food Production) Sertifikat III bidang Tata Boga (Operasional) Sertifikat IV bidang Tata Boga Sertifikat V bidang Tata Boga Sertifikat VI bidang Tata Boga 4) Susun deskripsi pada setiap level skema sertifikasi berdasarkan deskripsi KKNI yang dikontekstialisasikan dengan sektor/bidangnya. LEVEL SERTIFIKASI KUALIFIKASI DESKRIPSI Sertifikat II bidang Tata Boga (Food Production) Sertifikat III bidang Tata Boga (Operasional) Sertifikat IV bidang Tata Boga Sertifikat V bidang Tata Boga Kualifikasi ini merefleksikan peran individu dalam melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin, dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan dan tanggung jawab atasannya. Ia harus memiliki pengetahuan faktual serta bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain. Kualifikasi ini merefleksikan peran individu yang terampil dalam melaksanakan tugas dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja serta menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung. Ia harus memiliki pengetahuan operasional, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan bidangnya, mampu menyelesaikan masalah yang lazim dengan metode yang sesuai dan bekerjasama dalam lingkup kerjanya serta dapat diberi tangggung jawab terbatas atas pekerjaan orang lain. Kualifikasi ini memberikan kepada individu agar kompeten dalam : Prinsip dasar bidang keahlian tertentu agar dapat menyelaraskan dengan permasalahan Faktual; Bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif; serta, Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja orang lain. Sehingga dapat menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur. Kualifikasi ini mencerminkan peran individu yang menggunakan konsep teoritis pengtahuan tertentu secra umum untuk : Menyelesaikan pekerjaan dalam lingkup yang luas; Memformulasikan masalah penyelesaian prosedural; Mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif; Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapain hasil kerja kelompok. Sehingga dapat menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur. 35

37 5) Identifikasi dan kelompokkan unit-unit kompetensi dari kemasan okupasi sesuai level KKNI berdasarkan deskripsi setiap level * Identifikasi seluruh okupasi/jabatan kerja/peran kerja. Bila tersedia, Identifikasi unit-unit kompetensi dalam kemasan okupasi. Bila tidak tersedia, identifikasi tugas/fungsi dan wewenang setiap okupasi. Identifikasi apakah setiap tugas/fungsi kerja merupakan fungsi dasar, bila iya, maka dapat diidentifikasi sebagai embrio unit kompetensi. Identifikasi benchmark fungsi dasar terhadap unit kompetensi pada standar kompetensi. Berdasarkan deskripsi KKNI identifikasi level KKNi pada setiap okupasi sebagai indikator peran kerja pada suatu Lakukan pengemasan okupasi, bila tersedia, kelompokan dalam kompetensi inti (core), umum (generic/common), dan pilihan/ fungsional. Identifikasi Okupasi/peran kerja OKUPASI TUGAS/FUNGSI KERJA DAN WEWENANG!UNIT KOMPETENSI 36

38 Identifikasi cakupan aktivitas kerja atau tugas dalam lingkup area kerja dalam kompetensi umum (generic/common), kompetensi inti (core) dan Kompetensi Pilihan (functional) Kompetensi Inti adalah kompetensi yang ditentukan oleh industri dalam peraturan pengemasan untuk Kualifikasi yang harus dimiliki para individu untuk pengakuan atas Kualifikasi tersebut. (Pedoman penerapan KKNI, 2014) Kompetensi Inti/Core Competencies: Adalah kompetensi-kompetensi dimana industri telah mensepakati untuk dicapai jika seseorang akan diterima kompetensinya pada divisi primer. Kompetensi-kompetensi ini secara langsung berhubungan dengan tugas-tugas okupasi dan mencakup unit-unit seperti: Work effectively with colleagues and customers, and Implement occupational health and safety procedures. (Handbook ASEAN MRA, 2013) Kompetensi umum/generic Competencies: kompetensi-kompetensi dimana industri setuju bahwa ini adalah esensial untuk dicapai oleh seseorang untuk diterima sebagai kompeten pada suatu divisi sekunder. Istilah life skills kadang digunakan untuk mendeskripsikan kompetensi ini, seperti contoh ini: Use common business tools and technology, and Manage and resolve conflict situations. (Handbook ASEAN MRA, 2013) Kompetensi pilihan/fungsional (Functional Competencies): kompetensi fungsional yang spesifik pada suatu peran atau jabatan kerja dalam suatu divisi kerja, dan mencakup ketrampilan spesifik dan pengetahuan (know-how) untuk mengerjakan/melakukannya secara efektif. Seperti: Receive and process reservations, Provide housekeeping services to guests, and Operate a bar facility. These competencies could be generic to a Labour Division as a whole, or be specific to roles, levels or jobs within the Labour Division. (Handbook ASEAN MRA, 2013) CONTOH 37

39 38

40 LEVEL SERTIFIKASI KUALIFIKASI DESKRIPSI OKUPASI/PERAN KERJA: Sertifikat II bidang Tata Boga (Food Production) Sertifikat III bidang Tata Boga (Operasional) Sertifikat IV bidang Tata Boga Sertifikat V bidang Tata Boga Kualifikasi ini merefleksikan peran individu dalam melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin, dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan dan tanggung jawab atasannya. Ia harus memiliki pengetahuan faktual serta bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain. Kualifikasi ini merefleksikan peran individu yang terampil dalam melaksanakan tugas dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja serta menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung. Ia harus memiliki pengetahuan operasional, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan bidangnya, mampu menyelesaikan masalah yang lazim dengan metode yang sesuai dan bekerjasama dalam lingkup kerjanya serta dapat diberi tangggung jawab terbatas atas pekerjaan orang lain. Kualifikasi ini memberikan kepada individu agar kompeten dalam : Prinsip dasar bidang keahlian tertentu agar dapat menyelaraskan dengan permasalahan Faktual; Bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif; serta, Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja orang lain. Sehingga dapat menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur. Kualifikasi ini mencerminkan peran individu yang menggunakan konsep teoritis pengtahuan tertentu secra umum untuk : Menyelesaikan pekerjaan dalam lingkup yang luas; Memformulasikan masalah penyelesaian prosedural; Mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif; Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapain hasil kerja kelompok. Sehingga dapat menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur. Kitchen Hand, Butcher, Baker. Assistant Catering Manager. Second Chef, Demi Chef, Assistant Head Chef. Head Chef, Assistant to the Executive Chef. 6) Bila yang tersedia hanya unit-unit kompetensi dari SKKNI/standar internasional/ standar khusus, riset dilakukan untuk identifikasi seluruh okupasi/job titles termasuk deskripsi dan tugas/fungsi serta wewenangnya, yang kemudian dibuat matriks fungsi dan tanggung jawab dan ketersediaan unit kompetensi yang ada dan dapat diimpor unit kompetensi dari bidang lain terkait. 7) Bila okupasi/job title tidak teridentifikasi dan yang tersedia hanya standar kompetensi, unit-unit kompetensi diidentifikasi dan dikelompokan kualifikasinya berdasarkan deskripsi setiap level kualifikasi KKNI. 39

41 Identifikasi unit-unit kompetensi pada level kualifikasi Identifikasi kompetensi inti pada setiap okupasi/job titles pada level KKNI yang sama. Lakukan pembandingan (pairing) unit2 kompetensi yang ada pada setiap okupasi pada level uang sama. Kombinasikan seluruh kompetensi inti menjadi kompetensi inti kualifikasi pada level yang sama. Kombinasikan seluruh kompetensi umum menjadi kompetensi umum kualifikasi pada level yang sama. identifikasi seluruh kompetensi pilihan/fungsional menjadi kompetensi pilihan/fungsional kualifikasi pada level yang sama, masing-masing fungsi tetap diidentifikasi sesuai kelompoknya. Identifikasi unit-unit kompetensi pada setiap level kualifikasi LEVE L Okupasi Unit kompetensi pada kategori kompetensi (inti, umum, pilihan/ fungsional) Okupasi Unit kompetensi pada kategori kompetensi (inti, umum, pilihan/ fungsional) Unit kompetensi pada level Kualifikasi Inti: Inti: Inti: Umum: Umum: Umum: Fungsional Fungsional Fungsional Inti: Inti: Inti: Umum: Umum: Umum: Fungsional Fungsional Fungsional 40

42 Kerangka kualifikasi dan unit kompetensi yang dicakup LEVEL KUALIFIKA SI* I II III IV V VI VII VIII IX DESKRIPSI Unit kompetensi dalam Kompetensi inti, kompetensi umum dan kompetensi fungsional *) pada setiap level dapat terdiri lebih dari satu berdasrkan fungsi-fungsi mayor Latihan III. Identifikasi Peta Skema Kualifikasi dan Okupasi! LEVEL SERTIFIKASI KUALIFIKASI DESKRIPSI OKUPASI/PERAN KERJA YANG DAPAT DICAKUP UNIT-UNIT KOMPETENSI (Core, Generic, Functional) 41

43 TP4. MENYUSUN JASTIFIKASI SKEMA SERTIFIKASI KUALIFIKASI DAN OKUPASI 4. MENYUSUN JASTIFIKASI SKEMA SERTIFIKASI KUALIFIKASI DAN OKUPASI 1) Rancangan skema sertifikasi disusun sesuai dengan Pedoman BNSP. 2) Latar belakang perumusan skema sertifikasi diidentifikasi tuntutan dan pentingnya sertifikasi kompetensi profesi untuk skema sertifikasi yang ditetapkan. 3) Ruang lingkup penerapan skema sertifikasi diidentifikasi. 4) Tujuan penyusunan skema sertifikasi diidentifikasi. 5) Acuan normative pengembangan dan penerapan skema sertifikasi diidentifikasi. 42

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2/ BNSP/VIII/2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2/ BNSP/VIII/2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2/ BNSP/VIII/2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

SERTIFIKASI PROFESI BIDANG FASILITAS PRODUKSI MIGAS

SERTIFIKASI PROFESI BIDANG FASILITAS PRODUKSI MIGAS SERTIFIKASI PROFESI BIDANG FASILITAS PRODUKSI MIGAS Oleh: Ir. Surono MPhil, Ketua Komisi Perencanaan dan Harmonisasi Kelembagaan, Disampaikan pada Expert Sharing IAFMI Jakarta, 13 Februari 2016. Email:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

=================================== Pengembangan Skema Sertifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

=================================== Pengembangan Skema Sertifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Badan Nasional Sertifikasi Profesi RANCANGAN 1 PEDOMAN BNSP 219-2012 =================================== Pengembangan Skema Sertifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Badan Nasional Sertifikasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 13/BNSP.218/XII/2013 Tentang PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR

Lebih terperinci

MANUAL OPERASIONAL WEBSITE DAN APLIKASI SERTIFIKASI BNSP-LSP

MANUAL OPERASIONAL WEBSITE DAN APLIKASI SERTIFIKASI BNSP-LSP BNSP KEGIATAN HARMONISASI BNSP-LSP MANUAL OPERASIONAL WEBSITE DAN APLIKASI SERTIFIKASI BNSP-LSP FAVE HOTEL JAKARTA 2015 Versi 1.0 Desember 2015 Lampiran : Keputusan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor

Lebih terperinci

Darmawansyah, ST, M.Si /

Darmawansyah, ST, M.Si / Darmawansyah, ST, M.Si 08180676099 / 085213401980 darmawansyah73@gmail.com PROFIL SDM INDONESIA FEB 2015 5,46 juta penganggur menjadi prioritas untuk ditingkatkan kompetensinya Sumber : diolah dari berita

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) 15 2012, No.364 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA STRUKTUR DAN FORMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT IV BIDANG TATA GRAHA (HOUSEKEEPING) GUEST SERVICE SUPERVISION

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT IV BIDANG TATA GRAHA (HOUSEKEEPING) GUEST SERVICE SUPERVISION 2016 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK PERTAMA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT IV BIDANG TATA GRAHA (HOUSEKEEPING) GUEST SERVICE SUPERVISION Disusun oleh Komite

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT VI BIDANG OPERASIONAL TUR (TOUR OPERATION) MANAJEMEN

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT VI BIDANG OPERASIONAL TUR (TOUR OPERATION) MANAJEMEN 2016 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK PERTAMA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT VI BIDANG OPERASIONAL TUR (TOUR OPERATION) MANAJEMEN Disusun oleh Komite Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DI

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA oleh Ir. SUMARNA F. ABDURRAHMAN, MSc KETUA KOMITE TETAP SISTEM KOMPETENSI SDM KADIN - INDONESIA KONDISI DAN MASALAH TANTANGAN

Lebih terperinci

Indonesia Kompeten Pengembangan Program Sertifikasi Profesi Berbasis Kompetensi

Indonesia Kompeten Pengembangan Program Sertifikasi Profesi Berbasis Kompetensi Indonesia Kompeten Pengembangan Program Sertifikasi Profesi Berbasis Kompetensi Disampaikan oleh: Ir. Surono MPhil Ketua Komisi Harmonisasi dan Kelembagaan BNSP Email: surono.ckp@gmail.com 2013 PROSES

Lebih terperinci

Ir. Drs, Asrizal Tatang, MT Ketua Komisi Pelaksanaan Sertifikasi BNSP

Ir. Drs, Asrizal Tatang, MT Ketua Komisi Pelaksanaan Sertifikasi BNSP KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI LSP P1 SMK Ir. Drs, Asrizal Tatang, MT Ketua Komisi Pelaksanaan Sertifikasi BNSP Disampaikan Pada Acara Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Pelaksanaan Sertifikasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

LSP Teknologi Informasi Indonesia

LSP Teknologi Informasi Indonesia 2017 LSP Teknologi Informasi Indonesia SKEMA SERTIFIKASI Analis Bisnis Teknologi Informasi (IT Business Analyst) Skema sertifikasi Analis Bisnis Teknologi Informasi (IT Business Analyst) merupakan skema

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Lampiran : Keputusan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 04/BNSP.305/X/2013 Tanggal : 21 Oktober 2013 PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Versi 1 Oktober 2013 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

SERTIFIKASI KOMPETENSI DI BIDANG LOGISTIK. Yukki Nugrahawan Hanafi

SERTIFIKASI KOMPETENSI DI BIDANG LOGISTIK. Yukki Nugrahawan Hanafi SERTIFIKASI KOMPETENSI DI BIDANG LOGISTIK Yukki Nugrahawan Hanafi Daftar Isi 2 Seputar Uji Kompetensi dan BNSP Tentang LSP Logistik Insan Prima Latar Belakang 3 Persaingan akan semakin keras sebagai dampak

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304 Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN BNSP 304 =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi 1 / 17 KATA PENGANTAR 2 /

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 04/BNSP.305/X/2013 Tentang PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Versi 1

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan No.1799, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. LPK. Akreditasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PELATIHAN KERJA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI 2016 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK PERTAMA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI Disusun oleh Komite Skema Sertifikasi yang merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERAN ASESOR,MASTER, DAN LEAD ASESOR KOMPETENSI DALAM PROSES PELAKSANAAN SERTIFIKASI PROFESI

PENINGKATAN PERAN ASESOR,MASTER, DAN LEAD ASESOR KOMPETENSI DALAM PROSES PELAKSANAAN SERTIFIKASI PROFESI PENINGKATAN PERAN ASESOR,MASTER, DAN LEAD ASESOR KOMPETENSI DALAM PROSES PELAKSANAAN SERTIFIKASI PROFESI ASRIZAL TATANG Ketua Komisi Sertifikasi Disampaikan dalam Taraining Of Trainer (ToT) Asesor, Master,

Lebih terperinci

SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA 2015 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA FR. SKEMA-03 SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA Ditetapkan tanggal: Oleh: Mahmud Ketua Komite Skema Dinarwulan Sutoto Ketua

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN 1. Justifikasi 1.1 Tuntutan persyaratan kompetensi Tenaga kerja untuk pekerjaan perencana, pengawas dan pelaksana jasa konstruksi harus bersertifikat keahlian kerja dan atau keterampilan kerja (UU No.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DPP PERSAGI MEYLINA DJAFAR. Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

DPP PERSAGI MEYLINA DJAFAR. Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan DPP PERSAGI MEYLINA DJAFAR Dasar hukum Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan UU Kesehatan no 36 tahun 2009 Keputusan mentri Kesehatan no 374 tahun 2007 tentang standar Profesi

Lebih terperinci

LSP Teknologi Informasi Indonesia

LSP Teknologi Informasi Indonesia 2017 LSP Teknologi Informasi Indonesia SKEMA SERTIFIKASI CHIEF INFORMATION OFFICER Skema sertifikasi Chief Information Officer merupakan skema okupasi yang telah dikembangkan oleh Komite Skema sertifikasi

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PERANGKAT ASESMEN

MENGEMBANGKAN PERANGKAT ASESMEN LM2 MENGEMBANGKAN PERANGKAT ASESMEN P.854900.04301 ACUAN NORMATIF Regulasi teknis: PP 23/2004 tentang BNSP PP 31/2006 tentang SISLATKERNAS PERMENAKERTRANS 05/2012 tentang penyusunan dan penetapan SKKNI

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI Analisa Laboratorium Kimia

SKEMA SERTIFIKASI Analisa Laboratorium Kimia 2016 Lembaga Sertifikasi Profesi Politeknik Negeri Samarinda () SKEMA SERTIFIKASI Disusun Berdasarkan Kebutuhan Kompetensi Laboratorium Industri Pembuatan Pupuk, Pencairan Gas Alam, Fraksinasi Minyak Bumi

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN 1. Justifikasi 1.1 Tuntutan persyaratan kompetensi Tenaga kerja untuk pekerjaan perencana, pengawas dan pelaksana jasa konstruksi harus bersertifikat keahlian kerja dan atau keterampilan kerja (UU No.

Lebih terperinci

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi Profil LSP KPK Dalam upaya mendukung percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia agar lebih efektf, profesional, dan berdampak, KPK membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang bersifat indenpenden.

Lebih terperinci

LSP PUSTAKAWAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PUSTAKAWAN : MANFAAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP JENJANG KARIR PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

LSP PUSTAKAWAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PUSTAKAWAN : MANFAAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP JENJANG KARIR PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI LSP PUSTAKAWAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PUSTAKAWAN : MANFAAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP JENJANG KARIR PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Endang Ernawati Ketua LSP Pustakawan Ketua FPPTI DKI Agenda

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK JALAN

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK JALAN 1. Justifikasi 1.1 Tuntutan persyaratan kompetensi Tenaga kerja untuk pekerjaan perencana, pengawas dan pelaksana jasa konstruksi harus bersertifikat keahlian kerja dan atau keterampilan kerja (UU No.

Lebih terperinci

Prosedur Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi Mengacu pada PBNSP 201, 202, 206, 208, 210 dll

Prosedur Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi Mengacu pada PBNSP 201, 202, 206, 208, 210 dll Prosedur Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi Mengacu pada PBNSP 201, 202, 206, 208, 210 dll Oleh Sanromo Wijayanto Ketua Komisi Lisensi Lembaga Sertifikasi Daftar Isi 1. Klasifikasi LSP 1.1.LSP Pihak

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 02/BNSP.211/X/2013 Tentang PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP Versi 1 Oktober

Lebih terperinci

LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI. Disampaikan Oleh : SULISTYO

LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI. Disampaikan Oleh : SULISTYO LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI Disampaikan Oleh : SULISTYO Tanggal 22 April 2013 PENGERTIAN DASAR SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKASI SERTIFIKASI merupakan suatu proses untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Skema sertifikasi Kompetensi Auditor Energi merupakan skema sertifikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS 1. RUANG LINGKUP DAN ACUAN Ruang lingkup: Pedoman ini menguraikan kriteria Tempat Uji Kompetensi Tenaga Kerja yang mencakup persyaratan manajemen dan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK LANSEKAP

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK LANSEKAP 1. Justifikasi 1.1 Tuntutan persyaratan kompetensi Tenaga kerja untuk pekerjaan perencana, pengawas dan pelaksana jasa konstruksi harus bersertifikat keahlian kerja dan atau keterampilan kerja (UU No.

Lebih terperinci

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi Skema sertifikasi Kompetensi Manajer Energi merupakan skema sertifikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG AGEN PERJALANAN (TRAVEL AGENCIES)

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG AGEN PERJALANAN (TRAVEL AGENCIES) 11 2014 2014 SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG AGEN PERJALANAN (TRAVEL AGENCIES) IQF CERTIFICATION SCHEMES REFERENCING TO AQRF, ACCSTP

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan PLTS Tipe PJU dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar Pendahuluan 1. Ruang Lingkup dan Acuan 2. Acuan Normatif 3. Istilah dan Definisi 4.

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG KOMPETENSI Disusun atas dasar permintaan otoritas kompeten bidang budidaya perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakultur Indonesia untuk membangun, memelihara

Lebih terperinci

MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA 2015 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA FR. SKEMA-03 MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA Ditetapkan tanggal: Oleh: Mahmud Ketua Komite Skema Dinarwulan Sutoto Ketua

Lebih terperinci

MERENCANAKAN DAN MENGORGANISASIKAN ASESMEN P

MERENCANAKAN DAN MENGORGANISASIKAN ASESMEN P MERENCANAKAN DAN MENGORGANISASIKAN ASESMEN P.854900.041.01. RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN TP1. Menentukan pendekatan asesmen TP2. Mempersiapkan rencana asesmen/rpl. TP3. Kontekstualisasi dan meninjau rencana

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS Menimbang BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang) Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN BNSP 207-2007 ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang) Badan Nasional Sertifikasi Profesi DAFTAR

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

DIRECTORATE OF COMPETENCY STANDARD AND TRAINING DEVELOPMENT

DIRECTORATE OF COMPETENCY STANDARD AND TRAINING DEVELOPMENT DIRECTORATE OF COMPETENCY STANDARD AND TRAINING DEVELOPMENT By: Muchtar Azis Head of Division of Development and Harmonization Of Competency Standard Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Disampaikan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG TATA BOGA ( FOOD PRODUCTION )

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG TATA BOGA ( FOOD PRODUCTION ) 2014 2014 SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG TATA BOGA ( FOOD PRODUCTION ) IQF CERTIFICATION SCHEMES REFERENCING TO AQRF, ACCSTP AND CATC

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 51 Lt. 6A Telepon (021) 52961311, Faximile (021) 52960456 Jakarta

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan Instalasi Biogas Konstruksi

Lebih terperinci

TUGAS PELATIHAN ASESOR

TUGAS PELATIHAN ASESOR TUGAS PELATIHAN ASESOR A. MERENCANAKAN & MENGORGANISASIKAN ASESMEN (MMA) 1. Jelaskan proses sertifikasi kompetensi? Jawab: pendaftaran, asesmen mandiri, konsultasi pra asesmen, pelaksanaan asesmen 2. Kapan

Lebih terperinci

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI PANDUAN UJI KOMPETENSI KLASTER BASIC PROGRAMMING LSP TIK INDONESIA Jl. Pucang Anom Timur 23 Surabaya 60282, Jawa Timur Telp: +62 31 5019775 Fax: +62 31 5019776 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 2 2. Persyaratan

Lebih terperinci

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 12/BNSP.214/XII/2013 Tentang PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Versi 0 Desember 2013 Lampiran :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG OPERASIONAL TUR (TOUR OPERATION)

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG OPERASIONAL TUR (TOUR OPERATION) 2014 2014 SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI KKNI BERDASARKAN AQRF, ACCSTP DAN CATC SEKTOR PARIWISATA BIDANG OPERASIONAL TUR (TOUR OPERATION) IQF CERTIFICATION SCHEMES REFERENCING TO AQRF, ACCSTP AND

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS URUSAN PEMERINTAHAN

PEDOMAN UMUM PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran-Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : Tanggal : PEDOMAN UMUM PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS URUSAN PEMERINTAHAN I. PENDAHULUAN A. UMUM Dalam rangka menjamin penyelenggaraan Pemerintahan

Lebih terperinci

- 2 - II. DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNIPDN JENJANG KUALIFIKASI URAIAN

- 2 - II. DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNIPDN JENJANG KUALIFIKASI URAIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN

Lebih terperinci

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2 2017 LSP DOMPET DHUAFA SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2 Disusun berdasarkan SKKNI tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Lebih terperinci

PANDUAN MUTU PIHAK 1. Disahkan Oleh : Direktur LSP STMIK IKMI CIREBON

PANDUAN MUTU PIHAK 1. Disahkan Oleh : Direktur LSP STMIK IKMI CIREBON PANDUAN MUTU PIHAK 1 Perhatian: Dokumen ini tidak boleh disalin/dikopi atau digunakan untuk keperluan komersial atau tujuan lain baik seluruhnya maupun sebagian tanpa ijin sebelumnya dari Direktur LSP

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.280/LATTAS/XI/2014

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.280/LATTAS/XI/2014 LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.280/LATTAS/XI/2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA KAJI ULANG STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2018, No tentang Lembaga Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (

2018, No tentang Lembaga Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.223, 2018 BNPB. Lembaga Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana. Perubahan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018

Lebih terperinci

Labibah Zain. 12 Januari 2012 di Menara Penninsula Hotel Jakarta dan materi ini adalah. BELUMFINAL karena masih harus masuk Tim Perumus.

Labibah Zain. 12 Januari 2012 di Menara Penninsula Hotel Jakarta dan materi ini adalah. BELUMFINAL karena masih harus masuk Tim Perumus. STANDAR KERJA KOMPETENSI NASIONAL INDONESIA (SKKNI) DAN SERTIFIKASI PUSTAKAWAN* Labibah Zain *Materi atau Slides diambil dari presentasi Bapak Slamet R Gadas (BNSP), Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteram

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteram LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2012 KEPARIWISATAAN. Sertifikasi. Kompetensi. Usaha. Bidang Pariwisata. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5311) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN SERTIFIKASI KOMPETENSI TENAGA KERJA BIDANG PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN M E R E N C A N A K A N D A N M E N G O R G A N I S A S I K A N A S E S M E N 1 Hak Cipta 2015 pada Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi Dilindungi Undang-Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Disklaimer:

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN 5 2013, No.640 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PERMENTAN/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI GENERAL BANKING TINGKAT II Kualifikasi Jabatan Kepala Cabang Sertifikat V KKNI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI GENERAL BANKING TINGKAT II Kualifikasi Jabatan Kepala Cabang Sertifikat V KKNI 2015 SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI Kualifikasi Jabatan Kepala Cabang Sertifikat V KKNI Disusun berdasarkan SKKNI bidang General Banking untuk memastikan dan memelihara kompetensi bankir di bidang General

Lebih terperinci

SERTIFIKASI TENAGA KERJA

SERTIFIKASI TENAGA KERJA SERTIFIKASI TENAGA KERJA TUJUAN : ADALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI TENAGA KERJA. POKOK BAHASAN REGULASI NASIONAL TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KOMPETENSI BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

kemudahan. (Undang Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung)

kemudahan. (Undang Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung) Skema Sertifikasi Latar Belakang Manajemen Teknik Operasional Bangunan adalah Sekelompok pekerja profesional dalam satu manajemen, yang terlibat dalam proses Pemanfaatan bangunan gedung adalah kegiatan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) FR.SKEMA-02

SKEMA SERTIFIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) FR.SKEMA-02 2014 Lembaga Sertifikasi Profesi Lembaga Keuangan Mikro CERTIF SKEMA SERTIFIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) FR.SKEMA-02 Skema Sertifikasi Sub bidang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ini dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN ASESOR LISENSI PEDOMAN BNSP

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN ASESOR LISENSI PEDOMAN BNSP BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PEDOMAN BNSP 03-007 =================================== PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN ASESOR LISENSI Ba Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Kata Pengantar. Ruang Lingkup....

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI PANDUAN UJI KOMPETENSI KLASTER GRAFIKA FUNDAMENTAL LSP TIK INDONESIA Jl. Pucang Anom Timur 23 Surabaya 60282, Jawa Timur Telp: +62 31 5019775 Fax: +62 31 5019776 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 2 2. Persyaratan

Lebih terperinci

PENGAMBANGAN SKKNI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL

PENGAMBANGAN SKKNI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL PENGAMBANGAN SKKNI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL Disampaikan Pada Kegiatan SOSIALISASI SKKNI DI INDUSTRI KOMINFO 1 APRIL 2015 DI BALIKPAPAN Oleh

Lebih terperinci

Kerangka Strategis Standardisasi Kompetensi Penyelenggara Pemerintahan Daerah

Kerangka Strategis Standardisasi Kompetensi Penyelenggara Pemerintahan Daerah Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized 68949 Kerangka Strategis Standardisasi Kompetensi Penyelenggara Pemerintahan Daerah Pengembangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMORKEP.280 / LATTAS/ XI/2014

KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMORKEP.280 / LATTAS/ XI/2014 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Rl DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jin. Jenderal Gatot Subroto Kavling 51 Telepon (021) 5262643, Faksimilie 5262643 Jakarta Selatan KEPUTUSAN

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT VI BIDANG AGEN PERJALANAN (TRAVEL AGENCIES) - MANAJEMEN

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT VI BIDANG AGEN PERJALANAN (TRAVEL AGENCIES) - MANAJEMEN 01 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK PERTAMA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT VI BIDANG AGEN PERJALANAN (TRAVEL AGENCIES) - MANAJEMEN Disusun oleh Komite Skema

Lebih terperinci

LAMPIRAN NOMOR 161 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN NOMOR 161 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 161 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI PENDIDIKAN GOLONGAN POKOK JASA PENDIDIKAN BIDANG

Lebih terperinci

20L6 TEKNISI INSTALASI LISTRIK PENERANGAN DAN DAYA FASA SATU SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KUALIFIKASI OKUPASI NASIONAL

20L6 TEKNISI INSTALASI LISTRIK PENERANGAN DAN DAYA FASA SATU SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KUALIFIKASI OKUPASI NASIONAL 20L6 Badan Nasional Sertifikasi Profesi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KUALIFIKASI OKUPASI NASIONAL TEKNISI INSTALASI LISTRIK PENERANGAN DAN DAYA FASA SATU Skema sertifikasi Okupasi Nasional Teknisi lnstalasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI PROFESI

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI PROFESI Nomor : Kep. 19.2 / BNSP / II /2009 Tanggal : 9 Pebruari 2009 Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN BNSP 301 Rev 1 2009 PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI PROFESI Badan Nasional Sertifikasi Profesi

Lebih terperinci