Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia"

Transkripsi

1 Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor : 02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara niaga pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara gugatan lain-lain antara : PT. LIMA BINTANG JAYA ABADI, berkedudukan di Jl.dukuh kupang timur 9/24 26 Surabaya. Yang dalam hal ini memberikan kuasa kepada HR Adianto Mardijono SH M.si Advokat PERADI yang beralamat di Jl Pucang asri 2/10 Surabaya berdasarkan surat kuasa tertanggal 29 Januari 2016 yang untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT; M E L A W A N : ALBERT RIYADI SUWONO SH MKn, kurator yang beralamat di Jl Bukit Pakis Timur I Blok J No. 22 surabaya, yang untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ; Pengadilan Niaga tersebut ; Setelah membaca berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan dengan perkara ini ; TENTANG DUDUKNYA PERKARA : Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya bertanggal 1 pebruari 2016 dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Surabaya pada Pengadilan Negeri Surabaya pada tanggal 4 pebruari 2016 di bawah No.02/G.lain-lain/ 2016/ PN.Niaga.Sby jo No 02/PKPU/2013/PN Niaga Sby telah mengajukan gugatan terhadap Tergugat dengan mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut : PENDUHULUAN / KASUS POSISI : Hal.1 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 1

2 Direktori Putusan M 1.Bahwa Pemohon adalah debitor yang telah dinyatakan dalam keadaan PAILIT dengan segala akibat hukumnya berdasarkan Putusan Pernyataan Pailit Nomor : 02/ PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. tanggal 22 April 2013 ; Bahwa Termohon adalah kurator yang berwenang dan tugasnya mengurus dan membereskan harta pailit dalam perkara kepailitan Nomor : 02/PKPU/2013/PN- Niaga.Sby. tersebut sebagaimana Putusan Pernyataan Pailit Nomor : 02/PKPU/2013/ PN-Niaga.Sby. tanggal 22 April 2013 ; Bahwa Hakim Pengawas yang ditunjuk dalam Putusan Pernyataan Pailit Nomor : 02/ PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. tanggal 22 April 2013 adalah Bapak BAMBANG KUSTOPO, SH., MH ; Bahwa Pemohon baru menerima copy dilegalisir Penetapan Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 02/PKPU/2013/PN- Niaga.Sby. tanggal 23 Juli 2013 dari Tergugat pada tanggal 27 Januari 2016 sebagaimana Surat Tergugat tertanggal 26 Januari 2016 Perihal : Jawaban Atas Surat Sdr. Luthfi Rakhmadi Subiyakto (PT. Lima Bintang Jaya Abadi) terkait dengan keadaan Insolvensi ; Bahwa dalam surat Tergugat tanggal 26 Januari 2016 tersebut, apabila dicermati secara seksama ternyata Tergugat pun baru menyadari adanya kekeliruan Hakim Pengawas dalam menghitung keadaan insolvensi yang mana seharusnya keadaan insolvensi dalam perkara kepailitan No. 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. adalah tanggal 14 Juni 2013 BUKAN pada tanggal 23 Juli 2013, sehingga karena adanya kekeliruan/ kekilafan, maka penggugat sebagai debitor pailit berkepentingan untuk memperbaikinya melalui gugatan in casu agar keadaan insolvensi dan akibat-akibat hukum-nya dapat sesuai dengan Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sehingga proses pengurusan dan pemberesan harta pailit berjalan dengan lancar dan tidak bertentangan dengan hukum ; Hal.2 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 2

3 Direktori Putusan M KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI SURABAYA UNTUK MENGAILI DAN MEMUTUS PERKARA IN CASU : Bahwa berdasarkan asas lex spesialis, hukum acara pemeriksaan gugatan hal-hal lain ini tunduk pada ketentuan Pasal 3 ayat (1) jo. Penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang- Undang Republia No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menentukan : Pasal 3 ayat (1) : Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan dan/atau diatur dalam Undang-Undang ini, diputusan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum Debitor ; Penjelasan Pasal 3 ayat (1) : Yang dimaksud dengan hal-hal lain, adalah antara lain, actio pauliana, perlawanan pihak ketiga terhadap penyitaan, atau perkara dimana Debitor, Kreditor, Kurator atau Pengurus menjadi salah satu pihak dalam perkara yang berkaitan dengan harta pailit termasuk gugatan kurator terhadap direksi yang menyebabkan perseroan dinyatakan pailit karena kelalaiannya atau kesalahannya ; Hukum Acara yang berlaku dalam mengadili perkara yang termasuk hal-hal lain adalah sama dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku bagi perkara permohonan pernyataan pailit termasuk mengenai pembatasan jangka waktu penyelesaiannya ; Bahwa dengan demikian dikarenakan materi dalam gugatan ini berkaitan dengan perkara kepailitan Nomor : 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. maka Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya berwenang secara absolut maupun relatif mengadili dan memutuskan perkara gugatan in casu; TENTANG KEADAAN INSOLVENSI MENURUT HUKUM KEPAILITAN ; Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 178 ayat (1) Undang-Undang Republia No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hal.3 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 3

4 Direktori Putusan M menentukan, Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pegesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, DEMI HUKUM harta pailit berada dalam keadaan insolvensi ; Bahwa apabila ditafsirkan secara gramatikal, ketentuan Pasal 178 ayat (1) tersebut telah jelas terdapat unsur-unsur keadaan insolvensi salah satunya dikarenakan dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian dan keadaan insolvensi tersebut terjadi demi hukum berarti tanpa penetapan Hakim Pengawas pun keadaan insolvensi terjadi ; Bahwa faktanya, Pemohon selaku debitor tidak mengajukan rencana perdamaian dalam rapat kreditor pencocokan piutang tanggal 14 Juni 2013, sehingga demi hukum keadaan insolvensi terjadi pada tanggal 14 Juni 2013 BUKAN pada tanggal 23 Juli 2013, sehingga Penetapan Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. tanggal 23 Juli 2013 adalah batal demi hukum dan sejak dari awal tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat karena terdapat kekeliruan/kekilafan dalam menghitung keadaan insolvensi; Bahwa Penetapan Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. tanggal 23 Juni 2013 dengan amarnya: M E N E T A P K A N : Menetapkan keadaan insolvensi atas seluruh harta kekayaan/harta pailit dari debitor pailit PT. LIMA BINTANG JAYA ABADI ; LUTHFI RAKHMADI SUBIYAKTO dan DIPL. ING. DEDDY FAHMI PRIADI (Dalam Pailit) yang terhitung sejak tanggal 23 JULI 2013 ; Memerintahkan kepada kurator untuk menindak-lanjuti keadaan insolvensi tersebut sesuai peraturan perundang-undangan ; Bahwa karena Penetapan Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. tanggal 23 Juni 2013 terdapat Hal.4 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 4

5 Direktori Putusan M kekeliruan/kekilafan, maka patut-lah Majelis Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya menyatakan Penetapan Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor : 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. tanggal 23 Juli 2013 adalah batal demi hukum karena terdapat kekeliruan/kekilafan dalam menghitung keadaan insolvensi menurut hukum ; Bahwa demi kepastian hukum, mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya menyatakan keadaan insolvensi dalam perkara kepailitan Nomor : 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. atas debitor pailit PT. LIMA BINTANG JAYA ABADI ; LUTHFI RAKHMADI SUBIYAKTO dan DIPL. ING. DEDDY FAHMI PRIADI (Dalam Pailit) adalah demi hukum terhitung sejak : rapat kreditor pencocokan piutang (verifikasi), dan ; debitor pailit tidak mengajukan rencana perdamaian ; yaitu : pada tanggal 14 JUNI 2013 sebagaimana sesuai Pasal 178 ayat (1) Undang- Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ; TENTANG AKIBAT HUKUM KEADAAN INSOLVENSI ; Bahwa menurut Penjelasan Umum Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang paragraf ke-12 berbunyi demikian : Ada beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang : Pertama, untuk menghindari perebutan harta Debitor apabila dalam waktu yang sama ada beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari Debitor ; Kedua, untuk menghindari adanya Kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik Hal.5 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 5

6 Direktori Putusan M Debitor tanpa memperhatikan kepentingan Debitor atau para Kreditor lainnya ; Ketiga, untuk menghindari adanya kecurangan kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang Kreditor atau Debitor sendiri ; Bahwa menurut Penjelasan Umum Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, terminologi asas keseimbangan dan asas keadilan dalam hukum kepailitan adalah sebagai berikut :----- Asas keseimbangan ; Undang-Undang ini mengatur beberapa ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas keseimbangan, yaitu di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh Debitor yang tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor yang tidak beritikad baik ; Asas keadilan ; Dalam kepailitan asas kedilan mengandung pengertian, bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap Debitor dengan tidak memperdulikan Kreditor lainnya ; Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 31 ayat (1) jo. Penjelasan Pasal 31 ayat (1) jo. Pasal 55 ayat (1) jo. Pasal 59 ayat (1) jo. Penjelasan Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Republia No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menentukan : Pasal 1 angka 1 : Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Hal.6 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 6

7 Direktori Putusan M Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini ; Pasal 31 ayat (1) : Putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala penetapan pelaksanaan Pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan Debitor yang telah dimulai sebelum kepailitan, harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak ada suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga dengan menyandera debitor ; Penjelasan Pasal 31 ayat (1) : Dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58 ketentuan ini tidak berlaku bagi Kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ; Pasal 55 ayat (1) : Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan ; Pasal 59 ayat (1) : Dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, Kreditor pemegang hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) harus melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 ayat (1) ; Penjelasan Pasal 59 ayat (1) : Yang dimaksud dengan harus melaksanakan haknya adalah bahwa kreditor sudah mulai melaksanakan haknya ; Bahwa dengan memperhatikan asas kemanfaatan hukum (Utilitarianisme), penafsiran teleologis dan penafsiran sistematis dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang Republik Indoensia No. 37 tahun 2004 tersebut, maka mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya menyatakan jangka waktu Hal.7 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 7

8 Direktori Putusan M kreditor sparatis yang sebelum kepailitan telah menggunakan haknya melalui Penetapan fiat eksekusi Pengadilan Negeri (anmaning, sita eksekusi, lelang eksekusi), dan terhenti karena kepailitan, dapat mengeksekusi sendiri haknya seolaholah tidak terjadi kepailitan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah keadaan insolvensi terhitung sejak tanggal 14 JUNI 2013 hingga tanggal 14 AGUSTUS 2013 ; - TENTANG HUBUNGAN DAN RELEVANSI-NYA GUGATAN IN CASU DENGAN TERGUGAT 18. Bahwa dikarenakan ketika Penetapan Hakim Pengawas Nomor : 02/PKPU/2013/PN- Niaga.Sby. tanggal 23 Juli 2013 terbit, Tergugat dalam kedudukannya sebagai kurator yang melaksanakan penetapan tersebut, dan Hakim Pengawas tidak dapat ditarik sebagai pihak dalam suatu gugatan berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 09 Tahun 1976 Tentang Gugatan Terhadap Pengadilan dan Hakim, maka tentunya dalam hal ini gugatan ditujukan kepada Tergugat saja ; Bahwa dikarenakan terbukti adanya kekeliruan/kekilafan dalam Penetapan Hakim Pengawas Nomor : 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. tanggal 23 Juli 2013 dalam menghitung keadaan insolvensi, maka mohon kiranya Pengadilan menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ini yang nantinya menjadi beban biaya kepailitan ; Bahwa Pengadilan demi tegaknya hukum dan kewibawaan lembaga Peradilan mohon kiranya mengabulkan gugatan in casu guna memperbaiki kekeliruan/kekilafan yang terjadi dalam Penetapan Hakim Pengawas tersebut dan memberikan kepastian hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ; Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka mohon Majelis Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya memutuskan : M E N G A D I L I : 1.Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ; Menyatakan Penetapan Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor : 02/PKPU/2013/PN-Niaga.Sby. tanggal 23 Juli 2013 adalah BATAL DEMI HUKUM, dan sejak dari awal tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, Hal.8 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 8

9 Direktori Putusan M karena terdapat kekeliruan/kekilafan dalam menghitung keadaan insolvensi menurut hukum ; Menyatakan keadaan insolvensi dalam perkara kepailitan Nomor : 02/PKPU/2013/PN- Niaga.Sby. atas debitor pailit PT. LIMA BINTANG JAYA ABADI ; LUTHFI RAKHMADI SUBIYAKTO dan DIPL. ING. DEDDY FAHMI PRIADI (Dalam Pailit) adalah DEMI HUKUM terhitung sejak rapat kreditor pencocokan piutang (verifikasi), dan debitor pailit tidak mengajukan rencana perdamaian ; yaitu : pada tanggal 14 JUNI 2013 sebagaimana sesuai Pasal 178 ayat (1) Undang- Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ; Menyatakan jangka waktu kreditor sparatis yang sebelum kepailitan telah menggunakan haknya melalui Penetapan fiat eksekusi Pengadilan Negeri (anmaning, sita eksekusi, lelang eksekusi), dan terhenti karena kepailitan, dapat mengeksekusi sendiri haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah keadaan insolvensi terhitung sejak tanggal 14 JUNI 2013 hingga tanggal 14 AGUSTUS 2013 ;-- 6.Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ini ; Menimbang, bahwa pada persidangan yang telah ditentukan telah hadir Penggugat yang diwakili oleh kuasa tersebut diatas,sedangkan untuk Tergugat telah dipanggil secara patut sebanyak 3 kali yaitu dalam sidangnya tertanggal 17 Pebruari 2016, tanggal 24 pebrauari 2016 dan tanggal 02 maret 2016 akan tetapi tidak hadir,sehingga dengan demikian pemeriksaan perkara dilanjutkan tanpa hadirnya Tergugat ; Menimbang, bahwa setelah gugatan dibacakan, Penggugat menyatakan tetap pada dalil gugatanya ; Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil gugatanya penggugat telah mengajukan bukti surat antara lain berupa P-1 sampai dengan P-5 yang terdiri antara lain sebagai berikut:- 1.Fotocopy putusan pernyataan pailit Nomor :02/PKPU/2013/PN.Niaga Sby tanggal 22 april 2013, bukti mana sesuai dengan aslinya dan telah bermeterai secukupnya (Bukti P-1) ; Hal.9 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 9

10 Direktori Putusan M 2.Fotocopy surat kurator Albert Riyadi Suwono SH MKn kepada hakim pengawas tertanggal 14 juni 2013,tentang laporan pengurus,bukti mana sesuai dengan aslinya dan telah bermeterai secukupnya ( Bukti P 2.A ) ; Fotocopy dafar tagihan para kreditur yang telah diterima kurator tanggal 27 Mei 2013, bukti mana sesuai dengan aslinya dan telah bermeterai secukupnya ( Bukti P 2.B ) ;- 4.Fotocopy penetapan hakim pengawas Nomor : 02/PKPU/2013/PN Niaga Sby tertanggal 23 juli 2013,bukti mana sesuai dengan aslinya dan telah bermeterai secukupnya ( Bukti P 3 ) ; Fotocopy surat PT Lima bintang jaya Abadi tertanggal 11 Januari 2016,bukti mana sesuai dengan aslinya dan telah bermeterai secukupnya ( Bukti P 4.A ) ; Fotocopy surat tertanggal 26 januari 2016 dari Tergugat kepada penggugat,bukti mana sesuai dengan aslinya dan telah bermeterai secukupnya ( Bukti P 4. B ) ; Fotocopy Surat edaran mahkamah agung No 9 tahun 1976 tentang gugatan terhadappengadilan dan hakim bukti mana tanpa aslinya dan telah bermeterai secukupnya ( Bukti P 5 ) ; Menimbang, bahwa oleh karena tidak ada sesuatu lagi yang diajukan oleh penggugat, selanjutnya penggugat telah mengajukan kesimpulanya dan selanjutnya mohon putusan ; Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, maka segala sesuatu yang terjadi dalam persidangan dan yang telah termuat dalam beriata acara persidangan dianggap termuat dalam putusan ini ; TENTANG HUKUMNYA Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan penggugat adalah sebagaimana tersebut diatas ; Menimbang, bahwa dalil pokok gugatan penggugat pada dasarnya adalah tentang pembatalan penetapan hakim pengawas tentang tanggal terhitung Insolvensi terhadap debitur pailit PT. Lima Bintang jaya karena tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ;-- Hal.10 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 10

11 Direktori Putusan M Menimbang, bahwa selanjutnya sebelum majelis mempertimbangkan apakah dalil gugatan penggugat tersebut beralasan, maka Majelis akan mempertimbangkan terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan insolvensi tersebut dan apa urgensinya dalam hukum kepailitan ; Menimbang, bahwa yang dimaksud Insolvensi menurut kamus umum dapat diartikan ketidak sanggupan untuk memenuhi kewajiban finansiil ketika jatuh waktu seperti layaknya bisnis atau kelebihan kewajiban dibandingkan dengan asetnya dalam waktu tertentu. Namun dalam istilah Undang undang kepailitan istilah insolvensi diartikan ketidak mampu membayar. Sehingga insolvensi tersebut telah terjadi demi hukum jika tidak terjadi perdamaian dimana harta pailit dalam keadaan tidak mampu membayar seluruh utang yang wajib dibayar seperti yang diatur dalam pasal 178 ayat (1) Undang-Undang No.37 tahun 2004 Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pegesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, DEMI HUKUM harta pailit berada dalam keadaan insolvensi ; Menimbang, bahwa sebagai akibat hukum dari adanya insolvensi tersebut akan membawa konsekuensi hukum tertentu yaitu harta pailit segera dieksekusi dan dibagi kecuali ada pertimbangan tertentu seperti halnya pertimbangan bisnis yang menyebabkan penundaan eksekusi dan penundaan pembagian akan lebih menguntungkan ; Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 yaitu putusan pernyataan pailit Nomor :02/PKPU/2013/PN Niaga Sby tanggal 22 april 2013, telah membuktikan bahwa penggugat telah dinyatakan pailit sejak tanggal 22 April 2013, dimana dalam putusan tersebut telah ditunjuk Tergugat sebagai Kurator Debitur pailit PT Lima Bintang jaya Abadi ; Menimbang, bahwa Tergugat sebagai kurator dari PT Lima Bintang jaya Abadi tersebut telah melakukan tugasnya dengan melakukan rapat kreditur dengan acara pencocokan piutang yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2013 setelah menerima tagihan para kreditur hingga batas akhir pengajuanya tertanggal 27 mei 2013 sebagaimana tertuang dalam bukti P-2 A yaitu surat laporan dari kurator Albert Riyadi Suwono SH MKn kepada Hal.11 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 11

12 Direktori Putusan M hakim pengawas tertanggal 14 juni 2013, dan P 2.B yaitu dafar tagihan para kreditur yang telah diterima oleh Tergugat selaku kurator PT Bintang Lima jaya Abadi tertanggal 27 Mei 2013 ; Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-3 yaitu penetapan hakim pengawas Nomor : 02/PKPU/2013/PN.Niaga.Sby tertanggal 23 Juli 2013, telah membuktikan bahwa hakim pengawas telah menyatakan bahwa keadaan insolvensi atas seluruh harta kekayaan / harta pailit dari debitur pailit PT Lima Bintang Jaya Abadi, Lutfi Rakhmadi Subiyakto dan Dipl Ing. Deddy Fahmi Priadi (dalam pailit) terhitung sejak tanggal 23 Juli 2013, sementara rapat pencocokan piutang tanpa adanya perdamaian telah dilaksanakan pada tanggal 14 juni 2013, sehingga penetapan tanggal insolvensi oleh hakim pengawas tersebut tidak sesuai dengan pasal 178 ayat (1) Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang seharusnya insolvensi tersebut terhitung sejak tanggal rapat pencocokan utang tidak terjadi perdamaian yaitu tanggal 14 Juni 2013 ; Menimbang, bahwa atas penetapan insolvensi dari hakim pengawas yang tidak sesuai dengan pasal 178 ayat (1) Undang Undang No 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang tersebut debitur pailit PT Lima bintang jaya Abadi telah mengirimkan surat kepada Tergugat selaku kurator penggugat dengan suratnya tertanggal 11 Januari 2016, yang pada pokoknya meminta klarifikasi tentang penetapan insolvensi dan pelaksanaan rapat pencocokan piutang pasca putusan kepailitan sebagamana dalam bukti ( Bukti P 4.A), dan atas surat tersebut oleh Tergugat telah dikirimkan surat jawabanya dengan suratnya tertanggal 26 januari 2016 yang tertuang dalam bukti P 4 B yang menyatakan bahwa benar pelaksanaan rapat pencocokan piutang dilakukan pada tanggal 14 juni 2013 dan debitur pailit tidak mengajukan perdamaian,sementara penetapan hakim pengawas bukan tanggal 14 juni 2013,akan tetapi tanggal 23 Juli 2013 ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa apakah penetapan hakim pengawas yang terjadi perbedaan tanggal penetapan insolvensi oleh hakim pengawas terhitung pada tanggal 23 juli 2013 dengan tanggal Hal.12 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 12

13 Direktori Putusan M pencocokan piutang tertanggal 14 Juni 2013 tersebut menjadi batal dalam hal ini majelis mempertimbangkan sebagai berikut : Menimbang, bahwa dengan mengacu pada pasal 178 ayat (1) Undang-Undang No 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan pembayaran utang yang pada pokoknya menegaskan Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak terjadi perdamaian, sehingga DEMI HUKUM harta pailit berada dalam keadaan insolvensi, maka dapat diartikan bahwa tanpa adanya penetapan insolvensi dari hakim pengawas dengan sendirinya sejak tidak adanya perdamaian dalam rapat pencocokan piutang, maka pada saat itu juga dibitur dianggap tidak mampu membayar ( insolvensi ) ; Menimbang, bahwa terhadap kapan ditetapkanya insolvensi adalah berkaitan dengan pemberesan boedel pailit yang dilakukan oleh kurator untuk melunasi utang utang dari para kreditur dan tidak melibatkan debitur, hal mana didasarkan bahwa sejak dinyatakanya pailit terhadap debitur tersebut, maka semua gugatan hukum berkenaan dengan hak dan kewajiban yang berhubungan dengan harta debitur pailit haruslah diajukan oleh atau terhadap kurator, sehingga dengan demikian apabila terdapat adanya keberatan terhadap penetapan dari hakim pengawas yang berkaitan dengan adanya insolvensi hanya dapat diajukan oleh para kreditur atau kurator mengingat salah satu konsekuensi hukum dari kepailitan adalah bahwa debitur pailit tidak berhak lagi untuk menguasai dan mengurus kekayaanya terhitung sejak hari putusan pailit diucapkan ; Menimbang, bahwa oleh karena sifat insolvensi tersebut adalah terjadi demi hukum,maka kendatipun telah terdapat adanya penetapan insolvensi yang dikeluarkan oleh hakim pengawas yang ternyata tanggalnya melebihi dari tanggal rapat pencocokan piutang, hal mana tidak dapat membatalkan penetapan insolvensi dari hakim pengawas tersebut mengingat penetapan tanggal insolvensi tersebut tidak mempengaruhi kedudukan debitur pailit sebagai pihak yang berhutang yang memiliki kewajiban untuk membayar hutang hutangnya. lagi pula dengan adanya putusan pailit tersebut debitur tidak ada kewenangan lagi untuk mengurus harta pailit mengingat kepengurusan harta pailit sudah berada pada Hal.13 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 13

14 Direktori Putusan M kurator, sehingga dengan demikian untuk mengajukan keberatan atas penetapan hakim pengawas tersebut menjadi wewenang kurator ; Menimbang, bahwa oleh karena keberatan terhadap penetapan hakim pengawas tersebut berada pada kurator, maka tidak ada lagi legal standing bagi debitur untuk mengajukan gugatan yang berkaitan dengan pekara a quo dan lagi pula terhitung sejak ditetapkanya insolvensi oleh hakim pengawas yaitu tanggal 23 Juli 2013 sampai dengan diajukanya gugatan tersebut telah melebihi jangka waktu 2 bulan yang menjadi kewenangan kreditur separatis untuk mengeksekusi harta debitur yang menjadi hak tanggungan. bahkan dalam jangka waktu yang sudah lama tidak ada keberatan dari kurator terhadap penetapan tanggal insolvensi dari hakim pengawas tersebut, maka dianggap kurator telah menyetujui terhadap penetapan hakim pengawas tersebut. Lagi pula tidak terdapat adanya ketentuan Undang-Undang yang menyatakan bahwa penetapan tanggal insolvensi yang melebihi tanggal dari rapat pencocokan hutang menjadi batal ; Menimbang, bahwa oleh karena tidak ada relevansinya dan urgensinya pemohon untuk mengajukan gugatan pembatalan penetapan insolvensi dari hakim pengawas, dan lagi pula tidak ada lagi legal standing bagi penggugat untuk mengajukan perkara a quo, maka gugatan penggugat tersebut haruslah tidak dapat diterima ; Menimbang, bahwa oleh karena gugatan tidak diterima, maka Penggugat haruslah dibebani untuk membayar beaya perkara ; Mengingat peraturan perundang Undangan yang berlaku ; M E N G A D I L I : 1.Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima ; Membebankan beaya yang timbul dalam perkara ini kepada penggugat sebesar Rp ,- (satu juta empat ratus delapan puluh enam ribu rupiah) ; Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya pada hari : KAMIS, tanggal : 17 MARET 2016, oleh Hal.14 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 14

15 Direktori Putusan M kami : ARI JIWANTARA, SH., MHum., selaku Hakim Ketua Majelis, ANNE RUSIANA, SH, MHum., dan RISTI INDRIJANI, SH., masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari : KAMIS tanggal : 24 MARET 2016, oleh Hakim Majelis tersebut, dengan dibantu oleh : SUSI ADIATI SH., Mhum., Sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Niaga / Pengadilan Negeri Surabaya, tanpa dihadiri oleh Penggugat maupun Tergugat ; HAKIM-HAKIM ANGGOTA TTD HAKIM KETUA MAJELIS 1. ANNE RUSIANA, SH., MHum ARI JIWANTARA, SH., MHum TTD 2. RISTI INDRIJANI, SH PANITERA PENGGANTI, TTD SUSI ADIATI, SH., MHum TTD Hal.15 dari 15 Putusan No.02/G.Lain-lain/2016/PN.Niaga.Sby h Agung Republi Telp : (ext.318) Halaman 15

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Perusahaan adalah badan usaha yang dibentuk untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang ekonomi. Sebagai badan yang dibentuk untuk menjalankan usaha maka perusahaan harus

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004 29 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004 Pasal 144 UU No. 37 Tahun 2004 menentukan, debitor pailit berhak untuk

Lebih terperinci

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1 TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1 I. TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN Putusan perkara kepailitan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk. BAB IV ANALISIS C. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk. Salah satu upaya penyelamatan kebangkrutan perusahaan dapat dilakukan dengan cara yuridis

Lebih terperinci

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 1 Tahun - Jangka Waktu Hibah - Kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dianggap mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah

Lebih terperinci

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS) 1 Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS) Debitor Pailit menjadi Insolvensi, 2 Jika : Pada rapat pencocokan piutang, Debitor tdk mengajukan rencana Perdamaian Rencana

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 2 K/Pdt.Sus-Pailit/2018 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus kepailitan prosedur renvoi pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Ranitya Ganindha, SH. MH. Dosen Hukum Dagang Fakultas Hukum Univ Brawijaya Dalam suatu kegiatan usaha / bisnis berutang merupakan hal yang lazim. Permasalahan

Lebih terperinci

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN, bahwa pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah BAB VIII KEPAILITAN Dalam undang-undang kepailitan tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan kepailitan tetapi hanya menyebutkan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sarana hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan nasional adalah peraturan tentang kepailitan termasuk peraturan tentang penundaan kewajiban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU; 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kepailitan 1. Dasar Hukum dan Pengertian Kepailitan Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: 10) adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepailitan biasanya pada umumnya dikaitkan dengan utang piutang antara debitor dengan kreditor yang didasarkan pada perjanjian utang piutang atau perjanjian

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 421 K/Pdt.Sus-Pailit/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus permohonan PKPU atas pernyataan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah No.1514, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Kurator. Pengurus. Imbalan. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Ranitya Ganindha, SH. MH. Dosen Hukum Dagang Fakultas Hukum Univ Brawijaya Dalam suatu kegiatan usaha / bisnis berutang merupakan hal yang lazim. Permasalahan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 907 K/Pdt.Sus-Pailit/2017

P U T U S A N Nomor 907 K/Pdt.Sus-Pailit/2017 P U T U S A N Nomor 907 K/Pdt.Sus-Pailit/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus penundaan kewajiban pembayaran utang (prosedur

Lebih terperinci

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS) PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR 1 Menyimpan: Surat,dokumen, uang, perhiasan, efek, surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima (Ps.98 UUK) MENGAMANKAN HARTA PAILIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterpurukan perekonomian Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan menyisakan sedikit yang mampu bertahan.

Lebih terperinci

UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004)

UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004) Copyright (C) 2000 BPHN UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004) TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA KEPAILITAN PT. ARTA GLORY BUANA TERHADAP PARA KREDITOR

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA KEPAILITAN PT. ARTA GLORY BUANA TERHADAP PARA KREDITOR TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA KEPAILITAN PT. ARTA GLORY BUANA TERHADAP PARA KREDITOR (Studi Putusan Pailit Pengadilan Niaga No. 14/Pailit/2008, Mahkamah Agung No. 917/K/Pdt.Sus/2008 dan Peninjauan Kembali

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan BAB IV PEMBAHASAN A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit Karyawan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadilan akan terpenuhi apabila berbagai elemen yang berbeda kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara harmonis, termasuk kepentingan pemilik

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M PUTUSAN Nomor 237 K/TUN/2018 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG memeriksa perkara tata usaha negara pada tingkat kasasi telah memutus sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 13/Pailit/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst.

PUTUSAN Nomor 13/Pailit/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst. PUTUSAN Nomor 13/Pailit/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara Permohonan Pernyataan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang kadangkala tidak bisa dihindari oleh seseorang atau pun oleh suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4443 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 131) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KETERANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ATAS

KETERANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ATAS KETERANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ATAS PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia yang semakin kompleks mengakibatkan semakin meningkatnya pula kebutuhan ekonomi masyarakat terutama para pelaku usaha. Dalam menjalani kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterbatasan finansial atau kesulitan keuangan merupakan hal yang dapat dialami oleh siapa saja, baik orang perorangan maupun badan hukum. Permasalahan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06 P U T U S A N No. 62 K/TUN/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamaa P U T U S A N Nomor 110 K/Pdt.Sus-Pailit/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus gugatan lain-lain pada

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia P U T U S A N Nomor 931 K/Pdt.Sus-Pailit/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus permohonan penundaan kewajiban

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 3 B. Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini akan mengkaji dan meneliti penyelesaian perkara yang telah

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini akan mengkaji dan meneliti penyelesaian perkara yang telah IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kasus yang dijadikan objek penelitian ini adalah pembatalan perdamaian yang telah diselesaikan dan diputus pada tingkat Pengadilan Niaga. Dengan demikian, penelitian

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia P U T U S A N Nomor 511 K/Pdt.Sus-Pailit/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus permohonan tentang Keberatan

Lebih terperinci

Heri Hartanto - FH UNS

Heri Hartanto - FH UNS 1 Kekuasaan Kehakiman Psl 13 UU 14/1970 Jo. UU 4/2004 ttg Kekuasaan Kehakiman : memungkinkan di bentuk peradilan khusus di dalam peradilan Umum. Psl 8 UU 2/1986 Jo. UU 8/2004 ttg Peradilan Umum : Di dlm

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Putusan pernyataan pailit adalah putusan yang diberikan oleh pengadilan niaga atas permohonan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik yang diselenggarakan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT

TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT ( Putusan Pengadilan Niaga Jak.Pst Nomor : 1 / PKPU / 2006. JO Nomor : 42 / PAILIT /2005 ) STUDI KASUS HUKUM Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 20/G/2015/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 20/G/2015/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 20/G/2015/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Keterbukaan Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa manusia lain. Hanya dalam kehidupan bersamalah manusia dapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kurator. Pengurus. Imbalan. Pedoman. PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN IMBALAN BAGI

Lebih terperinci

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS DASAR HUKUM tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Dasar Hukum Kepailitan Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari bahasa Belanda yaitu Faiyit yang mempunyai arti ganda

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 135 K/Pdt.Sus-PKPU/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus penundaan kewajiban pembayaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG 2.1. Pengertian Utang Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat (1) menentukan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 424/Pdt/2015/PT.Bdg.

P U T U S A N Nomor : 424/Pdt/2015/PT.Bdg. P U T U S A N Nomor : 424/Pdt/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata pada peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2016 KEMENKUMHAM. Kurator. Pengurus. Imbalan Jasa. Pedoman.Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR: 46 K/AG/2006

P U T U S A N NOMOR: 46 K/AG/2006 P U T U S A N NOMOR: 46 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 291/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor 291/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor 291/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam peradilan tingkat banding, telah

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 159/PDT/2017/PT.BDG.

P U T U S A N Nomor 159/PDT/2017/PT.BDG. P U T U S A N Nomor 159/PDT/2017/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Jawa Barat yang memeriksa dan memutus perkara perdata pada tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup memberikan dampak yang negatif terhadap keadaan ekonomi di Indonesia. Krisis ekonomi tersebut,

Lebih terperinci

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA 20 BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA A. Pengertian PKPU Istilah PKPU (suspension of payment) sangat akrab dalam hukum kepailitan. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 108/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 108/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 108/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang mengadili perkara-perkara perdata pada peradilan tingkat Banding, menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT MENURUT UU NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT MENURUT UU NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT MENURUT UU NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG A. Syarat Permohonan Pernyataan Pailit Dalam UUK dan PKPU disebutkan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 72 PK/Pdt.Sus-Pailit/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus permohonan tentang Keberatan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 13/Pdt.P/2012/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 13/Pdt.P/2012/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 13/Pdt.P/2012/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang telah memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Oleh Arkisman ABSTRAK Setelah dijatuhkannya

Lebih terperinci

Penundaan kewajiban pembayaran utang

Penundaan kewajiban pembayaran utang Penundaan kewajiban pembayaran utang PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitor atau kreditor Debitor mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditor

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 461/Pdt/2013/PT.Bdg.

P U T U S A N Nomor 461/Pdt/2013/PT.Bdg. P U T U S A N Nomor 461/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era modern ini Indonesia harus menghadapi tuntutan yang mensyaratkan beberapa regulasi dalam bidang ekonomi. tidak terkecuali mengenai perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU A. Prosedur Permohonan PKPU Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur dapat terhindar dari ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketika

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. BAB III PEMBAHASAN A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. Semua harta benda dari si pailit untuk kepentingan kreditur secara bersama-sama. Kedudukan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 26/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 26/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 26/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 237 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N No. 237 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G P U T U S A N No. 237 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M PUTUSAN Nomor 793 K/Pdt/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut

Lebih terperinci

P E N E T A P A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P E N E T A P A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM P E N E T A P A N Nomor 0125/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor: 0127/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor: 0127/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor: 0127/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 0712/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN. Nomor : 0712/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN SALINAN PUTUSAN Nomor : 0712/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR /Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara Pembatalan Nikah pada tingkat banding

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamaa P U T U S A N Nomor 658 K/Pdt.Sus-Pailit/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata khusus kepailitan (prosedur

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG memeriksa perkara niaga dalam tingkat. kasasi telah mengalami putusan sebagai

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di Mekanisme Perdamaian dalam Kepailitan Sebagai Salah Satu Cara Penyelesaian Utang Menurut Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Kasus PT. Pelita

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa gejolak moneter

Lebih terperinci

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI 1. Ketentuan Dalam Pasal 21 UUJF Mengenai Benda Persediaan yang Dialihkan dengan

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor : 7/Pdt.G/2010/PTA Smd BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Samarinda yang mengadili perkara perdata pada tingkat banding

Lebih terperinci

=================================

================================= PUTUSAN Nomor 014 PK/N/2002 ================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG Memeriksa perkara niaga dalam permohonan peninjauan kembali telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini, persaingan ekonomi di dunia sangatlah ketat. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkembang pesatnya makro dan mikro seiring dengan pertumbuhan unit-unit

Lebih terperinci

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH PERSEROAN TERBATAS (PT) SEBAGAI DEBITOR UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN PKPU

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH PERSEROAN TERBATAS (PT) SEBAGAI DEBITOR UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN PKPU 21 BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH PERSEROAN TERBATAS (PT) SEBAGAI DEBITOR UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN PKPU Debitor yang mengetahui bahwa keadaan keuangannya berada dalam kesulitan sehingga

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG. memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari;

MAHKAMAH AGUNG. memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari; PUTUSAN Nomor 16 PK/N/1999 ==================================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H. SALINAN PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 303/PDT/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 303/PDT/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 303/PDT/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

Syarat DEBITOR Pailit (Psl 2 (1) UU 37/2004)

Syarat DEBITOR Pailit (Psl 2 (1) UU 37/2004) Syarat DEBITOR Pailit (Psl 2 (1) UU 37/2004) Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Beberapa Kendala yang dihadapi Bank BRI yaitu: a. Kendala Terkait dengan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Hak Tanggungan.

BAB V PENUTUP. 1. Beberapa Kendala yang dihadapi Bank BRI yaitu: a. Kendala Terkait dengan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Hak Tanggungan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Beberapa Kendala yang dihadapi Bank BRI yaitu: a. Kendala Terkait dengan Peraturan Perundang-Undangan 1) Terjadi disharmoni antara Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 72/Pdt/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 72/Pdt/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 72/Pdt/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Perdata dalam tingkat banding telah

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N Nomor : 64/Pdt.G/2012/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu

Lebih terperinci

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 0049/Pdt.P/2012/PA.Pas

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 0049/Pdt.P/2012/PA.Pas SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 0049/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P E N E T A P A N Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor : 0280/Pdt.G/2014/PA.Yk بسم الله الرحمن الرحيم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Yogyakarta yang mengadili perkara-perkara tertentu

Lebih terperinci