UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR PERIODE 5 APRIL 13 MEI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker FARIDA NURFITRIYANA, S. Farm ANGKATAN LXXII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2011

2 iii

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang yang senantiasa mencurahkan nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Rini dan menyelesaikan penyusunan laporan ini. PKPA ini berlangsung mulai tanggal 5 April 13 Mei Dalam melaksanakan PKPA ini penulis banyak mendapat bantuan, baik berupa bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Murdiana Baskoro, selaku pemilik sarana Apotek Rini yang telah memberikan kesempatan, sarana, dan fasilitas yang diberikan selama PKPA. 2. Ibu Meta Pramana, S.Si,Apt., selaku wakil pimpinan Apotek Rini dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan PKPA. 3. Bapak Drs. Umar Mansur, MSc., selaku Apoteker Pengelola Apotek Rini yang telah memberikan kesempatan PKPA. 4. Ibu Dr. Yahdiana Harahap, M.S selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku pimpinan program pendidikan profesi apoteker Departemen Farmasi FMIPA-UI. 6. Ibu Dr. Nelly Leswara, Apt., selaku pembimbing dari Departemen Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta penyusunan laporan ini. 7. Seluruh Apoteker, Asisten Apoteker, dan seluruh pegawai Apotek Rini atas segala pengarahan, keramahan, dan kebaikannya selama PKPA. 8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program pendidikan profesi apoteker FMIPA UI. 9. Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi, nasehat, dan dukungan materi. 10. Teman-teman Apoteker angkatan LXXII atas perjuangan, semangat, dan iv

4 kerjasamanya. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT akan membalas semua kebaikan segala pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada laporan ini, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Selain itu, penulis berharap semoga laporan PKPA ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan. Penulis, 2011 v

5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas Dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Personalia Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pengelolaan Apotek Pengelolaan Teknis Kefarmasian Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Obat di Apotek Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Apotek Pelayanan Resep di Apotek Pengelolaan Non-Teknis Kefarmasian Pencabutan Surat Izin Apotek Pengelolaan Narkotika Pemesanan Narkotika Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Pelaporan Narkotika Pemusnahan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pemesanan Psikotropika Penyimpanan Psikotropika Pelaporan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika Pelayanan Informasi Obat TINJAUAN KHUSUS APOTEK RINI Lokasi Bangunan dan Tata Ruang Ruang Tunggu Bagian Penerimaan Resep, Pembayaran, dan Penyerahan Obat vi

6 3.2.3 Ruang Peracikan Ruang Administrasi dan Pembelian Ruang Pimpinan Gudang Dapur Ruang Sholat Struktur Organisasi Kegiatan-Kegiatan di Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak) Penjualan Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Administrasi Pembelian Administrasi Piutang Administrasi Penjualan Administrasi Pajak Administrasi Personalia Laporan Keuangan Pengelolaan Narkotika Pengadaan Narkotika Penyimpanan Narkotika Penjualan Narkotika Pelaporan Narkotika Pengelolaan Psikotropika PEMBAHASAN Pengelolaan Sumber Daya Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya Pelayanan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI vii

7 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 3.1 Alur penjualan resep tunai telah diolah kembali Alur penjualan resep kredit telah diolah kembali Alur penjualan OTC telah diolah kembali viii

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Lokasi Apotek Rini Denah ruangan Apotek Rini Contoh salinan resep Contoh etiket Contoh kwitansi Struktur organisasi apotek rini Contoh surat pesanan Contoh faktur barang Contoh tanda terima tukar faktur Contoh surat pesanan narkotika Contoh pelaporan narkotika Contoh laporan penggunaan narkotika Contoh surat pesanan psikotropika ix

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera diperlihatkan melalui derajat kesehatan masyarakat yang baik. Dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah mendirikan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu alat maupun tempat yang dipakai untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 2009). Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang paling berperan dalam masyarakat adalah apotek. Apotek itu sendiri adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan peran apotek yakni menyediakan obatobatan dan perbekalan farmasi lainnya serta memberikan informasi, konsultasi, dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat terwujud. Selain sebagai fasilitas pelayanan kesehatan, apotek juga berperan sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Melalui kedua peran tersebut, apoteker secara langsung terlibat dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan sebagai perwujudan pembangunan kesehatan. Pada saat ini, orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu kepada Pharmaceutical Care (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). Melalui hal tersebut, peran apoteker dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan menjadi lebih nyata. Tanggung jawab apoteker dalam melaksanakan 1

10 2 pelayanan kesehatan kepada masyarakat ditunjukan melalui pengelolaan dan pemberian informasi penggunaan obat yang rasional, sehingga penyampaian obat ke pasien secara tepat dan efektif dapat tercapai. Selain mengutamakan sisi sosial, suatu apotek juga harus memperhatikan sisi keuntungan agar apotek tersebut dapat terus berkembang. Dalam hal ini, peran apoteker sebagai manajer dan pelaku wirausaha tidak kalah penting. Untuk mencapai tujuan tersebut, apoteker juga diharapkan memiliki kemampuan menempatkan diri sebagai pimpinan dalam suatu situasi multidisipliner, dan kemampuan mengelola sumber daya manusia (SDM) secara efektif. Selain itu, seorang Apoteker juga harus selalu belajar sepanjang karier, membantu memberi pendidikan, dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). Calon apoteker sebagai penerus di bidang perapotekan harus memahami peran apoteker melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di apotek secara nyata. Dengan berbekal teori yang telah dipelajari sebelumnya, calon apoteker diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan teori tersebut melalui suatu praktek kerja. Dilatarbelakangi hal tersebut, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI mewajibkan mahasiswa Program Profesi Apoteker untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek, yaitu Apotek Rini. Kegiatan PKPA tersebut dilaksanakan pada tanggal 5 April 13 Mei Tujuan Dengan pelaksanaan PKPA di Apotek Rini, diharapkan mahasiswa dan mahasiswi calon apoteker : 1. Mengetahui kegiatan-kegiatan di apotek secara umum sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja. 2. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di apotek. 3. Mengetahui penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam bidang kefarmasian khususnya apotek.

11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan No.1332, 2002). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. e. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker dan Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri 3

12 4 kesehatan No. 184/Menkes/Per/II/1995. f. Undang-Undang Obat Keras (St 1937 No. 541). g. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. h. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2.3 Tugas Dan Fungsi Apotek (Peraturan pemerintah No.25, 1980) Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1980 Pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Persyaratan Apotek (Keputusan menteri kesehatan no.922, 1993) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 Pasal 6, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin suatu apotek adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat dan perlengkapan yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: a. Lokasi dan Tempat.

13 5 Persyaratan jarak antara apotek tidak lagi dipermasalahkan tetapi tetap mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dokter praktek, dan sarana pelayanan kesehatan lain. b. Bangunan dan Kelengkapan. Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor SIA, dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik. 1). Ruang tunggu Ruang tunggu seyogyanya dibuat senyaman mungkin, bersih, segar, terang, tidak terdapat nyamuk atau serangga sehingga pasien atau konsumen merasa betah dan nyaman menunggu. Beberapa apotek bahkan menyediakan majalah, minuman mineral atau dispenser dan majalah kesehatan ilmiah. Bagian penerimaan resep haruslah dibuat sebaik mungkin, karena berhubungan langsung dengan pelanggan. 2). Ruang peracikan Ruang peracikan sebaiknya diatur agar persediaan dapat dijangkau dengan mudah pada saat persiapan, peracikan, dan pengemasan. 3). Bagian penyerahan obat Untuk pelayanan profesional di apotek, seyogyanya apotek menyediakan ruang/tempat khusus untuk menyerahkan obat dan dapat juga digabung dengan ruang konsultasi atau pemberian informasi. Jika tidak bisa dibuat ruang terpisah, dapat juga dilakukan pembatasan dengan menggunakan dinding penyekat, sehingga dapat memberikan atau menyediakan kesempatan berbicara secara pribadi dengan

14 6 pelanggan atau pasien. 4). Ruang administrasi. Merupakan ruangan yang terpisah dari ruang pelayanan ataupun ruang lainnya. Walaupun tidak terlalu besar, namun disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan manajerial. Ruangan ini juga digunakan untuk menerima tamu dari supplier atau industri/pabrik farmasi. c. Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek. Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah: 1) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan,seperti timbangan, mortar, dan gelas ukur. 2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3) Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. 4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik, dan bahan beracun. 5) Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana seperti erlenmeyer, dan gelas ukur. 6) Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, dan salinan resep. 7) Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru. 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan

15 7 kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f),

16 8 Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT Personalia Apotek Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggungjawab pengelola apotek: a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang telah bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. b. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model APT.9.

17 9 d. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. e. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua Tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apoteker atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Untuk mendukung kegiatan di apotek apabila apotek yang dikelola cukup besar dan padat diperlukan tenaga kerja lain seperti Asisten Apoteker yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker, juru resep yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker, kasir yaitu orang yang bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kwitansi dan nota, pegawai tata usaha yaitu petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, dan keuangan apotek. Selanjutnya, menurut Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 Pasal dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping maupun Apoteker Pengganti, dalam pengelolaan apotek. Apoteker Pendamping bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika, dan perbekalan farmasi lainnya, serta kuncikunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Pada Pasal 24, dijelaskan apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT.11 dengan tembusan kepada Kepala

18 10 Balai POM setempat. 2.7 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1332/MENKES/SK/2002, APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. a. Telah mengucapkan sumpah atau janji Apoteker. b. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan. c. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. d. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. 2.8 Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek sepenuhnya ditangani Apoteker. Apoteker harus dapat mengelola dan mengarahkan seluruh kegiatan apotek secara lebih efektif untuk memenuhi tugas dan fungsi utamanya. Pada dasarnya pengelolaan apotek dapat dibedakan menjadi pengelolaan teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian Pengelolaan Teknis Kefarmasian Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 Pasal 10 dan 11, pengelolaan apotek meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya, dan mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.

19 Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Obat di Apotek Pengaturan penyediaan obat (managing drug supply) merupakan hal yang sangat penting di apotek. Persediaan obat yang lengkap di apotek merupakan salah satu cara untuk menarik kepercayaan (pasien). Akan tetapi, banyaknya obat yang tidak laku, rusak, dan kadaluarsa dapat menyebabkan kerugian apotek. Hal ini disebabkan karena tidak adanya manajemen pengadaan obat yang baik. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan keseimbangan antara besar persediaan dan besarnya permintaan dari suatu barang yang disebut pengendalian persediaan barang (inventory control). Untuk mencapai keseimbangan antara persediaan dan permintaan ditentukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut yaitu kecepatan gerak atau perputaran persediaan barang, obat yang laku keras hendaknya tersedia lebih banyak dibanding obat yang kurang laku, lokasi Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jika jauh dari apotek maka perlu persediaan barang lebih banyak dibanding yang lokasi PBF-nya dekat dengan apotek, penambahan persediaan obat didasarkan atas kebutuhan per bulan atau hasil penjualan sehingga diharapkan persediaan obat setiap saat dapat memenuhi kebutuhan 1 bulan. Untuk mengendalikan persediaan obat diperlukan pencatatan mengenai arus keluar masuk barang sehingga ada keseimbangan antara obat yang terjual dengan obat yang harus dipesan kembali oleh apotek. Pemesanan barang disesuaikan dengan besarnya omset penjualan pada waktu yang lalu. Perencanaan pembelian harus sesuai dengan kebutuhan apotek yang dapat dilihat dari buku defekta, bagian penerimaan resep dan penjualan obat bebas. Pembelian dapat dilakukan secara tunai, kredit, dan konsinyasi. Pada pembelian tunai pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibelinya dari distributor. Sedangkan pembelian kredit pembayarannya ditangguhkan sampai jatuh tempo. Pada pembelian konsinyasi, distributor menitipkan barang dimana apotek akan menerima komisi bila barang tersebut laku, dan jika barang tersebut tidak laku bisa dikembalikan kepada distributor. Pembelian terhadap barang juga harus mempertimbangkan pemilihan suplier. Ciri-ciri suplier yang baik adalah memberikan barang dengan kualitas yang baik, menepati waktu pengiriman barang, memberikan potongan harga yang

20 12 cukup menguntungkan, tenggang waktu kredit yang fleksibel, dan dapat dipercaya. Metode pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan cara menyusun prioritas berdasarkan analisis VEN dan PARETO: a. Analisis VEN Umumnya disusun dengan memperlihatkan kepentingan dan vitalitas persediaan farmasi yang harus tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan. 1. V (Vital): persediaan tersebut penting karena merupakan obat penyelamat hidup manusia atau obat penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. 2. E (Esensial): perbekalan yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak yang ada pada suatu daerah atau rumah sakit. 3. N (Non esensial): perbekalan pelengkap agar pengobatan menjadi lebih baik. b. Analisis PARETO (ABC) Analisis ini disusun berdasarkan atas penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga paling banyak. Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC: 1. Kelas A yaitu persediaaan yang memiliki nilai paling tinggi. Kelas ini mewakili 70%-80% dari total nilai persediaan meskipun jumlahnya hanya 20% dari seluruh item. 2. Kelas B yaitu persediaan yang memiliki nilai menengah. Kelas ini mewakili 15%-20% dari total nilai persediaan dan jumlahnya sekitar 30% dari seluruh item. 3. Kelas C yaitu persediaan yang memiliki nilai rendah. Kelas ini mewakili sekitar 5%-10% dari total nilai persediaan, dan jumlahnya sekitar 50% dari seluruh item. c. Kombinasi VEN-ABC Analisis ABC mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VEN- ABC menggabungkan analisis PARETO dan VEN dalam suatu matrik sehingga

21 13 analisisnya menjadi lebih tajam. Matrik dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Jenis barang yang bersifat vital (VA, VB, VC) merupakan pilihan utama untuk dibeli. Demikian pula dengan barang yang non essensial tetapi menyerap banyak anggaran (NA, NB) juga dijadikan prioritas untuk dibelanjakan. Sedangkan barang Non Esensial dan bernilai kecil (NC) dibelanjakan bila ada sisa anggaran. Parameter pengendalian persediaan yang pertama yaitu persediaan ratarata yang dihitung dengan menjumlahkan stok awal dan stok akhir kemudian dibagi dua. Berdasarkan data persediaan rata-rata dapat dihitung tingkat perputaran persediaan. Perameter kedua adalah perputaran persediaan yang dihitung dengan membagi jumlah penjualan dengan persediaan rata-rata. Dari data perputaran persediaan, maka kita dapat mengetahui lamanya obat disimpan di apotek hingga barang tersebut terjual. Barang-barang yang perputaran persediaannya cepat (fast moving) harus tersedia lebih banyak dibanding barang yang perputaran persediaannya lambat (slow moving). Parameter yang ketiga adalah persediaan pengaman (safety stock) yaitu persediaaan barang yang ada untuk menghadapi keadaan tidak menentu disebabkan oleh perubahan pada permintaan atau kemungkinan perubahan pada pengisian kembali. Parameter yang keempat adalah persediaan maksimum. Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan terbesar yang tersedia. Jika telah mencapai nilai persediaan maksimum maka tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya penimbunan barang yang dapat menyebabkan kerugian. Parameter kelima adalah persediaan minimum yang merupakan jumlah persediaan terkecil yang masih tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum maka langsung dilakukan pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi kekosongan barang. Parameter keenam yaitu reorder point (titik pemesanan) merupakan titik dimana harus diadakan pemesanan kembali untuk menghindari terjadinya kekosongan barang.

22 Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Apotek Tempat penyimpanan obat-obatan memerlukan ruangan tersendiri. Apabila ruangan memungkinkan maka digunakan rak-rak dari kayu atau besi. Untuk bahan-bahan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan di tempat yang terpisah. Untuk obat-obat narkotika penyimpanannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk obat-obat psikotropika sebaiknya disimpan tersendiri. Untuk obatobat yang memerlukan kondisi tertentu seperti vaksin, insulin atau suppositoria disimpan di dalam lemari es. Obat-obatan disusun secara alfabetis menurut bentuk sediaannya. Penyusunan perbekalan farmasi dapat disusun secara First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Sistem FIFO artinya obat-obatan yang lebih dahulu masuk ke gudang lebih dahulu digunakan, sedangkan sistem FEFO artinya obat-obatan dengan tanggal kadaluarsa terdekat yang lebih dahulu digunakan. Penyimpanan barang juga dilengkapi dengan kartu stok untuk setiap item barang untuk memudahkan pengendalian persediaan. Untuk persediaan obat yang sudah menipis jumlahnya atau sudah habis perlu dicatat dalam buku defekta yang nantinya diberitahukan kepada bagian pembelian Pelayanan Resep di Apotek (Peraturan Menteri Kesehatan No.922, 1993) Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah. c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat

23 15 mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Balai Besar POM. e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. h. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. k. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pengelolaan Non-Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan

24 16 asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat fleksibel terhadap segala perubahan situasi dan kondisi nyata yang terjadi di dalam maupun di luar apotek. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun, mengatur atau mengkoordinasikan bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian memiliki tugas masing-masing. c. Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawai agar berusaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan agar dapat dilakukan perbaikan sehingga segala kegiatan dapat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tercapainya tujuan yang diinginkan. 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek (Peraturan Pemerintah No. 1332, 2002) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek, dan atau, b. Apoteker tidak memenuhi kewajibannya dalam menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin dan melakukan penggantian obat generik dalam resep dengan obat paten, dan atau, c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dan dua tahun secara terusmenerus, dan atau, d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang Obat Keras Nomor.St No. 541, Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undangundang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan, dan atau, e. Surat Izin Kerja APA dicabut dan atau,

25 17 f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat, dan atau, g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut yaitu dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu, dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotek. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas Pengelolaan Narkotika (Undang-undang RI No.35, 2009) Menurut Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dalam Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Dalam Bab III Pasal 6 disebutkan bahwa narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu narkotika golongan I, yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

26 18 mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan; narkotika golongan II, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan; narkotika golongan III, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Oleh karena itu, pengaturan narkotika harus benar-benar terkontrol, baik dalam hal mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan dan menggunakan narkotika harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat. Tujuan pengaturan narkotika tersebut adalah menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, dan memberantas peredaran obat gelap. Di Indonesia, pengendalian, dan pengawasan narkotika merupakan wewenang Badan POM RI. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan Pemesanan Narkotika Berdasarkan Undang-undang No. 9 Tahun 1976, apotek hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk memudahkan pengawasan maka apotek

27 19 hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, dan stempel apotek. Satu SP hanya boleh memesan satu jenis narkotika. Surat Pesanan terdiri dari 4 rangkap, 3 rangkap termasuk aslinya diserahkan ke pihak distributor (Kimia Farma) sementara sisanya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Apotek, dan stempel apotek. Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14 ayat (1) UU No. 35 Tahun Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam Peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari 40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa. g. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

28 Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Ketentuan-ketentuan peresepan obat narkotika sebagai berikut: a. Hanya dapat diserahkan dengan resep dokter. b. Resep tidak boleh diulang, tiap kali harus ada resep baru. c. Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah. d. Nama dan alamat pasien dicatat di belakang resep. e. Penyimpanan resep dipisahkan dari resep-resep yang lain. Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktrorat Jenderal POM RI (sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan: a. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. b. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar POM. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek Pemusnahan Narkotika Apoteker Pengelola Apotek yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika, yang sekurang-kurangnya memuat: a. Nama, jenis dan jumlah.

29 21 b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan pemusnahan dan c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan. d. Berita acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan tembusan kepada Balai Besar POM Pengelolaan Psikotropika Pengertian psikotropika dalam UU No. 5 Tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 Tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap nakotika Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga Lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, dan pemusnahan Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 12 ayat (2). Dalam Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA. Surat Pesanan terdiri dari 2 rangkap, aslinya diserahkan ke pihak

30 22 distributor sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika sampai saat ini belum diatur oleh perundangundangan. Namun mengingat obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka disarankan agar penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan psikotropika. Laporan dikirim setahun sekali ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 tahun berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar POM Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dalam waktu tujuh hari setelah mendapatkan kepastian Pelayanan Informasi Obat Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat (PIO). Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, waktu, dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker

31 23 mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif. b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan. d. Ilmiah, artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya. e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

32 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK RINI Apotek Rini merupakan apotek keluarga yang didirikan pada tanggal 14 Desember Pendirinya adalah kakak beradik Ny.Murdiana Baskoro, H. Slamet Effendi (Alm.), dan Ny.Murdiati Purnomohadi (Alm.). Nama apotek ini berasal dari nama adik terkecil mereka yang bernama Rini. Apotek Rini memiliki tiga orang Apoteker, terdiri dari 1 orang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan 2 orang Apoteker pendamping. Apoteker Pengelola Apotek (APA) bernama Drs. Umar Mansur, MSc, yang bergabung dengan apotek Rini sejak tahun Dua apoteker pendamping bernama DR. Maksum Radji, M.Biomed yang bergabung dengan apotek Rini sejak tahun 1982 dan Ibu Meta Pramana S.Si, Apt. yang juga menjadi salah satu pimpinan di Apotek Rini. 3.1 Lokasi Lokasi Apotek Rini berada di Jalan Balai Pustaka Timur No. 11 Rawamangun, Jakarta Timur. Lokasinya strategis karena terletak di daerah yang ramai dan padat penduduk, dekat dengan Rumah Sakit (RS Persahabatan dan RS Dharma Nugraha), dan dekat dengan praktek dokter yang berlokasi di sebelah apotek dan pusat perbelanjaan Tip Top. Apotek Rini berada di pinggir jalan dua arah, yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau oleh pasien dengan kendaraan umum serta memiliki halaman parkir yang cukup luas untuk kendaraan pribadi. Lokasi Apotek Rini dapat dilihat pada Lampiran Bangunan dan Tata Ruang Bangunan apotek Rini terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, ruang administrasi, dan keuangan, ruang pimpinan, gudang, ruang sholat, toilet, dan dapur. Denah Apotek Rini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. 24

33 Ruang Tunggu Ruang tunggu di Apotek Rini cukup luas dan dilengkapi dengan fasilitas yang membuat pasien nyaman selama menunggu waktu penyelesaian resep, seperti televisi yang diletakkan di sudut kanan ruang tunggu, bangku panjang yang cukup banyak di sekeliling pinggir ruang tunggu, dan pendingin ruangan. Selain itu, terdapat juga fasilitas ATM di sebelah kiri ruang tunggu yang mempermudah pasien dalam pengambilan uang Bagian Penerimaan Resep, Pembayaran, dan Penyerahan Obat Bagian penerimaan resep, pembayaran, dan penyerahan obat terletak di depan ruang tunggu yang dibatasi oleh etalase dan rak-rak yang ada didisplay produk OTC (Over the Counter) dan perbekalan kesehatan dan rumah tangga (PKRT), seperti kosmetika, perlengkapan bayi, dan perlengkapan sehari-hari (sabun, sampo, dan lain-lain) yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Bagian penerimaan resep juga menerima pembelian obat bebas dan PKRT. Pada bagian pembayaran terdapat 3 kasir yang saling terhubung dengan suatu sistem jaringan komputer on-line. Semua produk yang telah dibayar dan telah selesai dipersiapkan akan dicap dan diserahkan ke bagian penyerahan obat Ruang Peracikan Ruang peracikan berada di bagian dalam dan terpisah dengan ruang tunggu sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Antara ruang peracikan dan bagian penerimaan resep terdapat loket untuk meletakkan resep yang sudah dihargai. Ruang ini cukup luas dan dilengkapi dengan pendingin ruangan untuk menyimpan dan menjaga semua obat di Apotek Rini dan menjaga kenyamanan para karyawan. Di ruang peracikan terdapat dua buah komputer yang terhubung dengan komputer bagian pemberian harga, bagian pembelian, kasir, gudang, ruang pimpinan, dan satu buah mesin fax untuk melayani resep yang diantar untuk daerah Rawamangun dan sekitarnya. Pada ruang peracikan, penyimpanan obat disusun berdasarkan alfabetis dan jenis sediaan (tablet, sirup, krim, salep, obat tetes, obat suntik, dan infus) di

34 26 rak dan etalase untuk memudahkan pengambilan obat. Obat-obat yang harganya relatif mahal diletakkan secara terpisah pada lemari tersendiri dekat meja pemberian etiket. Penyimpanan narkotika dilakukan pada lemari kayu yang menempel di dinding dan senantiasa dikunci. Sedangkan sediaan psikotropika dipisahkan penyimpanannya pada suatu rak tersendiri. Sediaan yang harus disimpan pada suhu dingin seperti suppositoria, insulin, vaksin, dan sebagian obat-obat suntik diletakkan di lemari pendingin yang terpisah. Di ruangan ini terdapat meja untuk resep racikan dan meja pemeriksaan obat serta penulisan salinan resep. Meja untuk menangani resep racikan terdiri dari meja untuk menghitung, menyalin resep, menyiapkan, dan meracik puyer dan kapsul. Untuk mempermudah peracikan, terdapat timbangan di dekat meja peracikan. Pengerjaan sediaan semi solid dan pelarutan sirup kering antibiotik dilakukan di meja terpisah yang terletak di belakang ruang peracikan. Meja pemeriksaan obat dan penulis salinan resep racik berdekatan dengan bagian penyerahan obat. Meja ini digunakan untuk pemberian etiket untuk obat paten, penulisan salinan resep dan pembuatan kwitansi. Contoh salinan resep, etiket, dan kwitansi dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, dan Ruang Administrasi dan Pembelian Ruang administrasi dan pembelian berada di samping apotek yang dilengkapi dengan seperangkat komputer. Semua urusan kepegawaian dan administrasi perusahaan dilakukan di ruangan ini. Ruang pembelian terdapat di sebelah ruang administrasi yang juga dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk mengecek kembali stok obat apabila meragukan, sehingga pemesanan obat sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu, juga terdapat meja untuk melaksanakan transaksi pemesanan obat dan penukaran faktur, serta penyerahan giro saat waktu pembayaran tiba. Di ruang ini juga terdapat meja untuk APA dalam melakukan kegiatan administrasi Ruang Pimpinan Ruang pimpinan terletak di dekat gudang baru, bekas tempat sholat wanita. Ruang ini dilengkapi dengan ruang untuk menerima tamu, meja kerja pimpinan,

35 27 dan satu buah komputer Gudang Gudang merupakan tempat penyimpanan obat-obat. Obat disimpan dalam rak penyimpanan yang bersekat-sekat di mana obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan secara alfabetis dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Ruangan ini juga dilengkapi dengan komputer untuk memasukkan stok barang Dapur Dapur digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pembuatan sediaansediaan standar (anmaak) seperti obat batuk hitam (OBH), gargarisma khan, rivanol, alkohol 70%, bedak salisilat, salep iktiol, spiritus bakar, dan sebagainya. Dapur juga digunakan sebagai tempat makan, dan tempat istirahat para karyawan serta penyimpanan resep dalam jangka waktu setahun Ruang Sholat Ruang sholat berada di dekat dapur. Sebelumnya, ruang sholat dipisah antara karyawan pria dan wanita, namun sekarang ruang sholat dijadikan satu. 3.3 Struktur Organisasi Apotek Rini dikepalai oleh seorang pimpinan sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang memimpin apotek secara keseluruhan. Salah satu pimpinan apotek Rini juga seorang apoteker, dengan demikian di apotek Rini mempunyai tiga orang apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di apotek yaitu APA, apoteker pendamping dan wakil pimpinan. Kegiatan teknis kefarmasian dibantu oleh asisten apoteker, juru resep, dan kasir. Sedangkan untuk kegiatan non kefarmasian seperti pembelian, piutang dagang, hutang dagang, pajak, dan laporan keuangan dilakukan oleh bagian administrasi. Apotek Rini juga mempunyai satpam untuk menjaga keamanan di sekitar apotek dan bila diperlukan dapat diperbantukan untuk mengantarkan resep. Adapun rincian karyawan yang ada di apotek Rini adalah sebagai berikut: 1 orang

36 28 pimpinan sekaligus APA, 1 orang wakil pimpinan sekaligus apoteker pendamping, 1 apoteker pendamping, 4 orang asisten apoteker kepala, 28 orang asisten apoteker (AA), 21 orang juru resep, 2 orang administrasi, 5 orang kasie, dan 7 orang satpam. Jumlah total karyawan di apotek Rini adalah 70 orang. Struktur organisasi apotek Rini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan-Kegiatan di Apotek Kegiatan di Apotek Rini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan dibidang teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan, dan penjualan Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh petugas dari bagian pembelian (asisten apoteker) dengan menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani oleh APA. Pengadaan perbekalan farmasi ini dilaksanakan melalui pembelian secara tunai maupun kredit. Dari hasil print-out pengeluaran barang-barang dalam satu hari, petugas bagian pembelian mencatat barang-barang yang akan dibeli, yaitu barangbarang yang jumlahnya sudah di bawah atau mendekati stok minimum serta barang- barang yang bersifat fast moving walaupun stok belum mencapai minimum. Stok minimum ditetapkan berdasarkan hasil penjualan sebelumnya. Bagian pembelian akan mengelompokkan obat/barang yang dipesan sesuai dengan nama distributor. Surat pesanan (SP) yang dibuat ditandatangani oleh APA dan SP ini akan diambil langsung oleh salesman pada pagi hari. Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Pada hari yang sama di sore harinya, barang-barang yang dipesan diantarkan dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Petugas bagian penerimaan barang memeriksa keadaan fisik barang, tanggal

37 29 kadaluarsa, jenis, dan jumlah barang sesuai dengan faktur. Petugas akan menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan faktur kopi apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada distributor dan lembar kopinya diberikan kepada AA yang bertugas di bagian gudang untuk dilakukan pemeriksaan ulang barang yang diterima, bila sudah cocok dengan faktur maka barang yang diterima diinput ke komputer untuk selanjutnya diprint. Contoh surat pesanan dan faktur dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Perbekalan farmasi yang telah diterima dari distributor dan telah diperiksa oleh bagian pembelian, kemudian akan diperiksa kembali oleh bagian gudang sebelum barang-barang tersebut disusun. Pemeriksaaan yang dilakukan meliputi kesesuaian nama dan jumlah dengan faktur, tanggal kadaluarsa dan kondisi fisik barang. Bila telah sesuai barang-barang tersebut disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan dengan sistem FIFO (First in First Out). Untuk obat bebas disimpan langsung di etalase ruang depan pada bagian OTC dan untuk obat generik tidak diletakkan di gudang, melainkan diletakkan di atas rak obatobat paten yang ada di ruang peracikan Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak) Sediaan standar (anmaak) adalah obat yang dibuat sendiri oleh apotek berdasarkan resep standar dari buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Acuan yang dipakai untuk formula standar ini adalah Farmakope Belanda. Beberapa obat racikan yang dibuat di apotek Rini antara lain OBH, boor zalf, AAV zaff I, liquor faberi, rivanol 1%, alkohol 70%, gargarisma khan, minyak cengkeh, minyak adas, losio kalamin, iktiol, iodium tingtur, bedak salisilat. Pembuatan sediaan anmaak ini berdasarkan nilai stok minimum yang ada.

38 Penjualan a. Penjualan Resep Tunai Penjualan resep tunai adalah penjualan obat berdasarkan resep dokter kepada pasien dengan pembayaran tunai, debit atau kartu kredit. Alur pemesanan tunai dapat dilihat pada Gambar 3.1. b. Penjualan Resep Kredit Penjualan resep kredit dilakukan berdasarkan perjanjian kerjasama yang disepakati antara perusahaan/instansi (baik pemerintah maupun swasta) dengan apotek Rini. Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sebelumnya, dan biasanya penagihan dilakukan pada akhir bulan. Perusahaan/instansi yang bekerja sama dengan Apotek Rini antara lain IAI, Tarakanita, Dino Indria, dan RS Dharma Nugraha. Alur pengerjaan pelayanan resep kredit tidak berbeda dengan resep tunai, tetapi resep kredit punya penomoran tersendiri yang berbeda untuk tiap perusahaan atau instansi. Alur penjualan resep kredit dapat dilihat pada Gambar 3.2. c. Penjualan Bebas (OTC) Penjualan bebas meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, sediaan anmaak, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, susu, dan alat kesehatan. Alur pelayanan OTC dapat dilihat pada Gambar Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Kegiatan teknis non kefarmasian di Apotek Rini berupa kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, personalia/umum dan laporan keuangan Administrasi Pembelian Kegiatan administrasi pembelian disebut juga administrasi hutang dagang. Kegiatan ini meliputi: a. Transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh Asisten Apoteker

39 31 berdasarkan faktur dan kemudian dicetak. b. Transaksi pembelian kemudian diposting, di mana jumlah barang akan tercatat ke dalam kartu stock dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. c. Penukaran faktur dilakukan setiap hari Rabu. Distributor menyerahkan fakturfaktur asli penjualan selama 1 minggu beserta total harga yang harus dibayar oleh apotek. Selanjutnya petugas yang bersangkutan mencocokkan faktur tersebut dengan data jumlah dan harga obat yang telah diinput pada komputer. Jika sudah sesuai maka petugas tersebut akan membuat tanda terima faktur yang berfungsi untuk pengambilan giro. Giro ini akan diambil langsung oleh distributor, 10 hari kemudian tepatnya pada hari Jumat berdasarkan tanggal pengambilan yang telah disetujui kedua belah pihak. Contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 9. d Kemudian dilakukan posting pembayaran hutang ke dalam komputer. e. Laporan pembayaran dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada Pimpinan Apotek Administrasi Piutang Kegiatan administrasi piutang meliputi: a. Petugas administrasi bertugas menginput semua transaksi piutang berdasarkan kwitansi penagihan ke dalam file daftar piutang. b. Pencatatan jumlah tagihan dilakukan setiap bulan atau setiap minggu berdasarkan nama debitur dan kwitansinya. c. Penagihan dilakukan dengan mendatangi langsung ke perusahaan/instansi yang berpiutang Administrasi Penjualan Pemberian harga resep, OTC, DOWA dilakukan melalui komputer bagian kasir di Apotek Rini. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar maka secara otomatis stok barang akan berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. Ketika pergantian shift, masing-masing kasir menyerahkan laporan perincian penjualan harian yang telah diprint. Setiap hari

40 32 pada pukul dilakukan posting transaksi penjualan, baik dari penerimaan resep maupun penjualan bebas oleh kasir yang bertugas pada malam hari. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pemesanan barang keesokan harinya Administrasi Pajak Bagian pajak bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayar oleh apotek Administrasi Personalia Bagian personalia bertanggung jawab dalam mencatat semua hal yang menyangkut urusan kepentingan pegawai, seperti gaji dan surat surat lain yang berkaitan dengan kepegawaian dengan persetujuan Direktur Laporan Keuangan Laporan keuangan yang ada di apotek Rini ditangani langsung oleh Pemilik Sarana Apotek (PSA) /Direktur dibantu oleh bagian personalia. 3.5 Pengelolaan Narkotika Pengadaan Narkotika Bagian pembelian apotek, memesan narkotika ke PBF Kimia Farma, pembelian dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika rangkap 4 dimana satu surat pesanan hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika, yang telah ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, alamat rumah, nama apotek serta stempel apotek. Contoh Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan Narkotika Narkotika pesanan diterima oleh petugas penerima barang (AA) dengan mencantumkan nama jelas, No. SIK, tanda tangan, dan stempel apotek dimana pembayaran dilakukan secara tunai. Obat-obatan golongan narkotika disimpan

41 33 dalam lemari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci dan menempel di dinding. Bagian pertama menyimpan morfin, petidin dan garamgaramnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. Sebagian narkotika yang relatif sering digunakan diletakkan di meja peracikan Penjualan Narkotika Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Rini dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas Pelaporan Narkotika Laporan pemakaian obat-obat narkotika dibuat setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan ditandatangani APA dan mencantumkan no. SIK dan stempel apotek. Laporan penggunaan pethidin dan morfin tidak dipisahkan dengan laporan narkotika lain, melainkan dijadikan satu. Laporan ditujukan kepada Kepala Sudin Yankes Jakarta Timur dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 11, Pengelolaan Psikotropika Obat-obatan psikotropika di Apotek Rini dipesan ke PBF sama halnya seperti memesan obat-obat lainnya, dengan memakai Surat Pesanan Psikotropika rangkap 2. Obat-obat ini diserahkan kepada pasien berdasarkan resep dokter atau salinan resep. Contoh Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 13.

42 34 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan berperan sebagai perusahaan penyalur perbekalan kesehatan, yang komoditasnya terdiri dari perbekalan farmasi dan alat kesehatan, serta sebagai tempat untuk memperoleh informasi kesehatan. Selain itu, apotek juga berperan sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Apoteker memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui pengelolaan dan pemberian informasi penggunaan obat yang rasional, sehingga keamanan, efektivitas, ketepatan, dan kerasionalan penggunaan obat dapat tercapai. Usaha perapotekan mengandung dua fungsi utama yakni sebagai fungsi pelayanan kesehatan dan fungsi unit usaha. Dalam menjalankan fungsi yang pertama, apotek berperan dalam penyediaan perbekalan kesehatan berikut informasinya. Perbekalan kesehatan berupa sediaan farmasi dan alat kesehatan yang digunakan untuk melakukan upaya kesehatan sehingga terwujudnya peningkatan derajat kesehatan. Sebagai penyedia informasi tentang obat dan kesehatan, apotek memberikan informasi, konsultasi, dan evaluasi mengenai obat sehingga penyampaian usaha pengobatan menjadi efektif. Dalam menjalankan fungsi yang kedua yaitu sebagai suatu unit usaha, apotek harus dikelola sebaik mungkin sehingga diperoleh pendapatan yang nantinya digunakan untuk membuat apotek tetap dapat bertahan hidup dan berkembang. Apotek Rini merupakan salah satu apotek di Jakarta yang merupakan apotek keluarga yang berdiri sejak 42 tahun yang lalu. Apotek ini telah berkembang menjadi apotek yang sukses dalam usahanya dan dikenal banyak masyarakat hingga ke luar Jakarta. Beberapa faktor telah mendukung keberhasilannya selama ini. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah faktor kepercayaan yang telah dibina bertahun-tahun, faktor totalitas dalam melayani konsumen, dan faktor manajemen yang terorganisir secara profesional. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek, terdapat beberapa bagian yang harus dikelola dengan baik. Bagian-bagian tersebut 34

43 35 antara lain pengelolaan sumber daya, pelayanan, dan evaluasi mutu pelayanan. Dalam pengelolaan sumber daya terdapat bagian mengenai pengelolaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya, serta administrasi apotek. Dalam pelayanan terdapat bagian mengenai pelayanan resep, promosi dan edukasi, dan residensial (home care). 4.1 Pengelolaan Sumber Daya Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam pengelolaan sumber daya manusia, sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Apotek rini dikelola oleh tiga apoteker yakni satu apoteker pengelola dan dua apoteker pendamping. Apoteker pendamping yakni Ibu Meta Pramana sehari-hari berada di apotek ini untuk mengelola apotek. Sistem manajemen yang diterapkan oleh apoteker dijalankan dengan profesional didukung oleh karyawankaryawannya. Apotek Rini memiliki karyawan sebanyak 70 orang. karyawan-karyawan tersebut dipekerjakan ke dalam 3 shift sesuai waktu buka aoptek yakni selama 24 jam. Melalui struktur organisasi yang terorganisir dan dengan deskripsi tugas yang jelas, karyawan-karyawan tersebut secara baik menjalankan tugasnya masing-masing. Peraturan yang diterapkan oleh manajemen apotek juga mudah diterima namun tetap profesional. Setiap terdapat kesalahan, karyawan yang terlibat harus bertanggung jawab bersama dalam mengganti dan memperbaikinya. Fasilitas yang disediakan seperti makan siang, adanya dapur, dan lain-lain cukup menunjang karyawan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Selain menjamin penyediaan fasilitas bagi karyawannya, apoteker pendamping juga menyediakan sarana dalam menignkatkan pengetahuan karyawan. Hal ini terlihat dari pemberian tugas karyawan yang diputar dalam beberapa periode. Tujuan dari hal ini adalah untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam semua tugas sehingga tidak menggantungkan tugas satu sama lain. Selain itu, diadakan pula pemberian materi mengenai suatu hal yang berhubungan dengan kefarmasian dan sediaan. Sebagai contohnya, pengadaan

44 36 seminar mengenai penggunaan obat semprot hidung yang oleh suatu pabrik farmasi yang datang langsung ke apotek Sarana dan Prasarana Dari segi pengelolaan sarana dan prasarana, Apotek Rini memiliki modal yang kuat dalam hal tersebut sehingga mendukung usahanya. Apotek ini berlokasi di tempat yang sangat strategis. Lokasinya berada di Jalan Balai Pustaka Timur No. 11 Rawamangun Jakarta Timur dengan posisi apotek di pinggir jalan yang mendukung dan mudah diakses oleh masyarakat. Letaknya berada di daerah padat penduduk dan jalan dua arah yang banyak dilalui baik oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Kestrategisan lokasinya didukung pula dengan letak apotek ini yang berdekatan dengan beberapa Rumah Sakit yakni Rumah Sakit Persahabatan, Rumah Sakit Rawamangun, dan Rumah Sakit Dharma Nugraha. Selain itu, di sekitar apotek ini juga banyak terdapat lokasi praktek dokter. Melalui desain eksteriornya, apotek ini memiliki daya tarik apotek yang kuat didukung dengan fasilitas penunjang disekitarnya. Dari kejauhan, logo apotek dapat terlihat dari segala arah sehingga menjadikan apotek ini dapat dengan mudah dikenali. Bangunan apotek yang menarik didukung dengan adanya lahan parkir yang cukup luas sehingga memudahkan pasien untuk memarkir kendaraannya. Di sekitar apotek ini terdapat pula fasilitas ATM yang lengkap yang dapat memudahkan pasien untuk mengambil uang untuk pembayaran obat yang mereka beli. Di bagian halaman depan apotek ini banyak terdapat penjual makanan dan minuman sehingga pasien dapat membeli makanan atau minuman untuk mengisi waktu selama menunggu obat. Melalui tata letak ruangan dan desain interiornya, apotek ini dirancang secara efektif dan strategis. Hal ini dimaksudkan untuk menarik pengunjung serta memberikan kenyamanan baik bagi pengunjung maupun karyawan. Ruangan dalam apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, ruang administrasi, ruang keuangan, ruang pimpinan, gudang, dapur, toilet, dan mushola. Saat masuk ke pintu utama apotek, akan terlihat penataan obat over the counter yang terlihat lengkap dan eye-catching. Hal ini memberikan kesan bahwa apotek menyediakan obat secara lengkap dan obat-obatan yang tersedia

45 37 menarik untuk dibeli. Ruang tunggu apotek cukup luas dan dilengkapi dengan kursi-kursi panjang, pendingin ruangan, dan ditambah dengan adanya televisi sehingga pasien dapat merasa nyaman selama menunggu obat yang membutuhkan waktu penyiapan atau peracikan yang cukup lama. Ruang pelayanan resep terbagi mejadi dua bagian yaitu bagian penerimaan resep dan penyerahan obat. Ruang penerimaan resep adalah ruang tempat pembeli menyerahkan resep ataupun menanyakan ketersediaan obat bebas dan termasuk kasir di mana pembeli membayar obat yang ingin dibeli. Terdapat empat mesin kasir dengan enam petugas kasir yang dioperasikan sesuai jam kerja masingmasing. Ruang penyerahan obat merupakan ruang tempat obat yang dibeli melalui penyerahan resep diberikan kepada pasien. Ruang ini juga menjadi ruang tempat kurir pengantar obat yang dipesan menyerahkan obat yang kemudian diterima oleh petugas apotek. Ruangan dalam apotek yang hanya dapat dimasuki oleh karyawan terdiri dari ruang peracikan, gudang, ruang administrasi, ruang keuangan, ruang pimpinan, dapur, toilet, dan mushola. Ruang dan fasilitas tersebut diatur sebaik mungkin dengan tujuan mendukung kenyamanan dan keselamatan karyawankaryawannya. Ruangan tesebut dilengkapi juga dengan pendingin yang diharapkan memberikan kenyamanan karyawan saat bekerja maupun menjaga penyimpanan obat agar tetap baik. Hal-hal kecil lain seperti alat tulis, etiket, pembungkus, dan peralatan lain yang mendukung penyiapan obat diletakan secara strategis dan mudah dijangkau agar mendukung kegiatan apotek menjadi efisien. Ruang peracikan terletak berdampingan dengan ruang pelayanan resep namun dibatasi oleh tembok dan tidak terbuka. Ruang peracikan terdiri dari ruang peracikan serbuk, semisolid dan cair, anmaak, serta ruang pemberian dan pengecekan etiket. Ruangan peracikan serbuk dan pemberian etiket diatur ditengah dan dikelilingi lemari penyimpanan obat sehingga memudahkan alur karyawan dalam pengerjaan resep. Ruangan peracikan semisolid dan cair serta anmaak dipisahkan agar proses pengerjaan sediaan yang berpotensi tercecer dan mengotori ruangan diminimalisir. Di masing-masing ruang peracikan, diletakkan jenis obat dan bahan tambahan yang sering digunakan sehingga memudahkan proses pengambilan.

46 38 Pengaturan obat dalam ruang peracikan disusun berdasarkan jenis obat (serbuk, tablet, semisolid, cair, sediaan mata steril, obat suntik, infus, dan anmaak) dan alfabetis. Obat-obat tersebut disimpan di rak dan lemari penyimpanan dengan kondisi penyimpanan yang sesuai. Sebagai contohnya, ovula dan suppositoria diletakan dalam lemari pendingin agar tetap stabil. Untuk obatobat golongan narkotika disimpan di lemari kayu yang menempel di dinding dengan dilengkapi kunci. Sedangkan untuk obat golongan psikotropika, disimpan secara terpisah dengan obat lainnya dekat dengan tempat yang mudah di awasi yakni di dekat meja pemberian etiket. Selain pembagian obat-obat di atas, terdapat pula obat yang dikategorikan obat mahal. Obat yang masuk kategori ini adalah obat yang harganya di atas sepuluh ribu dan rentan untuk hilang karena penjualannya yang tinggi. Obat-obat ini dipisahkan pada lemari tersendiri yang juga dekat dengan meja pemberian etiket. Begitu pula dengan obat generik yang ditempatkan dalam satu tempat agar memudahkan dalam pengambilannya. Kendala yang sering ditemui adalah letak obat yang tersusun tidak teratur dan persediaan obat yang telah habis ketika diperlukan. Hal ini dikarenakan mobilitas karyawan dalam pengambilan obat yang tinggi. Untuk mengatasi kendala ini, karyawan yang ditunjuk atau dengan kesadaran karyawan sendiri melakukan pengecekan secara berkala untuk mengatur kembali dan mengisi kotak obat yang telah kosong. Dengan adanya sistem tersebut, pengaruh kendala di atas dapat diminimalisir. Apotek Rini memiliki tiga gudang untuk mendukung kegiatan operasioanalnya. Gudang tersebut masing-masing adalah gudang yang terletak berdekatan dengan ruang peracikan dan gudang yang terletak terpisah dengan ruang peracikan. Terdapat dua gudang yang terletak berdekatan dengan ruang peracikan yakni gudang utama untuk obat-obatan dan gudang kecil untuk produk kesehatan lain seperti susu, sampo, minyak angin, dan lain-lain. Pengaturan gudang ini dimaksudkan untuk mempermudah pengambilan obat jika obat dalam ruang peracikan telah habis. Sementara gudang yang terletak terpisah dimaksudkan untuk membuat ruangan penyimpanan persediaan obat menjadi efisien sehingga tidak ada barang yang menumpuk dan menghalangi jalannya kegiatan operasional.

47 39 Ruangan untuk kegiatan administratif seperti ruang administrasi, ruang keuangan, dan ruang pimpinan terletak terpisah dengan ruang pelayanan dan peracikan namun terhubung satu sama lain melalui koridor dan pintu. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kegiatan tidak bercampur dan jika diperlukan adanya koordinasi dapat tetap dilakukan dengan efisien. Ruang lain seperti mushola, ruang dapur, dan toilet diatur sedemikian rupa sehingga mendukung kenyamanan karyawan. Kesemua ruangan di apotek, dibersihkan dan dipelihara bersama oleh karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tugas piket kebersihan yang diadakan secara bergiliran Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya Dalam usahanya, Apotek Rini menyediakan sediaan farmasi seperti obat, bahan obat, obat tradisonal, kosmetika, serta perbekalan kesehatan lain. Agar dapat menyediakan barang-barang tersebut dengan lengkap dan selalu tersedia, maka unsur pengadaan dan pengelolaan sangat diperhatikan. Hal ini yang kemudian menjadikan apotek Rini secara konsisten dapat melayani pembeli dan pelanggan dengan baik. Melalui jam buka apotek yakni selama 24 jam, perputaran barang menjadi terus menerus. Untuk mendukung kegiatan operasional yang tinggi tersebut, Apotek Rini menggunakan sistem terkomputerisasi dalam pencatatan stok barang dan proses pengadaan barangnya. Dalam satu hari, batas suatu status penjualan barang dalam suatu jam operasional adalah setiap jam Pada jam tersebut, asisten apoteker (AA) yang bertanggung jawab mencetak semua penjualan pada hari itu. Dari hasil cetak tersebut, dapat dilihat status obat yang masih tersedia di apotek. Dari status tersebut akan terlihat obat mana saja yang persediaannya harus segera ditambah. Pagi harinya, apoteker me-review daftar tersebut untuk kemudian menentukan obat apa saja yang harus dibeli. Selanjutnya, bagian pembelian menghubungi PBF dan melakukan pemesanan obat yang harus dibeli. Melalui daftar hasil cetak semua penjualan, dapat dilihat tren penjualan dan stok minimum selama seminggu sesuai dengan tingkat penjualan obat. Jumlah stok minimum ini diperoleh melalui perhitungan otomatis. Dari hasil tersebut, diputuskan apakah akan dilakukan pemesanan obat serta jumlah yang harus

48 40 dipesan. Untuk pemesanan barang fast moving biasanya dilakukan untuk stok selama satu bulan ke depan. Hal ini dilakukan dengan harapan pembelian obat menjadi lebih murah karena adanya diskon yang lebih besar. Sistem pembelian obat dilakukan dengan sistem same day delivery. Hal ini menjadi keuntungan dari apotek Rini karena telah menjalin hubungan bisnis yang lama dengan PBF-PBF tempat pemesanan obatnya. Penggunaan seluruh sistem di atas dilakukan untuk tujuan manajemen keuntungan dan efesiensi persediaan barang itu sendiri. Dapat dilihat bahwa keuntungan dapat diperoleh melalui pemesanan yang sekaligus banyak untuk barang-barang fast moving. Kemudian penyediaan barang yang sesuai stok minimum dilakukan agar semua stok obat tersedia secara efisien. Tingkat keefisienan diperlihatkan dengan selalu tersedianya obat yang dibutuhkan dan tidak adanya stok mati yang akan merugikan apotek. Seluruh pembelian dilakukan dengan menggunakan Surat Pemesanan (SP) yang ditandatangai APA dan dua rangkap. Pemesanan dilakukan ke beberapa PBF sesuai jenis obat yang ingin dipesan. Khusus untuk narkotika, pemesanan dilakukan ke Kimia Farma dengan SP sebanyak empat rangkap dengan warna putih-kuning-biru-merah. Tiga rangkap termasuk aslinya diserahkan ke pihak distributor sementara sisanya yang berwarna merah disimpan oleh apotek sebagai arsip. Pemesanan dilakukan per-item dalam setiap SP. Untuk psikotropika menggunakan SP psikotropika dua rangkap, aslinya diberikan pada distributor dan salinannya untuk apotek sebagai arsip. Pemesanan psikotropika boleh dilakukan untuk beberapa item dalam satu SP. Melalui pemesanan barang yang dilakukan dengan servis same day delivery, setiap hari barang yang dipesan setiap pagi langsung dikirim pada hari itu juga. Proses penerimaan barang dilakukan di ruang penyerahan barang. Barang yang datang diterima oleh AA yang bertugas. Faktur yang diterima sebanyak 2 rangkap. Kemudian barang tersebut harus dicek kesesuaiannya berdasarkan faktur. Pengecekkan meliputi kesesuaian jenis barang, jumlah barang, pemeriksaan fisik, dan tanggal kadaluwarsa. Selanjutnya apabila sudah diperiksa, faktur tersebut akan ditandatangani oleh AA yang menerima dan distempel cap apotek. Jika terdapat injeksi dalam pengantaran, maka injeksi tersebut langsung

49 41 dipisahkan ke dalam box yang ada. Hal ini untuk menghindari resiko pecahnya injeksi serta mempermudah petugas dalam mengecek barang. Setelah barang diterima, barang kemudian di letakan di dalam gudang. Pada proses ini, barang kembali dicek oleh petugas yang bersangkutan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan. Sama seperti pada ruang peracikan, pengelompokan penyimpanan sesuai dengan jenis, kondisi penyimpanan dan alfabetis. Penyimpanan dilakukan melalui sistem FIFO (First In First Out) dengan tetap memperhatikan tanggal kadaluarsa barang. Selanjutnya stok barang akan diinput ke dalam sistem komputer yang dipantau secara periodik oleh petugas yang bertanggung jawab. Sistem pembayaran dilakukan baik secara tunai maupun kredit. Sistem pembayaran ini ditentukan sesuai kesepakatan masing-masing PBF. Khusus untuk narkotika, pembayaran harus dilakukan secara tunai. Ketentuan pengembalian barang atau retur juga dilakukan berdasarkan kesepakatan. Pengembalian dapat berupa barang, uang ataupun pemotongan tagihan. Dalam penanganan narkotik dan psikotropik, dilakukan pelaporan setiap bulan pada tanggal 10. AA yang bertanggung jawab terhadap persediaan narkotik dan psikotropik akan merekapitulasi status persediaan untuk kemudian diserahkan ke APA. APA kemudian membuat laporan yang sekarang berupa laporan elektronik yang dikirimkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan DKI Jakarta Timur, Kepala Dinas DKI Jakarta, Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, serta satu rangkap sebagai arsip apotek Rini 4.2 Pelayanan Prinsip utama Apotek Rini adalah totalitas dalam melayani masyarakat. Oleh karena itu, apotek Rini melakukan pelayanan baik resep maupun bebas dengan jam operasional selama 24 jam. Selain itu untuk mempermudah pelanggannya, apotek ini juga melakukan jasa pengantaran bagi lokasi di sekitar Rawamangun. Untuk pelayanan resep dan obat bebas, alur dimulai melalui masuknya resep atau permintaan obat di ruang penerimaan resep. Selanjutnya petugas apotek

50 42 akan memeriksa stok barang dan harga. Kemudian pembeli diberitahu mengenai ketersediaan stok dan harga. Pembeli diberi pilihan untuk tetap menebus atau tidak jika harga belum sesuai. Selanjutnya setelah adanya kesepakatan, pasien membayar resep melalui kasir. Dari sini pasien akan mendapatkan nomor resep untuk pengambilan resep pada tahap akhir. Pada tahap ini juga dilakukan pencocokan nama pasien, permintaan nomor telepon, serta permintaan adanya kwitansi atau tidak. Atas permintaan pasien, pelayanan resep dapat dibuat segera atau cito sehingga harus didahulukan. Dalam beberapa kasus tertentu, dapat terjadi kesalahan dalam pelayanan resep. Misalnya saja ketika pembeli menebus resep obat tertentu, obat tersebut tidak selalu tersedia dalam gudang. Hal ini biasanya terjadi karena petugas belum memperbaharui stok obat tersebut sehingga stok obat dalam komputer dan gudang tidak sesuai. Respon yang dilakukan adalah menawarkan kepada pembeli untuk menunggu barang datang atau tidak. Hal-hal tersebut diharapkan akan memberikan pengertian pembeli yang menunjang kenyamanan pembeli itu sendiri. Selanjutnya resep atau permintaan tersebut dibawa keruang peracikan untuk dibuat. Untuk resep yang perlu diracik, diletakkan dalam bagian peracikan. Sementara untuk resep non-racikan, maka petugas akan segera mengambil obat yang diperlukan yang kemudian diletakkan langsung ke ruang pemberian etiket. Peracikan yang dilakukan di apotek Rini berupa peracikan sediaan padat (puyer dan kapsul), semisolid (salep dan krim), dan cair. Untuk peracikan dalam bentuk puyer, telah disediakan pembungkus khusus dengan perekat yang direkatkan dengan aliran panas. Hal ini dapat mempercepat proses pengerjaan dibandingkan proses pengerjaan puyer terdahulu. Untuk proses peracikan semisold dan cair, dilakukan secara terpisah sehingga meminimalisir pengotoran. Setelah racikan siap, racikan tersebut dibawa ke ruang pemberian etiket dan pengecekan. Dalam proses pemberian etiket, dilakukan penulisan nomor, tanggal, dan cara penggunaan pada etiket, penulisan kopi resep, serta kwitansi jika diminta. Petugas juga bertanggung jawab memeriksa kesesuaian obat yang diambil petugas dengan resep, jumlah, kondisi, serta tanggal kadaluarsa jika berupa sediaan steril

51 43 dan tetes mata. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian obat. Selanjutnya petugas terakhir yang memiliki tanggung jawab terbesar adalah petugas pemeriksa yang akan memeriksa ulang secara detail apa yang telah dilakukan petugas pemberi etiket. Tugas ini menjadi sangat penting karena obat selanjutnya akan diserahkan kepada pembeli. Kesemua proses di atas dilakukan oleh petugas yang diberi tanggung jawab sesuai posisinya. Masing-masing petugas tersebut juga harus menuliskan parafnya di kertas yang dilampirkan bersama resep. Hal ini dilakukan agar resep tersebut tertelusur sehingga jika terdapat keluhan akan dipertanggungjawabkan secara profesional. Sistem yang diberlakukan ini dibuat dan diharapkan agar kesalahan pelayanan dapat diminimalisir sehingga baik pembeli maupun apotek tidak mengalami kerugian. Resep-resep yang terkumpul dalam sehari, dikelompokkan oleh petugas yang bertanggung jawab. Resep tersebut juga dipisahkan dari resep yang mengandung narkotika (obat bius). Selanjutnya, resep-resep 2 tahun sebelumnya disimpan di gudang dan setelah 3 tahun dilakukan pemusnahan.. Tujuan penyimpanan adalah agar resep tersebut tertelusur dan ada ketika dibutuhkan sewaktu-waktu. Tujuan utama dari usaha Apotek Rini yakni tercapainya kepuasan pelanggan dalam pelayanan obat, menjadi prioritas penting yang harus terus dijaga. Melalui upaya-upaya yang dilakukan apotek Rini di atas, tujuan ini hampir sepenuhnya tercapai. Pelayanan dalam penyampaian informasi obat, monitoring, dan evaluasi menjadi salah satu pelayanan yang kurang maksimal dilakukan. Selain itu, belum terlihat adanya evaluasi mutu juga belum mendukung pedoman standar pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem tambahan agar unsur-unsur tersebut terlaksana. Pada akhirnya, diharapkan Apotek Rini dapat berkontribusi penuh dalam menjadi apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan yang dapat membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

52 44 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Melalui PKPA yang telah dijalani di Apotek Rini, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: a. Kegiatan-kegiatan perapotekan di Apotek Rini telah dilakukan dan dipahami. Kegiatan perapotekan tersebut telah mencakup sebagian besar kegiatan sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian. b. Tugas apoteker di apotek adalah melaksanakan fungsi pengabdian kepada masyarakat dan juga fungsi profesional manajemen apotek. Fungsi-fungsi tersebut telah dilaksanakan cukup baik oleh apoteker di Apotek Rini. c. Penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dalam apotek Rini sudah cukup sesuai. Penerapan ilmu tersebut meliputi pengelolaan apotek dan pelayanan kepada masyarakat. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan peran apotek adalah sebagai berikut: a. Dalam bidang pelayanan, perlu ditingkatkan pelayanan mengenai informasi obat, monitoring, dan evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar penyampaian pengobatan lebih efektif. b. Dalam pengelolaan sediaan farmasi, pengaturan obat-obatan diharapkan lebih teratur dan status stok persediaan lebih diperhatikan. Hal ini dimaksudkan agar pengerjaan resep menjadi lebih efisien. 44

53 45 DAFTAR REFERENSI Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. (2004). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (2002). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28/Menkes/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. (1978). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (1993). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. (1980). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. (2009). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Surat Edaran Direktorat Jenderal POM Nomor 336/E/SE/1997 Tentang Narkotika. (1997). Jakarta : Direktorat Jenderal POM. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. (1997). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. (2009). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. (2009). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 45

54 46 GAMBAR

55 46 Konsumen/Pasien Resep dihargai Bayar obat Kasir Menghargai resep dengan memeriksa ketersediaan obat melalui komputer Menginformasikan harga kepada konsumen Menerima uang dari konsumen Memberikan struk pembayaran sekaligus nomor resep AA Menyiapkan etiket obat Mengambil atau meracik obat Penyerahan hasil akhir racikan obat AA senior Memeriksa jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket Menyerahkan obat dengan mencocokkan nomor resep Pemberian informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat Pasien Gambar 3.1 Alur penjualan resep tunai telah diolah kembali

56 47 Konsumen/Pasien Bawa resep Asisten Apoteker - Menyiapkan etiket obat - Meracik atau mengambil obat - Penyerahan hasil akhir racikan obat AA senior - Memeriksa jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket - Menyerahkan obat dengan mencocokkan nomor resep - Pemberian informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat - Menyatukan resep dengan buku piutang sesuai nama debitur - Meminta tandatangan debitur untuk pemastian jenis dan jumlah permintaan obat Pasien Gambar 3.2 Alur penjualan resep kredit telah diolah kembali

57 48 Konsumen/Pasien Kasir - Memberikan informasi harga kepada konsumen/pasien - Menginput ke dalam komputer (transaksi penjualan harian) - Menerima uang dari konsumen/pasien - Menyerahkan barang dan struk pembayaran kepada pasien Gambar 3.3 Alur penjualan OTC telah diolah kembali

58 LAMPIRAN

59 49 Lampiran 1 Lokasi Apotek Rini

60 50 Lampiran 2 Denah ruangan Apotek Rini

61 51 Lampiran 3 Contoh salinan resep

62 52 Lampiran 4 Contoh etiket

63 53 Lampiran 5 Contoh kwitansi Kwitansi

64 54 Lampiran 6 Struktur organisasi Apotek Rini

65 55 Lampiran 7 Contoh surat pesanan

66 56 Lampiran 8 Contoh faktur barang

67 57 Lampiran 9 Contoh tanda terima tukar faktur

68 58 Lampiran 10 Contoh surat pesanan narkotika

69 59 Lampiran 11 Contoh pelaporan narkotika

70 60 Lampiran 12 Contoh laporan penggunaan narkotika

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm. UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek anak sehat memperoleh obat atau perbekalan farmasi berasal dari Pedagang Besar Farmasi(PBF) atau dari apotek lain. Pedagang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL Bab keempat ini akan berisi data-data yang dibutuhkan dalam pengerjaan sistem serta pembahasan mengenai pemetaan proses bisnis. Pemetaan proses bisnis merupakan penjabaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 WAWANCARA Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato URAIAN HASIL WAWANCARA Sistem perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, Menimbang : a. bahwa penyediaan obat merupakan langkah awal pengelolaan di Puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang menjelaskan mengenai apotek

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana untuk memperoleh generasi yang baik perlu adanya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm. 1206313425 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF SOP PEMESANAN OBAT a. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi b. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP) rangkap 2 lembar yang asli diberikan kepada sales sedang salinannya disimpan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan status kesehatan yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kepedulian dan pemahaman masyrakat Indonesia akan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS APOTEK KITA FARMA BINJAI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS APOTEK KITA FARMA BINJAI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS DI APOTEK KITA FARMA BINJAI Disusun Oleh: Juliyanti, S. Farm NIM 073202046 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci