MENENTUKAN GRUP SIKLIK HINGGA DENGAN PASCAL

dokumen-dokumen yang mirip
ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

Diktat Kuliah. Oleh:

Elvri Teresia br Sembiring adalah Guru Matematika SMA Negeri 1 Berastagi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

STRUKTUR ALJABAR: RING

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

SUATU BUKTI DARI WEDDERBURN S LITTLE THEOREM

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com

Sifat-Sifat Ideal Utama dan Ideal Maksimal dalam Near-Ring

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING

RANK DARI GRUP DIHEDRAL TIGA (D 3 ) YANG BERAKSI

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

MODUL FAKTOR DARI MODUL ENDOMORFISMA PADA HIMPUNAN BILANGAN BULAT ATAS GAUSSIAN INTEGER

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

Representasi Himpunan Barisan Kodon ke dalam Struktur Modul

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

Isomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil

FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji *

Modul Perkalian. Oleh Samsul Arifin Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281

R-SUBGRUP NORMAL FUZZY NEAR-RING

Penyelesaian Persamaan Linear Dalam Bentuk Kongruen

SUBGRUP C-NORMAL DAN SUBRING H R -MAX

ANTI SUBGRUP FUZZY. Kata Kunci: Lower level subset, Anti subgrup fuzzy, Lower Level Subgrup.

SUBGRUP FUZZY ATAS SUATU GRUP

GRAF PANGKAT PADA SEMIGRUP. Nur Hidayatul Ilmiah. Dr. Agung Lukito, M.S.

Pengantar Teori Bilangan

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

JUMLAH GRUP BAGIAN DALAM DARAB LANGSUNG GRUP SIKLIS BERHINGGA

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

Contoh-contoh soal induksi matematika

ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat dari Grup Faktor

Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

Jurusan Pendidikan Matematika

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

Matriks Simplektik dan Hubungannya Pada Sistem Linier Hamiltonian. Simplectic Matrix and It Relations to Linear Hamiltonian System

POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

INF-104 Matematika Diskrit

MODUL STRUKTUR ALJABAR 1. Disusun oleh : Isah Aisah, Dra., MSi NIP

K-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye

TEORI KETERBAGIAN.

KONGRUENSI PADA SUBHIMPUNAN BILANGAN BULAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA

GRUP HINGGA NILPOTENT. Patma dan Hery Susanto Universitas Negeri Malang

BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diktat Kuliah STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Oleh : FEBRUL DEFILA, S.Pd

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT

Algoritma Euclidean dan Struktur Data Pohon dalam Bahasa Pemrograman LISP

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF

Yurnalis 1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia.

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean

IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA

METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL PRIME IDEAL AND MAXIMAL IDEAL IN A POLYNOMIAL RING

IDEAL FUZZY NEAR-RING. Saman Abdurrahman, Na imah Hijriati, Thresye

PENDEKATAN IDENTIFIKASI LOGIK DALAM PERKULIAHAN STRUKTUR ALJABAR (The Logical Identification Approach on the Subject of Abstract Algebra)

Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

HIMPUNAN BILANGAN BULAT NON NEGATIF PADA SEMIRING LOKAL DAN SEMIRING FAKTOR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Semarang 50275

Tentukan semua bilangan bulat x sedemikian sehingga x 1 (mod 10). Jawab. x 1 (mod 10) jika dan hanya jika x 1 = 10 k untuk setiap k bilangan bulat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan disajikan beberapa teori dasar yang digunakan sebagai

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

DESKRIPSI MATA KULIAH : STRUKTUR ALJABAR I

Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

Induksi Matematika. Nur Hasanah, M.Cs

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.

Penggunaan Graf dalam Pemodelan Matematis Permainan Delapan Jari

Transkripsi:

MENENTUKAN GRUP SIKLIK HINGGA DENGAN PASCAL Elfi fauziah 1, Riswal Hanafi Siregar 2 1,2 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Pamulang email: dosen00475@unpam.ac.id ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk menentukan suatu grup siklik dengan membuat suatu program dengan bahasa pemograman pascal. Grup (G) disebut siklik, bila ada elemen a G sedemikian hingga G = {a n n Z}. Elemen a disebut pembangun dari grup siklik tersebut. Setiap grup siklik hingga dengan unsur yang dikandungnya. sebanyak in adalah isomorfik dengan grup bilangan bulat modulo in dengan operasi penjumlahan Z. Sehingga untuk menentukan suatu grup siklik hingga, hanya diperlukan komputasi numerik biasa. Dengan bahasa pemograman, seperti Pascal. Kata Kunci: Grup Siklik Hingga, Pemrograman, Pascal 1. PENDAHULUAN Grup Siklis merupakan suatu sistem matematika yang merupakan suatu himpunan tak hampa yang dipenuhi oleh suatu operasi dan memenuhi sifat asosiatif, memiliki unsure kesatuan dan memiliki balikan. Yaitu ; Asosiatif : Sifat ini memenuhi x(yz) = (xy)z, dimana untuk setiap unsure x,y,z mrupakan anggota dari G. Terdapat unsure kesatuan(e) : Untuk setiap unsure yang merupakan anggota dari G dioperasikan dengan e anggota dari G menghasilkan unsure itu sendiri, yang memenuhi ex = xe = x Terdapat unsure balikan : untuk setiap unsure x di G dan x -1 di G memenuhi xx -1 = x -1 x = e dimana unsure x -1 disebut balikan unsure x Definisi 3.1.1 Sifat Asosiatif Untuk setiap unsure x,y,z anggota G memenuhi x(yz) = (xy)z Unsure kesatuan Unsure kesatuan tersebut kita tandai dengan e, Di mana e anggota di G. Apabila anggota di G dioperasikan dengan e akan menghasilkan dirinya sendiri. ex = xe = x Balikan untuk setiap unsure x -1 di G terdapat unsure x di G yang memenuhi xx = xx = e. Path sisi lain dinyatakan bahwa setiap grup siklik hingga dengan unsur yang dikandungnya. sebanyak in adalah isomorfik dengan grup bilangan bulat modulo in dengan operasi penjumlahan Z. Sehingga untuk menentukan suatu grup sikilk hingga, hanya dipenlukan komputasi numenik biasa. B hasapemograman, seperti Pascal dapat dipergunaakan sebagal alternatifuntuk menentukan subgrup subgrup dani suatu grup siklik hingga. 2. METODOLOGI PENELITIAN Untuk membuat suatu program dalam masalah ini diperlukan beberapa teori pendukung pendukung yang menyangkut sifat-sifat dan grup sildik dan subgrupsubgrupnya. Sehingga tulisan mi disusun berdasarkan kerangka pemikiran dengan langkah langkah sebagai berikut: Langkah 2 : Pengenalan konsep-konsep dasar dalam teori grup. Langkah 3 : Pembahasan aspek-aspek numenik dan grup. Langkah 4 : Pembahasan sifat-sifat dan grup siklik. Langkah 5 : Pembuatan algoritma dan diagram alir Langkah 6 : Pembuatan program 3. PEMBAHASAN Grup (G,.) disebut siklik, bila ada elemen a G sedemikian hingga G ={a n n JURNAL INFORMATIKA UNIVERSITAS PAMULANG 138

Z}. Elemen a disebut pembangun dari grup siklik tersebut. Grup (G,+) disebut siklik, bila ada elemen a G sedemikian hingga G ={na n Z}. Sehingga secara umum dapat ditulis Misalkan (G,*) adalah suatu Grup dan a G, maka generator a yang membangun suatu subgrup [a] dinamakan Subgrup Siklik dari (G,*). A.Teorema Diketahui (G,*) merupakan grup dan a G. Himpunan H={a n l n Z} merupakan subgrup atas G sekaligus subgrup terkecil yang memuat a. 1. Akan ditunjukkan bahwa H merupakan subgrup atas G. Ambil sebarang ar,as H untuk suatu r,s Z. a r * a s = (a*a*a* *a) (a*a*a* *a) r kali s kali = (a*a*a* *a) r+s kali = a r+s dan r+s Z akibatnya a r *a s H. Jelas bahwa H bukan merupakan himpunan kosong, karena a 1 = a H. Diperhatikan juga bahwa a 0 = e H dan untuk setiap a r H berlaku a r H. Jadi, terbukti bahwa H merupakan subgrup atas G. 2.Akan ditunjukkan bahwa H merupakan subgrup terkecil yang memuat a. Andaikan ada subgrup K atas G yang memuat a. Karena a1 = a H, dan karena an H untuk setiap n Z a H K untuk setiap subgrup K atas G yang memuat a. Jadi, H merupakan subgrup terkecil yang memuat a. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus: a. Kasus 1 Misalkan G = {-1, 1} adalah suatu Grup terhadap operasi perkalian (G,.). Tentukan Grup Siklik dari Grup tersebut. Generator dari G = {-1, 1} adalah -1 dan 1 [-1] = {(-1) n n Z} = {(-1) 0, (-1) 1, (-1) 2, } = {-1, 1} [1] = {(1) n n Z} = {(1) 0, (1) 1, (1) 2, } = {1} generator -1 adalah membangun suatu Grup Siklik, sehingga : [-1] = {-1, 1} generator 1 adalah membangun Subgrup Siklik, sehingga : [1] = {1}. b. Kasus 2 Misalkan G = {0, 1, 2, 3} adalah suatu Grup terhadap penjumlahan (G,+). Tentukan Grup Siklik dari Grup tersebut. Generator dari G = {0, 1, 2, 3} adalah 0, 1, 2 dan 3 [0] = {n(0) n Z} = {0} [1] = {n(1) n Z} = {0.1, 1.1, 2.1, 3.1, } = {0, 1, 2, 3} [2] = {n(2) n Z} = {0.2, 1.2, 2.2, 3.2, } = {0, 2} [3] = {n(3) n Z} = {0.3, 1.3, 2.3, 3.3, } = {0, 3, 2, 1} generator 1 dan 3 adalah membangun suatu Grup Siklik, sehingga : [1] = [3] = {0, 1, 2, 3} generator 0 dan 2 adalah membangun Subgrup Siklik, sehingga : [0] = {0} [2] = {0, 2} B. Teorema Setiap grup siklik merupakan grup komutatif. Misalkan G adalah grup siklik dan a G merupakan pembangun G. Ambil sebarang elemen g 1,g 2 G. Karena G merupakan grup siklik, maka terdapat bilangan r,s Z sehingga g 1 =a r dan g 2 =a s. Diperhatikan bahwa: g 1 * g 2 = a r * a s = a *a * *a r+s kali = a r+s = a s+r = a s * a r = g 2 * g 1 C. Teorema Subgrup pada suatu grup siklik merupakan grup siklik. Misalkan G merupakan grup siklik yang dibangun oleh a dan H subgrup dari G. JURNAL INFORMATIKA UNIVERSITAS PAMULANG 139

Akan ditunjukkan bahwa H merupakan grup siklik. Jika H = {e}, jelas bahwa e = H sehingga H merupakan grup siklik. Jika H {e}, maka terdapat elemen x H dengan x e. Karena H merupakan subgrup dari G, maka x G dan berakibat x=a n H untuk suatu n Z +. Pilih bilangan m Z + sebagai bilangan yang terkecil sehingga a m H. Akan ditunjukkan bahwa a m =H. Diambil sebarang y H dan karena H merupakan subgrup darig, maka x G dan berakibat y =a k H untuk suatu k Z +. Diperhatikan bahwa m z dan dari algoritma pembagian pada Z diperoleh k = mq+r untuk suatu q,r Z dan 0 r < m. Dengan demikian diperoleh: a k = a mq+r =a mq a r dan a r = (a m ) - q a z Karena a m,a k H dan H merupakan grup, akibatnya (a m ) -q H dan (a m ) -q a k H. Dengan demikian diperoleh (ar)=(a m )- q a z H. Karena m merupakan bilangan yang terkecil sehinggaa m H dan karena 0 r <m, dengan kata lain r = 0 sehingga a r =a 0 = e dan diperoleh: a z =a mq+r = a mq. Jadi, karena untuk sebarang y H berlaku (y) = a m q, maka <am> =H dan dengan kata lain H merupakan grup siklik. 1. Dan uraian sebelunmya dapat dilihat bahwa beberapa unsur yang berbeda membangun subgnup yang sama. Subgrup-subgrup dan Z 6 adalah 0 >0, <1> = (5), (2> = (4), dan (3), Sehingga dan uraian di atas diperoleh fakta bahwa: 1. Bila r in, maka subgrup yang dapat dibangun berorde nir. 2. Bila r in, maka terdapat dua kasus yaitu: a) Bila ppb(r,n) =1, maka (r) (1). Pada uraian di atas diberikan oleh (1) = (5), b) Bila ppb(r,n)= d maka (r) (ci). Pada uraian di atas diberikan etch <2> <4> Sehingga banyaknya subgrup daii 4 sama dengan banyaknya pembagi positif atau factor dari 6 Secara umum untuk menentukan subgrup-subgrup dan suatu grup siklik dilakukan dengan cara sebagai berikut. Andaikan G adalah grup siklik hingga berorde n dengan unsur pembangun a G. Untuk setiap d G, subgrup <d> yang dapat dibangun oleh d diklasilikasikan berdasarkan pembagi persekutuan terbesar dan r dan n, yaitu: a) ppb (r,n) = r, b) ppb (r,n) = 1 c) ppb (r,n) = d, dengan d 1, Rangkaian teorema berikut : secara umum membahas ketiga kasus dalam menentukan subgroup-subgroup dari group siklik hingga tersebut. Kasus pertama, yaitu bila ppb(r,n) = r. Teorema 41. [Saracino, hal.50] Jika G adalah suatu grup sikilk hingga berorde n dan terdapat bilangan b positif m, maka G rnempulyat srthgrup berorde mjika dan hanya jika m membagi n. Andaikan a G sehingga G <a> dan orde(a) = n. Jika m membagi n dan H = <a m/m >, maka terorema 2.4.4 menjamin bahwa H adalah subgroup dari G. karena n/m membagi n, maka ppb (n/m,n) = n/m. berdasarkan terorema 2.5.5 akan diperoleh orde <a m/m >, = n/pbb(n/mn) = n/(n/m) = m. Andaikan <a m/m >, adalah subgroup dari G dengan orde <a m/m >, = m dan H = (a k ) dengan H = m. dengan Teorema 2.5.5 peroleh orde (a k ) = n/ppb (k,n) = m sehingga n= m. pbb(k,n), artinya m membagi n. Pada kenyataannya Z 6 mempunyai subgroup tunggal untuk setiap orde yang ditentukan. Secara umum suatu group siklik hingga berorde n mempunyai subgroup tunggal berorde m jika m membagi n. Pernyataan ini akan dibuktikan pada terorema berikut : Terorema 4.2. [Saracino, hal. 50]. Jika G adalah grup siklik hingga berorde n dengan pembangun a G, maka untuk setiap pembagi positif d dari n, G mempunyai subgroup tunggal berorde d. Bukti, Jika d n, maka terdapat bilangan bulat positif n sehingga n = du. Karena U n, maka ppb (u,n) = u. berdasarkan Terorema 2.5.5 diperoleh a u membangun subgrup berorde n/ppb (n,u) = n/n = d. Akan diperlihatkan bahwa G rnempunyai subgrup tunggal berorde d. Asumsikan bahwa H dan H adalah subgrup dari G, dengan H = H = d dan d n. Karena d n, maka terdapat bilangan bulat positif k dan k sehingga dk dan dk n. Teorema 2.6.4. JURNAL INFORMATIKA UNIVERSITAS PAMULANG 140

menjamin bahwa H dan H adalah grup siklik karena G adalah grup siklik. Misalkan H = (d k ) Berdasarkan Terorema 2.5.5. (d k )= nppb(k,n) dan I (at ) I n/ppb(k n). Karena k I a, maka ppb(k,n) k dan karena k I a, maka ppb(k,n) Ic. Sehingga diperoieh nk = nk atau Ic = Ic. Karena k = k, maka <a k > = <a k > atau H = H Kasus kedua, yaitu bila. ppb(r,n) I. Teorema 4.3. [Gallian, hal.69] Jilijj G adalah grup siklik hingga berorde n dengan unsur pembangun dari a G, maka a r G adalah unsur pembangun dari grup G jika dan hanya r dan n adalah bilangan yang prima relative atau ppb (r,n) = 1 Bukti Andaikan r dan a adalah bilangan yang prima relatif akan diperlihatkan bahwa G (a7) = {(a: ii E G, Ic E Z}. Cukup diperlihatkan 1,ahwa a E (d) sehiugga semua perpangkatan a berada di at. Jika r dan a adaiah bilangan yang prima relatif atau ppb(r,n) = 1, maka Teorema 2.1.6. menjamin untuk bilangan bulat positif r dan a terdapatbilanganbulatkdan a sehinggakr rnn 1, Diperoleh a a1 =(af n - aa = a = a(er= ae Karena a dapat dinyatakan sebagai peqangkatan dan at, maka a c cat) sehingga G = d. ppb(rn) = d dan d Sebaliknya, andaikan G = d akan diperlihatkan bahwa r dan n adalah bilangan yang prima relative. Akan dibuktikan dengan kontrapositifnya, yaitu bila r dan n adalah bilangan yang prima relative, maka d bukan unsur pembangun dari G. misalkan ppb (r,n) = d dan d 1 dengan demikian terdapat bilangan bulat positif s dan t sehingga r ds dan dn. Akibatnya (a dt ) s = (a ds ) t = karena orde (a) = n, Maka a rt = e. karena t <n, maka orde (d) <n berarti d bukanlah unsur pembangun dari G. Kasus ketiga, yaitu bila ppb (r,n) = d dengan d 1 Untuk kasus yang ketiga sebagai perluasan dari Teorema 4.3 akan dibuktikan akibat berikut, Akibat 4,4 andaikan G adalah suatu group siklik hingga berorde n dengan unsur pembangun a G. jika d G dengan ppb (r,n) = d, maka <d> = <a d > Bukti, Pernyataan diatas akan diperlihatkan dengan dua cara Cara pertama Asumsikan ppb (r,n) = d artinya d r dan d n. berdasarkan teorema 2.5.5 diperoleh <d> = n/d. karena d n, maka ppb (d,n) = d sehingga = n/d. teorema 2.4.4 dan teorema 2.6.4 menjamin bahwa <d> dan < a d > adalah subgroup dari G. karena orde dari <a> dan < a d > sama yaitu <d> = < a d > = n/d maka terorema 4.2 menjamin bahwa G mempunyai subgroup tunggal untuk setiap orde yang ditentukan. Sehingga <d> = <a d >. Cara kedua Jika ppb (r,n) = d, maka Terorema 2.1.8 menjamin bahwa ppb (r/d,n/d) = karena d n, maka ppb (d,n) = d sehingga berdasarkan Terorema 2.5.5 a d akan membangun subgroup berorde n/d. misalkan y = ad, sehingga diperoleh <y> ={y1y2 yn/d} karena ppb (r/d,n/d) =1, maka menurut Terorema 4.3 diperoleh bahwa <y> = <yr/d> sehingga <(ad)r/d> = (ad> = <ad> atau <d> = <ad>. Dari terorema 4.1., Terorema 4.2., Terorema 4.3., dan akibat 4.4 dapat dilihat bahwa subgroup subgroup yang dapat dibangun dari group siklik hingga berorde n sangat bergantung pada pembagi persekutuan terbesar dari r dan n dengan 0 <r<n. untuk semua 0 < r < n banyaknya ppb (r,n) sama dengan banyaknya pembagi positif dari n. dari uraian diatas dapat diperoleh suatu akibat yaitu : Akibat 4.5 Jika G adalah suatu group siklik hingga berorde n, maka banyaknya subgrup dari G sampai dengan banyaknya pembagi positif dari n. Dengan mengasumsikan grup siklik hingga tersebut adalah Zn, maka diperoleh akibat berikut: 1. unsur u Z n adalah unsur pembangun dari Z n, jika dan hanya jika U dan n adalah bilangan prima yang prima relative atau ppb (u,n) = 1 2. bila s Z n, dengan ppb (u,n) = s, maka <u> = <s> 3. banyaknya subgrup dari Z n sama dengan banyaknya pembagi positif dari n Sebelum menyusun suatu program untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang paling utama dilakukan adalah mempelajari dan memahami prosedur kerja dan langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut. JURNAL INFORMATIKA UNIVERSITAS PAMULANG 141

Prosedur kerja dan langkah-langkah penyelesaian tersebut dapat digambarkan dalam diagram air (flowchart) dan dituliskan dalam suatu algoritma yang memberikan langkah-langkah urutan pengerjaan suatu program dari awal sampai akhir. Algoritma menentukan subgrupsubgrup dari grup siklik hingga Algoritma ini digunakan untuk menentukan subgrup-subrup dari grup siklik hingga berorde n. sebagai masukan input adalah orde dari suatu group siklik hingga yaitu n, sebagai keluaran output adalah subgrup-subgrup yang dibangun oleh unsurunsur dari grup tersebut dan banyaknya subgrup. Algoritma selengkapnya adalah sebagai berikut : Algoritma untuk menentukan subgrup dari grup siklik hingga (procedure subgrup) Input : Orde dari grup, n Output : Daftar dari subgrup Langkah 1 : For i: 1 to n do langkah 2-3 Langkah 2 : Set k : n mod, i Langkah 3 : If K= 0, then Write ( <i> = ) Setj : = 0 While (j n i) do Write (j) j : = j + i Algoritma untuk menentukan Subgrup yang dibangun oleh unsur tertentu (Procedure Bangun) Input : Orde dari grup, n, Unsur pembangun subgrup, m Output : Daftar unsur dari subrup yang dibangun oleh m Langkah 1 : set i = ppb (m,n) Langkah 2 : Write ( <m> = ) Langkah 3 : set j : 0 Langkah 4 : while (j n-1) do Write (j) j : = j + i langkah 3 : if (b a), then langkah 4 : ppb : = b a : = a-b else b : = b-a 4. KESIMPULAN Untuk menentukan subgrup- subgrup dari grup siklik hingga n dapat dilakukan melalui grup bilangan bulat modulo n dengan operasi penjumlahan Z n. hal ini disebabkan bahwa setiap grup siklik hingga berorde n, isomorfik dengan Z n. Untuk grup dengan orde yng semakin tinggi dibutuhkan perhitungan yang lama, sehingga cara manual tidaklah efisien. Dengan menggunakan komputer perhitungan yang dilakukan akan lebih efisien. Karena sifat numeric dari Z n. maka dapat dibuat suatu program yang hanya memerlukan komputasi numerik biasa. Bahasa pemograman pascal dapat digunakan sebagai penyelesaian untuk menentukan subgrup-subgrup dari suatu grup siklik hingga DAFTAR PUSTAKA Durbin J.R, Modern Algebra and Introduction, John Wiley and Sons Incorporation, New York, 1985. Fraleigh, SB, A First Course in Abstract Algebra, Addison Wesley Publishing Company, Massachusetts,1993. Gallian, J.A, Contemporary Abstract Algebra, D.C.Heath and Company, Canada, l990 Rosen, K.H, Elementary Number Theory and Its Applications, Addison Wesley Publishing Company, Massachusetts, 1983. Santosa, P.1, Peniograman Pascal Tingkat Lanjut, Andi Offset, Yogyakarta, 1989. Saracino, Dan, Abstract Algebra A First Course, Addison Wesley Publishing Company, Massachusetts, 1980. Algoritma untuk menentukan Pembagi persekutuan terbesar (Function ppb (m,n) Input : dua bilangan bulat positif m,n Output : ppb (m,n) Langkah 1 : Set a = m b = n d = a*b langkah 2 : While (d 0), do langkah 3 JURNAL INFORMATIKA UNIVERSITAS PAMULANG 142