12 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta Utara (Gambar 3). Pelaksanaan kegiatan magang tepatnya dilakukan di Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA yang berlangsung sejak bulan Februari 2012 hingga Mei 2012, yang secara rutin dilakukan setiap hari kerja. Peta Jakarta Peta Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) Sumber: http://www.wikimapia.com/ (2012) Gambar 3. Peta Lokasi Kawasan Rekreasi TIJA 3.2 Metode Magang Pelaksanaan dari kegiatan magang meliputi tahap persiapan, partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan sintesis. Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, kemudian menganalisis hingga memperoleh hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan magang. 1. Persiapan Pada tahap ini dilakukan persiapan meliputi penyusunan proposal usulan magang dan pengurusan perizinan dengan instansi yang dituju. Selain itu, dilakukan pencarian informasi umum tentang kondisi saat ini lokasi magang untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat dengan melakukan kunjungan awal ke lokasi.
13 2. Partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan Partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan di lapang maupun di kantor. Pelaksanaan kegiatan pekerjaan pengelolaan meliputi pengikutsertaan dalam pekerjaan pengelolaan khususnya bidang yang menangani permasalahan lanskap TIJA secara konsep dan operasional di lapang, serta mendapat pengetahuan manajerial pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman. 3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai kawasan rekreasi TIJA. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung atau observasi lapang serta wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada pihak pengelola kawasan, tenaga kerja dan pengunjung kawasan rekreasi. Contoh dari dan wawancara adalah pengambilan data sosial berdasarkan penyebaran kuesioner (Lampiran 1). Pengambilan sampel responden kuesioner dalam kegiatan magang dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (sampel bertujuan). Purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Dalam penarikan sampel ini unsur random tidak berperan penuh karena anggota-anggota sampel dipilih sedemikian rupa sehingga sampel memiliki sifat-sifat yang dimiliki populasi (Nasir 1999). Purposive sampling dilakukan dengan pengambilan sampel dengan sengaja sesuai dengan tujuan awal yaitu tentang pengelolaan lanskap Taman Impian. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan 30 responden yang merupakan pengunjung dari kawasan rekreasi TIJA. Responden yang mengisi kuesioner ditetapkan sejumlah 30 orang pengunjung terdiri dari 15 orang perempuan (50%) dan 15 orang laki-laki (50%), dengan kelompok umur pengunjung 15-24 tahun sebanyak 57%. Identifikasi faktor interbal dan eksternal untuk formulasi strategi pengelolaan dilakukan pemberian kuesioner untuk pengisian bobot dan peringkat (rating) dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada Taman Impian. Kuesioner diberikan kepada tiga responden internal yang berasal dari Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA. Pengisian kuesioner dilakukan untuk mendapatkan bobot dan peringkat (rating)
14 dari setiap variable dengan metode Paired Comparison Matrix. Data sekunder dapat diperoleh dari studi dokumen yang berasal dari pihak pengelola serta sumber lainnya. Data yang dikumpulkan berupa data aspek fisik, aspek biofisik, aspek sosial ekonomi, dan aspek pengelolaan (Tabel 1). 4. Pengolahan data dan analisis Tahap ini merupakan tahap dimana dilakukan pengolahan data dari hasil pengumpulan data yang disusun dan diolah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi pengelolaan lanskap kawasan rekreasi TIJA. Pada tahap analisis dilakukan pendekatan analisis kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (formulasi strategi). Tabel 1. Jenis Data yang Dibutuhkan No Aspek Jenis data Cara pengambilan Sumber 1 Fisik Deskripsi Umum Studi dokumen Pihak pengelola Letak dan Luas Studi dokumen, Pihak pengelola, observasi lapang Aksesibilitas Survei Observasi lapang 2 Biofisik Iklim (Curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin) Studi dokumen Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Tanah dan topografi Studi dokumen Pihak pengelola Hidrologi Studi dokumen, Pihak pengelola, observasi lapang Vegetasi dan satwa Studi dokumen, Pihak pengelola, observasi lapang Visual (kualitas Survei Observasi lapang 3 Sosial ekonomi pemandangan) Sejarah kawasan Studi dokumen Pihak pengelola Jumlah pengunjung Studi dokumen Pihak pengelola Karakteristik dan Survei Observasi lapang persepsi pengunjung Masyarakat sekitar Survei Observasi lapang 4 Pengelolaan Struktur organisasi Studi dokumen Pihak pengelola Sistem pengelolaan Studi dokumen Pihak pengelola Jadwal pengelolaan Studi dokumen Pihak pengelola Alat dan bahan Studi dokumen, Pihak pengelola, observasi lapang Anggaran biaya Studi dokumen Pihak pengelola Tenaga kerja Studi dokumen, Pihak pengelola Observasi lapang Kapasitas kerja Survei Observasi lapang
15 a. Analisis deskriptif (kualitatif) Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi riil perusahaan. Analisis deskriptif bertujuan menganalisis potensi dan kendala yang terdapat pada aspek fisik, biofisik, sosial ekonomi, dan pengelolaan yang dilakukan dengan penjabaran hasil pengamatan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang, wawancara, serta studi dokumen. Melalui pengamatan ini dapat diketahui kondisi internal dan eksternal TIJA. b. Formulasi Strategi (Analisis kuantitatif) Proses perumusan strategi pada kerangka formulasi strategi yang terdiri dari tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage). Tahap Masukan (Input Stage) Analisis faktor internal bertujuan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Analisis faktor eksternal digunakan untuk menganalisis peluang dan ancaman yang terjadi akibat adanya fenomenafenomena pada lingkungan eksternal perusahaan (David 2009). Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Matriks EFE (External Factor Evaluation) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Pada matriks analisis EFE dikembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari. Tahap-tahap untuk menyusun matriks IFE dan matriks EFE adalah sebagai berikut: 1. menyusun daftar faktor-faktor utama yang merupakan faktor kunci keberhasilan (critical success factors) untuk faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan; 2. menentukan bobot dari faktor kunci keberhasilan. Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor internal dan eksternal kepada pihak pengelola dengan menggunakan metode Paired Comparison (perbandingan
16 berpasangan). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap variabel penentu internal dan eksternal dengan membandingkan setiap variabel pada baris (horizontal) dengan variabel pada kolom (vertikal) (Tabel 2). Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1 jika indikator horizontal kurang penting dibandingkan indikator vertikal, skala 2 jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indikator vertikal, skala 3 jika indikator horizontal sangat penting dibandingkan indikator vertikal (Purwono et al. 2009); Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Internal dan Eksternal Faktor Internal/Eksternal A B C D... Total Bobot A B C D... Total Sumber: Kinnear dan Taylor (1991) Bobot untuk setiap variabel (faktor strategis) diperoleh dengan menentukan total nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1991): ai = Xi n Xi i=1 Dimana : ai = bobot variabel ke-i n = jumlah variabel i = 1,2,3,...,n Xi = nilai variabel ke-i Bobot yang diperoleh berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. menurut Rangkuti (1997), penentukan peringkat (rating) untuk setiap faktor internal dan eksternal dengan nilai 1-4. Nilai peringkat faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman). Jika faktor positif tingkat kepentingannya sangat penting bernilai 4, penting bernilai 3, cukup penting bernilai 2, dan tidak penting
17 bernilai 1, sedangkan jika faktor negatif memiliki tingkat kepentingan sangat penting bernilai 1, penting bernilai 2, cukup penting bernilai 3, dan tidak penting bernilai 4; 4. mengalikan nilai bobot dengan nilai rating untuk mendapatkan skor pembobotan kemudian semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk mendapatkan skor total pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi perusahaan dimasukkan dalam Matriks IFE (Tabel 3) dan Matriks EFE (Tabel 4); Tabel 3. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Internal Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Kekuatan (Strengths) S1 S2 Sn Kelemahan (Weaknesses) W1 W2 Wn Total Sumber: David (2009) Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan ke dalam matriks IFE, total skor pembobotan berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor IFE antara 3,0-4,0 mengindikasikan kondisi internal perusahaan kuat, skor antara 2,0-2,99 mengindikasikan kondisi internal perusahaan rata-rata, dan skor antara 1,0 1,99 mengindikasikan kondisi internal perusahaan lemah. Tabel 4. Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Eksternal Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Peluang (Oppotunities) O1 O2 On Ancaman (Threats) T1 T2 Tn Total Sumber: David (2009)
18 Demikian pula dengan matriks EFE, banyaknya jumlah peluang dan ancaman yang dimasukkan ke dalam matriks EFE, total skor pembobotan berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor EFE dikelompokkan dalam kuat antara 3,0 4,0 berarti perusahaan merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, skor rata-rata antara 2,0 2,99 berarti perusahaan merespon sedang terhadap peluang dan ancaman yang ada dan skor termasuk lemah antara 1,0 1,99 berarti perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap pencocokan merupakan tahapan untuk mengetahui posisi perusahaan agar dapat dihasilkan alternatif strategi yang layak, tetapi bukan strategi prioritas dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap masukan (input stage). Pada tahap pencocokan ini digunakan alat analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. 1. Analisis Matriks IE (Internal-External) Menurut David (2009) matriks IE didasari pada dua dimensi kunci yaitu total skor IFE pada Sumbu X dan total skor EFE pada Sumbu Y. Pada Sumbu X Matriks IE total skor antara 1,0 1,99 dianggap rendah atau lemah, nilai antara 2,0 2,99 dianggap rata-rata atau menengah dan nilai antara 3,0 4,0 dianggap tinggi atau kuat (Gambar 4). Total Skor IFE 4,0 Kuat 3,0 Rata-Rata 2,0 Lemah 1,0 Total Skor Tinggi I II III EFE 3,0 Menengah IV V VI 2,0 Rendah VII VIII IX 1,0 Sumber: David (2009) Gambar 4. Matriks IE (Internal-External)
19 Matriks IE mempunyai sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda yaitu: a. Growth and build (Tumbuh dan Kembangkan) untuk Kuadran Sel I, II, dan IV yang merupakan upaya intensif perusahaan itu sendiri atau upaya diversifikasi; b. Hold and maintain (Pertahankan dan Pelihara) untuk Kuadran Sel III, V, dan VII yaitu strategi yang diterapkan seperti penetrasi pasar dan pengembangan produk; c. Harvest or divest (Panen atau Divestasi) untuk Kuadran Sel VI, VIII, dan IX yaitu strategi usaha memperkecil usaha yang telah dijalankan. 2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Rangkuti (1997) mengungkapkan matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis dalam perusahaan. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Tabel 5). Tabel 5. Matriks SWOT Eksternal Internal Peluang (Opportunities O) Ancaman (Threats T) Sumber: Rangkuti (1997) Kekuatan (Strengths S) Strategi SO Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya Strategi ST Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Kelemahan (Weaknesses W) Strategi WO Minimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Tahap Keputusan (Decision Stage) Tahap terakhir dari formulasi strategi yaitu tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan keputusan dengan melakukan pembuatan tabel rangking alternatif strategi. Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Langkah-langkah pembuatan tabel rangking alternatif strategi ialah sebagai berikut:
20 1. menyusun daftar strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT; 2. melakukan penjumlahan skor pembobotan dari masing-masing strategi yang saling terkait. Skor yang digunakan yang ada pada matriks IFE dan EFE; 3. melakukan perangkingan yang ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan ancaman dan kelemahan. Berikut ini adalah tabel rangking alternatif strategi yang diuraikan pada Tabel 6. Tabel 6. Tabel Rangking Alternatif Strategi No Alternatif Strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT 1 SO1 2 SO2 3 SOn 4 WO1 5 WO2 6 WOn 7 ST1 8 ST2 9 STn 10 WT1 11 WT2 12 WTn Sumber: Rangkuti (1997) Skor Rangking 5. Sintesis Pada tahap sintesis dilakukan penyusunan alternatif dari pemecahan masalah yang bertujuan memberikan rekomendasi yang baik mengenai strategi pengelolaan lanskap Taman Impian. 3.3 Batasan Studi Ruang lingkup kegiatan magang difokuskan pada pelaksanaan pengelolaan lanskap dan administrasi pada kawasan rekreasi Taman Impian. Setiap kegiatan magang yang dilaksanakan berada dibawah pengawasan Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA.