pelajaran Bahasa Indonesia pada materi teks panjang. Hal ini menyebabkan empat kemampuan dasar dalam Bahasa Indonesia belum terpenuhi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 14 61% Tuntas 9 39% Tidak Tuntas Jumlah % Nilai Rata-rata 64 Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 52

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

Runtut Prih Utami, M.Pd 1, Fajar Nur Aktorika Dwi Saputri 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 lab

BAB IV HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS. yang berjudul Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nunuk Jarwati SD Negeri Sirapan 01 Madiun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan Tindakan Kondisi Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB III METODE PENELITIAN. dari praktisi bidang pendidikan untuk mengorganisasi penyelidikan suatu proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pra Siklus Hasil observasi di SD N Baledu kelas IV tahun ajaran 2015/2016 di SD N Baledu, metode yang digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab, walaupun guru sudah melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab namun siswa kelas IV cenderung pasif sehingga kelas didominasi oleh guru. Kebanyakan dari siswa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan cenderung tidak memperhatikan guru mengajar, apalagi ketika pelajaran Bahasa Indonesia pada materi teks panjang. Hal ini menyebabkan empat kemampuan dasar dalam Bahasa Indonesia belum terpenuhi. Kemampuan pertama yaitu mendengar siswa kurang, disaat guru sedang mengajar dengan menjelaskan materi siswa terkadang berbicara dengan teman sebelahnya. Guru sering menegur pembicaraan mereka, itu menyebabkan waktu pembelajaran terbuang sia sia. Selain itu, kemampuan membaca dan menjawab pertanyaan dari bacaan cenderung pasif dan membutuhkan waktu yang lama. Kemampuan yang ketiga adalah kemampuan berbicara di depan umum rendah, para siswa merasa takut dan malu ketika harus berbicara di depan kelas. Kemampuan yang terakhir yang juga rendah adalah kemampuan siswa menulis membutuhkan waktu yang lama dikarenakan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian pembelajaran Contextual Learning dengan teknik word square pada tahun pelajaran 2016/2017 dengan menggunakan dua siklus dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan hasil analisis data dari siklus I sampai siklus II dapat 48

49 dikemukakan bahwa telah terjadi perubahan pada siswa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran menggunakan CTL dengan teknik word square pada materi Teks Panjang telah terjadi proses belajar mengajar yang menghasilkan suatu interaksi antar siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan perbaikan pembelajaran ini yaitu siswa menjadi paham pada materi teks panjang dan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. 4.2 Deskripsi Siklus I Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 November 2016 dengan kompetensi dasar menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150 200 kata) dengan cara membaca sekilas. Tujuan pembelajaran pada siklus I adalah siswa diharapkan bisa memahami isi dalam teks bacaan yang diberikan guru, melalui tugas yang diberikan oleh guru siswa diharapkan bisa menjawab pertanyaan sesuai dengan isi teks dengan teknik word square, dan melalui tugas siswa dapat menemukan pikiran pokok bacaan masing masing paragraf. Materi pokok pada siklus I berupa teks panjang tentang Roro Jonggrang. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dimulai dengan kegiatan awal yaitu guru memberikan apersepsi dengan menanyakan pada siswa tentang objek wisata candi prambanan dan menunjukkan gambar Candi Prambanan pada siswa, langkah ini termasuk dalam komponen Konstruktivisme (membangun) pada CTL. Langkah berikutnya yaitu guru menjelaskan tentang cara menentukan komponen komponen bacaan yang meliputi tema, tokoh dan alur cerita. Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, pembagian kelompok dilakukan secara acak.setiap kelompok terdiri dari 3 siswa. Guru membagikan Lembar diskusi siswa yang berisikan cerita tentang Roro Jonggrang dan lembar jawab

50 Word Square. Langkah selanjutnya guru meminta siswa untuk membaca dan memahami isi teks bacaan dengan teknik membaca sekilas. Ketiga langkah tersebut merupakan komponen Inquiry (menemukan) pada CTL. Langkah selanjutnya yaitu siswa membaca cerita Roro Jonggrang secara berkelompok, dan siswa mengerjakan lembar diskusi yang berisikan word square secara berkelompok. Kedua langkah tersebut termasuk komponen Learning Community (Komunitas Belajar) pada CTL. Saat siswa sedang mengerjakan lembar diskusi, para siswa merasa bingung sehingga guru harus menjelaskan kembali tentang apa yang harus dilakukan siswa. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan word square, langkah ini termasuk komponen Questioning (bertanya). Selanjutnya guru meminta beberapa kelompok maju ke depan untuk menyampaikan hasil pekerjaannya dan guru melakukan permainan word square dengan cara membacakan pertanyaan satu per satu dan siswa yang mengetahui jawaban langsung menjawab. Kedua langkah tersebut termasuk komponen Modeling (Pemodelan). Berdasarkan pengamatan observer pada langkah ini siswa masih malu dan takut untuk berpendapat maupun bertanya sehingga kemampuan berpendapat masih rendah yaitu 60%. Kemampuan bertanya kelompok juga masih rendah yaitu 58% (lampiran 10). Langkah selanjutnya guru memberikan umpan balik dengan membahas hasil diskusi word square, yang termasuk komponen Reflection (Refleksi). Kegiatan di akhir pembelajaran yaitu guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang merupakan komponen Authentic Assesment (Penilaian yang Sebenarnya), di kegiatan ini siswa ditemukan masih kurang aktif dalam menyimpulkan materi pembelajaran dengan hasil 57% (lampiran 10). Kebanyakan

51 siswa saat guru menjelaskan materi secara mendasar mengenai unsur unsur dalam cerita masih tidak memperhatikan, mereka masih saling berbicara dengan teman sebelahnya. Jadi saat guru menyuruh siswa mengemukakan pedapat hanya sedikit siswa yang berani mengungkapkannya. Saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus I, aktivitas siswa sudah meningkat dibanding pembelajaran sebelumnya meskipun belum sesuai target yaitu 75% siswa mencapai kriteria aktif dan/atau sangat aktif. Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat siswa yang memiliki kriteria aktif dan sangat aktif masih 54,17 %. Data aktivitas siswa disajikan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa padasiklus I No Kategori Skor Kriteria siswa 1. 86% X 100% Sangat aktif 3 2. 71% X 85% Aktif 10 3 61% X 70% Cukup aktif 9 4. 51% X 60% Kurang aktif 2 5. X< 50% Tidak aktif - Ketuntasan klasikal keaktifan 54,17 % Tabel 6. Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa pada Siklus I Aktivitas siswa sudah lebih dari separuh jumlah siswa masuk dalam kriteria aktif (sangat aktif dan aktif) tetapi belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 75 % dimana siswa berkriteria aktif dan/atau sangat aktif. Ditemukan siswa yang tidak aktif sebesar 45,83 %, yaitu siswa dengan kriteria cukup aktif 9 siswa dan kurang aktif 2 siswa. Hal ini disebabkan oleh

52 beberapa hal seperti kemampuan setiap individu yang berbeda beda. Hal ini diperkuat dengan dengan pernyataan Sardiman (2011) bahwa belajar merupakan sebuah proses mengubah tingkah laku subyek belajar mengajar yang dipengaruhi oleh faktor psikologis antara lain motivasi, perhatian, konsentrasi, reaksi untuk melakukan sesuatu, organisasi bahan bahan pelajaran, pemahaman serta ingatan siswa. Siswa yang kurang aktif harus mendapatkan perhatian khusus dari guru mata pelajaran. Jumlah 2 siswa yang kurang aktif merupakan siswa yang pasif pada semua pelajaran, dan guru memegang peranan penting agar siswa pasif dapat menjadi aktif seperti teman teman yang lain. Usaha guru bisa dimulai dengan sering mengajukan pertanyaan kepada siswa yang pasif, dengan begitu siswa jadi sering menjawab pertanyaan dari guru dan tentunya siswa dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran.usaha guru ini dilakukan guru di siklus II. 4.3 Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, kiranya perlu diadakan perbaikan pada siklus II untuk memperbaiki kekurangan kekurangan yang ada, yaitu 45,83 % siswa masih tidak aktif dalam pembelajaran. Di dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat hal yang perlu diperbaiki antara lain siswa masih enggan menyatakan pendapat dengan presentase 58 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih terbiasa dengan model pembelajaran sebelumnya. Selain itu aktivitas siswa saat bertanya kelompok juga masih kurang yaitu 57%, hal ini dikarenakan pembagian kelompok dilakukan secara acak sehingga siswa belum terbiasa bekerja sama dengan siswa lain. Aktivitas yang ketiga yang masih belum tuntas yaitu menyimpulkan materi pembelajaran yang telah berlangsung, hal ini disebabkan karena siswa masih malu

53 untuk menyimpulkan materi. Melihat pada siklus I masih ada tiga aktivitas yang belum tuntas, maka pada siklus II yang dilakukan peneliti adalah guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat menyatakan pendapat dengan lebih leluasa, siswa diberi kesempatan untuk membuat soal dari cerita yang sudah disiapkan dan para siswa menentukan jawaban dari soal yang mereka buat sendiri dengan dituangkan dalam bentuk teka teki silang. Guru lebih memberi kesempatan pada siswa untuk dapat menyimpulkan materi dan tidak lupa dengan memberi bimbingan pada siswa. Diharapkan pada siklus II kekurangan kekurangan tersebut bisa dilengkapi yaitu siswa dapat mencapai 75% kriteria aktif dalam pembelajaran. 4.4 Deskripsi Siklus II Perencanaan siklus II didasarkan atas refleksi di siklus I. Siklus II masih menitikberatkan pada penerapan CTLdengan teknik word square. Pada siklus I, siswa masih enggan mengajukan pendapat maka di siklus II ini guru lebih mendorong siswa dengan memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa. Di siklus I, siswa mengisi lembar word square yang telah disediakan oleh guru. Di siklus II siswa dilatih membuat pertanyaan sendiri dengan jawaban yang mereka susun sendiri di kolom kolom word square. Pembelajaran siklus II ditekankan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran. Guru hanya menyiapkan bacaan dan siswa yang membuat word square secara berkelompok. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 November 2016. Pembelajaran siklus II mempunyai kompetensi dasar yaitu menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ ensiklopedia melalui membaca memindai.

54 Langkah langkah pada siklus II dimulai dari guru memberikan apersepsi dengan bertanya apakah macam macam olahraga yang kalian sukai, dan guru menanyakan tentang contoh olahraga yaitu sepak bola. Tahap ini merupakan komponen Konstruktivisme( membangun). Langkah selanjutnya adalah guru memberikan cerita sepak bola dan lembar kosong. Tahap ini lah yang membedakan dengan siklus I, pada siklus I siswa tinggal mengerjakan lembar diskusi yang berisikan word square. Siklus II setelah siswa disuruh membaca cerita tentang sepak bola secara berkelompok. Para siswa disuruh membuat pertanyaan dan jawaban mengenai bacaan cerita sepak bola. Jawaban dari soal yang para siswa buat harus disusun berbentuk kotak kotak atau berbentuk word square seperti yang dibuat peneliti pada siklus I. Tahap ini termasuk dalam komponen Learning Community (komunitas belajar). Saat para siswa membuat lembar word square, guru membimbing siswa dan mengajari siswa yang belum paham, sedangkan observer mengamati dan menilai aktivitas siswa dan kinerja guru. Siswa selesai membuat word square, setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya secara bergantian di depan kelas dan dinilai oleh observer. Tahap tersebut termasuk komponen Modeling (Pemodelan). Guru beserta siswa mencocokkan hasil diskusi bersama sama, yang merupakan komponen Reflection (refleksi). Sebagai penghargaan siswa yang sudah maju ke depan diberikan reward berupa gambar emoticon. Kegiatan di siklus II ditutup dengan guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran, yang merupakan komponen Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya).

55 Siklus II semua siswa sudah berperan aktif dalam pembelajaran.82% siswa sudah berani berpendapat dan mengajukan pertanyaan untuk hal hal yang kurang jelas. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan menggunakan teknik word square. Aktivitas siswa pada siklus II sudah mencapai ketuntasan klasikal indikator kinerja yang ditetapkan yaitu sebesar 92 % (Tabel 7). Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan siswa dalam diskusi, kerjasama antara teman kelompok sudah terjalin untuk menyelesaikan permasalahan dan siswa sudah aktif dalam bertanya dan aktif dalam mencari informasi. Selain itu, siswa lebih antusias ketika bermain word square. Siswa secara bergantian mengacungkan jari ketika akan mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Hal ini dapat dilihat di lampiran 11. Berikut ini data aktivitas siswa siklus II. Tabel 7 Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa Siklus II No KategoriSkor Kriteria siswa 1. 86% X 100% Sangat aktif 8 2. 71% X 85% Aktif 14 3 61% X 70% Cukup aktif 2 4. 51% X 60% Kurang aktif - 5. X< 50% Tidak aktif - Ketuntasan klasikal keaktifan 92 % Tabel 7. Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa Siklus II Terdapat 8% siswa yang tidak aktif pada siklus II yaitu 2 siswa dengan kriteria cukup aktif, hasil ini telah menurun dibandingkan pada siklus I sebesar 45,83 %. Beberapa siswa memang sulit diajak aktif di dalam kelas. Hal ini

56 disebabkan siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. Kekurangtertarikan terhadap sesuatu akan membuat siswa enggan melakukan sesuatu (Suparlan, 2009). Umumnya, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan semangat belajar dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Kemampuan siswa dalam diskusi lebih baik daripada siklus I. Hal ini karena, di siklus II kerjasama antar anggota kelompok sudah terlihat. Menurut Setiawan (2008) diskusi akan melatih siswa untuk belajar sekaligus mengajari teman lain melalui komunikasi yang efektif tentang apa yang diketahui maupun apa yang tidak diketahuinya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa melalui kemampuan bertanya dan menjawab siswa terhadap permasalahan yang ada diberikan. Permasalahan yang diberikan sudah sesuai dengan kemampuan siswa (Sanjaya, 2006) dan kontekstual yaitu menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa (Saptono, 2003). Untuk lebih memperjelas hasil peningkatan aktivitas siswa yang terjadi selama siklus I dan II maka disajikan histogram sebagai berikut.

57 Gambar 3. Histogram Pencapaian Keaktifan Siswa Setiap Siklus Gambar 3 Histogram Pencapaian Keaktifan Siswa Setiap Siklus 4.5 Refleksi Siklus II Pada siklus II masih ada 2 siswa yang tidak aktif dengan presentase 8%. Hasil ini telah menurun dibandingkan pada siklus I yang besarnya 45,83 %. Siklus II sudah terlihat kemampuan berpendapat naik menjadi 82% dan kemampuan bertanya kelompok naik menjadi 85 % (lampiran 11). Kemampuan siswa menyimpulkan kesimpulan juga mengalami kenaikan didapatkan hasil sebesar 85%. Sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian mengenai aktivitas siswa pada siklus II mengalami kenaikan dibandingkan pada siklus I. Aktivitas siswa di siklus II telah mencapai kriteria aktif, karena hasil penelitian menunjukkan 92%. Hasil ini lebih besar dari kriteria ketuntasan yaitu 75%. Selama pembelajaran di siklus II siswa tampak lebih bersemangat dan lebih aktif.

58 Kinerja guru pun mencapai 100%, jadi guru juga bersemangat untuk melaksanakan pembelajaran dengan model CTL teknik word square. Guru melaksanakan model pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan selalu membimbing siswa di saat berdiskusi maupun di saat siswa presentasi di depan kelas. Siswa pun merasa sangat senang dan bersemangat saat mengikuti pembelajaran menggunakan model CTL dengan teknik word square. Hal ini ditunjukkan dengan hasil aktivitas siswa yang meningkat dan motivasi siswa saat belajar juga mengalami kenaikan. Meskipun hasil pada siklus II mencapai ketuntasan klasikal indikator kinerja yang ditetapkan yaitu sebesar 92 %, guru tidak boleh puas begitu saja. Guru perlu mengupayakan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa menjadi lebih aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aktivitas siswa meningkat otomatis akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru dapat menerapkan model CTL dengan teknik word square pada materi lain. 4.6 Motivasi Belajar Siswa Motivasi siswa terhadap pembelajaran CTL dengan teknik word square diukur dengan angket motivasi. Angket ini dibagikan kepada siswa di akhir pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mendapatkan hasil, motivasi belajar siswa mencapai kriteria baik sebesar 37,5 % dan kriteria sangat baik sebesar 62,5 %. Tingginya presentase tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu menghubungkan pengetahuan awal dengan materi pelajaran dengan menggunakan teknik word square. Presentase tertinggi dengan 97% dalam menyelesaikan pembelajaran dengan berhasil sangat penting bagi saya. Setiap siswa ingin mendapatkan nilai

59 yang bagus pada setiap akhir pembelajaran dan pastinya setiap siswa ingin menyelesaikan pembelajaran dengan baik dan benar, itu yang menyebabkan presentase tertinggi ada di penyelesaian pembelajaran. Presentase terendah adalah pertama kali saya melihat pembelajaran ini, saya merasa bahwa pembelajaran ini mudah bagi saya yaitu sebesar 71%. Pada awalnya siswa merasa mudah dalam pemeblejaran, tapi siswa mendapatkan kendala saat harus membuat pertanyaan dan jawaban sendiri yang harus dituangkan dalam kotak kotak word square. Hal ini disebabkan siswa tidak terbiasa dengan model pembelajaran ini, tetapi kendala tersebut dapat diatasi dengan tindakan guru yang membimbing siswa saat melakukan diskusi hingga akhirnya siswa dapat menyelesaikan lembar diskusi mereka. Pencapaian motivasi belajar setiap siswa berbeda beda hasilnya dikarenakan siswa mempunyai kemampuan yang berbeda beda dalam mengkonsentrasikan pikirannya pada saat pembelajaran. Seperti pada aspek perhatian yang pernah diungkapkan oleh Suprijono (2009) bahwa antensi (perhatian) bersifat seleksi karena sumber otak terbatas. Berarti siswa yang mampu mengkonsentrasikan dan memfokuskan pikirannya dapat memberikan atensi (perhatian) saat pembelajaran. Data motivasi dapat dilihat pada Tabel 8.

60 Tabel 8 Rekapitulasi Data Motivasi Siswa Selama KBM No KategoriSkor Kriteria siswa 1. 81% < % skor 100% Sangat baik 62,5 % 2. 61% < % skor 80% Baik 37,5 % 3 41% < % skor 60% Cukup baik - 4. 21% < % skor 40% Kurang baik - 5. 0% < % skor 20% Tidak baik - Ketuntasan klasikal motivasi 100 % Tabel 8. Rekapitulasi Data Motivasi Siswa Selama KBM Data pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa motivasi belajar dari seluruh siswa telah memenuhi batas ketuntasan tingkat motivasi siswa, yaitu minimal kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa tertarik, percaya diri. Dengan menggunakan model CTL dengan teknik word square siswa dapat termotivasi belajarnya. Pernyataan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Rasyid (2008) siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, apa yang mereka pelajari menyebabkan mereka puas dan menambah percaya diri. Pencapaian motivasi yang termasuk dalam kategori baik ini disebabkan karena di dalam pembelajaran terdapat upaya untuk memotivasi siswa belajar, salah satunya yaitu dengan menumbuhkan minat dalam diri siswa. Pembelajaran akan berjalan lancar apabila disertai minat yang ada dalam diri siswa. Menurut Sardiman (2011) minat merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Pada penelitian ini, minat siswa ditumbuhan dengan penggunaan

61 word square sebagai teknik pembelajaran, dimana siswa belajar dan bermain kata kata dalam word square seperti mengisi teka teki silang. Slavin (1997) dalam Angkowo dan Kosasih (2007) menyatakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong ataupun penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Pendapat ini menunjukkan bahwa ada upaya yang dapat menyebabkan seseorang mengalami perubahan tingkah laku. Untuk itu motivasi sangatlah penting menunjang siswa untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Semakin besar motivasi yang ada dalam diri siswa, maka semakin besar pula hasil belajar yang dicapai. Demikian pula, semakin tepat motivasi yang diberikan guru, semakin baik pula hasil dari proses pembelajaran. Termotivasinya siswa dalam pembelajaran tidak lepas dari upaya guru yang berperan sebagai motivator. Pada pembelajaran ini guru menerapkan beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Adapun beberapa cara tersebut antara lain : 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran di setiap awal pertemuan. Rumusan tujuan diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka dapat menimbulkan gairah belajar. Penyampain tujuan di awal pembelajaran termasuk dalam komponen CTL yaitu aspek Konstruktivisme. 2. Guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan, pujian dan pemberian emoticon bagi siswa yang bertanya, menjawab pertanyaan, mengungkapkan pendapat, dan melakukan presentasi di depan kelas. Pemberian penghargaan

62 ini menciptakan suasana yang tidak tegang/ menyenangkan di kelas dan meningkatkan percaya diri siswa. Pemberian penghargaan merupakan salah satu kelebihan model CTL agar siswa dapat bekerja secara maksimal dalam kelompok masing masing. 3. Guru menanamkan rasa tanggung jawab bagi siswa. Ketua kelompok yang berperan sebagai guru, anggota kelompok yang akan bekerja secara maksimal dalam pembelajaran untuk menghargai upaya yang telah dilakukan ketua kelompok. Adanya hal ini, menjadikan siswa termotivasi untuk belajar lebih baik karena masing masing siswa bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Penanaman tanggung jawab termasuk dalam komponen CTL pada aspek Learning Community 4. Guru menciptakan adanya persaingan atau kompetisi dalam pembelajaran. Siswa terbagi menjadi beberapa kelompok, menciptakan adanya persaingan yang memicu siswa untuk berusaha/bekerja lebih baik dibandingkan kelompok lain dalam hal kualitas belajar, diskusi, maupun presentasi. Penciptaan kompetisi dalam pembelajaran merupakan salah satu kelebihan model CTL. 5. Guru memberikan kesempatan siswa untuk berpikir kritis dalam pembelajaran yaitu dengan siswa diberi bacaan dan siswa diberi kesempatan untuk menyusun pertanyaan dan jawaban dari bacaan yang diberikan oleh guru. Hal ini merupakan proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, agar siswa dapat berpikir lebih kritis. Dalam penelitian ini siswa diberi kesempatan berpikir kritis yang merupakan aspek Inquiry pada CTL.

63 Keempat cara yang telah dipaparkan diatas dapat ditemukan di langkah langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan teknik word square. Pembelajaran dengan model CTL dan teknik word square menjadikan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa menjadi antusias untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran menggunakan Model CTL dengan teknik word square efektif dalam pencapaian motivasi belajar siswa SD N Baledu karena dari pengukuran motivasi belajar siswa dengan menggunakan angket, seluruh siswa termasuk dalam kriteria baik. 4.7 Kinerja Guru Kinerja guru diamati dengan lembar observasi, kinerja yang diamati yaitu saat proses pembelajaran. Pada aspek proses pembelajaran dibedakan menjadi memeriksa kehadiran siswa, menyampaikan apersepsi dan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kesepakatan pembelajaran, menyampaikan garis besar materi, mengorganisasi siswa dalam kelompok, menjelaskan lembar disekusi siswa (LDS), membimbing siswa saat diskusi, memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat atau tanggapan, membimbing siswa saat bermain word square, dan membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran. Langkah langkah proses pembelajaran yang dinilai dari kinerja guru merupakan kumpulan dari aspek aspek dalam CTL. Aspek Konstruktivisme terdiri dari aspek guru memeriksa kehadiran siswa, guru menyampaikan apersepsi dan motivasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kesepakatan belajar. Aspek Inquiry terdiri dari menyampaikan penjelasan garis besar materi,

64 menjelaskan lembar diskusi siswa. Aspek selanjutnya adalah aspek Questioning berupa guru menyampaikan penjelasan garis besar materi. Aspek Learning community terdiri dari membimbing siswa saat diskusi dan memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat/tanggapan. Aspek Modeling ditunjukkan dalam guru membimbing siswa saat bermain word square. Aspek yang terakhir adalah aspek Reflection yaitu membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran. Hasil observasi kinerja guru di siklus I dan siklus II memenuhi kriteria sangat tinggi. Pada siklus I presentase sebesar 100% dan pada siklus II juga didapatkan presentase sebesar 100%, itu artinya kinerja guru dalam pembelajaran dengan model CTL dan teknik word square sangat baik dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16. Hal ini tidak terlepas dari tindakan-tindakan guru sepertiguru berusaha menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam belajar, guru berusaha mempertahankan perhatian siswa untuk tetap konsentrasi dalam pembelajaran dan lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Menurut Suparlan (2009), kreativitas guru juga mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan yang menarik bagi siswa. Guru dapat memotivasi siswa untuk dapat melibatkan diri di dalam proses pembelajaran, selain itu guru mampu menciptakan suasana aktif di dalam pembelajaran. Model pembelajaran CTL dan teknik word square dapat diterapkan guru dengan baik, hal ini berakibat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Majid (2005) menyatakan bahwa salah satu unsur yang memainkan peran penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar adalah bagaimana cara guru

65 menyampaikan materi. Proses pembelajaran akan dikatakan berhasil jika keaktifan dan motivasi belajar siswa meningkat. Hasil pengamatan kinerja guru pad asiklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk histogram di bawah ini Gambar 4. Histogram Kinerja Guru Setiap Siklus Gambar 4. Histogram Kinerja Guru Setiap Siklus 4.8 Tanggapan Siswa Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dengan teknik word square pada materi teks panjang, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung (Tabel 9). Model pembelajaran CTL dan teknik word square berbeda dengan model yang biasanya digunakan oleh guru. Model ini menjadikan siswa lebih mudah untuk belajar, tidak membosankan dan pembelajaran menjadi menyenangkan. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi dan keaktifan siswa. Siswa tertarik mengikuti pembelajaran, maka rasa ingin tahu

66 siswa juga meningkat sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Siswa telah termotivasi maka aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Ketertarikan dan tanggapan positif yang ditunjukkan siswa ini dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam pembelajaran. Kegiatan membaca dan diskusi bersama kelompok dapat membuat siswa semangat, karena siswa dapat mengeluarkan pendapat dengan teman kelompok. Kegiatan diskusi mampu meningkatkan kerjasama antar siswa. Data selengkapnya ada di lampiran 18. Pada akhir pembelajaran guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap materi yang telah didiskusikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi menyukai cara mengajar guru dan lebih memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran dan cara guru mengajar akan membuat siswa menjadi antusias dalam pembelajaran dan memudahkan siswa dalam memahami materi, terlihat aktivitas dan motivasi belajar siswa termasuk dalam kriteria baik. Rekapitulasi hasil tanggapan siswa disajikan pada Tabel 9.

67 No. Pernyataan Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa Tanggapan siswa Ya (%) Tidak (%) 1. Menarik dan menyenangkan. 96 % 4 % 2. Memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan 100 % 0 % pembelajaran. 3. Membantu siswa untuk memahami materi Teks 92 % 8 % Panjang. 4. Membuat siswa lebih tertarik untuk melakukan 100 % 0 % diskusi. 5. Memotivasi siswa untuk berpikir lebih kritis dan 92 % 8 % logis 6. Membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan 100 % 0 % pembelajaran. 7. Membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. 100 % 0 % 8. Meningkatkan kerjasama antar siswa. 96 % 4 % 9. Melatih siswa untuk saling menghargai 88 % 12 % 10. Membuat siswa mengakaitkan biologi dengan 75 % 25 % kehidupan sehari-hari Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa 4.9 Tanggapan Guru Tanggapan guru diperoleh dari wawancara langsung dengan guru mata pelajaran kelas IV SD N Baledu Ibu Hartati, S.Pd.SD. Berdasarkan hasil wawancara, terlihat bahwa guru memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran menggunakan teknik word square. Guru memberikan kesan terhadap pembelajaran materi teks panjang menggunakan teknik pembelajaran word square sangat berkesan dan menyenangkan bagi guru dan siswa saat proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa ketika penyampaian materi menggunakan teknik pembelajaran word square, semua siswa aktif dalam pembelajaran dan siswa memahami materi sehingga siswa dapat membuat soal dan jawaban sesuai dengan materi. Guru merasa sangat terbantu untuk mewujudkan kelas yang aktif

68 dan membangkitkan berpikir kritis siswa untuk dapat membuat soal. Guru melihat perubahan aktivitas siswa yang semakin meningkat. Hasil wawancara dapat dilihat di Tabel 10. Tabel 10 Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Model CTL dengan Teknik Word Square Pertanyaan Jawaban Bagaimana kesan ibu terhadap pembelajaran materi teks panjang menggunakan teknik pembelajaran word square Bagaimana aktivitas belajar siswa ketika penyampaian materi menggunakan teknik pembelajaran word square Pembelajaran materi teks panjang menggunakan teknik pembelajaran word square sangat berkesan dan menyenangkan bagi guru dan siswa Semua siswa aktif dan memahami materi, sehingga siswa dapat membuat soal dan jawaban sesuai dengan materi Kesulitan apa saja yang ditemukan dalam pembelajaran menggunakan teknik pembelajaran word square Kesulitannya adalah meletakkan jawaban agar terbentuk teka teki silang, jadi harus penuh ketelitian Apakah ada peningkatan aktivitas pembelajaran setelah diterapkan teknik pembelajaran word square Ada peningkatan, yaitu semua siswa aktif mencari soal dan jawaban sesuai dengan bacaan atau materi yang diberikan Apakah ada peningkatan motivasi belajar antara siswa setelah diterapkan teknik pembelajaran word square Ada peningkatan motivasi belajar siswa, anak menjadi membaca bacaan yang dikehendaki dan membuat soal beserta jawabannya sesuai bacaan Tabel 10. Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Model CTL dengan Teknik Word Square

69 Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dengan teknik word square yang diterapkan dapat diterima dan ditanggapi secara positif oleh guru maupun siswa, karena dengan pembelajaran tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar dan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran CTL dengan teknik word square dapat diterapkan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dikarenakan karena model CTL mengandung tujuh komponen yang berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Ditambahkan lagi dengan teknik word square dimana siswa mengerjakan soal seperti mereka bermain teka teki silang, dengan mengisikan jawaban, mencocokkan jawaban dengan kotak yang tersedia di lembar word square. Siklus II siswa hanya diberi cerita dan mereka membuat sendiri soal soal dan menentukan jawaban sendiri. Serta siswa membuat kotak kotak teka teki silang dengan menuliskan jawaban di dalam kotak kotak tersebut. Siklus II aktivitas siswa meningkat, hasil penelitian mencapai lebih dari kriteria ketuntasan.di siklus II siswa bebas berkreasi dengan kemampuan mereka masing masing. Selain itu siswa dibimbing dari awal oleh guru, sehingga siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran ini. Proses CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu Konstruktivisme (membangun), Inquiry (menemukan), Questioning (bertanya), Learning Community (komunitas belajar), Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi), Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya). Ketujuh komponen tersebut terangkum dalam kegiatan pembelajaran pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, guru

70 melaksanakan pembelajaran urut dan runtut sesuai dengan RPP. Tanggapan guru pun sangat positif terhadap model pembelajaran ini. Menurut tanggapan guru, model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas siswa secara signifikans. Motivasi belajar para siswa pun meningkat, ini terbukti dengan hasil angket yang menunjukkan kriteria bagus. Siswa merasa model pembelajaran ini sangat menarik dan tidak membosankan. Hasil tanggapan guru dan tanggapan siswa membuktikan bahwa model pembelajaran CTL dengan teknik word square dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.