kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru."

Transkripsi

1 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU MATA PELAJARAN IPS TERPADU DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI BIMBINGAN TEKNIS DI SEKOLAH SMP NEGERI 2 KOTA BIMA Sri Aswati dan Ihyaudin Dinas Dikpora Kota Bima umisri12345@yahoo.com ABSTRAK Guru merupakan ujung tombak pendidikan, untuk itu berbagai upaya dilakukan agar dapat meningkatkan mutu mengajar guru menjadi lebih baik. Dalam proses pembelajaran IPS selama ini masih menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru dan menggunakan buku teks sebagai sumber belajar yang siap diberikan kepada siswa. Padahal, pembelajaran yang demikian membuat siswa tidak aktif dan pembelajaran menjadi tidak bermakna. Tujuan dari Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah untuk meningkatkan mutu guru IPS Terpadu kelas VIII A SMP Negeri 2 Kota Bima dalam menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok penyimpangan sosial melalui bimbingan teknis pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Sekolah. Waktu penelitian dilakukan pada Bulan Agustus sampai dengan Bulan Oktober Adapun subyek dalam penelitian ini adalah guru IPS Terpadu kelas VIII A SMP Negeri 2 Kota Bima. Data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan tes. Alat atau instrumen dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan tes tertulis. Proses penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan, dan tahap evaluasi/refleksi. Hasil Penelitian Tindakan Sekolah bahwa tindakan bimbingan teknis dapat meningkatkan mutu mengajar guru dalam menerapkan Pendekatan Kontekstual. Berdasarkan hasil penelitian ada peningkatan mutu mengajar guru dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 15,52%. Keaktifan siswa juga naik 12,13% dari siklus I ke siklus II. Begitu juga dengan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 9,38% dari siklus I ke siklus II. kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru. A. PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan sosial sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan ilmu pengetahuan lainnya, seperti ilmu komunikasi, kewarganegaraan, psikologi dan sebagainya. Untuk itu diperlukan suatu upaya pembelajaran yang optimal agar peserta didik dapat menerima ilmu pengetahuan sosial dengan baik. Harus diakui bahwa ilmu pengetahuan sosial dianggap materi yang mudah dan membosankan oleh banyak siswa, sehingga lebih sering mereka menganggap remeh dan tak acuh terhadap mata pelajaran tersebut. Di sisi lain masih banyak proses pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan dengan paradigma guru mengajar, siswa diposisikan sebagai objek, dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai yang mempunyai pengetahuan. Guru berceramah dan menggurui, otoritas tertinggi adalah guru. Materi pembelajaran diberikan dalam bentuk jadi. Kecuali itu, guru-guru pada umumnya tidak menggunakan alat peraga yang baik dalam mengajar. Hal tersebut tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang ini, yang memerlukan strategi baru terutama dalam kegiatan

2 pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan model, metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu mengembangkan daya nalar siswa secara optimal. Dengan demikian dalam pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas, melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan metode yang variatif. Di samping itu sesuai dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan), guru harus mampu menghadapkan siswa dengan dunia nyata sesuai dengan yang dialaminya sehari-hari. Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Pakem yang memungkinkan bisa mengembangkan kreativitas, motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 2 Kota Bima (pada saat melakukan kegiatan pengawasan), guru-guru di sekolah tersebut khususnya guru mata pelajaran IPS Terpadu sangat jarang mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Untuk mengatasi hal itu perlu adanya diskusi diantara para guru mata pelajaran dalam bentuk Bimbingan Teknis untuk mendiskusikan cara menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam menerapkan pendekatan kontekstual untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Penelitian ini didukung oleh penelitian Nur Mohamad (dalam Ekowati, 2001:102) menunjukkan diskusi kelompok memiliki dampak yang amat positif bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang tingkat pengalamannya tinggi. Bagi guru yang tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah akan menambah pengetahuan. Keunggulan Bimbingan teknis adalah keterlibatan guru bersifat holistic dan komprehensip dalam semua kegiatan. Dari segi lainnya guru dapat menukar pendapat, memberi saran, tanggapan dan berbagai reaksi sosial dengan teman seprofesi sebagai peluang bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang mendalam melalui penelitian ilmiah, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bimbingan teknis dan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS Terpadu. Pengamatan dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bimbingan teknis dapat meningkatkan pemahaman guru tentang pendekatan kontekstual. B. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang akan dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Trianto (2009:107) mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang akan diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Landasan filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Menurut teori konstruktivis Bransford dkk (Elaine B, 2006:103) menyatakan bahwa manusia secara alami menyusun

3 pengetahuan baru dan pemahaman-pemahaman berdasarkan pada apa yang mereka ketahui dan yakini. Menurut Elaine B (2006:21) Pendekatan Kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). () Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut: a. Konstruktivisme Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya. b. Menemukan Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan. c. Bertanya Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. d. Masyarakat Belajar Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. e. Pemodelan Pemodelan pada dasarnya membaha-sakan yang dipikirkan, mende-monstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melaku-kan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. f. Refleksi Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu. g. Penilaian yang sebenarnya Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru dikatakan berhasil melakukan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual apabila guru sudah menerapkan ketujuh komponen tersebut.

4 2. Bimbingan Teknis Bimbingan teknis menurut G.Erric Allenbaugh (Hani Khotijah, 2010:18) adalah suatu proses kegiatan berlanjut yang memberikan tuntunan, arahan dan memanfaatkan kekuatan yang ada pada seseorang sehingga yang bersangkutan menjadi mahir dan tarmpil untuk mengerjakan sesuatu menjadi produktif. Menurut panduan bimbingan teknis pelaksanaan program KTSP, pengertian bimbingan teknis adalah kegiatan pemberian bantuan secara sistematis kepada individu maupun kelompok, agar tahu, paham mau dan mampu mengembangkan dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing. Beberapa prinsip dalam bimbingan teknis antara lain: a. Menekankan pada pekerjaan bukan pribadi, berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan bukan pada keberhasilan atau kegagalan yang dibimbing. b. Saling menghormati, menghargai nilai individu dan haknya untuk menjadi individu. c. Dimulai dengan tingkat kinerja yang dibimbing saat ini sebagai data dasar d. Sebagai proses berlanjut yang partisipasif e. Bimbingan teknik tidak hanya oleh atasan langsung tetapi juga pimpinan puncak f. Bimbingan yang efektif membuat pembimbing dengan yang dibimbing memperoleh pengetahuan dan pemahaman lebih besar terhadap tugas dan pekerjaannya serta meningkatkan hubungan kerja dan hubungan antar manusia diantara keduanya. g. Hasil bimbingan teknis menimbulkan motivasi yang kuat untuk mewujudkan kinerja pada tingkat yang optimal. Jadi pengertian bimbingan teknis pendekatan kontekstual adalah kegiatan pemberian bantuan secara sistematis dalam rangka pelaksanaan pendekatan kontekstual, kepada individu maupun kelompok agar tahu, paham, mau dan mampu mengembangkan dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi berkaitan dengan pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. C. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIIIA semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 dimulai Bulan Agustus 2014 sampai dengan Bulan Oktober Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualiktatif, karena penelitian yang akan dilakukan ini berdasarkan hasil observasi dan refkesi dari tiap siklus dan penelitian kualitatif ini lebih mengedepankan data-data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru, pedoman wawancara guru dan tes tertulis. Teknik analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Data tentang aktivitas guru diambil dari lembar observasi selama pembelajaran berlangsung. Untuk menganalisis data kemampuan mengajar guru di kelas, maka dihitung presentase nilai rata-rata kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung untuk setiap kali pertemuan. 2. Keaktifan siswa Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dilakukan analisis pada instrumen lembar observasi dengan porsentase ratarata. 3. Ketuntasan belajar siswa a). Ketuntasan belajar individu Dalam penelitian ini, untuk analisis hasil belajar didapat dari hasil akhir siswa melalui tes yang diberikan setelah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Dari hasil tes maka dapat diketahui keberhasilan siswa dengan pencapaian Kriteria Ketuntasan

5 Minimal (KKM) yang telah ditentukan untuk mata pelajaran IPS Terpadu secara individu adalah 7,74. jika siswa telah memenuhi KKM maka siswa tersebut dikatakan tuntas dan sebaliknya jika tidak memenuhi KKM maka siswa tersebut tidak tuntas. b). Ketuntasan belajar kelompok/klasikal Untuk ketuntasan klasikal, dikatakan tuntas secara klasikal jika terdapat 80% jumlah siswa di kelas telah mencapai ketuntasan belajar. D. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Ada dua siklus yang dirancang dalam penelitian tindakan sekolah ini, yaitu siklus I dan siklus II, meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh 3 observer yang mengamati keaktifan siswa sedangkan peneliti sendiri sebagai observer aktivitas guru. Sebelum dilakukan tindakan bimbingan teknis, peneliti melakukan observasi awal terhadap kemampuan mengajar guru dan tingkat keberhasilan mengajar guru sebelum dilakukan tindakan sebesar 49,14%. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk melihat apakah dengan menerapkan pendekatan kontekstual melalui Bimbingan Teknis akan dapat meningkatkan mutu guru, sehingga juga diharapkan akan meningkatkan prestasi belajar siswa. 1. Tindakan siklus I: a. Hasil Pengamatan Terhadap Guru Selama pembelajaran berlangsung pengamat melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan guru dengan pendekatan kontekstual. Pengamatan mengacu pada lembar observasi guru yang telah disediakan. Setelah diamati dan dicatat oleh pengamat tentang aktivitas guru selama pembelajaran dengan kontekstual, skor total yang diperoleh guru adalah 81, dari data tersebut diperoleh prosentase sebesar 68,10%. Keberhasilan mengajar guru cukup baik dan mengalami kenaikan 18,96% walaupun sedikit jika dibandingkan dengan data awal, tetapi masih belum memenuhi kriteria keberhasilan mengajar yang menjadi tolak ukur yaitu 70%. b. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Hasil analisis observasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung mencatat keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan skor maksimum 16 tiap kegiatannya, maka jika presentase tiap siswa > 65% maka dikatakan aktif dan jika persentasenya 65% maka siswa dikatakan tidak aktif. Dari data hasil observasi diketahui bahwa jumlah siswa yang aktif adalah 21 siswa dan jumlah seluruh siswa 32 siswa. Keaktifan siswa pada siklus I sebesar 66%. Keaktifan siswa termasuk dalam klasifikasi sedang, ini berarti siswa sudah aktif dalam KBM siklus I, tetapi belum memenuhi kriteria keberhasilan yaitu mencapai 75%. c. Hasil Tes Siklus I Setelah siklus I selesai dilaksanakan, maka diberikan kepada siswa sebagai tolak ukur apakah materi penyimpangan sosial telah dikuasai siswa. Adapun hasil tes siklus I sebagai berikut: (1) untuk perorangan siswa yang dinyatakan tuntas belajar, yakni memperoleh nilai 7,74 ada 25 siswa tuntas dan tidak tuntas ada 7 siswa; (2) ketuntasan klasikal 78,12%, maka belum memenuhi kriteria keberhasilan.

6 d. Evaluasi dan Refleksi Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan kelas, selanjutnya diadakan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Pada pelaksanaan siklus I ditemukan beberapa kelemahan dan kekurangan, antara lain: 1. Saat kegiatan awal pembelajaran guru kurang menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya dan menyampaikan materi prasyarat. 2. Guru kurang menjelaskan pendekatan yang akan dilakukan beserta langkahlangkahnya secara rinci. 3. Pada kegiatan inti pembelajaran tidak terlihat guru memantau kerja siswa dengan berkeliling, guru kurang memotivasi siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan LKS, dan juga terlihat guru kurang memberi bantuan seperlunya berupa pertanyaan atau arahan kepada siswa yang kesulitan. 4. Saat kegiatan akhir pembelajaran guru tidak meminta siswa agar mengatur tempat duduk ke posisi semula, guru kurang memperhatikan siswa seperti meminta siswa mengerjakan secara individu, mengawasi siswa mengerjakan soal, sehingga peneliti meminta guru agar lebih memperhatikan siswa dalam pembelajaran. 5. Peneliti dan guru saling bertukar pendapat dalam bimbingan teknis supaya dalam proses pembelajaran dan hasil belajar pada siklus II dapat lebih baik dibandingkan siklus I. Selain itu supaya tercapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Secara garis besar, pelaksanaan pada siklus I kurang berhasil. Hal ini dapt dilihat dari data yang diperoleh dan hasil tes siswa yang menunjukkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 78,12% kurang dari 80%. Dengan demikian kegiatan pada siklus I perlu diulang agar mutu guru dalam mengajar dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui bimbingan teknis dapat lebih ditingkatkan. 2. Tindakan Siklus II a. Hasil Pengamatan Terhadap Guru Selama pembelajaran berlangsung pengamat melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan guru dengan pendekatan kontekstual. Pengamatan mengacu pada lembar observasi guru yang telah disediakan. Setelah diamati dan dicatat oleh pengamat tentang aktivitas guru selama pembelajaran dengan kontekstual, skor total yang diperoleh guru adalah 97, dari data tersebut diperoleh prosentase sebesar 83,62%. Hasil di atas menunjukkan bahwa cara mengajar guru baik, dan mengalami peningkatan 15,52% dibandingkan dengan siklus I serta dikatakan berhasil karena telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu 70 %. b. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Hasil analisis observasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung mencatat keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Tiap siswa dihitung persentase keaktifannya. Jika presentase tiap siswa >65% maka dikatakan aktif dan jika persentasenya 65% maka siswa dikatakan tidak aktif. Dari data hasil observasi diketahui bahwa jumlah siswa yang aktif adalah 25 siswa dari 32 siswa. Keaktifan siswa pada siklus II sebesar 78,13%. Keaktifan siswa termasuk klasifikasi tinggi, ini berarti siswa sudah aktif dalam KBM siklus II dan sudah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu mencapai 75%. c. Hasil Tes Siklus II Setelah siklus I selesai dilaksanakan, maka diberikan kepada siswa sebagai tolak ukur apakah materi penyimpangan sosial telah dikuasai siswa. Adapun hasil tes siklus I

7 sebagai berikut: (1) untuk perorangan siswa yang dinyatakan tuntas belajar, yakni memperoleh nilai 7,74 ada 28 siswa tuntas dan tidak tuntas ada 4 siswa; (2) ketuntasan klasikal 87,5%, maka telah memenuhi kriteria keberhasilan. d. Evaluasi dan Refleksi Secara garis besar, pelaksanaan pada siklus II telah berhasil. Hal ini dapat di lihat dari data yang diperoleh dan hasilnya sebagai berikut: 1. Kemampuan dan keterampilan guru dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan siklus I. 2. Saat kegiatan awal pembelajaran guru menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya dan menyampaikan materi prasyarat. 3. Guru telah menjelaskan metode yang digunakan dalam pembelajaran beserta langkah-langkahnya dan siswa mendengarkan dengan seksama. 4. Pada kegiatan inti pembelajaran guru memantau kerja siswa dengan berkeliling, dan guru memotivasi siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan LKS, serta juga memberi bantuan berupa pertanyaan atau arahan kepada siswa yang kesulitan sehingga siswa termotivasi untuk mau menyelesaikan masalah yang diberikan. Karena hasil yang diperoleh pada siklus II telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh penerapan pendekatan kontekstual melalui Bimbingan Teknis dapat meningkatkan mutu guru IPS Terpadu sehingga juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan masalah penyimpangan sosial bagi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Kota Bima tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya mutu mengajar guru dalam kegiatan pembelajaran materi Penyimpangan Sosial dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual dari siklus I ke siklus II, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Hasil Tindakan Siklus I dan II N o Hasil Mengaj ar Guru (%) Keaktifan Siswa (%) Belajar Siswa (%) Data Awal Akhir Siklus I Akhir Siklus II Kenaika n siklusi ke II (%) 49,14% 62,5% 75% 68,10% 66% 78,12% 83,62% 78,13% 87,5% 15,52% 12,13% 9,38% Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa adanya peningkatan mutu guru sebesar 15,52% dan dapat dikatakan bahwa bimbingan teknis dapat meningkatkan mutu guru dalam pembelajaran. Keaktifan siswapun mengalami peningkatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar 12,13%. Keaktifan siswa juga dapat dilihat dari semangat siswa untuk belajar karena siswa hadir dalam setiap kegiatan pembelajaran mencapai 100%. Disamping itu, juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam

8 menyelesaikan masalah secara klasikal ditandai dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal 78,12% pada siklus I dan meningkatkan pada siklus II menjadi 87,5%. Jika di lihat secara individu, terdapat 7 siswa di siklus I yang tidak tuntas lalu berkurang menjadi hanya 4 siswa pada siklus II yang tidak tuntas, sedangkan siswa yang tuntas belajar yaitu 25 siswa pada siklus I lalu menjadi 28 siswa pada siklus II. Terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan Hasil evaluasi pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Kota Bima Tahun Pelajaran 2014/2015 telah berhasil dengan mengacu pada indikator keberhasilan yang ditetapkan bahwa ketuntasan belajar klasikal sebesar 80% dan ketuntasan individu telah mencapai KKM 7,74. Meningkatnya keaktifan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran siswa dilibatkan secara langsung, siswa menjadi senang, dan lebih semangat mengikuti pembelajaran dan dengan adanya diskusi dalm kelompok belajar, siswa berani mengungkapkan pendapatnya sehingga siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat belajar, dalam kegiatan pembelajaran ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa bila diperlukan. Dengan dilibatkannya siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran maka pengetahuan yang baru diperoleh oleh siswa akan melekat dan membekas lebih lama, siswa juga dapat berinteraksi dengan guru dan siswa lainnya dengan baik sehingga siswa tidak merasa malu untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan hasil penilaian pembelajaran yang bagus maka hal itu tidak terlepas karena mutu guru yang baik pula. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa melalui bimbingan teknis mampu meningkatkan mutu guru dalam menerapkan Pendekatan Kontekstual sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada materi Penyimpangan Sosial siswa kelas VIII A Semester ganjil SMP Negeri 2 Kota Bima Tahun Pelajaran 2014/2015. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang telah dilaksanakan maka disimpulkan bahwa, melalui bimbingan teknis dapat meningkatkan mutu guru IPS dalam menerapkan Pendekatan Kontekstual. Hal ini dikarenakan dalam bimbingan teknis peneliti memberikan informasi mengenai konsep dan langkah-langkah penerapan Pendekatan Kontekstual pada materi Penyimpangan Sosial, peneliti dan guru berdiskusi dan bertukar pendapat mengenai upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran selanjutnya dapat menghasilkan hasil yang optimal, sehingga memacu guru untuk lebih meningkatkan mutunya dalam mengajar. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas mengajar guru dari siklus I ke siklus II sebesar 15,52%. Dengan meningkatnya mutu guru ini juga akan meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada materi Penyimpangan Sosial kelas VIIIA SMP Negeri 2 Kota Bima semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa ini juga disebabkan karena dalam pembelajaran diterapkan Pendekatan Kontekstual. Dapat ditunjukkan dengan peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebesar 12,13% dari siklus I ke siklus II. Sedangkan dari hasil belajar siswa, secara individu dari jumlah 32 siswa, terdapat siswa yang tuntas belajar yaitu 25 siswa pada siklus I lalu meningkat menjadi 28 siswa pada siklus II. Terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan ditandai prosentase ketuntasan belajar klasikal yang meningkat 9,38% siklus I ke siklus II.

9 DAFTAR PUSTAKA Ekowati Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Pada Kemampuan Menyelsaikan Soal Aljabar dan Cerita Cerita Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada Siswa Kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Di Kabupaten Bojonegoro. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta. PPs UNS Press. Elaine B. Johnson Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung. MLC. Hani Khotijah Susilowati Efektivitas Proses Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta. UI Press. Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI 163086 TEBING TINGGI Helmina Siagian Surel: hrmnsiagian@gmail.com ABSTRACT This aim of this

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar, 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses pendidikan disekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan belajar. Membelajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) BAB 1I 2.1. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran

Lebih terperinci

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Pembelajaran Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan ini terjadi sebagai hasil dari pengalaman (wikipedia.org). Dalam dunia pendidikan,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah

Lebih terperinci

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA INDIKATOR KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN NGLETIH KABUPATEN KEDIRI YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat

Lebih terperinci

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 MLATI Oleh: Riza Dyah Permata 11144100098 Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Belajar matematika pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu karakteristik matematika yaitu mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setiap tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan yang dilaksanakan sebagai realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Perencanaan yang telah disusun, belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu media untuk mendapatkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu media untuk mendapatkan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan salah satu media untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehubungan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA Dedy Juliandri Panjaitan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Jl. Garu II No. 93 Medan juliandri.dedy@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajarai matematika diharapkan siswa dapat menguasai seperangkat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IX SEMESTER I SMP NEGERI 21 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009 1 Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara, dengan majunya pendidikan suatu negara dapat dijadikan tolok ukur bahwa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memeberikan

Lebih terperinci

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Kuiz 1. Contextual 2. Konstruktivisme 3. Inquiry 4. Questioning 5. Learning Community 6. Modeling 7. Refleksi 8. Authentic Assessment 9. Skenario CTL PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Andi Rahmi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian

Lebih terperinci

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar Nur Saidah 148620600068/Semester 6/B1 Saidahn51@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL Suci Nurwati Program Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

LEMMA VOL I NO. 2, MEI 2015

LEMMA VOL I NO. 2, MEI 2015 Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPS SMA Tamansiswa Padang dengan Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbasis Tugas yang Menantang (Challenging Task) Fauziah Dosen Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal yang berkaitan dengan menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, sehingga

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah* 1 IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR Oleh Arif Firmansyah* Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Metodius Makul Guru SDI Rai Ruteng - Manggarai Abstrak: Kenyataan yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005 : 7) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu penelitian yang berfokus dalam situasi kelas, dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

Lebih terperinci

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Mengalikan Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Kontekstual 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Di dalam kamus bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN No 3 Siwalempu Samriani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed. PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh : Toto Fathoni, Apakah CTL itu? Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL Oleh: SUARDI 608311454745 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika dipelajari oleh semua siswa dari tingkatan SD hingga SMA dan bahkan sampai Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan perlunya siswa belajar matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Slameto (2010:2) dengan bukunya yang berjudul: Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhi Menurutnya, pengertian belajar adalah: Suatu proses

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VII-H SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Masdeliana Harahap Guru IPS SMP Negeri

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDN BATUKARUT 2 KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG Cucu Cunayasari cucucunayasari@yahoo.co.id PROGRAM

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINIER KELAS X JURUSAN AKUTANSI SMK NEGERI 4 JEMBER SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prestasi Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Banyak data yang menukung opini ini, seperti:

BAB 1 PENDAHULUAN. Prestasi Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Banyak data yang menukung opini ini, seperti: 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi guru dengan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai peraturan dikeluarkan guna pendidikan yang lebih baik di negara ini. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain pembelajaran yang

Lebih terperinci

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SEBAGAI METODE BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI MATA PELAJARAN PPKN PADA SISWA KELAS VIII.D SEMESTER I SMP NEGERI 1 SUMBERREJO BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Purwanto

Lebih terperinci

ZULFA SAFITRI A54F100040

ZULFA SAFITRI A54F100040 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL) PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2012 /2013

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA Oleh Lilis Dahlia 82321112082 Abstrak Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan SDM, salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan harus mampu mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar, 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Bodgan dan Taylor metodologi adalah proses, prinsif dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban sedangkan Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Pembina Liang Pada Pokok Bahasa Luas Segitiga Melalui Pendekatan Kontekstual

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Pembina Liang Pada Pokok Bahasa Luas Segitiga Melalui Pendekatan Kontekstual Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Pembina Liang Pada Pokok Bahasa Luas Segitiga Melalui Pendekatan Kontekstual Umi Kalsum A. Matalang, I Nyoman Murdiana, dan Mustamin Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan

Lebih terperinci

YUNICA ANGGRAENI A

YUNICA ANGGRAENI A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK MODELING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 ULUJAMI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan ujung

Lebih terperinci

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Rosmian Situmorang Guru IPS SMPN 1 Lubuk Pakam Surel : rosmian.situmorang@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME BANGUN RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah BAB V PEMBAHASAN A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel

Lebih terperinci

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL Apa itu CTL? Mengapa harus CTL Pendekatan CTL merupakan Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung 22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna

Lebih terperinci

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2 PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN KELOMPOK KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia yang termasuk kategori Negara berkembang yang saat ini menempatkan pendidikan sebagai fondasi dan atau penunjang

Lebih terperinci

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Semiloka di Musibanyuasin, Sumsel 7 September 2007 Pengertian Pendekatan Contextual

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Ramtia Darma Putri, Universitas PGRI Palembang email: tyadhuarrma27@gmail.com Erfan Ramadhani, Universitas PGRI Palembang email: erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses panjang dalam rangka mengantarkan manusia menjadi seseorang yang memiliki kekuatan intelektual, emosional, dan spiritual sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama satu kali pertemuan, yaitu pada tanggal 8 September 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan proses pembelajaran di masa global ini, pembelajaran yang sangat sesuai untuk di terapkan pada kondisi siswa yang pasif adalah pembelajaran

Lebih terperinci