BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Air Minum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

Bila Darah Disentifus

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aves, ordo anseriformes, famili anatidae sub famili anatinae, tribus anatinae dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

HASIL DAN PEMBAHASAN

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hemoglobin. Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL)

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ketinggian 378 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Makalah Sistem Hematologi

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Ambing dan Mekanisme Pertahanannya Mastitis Subklinis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

MATERI DAN METODE. Materi

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Respon deferensiasi sel darah perifer mencit terhadap vaksin S. agalactiae yang diradiasi.

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

KETAHANAN TUBUH ITIK MAGELANG DENGAN PENAMBAHAN VITAMIN A DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS SKRIPSI. Oleh GANANG SETYO NUGROHO

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Air Minum dan Ransum Pengaruh perlakuan terhadap parameter konsumsi air minum dan konsumsi ransum tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Konsumsi Air Minum dan Ransum Itik Peking Perlakuan Konsumsi Air Minum Konsumsi Ransum (ml/ekor/hari) (g/ekor/hari) P0 427,94 ± 40,16 68,00 ± 2,34 P1 426,65 ± 29,04 69,05 ± 3,95 P2 425,97 ± 28,71 69,15 ± 5,12 P3 408,05 ± 7,47 69,94 ± 1,88 Keterangan : Tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Konsumsi air minum dapat diperoleh berdasarkan jumlah air minum yang diberikan dikurangi dengan air minum sisa (ml/ekor /hari). Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air minum itik Peking. Konsumsi air minum pada penelitian ini berkisar 408,05 427,94 ml/ekor/hari, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Supriyadi (2011), kebutuhan air minum itik normal berkisar antara 367,35-428,57 ml/ekor/hari. Secara umum Itik akan mengkonsumsi air minum dua sampai tiga kali lebih banyak dari konsumsi ransumnya (Zahra, 2006). Tingginya konsumsi air minum pada itik ini disebabkan karena tingkah laku itik yang minum dengan cara menyosor dan selalu mencari air setelah memasukkan pakan ke dalam mulut itik. Hal ini menunjukkan bahwa unggas air sangat tergantung pada ketersediaan (kemudahan pencapaian) air, terutama untuk masuknya pakan kering ke dalam saluran pencernaannya (Rasyaf 1994). Menurut Riswandi, dkk (2012), konsumsi air minum itik lokal umur 1-6 minggu yang diberi perlakuan EM-4 dan Starbio berkisar antara 693,58 789,12 ml/ekor/hari. Rendahnya konsumsi air minum pada penelitian ini dibandingkan penelitian dengan penelitian Riswandi, dkk (2012) menunjukkan bahwa pemberian BAL dalam air minum itik Peking mampu mengefisiensikan konsumsi air minum. 23

Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa pemberian BAL dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum itik Peking. Konsumsi ransum pada penelitian ini berkisar 68,00 69,94 g/ekor/hari, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Supriyadi (2011), kebutuhan ransum itik normal berkisar antara 68 71 gr/ekor/hari. Sedangkan menurut Riswandi (2012), konsumsi ransum itik lokal umur 1-6 minggu yang diberi EM4 dan starbio masing-masing berjumlah 84,57, 75,54, 73,89, 75,01 dan 67,89 gr/ekor/hari. Terjadi penurunan konsumsi ransum. Sedangkan pada perlakuan kontrol menunjukkan jumlah konsumsi yang tinggi. Hal ini kemungkinan terjadi karena perbedaan bentuk pakan yang diberikan. Pada penelitian ini pakan diberikan dalam bentuk pellet sedangkan pada penelitian Riswandi (2012) pakan diberikan dalam bentuk mash. Menurut Srigandono (1997), konsumsi pakan itik Peking umur 3-7 minggu dalam bentuk mash dan pellet yaitu 6,84 kg dan 5,97 kg. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pakan dalam bentuk pellet lebih sedikit dibandingkan dalam bentuk mash. Menurut Frasiska (2013), konsumsi ransum itik Peking umur 8 minggu yang diberi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza dan berbentuk mash berkisar antara 60,71-66,06 gr/ekor/hari. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan hasil penelitian ini. Hal ini disebabkan karena BAL bukanlah sumber nutrien sehingga keberadaannya tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap konsumsi ransum. Menurut Manin, dkk (2010), pemberian probiotik tidak mempengaruhi konsumsi ransum secara signifikan. Bley dan Bessei (2008) mengemukakan bahwa peningkatan konsumsi pakan pada itik dipengaruhi oleh umur dan bentuk pakan, sedangkan lama dan kecepatan konsumsi pakan seiring dengan peningkatan umur itik. 4.2. Jumlah Leukosit Itik Peking Leukosit merupakan sel yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yang sangat tanggap terhadap agen infeksi penyakit. Sistem pertahanan ini sebagian terbentuk di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi di dalam organ limfosit termasuk kelenjar limfe, timus, tonsil dan sel-sel limfoid lain. Leukosit yang telah dibentuk akan diangkut dalam darah menuju ke bagian tubuh untuk 24

digunakan. Kebanyakan leukosit secara khusus diangkut menuju daerah-daerah yang mengalami peradangan (Guyton dan Hall, 1997). Leukosit berfungsi melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit dengan cara fagosit dan menghasilkan antibodi (Junguera, 1977). Rataan jumlah leukosit itik Peking yang dipelihara selama 49 hari disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah Leukosit Itik Peking Umur 49 hari (x10 3 sel/mm 3 ) Perlakuan Leukosit P0 23,38 ± 2,44 P1 20,26 ± 0,90 P2 21,85 ± 3,06 P3 22,335 ± 2,35 Keterangan : Tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Laktat (BAL) dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah leukosit itik Peking. Jumlah leukosit pada penelitian ini berkisar 20.260-23.380 sel/mm 3, namun jumlah tersebut berada pada kisaran normal. Menurut Kayodae (2008), jumlah leukosit itik berkisar antara 20.000-25.000 sel/mm 3. Sedangkan menurut Sturkie (1976), leukosit itik Peking jantan berjumlah 24.000 sel/mm 3 dan itik Peking betina berjumlah 26.000 sel/mm 3. Jumlah leukosit yang didapatkan lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil Sturkie (1976) kemungkinan dikarenakan bibit itik Peking pada penelitian ini berasal dari bibit yang sudah dipelihara dengan kondisi lingkungan di Indonesia yang merupakan bukan habitat asli itik Peking yaitu dari Cina. Jumlah leukosit pada tiap-tiap unggas berbeda-beda dan mempunyai fluktuasi yang tinggi, keadaan ini bisa terjadi pada kondisi stress, aktivitas biologis yang tinggi, gizi, dan umur. Faktor lain yang turut berpengaruh adalah jenis kelamin, lingkungan, efek hormon, obat-obatan serta sinar ultraviolet atau sinar radiasi (Hodges, 1977). Moyes dan Schute (2008) dan Soeharsono dkk. (2010) menyatakan bahwa kesehatan fisik ternak dapat diukur melalui jumlah leukosit yang dihasilkan, dimana peningkatan jumlah leukosit menandakan adanya peningkatan kemampuan pertahanan tubuh. Sedangkan jumlah leukosit menurun menyebabkan penurunan respon kekebalan sehingga daya tahan tubuh itik menurun serta 25

pertanda leukosit turun adanya organisme patogen yang merugikan tubuh mulai menyerang ke dalam tubuh ternak (Saputro, 2016). 4.3. Diferensial Leukosit Diferensial leukosit adalah salah satu metode yang digunakan dalam perhitungan kesatuan total dari jumlah masing-masing sel darah putih pada sistem sirkulasi. Leukosit dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit adalah sel yang memiliki segmen atau lobus pada inti sel dan granul pada sitoplasma, terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit adalah sel yang tidak memiliki segmen atau lobus pada inti dan tidak ada granul pada sitoplasma, terdiri atas monosit dan limfosit (Samuelson, 2007). Rataan diferensial leukosit itik Peking yang dipelihara selama 49 hari disajikan pada Tabel 3. Tabel 6. Rataan Diferensial Leukosit Itik Peking Umur 49 Hari (%). Diferensial Perlakuan Leukosit P0 P1 P2 P3 Basofil 1,60 ± 1,52 a 0,40 ± 0,55 b 0,20 ± 0,27 b 0 ± 0 b Eosinofil 8,10 ± 1,60 a 5,40 ± 2,07 b 5,10 ± 1,75 b 4,80 ± 1,64 b Heterofil 44 ± 4,47 41,80 ± 6,61 34,90 ± 5,79 42,60 ± 5,27 Limfosit 35,70 ± 6,63 b 46,80 ± 6,22 a 51 ± 5,96 a 45,20 ± 7,66 a Monosit 10,60 ± 2,51 a 5,60 ± 2,07 b 8,80 ± 1,75 ab 7,40 ± 3,05 ab Rasio H/L 1,39 ± 0,44 a 0,93 ± 0,29 ab 0,60 ± 0,32 b 1,13 ± 0,33 a Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) 4.3.1. Basofil Basofil dibentuk dalam sumsum tulang dan kemampuan fagositnya rendah. Basofil adalah leukosit granulosit yang bersifat polimofonuklear-basofilik dan berdiameter 10-12 µm dengan inti dua gelambir dengan bentuk inti yang tidak teratur. Granul berukuran 0,5-1,5 µm berwarna biru tua sampai dengan ungu (basofilik), sering menutupi inti yang berwarna agak lemah (Dellman dan Brown, 1987). Basofil merupakan granulosit yang paling jarang dijumpai dalam sirkulasi darah mamalia, namun kemungkinan lebih sering dijumpai pada darah unggas (Latimer, 2011). 26

Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah basofil itik Peking. Uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pemberian BAL di dalam air minum nyata menurunkan jumlah basofil. Tetapi, jumlah basofil antar perlakuan (P1, P2 dan P3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah basofil yang didapat pada penelitian ini yaitu 0-1,6 % namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Adapun kisaran jumlah basofil pada darah itik Peking menurut Sturkie (1976) adalah 3,1% pada jantan dan 3,3% pada betina. Basofil akan meningkat jumlahnya di dalam sistem sirkulasi jika terjadi peradangan yang berhubungan dengan pernapasan dan kerusakan jaringan. 4.3.2. Eosinofil Sel Eosinofil dibentuk dalam sumsum tulang dan sangat motil dan berbentuk ramping. Sel eosinofil mempunyai granular sitoplasma berwarna merah terang bila diwarnai dengan zat warna eosin (Suzanti, 2006). Eosinofil berfungsi mengendalikan atau mengurangi hipersensitivitas (Kresno, 2001). Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi (Hoffbrand, 2006). Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah eosinofil itik Peking. Uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pemberian BAL di dalam air minum nyata menurunkan jumlah eosinofil. Tetapi, penurunan jumlah eosinofil antar perlakuan (P1, P2 dan P3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah eosinofil yang didapat pada penelitian ini yaitu 4,8-8,1%, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Lestari (2013), rataan eosinofil itik Magelang, Mojosari dan Tegal masing-masing berjumlah 14,27%, 10,98% dan 11,28%. Sedangkan menurut Assad (2016), jumlah eosinofil itik Peking jantan yang diberi tambahan probiotik pada ransum dengan level 0 g/kg, 9 g/kg dan 12 g/kg masing-masing eosinofil itik tersebut berjumlah 4,88%, 5,38% dan 4,63% dan menurut Sturkie (1976), eosinofil Itik Peking yaitu 9,9% pada Itik Peking jantan dan 10,2% pada Itik Peking betina. 27

Terjadi penurunan eosinofil pada kelompok perlakuan (P1, P2 dan P3) dapat diartikan bahwa pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum mampu mengontrol tingkat infestasi parasit seperti cacing sehingga tidak sampai terjadi peningkatan jumlah eosinofil sebagai indikasi terjadinya infeksi parasit. Eosinofil berperan dalam reaksi alergi, serangan parasit (Caceci 1998) dan jumlahnya akan terus meningkat selama serangan alergi. Eosinofil bersifat fagositik terutama terhadap antigen dan antibodi kompleks (Caceci 1998; Malvin et al., 1993). 4.3.3. Heterofil Heterofil adalah bagian dari leukosit yang termasuk ke dalam kelompok granulosit dan berada pada garis depan (first line) yang berfungsi sebagai pertahanan awal terhadap penyakit yang dapat mengakibatkan infeksi atau peradangan. Heterofil dibentuk dalam sumsum tulang (Guyton, 1996). Heterofil memiliki kesamaan fungsi seperti neutrofil pada mamalia. Heterofil (pada unggas) atau neutrofil (pada mamalia) merupakan jenis leukosit di dalam sirkulasi darah dengan jumlah terbanyak dibandingkan dengan granulosit lainnya. Laktat (BAL) dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah heterofil itik Peking. Jumlah heterofil yang didapat pada penelitian ini yaitu 34,9-44%, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Kayodae (2008), jumlah persentase heterofil itik yaitu berkisar antara 20-70%. Sedangkan menurut Assad (2016), jumlah heterofil itik Peking jantan yang diberi tambahan probiotik pada ransum dengan level 0 g/kg, 9 g/kg dan 12 g/kg masingmasing heterofil itik tersebut berjumlah 32,63%, 31% dan 42,36% dan menurut Sturkie (1976), heterofil Itik Peking yaitu 52% pada Itik Peking jantan dan 32% pada Itik Peking betina. Heterofil berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap pengaruh luar, apabila partikel asing terkurung ke dalam sitoplasma heterofil, maka partikel tersebut akan menempatkan diri ke dalam ruang yang disebut fagosom (Mayes et al., 1997). Jika jumlah heterofil tinggi diatas normal, maka menunjukkan bahwa adanya suatu infeksi agen penyakit (bakteri, jamur). Hal ini sesuai dengan 28

pendapat Melvin et al. (1993) yang menyatakan bahwa peningkatan heterofil dapat terjadi pada peradangan akut dan penyakit infeksius seperti Chlamydia, bacterial dan fungal. Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya heterofil antara lain kondisi lingkungan, tingkat stress pada ternak, genetik dan kecukupan nutrien pakan (Puvadolpirod and Thaxton, 2000). 4.3.4. Limfosit Limfosit merupakan sel darah putih yang termasuk kedalam kelompok agranulosit. Salasia dan Hariono (2010) menyatakan bahwa limfosit bertugas merespon adanya antigen dan stress dengan meningkatkan sirkulasi antibodi dalam pengembangan sistem imun. Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah limfosit itik Peking. Uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pemberian BAL di dalam air minum nyata meningkatkan jumlah limfosit. Tetapi, peningkatan jumlah limfosit antar perlakuan (P1, P2 dan P3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah limfosit yang didapat pada penelitian ini yaitu 35,7-51%, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Kayodae (2008) yang menyatakan bahwa jumlah persentase limfosit itik yaitu berkisar antara 15-73%. Sedangkan menurut Lestari (2013), rataan limfosit itik Magelang, Mojosari dan Tegal masing-masing berjumlah 38,02%, 43,24% dan 45,53%. Assad (2016) menyatakan bahwa jumlah limfosit itik Peking jantan yang diberi tambahan probiotik pada ransum dengan level 0 g/kg, 9 g/kg dan 12 g/kg masing-masing limfosit itik tersebut berjumlah 60,50%, 60,13% dan 51,50% dan menurut Sturkie (1976), limfosit Itik Peking yaitu 31% pada Itik Peking jantan dan 47% pada Itik Peking betina. Peningkatan jumlah limfosit itik Peking yang diberi BAL pada air minum menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekebalan tubuh. Hal ini berarti bahwa penambahan Bakteri Asam Laktat (BAL) di dalam air minum dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh Itik Peking. Menurut Puvadolpirod and Thaxton (2000), faktor-faktor terbesar yang mempengaruhi jumlah limfosit yaitu cekaman panas atau lingkungan dan stress, karena cekaman panas mengakibatkan berkurangnya 29

bobot organ limfoid timus dan bursa fabrisius yang berdampak pada penurunan jumlah limfosit. Selain itu, tingginya jumlah limfosit kemungkinan adanya benda asing berupa bakteri, virus, dan parasit yang masuk ke dalam tubuh sehingga limfosit meresponnya dengan memproduksi antibodi (Saputro, 2016). 4.3.5. Monosit Monosit memiliki kemampuan memfagosit dan berkembang menjadi makrofag ketika keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan. Frandson et al. (2009) mengatakan bahwa monosit mampu memfagositosis 100 sel bakteri patogen dan menjadi sistem pengatur ketika terjadi peradangan dan merespon kekebalan. Monosit digolongkan sebagai sel sistem mononuklir yang berperan melakukan fagositosis, menghancurkan partikel asing dan jaringan mati kemudian mengolah bahan asing sedemikian rupa sehingga bahan asing itu dapat membangkitkan tanggap kebal (Tizzard, 1982). Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah monosit itik Peking. Jumlah monosit yang didapat pada penelitian ini yaitu 5,6-10,6 %, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Lestari (2013), rataan monosit itik Magelang, Mojosari dan Tegal masing-masing berjumlah 6,68%, 7,97% dan 7,07%. dan menurut Sturkie (1976), limfosit Itik Peking yaitu 3,7% pada Itik Peking jantan dan 6,9% pada Itik Peking betina. Terjadi penurunan jumlah monosit pada perlakuan P1 tetapi jumlah monosit antar perlakuan (P1, P2 dan P3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. 4.3.6. Rasio H/L Keberadaan stres fisiologis dapat dideteksi dengan menggunakan ratio heterofil/limfosit (Maxwell and Robertson, 1998), karena ratio heterofil/limfosit yang meningkat menunjukkan stres yang meningkat pula (Cetin et al., 2011). Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio H/L itik Peking. Uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pemberian BAL di dalam air minum nyata menurunkan jumlah basofil pada. Rasio H/L yang didapat pada penelitian ini yaitu 0,60-1,39%, namun jumlah 30

tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Lestari (2013), rataan Rasio H/L itik Magelang, Mojosari dan Tegal masing-masing berjumlah 1,18%, 0,90% dan 0,80%. dan menurut Sturkie (1976), Rasio H/L Itik Peking yaitu 1,68% pada Itik Peking jantan dan 0,68% pada Itik Peking betina. Pada perlakuan P2 menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini karena pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum mampu menurunkan rasio H/L yang menunjukkan bahwa tidak adanya infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya stres fisiologis. Meningkatnya rasio H/L mengindikasikan meningkatnya stres panas yang dialami itik sehingga memacu meningkatnya produksi hormon glukokortikoid (Gudev et al. 2011). Fungsi hormon glukokortikoid dapat mempengaruhi proses metabolisme, mengatur konsentrasi gula darah, antiinflamasi, mempengaruhi proses pertumbuhan dan menurunkan pengaruh stress. 31