TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau Menurut Bhattacharya (1993), semua kerbau domestik diduga berevolusi dari arni (Bubalus arnee) yaitu kerbau liar dari India yang masih dijumpai di hutan-hutan di daerah Assam. Domestikasi kerbau sudah terjadi sejak lama dan tidak diketahui pasti kapan terjadinya. Namun, penemuan-penemuan arkeologis di India menyatakan bahwa kerbau didomestikasi sekitar 4500 tahun yang lalu. Berdasarkan tipe habitatnya, kerbau dibedakan menjadi kerbau sungai (river buffalo) dan kerbau lumpur (swamp buffalo). Kerbau sungai lebih menyukai berada di air yang bersih dan mengalir, sedangkan kerbau lumpur lebih suka berada di lumpur, rawa-rawa, dan air yang menggenang (Bhattacharya 1993). Kedua kerbau ini merupakan kerbau Asia yang didomestikasi dan memiliki jumlah kromosom yang berbeda, yaitu 48 kromosom untuk kerbau lumpur dan 50 kromosom untuk kerbau sungai (Bahri & Talib 2008). Kerbau tersebar di beberapa propinsi di Indonesia, mulai dari populasi terbanyak sampai terendah secara berturut-turut yaitu di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua (Ditjennak 2010). Penyebaran populasi ini merupakan dampak dari adanya zona ideal bagi kerbau untuk dapat hidup dan beradaptasi. Berdasarkan data statistik Direktorat Jendral Peternakan, populasi kerbau lebih banyak terdapat di daerah pulau Sumatera yang relatif memiliki musim panas lebih singkat dan berudara relatif lembab. Kondisi demikianlah yang menjadi kemungkinan populasi kerbau lebih banyak terdapat di daerah Indonesia bagian barat dari pada di Indonesia bagian timur (Bamualim & Muhammad 2008). Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) terdistribusi di negara-negara Asia Tenggara seperti Burma, Laos, Vietnam, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia, bahkan meluas hingga ke Cina dan Assam. Kerbau lumpur merupakan sebutan untuk semua jenis kerbau lokal yang terdapat di Asia tenggara. Penggunaan nama kerbau lumpur ini dikarenakan di Malaysia bagian barat, habitat alami kerbau ini adalah di lumpur. Klasifikasi dari kerbau lumpur ini (Roth 2004) adalah sebagai berikut:

2 Kingdom Filum Kelas Ordo Subordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mamalia : Artiodactyla : Ruminansia : Bovidae : Bubalus : Bubalus bubalis Secara fenotip, kerbau memiliki tulang yang besar, agak kompak dengan badan yang tergantung rendah pada kaki yang kuat dan kuku yang besar. Kerbau tidak mempunyai glambir maupun punuk. Kerbau mempunyai tanduk yang lebih padat dibandingkan dengan sapi, bahkan beberapa jenis dapat dibedakan melalui bentuk tanduk yang khas (Bhattacharya 1993). Ketika lahir, kulit kerbau berwarna abu-abu. Tanduk, kaki, dan rambut secara normal memiliki warna yang sama dengan kulit, tetapi cenderung sedikit gelap. Pada kerbau sungai, warna rambut biasanya hitam. Kerbau lumpur biasanya memiliki kaki yang berwarna putih atau abu-abu terang dan garis putih atau abu-abu terang menyerupai kalung di bawah dagu dan leher (Robbani 2009). Tanduk pada kerbau muda tumbuh secara lateral dan horizontal, sedangkan pada kerbau dewasa melengkung bulat membentuk setengah lingkaran. Tanduk kerbau memiliki ciri-ciri umum melingkar, lebih padat dari tanduk sapi, terdapat gelang-gelang tanduk dan warna hitam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robbani (2009), terdapat dua bentuk tanduk kerbau yang dapat ditemukan di daerah Kabupaten Bogor, yaitu melingkar ke belakang dan melingkar ke bawah. Bentuk tanduk yang dominan di daerah tersebut adalah melingkar ke belakang. Namun, di daerah Tapanuli Selatan dominan ditemukan tanduk melingkar ke atas. Selain tanduk, ciri yang khas pada kerbau adalah unyeng-unyeng (whorls). Unyeng-unyeng merupakan garis tanda pada rambut kerbau yang umumnya berbentuk melingkar-lingkar dan semakin terpusat. Unyeng-unyeng dapat ditemukan di bagian kepala, dada, pinggul dan perut (Robbani 2009).

3 Kerbau merupakan hewan tropik yang memiliki daya tahan rendah terhadap panas. Oleh karena itu, kerbau lebih suka berkubang dan sebaiknya berada di daerah dengan suhu relatif rendah. Hasil penelitian menyatakan bahwa zona paling ideal bagi kerbau untuk bermukim yakni pada kisaran suhu 16 o -24 o C, dengan batas toleransi 27,6 o C. Suhu tubuh kerbau dalam kisaran normal 37,4 o - 37,8 o C, pulsus jantung 38,6-44,7 kali/menit, dan respirasi 25,6-29,4 kali/menit (Bamualim & Muhammad 2008). Adaptasi kerbau lumpur terhadap panas lebih rendah dibandingkan dengan kerbau sungai. Kerbau lumpur membutuhkan air yang lebih banyak dan tidak terbatas untuk mempertahankan agar dirinya tetap sejuk. Kerbau memiliki kulit yang gelap dan rambut yang jarang, sehingga absorbsi panas pada tubuhnya akan lebih besar. Kemampuan evaporasi pendinginan dari tubuh kerbau kurang efisien dikarenakan kemampuan berkeringat yang rendah. Oleh karena itu, kerbau yang dipekerjakan di bawah sinar matahari langsung akan menunjukkan tanda-tanda sakit. Jika dibandingkan dengan sapi, kemampuan adaptasi kerbau terhadap panas memang lebih baik, namun pada kondisi dingin sapi mampu beradaptasi lebih baik (Bhattacharya 1993). Perbedaan yang cukup mencolok antara kerbau dan sapi dapat dilihat dari tingkat efisiensi pakan. Kerbau dapat bertahan hidup dengan kondisi pakan yang berkualitas rendah. Kelebihan ini dapat menjadi keuntungan bagi peternak karena dengan input yang rendah dapat menghasilkan output yang tinggi. Kerbau juga memiliki daya adaptasi yang besar, misalnya pada kondisi dimana terdapat banyak jerami atau rumput air yang tidak dimakan oleh sapi, maka kerbau akan tetap memakan pakan tersebut. Pada kondisi seperti ini, sapi akan memburuk kondisinya, sedangkan kerbau dapat terus bertahan (Bhattacharya 1993). Darah Darah merupakan elemen paling penting bagi makhluk hidup tingkat tinggi. Darah terdiri atas cairan dan padatan dengan perbandingan 55% cairan dan 45% padatan. Bentuk cairan disebut plasma yang terdiri atas air, protein, elektrolit, gas terlarut, zat makanan (nutrien), hormon, dan produk sisa (waste product). Bentuk padatan terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

4 (leukosit), dan trombosit (platelet). Bentuk cairan dan padatan ini dapat dipisahkan melalui sentrifugasi. Bentuk cairan lebih ringan dibandingkan dengan bentuk padatan, oleh karena itu pada tabung sentrifugasi (centrifuge tube) plasma terletak dibagian atas dari bentuk padatan (Cunningham & Klein 2007). Sebagian besar sel-sel darah beredar di pembuluh darah. Eritrosit dan trombosit tidak dapat menembus pembuluh darah, sedangkan leukosit dapat bermigrasi ke jaringan dengan cara menembus pembuluh darah untuk melakukan pertahanan terhadap infeksi. Leukosit merupakan sel darah yang istimewa karena merupakan satu-satunya sel darah mamalia yang bernukleus dan memiliki organel. Leukosit tidak mengandung hemoglobin (Hb). Meskipun jumlahnya hanya 1% dari volume darah, namun leukosit adalah komponen yang sangat penting dalam sistem imun (Akers & Denbow 2008). Leukosit, terutama neutrofil, dapat meninggalkan sistem sirkulasi dan keluar dari pembuluh darah melalui proses yang disebut emigrasi. Menurut Akers & Denbow (2008) proses emigrasi ini terdiri atas beberapa tahap yaitu: 1. Di dekat daerah peradangan atau inflamasi, sel-sel endotel kapiler mengeluarkan molekul adhesi yang dinamakan selektin pada permukaannya. Neutrofil juga memiliki molekul adhesi yang dinamakan integrin pada permukaannya yang dapat mengenali selektin. Hal ini akan menyebabkan leukosit berbaris pada permukaan dalam kapiler di dekat daerah peradangan. Proses ini disebut marginasi. 2. Leukosit dapat bergerak keluar kapiler melalui proses yang disebut diapedesis. 3. Setelah meninggalkan aliran darah, leukosit bermigrasi secara amoeboid mengikuti sinyal kimia yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak. Proses demikian disebut kemotaksis positif. 4. Neutrofil dan makrofag akan menjadi fagosit dan mencerna bakteri dan selsel yang mati. Leukosit dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit adalah sel yang memiliki segmen atau lobus pada inti sel dan granul pada sitoplasma, terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit adalah sel yang tidak memiliki segmen atau lobus pada inti dan tidak

5 ada granul pada sitoplasma, terdiri atas monosit dan limfosit (Samuelson 2007). Karakteristik jenis-jenis sel darah putih secara singkat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik Jenis-Jenis Sel Darah Putih Tipe sel Neutrofil Inti sel Bersegmen atau berlobus; Latar belakang sitoplasma Bentuk dewasa tidak berwarna Granul Granul primer muda berwarna merah-ungu; granul sekunder sedikit asidofilik Lama hidup 4-6 jam (kuda); 7-14 jam (hewan lain) Peran Memakan, menghancurkan, dan mencerna bakteri Eosinofil Lobulasi jelas tetapi jumlah lobus lebih sedikit dibandingkan neutrofil Sedikit bercak warna biru Besar, bulat, eosinofilik 30 menit (anjing) Menghancurkan, mencerna, dan mengontrol parasit; memakan kompleks antigen-antibodi; berkontribusi dalam respon alergi dan peradangan akut. Basofil Memiliki segmen yang paling sedikit diantara granuosit yang lain Bercak biru muda sampai ungu Basofilik, ukuran, jumlah, dan karakteristik bervariasi tergantung jenis hewan Dapat dibanding kan dengan neutrofil Media respon peradangan; respon reaksi hipersensitifitas melalui sekresi mediator vasoaktif (degranulasi) Monosit Tidak bersegmen, bentuk bervariasi (bulat, seperti ginjal) Bercak birukeabuan dengan variasi ukuran vakuola Berwarna pink sampai merahkeunguan 2-3 hari Prekursor makrofag; memakan antigen Limfosit Tidak bersegmen, bulat sampai oval, ukuran bervariasi. Sumber: Samuelson (2007) Bersih atau bercak biru muda, tetapi dapat menjadi biru tua pada sel yang reaktif Tanpa granul,tetapi beberapa sel memiliki bercak granul merahkeunguan, ukuran medium sampai besar. Long-lived (bulan sampai tahun); short lived (beberapa jam sampai 5 hari) Respon imun berperantara sel (sel T); respon imun humoral (sel B).

6 Neutrofil Neutrofil merupakan komponen terbanyak dari leukosit. Jumlah neutrofil bervariasi pada setiap spesies hewan. Jumlah neutrofil pada hewan dapat mencapai 40% hingga 70% Pada anjing dan kucing, neutrofil adalah jenis leukosit yang paling banyak, sedangkan jumlah neutrofil pada kuda sedikit melampaui jumlah limfosit (Dellmann & Eurell 1998). Nama neutrofil berasal dari bahasa Latin (neuter=neither) dan bahasa Yunani (Philein=to love) yang berarti bahwa granul neutrofil tidak bersifat asidofilik mapun basofilik. Jika dilihat pada preparat ulas darah, inti sel neutrofil bersifat heterokromatik, banyak segmen (2-5 segmen), lobulasi jelas yang dipisahkan oleh benang kromatin tipis dan nukleoplasma. Neutrofil memiliki diameter 9-15 m, lebih kecil dari eosinofil dan hampir sama dengan basofil (Samuelson 2007). Gambar 1 Neutrofil (Hoffbrand 2006) Sitoplasma neutrofil berisi granul-granul kecil berukuran 0,3-0,8 m. Granul pada neutrofil ada dua jenis yaitu granul primer atau azurofilik dan granul sekunder atau spesifik. Granul primer mengandung enzim lisosom dan peroksidase, sedangkan granul sekunder yang berukuran lebih kecil mengandung alkalin fosfatase dan zat-zat bakterisidal (protein kationik) yang dinamakan fagositin. Granul pada neutrofil secara umum pucat, tetapi pada kambing dan domba sedikit eosinofilik. Selain granul-granul pada sitoplasma, neutrofil juga memiliki organel sel. Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokondria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen (Akers & Denbow 2008).

7 Neutrofil diproduksi di sumsum tulang. Neutrofil yang keluar dari sumsum tulang akan bersirkulasi dalam pembuluh darah selama 6 sampai 14 jam sebelum bermigrasi ke jaringan untuk melakukan tugasnya selama periode tertentu. Dalam keadaan sehat, hanya neutrofil dewasa yang bersirkulasi dalam sirkulasi. Neutrofil yang belum matang secara normal berada di dalam sumsum tulang, tetapi dapat dilepaskan ke sirkulasi selama respon granulositik terhadap suatu penyakit (Dellmann & Eurell 1998). Neutrofil merupakan garis pertahanan utama terhadap adanya benda asing yang masuk ke jaringan tubuh. Kemampuan neutrofil untuk menuju ke jaringan tubuh dipengaruhi oleh agen kemotakrik (Samuelson 2007). Pada daerah yang terinfeksi, neutrofil akan memfagosit benda asing secara aktif dan mencernanya dengan bantuan enzim lisosom. Kemampuan neutrofil untuk memfagosit benda asing terbatas, sehingga ada saatnya neutrofil menghancurkan diri melalui autolisis. Neutrofil terdestruksi dan mengeluarkan zat-zat hasil degradasi ke dalam jaringan yang kemudian akan diangkut oleh limfe (Frandson 1992). Neutrofil memiliki metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara aerob dan anaerob. Kemampuan neutrofil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan karena dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik (Efendi 2003). Jumlah neutrofil meningkat pada kejadian infeksi, peradangan atau pun stres. Contoh adanya peningkatan jumlah neutrofil yaitu pada domba priangan yang mengalami stres transportasi. Peningkatan jumlah neutrofil terjadi pada jam ke-8 sampai dengan ke-12 dan mencapai puncak stres pada jam ke-12 setelah transportasi (Satyaningtijas et al. 2010). Di sisi lain, neutrofil pun dapat berkurang jumlahnya akibat infeksi yang mengganggu atau menyebabkan destruksi leukosit secara umum, seperti pada kasus theileriosis (Mahmmod et al. 2011). Eosinofil Jumlah eosinofil berkisar antara 3 sampai 9% dari jumlah total leukosit. Inti sel memilki 2 sampai 3 segmen. Eosinofil memiliki granul yang bersifat eosinofilik sehingga ciri ini masih menjadi karakter morfologi untuk membedakan eosinofil dengan jenis leukosit yang lain. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat beberapa variasi granul antar jenis hewan. Hewan

8 ruminansia dan babi memiliki granul dominan berwarna orange terang daripada merah, sedangkan granul pada eosinofil anjing berwarna pinkish atau orange muda (Dellmann & Eurell 1998). Sama halnya seperti neutrofil, eosinofil juga memiliki dua tipe granul yaitu granul azurofilik dan granul spesifik. Granul azurofilik lebih banyak terdapat pada saat proses perkembangan sel di sumsum tulang. Setelah dewasa, granul azurofilik akan digantikan oleh granul spesifik. Granul spesifik berbentuk bulat atau persegi panjang tergantung jenis hewan. Selain granul, sitoplasma eosinofil juga terdiri atas polisom, retikulum endoplasma kasar, mitokondria yang menyebar, dan apparatus Golgi (Samuelson 2007). Gambar 2 Eosinofil (Hoffbrand 2006) Eosinofil merupakan sel fagositik lain yang aktif dan tergantung pada respirasi anaerob untuk memperoleh energi. Target fagositosis eosinofil berbeda dengan neutrofil. Eosinofil berperan dalam memakan kompleks antigen-antibodi, tetapi tidak memakan dan menghancurkan mikroorganisme. Eosinofil tidak mempunyai lisosom yang cukup, seperti yang dimiliki granul neutrofil, untuk membunuh bakteri. Namun, granul eosinofil memiliki protein kationik yang dapat membunuh parasit cacing secara efektif (Samuelson 2007; Akers & Denbow 2008). Membran sel eosinofil dapat berikatan dengan leukotrin, histamin, dan eosinophil chemotactic factor (ECF), yang dapat membawa eosinofil menuju ke lokasi peradangan, invasi cacing, atau reaksi alergi. Ketika sampai ke lokasi, eosinofil akan melepaskan protein kationik yang akan membunuh cacing, atau memakan kompleks antigen-antibodi dan melepaskan substansi yang dapat

9 mengontrol respon peradangan (Samuelson 2007). Jadi, keadaan peningkatan jumlah eosinofil (eosinofilia) terjadi jika terdapat parasit cacing, peradangan, atau alergi. Sebaliknya, penurunan jumlah eosinofil dapat terjadi jika terdapat parasit darah sepert Theileria annulata. Berdasarkan penelitian Mahmmod et al. (2011), infeksi Theileria annulata pada kerbau sungai menyebabkan jumlah eosinofil atau leukosit secara umum akan menurun karena destruksi leukosit yang terdapat pada kelenjar limfoid dan organ lainnya. Basofil Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit ditemukan di dalam darah, yaitu sekitar 0 sampai 3% dari jumlah total leukosit. Basofil memiliki nukleus yang bervariasi, misalnya pada satu contoh memiliki segmen yang jelas namun pada contoh lain memiliki dua lobus yang sederhana. Pada hewan, misalnya kuda, nukleus tertutupi oleh granul sehingga sulit untuk melihat bentuk nukleus (Samuelson 2007). Basofil memiliki granul yang berwarna biru jika diberi pewarnaan Giemsa. Sama halnya seperti neutrofil dan eosinofil, basofil juga memiliki granul azurofilik dan granul spesifik. Granul yang paling banyak adalah granul spesifik yang terletak di sitoplasma, bersama dengan organel sel lain seperti retikulum endoplasma kasar, mitokondria, dan aparatus Golgi. Basofil juga mengandung substansi yang terdapat pada sel mast, seperti heparin, histamin, dan eosinophilic chemotactic factor (ECF). Ukuran granul bervariasi tergantung jenis hewan. Anjing memiliki jumlah basofil yang sedikit dan ukuran lebih besar dibandingkan pada hewan lain, khususnya kuda dan sapi (Samuelson 2007). Gambar 3 Basofil (Hoffbrand 2006)

10 Fagositosis oleh basofil sangat terbatas. Basofil muncul utamanya pada aktivitas peradangan langsung dengan mekanisme yang hampir sama seperti yang dilakukan oleh sel mast. Mekanisme terjadinya ikatan antara imunoglobulin E (IgE) pada membran sel basofil membentuk ikatan Fc reseptor sel permukaan yang mirip dengan terjadinya pada sel mast. Ikatan reseptor tersebut akan berikatan dengan antigen sehingga dapat menyebabkan pelepasan isi granul (Samuelson 2007). Monosit Monosit adalah leukosit terbesar diantara jenis leukosit lainnya. Monosit berdiameter 15 sampai 20 m dan berjumlah 3 sampai 9% dari total leukosit. Monosit memiliki nukleus yang berbentuk lonjong, seperti ginjal atau tapal kuda. Monosit menjadi sulit dibedakan dengan adanya transisi antara limfosit kecil dan besar, karena terdapat kemiripan pada bentuk nucleus, terutama pada ulas darah sapi (Dellmann & Brown 1992). Nukleus monosit memiliki warna yang lebih pucat dari limfosit, sitoplasma lebih banyak dari limfosit dan berwarna biru abuabu pucat. Butir azurofilik yang halus seperti debu juga sering ditemukan. Secara ultrastruktur, sitoplasma mengandung banyak lisosom dengan berbagai stadium aktivitas (lisosom primer dan sekunder), retikulum endoplasma kasar, polisom, mitokondria, dan glikogen. Gambar 4 Monosit (Handayani 2008)

11 Peran monosit hampir sama dengan neutrofil, yaitu sebagai fagositik yang berkemampuan memakan antigen, seperti bakteri. Perbedaan monosit dengan neutrofil adalah neutrofil bekerja untuk mengatasi infeksi yang akut, sedangkan monosit mulai bekerja pada infeksi yang tidak terlalu akut seperti tuberkulosis (Frandson 1992). Monosit dalam darah tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke jaringan menjadi makrofag (Aspinall & O Reilly 2004) dan menetap di jaringan, seperti pada sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru-paru, dan jaringan limfoid. Selain sebagai makrofag, monosit juga berperan dalam sistem imun. Kontak yang dekat antara permukaan limfosit dan monosit diperlukan untuk respon imunologis yang maksimal (Dellmann & Brown 1992). Monosit berada di dalam darah hanya beberapa hari, tetapi saat meninggalkan pembuluh darah dan memasuki jaringan akan bertahan sampai berbulan-bulan (Samuelson 2007). Limfosit Limfosit adalah jenis leukosit yang juga memiliki jumlah bervariasi pada spesies hewan. Limfosit memiliki jumlah yang dominan pada total leukosit ruminansia, tikus, dan mencit, yaitu mencapai 60-70%. Pada anjing, kucing, dan kuda, jumlah limfosit berkisar antara 40 sampai 60% (Dellmann & Eurell 1998). Limfosit dibentuk di jaringan limfoid, meskipun berasal dari sel batang primordial di sumsum tulang (Aspinall & O Reilly 2004). Limfosit memiliki ukuran dan penampilan yang bervariasi. Limfosit memiliki nukleus yang relatif besar, berbentuk bulat atau sedikit berlekuk, yang dikelilingi oleh sitoplasma. Pada sediaan ulas darah yang telah diwarnai dapat terlihat adanya limfosit besar dan limfosit kecil. Limfosit kecil berdiameter 6 sampai 9 m, memiliki nukleus yang besar yang kuat mengambil warna, sitoplasma sedikit dan berwarna biru pucat. Limfosit besar berdiameter 12 sampai 15 m, nukleus lebih besar dan sedikit pucat jika dibandingkan dengan limfosit kecil, sitoplasma lebih banyak. Limfosit besar memiliki apparatus Golgi yang lebih jelas, sitoplasma dan mitokondria yang lebih besar, serta poliribosom yang lebih banyak dibandingkan dengan limfosit kecil (Dellmann & Brown 1992).

12 Fungsi utama limfosit yaitu sebagai respon terhadap adanya antigen dengan cara membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas seluler (Frandson 1992). Limfosit bertanggung jawab dalam respon imun spesifik dan terdiri atas dua tipe sel yaitu sel B dan sel T. Sel B memproduksi antibodi dan berperan dalam humoral immunity, sedangkan sel T berperan dalam cellular immune response (Aspinall & O Reilly 2004). Samuelson (2007) menyebutkan bahwa berdasarkan fungsi dasar, limfosit dapat dikategorikan menjadi tiga tipe yaitu sel yaitu sel T, sel B, dan sel natural killer (NK). Ketiga tipe sel tersebut tidak dapat dibedakan hanya dengan mikroskop cahaya. Untuk membedakan ketiga sel tersebut, maka dapat digunakan metode imunohistokimia yang dapat menunjukkan perbedaan dari reseptor permukaan sel tersebut (Samuelson 2007). Gambar 5 Limfosit (Hoffbrand 2006) Sel T merupakan sel yang paling banyak yaitu sekitar 60-70% dari total limfosit darah dan berperan dalam imunitas seluler. Sel B memiliki jumlah yang sedikit yaitu 10-12% dari total limfosit darah dan beberapa diantaranya tumbuh menjadi sel plasma yang berperan dalam pembentukan antibodi (Dellmann & Brown 1992). Sel NK yang hanya sejumlah kecil dapat menghancurkan benda asing secara langsung (tanpa pengaruh dari sel T atau sel B) melalui cell-mediated cytotoxicity.

13 Stres Stres adalah kondisi tubuh sebagai respon terhadap suatu ancaman tertentu sehingga tubuh melakukan penyesuaian terhadap kondisi tersebut. Selama proses penyesuaian terhadap kondisi stres terjadi perubahan fisiologis dan tingkah laku hewan sampai proses adaptasi tercapai. Stres dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu stres akut dan stres kronis. Stres akut adalah stres yang muncul cukup kuat, tetapi dapat menghilang dengan cepat, terutama jika penyebab stres dihilangkan. Stres kronis adalah stres yang tidak terlalu kuat, tetapi dapat bertahan lama sampai berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan (NSC 2004). Stres (misalnya akibat trauma, infeksi, peradangan atau kerusakan jaringan) akan memicu impuls saraf ke hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon pelepas kortikotropin (corticotropin-releasing hormone) yang melewati sistem portal hipotalamus-hipofisis menuju kelenjar pituitari anterior (adenohipofise). Kelenjar pituitari anterior akan dirangsang untuk melepaskan adrenocorticotropin hormone (ACTH). ACTH akan bersirkulasi di dalam darah menuju kelenjar adrenal yang berfungsi untuk mensekresikan glukokortikoid. Zona fasikulata dan zona retikularis lebih sensitif terhadap ACTH untuk menghasilkan glukokortikoid dibandingkan dengan zona glomerulosa yang menghasilkan mineralokortikoid. Glukokortikoid inilah yang mengakibatkan peningkatan persediaan asam amino, lemak, dan glukosa dalam darah untuk membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh stres dan menstabilkan membran lisosom untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (Frandson 1992). Stres pada hewan dapat diukur melalui rasio neutrofil/limfosit (N/L). Kannan et al. (2000) menyebutkan bahwa terjadi peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah limfosit pada kambing yang mengalami stres akibat transportasi. Rasio N/L lebih tinggi setelah proses transportasi dibandingkan sebelum proses transportasi. Rasio N/L normal pada kambing adalah 1,5 namun pada kambing yang mengalami stres akibat transportasi dapat mencapai 2,7. Penelitian yang dilakukan oleh Ambore et al. (2009) menunjukkan adanya peningkatan neutrofil pada kambing setelah proses transportasi dan terjadi eosinopenia. Hal ini diduga merupakan respon dari kortisol di dalam darah. Kannan et al. (2000) juga menyebutkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan

14 tidak menunjukkan adanya penurunan jumlah eosinofil dan monosit selama transportasi. Perubahan rasio N/L tidak hanya terjadi pada hewan yang mengalami stres transportasi, tetapi juga pada hewan yang dikandangkan di tempat penangkaran. Penelitian yang dilakukan oleh Maheshwari (2008) terhadap Owa Jawa di tempat penangkaran menunjukkan adanya gambaran rasio N/L yang relatif tinggi. Hal ini diduga bahwa Owa Jawa tersebut berada dalam keadaan tercekam, kemungkinan karena perlakuan pada saat penangkapan atau pembiusan.

DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA

DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mampu memahami istilah plasma, serum, hematokrit 2. Mahasiswa mampu memahami komposisi plasma

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu.( Fardiaz S, 1992

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Robbani et al. 2010).

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Robbani et al. 2010). 3 TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Lumpur Kerbau lumpur yang termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis, Genus Bubalus, Subfamili Bovinae, Famili Bovidae, Subordo Ruminantia, Ordo Artiodactyla, Subkelas Theria,

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI FISIOLOGI HEWAN I April 2008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN DARAH DAN SIRKULASI Darah Darah dan hemolymph, cairan sirkulasi pada sistem sirkulasi terbuka dan tertutup, adalah cairan kompleks berisi banyak

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tikus Putih Tikus putih termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Chordata, Klas Mamalia, Ordo Rodentina, Famili Muridae, Subfamily Muroidae, Genus Rattus, Species Rattus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah adalah bagian cair yang terdiri dari air,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Nozawa (1979) menyatakan bahwa sapi Bali ( Bos sondaicus) merupakan sapi lokal

I. TINJAUAN PUSTAKA. Nozawa (1979) menyatakan bahwa sapi Bali ( Bos sondaicus) merupakan sapi lokal I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Nozawa (1979) menyatakan bahwa sapi Bali ( Bos sondaicus) merupakan sapi lokal dengan penampilan reproduksi yang tinggi. Sapi ini merupakan keturunan asli Banteng ( Bibos

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan Kebisingan merupakan salah satu hasil samping pemanfaatan teknologi manusia. Sumber kebisingan didapat mulai dari mesin-mesin di pabrik, lalu lintas kendaraan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembentukan Sel Darah (hemopoiesis) Terdiri dari 3 fase hemopoesis : 1. Fase mesoblastik Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih serupa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

IV.Kajian Pustaka : 1. Sel darah merah (eritrosit)

IV.Kajian Pustaka : 1. Sel darah merah (eritrosit) I. Judul : Struktur sel darah pada manusia, ikan, dan katak II. Hari/tanggal : Sabtu/8 mei 2010 III. Tujuan : Mengamati bentuk dan struktur sel darah pada manusia, ikan, dan katak, serta membandingkan

Lebih terperinci

STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah

STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN Achmad Farajallah Sistem Sirkulasi: mode umum Sistem transportasi internal akibat ukuran & strukturnya menempatkan sel-sel tubuh berada jauh dari lingkungan luar sistem yang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH DISUSUN OLEH: Anis Rachmawati (3415080201) Fina Lidyana (3415081961) Kusfebriani (3415081962) Rani Rahmahdini (3415083253) R.A Nurhikmah Annisa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Domba garut memiliki sifat profilik atau memiliki anak lebih dari satu dengan jumlah anak perkelahiran ialah 1.97 ekor. Domba garut merupakan domba yang berasal dari persilangan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordate Kelas : Aves Ordo : Galliformes

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang sebagian besar waktunya dihabiskan di air. Kemampuan termoregulasi itik menjadi rendah karena tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo 2.1.1. Taksonomi Dan Morfologi Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam didapatkan secara genetis dengan cara memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing memiliki keunggulan

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo berasal

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

LEUKOSIT. 1.Puspha Dyah F. (A ) 2.Retri Retnaningtyas (A ) 3.Shindhu Anggraini (A )

LEUKOSIT. 1.Puspha Dyah F. (A ) 2.Retri Retnaningtyas (A ) 3.Shindhu Anggraini (A ) LEUKOSIT 1.Puspha Dyah F. (A102.09.039) 2.Retri Retnaningtyas (A102.09.045) 3.Shindhu Anggraini (A102.09.052) 4.Tiska Ageng P. (A102.09.058) 5.Ulfi Binartawati (A102.09.060) 6.Zerlinda Anita S. (A102.09.070)

Lebih terperinci

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP S E L Suhardi, S.Pt.,MP Foreword Struktur sel, jaringan, organ, tubuh Bagian terkecil dan terbesar didalam sel Aktivitas metabolisme sel Perbedaan sel hewan dan tumbuhan Metabolisme sel Fisiologi Ternak.

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Diferensiasi Leukosit Tubuh manusia maupun hewan sepanjang waktu terpapar oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan parasit dalam berbagai tingkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

CONTOH SOAL BIOLOGI S2LC 2018

CONTOH SOAL BIOLOGI S2LC 2018 CONTOH SOAL 1. Penyakit Tay-Sachs ditandai dengan akumulasi abnormal molekul kompleks yang seharusnya sudah dicerna oleh enzim organel di sel saraf. Nama organel yang mengandung enzim tersebut adalah..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan

Lebih terperinci

Sel sebagai unit dasar kehidupan

Sel sebagai unit dasar kehidupan Sel sebagai unit dasar kehidupan 2.1 Kimia kehidupan (Book 1A, p. 2-3) A Apa unsur-unsur kimia anorganik penyusun organisme? (Book 1A, p. 2-3) 1 Air (Book 1A, p. 2-3) Fungsi Sebagai pelarut Sebagai agen

Lebih terperinci

A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut:

A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut: A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut: 1. Membran sel Membran sel sering disebut juga membran plasma yang bersifat semipermeabel. Artinya, membran sel hanya dpat dilewati oleh zat tertentu,

Lebih terperinci

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI Daya Tahan tubuh Adalah Kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit agar terhindar dari penyakit 2 Jenis Daya Tahan Tubuh : 1. Daya tahan tubuh spesifik atau Immunitas 2.

Lebih terperinci

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Respon deferensiasi sel darah perifer mencit terhadap vaksin S. agalactiae yang diradiasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Respon deferensiasi sel darah perifer mencit terhadap vaksin S. agalactiae yang diradiasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Vaksinasi adalah suatu proses membangkitkan kekebalan protektif dengan menggunakan antigen yang relatif tidak berbahaya (Tripp 2004). Vaksinasi merupakan metode yang paling efektif

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.1 1. Perhatikan nama-nama bagian sel berikut ini! dinding sel inti sel kloroplas Lisosom sentriol Bagian sel yang tidak dimiliki oleh sel hewan adalah... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik adalah golongan unggas air dan itik merupakan hewan homoiterm yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke dalam hewan berdarah panas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 Energi cahaya menjadi energi potensial Energi kimia menjadi energi gerak

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Lekosit Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit. Diameter

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Struktur sel tumbuhan dan hewan untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar yang ada dihutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi

Lebih terperinci

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI OLEH: TUTI NURAINI, SKp, M.Biomed. DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR PENDAHULUAN Asal kata bahasa latin: immunis: bebas dari beban kerja/ pajak, logos: ilmu Tahap perkembangan

Lebih terperinci

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel A. Pengertian Sel Sel adalah unit strukural dan fungsional terkecil dari mahluk hidup. Sel berasal dari bahasa latin yaitu cella yang berarti ruangan kecil. Seluruh reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh

Lebih terperinci