HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yuliana Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit (N/L). LEUKOSIT Berdasarkan perhitungan leukosit pada ulas darah, diperoleh jumlah ratarata dan simpangan baku dari total leukosit, jenis-jenis leukosit, dan rasio N/L seperti yang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Rataan jumlah leukosit, jenis-jenis leukosit, dan rasio N/L kerbau lumpur betina selama sepuluh minggu Minggu ke Leukosit (sel/mm 3 ) Neutrofil (sel/mm 3 ) Eosinofil (sel/mm 3 ) Monosit (sel/mm 3 ) Limfosit (sel/mm 3 ) Rasio N/L ,33±2470, ,38±2133, ,13±1974, ,38±2725, ,88±1983, ,67±1735, ,50±3235, ,50±3184, ,33±3531, ,17±2020, ,63±2084, ,13±1500, ,94±1841, ,34±2581, ,41±1884, ,63±2355, ,53±2681, ,33±2410, ,79±2169, ,50±1625,29 123,37±107,52 139,72±124,44 177,31±227,25 184,84±117,71 240,69±144,99 288,70±209,75 99,94±134,98 124,71±113,83 188,38±160,13 139,67±93,88 216,93±148,09 186,41±170,96 164,84±155,07 230,31±197,14 266,75±181,75 238,20±164,87 276,25±195,66 280,17±122,86 202,83±215,16 267,13±166, ,40±1793, ,13±1812, ,03±1370, ,53±2070, ,03±2392, ,13±1875, ,97±2305, ,29±1665, ,33±2131, ,88±1397,74 2,59±1,29 1,95±1,38 2,12±1,41 1,58±1,11 1,74±1,20 1,14±0,79 1,65±0,98 1,81±0,85 1,57±0,66 1,35±0,66 Rataan 10845,89±2518, ,29±2214,96 170,88±156,77 231,65±172, ,17±1926,58 1,76±1,13 Jumlah sel (sel/mm 3 ) Gambar 7 Jumlah leukosit kerbau lumpur selama sepuluh minggu
2 Tabel 2 menunjukkan jumlah total leukosit yang paling rendah selama pengamatan pada minggu ke-5 yaitu 9871,88 sel/mm 3 dan jumlah leukosit tertinggi diperoleh pada minggu ke-9 yaitu 11608,33 sel/mm 3. Secara keseluruhan, rataan jumlah leukosit kerbau lumpur selama sepuluh minggu adalah 10845,89±2518,20 sel/mm 3. Jumlah leukosit pada penelitian kali ini dapat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulong et al. (1980) terhadap kerbau lumpur di Malaysia yaitu sebesar 10700±3100 sel/mm 3. Penelitian lain menunjukkan jumlah leukosit kerbau sungai yaitu 9100±400 sel/mm 3 (Mahmmod et al. 2011). Jumlah leukosit kerbau lumpur pada penelitian yang dilakukan oleh Sulong et al. (1980) lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah leukosit sapi (8000 sel/mm 3 ) dan kerbau sungai (9110 sel/mm 3 ). Berdasarkan Gambar 7 terlihat sedikit penurunan pada minggu ke-2, kemudian meningkat kembali hingga minggu ke-4. Pada minggu ke-5 terjadi penurunan yang cukup drastis. Penurunan jumlah total leukosit dipengaruhi oleh penurunan dari salah satu atau beberapa jenis leukosit. Adanya penurunan neutrofil pada minggu ke-2 dan ke-5 serta penurunan limfosit pada minggu ke-5 menyebabkan jumlah total leukosit juga menurun. Frandson (1992) menyatakan bahwa neutrofil merupakan komponen paling banyak dari total leukosit. Hal ini dapat dilihat pada rataan neutrofil (6084,29±2214,96 sel/mm 3 ) yang lebih tinggi dari pada rataan limfosit (4361,17±1926,58 sel/mm 3 ). Fluktuasi jumlah leukosit dapat terjadi pada kondisi tertentu, misalnya stres, gizi, umur, penyakit dan lain-lain. Jumlah leukosit yang menyimpang dari keadaan normal mempunyai arti klinik yang penting untuk evaluasi suatu proses penyakit (Dellmann & Brown 1992). Kenaikan jumlah leukosit dapat terjadi bila terdapat benda asing yang masuk. Beberapa jenis leukosit akan meningkat jumlahnya untuk melawan antigen yang masuk. Neutrofil dan monosit dapat melawan benda asing yang masuk dengan cara memfagositosis. Pada kondisi terjadi infeksi, limfosit akan melakukan perannya dalam respon imun dengan cara akan membentuk antibodi. Eosinofil dan basofil juga akan meningkat dalam respon pertahanan tubuh yang lain.
3 NEUTROFIL Neutrofil merupakan jenis leukosit yang jumlahnya cukup dominan. Neutrofil juga merupakan garis pertahanan utama terhadap adanya benda asing yang masuk ke jaringan tubuh (Samuelson 2007). Neutrofil yang ditemukan pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 2 menunjukkan rataan neutrofil kerbau lumpur selama sepuluh minggu. Rataan neutrofil paling rendah diperoleh pada minggu ke-6 yaitu 4841,63 sel/mm 3, sedangkan rataan paling tinggi diperoleh pada minggu ke-1 yaitu 7248,63 sel/mm 3. Secara keseluruhan, rataan jumlah neutrofil selama sepuluh minggu adalah 6084,29±2214,96 sel/mm 3. Gambar 8 Neutrofil Persentase jumlah neutrofil pada kerbau lumpur ini berkisar antara 45 sampai 65%. Penelitian oleh Sulong et al. (1980) terhadap kerbau lumpur di Malaysia menunjukkan persentase jumlah neutrofil sebanyak 35,2%. Persentase jumlah neutrofil kerbau lumpur lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah neutrofil sapi dan kerbau sungai. Sapi memiliki jumlah neutrofil sebanyak 33,7% dan kerbau sungai sebanyak 28,5%.
4 Jumlah sel (sel/mm 3 ) Gambar 9 Jumlah neutrofil kerbau lumpur selama sepuluh minggu Berdasarkan Gambar 9 diatas, terlihat fluktuasi dari jumlah neutrofil. Peningkatan jumlah neutrofil terjadi di beberapa titik yaitu minggu ke-1, minggu ke-3 dan minggu ke-7 hingga ke-8. Jumlah neutrofil yang tinggi atau peningkatan jumlah neutrofil pada minggu-minggu tersebut dapat disebabkan oleh adanya infeksi, peradangan atau stres. Peradangan atau infeksi akan menstimulasi pengeluaran neutrofil untuk menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Neutrofil tersebut akan menerima sinyal yang dihasilkan oleh sel yang bersangkutan atau racun dari bakteri (Frandson 1992). Pada kondisi stres, adanya kortisol juga dapat mempengaruhi keluarnya neutrofil dari sumsum tulang. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah neutrofil (Samuelson 2007). Penurunan jumlah neutrofil terjadi di beberapa minggu yaitu minggu ke-2, minggu ke-4 hingga ke-6, dan minggu ke-9 hingga ke-10. Penurunan ini dapat terjadi jika hewan tidak lagi mengalami infeksi, peradangan atau stres. Namun pada infeksi parasit darah (theileriosis) dapat terjadi penurunan jumlah neutrofil karena akan terjadi destruksi organ-organ limfoid penghasil leukosit (Mahmmod et al.2011). EOSINOFIL Eosinofil merupakan jenis leukosit yang jumlahnya relatif sedikit. Eosinofil berperan aktif dalam mengatur alergi akut dan proses peradangan, mengatur infestasi parasit, dan memfagosit bakteri, kompleks antigen-antibodi, mikoplasma dan ragi (Dellmann & Brown 1992). Eosinofil yang ditemukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 10.
5 Gambar 10 Eosinofil Pada penelitian kali ini diperoleh jumlah eosinofil yang disajikan pada Tabel 2, rataan eosinofil paling tinggi dan paling rendah diperoleh pada minggu ke-6 dan ke-7 yaitu 288,70 sel/mm 3 dan 99,94 sel/mm 3. Secara keseluruhan, rataan eosinofil selama sepuluh minggu adalah 170,88±156,77 sel/mm 3. Jika dipersentasekan, jumlah eosinofil kerbau lumpur ini berkisar antara 1 sampai 3%. Penelitian lain mendapatkan jumlah eosinofil sekitar 6,6%. Pada sapi dan kerbau sungai, persentase eosinofil sekitar 9,0% dan 4,6% (Sulong et al. 1980). Jumlah sel (sel/mm 3 ) Gambar 11 Jumlah eosinofil kerbau lumpur selama sepuluh minggu Gambar 11 menunjukkan jumlah eosinofil yang cenderung semakin meningkat dari minggu ke-1 hingga minggu ke-6. Pada minggu ke-7 terjadi penurunan yang cukup signifikan, namun kembali naik pada minggu ke-8 dan ke- 9. Pada minggu ke-10 terjadi sedikit penurunan. Peningkatan eosinofil diduga karena hewan mengalami alergi akut atau terdapat infestasi parasit. Penurunan
6 eosinofil terjadi karena tubuh telah dapat mengatasi adanya parasit tersebut atau karena adanya intervensi dari luar yang dapat mengurangi infestasi parasit. BASOFIL Basofil merupakan jenis leukosit yang memiliki jumlah paling sedikit. Basofil memiliki fungsi utama dalam membangkitkan reaksi hipersensitif dengan sekresi mediator yang bersifat vasoaktif. Sel ini melepaskan mediator untuk aktivitas peradangan dan alergi. Pada sapi dan kerbau jumlah basofil yaitu 0,5% dan 0,97%, sedangkan jumlah basofil pada kerbau lumpur sekitar 0,3% (Sulong et al.1980). Penelitian lain menunjukkan jumlah basofil kerbau sungai sekitar 0,02% (Mahmmod et al. 2011). Pengamatan terhadap darah kerbau lumpur yang dilakukan selama sepuluh minggu ini tidak menemukan adanya basofil. Tidak adanya basofil bukan berarti hewan tidak mengalami alergi atau peradangan, namun perlu dilihat perubahan dari jenis leukosit lainnya untuk memastikan ada tidaknya peradangan tersebut. Karena terlibat dalam proses peradangan, maka terjadi suatu keseimbangan yang peka antara basofil dan eosinofil dalam mengawali dan mengontrol peradangan tersebut (Frandson 1992). Selain itu fagosit oleh basofil bersifat terbatas, sehingga basofil lebih jarang ditemukan (Samuelson 2007). MONOSIT Monosit merupakan jenis leukosit yang bekerja pada infeksi yang tidak terlalu akut (Dellmann & Brown 1992). Keberadaan leukosit dalam darah hanya beberapa hari (Samuelson 2007). Monosit yang ditemukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 12.
7 Gambar 12 Monosit Rataan dan simpangan baku monosit pada kerbau lumpur yang diamati selama sepuluh minggu disajikan pada Tabel 2. Jumlah monosit paling tinggi diperoleh pada minggu ke-8 yaitu 280,17 sel/mm 3, sedangkan jumlah neutrofil terendah diperoleh pada minggu ke-3 yaitu 164,84 sel/mm 3. Secara keseluruhan, rataan jumlah monosit selama sepuluh minggu adalah 231,65±172,89 sel/mm 3. Jika dipersentasekan, maka jumlah monosit sekitar 1 sampai 3%. Pada penelitian sebelumnya, jumlah monosit sekitar 3,7%. Pada sapi dan kerbau sungai, persentase jumlah monosit sekitar 4,0% dan 4,2% (Sulong et al.1980). Jumlah sel (sel/mm 3 ) Gambar 13 Jumlah monosit kerbau lumpur selama sepuluh minggu Gambar 13 menunjukkan fluktuasi dari monosit selama sepuluh minggu pengamatan. Mulai dari minggu ke-1 terjadi penurunan hingga minggu ke-3, namun kembali meningkat pada minggu ke-4 hingga ke-5. Penurunan terjadi lagi pada minggu ke-6 dan ke-9, kemudian kembali meningkat. Penurunan dan
8 peningkatan jumlah monosit tidak terjadi secara signifikan, sehingga tidak begitu menggambarkan adanya kelainan. Monosit adalah sel darah yang belum matang sehingga dalam sirkulasi perannya dalam proses fagositosis tidak sebesar ketika monosit menjadi makrofag di jaringan. Monosit muncul jika terdapat antigen yang tidak mampu difagosit oleh neutrofil dengan cara berubah menjadi makrofag yang ukurannya lebih besar (Frandson 1992). LIMFOSIT Limfosit dikatakan sebagai leukosit yang dominan pada ruminansia. Limfosit juga merupakan leukosit yang berespon terhadap antigen dengan cara membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas seluler (Frandson 1992). Limfosit yang ditemukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 14. Jumlah rataan dan simpangan baku limfosit kerbau lumpur disajikan pada Tabel 2. Gambar 14 Limfosit Berdasarkan Tabel 2, terlihat jumlah limfosit tertinggi pada minggu ke-6 yaitu 5228,13 sel/mm 3, sedangkan jumlah limfosit terendah diperoleh pada minggu ke-1 yaitu 3489,40 sel/mm 3. Secara keseluruhan, rataan jumlah limfosit selama sepuluh minggu adalah 4361,17±1926,58 sel/mm 3. Jika dipersentasekan, maka jumlah limfosit sekitar 30 sampai 50%. Pada penelitian sebelumnya, jumlah limfosit kerbau lumpur sekitar 54,2%. Pada sapi dan kerbau sungai, persentase jumlah limfosit sekitar 58% dan 56,7% (Sulong et al.1980).
9 Jumlah sel (sel/mm 3 ) Gambar 15 Jumlah limfosit kerbau lumpur selama sepuluh minggu Berdasarkan Gambar 15, terlihat adanya fluktuasi jumlah limfosit kerbau lumpur selama sepuluh minggu. Penurunan dan peningkatan terlihat tidak terlalu signifikan, hanya terjadi sedikit perubahan dari jumlah limfosit. Peningkatan limfosit terjadi jika antigen masuk ke dalam tubuh, sehingga tubuh harus memproduksi antibodi (Frandson 1992). Penurunan limfosit dapat dialami jika terjadi imunosupresi atau kerusakan pada jaringan limfoid akibat faktor tertentu atau hewan dalam keadaan tercekam (stres). Pada penelitian kali ini kerbau lumpur diduga mengalami stres yang berakibat turunnya jumlah limfosit. Pada kondisi stres, kadar kortisol dalam darah meningkat. Kortisol dapat menyebabkan limfopenia dengan cara mengurangi mitosis atau pembentukan limfosit. Kortisol juga berpengaruh terhadap berkurangnya limfosit dalam sirkulasi karena terjadi redistribusi limfosit ke sumsum tulang dan bagian lain. Pembentukan DNA juga terhambat (Chastain & Ganjam 1986). NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) Rasio jumlah neutrofil dan limfosit dapat menjadi indikasi adanya stres pada hewan (Kannan et al. 2000). Rasio neutrofil/limfosit pada kerbau lumpur selama sepuluh minggu disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 16. Nilai rasio neutrofil/limfosit pada kerbau lumpur paling tinggi pada minggu ke-1 dan paling rendah pada minggu ke-6. Kannan et al. (2000) menjelaskan bahwa indeks stres pada kambing normalnya bernilai 1,5. Jika melebihi nilai 1,5 maka hewan tersebut diduga mengalami stres atau cekaman. Pada sapi dan ruminansia lain, secara normal rasio neutrofil/limfosit sebesar 0,5 (Aiello 2000). Indeks stres tersebut
10 dapat diperoleh melalui rasio neutrofil/limfosit. Kondisi stres akan menyebabkan peningkatan neutrofil dan penurunan limfosit. Hal ini terbukti dengan tingginya jumlah neutrofil disertai penurunan limfosit pada awal minggu ke-1 dan pada minggu-minggu selanjutnya. Kadar kortisol yang meningkat pada kondisi stres akan menyebabkan neutrofilia karena terjadinya stimulasi pembentukan neutrofil dan pelepasan neutrofil dari sumsum tulang. Kortisol dapat menyebabkan limfopenia, eosinopenia, dan basopenia melalui pelepasan dari sel-sel limpa dan paru-paru dan penurunan mitosis limfosit dari sumsum tulang (Chastain & Ganjam 1986). Jumlah sel (sel/mm 3 ) 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Gambar 16 Nilai rasio neutrofil/limfosit (N/L) kerbau lumpur selama sepuluh minggu Kerbau pada penelitian ini diduga mengalami stres yang akut karena memiliki jumlah neutrofil yang tinggi (neutrofilia) dan limfosit yang rendah (limfopenia) pada waktu yang bersamaan. Penyebab stres pada hewan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor lingkungan dan adanya parasit dapat menyebabkan hewan hewan merasa tercekam. Kerbau merupakan hewan yang menyukai air. Kondisi lingkungan yang panas dapat menyebabkan hewan ini stres dan jika tidak berendam di lumpur atau air maka akan semakin gelisah. Adanya ektoparasit seperti caplak juga membuat hewan tidak nyaman, sehingga dapat menimbulkan stres.
HASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau Menurut Bhattacharya (1993), semua kerbau domestik diduga berevolusi dari arni (Bubalus arnee) yaitu kerbau liar dari India yang masih dijumpai di hutan-hutan di daerah
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciTabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba
3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama
Lebih terperinciDIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA
DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciImmunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age
Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh
Lebih terperinciBila Darah Disentifus
Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah
Lebih terperinciIMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciserta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui
41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciSistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciTabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem
Lebih terperinciGambaran Diff Count Pada Perokok Di Kecamatan Cibeureum. Undang Ruhimat STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK
Gambaran Diff Count Pada Perokok Di Kecamatan Cibeureum Undang Ruhimat STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Keberadaan zat-zat beracun dari asap rokok menyebabkan tubuh melakukan perlawanan terhadap
Lebih terperinciSISTEM PERTAHANAN TUBUH
SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi. Hormon
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciPEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat
PEMBAEIASAN Penambahan Spirulina platensis dalam pakan ikan sebanyak 296, 4% dan 6% baik secara kontinyu maupun diskontinyu dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin. Peningkatan ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan
Lebih terperinciGambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Robbani et al. 2010).
3 TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Lumpur Kerbau lumpur yang termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis, Genus Bubalus, Subfamili Bovinae, Famili Bovidae, Subordo Ruminantia, Ordo Artiodactyla, Subkelas Theria,
Lebih terperinciSISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS
SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab
Lebih terperinciSistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus
Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium
49 BAB 5 PEMBAHASAN Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Biokimia Universitas Muhammdiyah Jogjakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh
21 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Antibodi pada Mukus Ikan Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh tidak dapat disajikan pada laporan ini karena sampai saat ini masih dilakukan
Lebih terperinciSISTEM IMUNITAS MANUSIA SMA REGINA PACIS JAKARTA
1 SISTEM IMUNITAS MANUSIA SMA REGINA PACIS JAKARTA Ms. Evy Anggraeny Imunitas Sistem Imunitas Respon Imunitas 2 Yaitu sistem pertahanan terhadap suatu penyakit atau serangan infeksi dari mikroorganisme/substansi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu.( Fardiaz S, 1992
Lebih terperinciSistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr
Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak
Lebih terperincimenjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
Bab 10 Sumber: Biology: www. Realm nanopicoftheday.org of Life, 2006 Limfosit T termasuk ke dalam sistem pertahanan tubuh spesifik. Pertahanan Tubuh Hasil yang harus Anda capai: menjelaskan struktur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam dengue ataulebihsering di sebut sebagai penyakit dengan Demam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam dengue ataulebihsering di sebut sebagai penyakit dengan Demam Berdaraha dalah penyakit yang di sebabkan oleh virus Dengue melalui perantara (hospes) nyamuk Aedes
Lebih terperinciDASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI
DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI OLEH: TUTI NURAINI, SKp, M.Biomed. DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR PENDAHULUAN Asal kata bahasa latin: immunis: bebas dari beban kerja/ pajak, logos: ilmu Tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Untuk mengerti bagaimana kedudukan dan peran imunologi dalam ilmu kefarmasian, kita terlebih dahulu harus mengetahui apakah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengamatan diferensial leukosit pada mencit yang diinfeksi dengan P.berghei setelah pemberian ekstrak akar kayu kuning (C. fenestratum) dengan pelarut etanol yaitu sebagai
Lebih terperinciImunologi Agung Dwi Wahyu Widodo
Dasar-dasar Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Departemen Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Unair Pokok Bahasan Sejarah Imunologi Pendahuluan Imunologi Komponen Imunologi Respons Imun Imunogenetika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon
Lebih terperinciTEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN
TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan
Lebih terperinciTabel 2 Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Aktivitas fagositosis (%) umur 6 minggu
HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Fagositosis Sel PMN Ayam Broiler Aktivitas fagositosis diperoleh dengan menghitung jumlah sel PMN yang aktif memfagosit bakteri dari 100 sel PMN dan dikalikan 100%. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua karena infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini
Lebih terperinciRespon imun adaptif : Respon humoral
Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. syaraf pusat. Penyakit ini disebabkan infeksi human immunodeficiency virus
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV AIDS 2.1.1 Pengertian Acquired immune deficiency syndrome adalah penyakit yang untuk pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1981,dengan ciri-ciri imunosupresi yang sangat
Lebih terperinciBAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Berikut ini disajikan tabel hasil pemeriksaan differensial leukosit pada pasien RSH-IPB. Secara umum dapat dikatakan bahwa gambaran leukosit pada semua pasien cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara berkembang seperti Indonesia masih disebabkan oleh penyakit infeksi. 1 Penyakit infeksi dapat disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang kompleks dan berlapis-lapis dalam menghadapi invasi patogen yang masuk seperti bakteri, jamur, virus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Diferensiasi Leukosit Tubuh manusia maupun hewan sepanjang waktu terpapar oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan parasit dalam berbagai tingkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing, secara otomatis tubuh akan memberi tanggapan berupa respon imun. Respon imun dibagi menjadi imunitas
Lebih terperinciREAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)
REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk
Lebih terperinci