BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Diferensiasi Leukosit Tubuh manusia maupun hewan sepanjang waktu terpapar oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan parasit dalam berbagai tingkatan infeksi. Banyak dari beberapa agen tersebut yang mampu menyebabkan berbagai jenis penyakit serius apabila berpenetrasi ke jaringan yang lebih dalam. Tubuh memiliki suatu sistem pertahanan khusus untuk melawan berbagai jenis agen infeksius. Sistem ini terdiri atas leukosit darah (limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, basofil) dan sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit. Semua sel-sel ini bekerja bersama-sama melalui dua cara untuk mencegah terjadinya penyakit, yaitu: (1) dengan merusak antigen melalui proses fagositosis dan (2) dengan membentuk antibodi dan limfosit peka untuk menginaktifkan antigen. Sel fagositik pada mamalia termasuk dalam dua sistem yang komplementer. Sistem pertama, yaitu sistem myeloid terdiri dari sel yang bekerja cepat tetapi tidak mampu bertahan lama. Sistem kedua, yaitu sistem fagositik mononuklear terdiri dari sel yang bekerja lebih lambat tetapi mampu melakukan fagositosis berulang-ulang. Sel fagositik mononuklear ini dapat mengolah antigen untuk reaksi tanggap kebal atau imunitas (Tizard 1987). Reaksi imunitas merupakan reaksi tubuh untuk melawan hampir semua mikroorganisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh (Guyton dan Hall 2005). Studi mikroskopik ulas darah dapat memberikan gambaran tidak langsung adanya infeksi oleh agen-agen tersebut dengan melakukan pemeriksaan diferensiasi leukosit. Perubahan gambaran darah dipengaruhi oleh kondisi fisiologis individu. Perubahan fisiologis pada individu dapat terjadi secara internal dan eksternal. Secara internal antara lain pertambahan umur, status gizi, dan kondisi kesehatan. Sedangkan secara eksternal dapat terjadi perubahan akibat infeksi atau terpapar oleh berbagai agen infeksius (Guyton dan Hall 2005). Hasil pengamatan dari pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam terhadap gambaran diferensiasi leukosit pada mencit dapat dilihat pada Gambar 15.

2 28 L L A B L C Gambar 15 Fotomikrografi sebaran leukosit (L) dengan perbesaran 400 pada perlakuan (A) kontrol, (B) preventif, (C) kuratif, (D) campuran ekstrak minyak jintan hitam dengan madu pada kelompok mencit jantan. Gambar 15 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah leukosit pada sirkulasi darah setelah diberi perlakuan pada kelompok mencit jantan dan betina. Peningkatan ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya leukosit yang ditemukan dalam satu kali lapang pandang. Peningkatan jumlah leukosit paling banyak ditemukan pada kelompok perlakuan kuratif. Kemudian dilakukan penghitungan diferensiasi leukosit untuk mengetahui peningkatan dari tiap-tiap jenis sel leukosit. Penghitungan diferensiasi sel leukosit dilakukan dengan menghitung jenis limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil pada perbesaran Untuk setiap 100 sel leukosit yang ditemukan kemudian dikelompokkan. Sel yang paling banyak ditemukan berturut-turut pada sampel ulas darah adalah limfosit, neutrofil, monosit, kemudian eosinofil dan basofil. Masing-masing sel memiliki morfologi dan ciri khas yang dapat dibedakan antar satu sel dengan sel yang lainnya seperti ditunjukkan pada Gambar 16. L D

3 29 A B Gambar 16 Fotomikrografi leukosit agranulosit (A) limfosit, (B) monosit, dan leukosit granulosit (C) neutrofil, (D) eosinofil, (E) basofil dengan perbesaran Hasil penghitungan jumlah limfosit dari pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah limfosit darah mencit dari 100 sel leukosit pada pemberian ekstrak minyak jintan hitam dengan berbagai dosis perlakuan Kelompok Kontrol Preventif Kuratif JH + madu ± 2.84 c ± 1.06 a ± 0.12 a ± 1.17 b ± 2.39 c ± 1.53 a ± 1.20 a ± 0.40 b Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan analisis data dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dengan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) dari jumlah sel limfosit pada ketiga kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol baik pada mencit jantan maupun betina. Peningkatan tertinggi terlihat pada kelompok perlakuan kuratif, kemudian preventif, dan disusul dengan campuran jintan hitam dengan madu. Hal ini juga menunjukkan bahwa peningkatan sebaran leukosit pada sirkulasi darah paling banyak didominasi oleh limfosit. Sedangkan pada mencit kontrol atau normal, jumlah limfosit yang bersirkulasi masih dalam jumlah yang normal. C D E Menurut Fawcett (2002), limfosit merupakan agen utama bagi respon imun tubuh. Sistem imun menyediakan mekanisme untuk pengenalan

4 30 mikroorganisme dan benda asing lain yang memasuki tubuh dan menetralkan kemungkinan akan pengaruh buruknya. Setiap substansi asing yang dapat menginduksi timbulnya respon imun disebut antigen. Dalam tubuh suatu individu dapat dijumpai dua tipe dasar imunitas dapatan yang saling berhubungan. Salah satunya, tubuh mampu membentuk antibodi yang bersirkulasi, yaitu molekul globulin dalam darah yang mampu menyerang antigen spesifik. Tipe imunitas ini disebut imunitas humoral atau imunitas sel-b (karena limfosit membentuk antibodi). Tipe kedua dari imunitas dapat diperoleh melalui pembentukan limfosit teraktivasi dalam jumlah besar yang dirancang untuk menghancurkan antigen. Tipe imunitas ini disebut imunitas yang diperantarai sel atau imunitas sel-t (karena limfosit yang teraktivasi adalah limfosit T) (Guyton dan Hall 2005). Bagi banyak antigen, sel-sel dari subpopulasi sel-t diperlukan untuk memberi rangsangan tambahan kepada sel-b untuk menghasilkan antibodi. Limfosit ini disebut sel-t helper. Sedangkan dalam keadaan tertentu, subpopulasi sel-t menghambat produksi antibodi oleh sel-b yang disebut sel-t supressor (Fawcett 2002). Pemberian ekstrak minyak jintan hitam mampu meningkatkan jumlah sel limfosit dalam sirkulasi darah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak antibodi yang dapat dibentuk untuk sistem pertahanan tubuh. Mekanisme pertahanan yang diperantarai antibodi dalam darah disebut respon imun humoral. Mekanisme pertahanan lain yang memerlukan kontak sel ke sel antara limfosit dan sasarannya disebut respon imun bermedia sel. Agen imunitas jenis ini adalah anggota subpopulasi lain dari sel-t yang disebut sel-t sitotoksik. Sel-sel ini ada tergantung antigen yang meningkat dengan hadirnya makrofag. Hal ini selaras dengan penelitian terdahulu, yaitu jintan hitam terbukti mampu memperkuat dan menstabilkan sistem imunitas tubuh (Schleicher dan Saleh 2000) dengan cara meningkatkan rasio antara sel-t helper dan sel-t supressor sebesar 55% dengan rata-rata pencapaian aktivitas sel pembunuh alami sebesar 30% (Haq et al. 1999), yang berarti meningkatkan aktivitas fungsional sel kekebalan tubuh. Oleh karena itu, jintan hitam dapat digunakan untuk pengobatan kanker, AIDS, dan penyakit lain yang berhubungan dengan penurunan tingkat kekebalan tubuh (El-Kadi et al. 1986).

5 31 Selain itu menurut (Astawan 2009), jintan hitam mampu menstimulasi sumsum tulang dan sel imun, meningkatkan produksi interferon sehingga mampu melindungi sel normal dari perusakan sel oleh virus, menghancurkan sel tumor dan meningkatkan jumlah antibodi yang diproduksi oleh sel-b. Jintan hitam juga baik dikonsumsi oleh individu yang sehat karena aktivitas antioksidan dalam jintan hitam berperan penting dalam mengikat radikal bebas dan menghilangkannya. Peningkatan jumlah limfosit pada kelompok perlakuan campuran jintan hitam dengan madu juga menunjukkan aktivitas sinergisme antar keduanya bila diaplikasikan secara bersama-sama. Kandungan antioksidan penting yaitu asam L-askorbat dalam madu dan komponen mineral lainnya juga mampu meningkatkan status imunitas tubuh. Menurut Kesić et al. (2009), asam L- askorbat adalah antioksidan fase cair paling efektif dalam plasma darah yang berfungsi sebagai antioksidan fisiologis penting untuk perlindungan terhadap penyakit dan proses degeneratif yang disebabkan oleh stres oksidatif. Peningkatan jumlah limfosit paling banyak ditemukan pada kelompok perlakuan preventif dan kuratif jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan campuran jintan hitam dengan madu. Hal ini disebabkan kandungan ekstrak minyak jintan hitam yang lebih sedikit pada campurannya dengan madu, sehingga stimulasi terhadap sel imun lebih rendah dibandingkan kedua perlakuan yang lain. Selain itu, kandungan thymoquinone yang terdapat dalam jintan hitam berfungsi sebagai antioksidan melalui mekanisme penghambatan dari pelepasan histamin yang nantinya akan mereduksi nilai cyclic Adenosien Monophosphate (camp) (Abdel-Sater 2009). Stres menginduksi kenaikan camp intraseluler yang menyebabkan adanya penekanan sistem imun, contohnya dengan menghambat proliferasi limfosit dan antibodi (Glaser et al. 1990). Peningkatan jumlah limfosit pada kelompok mencit jantan dan betina tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p>0.05). Hal ini disebabkan adanya kemungkinan kondisi fisiologis keduanya pada keadaan yang sama, karena kondisi fisiologis suatu individu dapat mempengaruhi gambaran darah (Guyton dan Hall 2005). Sel berikutnya yang banyak ditemukan yaitu neutrofil yang merupakan sel granulosit utama dalam sistem myeloid. Fungsi neutrofil adalah sebagai penghancur antigen melalui proses fagositosis yang terdiri dari beberapa tahap

6 32 antar lain: (1) kemotaksis, yaitu sel ini bermigrasi menuju antigen karena tertarik oleh faktor kemotaktik, (2) perlekatan, yaitu sel ini melekat pada antigen kemudian menjulurkan pseudopodia ke semua jurusan di sekelilingnya kemudian bertemu satu sama lain pada sisi yang berlawanan dan bergabung sehingga menciptakan ruangan tertutup, kemudian berinvaginasi ke dalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri dari bagian luar membran sel untuk membentuk gelembung fagositik (3) penelanan, yaitu sel ini menelan antigen dalam sitoplasma, dan (4) pencernaan, yaitu antigen dicerna oleh enzim lisozim di dalam fagolisosom (Tizard 1987; Guyton dan Hall 2005). Neutrofil adalah sel-sel matang yang dapat menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus bahkan dalam sirkulasi darah. Oleh karena itu keberadaan neutrofil yang berlebih dalam peredaran darah merupakan suatu indikator terjadinya peradangan dalam tubuh. Sedangkan hasil penghitungan jumlah neutrofil dari pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah neutrofil darah mencit dari 100 sel leukosit pada pemberian ekstrak minyak jintan hitam dengan berbagai dosis perlakuan Kelompok Kontrol Preventif Kuratif JH + madu 23.07±2.80 a 5.53±1.17 c 5.00±0.20 c 11.93±1.14 b 23.47±2.39 a 6.73±1.45 c 4.87±1.21 c 11.20±0.53 b Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dengan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) dari jumlah neutrofil pada ketiga kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol baik pada mencit jantan maupun betina. Penurunan jumlah yang signifikan pada kelompok perlakuan preventif dan kuratif menunjukkan bahwa jintan hitam memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Selain itu aktivitas antibakteri yang baik pada madu juga mampu menurunkan jumlah neutrofil sehingga mampu mengurangi efek peradangan. Kandungan fixed oil jintan hitam yaitu thymoquinone merupakan agen antiperadangan dan menunjukkan aktivitas antioksidan dalam sel (El-Dakhakhny et al. 2000). Neutrofil sebagai agen peradangan memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Dengan pemberian ekstrak minyak jintan hitam, dapat meningkatkan efektivitas

7 33 antibakterialnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara meningkatkan aktivitas fungsi fagositnya. Menurut Tizard (1987), setelah neutrofil bertemu dengan suatu antigen, maka antigen tersebut harus dilekatinya atau diikatnya dengan kuat. Biasanya, perlekatan ini tidak terjadi secara spontan, karena baik sel maupun antigen yang tersuspensikan dalam cairan tubuh bermuatan negatif. Oleh karena itu, muatan tersebut perlu dinetralkan dengan melapisi partikel dengan protein bermuatan positif. Partikel protein tersebut adalah molekul antibodi atau komplemen (C3). Sebuah partikel atau antigen yang terlapisi oleh C3 akan memiliki potensial muatan yang lebih rendah, sehingga memungkinkan untuk mengadakan kontak dekat dengan neutrofil yang bermuatan positif. Asam lemak tak jenuh (thymoquinone) yang terkandung dalam jintan hitam dengan atom karbon C adalah pendorong efektivitas perlekatan tersebut (Houghton et al. 1995). Selain itu, penurunan jumlah leukosit granulosit (neutrofil) dalam sirkulasi darah pada ketiga kelompok perlakuan mengindikasikan bahwa neutrofil sebagai mediator peradangan tidak terstimulasi dalam peredaran darah, sehingga jumlah neutrofil yang bersirkulasi menjadi sedikit. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Zaoui et al. (2002) yang mengemukakan bahwa terjadi penurunan jumlah neutrofil yang signifikan pada tikus yang diberi treatment oral ekstrak minyak jintan hitam secara rutin selama 12 minggu dan hasil penelitian Morsi (2000), yaitu efek antibakterial yang tinggi pada ekstrak minyak jintan hitam untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Penurunan jumlah neutrofil pada kelompok perlakuan preventif dan kuratif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan campuran jintan hitam dengan madu. Hal ini disebabkan kandungan thymoquinone dalam komposisi campuran jintan hitam dengan madu yang relatif lebih sedikit jika dibandingkan kedua kelompok perlakuan. Penurunan jumlah neutrofil pada kelompok mencit jantan dan betina tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p>0.05). Hal ini juga disebabkan adanya kemungkinan kondisi fisiologis keduanya pada keadaan yang sama. Reaksi fisiologis yang dapat mempengaruhi perbedaan jumlah neutrofil yang bersirkulasi antara lain siklus reproduksi seperti siklus estrus (Guyton dan Hall 2005).

8 34 Secara umum, monosit merupakan makrofag muda yang terdapat pada aliran darah dan berjumlah 3-8% dari total leukosit yang beredar. Monosit berasal dari sumsum tulang, dan beredar dalam darah selama satu atau dua hari, dan kemudian bermigrasi melalui dinding venul pasca-kapiler ke dalam jaringan ikat organ di seluruh tubuh, kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag jaringan (Fawcett 2002). Berlawanan dengan neutrofil, makrofag dari sistem fagositik mononuklear mampu memiliki aktivitas fagositosis yang tahan lama, mengolah antigen dalam persiapan untuk tanggap kebal dan memberi kontribusi langsung pada perbaikan jaringan yang rusak dengan membuang jaringan yang mati, yang sedang mengalami kematian, dan yang rusak (Tizard 1987). Hasil penghitungan jumlah monosit dari pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah monosit darah mencit dari 100 sel leukosit pada pemberian ekstrak minyak jintan hitam dengan berbagai dosis perlakuan Kelompok Kontrol Preventif Kuratif JH + madu 0.60±0.20 a 0.33±0.23 a 0.13±0.11 a 0.27±0.11 a 0.60±0.20 a 0.40±0.20 a 0.13±0.11 a 0.20±0.20 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan data pada Tabel 10 terjadi sejumlah penurunan kecil monosit yang beredar pada sirkulasi darah. Akan tetapi secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p>0.05) antara ketiga kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Menurut Fawcett (2002), monosit dalam darah tidak memiliki fungsi yang berarti, dan merupakan sel cadangan bergerak yang mampu berkembang menjadi fagosit rakus yang melahap sel-sel tua dan sel debris dalam jaringan normal dan berperan aktif dalam pertahanan tubuh terhadap invasi bakteri. Kandungan thymoquinone dalam jintan hitam berfungsi sebagai antioksidan sehingga monosit sebagai makrofag tidak terstimulasi akibat proses infeksi atau kerusakan sel dalam jaringan, karena monosit sebagai makrofag memiliki kemampuan yang besar dalam mempertahankan jaringan normal dengan memakan sel mati, sel debris, dan substansi asing yang memasuki tubuh (Fawcett 2002). Selain itu, penurunan jumlah monosit yang bersirkulasi juga disebabkan

9 35 karena tidak adanya rangsangan dari neutrofil sebagai agen peradangan, sehingga menyebabkan sel tersebut tidak berespon dan jumlahnya menjadi berkurangnya. Penurunan tertinggi terjadi pada kelompok perlakuan kuratif. Sedangkan pada kelompok perlakuan campuran jintan hitam dengan madu juga menunjukkan penurunan jumlah monosit yang beredar walaupun tidak sebanyak pada perlakuan preventif atau kuratif. Hal ini disebabkan karena kandungan ekstrak minyak jintan hitam yang lebih sedikit dalam campurannya dengan madu. Selain itu, pada keadaan normal (kelompok kontrol) jumlah monosit yang bersirkulasi relatif sama antara kelompok mencit jantan dan betina. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan kondisi fisiologis keduanya dalam keadaan yang sama dan kerusakan sel yang terjadi cenderung sama. Eosinofil merupakan sel darah yang lebih responsif terhadap infeksi parasit dibandingkan terhadap infeksi bakteri. Pada infeksi schistosomiasis, ascariasis, atau trichinosis, eosinofil dapat meningkat sampai 90% dari jumlah leukosit, bersamaan dengan peningkatan dramatis jumlahnya dalam jaringan ikat (Fawcett 2002). Hasil penghitungan jumlah eosinofil dari pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah eosinofil darah mencit dari 100 sel leukosit pada pemberian ekstrak minyak jintan hitam dengan berbagai dosis perlakuan Kelompok Kontrol Preventif Kuratif JH + madu 0.06±0.11 a 0±0 a 0±0 a 0±0 a 0.06±0.15 a 0±0 a 0±0 a 0±0 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat terlihat bahwa terjadi sejumlah penurunan sangat kecil dari eosinofil. Akan tetapi, secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p>0.05) antara ketiga kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol baik pada mencit jantan maupun betina. Bahkan pada semua kelompok perlakuan tidak ditemukan adanya eosinofil yang beredar pada sirkulasi darah. Penurunan jumlah eosinofil mengindikasikan bahwa jintan hitam memiliki aktivitas sebagai antiparasit khususnya cacing. Hal ini selaras dengan beberapa penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa jintan hitam yang dikonsumsi secara oral pada mencit yang

10 36 terinfeksi Schistosoma mansoni selama 2 minggu menunjukkan pengurangan jumlah parasit tersebut pada hati dan menurunkan jumlah total telurnya yang terdeposit di hati dan usus. Kemampuan proteksi dari jintan hitam mampu mengurangi kerusakan genetik akibat infeksi schistosomiasis (Aboul-Ela 2002). Menurut Gali-Muhtasib (2006), kegagalan pembelahan sel pada sumsum tulang dan limpa yang terinfeksi schistosomiasis menunjukkan adanya abnormalitas pada kromosom utamanya, dimana terdapat kekosongan, pecahan, dan penghilangan beberapa kromosom. Pengobatan dengan minyak jintan hitam selama 7 hari terbukti mengurangi persentase penyimpangan dan penghilangan sebagian kromosom dibandingkan dengan kontrol. Minyak jintan hitam juga mampu meningkatkan efektivitas terapi terhadap infeksi Schistosoma mansoni dengan mengurangi abnormalitas kromosom yang ditimbulkan oleh parasit tersebut. Selain itu, menurut Azza et al. (2005), untuk mempertahankan hidupnya dari mekanisme mematikan oleh inang, parasit mengembangkan sistem enzim antioksidan. Pada Schistosoma mansoni, terdapat beberapa enzim yang berperan sebagai antioksidan, meliputi Superoxide Dismutase (SOD), Glutathione Peroxidase (GPX), Glutathion Reductase (GR), dan Glutathion-Stransferase (GST), yang berfungsi sebagai pelindung dalam melawan oksidan mematikan yang berasal dari tubuh inang. Selanjutnya, thymoquinone yang terdapat dalam jintan hitam dapat berfungsi sebagai scavenger dan dapat menurunkan aktivitas enzim antioksidan maupun antioksidan-antioksidan lain yang ada pada cacing. Hal ini akan menyebabkan peningkatan host oxidant attack pada tubuh cacing, yang selanjutnya akan meningkatkan peroksidasi lipid, dan menyebabkan membran peroksidasi menjadi rigid, kehilangan integritas serta kehilangan permeabilitas selektif membran tubuh cacing. Thymoquinone juga dapat mengurangi proses glikolisis pada tubuh cacing dengan jalan inhibisi terhadap enzim Heksokinase pada proses glikolisis aerob dan inhibisi terhadap enzim Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase pada proses glukoneogenesis jalur pentosa fosfat. Hal ini akan mengakibatkan inhibisi pada pemecahan glukosa, yang berarti berkurangnya sumber energi utama pada tubuh cacing. Dengan dua mekanisme inilah cacing kemudian mati.

11 37 Granul eosinofil mengandung beberapa hidrolase lisosom, termasuk fosfatase asam, histaminase, dan ribonuklease. Selain itu, granul juga mengandung tiga protein kation yang tidak terdapat dalam lisosom jenis sel lain yaitu (1) protein basofilik utama (MBP), (2) protein kation eosinofil (ECP), dan (3) neurotoksin asal eosinofil. Protein-protein ini diduga penting untuk peran eosinofil dalam reaksi alergi dan dalam pertahanan terhadap parasit. Pada kedua keadaan ini, jumlah eosinofil yang beredar sangat meningkat. Eosinofil juga terlibat dalam pengendalian kerusakan pada reaksi alergi karena tertarik ke tempat pelepasan histamin (Fawcett 2002). Basofil merupakan sel myeloid yang jumlahnya paling sedikit dan memiliki sejumlah sifat seperti sel mast jaringan ikat yaitu memiliki granul metakromatik besar yang mengandung histamin dan heparin. Walaupun jumlah total basofil dalam darah hanya sebagian kecil saja dari leukosit, kondisi apapun yang menyebabkan berdegranulasi cepat dapat berakibat serius (Fawcett 2002). Basofil sangat berperan pada beberapa tipe reaksi alergi, karena tipe antibodi yang menyebabkan reaksi alergi yaitu imunoglobulin E (IgE) memiliki kecenderungan khusus untuk melekat pada basofil. Kemudian bila terdapat antigen spesifik berikutnya yang bereaksi dengan IgE, maka menimbulkan perlekatan antigen pada antibodi yang menyebabkan ruptur dan lepasnya banyak histamin. Selanjutnya, histamin dapat menyebabkan reaksi jaringan dan pembuluh darah setempat (Guyton dan Hall 2005). Hasil penghitungan jumlah basofil dari pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah basofil darah mencit dari 100 sel leukosit pada pemberian ekstrak minyak jintan hitam dengan berbagai dosis perlakuan Kelompok Kontrol Preventif Kuratif JH + madu 0.13±0.11 a 0±0 a 0±0 a 0±0 a 0.06±0.11 a 0±0 a 0±0 a 0±0 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Pemberian ekstrak minyak jintan hitam mampu menurunkan jumlah basofil yang bersirkulasi berdasarkan data pada Tabel 12. Akan tetapi sama seperti eosinofil, secara statistik penurunan yang terjadi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p>0.05) antara ketiga kelompok perlakuan jika

12 38 dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penurunan atau tidak ditemukannya basofil pada ketiga kelompok perlakuan (preventif, kuratif, campuran jintan hitam dengan madu) mengindikasikan bahwa jintan hitam memiliki aktivitas antihistamin sehingga penggunaan terapi jintan hitam sebagai suplemen antialergi terbukti. Menurut Guyton dan Hall (2005), reaksi alergi akibat pelepasan histamin ke dalam sirkulasi akan menimbulkan vasodilatasi perifer menyeluruh, peningkatan permeabilitas kapiler, penarikan neutrofil dan eosinofil menuju tempat yang reaktif, kerusakan jaringan setempat, peningkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya cairan ke dalam jaringan, serta kontraksi sel otot polos setempat. Reaksi ini dapat mengakibatkan syok sirkulasi akibat spasmus otot polos, sehingga menimbulkan distres dan kolaps vaskular umum yang dapat berakibat fatal seperti kematian (Fawcett 2002). Oleh karena itu, nigellone yang terkandung dalam jintan hitam merupakan agen penghambat histamin yang bekerja menghambat proteinkinase C yang dikenal sebagai zat yang memacu pelepasan histamin. Kristal nigellone juga menurunkan pengambilan kalsium dari sel yang peka, sehingga dapat menghambat pelepasan histamin (Chakravarty 1993). Selain itu, fungsi basofil sebagai mediator reaksi alergi telah diambil alih terlebih dahulu oleh jintan hitam, sehingga dapat menyebabkan jumlah basofil yang bersirkulasi menjadi berkurang Pemberian ekstrak minyak jintan hitam pada penelitian ini terbukti mampu menurunkan jumlah monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil dalam sirkulasi darah. Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan zat aktif thymoquinone dan nigellone yang terdapat dalam jintan mampu memiliki efek sebagai antitumor, antibakteri, antiparasit, dan antialergi. Sedangkan peningkatan jumlah limfosit yang beredar menunjukkan bahwa kandungan thymoquinone dalam jintan hitam berfungsi sebagai antioksidan penting dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan proliferasi limfosit sebagai penghasil antibodi. 4.2 Kepadatan Sumsum dalam Rongga Tulang Semua jenis sel darah berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah. Penghitungan persen (%) kepadatan sumsum tulang dilakukan untuk mengetahui banyaknya massa sumsum

13 39 yang mengisi rongga tulang. Semakin padat massa yang mengisi rongga tulang tersebut maka makin banyak pula sel-sel darah yang dihasilkan dan disirkulasikan. Hasil pengamatan dari pengaruh jintan hitam terhadap kepadatan sumsum dalam rongga tulang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Kepadatan sumsum dalam rongga tulang (%) Kelompok Kontrol Preventif Kuratif HS + madu 65.80±0.89 d 79.41±0.55 c 89.27±1.87 b 97.88±0.64 a 61.58±0.79 d 77.48±2.39 c 86.04±0.92 b 95.01±0.85 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan analisis data dari Tabel 13 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persen kepadatan sumsum tulang dengan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) pada ketiga kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kepadatan sumsum tulang tiap kelompok tersebut juga dapat dibedakan secara jelas melalui Gambar 17. A B C Gambar 17 Fotomikrografi kepadatan sumsum tulang dengan perbesaran 40 pada perlakuan (A) kontrol, (B) preventif, (C) kuratif, (D) campuran jintan hitam dengan madu pada kelompok mencit jantan. D

14 40 Gambar 17 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan massa sumsum yang mengisi rongga tulang dimulai dari kelompok kontrol sebesar (65.80%), preventif (79.41%), kuratif (89.27%), dan campuran jintan hitam dengan madu (97.88%). Peningkatan persen (%) kepadatan tersebut menunjukkan bahwa sumsum tulang terstimulasi sehingga lebih banyak menghasilkan sel-sel darah. Sel-sel darah yang dihasilkan oleh sumsum tulang yaitu eritrosit, leukosit (limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil basofil), yang berdiferensiasi dari sel induk masing-masing. Peningkatan kepadatan sumsum tulang biasanya diikuti dengan peningkatan selsel di dalamnya (sel limfoid dan sel myeloid). Peningkatan kepadatan tulang ini selaras dengan peningkatan jumlah leukosit yang beredar pada sirkulasi darah. Gambaran peningkatan kepadatan sumsum tulang pada mencit betina juga dapat dilihat pada Gambar 18. A B C Gambar 18 Fotomikrografi kepadatan sumsum tulang dengan perbesaran 40 pada perlakuan (A) kontrol, (B) preventif, (C) kuratif, (D) campuran jintan hitam dengan madu pada kelompok mencit betina. Sedangkan peningkatan massa sumsum yang mengisi rongga tulang pada kelompok mencit betina dimulai dari kelompok kontrol sebesar (61.58%), D

15 41 preventif (77.48%), kuratif (86.04%), dan campuran jintan hitam dengan madu (95.01%). Peningkatan persen kepadatan dapat terlihat dari semakin banyaknya massa sumsum yang mengisi rongga tulang pada ketiga kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan persen kepadatan sumsum tulang pada ketiga kelompok perlakuan disebabkan karena adanya zat-zat yang mampu merangsang atau menstimulasi kerja sumsum tulang. Jintan hitam selain mampu menstimulasi sumsum tulang dengan meningkatkan jumlah sel yang memproduksi antibodi sel-b, kandungan mineral dan vitamin dalam jintan hitam juga mampu merangsang pembentukan sel-sel darah merah yang kaya akan hemoglobin. Kandungan vitamin dalam jintan hitam seperti piridoksin (B6) dan asam folat juga penting dalam proses metabolisme asam amino, sintesis protein, pembentukan sel-sel darah, dan proses pematangan eritrosit (Kee dan Hayes 1994; Tambayong 2000; Campbell 2004). Karena terus-menerus harus memenuhi kebutuhan akan sel darah merah, maka sel-sel sumsum tulang merupakan sel yang tumbuh dan bereproduksi paling cepat di seluruh tubuh (Guyton dan Hall 2005). Vitamin B6 berperan dalam pembentukan protein tubuh, merangsang pertumbuhan sel-sel darah merah, mempertahankan keseimbangan hormon dan sistem imun, serta membantu sintesa DNA dan RNA. Sedangkan asam folat bersifat penting sebagai bahan pembentuk senyawa tetrahidrofilik (THF), yaitu koenzim yang diperlukan dalam sintesis sintesis DNA. Asam folat adalah bahan normal yang ditemukan pada sayuran hijau, buah-buahan, hati, dan makanan lain. Namun bahan ini dengan mudah dihancurkan selama makanan dimasak juga sulitnya diserap oleh individu yang memiliki kelainan absorbsi pada ususnya (Guyton dan Hall 2005; Vitahealth 2008). Oleh karena itu, pemberian suplemen herbal berupa ekstrak minyak jintan hitam mampu mensuplai kebutuhan asam folat bagi tubuh dan meningkatkan penyerapannya pada usus. Berbagai mineral diperlukan untuk fungsi tubuh, misanya zat besi (ferosulfat, glukonat, atau fumarat) adalah mineral yang vital dan sangat dibutuhkan untuk regenerasi hemoglobin. Sebanyak 60% dari zat besi dalam tubuh terdapat di dalam hemoglobin (Kee dan Hayes 1994). Ketika zat besi diabsorbsi dari usus halus, zat besi tersebut segera bergabung dalam plasma darah dengan β-globulin, yakni apotransferin untuk membentuk transferin yang selanjutnya diangkut dalam

16 42 plasma. Apotransferin disekresikan oleh hati melalui duktus empedu ke dalam duodenum. Zat besi ini berikatan secara longgar dengan molekul globulin, dan akibatnya dapat dilepaskan ke setiap sel jaringan pada setiap tempat dalam tubuh. Kelebihan zat besi dalam darah disimpan dalam seluruh sel tubuh, terutama di hepatosit hati dan sedikit di retikuloendotelial sumsum tulang. Dalam sitoplasma sel, zat besi ini terutama bergabung dengan suatu protein yakni apoferitin untuk membentuk feritin. Bila jumlah zat besi dalam plasma sangat rendah, maka zat besi dengan sangat mudah dilepaskan dari feritin. Selanjutnya, zat besi diangkut dalam plasma dalam bentuk transferin menuju bagian tubuh yang memerlukan. Bersama dengan zat besi yang terikat, transferin masuk ke dalam eritroblast dalam sumsum tulang dengan cara endositosis. Di sini transferin mengirimkan zat besi secara langsung ke mitokondria tempat dimana heme disintesis (Guyton dan Hall 2005). Kecepatan absorbsi zat besi dalam usus sangat lambat, sehingga makanan yang mengandung zat besi hanya dapat diabsorbsi sebagian saja. Menurut Kee dan Hayes (1994), vitamin C mampu meningkatkan absorbsi zat besi, sehingga kandungan vitamin C yang terdapat dalam madu pada campuran jintan hitam dengan madu menunjukkan aktivitas sinergisme dengan jintan hitam. Selain kandungan vitamin C, dalam madu juga terkandung mineral besi, vitamin B6, dan asam folat yang mampu meningkatkan sintesis eritrosit dan hemoglobin. Hal ini selaras dengan penelitian Zaoui (2002) yang menyebutkan bahwa jintan hitam mampu meningkatkan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin dalam darah sehingga terbukti bahwa jintan hitam mampu mempengaruhi kondisi homeostasis darah. Selain itu, jintan hitam juga mampu memperlancar peredaran darah dan mengurangi tekanan darah dengan meningkatkan ekskresi ion Cl -, K +, Na +, dan urea dalam urin. Kandungan kalsium dalam jintan hitam juga berfungsi sebagai mineral untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Menurut Frandson (1992), mineralmineral terutama kalsium dan fosfor yang berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta dalam kontraksi otot.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tikus Putih Tikus putih termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Chordata, Klas Mamalia, Ordo Rodentina, Famili Muridae, Subfamily Muroidae, Genus Rattus, Species Rattus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mampu memahami istilah plasma, serum, hematokrit 2. Mahasiswa mampu memahami komposisi plasma

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan respon imun dapat terjadi karena adanya infeksi maupun setelah imunisasi atau adanya gangguan sirkulasi maupun tumor. Selain itu peningkatan respon imun juga dipengaruhi

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat nontosik, sehingga dapat juga digunakan sebagai obat anti kanker dan anti

BAB I PENDAHULUAN. bersifat nontosik, sehingga dapat juga digunakan sebagai obat anti kanker dan anti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang permasalahan Coriolus versicolor merupakan salah satu jamur yang banyak digunakan dalam pengobatan penyakit. Ekstrak dari jamur Coriolus versicolor ini diketahui bersifat

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit. Bab 10 Sumber: Biology: www. Realm nanopicoftheday.org of Life, 2006 Limfosit T termasuk ke dalam sistem pertahanan tubuh spesifik. Pertahanan Tubuh Hasil yang harus Anda capai: menjelaskan struktur dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci

Gambar: Struktur Antibodi

Gambar: Struktur Antibodi PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,

Lebih terperinci

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Untuk mengerti bagaimana kedudukan dan peran imunologi dalam ilmu kefarmasian, kita terlebih dahulu harus mengetahui apakah yang

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua karena infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti

Lebih terperinci

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh Apabila tubuh mendapatkan serangan dari benda asing maupun infeksi mikroorganisme (kuman penyakit, bakteri, jamur, atau virus) maka sistem kekebalan tubuh akan berperan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah merah merupakan tanaman endemik Papua yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu pengobatan beberapa penyakit, antara lain kanker, tumor,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat PEMBAEIASAN Penambahan Spirulina platensis dalam pakan ikan sebanyak 296, 4% dan 6% baik secara kontinyu maupun diskontinyu dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin. Peningkatan ini dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan jaringan ikat fibrosa, ditutupi epitel yang mengelilingi dan melekat ke gigi dan tulang alveolar dan meluas ke pertautan mukogingiva (Harty,2003).

Lebih terperinci

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji (2002)

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji (2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya laut yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN BAB 10 RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN 10.1. PENDAHULUAN Virus, bakteri, parasit, dan fungi, masing-masing menggunakan strategi yang berbeda untuk mengembangkan dirinya dalam hospes dan akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci