BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan 60% plasma dan sel darah putih. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan keadaan kesehatan ikan. Ikan air tawar dikatakan sehat apabila kadar hematokritnya berkisar antara 22-60%. Apabila hematokrit ikan kurang dari 22% dinyatakan terjadinya anemia, sama halnya apabila nilai hematokrit lebih besar dari 60% menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress (Tsuzuki et al dalam Winarni 1997). Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan (Kuswardani, 2006). Kadar hematokrit pada ikan nila gift yang pakannya diberi ekstrak daun sirih mengalami peningkatan kadar hematokrit, sedangkan ikan nila gift yang pakannya tidak diberi ekstrak daun sirih mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun sirih mengandung bahan immunostimulan yang dapat meningkatkan kadar hematokrit dalam tubuh ikan. Rata-rata peningkatan kadar hematokrit ikan nila gift dengan penambahan ekstrak daun sirih pada pakan berbeda pada setiap perlakuan (Gambar 3). 24

2 25 Gambar 3. Grafik Rata-rata Peningkatan Nilai hematokrit dari Tiap Perlakuan Pada Gambar 3 terlihat kadar hematokrit ikan nila gift yang pakannya tidak ditambahkan ekstrak daun sirih mengalami penurunan kadar hematokrit, hal ini terjadi pada setiap pengamatan. Ikan nila gift yang pakannya ditambahkan ekstrak daun sirih mengalami peningkatan dari minggu ke minggu, meningkatnya rata-rata kadar hematokrit ikan nila gift dengan penambahan ekstrak daun sirih menandakan bahwa ekstrak daun sirih berperan sebagai immunostimulan. Raa et al (1996) menyatakan bahwa terjadinya mekanisme peningkatan nilai hematokrit sesudah pemberian immunostimulan disebabkan oleh rangsangan makrofag untuk memproduksi interkulin yang akan membuat limfosit membelah menjadi limfosit- T dan limfosit-b serta membuat limfosit-b menjadi lebih aktif dalam memproduksi antibodi. Limfosit-T memproduksi interferon yang mengaktifkan kembali (meningkatkan kemampuan) makrofag sehingga dapat memakan dan membunuh banyak bakteri, virus dan partikel asing lainnya. Rata-rata perubahan kadar hematokrit pada ikan nila gift dengan penambahan ekstrak daun sirih pada pakan gterdapat pada Tabel 1.

3 26 Tabel 1. Rata-rata Perubahan Kadar Hematokrit Pada Ikan Nila Gift dengan Penambahan Ekstrak Daun Sirih Pada Pakan Perlakuan Perubahan Kadar Hematokrit (%) Minggu Ke 0-I I-II II-III III-IV Rata-rata A(Kontrol) -3,7 2,2-8,6 2,9-1,8 B(2ml/100g) 6,7 0,3-1,3 5,0 2,7 C(4ml/100g) 3,4 4,2 4,3 5,7 4,4 D(6ml/100g) 0,2 3,8-2,7 4,3 1,4 E(8ml/100g) 5,4 1,8 3,7-4,5 1,5 Pada Tabel 1 terlihat bahwa penambahan ekstrak daun sirih sebesar 4 ml/100 g pakan (perlakuan C), perubahan kadar hematokrit ikan nila gift mengalami peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keempat. Kadar hematokrit pada awal penelitian sebesar 18,0%, pada minggu pertama kadarnya menjadi 21,4% dengan peningkatan sebesar 3,4%, dan pada minggu keempat sebesar 35,7% dengan persentase peningkatan 5,7%. Rata-rata peningkatan kadar hematokrit pada dosis 4ml/100 g pakan (perlakuan C ) selama penelitian sebesar 4,4%. Hal ini menunjukan bahwa konsentrasi ekstrak daun sirih sebanyak 4 ml/100 g pakan (perlakuan C) merupakan dosis yang sesuai, selain itu pakan yang di berikan dapat dikonsumsi dengan baik karena aroma dan palatabilitas dari pakan disukai oleh ikan, selain itu kandungan minyak atsiri pada pakan tidak terlalu banyak, sehingga bahan immunostimulan yang diberikan dapat menstimulasi sistem kekebalan ikan dengan baik, hal ini sesuai dengan pernyataan Anderson (1995) bahwa aplikasi immunostimulan yang tepat akan menstimulasi ketahanan tubuh terhadap infeksi dan menigkatkan kesehatan ikan. Hal ini dikarenakan ekstrak daun sirih mengandung bahan yang berfungsi sebagai antibakteri dan immunostimulan yang dapat meningkatkan sistem pertahanan non spesifik pada ikan (Sutama 2002).

4 27 Kadar hematokrit ikan nila gift yang diberi ekstrak daun sirih sebanyak 2 ml/100 g pakan (perlakuan B) pada awal penelitian sebesar 15,0% dan meningkat pada minggu keempat kadarnya menjadi 25,7%. Rata-rata peningkatan kadar hematokrit pada perlakuan B sebesar 2,7%. Kadar hematokrit pada perlakuan dosis 2 ml/100g pakan masih lebih kecil bila dibandingkan dengan 4 ml/100g pakan. Hal ini menunjukan bahwa dosis yang diberikan pada perlakuan ini masih kurang tepat. Perubahan penurunan kadar hematokrit pada minggu ketiga dan peningkatan pada minggu keempat, diduga disebabkan karena perubahan suhu air yang mendadak dan perubahan oksigen terlarut yang menjadi rendah dari minggu sebelumnya, sehingga kekebalan tubuh ikan berkurang yang di tandai dengan turunnya kadar hematokri, faktor kualitas air lain seperti ph tidak berpengaruh karena pada minggu ketiga nilai ph berada dalam kondisi optimum. Kadar hematokrit ikan nila gift yang diberi ekstrak daun sirih sebanyak 6 ml/100g pakan (perlakuan D) dan 8 ml/100g pakan (perlakuan E), rata-rata peningkatan kadar hematokrit dari minggu ke satu sampai minggu keempat mengalami peningkatan yang tidak berbeda jauh. Pada perlakuan D rata-rata peningkatan kadar hematokrit sebesar 1,4% dan pada perlakuan E sebesar 1,5%. Pada perlakuan D kadar hematokrit mengalami peningkatan pada awal penelitian dengan kadar hematokrit sebesar 17% menjadi 17,2% pada minggu pertama dan pada minggu keempat meningkat menjadi 22,7% dengan persentase peningkatan 4,3%. Sedangkan pada perlakuan dengan dosis 8 ml/100g pakan (perlakuan E) mengalami penuruan pada minggu keempat dengan kadar hematokritnya menjadi 16%. Perubahan persentase dari minggu ke minggu mengalami peningkatan, namun pada minggu kempat mengalami penurunan sebesar 4,53%. Perubahan kadar hematokrit pada perlakuan D dan E yang berbeda-beda diduga karena adanya perubahan kualitas air pada media yang mendadak seperti suhu dan DO, pada gambar 7 terlihat bahwa pada minggu ketiga nilai DO pada media pemeliharaan mengalami penurunan dari minggu sebelumnya. Peningkatan kadar hematokrit yang kecil ini menunjukan bahwa dosis ekstrak daun sirih yang dicampur pada pakan terlalu banyak sehingga pakan yang diberikan pada ikan

5 Nilai Hematokrit (%) 28 tidak dikonsumsi oleh ikan itu sendiri. Aroma dan palatabilitas pada pakan akan berubah apabila dicampur dengan ekstrak daun sirih, sehingga pakan yang diberikan tidak disukai dan menimbulkan toksik. Pada perlakuan A (tanpa penambahan ekstrak daun sirih) kadar hematokrit mengalami penurunan selama penelitian. Kadar hematokrit ikan pada awal penelitian sebesar 20% dan pada minggu keempat menjadi 12,8%, dengan ratarata penurunan kadar hematokrit sebesar 1,8%. Persentase penurunan dari minggu kedua ke minggu ketiga cukup tinggi dengan penurunan kadar hematokrit sebesar 8,6%. Hal ini diduga, karena pada perlakuan A (kontrol) tidak adanya bahan immunostimulan yang dapat menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Pada minggu keempat kadar hematokrit mengalami peningkatan diduga karena kondisi kualitas air yang mendukung untuk hidup ikan nila gift, pada gambar 6 dan 7 terlihat bahwa nilai ph dan DO pada media pemeliharaan pada minggu keempat berada dalam kondisi yang optimum sehingga meskipun pakan tidak ditambahkan ekstrak daun sirih pada minggu keempat kadar hematokritnya meningkat. Hubungan antara konsentrasi ekstrak daun sirih dengan kadar hematokrit dapat dilihat pada Gambar y = -0,6314x 2 + 5,2049x + 14,767 R² = 0, Dosis (ml/100 g pakan) Gambar 4. Hubungan antara Dosis Penambahan Ekstrak Daun Sirih pada Pakan dengan Nilai Hematokrit

6 29 Hasil analisis regresi (Lampiran 5) menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ekstrak daun sirih pada pakan terhadap nilai hematokrit ikan nila gift dengan persamaan Y = -0,6314x 2 + 5, ,767 dan nilai R = 0,6777 dengan r = 0, Berdasarkan persamaan regresi tersebut bahwa terjadinya peningkatan kadar hematokrit pada ikan nila gift dipengaruhi oleh ekstrak daun sirih sebesar 67 %. Hasil analisis dari persamaan regresi diperoleh dosis ekstrak daun sirih optimum yang dapat meningkatkan kadar hematokrit pada ikan nila gift yaitu sebesar 3,98ml/100 g pakan (Lampiran 5). 4.2 Kelangsungan Hidup Ikan Nila Gift Berdasarkan hasil penelitian tingkat kelangsungan hidup ikan nila gift yang cukup tinggi baik pada pakan yang tidak ditambahkan ekstrak daun sirih maupun pada pakan yang ditambahkan ekstrak daun sirih dengan tingkat kelangsungan hidupnya antara 82,22% sampai 95,55%, tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada penambahan ekstrak 4ml/100 g pakan (perlakuan C). Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan nila gift menunjukan bahwa penambahan ekstrak daun sirih sampai dengan dosis 8 ml/100 g pakan tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan nila gift, tetapi pada konsentrasi 6 ml/100 g pakan dan 8 ml/100 g pakan dapat menyebabkan penurunan tingkat kelangsungan hidup dan penurunan kadar hematokrit. Terjadinya penurunan tingkat kelangsungan hidup ikan nila gift pada penambahan ekstrak dengan dosis 6 ml/100 g pakan dan 8 ml/100 g pakan diduga karena aroma dari minyak atsiri pada pakan yang terlalu banyak sehingga palatabilitas dari pakan tidak disukai oleh ikan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun sirih pada pakan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup ikan nila gift (Lampiran 7 ).

7 30 Tabel 2. Rata-rata kelangsungan Hidup Ikan Nila Gift Selama Penelitian Perlakuan Data Asli (%) Data Transformasi A (Kontrol) 91,11 a 9,53 B (2 ml/100g pakan) 91,11 a 9,54 C (4 ml/100g pakan) 95,55 a 9,77 D (6 ml/100g pakan) 93,33 a 9,65 E (8 ml/100g pakan) 82,22 a 9,06 Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Hal ini diduga karena kualitas perairan yang mendukung dan pemberian pakan yang mencukupi ikan nila gift untuk bertahan hidup. Menurut Effendi (2006), kelangsungan hidup sangat ditentukan oleh ketersediaan makanan. Nilai kelangsungan hidup dari masing-masing perlakuan penambahan ekstrak daun sirih dianggap masih sangat baik karena kelangsungan hidup lebih besar dari 82%. Salah satu faktor yang mungkin dapat menyebabkan penurunan tingkat kelangsungan hidup adalah kualitas air yang menurun (Handerson- Azapalo et al., 1980 dalam Suresh dan Lin, 1992). Tetapi selama masa penelitian kualitas air masih berada dalam kisaran yang ikan nila gift dapat hidup baik, meskipun seringkali terjadi perubahan ph, suhu dan DO yang drastis. Kisaran kelangsungan hidup ikan nila gift selama penelitian adalah 82,22%-95,55%. Hal ini menunjukan bahwa kualitas air selama penelitian masih dalam keadaan yang layak untuk menunjang kelangsungan hidup ikan nila gift. Selain itu, tidak adanya perbedaan yang signifikan ini diduga karena secara umum penambahan dosis ekstrak daun sirih pada pakan tidak menimbulkan efek buruk ataupun negatif terhadap kelangsungan hidup ikan dan diduga jumlah pakan yang selalu tersedia. Jumlah pakan yang mencukupi, sisa pakan dan feses yang disifon secara berkala dan pergantian air yang dilakukan setiap hari,telah menjaga dan mempertahankan kualitas air tetap berada dalam kisaran yang layak. Adanya kematian yang terjadi selama penelitian lebih disebabkan karena ikan nila gift mengalami stres karena penanganan peneliti.

8 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkungannya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup ikan (Effendi 2004). Selama penelitian dilakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air yaitu suhu, ph dan oksigen terlarut. Hasil pengukuran menunjukan kualitas air selama penelitian masih memenuhi kelayakan untuk pemeliharaan ikan nila (Tabel 3). Tabel 3. Kisaran Suhu, ph dan DO Perlakuan Parameter Suhu ( 0 C) ph DO (mg/l) A B C D E Normal a 7,00-7,95 7,08-7,96 7,00 7,97 7,00 7,98 7,02 7, a 3,9 5,9 3,1 5,6 3,5 5,6 3,8 5,8 3,6 5,6 >3 b Keterangan a (Rukmana 1997) b (Boyd 1990) Kualitas air yang buruk dapat menyebabkan ikan stres dan mudah terserang penyakit, berdasarkan tabel diatas dapat dilihat suhu selama penelitian berkisar antara C masih berada dalam tingkat kelayakan untuk pemeliharaan ikan nila. Kisaran suhu tersebut masih optimum bagi ikan karena pada kisaran suhu tersebut metabolisme ikan dapat berlangsung dengan baik. Ikan nila dapat hidup pada kisaran suhu yang lebar yaitu C. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan berada pada kisaran C. Pada suhu yang kurang dari 14 0 C atau lebih dari 30 0 C menyebabkan pertumbuhan ikan nila terhambat. Sedangkan suhu yang mematikan bagi ikan nila berada pada 6 0 C dan 42 0 C (Rukmana 1997) (data kualitas air selama penelitian terdapat pada Lampiran 8).

9 32 Faktor kualitas air lain yang mempengaruhi adalah derajat keasaman (ph) perairan, proses nitrifikasi akan berakhir jika ph rendah. Nilai ph selama penelitian berkisar antara 7,00-7,98 (Lampiran 9). Nilai kisaran ph tersebut masih layak bagi pertumbuhan ikan nila. Pertumbuhan dan perkembangannya dapat optimal pada kisaran ph antara 7-8 (Rukmana 1997). Menurut Boyd 1990, ph diatas 11 mengakibatkan kematian ikan sedangkan ph yang baik untuk kehidupan ikan berkisar antara 6, Kordi (2001) dalam Aliatunnisa (2008), menyatakan bahwa perairan dengan ph rendah dapat mengakibatkan aktifitas tubuh menurun atau ikan menjadi lemah, lebih mudah terkena infeksi dan biasanya di ikuti dengan tingkat mortalitas tinggi. Kandungan oksigen terlarut selama penelitian berfluktuasi berkisar antara 3,76-5,33 mg/l (Lampiran 10). Kandungan oksigen tersebut layak untuk pertumbuhan ikan nila, hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2004) bahwa kisaran oksigen terlarut yang optimal untuk budidaya ikan nila berada pada kisaran 5-6 mg/l. Menurut Boyd (1990), kadar oksigen terlarut dalam perairan minimal 3 mg/l dan optimum pada 5 mg/l. Menurut Mulyanto (1992) dalam Pertiwi (2011), jika kandungan oksigen terlalu rendah, maka berakibat turunnya nafsu makan, dan jika nilainya sangat rendah dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan konsumsi dan pertumbuhan terhenti.