Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba
|
|
- Ari Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama 30 menit, kemudian dibilas dengan air. Pengamatan dilakukan dengan metode zig-zag (Gambar 1) dan hasil penghitungan dinyatakan dalam persen dengan total diferensiasi SDP dihitung per 100 butir SDP. MINITAB 14. Masing-masing uji dilakukan pada taraf nyata uji 5%. HASIL Koleksi dan kultur cacing dilakukan pada awal penelitian. Telur cacing H. contortus (Gambar 2) berhasil dikoleksi dan dikulturkan pada media vermikulit dan kotoran hingga didapat lebih dari L 3 H. contortus. Gambar 1 Metode pengamatan zig-zag preparat ulas darah. Analisis Data Data-data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam menggunakan program MINITAB 14 dan nilai yang berbeda nyata dilakukan analisis lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) menggunakan program Microsoft Excel 2007 untuk mengetahui nilai amatan dari perlakuan yang berbeda nyata, dan hubungan antara pengamatan hari ke-0 sampai ke-42 pada nilai amatan tiap perlakuan dilakukan analisis korelasi Pearson menggunakan program 100 µm Gambar 2 Telur H. contortus yang diamati pada mikroskop cahaya. Infeksi H. contortus pada domba ekor tipis menimbulkan perubahan nilai rataan beberapa aspek fisiologi, yaitu nilai PBBH, FEC, nilai PCV, kadar Hb, jumlah SDM, dan jumlah SDP (Tabel 1, Gambar 3, dan Gambar 4). Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba Hari ke ±0 a 0.03±0.001 a 0.04±0.002 a 0.02±0.000 b PBBH (kg) 0±0 a 0.03±0.001 a 0.07±0.003 a -0.05±0.002 a Kontrol 0±0 a 0.03±0.007 a 0.04±0.007 a 0.08±0.035 c 0±0 a 796±1352 a 1618±1612 a 1036±1196 a FEC (ttgt) 0±0 a 1404±1621 a 1671±2327 a 1596±2134 a Kontrol 0±0 a 0±0 a 0±0 a 0±0 a 28±4 a 27±5 a 26±3 a 26±3 a PCV (%) 30±2 a 25±2 a 27±2 a 27±2 a Kontrol 26±6 a 32±4 a 30±5 a 28±4 a 8.3±0.8 a 7.9±1.0 b 7.9±0.7 a 7.8±0.7 a Hb (g %) 8.8±0.7 a 7.5±0.4 a 7.7±0.6 a 7.9±0.6 a Kontrol 8.1±1.3 a 9.3±1.8 c 8.9±1.5 a 8.6±1.3 a 1.2±0.15 a 1.1±0.17 a 1.0±0.15 a 1.0±0.14 a SDM (10 7 sel/mm 3 ) 1.2±0.23 a 1.1±0.08 a 1.1±0.15 a 1.2±0.12 b Kontrol 1.1±0.21 a 1.3±0.35 a 1.3±0.07 a 1.3±0.28 c 10.5±0.29 a 14.6±0.25 a 13.8±0.26 a 15.5±0.20 a SDP (10 3 sel/mm 3 ) 12.6±0.39 a 14.7±0.38 a 16.3±0.42 a 16.6±0.37 a Kontrol 10.0±1.62 a 10.3±3.11 a 11.3±2.26 a 12.9±4.53 a 33±8 a 27±7 a 34±8 a 30±7 a Limfosit (%) 34±8 a 30±9 a 31±11 a 36±8 a Kontrol 32±0 a 32±0 a 34±2 a 35±2 a 8±3 a 10±4 a 11±4 a 10±3 a Monosit (%) 10±5 a 10±4 a 10±4 a 8±5 a Kontrol 10±1 a 10±1 a 11±2 a 10±1 a
2 4 Lanjutan Parameter Amatan Domba Hari ke Basofil (%) 6±3 a 8±4 a 6±3 a 6±3 a 7±2 a 6±4 a 6±4 a 5±1 a Kontrol 6±1 a 8±1 a 6±0 a 7±0 a Eosinofil (%) 29±8 a 28±4 a 28±6 a 30±7 a 29±2 a 30±4 a 32±7 a 33±11 a Kontrol 27±1 a 26±1 a 27±1 a 26±1 a Neutrofil (%) 24±7 a 27±7 a 19±7 a 23±3 a 22±9 a 23±7 a 20±6 a 19±6 a Kontrol 25±1 a 26±1 a 24±1 a 23±1 a PBBH: Pertambahan Bobot Badan Harian, FEC: Faecal Egg Count, PCV: Packed Cell Volume, Hb: Haemoglobin, SDM: Sel Darah Merah, SDP: Sel Darah Putih, dan huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama pada satu kolom jenis pengamatan menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada analisis ragam dan uji DMRT pada taraf 5%. Gambar 3 Grafik nilai (rataan±sd) PBBH (a), FEC (b), PCV (c), jumlah Hb (d), jumlah SDM (e), jumlah SDP (f) domba jantan ( ), betina ( ), dan kontrol ( ) setelah diinfeksi L 3 H. contortus.
3 5 Gambar 4 Grafik nilai (rataan±sd) jumlah diferensiasi jenis SDP domba jantan (a), domba betina (b), dan kontrol (c) limfosit ( ), monosit ( ), basofil ( ), eosinofil ( ), dan neutrofil ( ) setelah diinfeksi L 3 H. contortus. PEMBAHASAN Nilai rataan PBBH terus meningkat sampai hari ke-35 dan kemudian menurun dari hari ke-35 sampai hari ke-42. Pada hari ke-35 infeksi H. contortus sudah memasuki masa infektifnya sehingga mulai terjadi penurunan nilai rataan PBBH dari pengamatan sebelumnya. Hubungan perubahan nilai rataan PBBH ini tidak bisa dibedakan antara domba jantan dan betina terhadap kontrol (P>0.05). Nilai rataan jumlah FEC mengalami peningkatan dari jumlah nol pada hari awal infeksi hingga hari ke-28 dan ke-35, namun kembali mengalami penurunan jumlahnya pada hari ke-42. Hubungan peningkatan nilai rataan jumlah FEC ini tidak bisa dibedakan dengan kontrol (P>0.05). Nilai FEC menggambarkan populasi cacing dalam tubuh domba. Larva H. contortus yang masuk ke tubuh domba akan mengalami adaptasi dan perkembangan sebelum dapat menghisap darah dan menghasilkan telur dalam tubuh domba. Larva cacing yang tidak dapat bertahan akan mati, sedangkan larva yang bertahan akan melanjutkan siklus hidupnya. Jumlah telur cacing yang menurun di akhir pengamatan diduga disebabkan oleh sudah lewatnya masa infektif dari siklus hidup H. contortus dalam saluran pencernaan domba, yaitu rata-rata sekitar hari setelah infeksi sehingga tidak efektif lagi dalam menghisap darah dan menghasilkan telur (Soulsby 1982). Nilai rataan PCV domba jantan maupun betina mengalami penurunan dari hari awal infeksi hingga akhir pengamatan. Domba jantan mengalami sedikit penurunan nilai PCV secara perlahan setiap minggunya, namun pada domba betina nilai rataan PCV justru kembali meningkat setelah hari ke-28 setelah infeksi. Nilai rataan PCV domba yang diinfeksi H. contortus selama pengamatan berkisar antara 25-30%. Berdasarkan nilai PCV tersebut, domba tidak menunjukkan terjadinya ciri-ciri anemia, yaitu nilainya tidak mencapai kondisi kritis dibawah 20%. Nilai PCV normal pada domba ialah 32% (Frandson 1992) atau 24-36% (Banks 1993). Hubungan penurunan nilai rataan PCV domba jantan tidak bisa dibedakan dengan kontrol (P>0.05), sedangkan domba betina berbeda dengan kontrol (P<0.05). Nilai PCV menggambarkan proporsi sel darah merah
4 6 total terhadap cairan darah. Nilai PCV pada umumnya akan mengalami penurunan yang sangat tajam akibat infeksi H. contortus pada tahap pertama anemia, yaitu pada hari ke-7 sampai ke-25 setelah infeksi dengan rata-rata penurunan nilai PCV sebesar 11%. Nilai tersebut kemudian cenderung stabil namun dengan nilai dibawah normal pada tahap kedua anemia, yaitu 6-14 hari berikutnya (Soulsby 1982). Nilai rataan jumlah Hb pada darah domba jantan dan betina menurun sejak hari awal hingga akhir pengamatan. Nilai rataan jumlah Hb pada darah domba yang diinfeksi H. contortus selama pengamatan berkisar antara g%. Jumlah Hb normal pada darah domba ialah 11 g% (Frandson 1992) atau 8-11 g% (Banks 1993). Hubungan penurunan nilai Hb pada domba jantan dan betina tidak bisa dibedakan (P>0.05) terhadap kontrol. Hemoglobin pada SDM berperan dalam pengikatan oksigen sehingga memungkinkan SDM untuk mengangkut oksigen dalam sistem peredaran. Penurunan jumlah hemoglobin sampai dibawah keadaan normal dapat menyebabkan kondisi anemia. Nilai rataan jumlah SDM pada domba mengalami penurunan dari hari ke-0 infeksi sampai akhir pengamatan bagi domba jantan dan betina. Nilai ini kembali meningkat pada hari ke-42 setelah infeksi pada domba betina. Nilai rataan jumlah SDM pada darah domba yang diinfeksi H. contortus selama pengamatan berkisar antara x 10 7 sel/mm 3. Jumlah SDM normal pada darah domba ialah 1.1 x 10 7 sel/mm 3 (Frandson 1992) atau x 10 7 sel/mm 3 (Banks 1993). Hubungan penurunan nilai rataan jumlah SDM ini tidak bisa dibedakan (P>0.05) terhadap kontrol. Nilai rataan jumlah SDP meningkat seiring dengan adanya parasit dalam tubuh domba selama masa infeksi. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan jumlah SDP pada domba yang diinfeksi cacing, namun hubungan peningkatan jumlah SDP ini pada domba jantan dan betina tidak bisa dibedakan terhadap kontrol (P>0.05) hingga akhir pengamatan. Nilai rataan jumlah SDP pada darah domba yang diinfeksi H. contortus selama pengamatan berkisar antara x 10 3 /mm 3. Jumlah SDP normal pada darah domba ialah 7-12 x 10 3 /mm 3 (Frandson 1992) atau 4-10 x 10 3 /mm 3 (Banks 1993). SDP secara umum berperan penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit. Hasil diferensiasi SDP pada pengamatan menemukan rataan persentase limfosit, monosit, basofil, eosinofil, dan neutrofil domba yang diinfeksi H. contortus masingmasing ialah 27-36%, 8-11%, 5-8%, 28-33%, dan 19-27%. Kisaran jumlah jenis SDP normal pada domba ialah limfosit 60-65%, monosit 5%, basofil 1%, eosinofil 2-5%, dan neutrofil 25-30% (Frandson 1992). Nilai rataan persentase jumlah limfosit, neutrofil, dan eosinofil pada darah domba tetap tinggi dan cenderung meningkat hingga akhir pengamatan. Ketiga jenis SDP ini terutama eosinofil berperan dalam melawan infeksi yang ditimbulkan oleh parasit. Hubungan peningkatan maupun penurunan persentase jumlah jenis-jenis SDP pada domba jantan dan domba betina dalam pengamatan seluruhnya tidak bisa dibedakan dengan peningkatan maupun penurunan jenis-jenis SDP pada domba kontrol (P>0.05). Jumlah limfosit dalam darah domba terinfeksi selama pengamatan lebih rendah dari jumlah limfosit normal pada domba, yaitu 60-65%. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh faktor umur, jenis kelamin, jenis domba, dan metode yang digunakan (Egbe-Nwiyi et al. 2000). Domba yang digunakan dalam penelitian berumur 8-12 bulan. Jumlah limfosit meningkat seiring dengan pertambahan umur. Peningkatan jumlah limfosit sampai nilai normal mencerminkan peningkatan pembentukan sistem kekebalan dengan bertambahnya umur domba (Egbe- Nwiyi et al. 2000). Limfosit bermanfaat dalam sistem kekebalan tubuh dengan membentuk kekebalan humoral dan selular (Tizard 1988), salah satunya dengan membentuk antibodi (Frandson 1992). Jumlah monosit dalam darah domba terinfeksi selama pengamatan relatif tidak berbeda dari jumlah monosit normal pada domba, yaitu 5-6%. Monosit merupakan sel fagositik yang mampu menelan material asing dan akan berkembang menjadi fagosit yang lebih besar, yaitu makrofag ketika masuk ke dalam jaringan akibat adanya material asing tersebut. Sel ini aktif bekerja pada keadaan infeksi yang tidak akut. (Frandson 1992). Jumlah basofil dalam darah domba terinfeksi selama pengamatan lebih tinggi dari jumlah basofil normal pada domba, yaitu 1%. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor umur, jenis kelamin, jenis domba, dan metode yang digunakan (Egbe-Nwiyi et al. 2000). Basofil terlibat dalam reaksi peradangan jaringan dan
5 7 dalam proses reaksi alergik karena sel ini mengandung heparin, histamin, bradikinin, dan serotonin yang dilepaskan di daerah peradangan untuk mencegah pembekuan dan stasis darah (Frandson 1992). Jumlah eosinofil dalam darah domba terinfeksi selama pengamatan lebih tinggi dari jumlah eosinofil normal pada domba, yaitu 5%. Hal ini terjadi akibat adanya infeksi dari parasit terutama nematoda atau nilainya mungkin tetap tinggi akibat infeksi-infeksi parasit pada waktu sebelumnya. Eosinofil diduga berperan dalam membunuh larva cacing yang menginfeksi domba. Jumlah eosinofil yang tinggi berperan dalam meningkatkan mekanisme respon kebal protektif domba ekor tipis terhadap infeksi Fasciola gigantica (Wiedosari 2006). Jumlah eosinofil juga berkaitan dengan resistensi domba yang terinfeksi Trichostrongylus colubriformis (Rothwell et al. 1993) dan Ostertagia circumcincta (Stear et al. 1995). Eosinofil merupakan penciri khas adanya infeksi nematoda yang memasuki tubuh dan merusak jaringan inangnya karena sel ini dapat menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan kutikula nematoda serta dapat menempel dan memfagosit cacing parasit dengan adanya IgE dan IgG. Sel ini kemudian juga dapat mensekresikan mediator kompleks peroksidase yang menghasilkan histamin untuk menetralkan peradangan yang dilepaskan oleh sel mast (Douch et al. 1996). Jumlah neutrofil dalam darah domba yang terinfeksi selama pengamatan relatif tidak berbeda dari jumlah neutrofil normal pada domba, yaitu 25-30%. Neutrofil merupakan sel pertahanan dalam melawan infeksi terutama serangan bakteri dengan cara migrasi ke daerah yang mengalami serangan bakteri yang melepaskan zat kemotoksik. Enzim lisosom dari neutrofil berperan dalam mencerna material asing tersebut (Frandson 1992). Infeksi H. contortus pada abomasum menimbulkan peradangan dan rentan terhadap serangan bakteri. Neutrofil berperan utama pada proses yang berhubungan dengan peradangan akibat infeksi dan jumlahnya meningkat selama periode paten akibat infeksi Haemonchus (Adams 1993). Seluruh nilai rataan aspek yang diamati, yaitu nilai PBBH, nilai FEC, nilai PCV, kadar Hb, jumlah SDM, jumlah SDP, dan persentase jumlah jenis-jenis SDP, kecuali nilai PCV domba betina memiliki hubungan peningkatan maupun penurunan yang tidak bisa dibedakan antara domba jantan dan domba betina terhadap kontrol (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa infeksi L 3 H. contortus pada domba ekor tipis selama 42 hari tidak memberikan pengaruh yang signifikan walaupun nilai-nilai amatan cenderung mengalami penurunan maupun peningkatan. Nilai ini menunjukkan juga bahwa tidak ada domba perlakuan yang terlihat mengalami ciri-ciri anemia bahkan kematian akibat diinfeksi H. contortus. Berdasarkan semua nilai rataan ukuran yang dilakukan dalam penelitian ini, domba ekor tipis menunjukkan adanya potensi kekebalan terhadap infeksi cacing H. contortus. Hal ini menunjukkan adanya peluang domba ekor tipis memiliki gen yang dapat terekspresi dan berpengaruh terhadap mekanisme ketahanan domba terhadap infeksi H. contortus. Beberapa jenis domba di dunia juga banyak dilaporkan memiliki ketahanan terhadap infeksi H. contortus seperti domba Merino (Gill 1991), domba Creole (Bambou et al. 2009), domba Xhosa, dan domba Nguni (Marume et al. 2011). Domba yang berasal dari Indonesia seperti domba Sumatera dan domba persilangan Sumatera-Ekor Gemuk dilaporkan tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi H. contortus (Romjali et al. 1996). Studi pada tingkat molekuler tentang gen yang terkait kekebalan ruminansia terhadap infeksi nematoda gastrointestinal telah banyak dilakukan. Beberapa QTLs (Quality Trait Loci) bagi kekebalan terhadap nematoda parasit gastrointestinal telah teridentifikasi. Setidaknya ada dua gen yang menunjukkan hubungan kekebalan hewan ruminansia terhadap infeksi nematoda gastrointestinal. Gen yang pertama ialah gen DRB, yaitu kelas II dari Major Histocompatibility Complex (MHC) dan gen yang kedua ialah Interferon Gamma Gene (IFNG), yaitu gen pada kromosom. Gen IFNG dan DRB mengatur respon-respon kekebalan terhadap infeksi nematoda gastrointestinal (Charon 2004). SIMPULAN Infeksi H. contortus pada domba cenderung menurunkan nilai PCV, kadar Hb darah, jumlah SDM, dan meningkatkan jumlah SDP, namun tidak sampai menyebabkan kondisi anemia. Bobot badan domba tetap meningkat selama masa infeksi. Nilai-nilai PBBH, FEC, dan gambaran darah diatas mengisyaratkan bahwa domba ekor
PENGARUH INFEKSI LARVA-3 Haemonchus contortus TERHADAP POTENSI KEKEBALAN DAN GAMBARAN DARAH DOMBA EKOR TIPIS I MADE PRADIPTA KRISNAYANA
PENGARUH INFEKSI LARVA-3 Haemonchus contortus TERHADAP POTENSI KEKEBALAN DAN GAMBARAN DARAH DOMBA EKOR TIPIS I MADE PRADIPTA KRISNAYANA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciGAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL)
Laporan Praktikum ke-3 Hari/Tanggal : Jumat/ 17 Maret 2017 m.k Manajemen Kesehatan Kelompok : VII Organisme Akuatik Asisten : Niar Suryani GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL) Disusun oleh: Nuralim
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciTabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciGambar: Struktur Antibodi
PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciFIRST LINE DEFENCE MECHANISM
Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak
II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan
Lebih terperinciGambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk
Lebih terperinciPertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011
Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hemoglobin. Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang
HASIL DAN PEMBAHASAN Hemoglobin Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang Hemoglobin burung merpati jantan dan betina sebelum dan sesudah dilatih terbang selama penelitian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lapangan, Departemen Budidaya
Lebih terperinciSistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr
Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciStruktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus
Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara berkembang seperti Indonesia masih disebabkan oleh penyakit infeksi. 1 Penyakit infeksi dapat disebabkan
Lebih terperinciREAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)
REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk
Lebih terperincimenurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat
Lebih terperinciGAMBARAN LEUKOSIT DOMBA EKOR TIPIS YANG DIINFEKSI Haemoncus contortus HAYATULLAH FRIO MARTEN
GAMBARAN LEUKOSIT DOMBA EKOR TIPIS YANG DIINFEKSI Haemoncus contortus HAYATULLAH FRIO MARTEN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciSISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS
SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui
41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh
21 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Antibodi pada Mukus Ikan Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh tidak dapat disajikan pada laporan ini karena sampai saat ini masih dilakukan
Lebih terperincimenjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
Bab 10 Sumber: Biology: www. Realm nanopicoftheday.org of Life, 2006 Limfosit T termasuk ke dalam sistem pertahanan tubuh spesifik. Pertahanan Tubuh Hasil yang harus Anda capai: menjelaskan struktur dan
Lebih terperinciMakalah Sistem Hematologi
Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel darah yaitu obyek glass, cover glass, Haemicitometer, jarum suntik, pipet kapiler, mikroskop monokuler. Vitamin E
Lebih terperinciKata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali
ABSTRAK Fascioliosis pada sapi di Indonesia disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica yang berpredileksi di saluran empedu dan hati. Infeksi cacing ini menyebabkan gangguan fungsi hati dan kerusakan saluran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Jumlah sel darah merah yang didapatkan dalam penelitian ini sangat beragam antarkelompok perlakuan meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Pola kenaikan
Lebih terperinciSistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Diferensiasi Leukosit Tubuh manusia maupun hewan sepanjang waktu terpapar oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan parasit dalam berbagai tingkatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban
TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Domba garut memiliki sifat profilik atau memiliki anak lebih dari satu dengan jumlah anak perkelahiran ialah 1.97 ekor. Domba garut merupakan domba yang berasal dari persilangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Proses Fermentasi Sabut Kelapa Sawit Sabut kelapa sawit (SS) yang difermentasi oleh jamur Pleurotus ostreatus pada penelitian ini dijadikan sebagai bahan pakan pengganti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara
Lebih terperinciSistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus
Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk
Lebih terperinciLaporan Praktikum V Darah dan Peredaran
Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 11 September 2001 Tanggal Laporan : 19 September 2001 Asisten : Astania Departemen Biologi
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Sel Darah Merah Pemeriksaan darah dilakukan selama tiga puluh hari dari awal kebuntingan, yaitu hari ke-1, 3, 6, 9, 12, 15, dan 30. Pemilihan waktu pemeriksaan dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai
Lebih terperinciPEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat
PEMBAEIASAN Penambahan Spirulina platensis dalam pakan ikan sebanyak 296, 4% dan 6% baik secara kontinyu maupun diskontinyu dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin. Peningkatan ini dapat dilihat
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber
Lebih terperinciPengaruh Infestasi Cacing Hati Fasciola gigantica terhadap Gambaran Darah Sel Leukosit Eosinofil pada Domba
JITV Vol. 9 No. 3 Th. 24 Pengaruh Infestasi Cacing Hati Fasciola gigantica terhadap Gambaran Darah Sel Leukosit Eosinofil pada Domba S. WIDJAJANTI 1, S.E. ESTUNINGSIH 1, SUBANDRIYO 2, D. PIEDRAFITA 3 dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat
Lebih terperinciIII. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba
17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciImmunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age
Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh
Lebih terperinciSistem Transportasi Manusia L/O/G/O
Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut
Lebih terperinciEtiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.
1. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing
Lebih terperinciBila Darah Disentifus
Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang Fapet Farm dan analisis proksimat bahan pakan dan pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem
Lebih terperinciSISTEM PERTAHANAN TUBUH
SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan
Lebih terperinciIlmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah
Lebih terperinciLampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon
58 Lampiran 1 Analisis probit uji LC5096 jam minyak sereh LC 50 96jam Konsentrasi Jumlah Terekspos Pengamatan Jumlah Respon Pengaturan Proporsi Respon Prediksi Proporsi Respon Proposi Respon 60 10 1 0,1000
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciGambar 12 Kondisi tinja unta punuk satu memperlihatkan bentuk dan dan tekstur yang normal atau tidak diare.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel tinja unta punuk satu yang didapatkan memiliki struktur seperti tinja hewan ruminansia pada umumnya. Tinja ini mempunyai tekstur yang kasar dan berwarna hijau kecoklatan. Pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup
Lebih terperinci