HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Ida Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung selama dua minggu masa adaptasi pasca hewan mengalami transportasi dapat dilihat pada Tabel 2. Kisaran jumlah leukosit total kerbau lumpur selama dua minggu masa adaptasi pasca transportasi adalah ³/μl dengan jumlah neutrofil ³/μl, eosinofil ³/μl, limfosit ³/μl, dan jumlah monosit ³/μl. Table 2 Rataan dan simpangan baku jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio N/L pada kerbau lumpur (Bubalus bubalis) betina selama dua minggu masa adaptasi pasca transportasi Hari Suhu Kelembaban Leukosit Neutrofil Eosinofil Limfosit Monosit Rasio Total Ke ( 0 C) (%) ( 10³/μl) ( 10³/μl) ( 10³/μl) ( 10³/μl) ( 10³/μl) N/L ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±2.19 Berdasarkan Table 2 diperoleh rataan jumlah leukosit total keempat ekor kerbau betina selama masa adaptasi berkisar antara ³/μl. Jumlah leukosit total pada kerbau lumpur normal di Malaysia menurut Sulong et al. (1980) adalah ³/μl. Kerbau penelitian yang mengalami transportasi menunjukkan peningkatan jumlah leukosit total dibandingkan dengan jumlah leukosit total normal. Pada Tabel 2 terlihat bahwa jumlah leukosit total tertinggi terjadi pada hari ke-1 yaitu pada saat hewan baru saja mengalami transportasi. Jumlah leukosit total pada hari ke-1 mengalami peningkatan sabanyak 76% bila dibandingkan dengan hasil Sulong et al. (1980) yang melakukan penelitian pada kerbau lumpur di Malaysia. Jumlah leukosit total pada hari ke-1 mengalami
2 peningkatan sebanyak 34% bila dibandingkan hari ke-2 selama dua minggu adaptasi pasca transportasi. Jumlah leukosit total dari hari ke-hari mulai menurun dan stabil hingga pada hari ke-7 yang kemudian mengalami peningkatan sebanyak 31%, akan tetapi masih rendah bila dibandingkan dengan hari ke-1. Jumlah leukosit total pada hari ke-8 mulai menurun dan menunjukkan nilai yang cenderung sama dengan jumlah leukosit total pada hari sebelumnya. Jumlah leukosit total pada hari ke-13 mengalami penurunan sebanyak 17.9% dibandingkan dengan hari sebelumnya dan mengalami penurunan sebanyak 16.72% bila dibandingkan dengan hasil Sulong et al. (1980) pada kerbau lumpur di Malaysia. Transportasi darat merupakan salah satu bentuk stressor yang diduga menyebabkan peningkatan pada hari ke-1, dimana hewan baru saja mengalami transportasi selama 2 jam dengan jarak tempuh 15 km dengan menggunakan mobil bak terbuka berukuran 2x3 m pada siang hari. Hasil ini sesuai dengan hasil Kannan et al. (2000) yang mengatakan bahwa nilai kortisol akan mulai meningkat sejak preload (ternak dimasukkan ke dalam truk) dan mencapai puncaknya pada jam ke-0 yaitu saat postload (saat tiba di tujuan), kadar kortisol lalu mulai menurun pada jam ke-1 dan mencapai level dasar 3 jam setelah transportasi. Pelepasan hormon kortisol ini akan merangsang sumsum tulang untuk melepaskan neutrofil matang, sehingga jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah meningkat yang menyebabkan peningkatan jumlah leukosit total. Jumlah leukosit total dari hari ke hari mulai menurun hingga pada hari ke-7 mengalami peningkatan kembali. Peningkatan pada hari ke-7 diduga hewan mengalami heat stress akut. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada hari ke-7 suhu lingkungan mencapai 28ºC dengan kelembaban 85%. Suhu dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan heat stress (Marai & Haeeb 2010). Menurut Joseph (1996), kerbau merupakan hewan yang rentan terhadap heat stress karena kerbau memiliki kelenjar keringan yang sangat sedikit. Penurunan dari hari kehari diduga adanya penurunan dari salah satu atau beberapa jenis leukosit. Peningkatan jumlah leukosit total dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor fisiologis dan faktor patologis. Faktor patologis pada umumnya disebabkan oleh infeksi agen penyakit dan perubahan kondisi lingkungan. Faktor fisiologis pada umumnya disebabkan oleh pertambahan umur, status kesehatan, dan kondisi stres (Gyton & Hall 2006). Selain itu, peningkatan jumlah leukosit total kemungkinan disebabkan oleh peningkatan dari salah satu atau beberapa jenis leukosit (Maheshwari et al. 2008). Neutrofil Neutrofil merupakan jenis leukosit dengan jumlah terbanyak di dalam peredaran darah. Neutrofil berfungsi sebagai garis pertahanan pertama (first line of defence) terhadap adanya benda asing yang masuk ke jaringan tubuh (Jungueira & Caneiro 2005). Pada Tabel 2 terlihat jumlah neutrofil yang sangat fluktuatif, dengan jumlah neutrofil berkisar antara ³/μl. Nilai relatif atau persentase neutrofil pada penelitian ini berkisar antara 47-65%. Nilai relatif neutrofil pada kerbau lumpur di Malaysia sebesar 35.2% (Sulong et al. (1980). Jumlah neutrofil tertinggi terjadi pada hari ke-1 ( ³/μl) dan jumlah neutrofil terendah terjadi pada hari ke-13 ( ³/μl). Jumlah neutrofil normal pada kerbau lumpur di Malaysia menurut Sulong et al. (1980) sebesar 17
3 ³/μl. Jumlah neutrofil pada hari ke-1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan hari lainnya selama dua minggu masa adaptasi. Jumlah neutrofil terus menurun hingga hari ke-4, setelah itu jumlah neutrofil relatif stabil kecuali pada hari ke-7, dimana jumlah neutrofil sempat meningkat lagi. Namun demikian, jumlahnya tidak lebih tinggi dibandingkan dengan hari ke-1. Secara keseluruhan jumlah neutrofil selama dua minggu adaptasi mengalami peningkatan sebanyak % apabila dibandingkan dengan hasil Sulong et al. (1980). Tingginya jumlah neutrofil pada hari ke-1 ini dibarengi dengan tingginya pengamatan kadar kortisol oleh Andriani (2012). Tingginya dua parameter ini diduga akibat hewan mengalami stres transportasi yang termasuk tipe short transportation. Transportasi yang digunakan 4 ekor kerbau pada saat itu adalah transportasi darat dengan menggunakan truk terbuka berukuran 2x3 m pada siang hari selama 2 jam dengan jarak 15 km. Transportasi dengan waktu kurang lebih 1.5 jam merupakan jenis transportasi periode pendek. Transportasi periode pendek akan menyebabkan peningkatan dan penurunan konsentrasi kortisol secara signifikan dibandingkan periode panjang selama 7-10 jam (Honkavaara et al. 2003). Tingginya jumlah neutrofil pada hari selanjutnya selama dua minggu adaptasi diduga akibat stres yang disebabkan perubahan kondisi lingkungan, perubahan suhu dan kelembaban, dan kebiasaan berkubang yang terbatas. Saat stres, tubuh akan merangsang hipotalamus untuk mensekresikan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH). Pelepasan CRH ini akan merangsang hipofise anterior untuk mensekresikan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH). Pelepasan ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid berupa kortisol dan kortikosteron. Peningkatan glukokortikoid dapat menyebabkan destruksi kelenjar limfoid (timus) dan perpanjangan masa hidup neutrofil (Butcher & Lord 2004). Perubahan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah (Kim et al. 2005). Penurunan jumlah neutrofil ini diduga hewan telah berhasil melakukan adaptasi terhadap lingkungan barunya sehingga tingkat stres hewan mulai berkurang. Berkurangnya tingkat stres dapat mengembalikan jumlah netrofil ke keadaan nilai normalnya. Penurunan jumlah neutrofil ini tidak menutup kemungkinan adanya infeksi parasit darah seperti Theileria. Hasil ini diperkuat dengan ditemukanya parasit darah seperti Babesia sp, Theileria sp dan Anaplasma sp pada kerbau lumpur yang sama selama dua minggu masa adaptasi (Imam 2012). Eosinofil Eosinofil merupakan jenis leukosit dengan persentase antara 1-10% dari seluruh jumlah leukosit total yang ada di dalam aliran darah. Secara umum fungsi eosinofil tidak sebanyak fungsi neutrofil dalam sistem pertahanan tubuh. Keberadaan eosinofil di mukosa saluran gastrointestinal, saluran pernafasan, dan saluran kemih berfungsi dalam mempertahankan serangan berbagai parasit (Ganong 2002). Pada Tabel 2 terlihat jumlah eosinofil relatif stabil selama dua minggu masa adaptasi. Jumlah eosinofil hasil penelitian ini berkisar antara ³/μl, dengan nilai relatif antara 5-11%. Menurut Sulong et al. (1980), jumlah eosinofil normal pada kerbau lumpur di Malaysia sebanyak ³/μl, dengan nilai relatif sebesar 6.6%, sedangkan menurut Smith & Soesanto (1988)
4 nilai relatif kerbau di daerah tropis berkisar antara 1-10%. Jumlah eosinofil pada penelitian ini masih dalam nilai range normal menurut Sulong et al. (1980). Peningkatan jumlah eosinofil di aliran darah dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya reaksi hipersensitivitas (alergi), parasit, degranulasi sel mast, dan hipoadrenokortisism (Guyton & Hall 2006). Eosinofil akan diproduksi dalam jumlah tinggi pada saat terjadi infeksi oleh parasit. Penurunan jumlah eosinofil dapat terjadi karena hewan mengalami infeksi atau peradangan akut, atau hewan mengalami stres (Chastain & Ganjam 1986). Saat terjadi infeksi atau peradangan akut, akan memicu pelepasan kortikosteroid dan catecholamine. Jumlah kortikosteroid yang berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dalam sirkulasi. Monosit Monosit merupakan jenis leukosit yang memiliki ukuran terbesar dibandingkan dengan jenis leukosit lainnya. Persentase monosit di dalam sirkulasi darah berkisar antara 3-12% dari jumlah leukosit total (Smith & Soesanto 1988). Fluktuasi jumlah monosit selama dua minggu masa adaptasi dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah monosit selama dua minggu masa adaptasi berkisar antara ³/μl, dengan nilai relatif berkisar 1-3.5%. Menurut Sulong et al. (1980), jumlah monosit pada kerbau lumpur normal sebesar ³/μl, dengan nilai relatif sebesar 3.7%. Jumlah monosit hasil pengamatan relatif stabil sejak hari ke-1 hingga hari ke-7 masa adaptasi. Jumlah monosit kemudian menurun pada hari ke-8, setelah itu stabil hingga pengamatan selesai. Monosit berperan penting dalam memfagosit benda asing dalam tubuh. Menurut Kannan et al. (2000), monosit tidak berpengaruh secara signifikan dalam respon stres terutama stres transportasi. Hal ini dapat dilihat dari persentase monosit yang masih di dalam nilai normal yaitu 3.7% (Sulong et al. 1980). Monosit berperan penting dalam membersihkan sel debris yang dihasilkan dari proses peradangan atau infeksi, memproses beberapa antigen yang menempel pada membran sel limfosit menjadi lebih antigenik sehingga dapat mudah dicerna oleh monosit dan makrofag, dan menghancurkan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Colville & Bassert 2008). Basofil Basofil adalah sel myeloid yang jumlahnya sangat sedikit di dalam peredaran darah hanya 0.02% pada kerbau sungai menurut Mahmmod et al. (2011). Basofil mempunyai fungsi utama dalam membangkitkan reaksi hipersensitivitas dengan sekresinya yang bersifat vasoaktif. Tidak ditemukannya basofil pada penelitian ini bukan berarti tidak ada basofil di dalam aliran darah, akan tetapi karena jumlah basofil yang sangat sedikit di dalam sirkulasi. Basofil ada pada waktu tertentu seperti pada saat terjadi perbarahan, alergi, dalam metabolisme trigliserida, serta terjadinya degranulasi karena basofil memiliki reseptor IgE dan Ig G (Dharmawan 2002). Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Sulong et al. (1980), dimana persentase basofil pada kerbau lumpur di Malaysia hanya mencapai 0.3% dari seluruh jumlah leukosit total. 19
5 20 Limfosit Limfosit merupakan leukosit agranulosit yang terdapat dalam jumlah dominan pada ruminansia dan babi, dibandingkan pada karnivora. Limfosit memiliki fungsi utama dalam memproduksi antibodi sebagai respon terhadap benda asing yang difagosit makrofag (Tizard 2000). Jumlah limfosit selama dua minggu masa adaptasi pasca transportasi dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah limfosit berkisar antara ³/μl dengan nilai relatif berkisar antara 23-47%. Jumlah limfosit tertinggi terjadi pada hari ke- 1 sebanyak ³/μl dan jumlah limfosit terrendah terjadi pada hari ke-13 sebanyak ³/μl. Menurut Sulong et al. (1980) jumlah normal limfosit kerbau lumpur di Malaysia sebanyak ³/μl dengan nilai relatif sebesar 54.2% pada kerbau lumpur dan 56.7% pada kerbau sungai. Jumlah limfosit pada hari ke-1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan hari lainnya selama masa adaptasi. Setelah itu jumlah limfosit menurun, walaupun tampak adanya peningkatan jumlah limfosit pada hari ke-7 dan ke-10, namun jumlahnya tidak lebih tinggi dibandingkan dengan hari ke-1 masa adaptasi. Jumlah limfosit terrendah terjadi pada hari ke-13 masa adaptasi, dimana jumlah limfosit menurun sebanyak 48.4% bila dibandingkan dengan nilai normal menurut Sulong et al. (1980). Secara keseluruhan jumlah limfosit selama dua minggu adaptasi mengalami penurunan kecuali pada hari ke-1 dimana jumlah limfosit pengalami peningkatan sebanyak 8.48% bila dibandingkan dengan hasil Sulong et al. (1980). Menurunnya jumlah limfosit diduga hewan dalam keadaan stres transportasi. Tingkat tekanan stres transportasi dapat disebabkan oleh lama penanganan selama perjalanan dan penurunan ternak, keterampilan pengemudi kendaraan, kondisi jalan, desain kandang pada kendaraan, kondisi cuaca, dan kesehatan serta kondisi ternak yang diangkut (Greenwood et al. 1993). Stres yang terjadi pada kerbau diduga akibat proses transportasi yang dilakukan pada siang hari dengan menggunakan truk terbuka. Penurunan jumlah limfosit pada hari-hari selanjutnya selama dua minggu adaptasi diduga akibat stres yang disebabkan perubahan kondisi lingkungan dari kerbau penelitian. Kerbau yang sebelumnya dibiarkan merumput di lahan luas, kemudian berubah menjadi kandang individu dengan luas 4x4 m sehingga kerbau tidak dapat berinteraksi secara bebas dengan kerbau lainnya. Kebiasaan berkubang yang biasanya dilakukan oleh kerbau di daerah asalnya juga tidak dapat dilakukan seperti biasanya. Hal lain yang dapat menyebabkan hewan stres adalah kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban kandang yang tidak sama setiap harinya. Perubahan suhu dapat menyebabkan perubahan fungsi biologis dari hewan termasuk sekresi hormon, reaksi enzim, metabolit darah, penurunan nafsu makan, dan gangguan metabolisme (Marai & Haeeb 2010). Adanya stres mengakibatkan tubuh banyak mengeluarkan glukokortikoid yang dapat menurunkan jumlah limfosit di dalam darah. Selain itu glukokortikoid juga dapat menurunkan sekresi sitokinin IL-2 yang dapat menyebabkan berkurangnya proliferasi limfosit dan sel limfosit mudah mengalami apoptosis (Ganong 2002). Perubahan fisiologis ini yang mengakibatkan jumlah limfosit selama dua minggu adaptasi mengalami penurunan.
6 Rasio Neutrofil/Limfosit (Rasio N/L) Nilai rasio N/L pada kerbau lumpur betina selama dua minggu masa adaptasi pasca transportasi berkisar antara yang dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Kannan et al. (2000), nilai rasio N/L yang melebihi 1.5 dapat mengindikasikan adanya stres atau cekaman. Tingginya rasio N/L terjadi pada hari ke-1 hingga hari ke-3, setelah itu rasio N/L mulai menurun. Fluktuasi nilai rasio N/L ini sangat dipengaruhi oleh jumlah sel neutrofil dan limfosit, dan berhubungan erat dengan adanya pengaruh stres transportasi. Hipotalamus akan mensekresikan Corticotropin Releasing Hormon (CRH) dalam kondisi stres, yang dapat merangsang hipofise untuk melepaskan Adrenocorticotropin Hormon (ACTH). Adanya peningkatan sekresi ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol. Selain itu, adanya hambatan negative feedback ke hipotalamus dan hipofise menyebabkan sekresi CRH dan ACTH tetap berlangsung sehingga kortisol akan tetap meningkat. Tubuh akan mengesampingkan negative feedback mechanism pada kondisi stres. Negative feedback yang muncul pada awal stres akan menurunkan ketersediaan Ca 2+ di intraselular hipofise anterior. Hal ini dapat menghambat pelepasan ACTH. Akan tetapi pelepasan AVP (Arginine Vasopresin) tidak terpengaruh oleh mekanisme negative feedback tersebut, akibatnya kadar AVP tetap. Hal ini mengakibatkan pelepasan CRH ke kelenjar hipofise anterior tidak terhambat, sehingga pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal tetap berlangsung (Norris 2010). Peningkatan glukokortikoid dapat menyebabkan destruksi kelenjar limfoid (timus) dan memperpanjang masa hidup neutrofil dalam aliran darah (Butcher & Lord 2004). Perubahan ini dapat meningkatkan rasio N/L dalam sirkulasi darah. Peningkatan rasio N/L pada hari ke-1, 2 dan ke-3 dibarengi juga dengan peningkatan kadar kortisol (Andriani 2012). Selanjutnya nilai rasio N/L mulai menurun dan relatif stabil hingga pengamatan selesai pada hari ke-14. Hal ini dimungkinkan karena kerbau penelitian telah mengalami proses adaptasi sehingga tingkat stres menjadi menurun. Adaptasi merupakan suatu proses tanggapan fisiologis akibat adanya stimulus yang berulang, dengan demikian kerbau penelitian mulai dapat beradaptasi terhadap lingkungan barunya dan mulai menemukan zona nyamannya (Clark et al. 1997). 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Robbani et al. 2010).
3 TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Lumpur Kerbau lumpur yang termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis, Genus Bubalus, Subfamili Bovinae, Famili Bovidae, Subordo Ruminantia, Ordo Artiodactyla, Subkelas Theria,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh,
Lebih terperinciTabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba
3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..
BAB VI PEMBAHASAN Pembentukan adhesi intraperitoneum secara eksperimental dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu model iskemia, model perlukaan peritoneum, model cedera termal, dengan benda asing,
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar glukosa, kolesterol, dan trigliserida pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pada setiap tahapan adaptasi, aklimasi, dan postaklimasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau Menurut Bhattacharya (1993), semua kerbau domestik diduga berevolusi dari arni (Bubalus arnee) yaitu kerbau liar dari India yang masih dijumpai di hutan-hutan di daerah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang sebagian besar waktunya dihabiskan di air. Kemampuan termoregulasi itik menjadi rendah karena tidak
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan ternak unggas yang lain, diantaranya adalah lebih tahan terhadap penyakit, memiliki
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciTHERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY
THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY Oleh : Suhardi, S.Pt.,MP Pembibitan Ternak Unggas AYAM KURANG TOLERAN TERHADAP PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN, SEHINGGA LEBIH SULIT MELAKUKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN SUHU
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam didapatkan secara genetis dengan cara memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing memiliki keunggulan
Lebih terperinciTabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. ventilasi tidak memadai, suhu dan kelembaban ekstrem serta kecepatan angin
PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi melibatkan beberapa potensi yang dapat menimbulkan ternak menjadi stres di antaranya penanganan kasar selama bongkar muat, pencampuran dengan ternak baru dan asing
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak
Lebih terperinciTUGAS 3 SISTEM PORTAL
TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengamatan diferensial leukosit pada mencit yang diinfeksi dengan P.berghei setelah pemberian ekstrak akar kayu kuning (C. fenestratum) dengan pelarut etanol yaitu sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak
22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan hewan homoioterm yang suhu tubuhnya harus tetap dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding itik. Zona suhu kenyamanan (Comfort
Lebih terperinciREAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)
REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi. Hormon
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, menghasilkan produk peternakan seperti telur dan daging yang memiliki kandungan protein hewani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. sapi Bali relatif tersedia di pasaran. Sapi Bali juga memiliki potensi pasar yang luas
PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu komoditas ternak penting Indonesia selain kerbau, kambing, ayam dan domba. Sapi bali dikenal sebagai salah satu plasma nutfah provinsi NTB, dengan
Lebih terperinciPertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011
Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Sistem imun tubuh seseorang dapat menurun karena adanya pengaruh dari beberapa faktor, seperti bakteri, virus, toksin atau zat lain yang oleh tubuh dianggap
Lebih terperinciImmunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age
Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciDIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA
DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciStruktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus
Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciIMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi dapat merupakan masalah serius pada pengembangan ayam broiler di daerah tropis. Suhu rata-rata
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Berikut ini disajikan tabel hasil pemeriksaan differensial leukosit pada pasien RSH-IPB. Secara umum dapat dikatakan bahwa gambaran leukosit pada semua pasien cenderung
Lebih terperinciPEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat
PEMBAEIASAN Penambahan Spirulina platensis dalam pakan ikan sebanyak 296, 4% dan 6% baik secara kontinyu maupun diskontinyu dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin. Peningkatan ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Pemeliharaan Komponen utama dalam beternak puyuh baik yang bertujuan produksi hasil maupun pembibitan terdiri atas bibit, pakan serta manajemen. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,
Lebih terperinciKADAR KORTISOL, TRIIODOTIRONIN (T 3 ), DAN TIROKSIN (T 4 ) KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) SELAMA LIMA BELAS HARI PASCATRANSPORTASI
KADAR KORTISOL, TRIIODOTIRONIN (T 3 ), DAN TIROKSIN (T 4 ) KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) SELAMA LIMA BELAS HARI PASCATRANSPORTASI MONIKA DANAPARAMITHA ANDRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh
21 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Antibodi pada Mukus Ikan Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh tidak dapat disajikan pada laporan ini karena sampai saat ini masih dilakukan
Lebih terperinciSistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,
Lebih terperinciGambar: Struktur Antibodi
PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan ayam ras pedaging yang waktu pemeliharaannya relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam broiler perlu ditingkatkan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciGambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan
Lebih terperinciDASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI
DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI OLEH: TUTI NURAINI, SKp, M.Biomed. DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR PENDAHULUAN Asal kata bahasa latin: immunis: bebas dari beban kerja/ pajak, logos: ilmu Tahap perkembangan
Lebih terperinciserta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciSistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr
Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.
34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Kadar Albumin Darah Itik Cihateup Rata-rata kadar albumin darah itik Cihateup yang diberi ransum mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. ketinggian 378 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi,
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Daerah Cihateup berada pada ketinggian 378 m di atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan, manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadar mereka (kurang lebih 85-90%) untuk beraktivitas (Gibney et al., 2009). Menurut World Health
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Diferensiasi Leukosit Tubuh manusia maupun hewan sepanjang waktu terpapar oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan parasit dalam berbagai tingkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinci