II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERDASARKAN PADA KATEGORI ADOPTER Oleh Ir. Gede Sedana, M.Sc. MMA Dosen Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra ABSTRAK

PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN DR. IR HJ. KHODIJAH, M.SI

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

BAB VIII HUBUNGAN PARTISIPASI DENGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK INTERNAL INDIVIDU PETANI

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

Definisi-definisi Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah se

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Astawan, 1989). Telur itik yang diolah menjadi telur asin, dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN :

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam

Lampiran 1. Gambar Paradigma Laju Adopsi Inovasi

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii. I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 5 Tujuan... 6 Manfaat...

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

Praktikum Perilaku Konsumen

ADOPSI TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK DALAM PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN PERKOTAAN DI KOTA SERANG PROVINSI BANTEN

KARAKTERISTIK KATEGORI ADOPTER DALAM ADOPSI INOVASI FEED ADDITIVE HERBAL UNTUK AYAM PEDAGING

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah eksplanatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyoroti

Karakteristik Kategori Adopter Dalam Adopsi Inovasi Feed Additive Herbal Untuk Ayam Pedaging

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER

PENGGUNAAN TEORI. Dalam Program Promosi Kesehatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar rakyatnya

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

Respon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS

I. PENDAHULUAN. Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk

Minggu-13. Product Knowledge and Price Concepts. Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (2)

II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Aigner (1985:18), filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi. Suatu ide dilihat secara objektif sebagai sesuatu yang baru diukur dengan waktu ide itu digunakan atau ditemukan. Sesuatu ide dianggap baru ditentukan oleh reaksi seseorang, jika suatu dilihat sebagai sesuatu yang baru oleh seseorang maka disebut inovasi. Adopsi merupakan proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya (Mardikanto, 2009). Menurut Soekartawi (2005), adopsi inovasi merupakan sebuah proses pengubahan sosial dengan adanya penemuan baru yang dikomunikasikan kepada pihak lain, kemudian diadopsi oleh masyarakat atau sistem sosial. Inovasi adalah suatu ide yang dianggap baru oleh seseorang, dapat berupa teknologi baru, cara organisasi baru, cara pemasaran hasil pertanian baru dan sebagainya. Proses adopsi merupakan proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan, menggunakan) hal yang baru tersebut. Dalam mengadopsi suatu inovasi, terdapat waktu penundaan yang lama antara saat pertama kali petani mendengar inovasi dengan periode melakukan adopsi. Rogers dalam Van den Ban dan Hawkins (1999), menunjukkan bukti adanya tahap-tahap penyadaran inovasi oleh petani adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan 2. Pengimbauan (pembentukan dan pengubahan sikap) 3. Implementasi (adopsi atau penolakan) 4. Konfirmasi 5

Rogers (1983) menggolongkan adopter berdasarkan keinovatifannya yang digambarkan dengan kurva berbentuk lonceng dibawah ini : Gambar 2.1. Kategori Adoper Berdasarkan Keinovatifan (Rogers, 1983) Lima kategori adopter berdasarkan keinovatifannya yaitu: a. Innovator Inovator merupakan golongan yang selalu merintis, mencoba dan menerapkan teknologi baru dalam pertanian dan mampu mengajak petani untuk ikut dalam penyuluhan. Petani inovator mempunyai sifat selalu ingin tahu, ingin mencoba, ingin mengadakan kontak dengan para ahli untuk memperoleh informasi baru. Golongan inovator termasuk dalam petani berada dengan kepemilikan lahan lebih luas dari petani lain. b. Early adopter (Pelopor) Golongan pelopor atau early adopter merupakan golongan yang mengusahakan sendiri pembaharuan teknologi dan lebih meyakini adanya agen pembaharu (penyuluh). c. Early majority (Penganut Dini) Early majority ini adalah golongan orang yang selangkah lebih maju. Mereka biasanya orang yang pragmatis, nyaman dengan ide yang maju, tetapi mereka tidak akan bertindak tanpa pembuktian yang nyata tentang keuntungan yang mereka dapatkan dari sebuah produk baru. Sifat yang dimiliki golongan early majority merupakan sifat kebanyakan petani. 6

d. Late majority (Penganut Lambat) Penganut lambat adalah orang-orang yang konservatif pragmatis yang sangat membenci risiko serta tidak nyaman dengan ide baru sehingga mereka belakangan mendapatkan inovasi setelah mereka mendapatkan contoh. e. Laggard (Kolot) Golongan laggard adalah golongan akhir yang memandang inovasi atau sebuah perubahan tingkah laku sebagai sesuatu yang memiliki risiko tinggi. 2.1.2 Karakteristik Adopter Berkaitan dengan kegiatan pembangunan pertanian, studi tentang adopsi inovasi semakin banyak dilakukan. Mardikanto (2009) mengemukakan bahwa adopsi inovasi perlu dikaji sejak munculnya Revolusi Hijau pada tahun 1960-an di Indonesia. Proses adopsi inovasi sendiri dapat berlangsung dengan cepat ataupun lambat tergantung kepada proses perubahan perilaku yang diupayakan. Dengan pengambangan ilmu penyuluhan, Rogers (1983) dalam Mardikanto (2009) mengenalkan variabel-variabel penentu kecepatan adopsi inovasi yang terdiri atas: sifat-sifat inovasinya, kegiatan promosi yang dilakukan penyuluh, ciriciri sistem sosial masyarakat sasaran, dan jenis pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran. Menurut Kartasapoetra (1991), proses adopsi inovasi yang terjadi di kalangan petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan oleh : 1. Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani. 2. Penyuluhan hal-hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekkan setelah para petani mendapat gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal-hal baru yang diterima dari penyuluhan akan berguna, memberikan keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekkan, atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. 7

Slamet (1978) dalam Mardikanto (1982) memilahkan kategori adopter berdasarkan karakteristik adopter adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Karakteristik Komunikan (Adopter) VARIABEL PERINTIS PELOPOR Umur Pendidikan Setengah umur Muda PENGANUT DINI Setengah umur sampai tua PENGANUT LAMBAT Muda sampai tua Tinggi Tinggi Rata-rata Rendah Keadaan Ekonomi Baik Baik Sedang Kurang baik Status Sedang Tinggi Sedang Sosial sampai baik Rendah Pola Lebih Kosmopolite Kosmopolite Hubungan lokalite Lokalite Sumber: Mardikanto, 1982 KOLOT Tua Rendah sekali Setengah jelek Paling rendah Sangat Lokalite Kartasapoetra (1991), menyatakan bahwa terdapat lima kategori adopter berdasarkan keinovatifannya dapat dibedakan berdasarkan karakteristik adopter, yaitu: a. Inovator Inovator adalah golongan orang yang berani menanggung risiko dalam menghadapi kegagalan dari percobaannya. Petani inovator mempunyai hubungan baik dengan petani lainnya untuk memberikan petunjuk-petunjuk dan bekerja sama mengatasi masalah pertanian. Karakteristik inovator menurut Rogers (1983) adalah: 1. Berani mengambil risiko. 2. Mampu mengatur keuangan yang kokoh agar dapat menahan kemungkinan kerugian dari inovasi yang tidak menguntungkan. 3. Memahami dan mampu mengaplikasikan teknik dan pengetahuan yang kompleks. 4. Mampu menanggulangi ketidakpastian informasi. b. Early Adopter (Pelopor) Sifat early adopter lebih terbuka dan lebih luwes, sehingga mereka dapat bergaul lebih rapat dengan petani umumnya. Golongan ini mempunyai pendidikan yang cukup dan lebih aktif mencari informasi melalui penyuluh maupun media massa yang tersedia. 8

Karakteristik early adopter menurut Rogers (1983) adalah: 1. Bagian yang terintegrasi dalam sistem lokal sosial. 2. Opinion leader yang paling berpengaruh. 3. Role model dari anggota lain dalam sebuah sistem sosial. 4. Dihargai dan disegani oleh orang-orang disekitarnya. c. Early Majority (Penganut Dini) Penerapan teknologi inovasi dari golongan ini terhitung lebih lambat daripada golongan inovator dan early adopter akan tetapi lebih mudah terpengaruh dalam penerapan teknologi baru yang dapat meningkatkan usahataninya. Namun demikian, mereka masih mempunyai sifat hati-hati dan takut akan kegagalan atas penerapan teknologi yang baru. Oleh karena itu, golongan ini akan mengadopsi inovasi baru jika sudah jelas adanya bukti yang meyakinkan. Karakteristik early majority menurut Rogers (1983) adalah: 1. Sering berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya. 2. Jarang mendapatkan posisi sebagai opinion leader. 3. Sepertiganya adalah bagian dari sistem (kategori atau tipe terbesar dalam sistem). 4. Berhati-hati sebelum mengadopsi inovasi baru. d. Late Majority (Penganut Lambat) Termasuk dalam golongan ini adalah petani yang kurang mampu, lahan pertanian yang dimiliki sangat sempit, rata-rata dibawah 0,5 hektar, oleh karena itu golongan late majority berbuat lebih waspada dan hati-hati karena takut mengalami kegagalan. Mereka akan mengadopsi inovasi apabila kebanyakan petani sekitar sudah mengikuti dan menerapkan inovasi yang diberikan. Jadi penerapan inovasi teknologi terhadap golongan ini sangat lambat. Kategori late majority menurut Rogers (1983) adalah: 1. Berjumlah sepertiga dari suatu sistem sosial. 2. Mendapatkan tekanan dari orang-orang sekitarnya. 3. Terdesak ekonomi. 4. Skeptis. 5. Sangat berhati-hati. 9

e. Laggard (Kolot) Petani yang termasuk dalam golongan ini adalah kebanyakan petani dengan usia lanjut, berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka lebih bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru. Kategori laggard menurut Rogers (1983) adalah: 1. Tidak terpengaruh opinion leader. 2. Terisolasi. 3. Berorientasi terhadap masa lalu. 4. Curiga terhadap inovasi. 5. Mempunyai masa pengambilan keputusan yang lama. Adopsi inovasi pertanian di kalangan petani dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari karakteristik inovasi maupun karakteristik calon pengguna. Harinta (2011) menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan adopsi inovasi pertanian di kalangan petani adalah sifat/karakteristik inovasi, sifat/karakteristik calon pengguna, saluran komunikasi. Berdasarkan faktor sifat inovasi, indikator yang berpengaruh terhadap kecepatan adopsi inovasi adalah keuntungan relatif dan observabilitas (kemungkinan diamati). Dari faktor karakteristik calon pengguna indikator yang berpengaruh signifikan terhadap adopsi inovasi adalah status sosial ekonomi yaitu penguasaan lahan; variabel kepribadian yaitu keberanian mengambil risiko; dan perilaku komunikasi yaitu tingkat partisipasi dalam kelompok tani, komunikasi inter-personel dan cari informasi. Sedangkan dari faktor saluran komunikasi indikator yang berpengaruh adalah saluran antar pribadi dan media massa. Rogers (1983) mengemukakan bahwa terdapat variabel yang berpengaruh positif terhadap kecepatan adopsi inovasi di kalangan petani. Variabel yang berpengaruh positif diantaranya: 1. Pendidikan 2. Baca tulis 3. Status sosial yang lebih tinggi 4. Unit ukuran besar 10

5. Orientasi ekonomi komersial 6. Sikap yang lebih berkenaan terhadap kredit 7. Sikap yang lebih berkenaan terhadap perubahan 8. Sikap yang lebih berkenaan terhadap pendidikan 9. Intelegensi 10. Partisipasi sosial 11. Kosmopolitan 12. Kontak dengan agen perubahan 13. Keterbukaan dengan media massa 14. Keterlibatan pada saluran antarpribadi 15. Pencarian informasi yang lebih aktif 16. Pengetahuan tentang inovasi 17. Pendapat tentang kepemimpinan 2.1.3 Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Inovasi Menurut Rogers, terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi, diantaranya: 1. Umur Sari, dkk. (2009) menjelaskan bahwa umur dan jumlah anggota keluarga mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi. Adopter dengan umur yang lebih muda lebih inovatif dan lebih cepat dalam mengadopsi suatu inovasi. Hasyim (2006) mengemukakan umur merupakan faktor yang berpengaruh dalam kemampuan kerja sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang. 2. Jumlah Anggota Keluarga Sari, dkk. (2009) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga yang ikut berpartisipasi juga berpengaruh secara signifikan terhadap kategori adopter, hal ini dikarenakan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan usahatani bergantung pada kepala keluarga. Semakin banyak anggota keluarga yang sudah dewasa serta terlibat dalam kegiatan, tidak selalu lambat dalam mengadopsi inovasi karena pengambil keputusan utama adalah kepala keluarga sehingga tidak perlu terjadi kesepakatan yang lebih lama untuk mengadopsi suatu inovasi. Selain itu, jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor ekonomi yang perlu 11

diperhatikan. Hal ini berhubungan dengan tingkat pendapatan petani untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya (Hasyim, 2006). 3. Pendidikan Tingkat pendidikan petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan petani dan akan mempengaruhi penerapan suatu inovasi untuk meningkatkan usahataninya (Hasyim, 2006). Namun, Fardiaz (2008) berpendapat bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan nyata terhadap pengambilan keputusan dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan petani bukan menyatakan tentang rendahnya pengetahuan terhadap pertanian organik. 4. Luas lahan usahatani Mardikanto (2009) menyatakan semakin luas lahan usahatani biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Petani dengan lahan yang luas akan berharap keuntungan yang besar sekalipun risiko kegagalan juga besar dengan lebih serius dan aktif dalam mengusahakan usahataninya (Yusnita, 2010). 5. Pendapatan Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989). 6. Lama Berusahatani Lama bertani berhubungan dengan pengalaman yang petani miliki. Lama berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak terjadi kesalahan yang sama dalam usaha taninya (Hasyim, 2006). Fardiaz (2008) menyatakan pertanian konvensional berdampak pada kesulitan petani dalam memperoleh pupuk dan pestisida kimia karena harga yang semakin mahal. Berdasarkan pengalaman tersebut petani akan cenderung tertarik terhadap pertanian organik dimana pupuk dan pestisida yang dibutuhkan dapat dibuat secara mandiri dengan alokasi biaya yang lebih murah. 12

7. Kosmopolitan Kosmopolitan merupakan tingkat hubungan dengan dunia luar di luar sistem sosialnya sendiri. Masyarakat yang relatif kosmopolit, adopsi inovasi akan berlangsung lebih cepat, tetapi bagi yang lebih lokalit akan berlangsung secara lamban dikarenakan tidak ada keinginan-keinginan baru untuk hidup lebih baik seperti yang telah dinikmati oleh orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri (Mardikanto, 2009). 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang menjadi referensi untuk penelitian ini terdapat dalam Tabel 2.2 : Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu Judul dan Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh Karakteristik Sampel ditentukan penelitian dengan Petani Terhadap metode acak. Tingkat Pendekatan penelitian Pengambilan Keputusan adalah kuantitatif. Data primer diperoleh melalui Inovasi Dalam Usaha Sayuran Organik (Fardiaz, 2008). pengisian kuisioner dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor UPTD Penyuluhan Pertanian Wilayah Cibungbulang. Pengolahan data dengan Chi-Square dan korelasi Rank Spearman menggunakan program SPSS. (1) Tingkat pengambilan keputusan dengan karakteristik sosial ekonomi menunjukkan usia dan luas lahan berhubungan sangat nyata. Pengalaman bertani berhubungan nyata dengan pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan tidak berhubungan nyata. (2) Dari variabel komunikasi, faktor media massa dan interaksi dengan PPL memiliki hubungan sangat nyata. (3) Dari indikator variabel karakteristik inovasi, indikator keuntungan relatif, kemungkinan dicoba, tingkat kesulitan, kemungkinan diamati berhubungan nyata dengan pengambilan keputusan. Sedangkan tingkat kesesuaian inovasi tidak berhubungan nyata dengan pengambilan keputusan. 13

Lanjutan dari Tabel 2.2 Judul dan Penilis Metode Penelitian Hasil Penelitian Adopsi Inovasi Pemilihan sampel (1) Terdapat pengaruh yang signifikan Pertanian di menggunakan teknik antara variabel sifat/karakteristik Kalangan Petani purposive sampling dan inovasi dengan variabel adopsi di Kecamatan convenience sampling. inovasi yaitu variabel faktor Gatak Kabupaten Pengumpulan data keuntunga relatif dan observabilitas Sukoharjo menggunakan data (kemungkinan diamati). (Harinta, 2011). primer: wawancara dan (2) Pengaruh sifar/karakteristik calon kuesioner; dan data pengguna yaitu status sosial sekunder: observasi dan ekonomi (penguasaan lahan), dokumentasi. Analisis variabel kepribadian (keberanian data menggunakan mengambil risiko), dan perilaku korelasi antar variabel komunikasi terhadap adopsi dan analisis jalur (Path Analysis). inovasi pertanian terdapat pengaruh yang high significant. (3) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengambilan keputusan adopsi inovasi dengan variabel adopsi inovasi pertanian. (4) Saluran komunikasi dengan adopsi inovasi terdapat pengaruh yang signifikan dikarenakan semua Karakteristik Kategori Adopter dalam Adopsi Inovasi Feed Additive Herbal untuk Pedagang Ayam (Sari, dkk, 2009). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive covenience sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis Mann-Whitney, dan analisis binomial logistik. indikator berpengaruh signifikan. (1) Variabel umur dan tingkat pendidikan formal merupakan faktor karakteristik peternak yang mempengaruhi perbedaan kategori adopter secara signifikan. (2) Variabel karakteristik inovasi yang terdiri dari variabel keuntungan relatif, kompleksitas dan observabilitas berpengaruh secara signifikan pada perbedaan kategori adopter. 2.3 Hipotesis Berdasarkan dasar teori dan penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usahatani, pendapatan usahatani, lama berusahatani dan kosmopolitan dengan potensi karakter keinovatifan petani di Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. 14