MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VI/2008

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 136/PUU-VII/2009

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XV/2017

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 14/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III)

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012

ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 015/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-VI/2008

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 017/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016

ACARA PEMBACAAN KETETAPAN (II) DAN PEMBACAAN PUTUSAN (III)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NO. 011/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015

SELASA, 24 AGUSTUS 2004

SELASA, 21 MARET 2006

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 137/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 028/PUU-IV/2006 DAN PERKARA 029/PUU-IV/2006

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

Transkripsi:

Nomor : 010/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 010/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 SENIN, 4 APRIL 2005 JAKARTA 2005

I. KETERANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 010/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 1. H a r i : Senin 2. Tanggal : 4 April 2005 3. Waktu : 11.00-12.25WIB 4. Tempat : Ruang Sidang Mahkamah Konstitusi Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat 5. Acara : Pemeriksaan Pendahuluan 6. Susunan Panel Persidangan : 1. MARUARAR SIAHAAN, S.H. ( K e t u a ) 2. Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. ( Anggota ) 3. Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. ( Anggota ) 7. Panitera Pengganti : Wiryanto, S.H., M.Hum. 8. Pemohon : Februar Rahman, S.H. dkk Chairil Syah. S.H. dkk 2

JALANNYA SIDANG SIDANG DI BUKA PUKUL 11.00 WIB 1. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Baiklah, Saudara-saudara para Pemohon Perkara No. 10/PUU-III/2005 dengan ini kita buka dan kita nyatakan terbuka untuk umum. Sebelum kita mulai, kita ingin semacam pemberitahuan daftar hadir dulu, tapi kita menyebutnya sebagai perkenalan. Siapa saja yang hadir pada saat ini? Silakan. 2. PEMOHON FEBUAR RAHMAN, S. H. Majelis Hakim yang terhormat, nama saya Febuar Rahman selaku Pemohon principal, 3. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Febuar Rahman. Silakan. 4. KUASA PEMOHON SYAMSUL BACHRI, S.H. Assalamu alaikum wr.wb. Selamat pagi, Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi, saya Syamsul Bachri dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, saya kuasa hukum Pemohon 010. 5. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S. H. Assalamu alaikum wr.wb. Saya Dawika Gumaira dari Lembaga Bantuan Hukum Nasional berkedudukan di Palembang selaku Kuasa Hukum dari Pemohon. 6. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Ya, silakan. KETUK 1 X 3

7. KUASA PEMOHON ADRI FADLI, S. H Assalamu alaikum wr.wb. Saya Adri Fadli. Dalam hal ini, sebagai kuasa hukum Pemohon. 8. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Ya, terakhir? 9. PEMOHON AH. ENDAR YADI Assalamu alaikum wr.wb. Nama saya A.H. Endar Yadi sebagai Pemohon kedua. 10. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Ya, baik sebelum kita mulai, saya perhatikan surat kuasa yang ada di berkas saya. Saya tidak tahu yang ada dalam aslinya, yang memberi kuasa itu yang tampil? Yang ada di berkas saya hanya Saudara Endar Yadi, bisa di cek dulu Saudara Panitera? Apakah surat kuasa dari Saudara Pemohon yang satu itu, ada? Oh, Febuar ada ya? Di sini, saya tidak ada. Oh, jadi fotokopinya yang salah sama saya? Baik, terima kasih. Untuk memulai, saya kira kita masih pemeriksaan pendahuluan, apakah nanti ada kemungkinan perubahan-perubahan dari Saudara, misalnya setelah mengetahui Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Pasal 59 penjelasan, apakah Saudara ingin mencabut atau masih relevan? Kemudian ada kemungkinan kita minta Saudara lebih menjelaskan lagi beberapa hal yang menurut Majelis, mungkin akan diberi pendapat, nanti, apa perlu diperbaiki. Untuk itu kami beri kesempatan untuk menguraikan dulu pokok-pokok permohonan secara ringkas saja. 11. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Pada intinya sebenarnya permohonan ini berkenaan dengan Pasal 59. Pertama, Pasal 59 ayat (1) dan (2). Hanya, karena ada Putusan Mahkamah Konstitusi yang berkenaan dengan Pasal 59 juga, yang menyatakan bahwa penjelasan di pasal itu tidak berlaku, permohonan ini sebenarnya difokus pada Pasal, ayat (2) Pasal 59. Permohonan ini didasarkan pada 3 (tiga) landasan. Landasan kami yang pertama, partisipasi politik dan hak asasi manusia. Kami berpendapat bahwa pembatasan 15% terhadap partai politik, itu merupakan pembatasan terhadap partisipasi politik. Jadi, mempersempit partisipasi politik, padahal partisipasi politik itu harus diperluas seluas-luasnya. Menurut kami juga, bahwa yang namanya partai politik ketika dia sudah di verifikasi dan di SK-kan oleh 4

Menteri Kehakiman, maka haknya sama, sesuai dengan Undang-undang tentang Partai Politik Nomor 31 Tahun 2003, bahwa Fungsi partai politik adalah melakukan recruitment pimpinan politik. Atas dasar itulah, bahwa hak setiap partai politik sama untuk melakukan recruitment pimpinan politik. Dasar yang kedua adalah dalam teori Card Smith itu dijelaskan, bahwa adanya diktator mayoritas itu menyingkirkan kelompok minoritas. Kami merasa bahwa pembentukan Undang-undang No.32 khususnya Pasal 59 merupakan bentuk dari diktator mayoritas. Kepentingan mayoritas yang akhirnya menyingkirkan kepentingan minoritas. Menurut Card Smith, menyingkirkan kepentingan minoritas ini akan menimbulkan pelanggaran HAM. Sebenarnya, atas dasar itulah sebenarnya gugatan ini dibuat. Para Pemohon sebenarnya adalah pengurus partai politik. Bapak Febuar Rahman itu pengurus DPD partai politik PNBK Sumatera Selatan dan Bapak Endar Yadi itu pengurus DPC kota Palembang. Hak-hak Pemohon menurut kami agak terhalang ketika para Pemohon ingin mencalonkan diri dari proses pencalonan Pemilihan Kepala Daerah, karena partai para Pemohon itu tidak mencukupi 15%. Atas dasar itulah, sebenarnya gugatan ini dibuat. Pertentangan pasalnya adalah kami merasa Pasal 59 ini, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia khususnya Pasal 27 ayat (1) ialah Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan dengan tidak ada kecuali. Pasal 28C ayat (2), Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat bangsa dan negaranya. Pasal 28D ayat (1), Setiap warga negara berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum Pasal 20D ayat (3), Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Itu dulu secara singkat, dari isi gugatan ini. 12. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Sudah mencakup seluruhnya itu apa yang Saudara muat dalam permohonan ya? Setidak-tidaknya, demikian. Baik. Sebelum saya berikan kesempatan kepada rekan-rekan saya pertanyaan saya yang pertama tadi Saudara mengatakan Ketua Partai PNBK? Satu ini Saudara Ketua DPC, yang satunya DPD? Akan tetapi jelas, bahwa Saudara di sini bertindak untuk perorangan, begitu ya? Oleh karena sebagai partai politik, DPP harus memberikan izin kepada Saudara, karena itu kita anggap perorangan tetapi bisa dijelaskan dahulu lebih lanjut kepentingan konstitusionalnya, sehingga Saudara muncul di sini tidak secara umum, tetapi lebih konkret, karena apa? Artinya, Saudara berjuang tadi memang ini adalah suatu partisipasi politik, tapi sebagai perorangan bisa lebih konkret lagi kira-kira? 5

Apakah Saudara mau jadi Kepala Daerah? Gubernur, bupati, walikota dan lain sebagainya? Silakan. 13. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Jadi, sebenarnya secara perorangan, Pemohon, itu sebenarnya punya hak untuk mencalonkan. Peluang mencalonkan Pemohon adalah karena Pemohon itu ketua salah satu partai politik itu adalah PNBK. Hanya ada persoalan, bahwa PNBK itu termasuk salah satu partai yang tidak mendapat 15% di Provinsi Sumatera Selatan maupun di kota Pelembang. Oleh karena adanya Pasal 59 yang membatasi 15%, Pemohon terhalangi, untuk mencalonkan diri menjadi salah satu kandidat. Setelah kami pelajari, bahwa hak-hak konstitusi Pemohon, kalau yang diatur dari yang kami sebutkan tadi, memang secara individual sebenarnya. Hanya saja, di dalam Pasal 28C ayat (2) itu, disebutkan bahwa Memperjuangkan haknya secara kolektif, yang kami anggap, merupakan hak secara partai politik sebenarnya yang mencalonkan itu. Ada 3 dasar teori yang mendasari bahwa hak-hak konstitusional Pemohon di langgar. Partisipasi politik yang dipersempit dan ada diktator mayoritas, yaitu munculnya Undang-undang Nomor 32. Oleh karena partai politik Saudara Pemohon itu telah diverifikasi dan telah sah sebagai partai politik. 14. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Saya pikir karena Saudara di sini, lebih pada kepentingan individual, bukan public advocacy tentunya. Karena itu akan berbeda nanti dalam rumusannya. Oleh karena itu, itu barangkali catatan kami yang pertama, dan saya serahkan kepada rekan saya Bapak Mukthie. Silakan kalau ada catatan. 15. HAKIM Prof. MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Terima kasih Bapak Ketua, Saudara Pemohon, jadi di dalam permohonan ini, perlu ketegasan bahwa Pemohon akan berada pada posisi sebagai perorangan atau sebagai pimpinan partai? Sebagai individu? Sebagai individu, tentu terkait dengan materi permohonan adalah persoalan legal standing Anda. Ini, seperti yang akan Anda persoalkan itu adalah hanya prosentase 15%-nya atau justru embarkasi partai politik yang harus dilalui untuk menjadi calon Kepala Daerah? Kalau yang Anda persoalkan itu, nampaknya dari keterangan tadi adalah prosentase atau batas perolehan untuk 15% kursi, maupun 15% perolehan suara kumulatif. Apalagi tadi, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi tentang penjelasan Pasal 59, Anda akan berfokus pada ayat (2). Yang berarti ayat satunya itu justru pintu untuk menjadi calon yang harus lewat partai politik. Lalu pintu keduanya adalah partai politik itu ada batasan, yaitu 15%. 6

Jadi, kalau Anda tidak mempersoalkan yang pertama, berarti Anda sudah memasuki wilayah batasan tentang partai politik yang boleh mencalonkan. Kemudian, di situ juga ada, tidak hanya partai politik, satu partai politik, tetapi juga gabungan partai politik. Jadi kalau PNBK misalnya tidak 15%, sebetulnya juga bisa bergabung dengan partai lainnya, bukan? Yakni yang akan dipersoalkan ini, tentu berbeda nanti dengan misalnya, electoral treshold untuk bisa Pemilu berikutnya. Ini ada ketentuannya bukan? Jika ini, masih bisa bergabung dengan partai-partai yang lain, ini perlu kejelasan ya? Jadi klarifikasi, apakah Anda tetap pada Pasal 59 ayat (2)? Ini berarti, hanya mempersoalkan persyaratan 15% itu saja. Mengapa 15%? Itu undang-undang menentukan. Itu tentu pembentuk undang-undang yang tahu, mengapa harus 15%. Mengapa kok tidak 20% atau 5%? Sebagai individu kalau sudah menerima Pasal 59 ayat (1), berarti pintu gerbangnya adalah partai politik. Individu kalau mau mencalonkan harus lewat partai politik. Coba Anda klarifikasi dulu. 16. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Sebenarnya kami juga, Pemohon juga sepakat bahwa recruitment pemimpin politik itu, melalui partai politik. Hanya yang menjadi persoalan bahwa adanya ketidaksamaan di antara partai-partai politik yang ada. Jadi, ada misalnya sekelompok partai politik yang mempunyai suara yang besar, itu dapat dengan langsung menyalonkan. Sedangkan kelompok-kelompok kecil itu untuk bergabung bersama. Namun, pada hakekatnya adalah ada persoalan-persoalan di tingkat partai politik yang tidak bisa digabungkan kecuali persoalan-persoalan mengenai bangsa dan negara, misalnya visi, misi dan lain-lain. Karena menurut Pemohon, ketika itu dipaksakan mengenai penggabungan ini akan mempengaruhi sebenarnya bentuk pemerintahan yang akan dijalankan. Ketika misalnya Pemohon itu masuk kewenangan dalam wilayah pimpinan politik itu. Dasar lainnya adalah Pemohon merasa hak partai politik itu sama, karena mereka sama-sama mempunyai kelompok masyarakatnya, karena dia telah diverifikasi, mempunyai kelompok dan mempunyai anggota. Untuk itulah, dia di SK-kan oleh Menteri Kehakiman menjadi partai politik, karena haknya sama dan di Undang-undang politik No.31 Tahun 2003 itu, bahwa Fungsinya itu melakukan recruitment politik. Untuk itulah Pemohon merasa PNBK itu sebagai partai yang dia anu-nya juga bisa ikut mencalonkan, hanya dalam hal ini, Pemohon secara individu sebenarnya yang bisa kemungkinan masuk adalah salah satu partai politik itu sebenarnya. 17. HAKIM Prof. MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Ini Anda harus betul-betul clear. Apakah Anda akan bertindak sebagai partai yang memang punya hak-hak konstitusional sebagai partai dan sebagai individu? Hanya memang begini ya. 7

18. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Hanya memang begini, sedikit, Pak Hakim, karena memang perdebatan ketika kami merumuskan ini, kalau dia secara partai politik memang di Undang-Undang Dasar tidak ditegaskan secara tegas, bahwa dia mengatur hakhak sebagai partai politik, karena dia hanya tersirat dari Pasal 27 itu. Untuk itulah memang ketika individual, yang misalnya kami ketengahkan memang ada pembenturan, bahwa memang fungsi partai politik di Undang-undang Nomor 31 yang harus kita hormati, bahwa dia melakukan recruiting politik, karena ini berbeda dengan DPD, calon dewan perwakilan yang non partai. Untuk itulah memang akhirnya kami putuskan, bahwa ini hak perorangan hanya hak perorangan yang terbatasi oleh partai-partai yang besar. Dibatasi, ada limitasi-limitasi. 19. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Pemohon tadi yang Pasal 50 ayat (1) ini dicabut atau di apa? Bukan, tadinya istilahnya itu. 20. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Yang penjelasannya, karena sudah ada putusan, bahwa di penjelasan itu seluruh partai tanpa kursi pun, ketika dia bergabung dan cukup 15% itu bisa. Jadi, ayat (1) itu tetap dipertahankan sebenarnya, jadi tidak ada persoalan, karena kenapa kemarin. 21. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Bukan, karena apakah ini tetap meminta pengujian atau apa? 22. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Yaitu, di Pasal 59 ayat (2). 23. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Bagaimana kedudukan? sebab ini, di dalam Permohonan Anda ini, Pemohon ini. Pasal 59 ayat (1) ini dicantumkan. Apakah ini juga minta pengujian? Dengan klarifikasi? 24. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Ayat (2) nya yang diuji, yang diuji Pasal 59 ayat (2), ya dicabut yang ayat (1). 25. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Kalau dicabut, ya sudah saya cabut. 8

26. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Ya. 27. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Jadi, fokusnya istilah Pak Hakim Anggota tadi, 59 ayat (2). Saya sekedar hanya mau bertanya ya? 59 ayat (2) ini ada 2 pintu masuk, satu partai politik calon yang memperoleh persyaratan perolehan sekurangkurangnya 15% dari jumlah kursi DPRD, satu 15% dari akumulasi perolehan suara yang sah. Ini yang mana Anda yang tidak, apakah Anda tidak setuju yang 15% dapat kursi, apakah yang 15% akumulasi suara ini? 28. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Yang kami persoalkan adalah perolehan 15% nya. 29. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. 15% yang mana? Kursi? 30. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Yang kedua-duanya, ada dua variabel dalam ayat ini, yang pertama itu kursi, yang kedua itu suara. Yang jadi persoalan kami adalah, tidak perlu dibatasi, tidak perlu limitasi, bahwa dia memperoleh 15%, karena ada persamaan setiap partai politik. Bahwa partai politik itu pada akhirnya menggabung untuk mencalonkan satu orang, itu bukan suatu persoalan. Hanya harus ada hak bahwa setiap partai politik juga boleh mengajukan, tanpa batasan itu. 31. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Kalau kita lihat undang-undang ini yang 15% suara, 15% akumulasi kalau kita lihat kepada PNBK, di mana yang dirugikan dengan ketentuan ini? 32. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Di yang pertama, sebenarnya PNBK itu tidak memperoleh 15% suara, yang kedua. 33. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Jadi, dia tidak dirugikan dengan peraturan itu? 34. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Tidak mendapat 15%, berarti dirugikan, karena dia tidak bisa ikut. 9

35. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Bagaimana ketentuannya itu mengatakan, bahwa partai politik yang mendapat 15% boleh, atau gabungan partai politik yang akumulasinya 15%. Sekarang PNBK itu partai yang tidak mendapat kira-kira 15%, tentu kita akan melihat kepada ketentuan yang itu. Apakah dia di dalam penggabungan itu mendapat haknya itu dikebiri? 36. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Tidak. Dipaksakan menggabung menjadi 15% itu yang menjadi persoalan. Karena masing-masing partai politik itu punya visi sendiri dengan perspektif misalnya, bentuk Pemerintah di daerah yang mungkin dijalankan programprogram yang akan dilaksanakan. 37. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Jadi, tidak mau karena visinya berlainan? 38. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Ya. 39. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM. Karena visi berlainan, maka hak konstitusi saya dirugikan. 40. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Baiklah, saya kira dari beberapa klarifikasi yang diminta dan Saudara respon begitu, barangkali ada beberapa hal yang perlu dipertajamkan. Pertama legal standing tadi tentu harus Saudara perinci lagi lebih jelas berkenaan dengan kepentingan individual dan kemudian aturan Pasal 59 ayat (1), alternatif 15% kursi atau suara yang merugikan Saudara, itu harus lebih fokus barangkali. Jadi, kalau saran kita diterima yaitu terserah pada Saudara, apakah masih perlu diperbaiki. Tadi juga mengenai Pasal 59 ayat (1), akan dihilangkan berarti ada beberapa perbaikan yang Saudara harus lakukan. Untuk itu dalam ketentuan, kita berikan waktu menurut Pasal 39 selambat-lambatnya 14 hari, kalau lebih cepat tentu lebih baik. Pertanyaan saya sekarang, bukan pertanyaan, pernyataan saya, oleh karena ada 4 perkara yang menyangkut undang-undang ini, kami nanti akan melaporkan kepada Pleno, apakah perlu untuk mendengar DPR atau Pemerintah lagi, karena apa yang argumen yang sudah Saudara ungkapkan, sebenarnya sudah dicakup oleh keterangan-keterangan seluruhnya dahulu, baik dari Ahli maupun dari pihak Pemerintah. Jadi, kita sekarang mau menilai saja. Menurut saya apa yang Saudara ungkapkan itu, sebenarnya sudah dijawab oleh Pemerintah dulu di dalam perkara-perkara sebelumnya, tetapi penilaiannya terletak sama kita tentu dan 10

tetapi itu pun Saudara memiliki hak untuk mengajukan Ahli, seandainya itu Saudara inginkan, tetapi lebih dahulu Saudara harus mengungkapkan dulu, apa saja yang akan diterangkan dan siapa plus dia punya CV untuk dinilai, apakah memang wajar untuk didengar sebagai Ahli. Jadi, kita inginkan bersama dengan perbaikan sebelum sidang kedua kita tentukan, Saudara sudah memiliki gambaran tentang itu. Jadi, kalau Ahli itu tentunya yang Ahli dibidang ini kan? Apa argumen Saudara tadi dari sudut HAM maupun politik. Oleh karena itu, perbaikan dalam jangka 14 hari Saudara juga sudah discloser, buka apa yang ingin Saudara ajukan, Ahli mana nanti akan kita laporkan kepada Panel, apakah masih akan memanggil Pemerintah atau hanya ingin mendengar Saudara untuk disandingkan dan keterangan-keterangan yang sebelumnya Saudara bisa nanti lihat di dalam Risalah yang lalu, terbuka untuk Saudara barangkali untuk memberikan suatu keterangan atau suatu brief bagi Ahli untuk sedikit banyak memberikan suatu respon mengenai itu, kalau itu diinginkan ya? Nanti dicek itu di Kepaniteraan Risalahnya tentang Ahli-ahli, baik dari Pemerintah maupun dari Pemohon- Pemohon yang lalu. Ada yang ingin Saudara kemukakan mengenai ini, sebelum kita tutup dan tentukan sidang berikut? Silakan. 41. KUASA PEMOHON SYAMSUL BAHRI, S.H. Baik, yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi. Kami sangat berkeinginan, bahwa perkara ini pun diperiksa dan juga kami akan siapakan Saksi Ahli, dan juga akan menyiapkan CV tentunya dan jelas juga kami akan lebih memperjelas dan memperbaiki Permohonan kami ini. Tetapi, sekali lagi kami sangat berkeinginan supaya ada pemeriksaan yang lebih detail juga mengenai Permohonan kami ini, mungkin itu. 42. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Baiklah, jadi ini kita berikan dulu 14 hari yaitu selambat-lambatnya, kemudian Saudara susulkan apa yang Saudara, daftar Ahli itu dan CV-nya supaya kita evaluasi nanti, untuk apakah memang bisa dinilai sebagai Ahli dan saya pikir juga nanti policy-nya mungkin dalam apakah kita akan gabungkan dengan perkara yang lain lagi yang masih tersisa, itu nanti kita lihat saja, itu merupakan policy daripada Majelis untuk efisiensi, tetapi saya kira untuk saat ini tidak ada lagi yang Saudara ingin tambahkan? Barang kali dari yang lain? 43. KUASA PEMOHON DAWIKA GUMAIRA, S.H. Yang Mulia, mungkin cukup. 44. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Cukup? Baik. 11

Oleh karena kita pandang Pemeriksaan Pendahuluan ini tahap pendahuluan telah cukup, kita akan tunda sidang ini sampai yang akan di tentukan kemudian, dengan kewajiban bagi Pemohon, perbaikan selambatlambatnya 14 hari disertai dengan alat-alat bukti lanjutan yang akan dikemukakan berupa Ahli dengan CV-nya yang akan kita evaluasi. 45. KUASA PEMOHON SYAMSUL BAHRI Mungkin sebelum menutup, Yang Mulia. Pertanyaan kami, apakah pada saat sidang 14 hari kemudian itu, apakah langsung membawa Ahlinya? 46. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Belum, nanti akan kita tentukan sidangnya, akan tetapi kita lihat dulu apa yang, masukan dulu, begitu ya? Sudah paham Pak? Baik, dengan demikian sidang pendahuluan ini telah kita nyatakan selesai dan kita tutup. KETUK 3 X SIDANG DI TUTUP PUKUL 12.25 WIB 12