3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

BAB IV METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

VII. FORMULASI STRATEGI

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

Puryantoro Fakultas Pertanian - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. pada daerah inilah sentra pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN MANISAN CARICA CV YUASAFOOD KABUPATEN WONOSOBO

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Agroindustri Mie Musbar Jalan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

AGRITECH : Vol. XVII No. 1 Juni 2015 : ISSN :

IV. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA IKAN NILA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROPINSI RIAU

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

III. METODE PENELITIAN

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

B. Jenis dan Sumber Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

18 3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maluku Tenggara dikhususkan pada desa percontohan budidaya rumput laut yakni Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil Timur dan Desa Letvuan Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Lokasi penelitian di pilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Desa Sathean dan Desa Letvuan memiliki potensi yang tinggi untuk perkembangan produksi Rumput Laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari nelayan rumput laut, Pedagang pengumpul lokal, Pengecer yang merupakan pelaku rantai nilai budidaya rumput laut yang terdapat di Desa Sathean, Kecamatan Kei Kecil Timur dan Desa Letvuan, Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku dengan alasan bahwa dua Desa ini merupakan Desa percontohan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara karena banyaknya hasil budidaya rumput laut. Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi, mempelajari data-data yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan BPS Kabupaten Maluku Tenggara. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Pemilihan Sampel Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan sengaja memilih sampel yang diteliti sebagai responden dengan pertimbangan bahwa responden yang dipilih merupakan responden yang berkompeten dan memiliki pengalaman kerja minimal 1(satu) tahun dalam rantai nilai dapat memberi gambaran informasi tentang peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi serta disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Responden yang dipilih merupakan pelaku rantai nilai sebanyak 41 orang, sesuai dengan aktifitas utama meliputi supplier/penyedia sarana sebanyak 8 orang, nelayan rumput laut dan pengelola rumput laut sebanyak 24 orang yang diambil dari dua desa percontohan, pedagang pengumpul lokal 6 orang dan instansi pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 3 orang dari masingmasing dinas yang terkait yaitu dinas kelautan dan perikanan, dinas perindustrian dan perdagangan dan dinas badan pusat statistik. Tabel 4 menyajikan sebaran responden rantai nilai budidaya rumput laut.

19 Tabel 4 Sebaran responden rantai nilai budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku No. Jenis Responden Jumlah (org) Keterangan 1. Supplier/Penyedia sarana 8 a. Bibit 4 Kuisioner 1a (Lampiran 1 ) b. Pupuk dan Obat-obatan 4 Kuisioner 1b (Lampiran 2) 2. Nelayan Budidaya Rumput Laut 14 Kuisioner 2 (Lampiran 3) 3. Pengolah Rumput Laut 10 Kuisioner 3 (Lampiran 4) 4. Pedagang Pengumpul Lokal 6 a. Skala Besar 3 Kuisioner 4a (Lampiran 5 ) b. Skala Kecil 3 Kuisioner 4b (Lampiran 6) 5. Instansi Pemerintah (Kabupaten) 3 a. Dinas Kelautan dan Perikanan 1 Kuisioner 5 (Lampiran 7) b. Dinas Perindustrian dan Perdagangan c. Badan Pusat Statistik 1 Jumlah 41 1 Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode wawancara dengan kelengkapan kuesioner (Lampiran 1-7). Data Primer yang dikumpulkan adalah: 1. Rantai nilai produksi budidaya rumput laut dalam aktifitas utama yang meliputi: a. logistik ke dalam diantaranya persediaan dan pengendalian bibit rumput laut, penjadwalan transportasi/ kendaraan, persiapan perancangan pengolahan rumput laut dari nelayan rumput laut. b. operasional diantaranya pengolahan rumput laut, pemeliharaan dalam proses pengolahan, proses pemanenan dan pasca panen, pengawasan dan pengendalian mutu c. Logistik keluar diantaranya pengumpulan hasil setelah pasca panen, penyimpanan/penggudangan, penerimaan pesanan hasil produksi, perencanaan pengantaran produksi rumput laut. d. Penjualan dan pemasaran diantaranya penetapan harga oleh pedangan pengumpul, pengiriman hasil budidaya kepada pedagang pengumpul, proses penjualan hasil budidaya, proses penjualan hasil kepada konsumen lokal. e. Evaluasi pelayanan konsumen dalam kelompok nelayan budidaya rumput laut.

20 2. Rantai nilai produksi budidaya rumput laut dalam aktifitas pendukung yang meliputi: a. Infrastruktur produksi diantaranya transportasi, jalan, dan telekomunikasi, dan fasilitas seperti pabrik pengolahan rumput laut yang sementara dibangun. b. Sumber daya manusia meliputi ketersedian bantuan teknis budidaya (dari pemerintah, swasta, atau pendidikan dan penyuluhan yang praktis dapat dilaksanakan dengan model budidaya yang diintrodusir), pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia. c. Pengembangan teknologi berupa bantuan alat-alat pabrik serta pembudidayaan rumput laut untuk daerah. d. Pembelian dalam konteks pemasaran kaitannya dengan harga produksi budidaya rumput laut yang tidak tetap atau tetap. 3. Strategi pemasaran yang meliputi analisis potensi berupa kekuatan dan peluang serta kelemahan dan ancaman dari proses pemasaran produksi budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara dari rantai pemasaran, serta strategi pemasaran yang tengah digunakan dalam pemasaran produksi budidaya rumput laut. Data sekunder yang dikumpulkan adalah perkembangan 5 tahun terakhir hasil produksi rumput laut, populasi masyarakat pesisir dari desa percontohan, dan perkembangan harga rumput laut yang di jual dari beberapa tahun terakhir di Kabupaten Maluku Tenggara, serta dengan studi dokumentasi dengan mempelajari data-data yang berasal dari BPS, Dinas perikanan dan Kelautan, Dinas perindustrian dan perdagangan. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Value chain analysis produk rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara Analisis rantai digunakan untuk mengetahui berbagai macam aktifitas dan kondisi rantai nilai produk industri rumput laut. Pola rantai nilai dari produk industri rumput laut dipetakan menggunakan metode survei dan wawancara terhadap aktor pelaku rantai nilai baik dalam aktifitas utama maupun aktifitas pendukung produksi rumput laut. Setelah diperoleh gambaran tentang rantai nilai, maka informasi tentang permasalahan dan peluang dapat terlihat pada rantai nilai tersebut. Rantai nilai produk rumput laut yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara dapat di bagi menjadi aktifitas utama dan aktifitas pendukung. Dalam aktifitas utama dapat dikaji dari persiapan dan pengendalian bibit rumput laut, penjadwalan transporasi dan perencanaan kegiatan pengolahan rumput laut sebagai awal berkembangnya proses budidaya dalam logistik kedalam.

21 Setelah kualitas mutu telah sesuai dengan standar yang ditetapkan maka hasil panen dapat dikumpulkan dan disimpan/ proses penggudangan hasil panen dilanjutkan dengan proses penerimaan pesanan hasil budidaya dan perencanaan pengiriman/ pengantaran hasil. Dalam bagian pemasaran dan penjualan yang merupakan bagian dari logistik keluar, masalah penetapan harga ditentukan oleh pedagang pengumpul karena pembudidaya rumput laut tidak memiliki akses dan pilihan unuk menjual ke alternatif lain, setelah itu pengiriman dilakukan ke pedagang pengumpul dilanjutkan proses penjualan hasil dari pedangan pengumpul ke konsumen lokal (Makassar dan Surabaya). Hasil budidaya rumput laut kemudian diekspor kembali ke luar negeri (China). Dengan mempelajari rantai nilai rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara, peningkatan nilai produksi rumput laut diharapkan dapat mencapai tingkat maksimal serta menata kembali struktur tataniaga pemasaran budiya rumput laut sehingga pendapatan asli daerah dapat meningkat dan kesejahteraan masyarakat pesisir dapat terjamin dengan baik. Berikut ini merupakan gambaran umum dari bentuk value chain dalam aktifitas utama dari produk rumput laut yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara yang diuraikan dalam Gambar 4. Pembudidaya Rumput Laut Logistik ke dalam - Persediaan dan Pengendal ian Bibit Rumput Laut - Penjadwal an transporta si/ kendaraan - Persiapan perancang an pengolaha n rumput laut. Operasi - Pengolah an budidaya rumput laut - Pemelihar aan dalam proses pengolaha n - Proses pemanena n dan pasca panen budidaya rumput laut. - Pengawas an dan pengendal ian mutu oleh laboratori um yang ada di luar Logistik ke luar - Pengumpu lan hasil setelah pasca panen - Penyimpa nan/pengg udangan hasil olahan budidaya rumput laut - Proses penerimaa n pesanan hasil olahan. - Perencana an pengantar an produk rumput Pemasaran & Penjualan - Penetapa n harga oleh pedagang pengump ul - Pengirim an hasil olahan kepada pedagang pengump ul - Proses penjuala n hasil olahan kepada konsume n lokal - Konsume n lokal mengeks por hasil olahan kepada Pelayanan - Evaluasi layanan konsum en. Gambar 4 Value chain rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara

22 Selain aktifitas utama, dalam penelitian ini perlu dianalisis juga aktifitas pendukung yang menunjang aktifitas utama produk rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara. Peranan lembaga pemerintahan dalam aktifitas pendukung ini lebih mendominasi diantaranya pada (1) Infrastruktur yang sedang dalam proses penyelesaian pabrik pengolahan rumput laut di Desa Levuan/ Ohoi Letvuan Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara yang melibatkan kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara, (2) Sumber Daya Manusia dalam kaitannya dengan pengolahan rumput laut telah disediakan beberapa kegiatan pelatihan secara berkala bagi pembudidaya maupun tenaga penyuluh yang berasal dari pemerintah daerah yang bekerja sama dengan pemerintah pusat. Secara garis besar, aktifitas pendukung dari rantai nilai produk rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara pada Tabel 5. Tabel 5 Aktivitas pendukung AKTIFITAS PENDUKUNG Infrastruktur Sumber Daya Manusia Pengembangan Teknologi Pembelian Sumber : Data diolah (2012) Pabrik dalam proses penyelesaian, sarana transportasi cukup memadai, tetapi ketersedian jalan masih belum memadai. Adanya pelatihan-pelatihan yang disediakan Dinas Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pusat. Bantuan alat-alat pabrik serta pemudidayaan rumput laut untuk daerah telah disediakan oleh Kemnterian Kelautan dan Perikanan Pusat. Pangsa pasar hasil budidaya rumput laut di daerah masih sangat minim sehingga pembudidaya tidak memiliki alternatif untuk menjual hasil. b. Poin utama yang dievaluasi dalam rantai nilai produk rumput laut Beberapa poin penting yang dievaluasi dalam rantai nilai komoditi rumput laut meliputi: 1. Sarana Prasarana dalam budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, diantaranya: a. Ketersediaan bibit/ Jenis Bibit (sumber atau asal bibit, misalnya skala industri rumah tangga, atau skala industri besar, atau benih berasal dari alam untuk pengembangan jumlah stok atau sub sistem, nilai atau harga bibit) b. Ketersediaan bantuan teknis budidaya (dari pemerintah, swasta, atau pendidikan dan penyuluhan yang praktis dapat dilaksanakan dengan model budidaya yang diintrodusir) c. Ketersediaan bantuan finansial (ketersedian akses terhadap kredit bank, dan perencaanaan/ jasa finansial lokal atau LKM/ Lembaga Keuangan Mikro). d. Aksesibilitas terhadap sarana produksi e. Infrastruktur produksi diantaranya transportasi, jalan, dan telekomunikasi. f. Budidaya rumput laut yang menjadi aktifitas dari sebagian masyarakat wilayah pesisir diuraikan dalam profil komoditi produksi rumput laut Kabupaten Maluku Tenggara produksi rumput laut Kering secara umum dalam permusim (45) hari di tahun 2008 sebesar: 394 ton, 2009, 521 ton diperkirakan menjadi 600 ton, di tahun 2010 namun meningkat hingga

23 1.220 ton. Dengan demikian total produksi rumput laut Kering di Kabupaten Maluku Tenggara dalam tahun 2010 adalah sebesar 7.320 ton, yang didapat dari 1220 dikali minimal 6X musim panen. Jumlah tenaga kerja pada sektor budidaya rumput laut kurang lebih 30.000 orang saat ini (30% jumlah penduduk Malra), maka peluang untuk lebih meningkatkan hasil komoditi rumput laut sangat dimungkinkan dengan lebih meningkatkan keterkaitan dalam rantai nilai produk rumput laut. g. Pengolahan rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara yang dilakukan, akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dan perlu untuk dievaluasi antara lain: h. Proses produksi rumput laut memiliki beberapa tahapan antara lain : i. Pemilihan lokasi dalam hal ini lokasi budidaya tidak beresiko aman, memiliki kemudahan dalam sarana budidaya serta keadaan ekologi diantaranya keadaan air, arus yg harus disesuaikan dan keadaan alam lainya. ii. Faktor pendukung diantaranya faktor musim, manajemen pemilikan budidaya serta kemampuan mengelola tanaman, juga tata letak arah arus maupun gelombang. Persiapan penanaman merupakan bagian dari faktor pendukung ini. iii. Pemilihan bibit harus berkualitas baik dan sesuai strandar sehingga proses pertumbuhannya lebih terjamin. iv. Metode Penanaman pada umumnya memiliki beberapa metode diantaranya metode dasar (bottom method) di dalam tambak dengan menebarkan bibit pada dasar tambak dan metode lepas dasar (off bottom method) seperti budidaya Echeuma sp, yaitu dengan cara mengikat bibit pada tali ris (ropeline) kemudian diikatkan pada patok-patok atau pada rakit. Dikembangkan pula budidaya gracilaria dengan metode rakit (floating rack method) dan metode rawai (longline method). Yang paling diminati adalah metode rawai. v. Pemeliharaan budidaya rumput laut diantaranya mengawasi perkembangan konstruksinya secara terus menerus, membersihkannya dan lainnya. vi. Penanganan panen dan pasca panen untuk produksi, rumput laut di panen jika berumur 6-8 minggu (45-60 hari) dan menggunakan metode pemanenan yang dianjurkan. Setelah di panen, dilakukan pencucian rumput laut dari kotoran-kotoran, pengeringan dan penjemuran 2-3 hari pada kondisi panas yang baik, sortasi dan pengepakan. Pengendalian mutu produksi hasil panen rumput laut sangat penting untuk diketahui, karena ukuran hasil panen berkualitas telah ditentukan oleh konsumen, sehingga diperlukan pengujian secara klinis di laboratorium guna mengetahui tingkat kualitas hasil panen yang ada. i. Pemasaran i. Profil pasar dan konsumen dalam produksi rumput laut perlu di evaluasi dengan metode rantai nilai baik dari penawaran maupun permintaan, karena belum adanya standar regulasi yang baku terhadap keadaan pasar produksi rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara sehingga dapat terjadi kemungkinan ketidak seimbangan dinamika harga pasar

24 walaupun informasi harga bisa saja terdapat di sarana komunikasi internet. ii. Rantai pemasaran produk rumput laut dalam keadaan kering di daerah penelitian Kabupaten Maluku Tenggara secara umum mempunyai 5 tahap dalam proses pemasaran yang meliputi: o Proses pembudidayaan rumput sampai panen dan penanganan pasca panen serta penggudangan laut oleh nelayan, o Setelah diperoleh hasil budidaya, maka nelayan menjual hasil tersebut kepada pedagang pengumpul lokal I dengan harga yang telah ditentukan sendiri oleh pedagang pengumpul. yang dimaksud dengan pedagang pengumpul lokal skala kecil disini adalah pedagang yang berada dekat dengan lokasi budidaya dan juga memiliki akses lanjutan untuk mengumpulkan dan mengantar hasil panenan ke pedagang pengumpul yang jauh dari lokasi pembudidayaan. o Hasil pembelian dan pengumpulan yang ada pada pedagang pengumpul skala kecil kembali dijual kepada pedagang pengumpul lokal skala besar. Dalam hal ini, pedangan pengumpul lokal skala besar dapat langsung membeli hasil panen budidaya rumput laut pada nelayan, karena rata-rata memiliki modal yang cukup besar untuk menjangkau lokasilokasi budidaya. o Hasil pembelian yang ada pada pedagang pengumpul seterusnya dijual dan dikirim kepada pengecer yang berada di luar daerah seperti Makassar dan Surabaya melalui transpotasi laut milik pribadi maupun sewaan. o Pengecer yang telah membeli hasil panen budidaya rumput laut dapat langsung mengekspor ke luar negeri misalnya china dengan harga yang lebih baik. Rantai Pemasaran hasil budidaya rumput laut dapat dilihat pada Gambar 5. NELAYAN PEDAGANG PENGUMPUL Skala Kecil PEDAGANG PENGUMPUL Skala Besar EKSPOR KE CHINA PENGECER (SURABAYA& MAKASAR) Gambar 5 Rantai pemasaran j. Sarana prasarana dari hasil pengolahan produksi rumput laut dalam hal ini keadaan pasar serta promosi untuk pemasaran produksi rumput laut perlu di lakukan evaluasi mengingat bahwa sarana prasarana merupakan elemen penting dalam memberikan kemajuan hasil produksi serta pendapatan kepada setiap pelaku dalam keterkaitan rantai nilai.

25 c. Analisis matrik SWOT Matrik SWOT merupakan alat untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang diterapkan, dimana analisis ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat tipe kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO merupakan srategi yang menggunakan kekuatan untuk memenfaatkan peluang, strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman, strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang dan strategi WT, yaitu meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Kombinasi dari faktor internal dan eksternal dalam matrik SWOT dapat disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Matrix SWOT EFE IFE OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktorpeluang eksternal THREATS (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Sumber : Rangkuti (2005) STRENGHT (S) Tentukan 5-10 faktorfaktor kekuatan internal STRATEGI (SO) Menciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk mendapatkan peluang. STRATEGI (ST) Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal STRATEGI (WO) Menciptakan strategi yang mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI (WT) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) Menurut David (2009) Matrik IE terdiri atas dua (2) dimensi, yaitu total skor dari matrik IFE pada sumbu x dan total skor dari matrik EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0-1,99 menunjukkan posisi internal adalah lemah; skor 2,0-2,99 posisinya dianggap sedang; dan skor 3,0-4,0 adalah posisi kuat. Pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0-1,99 adalah posisi rendah; skor 2,0-2,99 dianggap posisi sedang; dan skor 3,0-4,0 adalah posisi tinggi. Matriks IE menurut David (2009) dapat dilihat pada Gambar 6. Skor bobot tabel EFE Tinggi ( 3,0) Menengah(2,0) Lemah (1,0) Skor Bobot Total IFE Kuat Menengah Lemah I II III IV V VI VII VIII IX Gambar 6 Matrix IE (David 2009)