INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE

dokumen-dokumen yang mirip
KONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [, ] Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50275

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT. Mariatul Kiftiah

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara

Integral Baire-1 Stieltjes, Henstock-Stieltjes dan Riemann-Stieltjes. The Stieltjes Integrals of Baire-1, Henstock and Riemann

EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

Lemma Henstock untuk Suatu Fungsi Bernilai Vektor di dalam Ruang Metrik Kompak Lokal

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

YOHANA SUWANDI NIM 83950

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK INTEGRAL LIPAT DUA PADA FUNGSI FUZZY DENGAN METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO

MA3231 Analisis Real

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

BARISAN SIMBOL DAN UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG-SEPOTONG KONTINU

METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ]

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR

SILABUS MATAKULIAH TEORI INTEGRAL (MAA 525)

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN. (Skripsi) Oleh PURNOMO AJI

, maka., maka 1 = 1 +1 <3 1 < = 10 3 =1

ANALISIS VARIABEL REAL 2

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI

PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 2013 KODE 431

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,

T DAR INTEGRAL TAK MUTLAK

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. pengembangan sistem yang menggunakan metode SDLC (System Development

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

KEKONVERGENAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

PENGANTAR ANALISIS REAL

MA3231 Analisis Real

Arie Wijaya, Yuni Yulida, Faisal

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN

SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL FRAKSIONAL LINIER HOMOGEN DENGAN METODE MITTAG-LEFFLER. Helfa Oktafia Afisha, Yuni Yulida *, Nurul Huda

BAB IV PENGOLAHAN DATA

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Misal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap

Oleh : Hilda Rizky Ningtyas Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012

BARISAN BILANGAN REAL

Gambar 1.1 BAB II LANDASAN TEORI

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk:

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

Sesi Perdagangan Pasar Saat ini Setelah Perubahan Sesi Pra-Pembukaan Reguler s.d s.d Sesi I

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

MA3231 Analisis Real

TRANSFORMASI FOURIER DAN TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

Bab 2 Fungsi Analitik

Herlyn Basrina, Yuni Yulida, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY HIBAH DISERTASI DOKTOR

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

TINJAUAN SINGKAT KALKULUS

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB September 26, 2011

Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

FUNGSI COMPUTABLE. Abstrak

II. LANDASAN TEORI. 2. P bersifat aditif tak hingga, yaitu jika dengan. 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

KAJIAN KELENGKUNGAN PERSAMAAN

KUANTOR KHUSUS (Minggu ke-8)

PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

Transkripsi:

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE Ikram Hamid Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Khairun ABSTRACT In this paper, we discuss a Riemann-type integrals, we called RL-integral. Then, we will construct the RL-integral on [, ] by studying some basic properties of RL-integrable functions, the characteristics of RL-primitive, the relation between the RL-integral and the Henstock Integral, and some convergence theorems for RL-Integral. Key words: Henstock Integral, RL-Integral, RL-Primitive, Convergence Theorems. PENDAHULUAN Dalam definisi integral, integral Riemann menggunakan suatu konstanta positif, sedangkan integral Henstock menggunakan suatu fungsi positif. Namun ke dua jenis integral tersebut dalam masalah numerik, yang lebih dipilih konstanta positif. Hal ini memberikan motivasi untuk memperkenalkan suatu jenis integral yang menggunakan peran konstanta positif, namun tetap mempertahankan sifat dari integral Henstock. Jenis integral yang dimaksud adalah integral Riemann-Lebesgue atau disebut dengan integral-rl. Definisi integral-rl telah diperkenalkan oleh (Lee, 1989) dengan beberapa sifat yang kajiannya belum mendalam. Oleh karena itu, dalam paper ini akan diselediki lebih mendalam sifat-sifat integral-rl, antara lain sifat-sifat dasar integral-rl, Karakteristik primitif-rl, hubungan antara integral-rl dengan integral Henstock, dan beberapa teorema kekonvergenan pada integral-rl. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur, yaitu mengumpulkan materi-materi penelitian yang dimbil dari beberapa buku analisis yang memuat tentang integral Riemann-Lebesgue. Selanjutnya mempelajari dan membahas materi tersebut. PEMBAHASAN 1. Partisi dan Integral Henstock Dalam kajian berikut ini, akan dibicarakan beberapa konsep awal yang diperlukan untuk mengkonstruksi sifat-sifat yang berlaku pada integral-rl. 19

1.1 Partisi Konsep partisi memberikan kontribusi penting dalam membangun teori integral. Berikut ini akan diperkenalkan pengertian partisi Lebesgue dan partisi Peon δ fine. Definisi 1.1.1 (Pfeffer, 1993) Diberikan [uu 1, vv 1 ], [uu 2, vv 2 ],, [uu, vv ] interval-interval yang tidak saling tumpang-tindih di dalam interval [, ] R dan xx 1, xx 2,, xx di dalam [, ] R. a) Koleksi pasangan interval-titik PP = {([uu, vv], xx)} = {([uu ii, vv ii ], xx ii ); ii = 1,2,, } disebut (i) partisi Lebesgue pada [, ] jika ii=1 [uu ii, vv ii ] = [, ] (ii) partisi parsial Lebesgue di dalam [, ] jika ii=1[uu ii, vv ii ] b) Diberikan fungsi δδ: [, ] R. Koleksi pasangan interval-titik PP = {([uu, vv], xx)} = {([uu ii, vv ii ], xx ii ); ii = 1,2,, } disebut (i) (ii) Partisi Peon δδ ffffffff pada [, ] jika xx ii [uu ii, vv ii ] xx ii δδ(xx ii ), xx ii + δδ(xx ii ) dan ii=1 [uu ii, vv ii ] partisi parsial Peon δδ ffffffff di dalam [, ] jika xx ii [uu ii, vv ii ] xx ii δδ(xx ii ), xx ii + δδ(xx ii ) dan ii=1[uu ii, vv ii ] [, ]. = [, ] [, ]. Partisi yang digunakan pada pembahasan integral Riemann-Lebesgue adalah partisi Lebesgue. Selanjutnya, eksistensi partisi Peron δδ-fine pada interval [, ] R yang selanjutnya disebut partisi δδ-fine pada interval [, ], dijamin oleh Teorema 1.1.2. Teorema 1.1.2 (Lemma Cousin) (Pfeffer, 1993) Untuk setiap fungsi positif δδ pada selang [, ] terdapat parisi δδ-fine pada [, ]. Bukti: Dibuktikan dengan kontradiksi. Andaikan terdapat fungsi positif δδ pada [, ] sehingga tidak terdapat partisi δδ-fine pada E. Diambil selang EE = [, ], xx jj EE dengan xx jj = jj + jj, jj = 1,2,, nn. Hal ini mengakibatkan selang E terbagi menjadi 2 2 bagian dengan panjang sama. Karena dalam selang E tidak terdapat partisi δδ-fine maka paling sedikit salah satu selang bagian tersebut tidak mempunyai partisi δδ-fine. Namakan salah satu selang bagian yang dimaksud dengan EE 1 = [ 1, 1 ]. Diambil xx jj EE dengan xx jj = jj 1 1 + jj, jj = 1,2,, nn, diperoleh 2 bagian di dalam selang EE 1 yang 2 salah satu selang bagiannya tidak mempunya partisi δδ-fine. Namakan salah satu 20

interval bagian yang dimaksud dengan EE 2 = [ 2, 2 ]. Proses ini dilanjutkan terusmenerus sehingga diperoleh barisan selang tertutup {EE nn } untuk nn = 1,2, yang tidak mempunyai partisi δδ-fine dengan sifat (1) EE EE 1 EE 2 (2) lim nn EE nn = 0, dengan EE nn menyatakan panjang selang EE nn. Jadi {EE nn } merupakan barisan selang susut yang memenuhi syarat-syarat teorema selang susut (nested interval ). Oleh karena itu terdapat tepat satu xx EE nn, untuk setiap n. Karena lim nn EE nn = 0 dan xx EE nn untuk setiap n, maka terdapat EE kk sehingga EE kk BB xx, δδ(xx). Jelas bahwa (EE kk, xx) merupakan partisi δδ-fine pada selang EE kk. Hal ini merupakan suatu kontradiksi. Jadi pengandaian salah. 1.2 Integral Henstock Selanjutnya, diberikan pengertian integral Henstock dan beberapa sifat Integral Henstock yang akan digunakan pada pembahasan-pembahasan selanjutnya. Definisi 1.2.1 (Lee, 1999) Fungsi ff [, ] R dikatakan terintegral Henstock pada [, ], dituliskan ff HH[, ], jika terdapat bilangan real A dengan sifat untuk setiap εε > 0 terdapat fungsi positif δδ pada [, ] sehingga untuk setiap partisi δδfinedd = {([uu, vv]; xx)} = {([uu ii, vv ii ], xx ii ); ii = 1,2,3, pp} pada [, ] berlaku (DD) ff(xx)(vv uu) AA < εε. Selanjutnya, bilangan A di dalam Definisi 2.2.1 disebut nilai integral Henstock fungsi f pada [, ], dan dituliskan AA = (HH) ff = (HH) ff(xx) dddd. Diberikan fungsi f terintegral Henstock pada [, ] dan fungsi FF: [, ] R, dengan rumus xx FF(xx) = (HH) ff(xx)dddd, untuk setiap xx [, ]. Selanjutnya F disebut fungsi primitif dari fungsi yang terintegral Henstock pada [, ] atau F disebut primitif-h fungsi f pada [, ]. Berdasarkan pembentukan fungsi F di atas akan diberikan beberapa sifat integral Henstock pada [, ] yang berhubungan dengan primitif-h fungsi f pada [, ]. 21

Teorema 1.2.2 (Lemma Henstock) (Lee dan Vyy bornyy, 1999) Jika fungsi f terintegral Henstock pada [, ], yaitu untuk setiap εε > 0 terdapat fungsi positif δδ pada [, ] dengan sifat untuk setiap DD partisi δδ-fine pada [. ] berlaku (DD) {ff(xx)(vv uu) FF(uu, vv)} < εε maka untuk sebarang DD 1 DD partisi parsial δδ-fine di dalam [, ] berlaku (DD 1 ) {ff(xx)(vv uu) FF(uu, vv)} < 2εε dengan F menyatakan primitif-h fungsi f pada [, ]. Diketahui fungsi ff [, ] R. Untuk setiap N, dibentuk ff NN fungsi pada [, ] sebagai berikut ff(xx), ff NN (xx) = NN, NN, ff(xx) NN ff(xx) > NN ff(xx) < NN, untuk setiap xx [, ]. Selanjutnya, ff NN disebut fungsi terpancung (truncated function) pada [, ]. Berdasarkan pendefinisian fungsi terpancung di atas dapat dibangun Lemma 2.2.3. Lemma 1.2.3 (Lee, 1989) Jika fungsi f terintegral Henstock mutlak pada [, ] maka ff NN terintegral Henstock pada [, ] dan primitif dari ff NN kontinu mutlak pada [, ]. Teorema kekonvergenan di dalam integral Henstock memberikan syarat cukup agar limit nilai integral Henstock barisan fungsi terintegral Henstock sama dengan nilai integral fungsi terintegral. Hal tersebut dapat dilihat pada Teorema 2.2.4. Teorema 1.2.4 (Teorema Kekonvergenan Monoton) (Lee, 1989) Jika barisan fungsi {ff nn }, ff nn : [, ] R untuk nn = 1,2, memenuhi (i) (ii) ff nn konvergen ke ff hampir di mana-mana pada E untuk nn dan ff nn terintegral Henstock pada [, ], untuk setiap n, ff 1 ff 2 hampir di mana-mana pada [, ], (iii) (HH) ff nn konvergen ke A, maka f terintegral Henstock pada [, ] dan lim (HH) ff nn nn = (HH) ff. 22

2. Integral Riemann-Lebesgue Integral Henstock dalam definisinnya menggunakan fungsi δδ, sedangkan integral Riemann-Lebesgue menggunakan konstanta δδ. Dalam kajian berikut ini, akan dikonstruksi sifat-sifat integral Rieman-Lebesgue sehingga bisa memiliki hubungan dengan integral Henstock. Definisi 2.1 (Lee, 1989) Diketahui ff [, ] R fungsi non-negatif pada [, ], dan R. f dikatakan terintegral-rl pada [, ] dituliskan ff RRRR[, ], jika terdapat bilangan real A, dengan sifat untuk setiap εε > 0 dan ηη > 0, terdapat konstanta δδ > 0 dan himpunan terbuka G, dengan GG < ηη dan untuk setiap partisi DD = {([uu, vv]; xx)} = {([uu ii, vv ii ]; xx ii ), ii = 1,2,, pp }, dengan 0 < vv uu < δδ dan xx [uu, vv] GG berlaku (DD) ff(xx)(vv uu) AA < εε. Selanjutnya bilangan A di dalam Definisi 3.1.1 disebut nilai integral-rl fungsi f pada [, ], dituliskan AA = (RRRR) ff = (RRRR) ff(xx) dddd. Teorema 2.2 Diberikan ff dan gg fungsi non-negatif pada [, ]. Jika fungsi f dan gg terintegral-rl pada [, ], maka berlaku (i) cf terintegral-rl pada [, ] untuk setiap skalar cc 0, dengan (RRRR) cccc = cc(rrrr) ff. (ii) ff + gg terintegral-rl pada [, ], dengan (RRRR) (ff + gg) = (RRRR) ff + (RRRR) gg. (iii) Jika ff gg hampir di mana-mana pada [, ], maka (RRRR) ff (RRRR) gg. (iv) Jika fungsi ff = 0 hampir di mana-mana pada [, ] maka f terintegral-rl pada [, ] dan (RRRR) ff = 0. (v) Jika fungsi f terintegral-rl pada [, ] dan ff = gg hampir di mana-mana pada [, ] maka gg terintegral pada [, ]. Di dalam Definisi 3.1, bilangan real A digunakan untuk menentukan fungsi f terintegral-rl pada [, ], dimana bilangan real A merupakan nilai integral-rl pada 23

[, ] yang dapat dihampiri oleh jumlahan berhingga ff(xx)(vv uu) atas partisi Lebesgue pada [, ]. Di sisi lain, dapat ditemukan kriteria untuk menentukan fungsi f terintegral-rl pada [, ], dengan menggunakan selisih dua buah jumlahan 1 dan 2 atas sebarang dua partisi Lebesgue yang berbeda pada [, ]. Kriteria yang dimaksud adalah kriteria Cauchy seperti dinyatakan pada Teorema 3.3. Teorema 2.3 (Kriteria Cauchy) Fungsi ff EE R non-negatif pada [, ] dan terintegral-rl pada [, ] jika dan hanya jika untuk setiap εε > 0 dan ηη > 0 terdapat konstanta δδ > 0 dan himpunan terbuka G, dengan GG < ηη dan untuk setiap partisi DD 1 = {([uu, vv]; xx)} = {([uu ii, vv ii ]; xx ii ), ii = 1,2,, pp }, DD 2 = {([uu, vv]; xx)} = {([uu ii, vv ii ]; xx ii ), ii = 1,2,, qq }, dengan 0 < vv uu < δδ dan xx [uu, vv] GG berlaku dan (DD 1 ) ff(xx)(vv uu) (DD 2 ) ff(xx)(vv uu) < εε. Berdasarkan Kriteria Cauchy pada Teorema 3.3, dapat diberikan Teorema 3.4. Teorema 2.4 Jika f fungsi non-negatif dan terintegral-rl pada [, ] dan [cc, dd] [, ] maka f terintegral-rl pada [cc, dd]. Bukti: Diberikan εε > 0 dan ηη > 0 sebarang. Karena f terintegral-rl pada [, ], berarti terdapat konstanta δδ > 0 dan himpunan terbuka G, dengan GG < ηη dan untuk setiap partisi DD = {([uu, vv]; xx)} = {([uu ii, vv ii ]; xx ii ), ii = 1,2,, pp }, dan DD = {([uu, vv]; xx)} = {([uu ii, vv ii ]; xx ii ), ii = 1,2,, qq }, dengan 0 < vv uu < δδ dan xx [uu, vv] GG berlaku (DD ) ff(xx)(vv uu) (DD ) ff(xx)(vv uu) < εε. Namakan DD, DD cc, dan DD dd berturut-turut merupakan partisi pada [cc, dd], pada [, cc], dan pada [dd, ]. Kemudian DD partisi lainnya pada [cc, dd]. Diperhatikan bahwa, PP = DD DD c DD dd dan PP = DD DD c DD dd merupakan partisi pada [, ]. Dengan demikian maka diperoleh (DD ) ff(xx)(vv uu) (DD ) ff(xx)(vv uu) = (PP) ff(xx)(vv uu) (PP ) ff(xx)(vv uu) < εε. Berdasarkan Kreteria Cauchy, f terintegral-rl pada [cc, dd]. 24

Teorema 2.5 Diberikan f fungsi non-negatif pada[, ]. Jika f terintegral-rl pada [, cc] dan f terintegral-rl pada [cc, ] maka f terintegral-rl pada [, ]. Lebih lanjut (RRRR) ff = (RRRR) ff + (RRRR) ff. cc Berdasarkan Teorema 3.4, dapat didefinisikan primitif-rl atas fungsi terintegral-rl pada [, ] sebagai berikut. Definisi 2.6 Diberikan f fungsi non-negatif pada [, ] dan f terintegral-rl pada [, ]. Fungsi FF: [. ] R disebut fungsi primitif dari fungsi yang terintegral-rl pada [. ], jika f terintegral pada [, xx], dengan xx dan dituliskan xx FF(xx) = (RRRR) ff (xx)dddd, untuk setiap xx [. ]. Selanjutnya, F disebut primitif-rl fungsi f pada [, ]. Setelah didefinisikan primitif-rl atas fungsi terintegral-rl pada [, ], integral-rl dapat didefinisikan sebagai berikut. cc SIMPULAN Dalam penelitian ini telah berhasil mengkonstruksi sifat-sifat integral-rl pada [a, b] dengan tetap mempertahankan sifat-siafat integral Henstock pada selang yang sama, dengan demikian integral-rl memiliki ekuivalensi dengan integral Henstock. DAFTAR PUSTAKA Lee, P. Y., 1989. Lanzhou Leactures on Henstock Integration, World Scientific, Singapore Lee, P. Y, dan Vy borny, R., 1999. Integral: An Easy Approach after Kurzweil and Henstock, Cambridge University Press, New York, USA Pfeffer, W. F., 1993. The Riemann Approach to Integration, Cambridge University Press, New York, USA 25