UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Kata Kunci: Inside Outside Circle, Hasil Belajar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling

Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Kelas IV SDN Tolole

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau

III. METODE PENELITIAN. melakukan suatu perbaikan yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Dalam

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN RME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN PATI WETAN 02 PATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB III METODE PENELITIAN

Skripsi UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN PADA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA. oleh Sutarni Nim

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ahmad Nurhayatna 35. Kata Kunci :Meningkatkan, Aktivitas, Hasil Belajar, Media Gambar Balok Pecahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS Kelas III Dengan Menggunakan Media Gambar di SDN I Bolapapu Kecamatan Kulawi

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh : Burhanah Farida SD Negeri 4 Tanggung ABSTRAK

Upaya Guru Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PKn Dengan Menggunakan Peta Konsep Di Kelas IV SDN 1 Bale

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai derajat. Sarjana S-1 PROGRAM STUDI S-1 PGSD NASKAH PUBLIKASI. Oleh : Erlinda Dwi Miswara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X MIPA4 SMA Negeri 5 Palu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Publikasi Ilmiah

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Penerapan Pendekatan Resource Based Learning Pada Materi Energi Dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Cendanapura

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA TIPE JIGSAW TENTANG POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENURUNKAN KESULITAN BELAJAR ANAK KELAS V DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KHUSUSNYA PERKALIAN DI SDN GELAM 1 SIDOARJO

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI TEBING TINGGI

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIIIA SMP NEGRI 1 LABUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Susiyanto 2 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK 3

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) PADA SISWA KELAS IV

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN STRATEGI GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWERS

BAB III METODE PENELITIAN

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 04 Lakea

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN JOYFULL LEARNING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN

Viky Warsito Universitas Tadulako Jln. Soekarno Hatta Km 9 PALU-SULAWESI TENGAH

Theresyam Kabanga Program Studi PGSD UKI Toraja ABSTRAK

UPAYA PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIII A SMPN 2 MARAWOLA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PECAHAN SISWA KELAS 4 SD NEGERI KALIKUTO GRABAG KOTA MAGELANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga oleh Rizki Harlinda Putri 292012266 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016 1

2

3

4

5

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVINGMENGGUNAKAN MEDIA KARTU PECAHAN SISWA KELAS IV SD NEGERI KALIKUTO GRABAG KOTA MAGELANGSEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Rizki Harlinda Putri 1, Tri Nova Hasti Yunianta 2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, 2016 Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711 E-mail: 292012266@student.uksw.edu 1 Mahasiswa PGSD 2 Dosen Pembimbing ABSTRAK Latar belakang masalah penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam memahami materi matematika khususnya pada materi soal cerita pecahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag kota Magelang. ModelProblem Solvingadalahsuatucaramengajar yang dilakukanolehpengajaratau guru yang menghadapkansiswapadasuatupermasalahan agar siswadapatmemecahkanpermasalahantersebutproblem Solving sangat penting diterapkan pada pembelajaran matematika karena tujuan yang akan dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan langsung dengan permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan rancangan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag kota Magelang semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 28. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan observasi untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Hasil penelitian diperoleh dari 27 siswa pada siklus I pertemuan pertama hasil belajar siswa yang tuntas 21 siswa (77,7 %), pada siklus 1 pertemuan kedua tuntas 19 siswa (79,16%) dari 27 siswa, siklus 2 pertemuan pertama siswa yang tuntas sebanyak 23 siswa (88,46 %) dari 26 siswa dan siklus 2 pertemuan kedua siswa yang tuntas 22 siswa dengan presentase (92,59%) dari 24 siswa. Demikian hasil penelitian ini telah sesuai dengan yang diharapkan. Kata Kunci: model pembelajaran problem solving, media kartu pecahan, hasil belajar. PENDAHULUAN Pendidikan sangat memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas generasi pemuda pada zaman yang semakin maju ini. Kemajuan suatu bangsa juga ditentukan dari kualitas pendidikan anak bangsa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk kemajuan 6

suatu bangsa yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan pada anak Sekolah Dasar. Kenyataannya pada beberapa Sekolah Dasar masih saja terdapat beberapa permasalahan, salah satunya hasil belajar siswa. Seperti yang terjadi pada siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag Kota magelang yang mengalami permasalahan pada hasil belajar belajar. Salah satu faktor dari permasalahan tersebut yaitu model pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar masih menggunakan model pembelajaran konvesional. Perbaikan pembelajaran perlu dilakukan untuk memajukan mutu siswa, guru dan sekolahan, salah satu upayanya yaitu memperbaiki model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran. Salah satu hasil belajar yang perlu ditingkatkan yaitu pada mata pelajaran matematika materi soal cerita pecahan. Soal cerita berisikan permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hitung menghitung, dan siswa perlu diajarkan dalam menyelesaikan soal cerita agar siswa pada kehidupannya dapat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan hitung menghitung. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi dikarenakan siswa SD masih berada pada usia perkembangan kognitif dan terikat dengan objek konkret, oleh sebab itu siswa memerlukan alat bantu yang dapat memperjelas pemahaman berupa media pembelajaran. Model pembelajaran Problem Solving merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa memahami materi soal cerita pecahan. Model Problem Solving adalah suatu cara mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau guru menghadapkan siswa pada suatu permasalahan agar siswa dapat memecahkan permasalahan tersebut. Problem Solving sangat penting diterapkan pada pembelajaran matematika karena tujuan yang akan dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan langsung dengan permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalahnya adalah apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Solving menggunakan media kartu pecahan pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag kota Magelang. Tujuan yang dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag kota Magelang menggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan media kartu pecahan. 7

KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Matematika di SD Menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2015:1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pendapat lain dari Dr. Arief Sadiman dkk. (2011:2) bahwa, belajar adalah suatu yang proses kompleks terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidupnya. Berdasarkan pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu proses mempelajari suatu kemampuan atau peningkatan suatu kemampuan oleh individu dari pengalaman yang didapat sejak masih bayi hingga akhir hayatnya. Berkaitan dengan belajar, tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran, pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh para ahli, pada dasarnya pembelajaran matematika hanyalah sebuah proses dimana individu yang belajar diberikan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh kompetensi dari bahan, konsep matematika yang dipelajari. Hasil belajar Penggunaan model pembelajaran Problem Solving diharapkan dapat meingkatkan hasil belajar siswa terutama pada materi pemecahan masalah atau soal cerita., dilakukan agar hasil belajar siswa naik atau meningkat. Dimyati dan Mudjiono (2008: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar dan dari sisi guru, tindakan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar sedangkan dari siswa, hasil belajar merupakan berkhirnnya pengalaman belajar. Sementara itu, Hamalik (2008: 36) mengatakan bahwa hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Kesimpulannya Hasil belajar adalah pernyataan kemampuan siswa dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi tertentu. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan bertindak dan berpikir setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu. Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor yang mempengaruhi kondisi siswa saat proses belajar berlangsung. Ahmad Susanto (2015:12) mengemukakan faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor internal. 8

Model Pembelajaran Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem Solving atau pemecahan masalah. Model pemecahan masalah adalah suatu cara mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau guru yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan agar siswa dapat memecahkan permasalahan tersebut. Model pembelajaran ini menuntut siswa mengolah kemampuan siswa untuk memahami permasalahan, berpikir logis dan sistematis. Pemecahan masalah adalah komponen penting dalam matematika, karena secara umum merupakan suatu proses dimana siswa menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang baru. Menurut Tabrani Rusyan (2008: 5), kelebihan yang dimiliki Problem Solving yaitu: Pemecahan masalah memungkinkan menghubungkan pengajaran dengan kehidupan seharihari, karena masalah-masalah yang diangakat dalam kegiatan belajar bisa diambil dari kehidupan sehari-hari atau apa yang dialaminya; 2. Pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan intelektual dan daya pikir pesrta didik, karena dalam berpikir menggunakan Problem Solving mereka menyoroti permasalahan dari berbagai segi; 3. Pemecahan masalah dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara cermat; 4. Pemecahan masalah mampu melatih peserta didik untuk berpikir secara sistematis dan menghubungkannya dengan masalah-masalah lainnya. Sedangkan kekurangan model Problem Solving Menurut Tabrani Rusyan (2008: 5) yaitu: 1. Pemecahan masalah sulit untuk menentukan masalah yang sesuai dengan daya pikir setiap peserta didik; 2. Pemecahan masalah memerlukan waktu yang cukup panjang kalau dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah sistematis; 3. Peserta didik tidak dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri atau bahkan mereka tidak atau kurang percaya terhadap pemecahan masalah yang telah dilakukannya, sehingga mereka menuntut keterlibatan guru; 4. Masalah yang dijadikan topik dalam pengajaran sering dibuat-buat oleh guru, sehingga pengajaran menjadi kurang kondusif dan kurang menarik; dan 5. Guru sering menuntut peserta didik untuk memecahkan masalah sesuai dengan dengan yang dilakukannya atau sudah terpola sehingga membosankan. Model PTK Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan McTaggart. Menurut Fitri Yuliawati dkk. (2012:24) desain Penelitian Tindakan Model Kemmis dan McTanggart lebih memfokuskan pada aspek individual dalam penelitian tindakan. Model ini dapat dikembangkan menjadi 9

model PTK. Alur fikir dan alur kerja yang ditawarkan Kemmis dan McTaggart ada tiga, yaitu: a. Perencanaan; b. Tindakan dan observasi; dan c. Refleksi. Gambar 1 : Bagan Model PTK yang Dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart Sumber : ishaqmade amin, 2012 Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah alur penelitian sesuai pendapat Kemmis dan McTaggart. Hasil refleksi menentukan langkah selanjutnya pada penelitian, ketika hasil refleksi belum sesuai yang diharapkan maka akan dilaksanakan siklus selanjutnya. Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan atau mengantarkan pesan dari guru kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perhatian minat dan perasaan pada suatu pembelajaran. Pendapat lain menurut Gatot Muhsetyo, dkk., (2012) media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan, atau menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu sendiri bukan merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan. Penggunaan Media Kartu Pecahan dalam Soal Pecahan Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu pecahan yang berisi tabel pecahan senilai. Tabel pecahan senilai berisi angka-angka hasil perkalian. Kartu pecahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 3 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 4 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 Gambar 2 : Tabel Kartu Pecahan. 10

Contohnya kita ambil baris pertama sebagai pembilang dan baris keempat sebagai penyebut. Maka dapat dilihat bahwa = = dan seterusnya. Penggunaan tabel kartu pecahan jika diterapkan di penjumlahan pecahan, contoh: + = (pecahan senilai yang penyebutnya bisa dibagi 6 dan 4 ) + (pecahan yang senilai yang bisa dibagi 4 dan 6) = + = + = 9. Cara tersebut sama dengan mencari KPK namun dengan trik menggunakan tabel. Cara menentukan penyebut dengan cara mencari angka yang dapat dibagi dengan semua penyebut jika penyebut yang paling besar tidak dapat dibagi dengan penyebut yang kecil. METODE PENELITIAN Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Problem Solving. Menurut Bahri (2012: 8) penelitian tindakan kelas merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam proses sehingga hasil belajarpun menjadi lebih baik. Subyek Penelitian Peneliti berperan sebagai perancang, observer, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data dan pelapor data. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kalikuto Grabag Magelang. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag Magelang yang beralamatkan di JL Raya Grabag KM 06 Kalikuto Grabag Magelang dengan jumlah siswa adalah 28, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Kegiatan penelitian ini dimulai dari pengajuan judul yang dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai penyusunan laporan selesai. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat tanggal 10 dan 11 Maret 2016. Sedangkan siklus II pada hari Kamis dan Jumat tanggal 17 dan 18 Maret 2016. Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa sebagai varibel bebas dan menggunakan model pembelajaran Problem Solving sebagai variabel terikat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, tes, serta dokumentasi, KKM Matematika pada SD Kalikuto Grabag Magelang yaitu 60. Keaktifan siswa dapat diukur dengan kriteria yang telah dibuat sebelum dilaksanakannya pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat pada Tabel 1. 11

Tabel 1. Tabel Keaktifan Siswa Sebelum melaksanakan penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan kegiatan pra siklus untuk mendapatkan data tentang siswa. Data pra siklus diperoleh dari hasil observasi dan wawancara pada guru mengenai hasil belajar siswa dan kondisi siswa. Hasil observasi dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa memerlukan pembaruan model pembelajaran dari pembelajran menggunakan metode ceramah dan pembelajaran berpusat pada guru dengan model pembelajaran Problem Solving dengan media kartu pecahan. Setelah dilaksanakan siklus I menggunakan model pembelajaran siklus I siswa nampak ada perubahan dalam hasil belajar siswa. Siklus II yang semakin meningkat perubahan hasil belajar siswa. HASIL PENELITIAN Pra Siklus Pra siklus dilakukan sebelum diadakannya siklus I dan II, tujuan dari diadakannya pra siklus ini agar mengetahui bagaimana kondisi siswa dan hasil belajar siswa sebelum diterapkan pembelajaran Problem Solving menggunakan media kartu pecahan. Hasil dari pra siklus dapat dibandinngkan dengan hasil dari siklus I dan II dengan tujuan agar mengetahui adanya peningkatan atau tidak. Hasil pra siklus didapatkan dari wawancara langsung kepada guru kelas 4 dan pengamatan langsung ketika melakukan observasi ke SD. Observer saat wawancara guru kelas mendapatkan data hasil belajar siswa yang mengartikan bahwa perlunya diadakan peningkatan dalam pembelajaran, diketahui bahwa dari 28 siswa 11 siswa (39,29%) belum tuntas KKM dan 17 siswa (60,71%) yang dinyatakan tuntas KKM (6,0) pada pelajaran matematika bab pecahan. Berikut ini disajikan perolehan hasil tes matematika pra siklus pada Tabel 2. Aspek Kriteria Skor Keaktifan 1. Berperan penting dalam pembelajaran 2. Ikut serta aktif dalam proses pembelajaran 3. Kadang-kadang ikut serta dalam proses pembelajaran 4. Tidak ikut serta dalam proses pembelajaran 100 80 70 50 Tabel 2 Hasil Belajar Matemaika Pra Siklus Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 60 17 60,71% Tuntas < 60 11 39,28 % Tidak Tuntas Jumlah 28 100% - 12

Hasil belajar matematika pra siklus juga disajikan dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus terlihat pada Gambar 3. 39,29% 11 siswa 17 siswa 60,71% Tuntas Tidak Tuntas Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Pra Siklus. Data pra siklus tersebut memperlihatkan bahwa perlu diadakannya siklus I yang bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih baik atau terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hasil Belajar Siswa siklus I Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan I dan II pada kegiatan akhir untuk mengetahui sejauh mana kepahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan pada kegiatan inti. Setelah diberi tindakan dengan menerapkan model Problem Solving menggunakan media kartu pecahan, pada pertemuan pertama sebanyak 21 siswa (77,7%) tuntas, sedangkan yang belum tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu < 60 sebanyak 6 siswa (22,3%), namun pada pertemuan pertama ini satu siswa tidak hadir. Hasil siklus I pertemuan pertama nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 50 dengan KKM 60. Hal ini berarti target keberhasilan siklus I pertemuan pertama sudah tercapai, karena hasil belajar tersebut meningkat dan lebih dari 75%. Perolehan hasil belajar matematika setelah tindakan pada siklus I disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Belajar Matematika Siklus I Pertemuan Pertama Hasil belajar siswa pada tahap siklus I pertemuan pertama juga dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar matematika pada tahap siklus I pertemuan pertama terlihat pada Gambar 4. No Nilai Banyak Persentase Siswa (%) Keterangan 1. 60 21 77,7 % Tuntas 2. < 60 6 22,3 % Tidak Tuntas Jumlah 27 100% - 13

22,3 %(6 Siswa) 77,7 %(21 Siswa) Tuntas Tidak Tuntas Gambar 4. Diagram Hasil Belajar Matematika Siklus I Pertemuan Pertama. Pertemuan kedua sebanyak 19 siswa (79,16 %) tuntas, sedangkan yang belum tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu < 60 sebanyak 5 siswa (20,84%), namun pada pertemuan kedua 4 siswa tidak hadir. Hasil siklus I pertemuan kedua nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 30 dengan KKM 60. Hal ini berarti target keberhasilan siklus I pertemuan kedua sudah tercapai, karena rata-rata hasil belajar pertemuan kedua meningkat dari pertemuan pertama dan jumlah ketuntasan meningkat menjadi 79,16 %. Perolehan hasil belajar matematika setelah tindakan pada siklus I pertemuan kedua disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Belajar Matematika Siklus I Pertemuan Kedua No Nilai Banyak Siswa Persentase Keterangan 1. 60 19 79,16 % Tuntas Hasil 2. < 60 5 20,84 % Tidak tuntas belajar siswa pada Jumlah 24 100% - tahap siklus I pertemuan kedua juga dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar matematika pada tahap siklus I pertemuan kedua terlihat pada diagram Gambar 5. 20,84% (5 Siswa) 79,16 % (19 Siswa) Tuntas Tidak Tuntas Gambar 5. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Kedua. Siklus 1 berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan sudah berhasil, sehingga dilaksanakan siklus II sebagai pemantapan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan model Problem Solving menggunakan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melihat data temuan, maupun hasil diskusi dengan guru, maka hal-hal yang menjadi kekurangan selama siklus I yaitu: a). Masih ada beberapa siswa belum atau kurang percaya diri dalam proses pembelajran berlangsung; b) Guru belum memaksimalkan kelas, sehingga diskusi masih disominasi oleh siswa yang aktif, sedangkan siswa lain yang pasif hanya diam tanpa terlibat; c) Siswa masih belum memaksimalkan penggunaan media kartu pecahan; d) 14

Siswa masih belum memaksimalkan bertanya ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas; dan e) Masih banyak siswa yang belum terlibat dalam tanya jawab. Hasil Belajar Siswa siklus II Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan I dan II pada kegiatan akhir untuk mengetahui sejauh mana kepahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan pada kegiatan inti. Pembelajaran dengan menerapkan model Problem Solving menggunakan media kartu pecahan, pada pertemuan pertama yang tuntas sebanyak 23 siswa (88,46 %) sedangkan yang belum tuntas dalam belajarnya atau mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu < 60 sebanyak 3 siswa (11,54%), namun pada pertemuan pertama ini dua siswa tidak hadir. Hasil siklus I pertemuan pertama nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 50 dengan KKM 60. Hal ini berarti target keberhasilan siklus I pertemuan pertama sudah tercapai, karena hasil belajar tersebut meningkat. Perolehan hasil belajar matematika setelah tindakan pada siklus II pertemuan pertama disajikan pada Tabel 5. 11,54% (3 Siswa) Tabel 5 Hasil Belajar Matematika Siklus II Pertemuan Pertama Hasil belajar siswa pada tahap siklus II pertemuan pertama juga dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar matematika pada tahap siklus II pertemuan pertama terlihat pada Gambar 6. No Nilai Banyak Siswa Persentase Keterangan 1. 60 23 88,46 % Tuntas 2. < 60 3 11,54 % Tidak tuntas Jumlah 26 100% - 88,46 % (23 Siswa) Tuntas Tidak Tuntas Gambar 6. Diagram Hasil Belajar Matematika Siklus II Pertemuan Pertama. Pertemuan pertama siklus II dapat disimpulkan sebanyak 25 siswa (92,59%) tuntas, sedangkan yang belum tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu < 60 sebanyak 2 siswa (7,41%). Pertemuan kedua terdapat satu siswa tidak hadir. Hasil siklus II pertemuan kedua nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 50 dengan KKM 60. Hal ini berarti target keberhasilan siklus II pertemuan kedua sudah tercapai, karena hasil belajar tersebut meningkat dari pertemuan pertama. Perolehan hasil belajar matematika setelah tindakan pada siklus II disajikan pada Tabel 6. 15

Has il belajar siswa Tabel 6 Hasil Belajar Matematika Siklus II pertemuan kedua No Nilai Banyak Siswa Persentase (%) Keterangan 1. 60 22 92, 59% Tuntas 2. < 60 2 7,41 % Tidak Tuntas JUMLAH 24 100% pada tahap siklus II pertemuan kedua juga dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar matematika pada tahap siklus II pertemuan kedua terlihat pada gambar 10. 92,59 % 22 siswa 7,41 % 2 siswa Tuntas Tidak Tuntas Gambar 7. diagram hasil belajar siklus II pertemuan kedua Berdasarkan hasil tersebut, maka siklus II dapat dikatakan sudah berhasil. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan model Problem Solving menggunakan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kesimpulan setelah melihat data temuan, maupun hasil diskusi dengan guru, maka hal-hal yang dapat disimpulkan selama siklus II yaitu: 1) Terdapat beberapa siswa yang belum atau kurang percaya diri dalam proses pembelajran berlangsung; 2) Setiap kelompok sudah baik, tertib dan efektif; 3) Pembagian kelompok sudah merata. Sehingga ketika dilaksanakan evaluasi perolehan nilainya juga seimbang; 4) Dari 10 siswa yang dimintai komentar tentang semua siswa mengatakan bahwa bu guru dalam menerangkan dan memberikan contoh, 8 siswa mengatakan mudah dipahami dan 2 siswa mengatakan sukar dipahami; 4) Sesuai dengan indikator yang telah ditentukan siswa yang benar-benar menunjukan kesungguhan belajar belajar sudah memenuhi kriteria ketuntasan pembelajaran atau lebih dari 75%; dan 5) Sesuai dengan indikator yang ditentukan, siswa yang sungguh-sungguh belajar telah mencapai lebih dari 75% pada pertemuan pertama dan kedua. Siswa semangat mengikuti pelajaran dan menjawab jika diberi pertanyaan. 16

Gambar 8. Siswa Mengerjakan Evaluasi Data yang diperoleh dari prasiklus, siklus I dan siklus II memperlihatkan adanya perubahan hasil belajar atau peningkatan hasil belajar pada setiap hasil evaluasi. Perubahan terjadi dikarenakan adanya perbaikan untuk siklus berikutnya. Perubahan hasil belajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 7. Tabel 7 Perbandingan Hasil Evaluasi Pra Siklus, Siklus I dan II Kesimpulan dari Tabel 4.6 adalah setiap pertemuan terdapat peningkatan. KKM untuk matematika yaitu 60, oleh sebab itu kriteria untuk menjelaskan tabel hasil evaluasi salah satunya menggunakan nilai 60 dan nilai < 60. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan pada siswa yang tuntas dan tidak tuntas atau nilai kurang atau lebih dari KKM dikarenakan jumlah siswa pada setiap dilakukan pembelajaran berbeda. Berbeda dengan jumlah nilai dan nilai rata-rata yang meningkat setiap pertemuannya kecuali pada siklus I pertemuan pertama dan kedua. Perbandingan tersebut dapat lebih jelas terlihat pada grafik Gambar 9. Kegiatan Nilai 60 Nilai < 60 Jumlah Nilai Rata-rata nilai Pra Siklus 17 11 1657 57,75 Siklus I: Pertemuan pertama 21 6 1460 63,48 Siklus I: Pertemuan kedua 19 5 1460 63,48 Siklus II: Pertemuan pertama 23 3 1815 69.81 Siklus II: Pertemuan kedua 19 2 2220 82,22 100 80 60 40 20 0 pra siklus siklus 1 pertemuan 1 siklus 1 pertemuan 2 siklus 2 pertemuan 1 siklus 2 pertemuan 2 nilai rata-rata Gambar 9. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Pra Siklus dan Siklus I dan Siklus II 17

Kesimpulannya dari penggunaan model pembelajaran Problem Solving menggunakan media kartu pelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pernyataan tersebut dapat diketahui setelah peneliti melakukan evaluasi. Pembelajaran pada penelitian kelas 4 SD Kalikuto Grabag kota Magelang dilaksanakan setiap pertemuannya selama 70 menit, 40 menit untuk melaksanakan evaluasi berbeda dengan waktu yang direncanakan saat dibuatnya soal uji siklus pada validitas. Hal tersebut dikarenakan waktu yang dapat diberikan guru hanya 70 menit untuk satu pertemuan, namun pembelajaran dapat berjalan dengan lancar tanpa ada kekurangan waktu. PENUTUP Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Kalikuto Grabag kota Magelang pada siswa kelas 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model Problem Solving dengan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar dari siklus I (pertemuan pertama dan kedua ) dan siklus II (pertemuan pertama dan kedua). Data hasil observasi pra siklus sebanyak 17 siswa (60,71%) yang dinyatakan tuntas KKM (60), siklus I pertemuan pertama sebanyak 21 siswa (77,7 %), siklus I pertemuan kedua sebanyak 19 siswa (79,16 %), siklus 2 pertemuan pertama sebanyak 23 siswa (88,46 %), dan siklus 2 pertemuan kedua sebanyak 22 siswa (92, 59%). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti yaitu melalui model pembelajaran Problem Solving menggunakan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas 4 di SD Negeri Kalikuto Grabag kota Magelang pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Agar mengoptimalkan model Problem Solving dengan media kartu pecahan dapat lebih optimal penggunaanya, peneliti memberikan saran kepada berbagai pihak yaitu bagi guru, siswa, sekolah dan mahasiswa agar mau memahami model tersebut dan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran atau penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Susanto.2015.Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta: Prenadamedia Grup. Bahri, Aliem. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Makassar:Universitas Muhammadiyah Makassar. Dimyati dan Mujiono.2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta Hasbullah.2012.Dasar-Dasar llmu Pendidikan.Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada. Hamalik, Oemar. 2008.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sadiman, Arief S.Dr., dkk.2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 18

Rusyan, Tabrani. 2008. Cara Pembelajaran Matematika Seri 2. Semarang: PT. Bengawan Ilmu. Fitri Yuliawati, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Tenaga Pendidikan Profesional. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani. Gatot Muhsetyo, dkk. 2012. Pembelajaran Matematika SD. Banten: Universitas Terbuka. 19