Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SALATIGA Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro Salatiga, Indonesia @student.uksw.edu Abstrak Pembelajaran model konvensional di sekolah seperti pembelajaran yang berpusat pada guru dimana masih menggunakan pola satu arah dan interaksi hanya dari guru ke siswa. Siswa hanya cenderung duduk, diam dan mendengarkan guru saat mengajar di dalam kelas. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa, oleh karena itu diperlukan model pembelajaran kooperatif. Make a match adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam membelajarkan kubus dan balok untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 7 Salatiga. Jenis penelitin ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 11 perempuan. Teknik pengumpulan data yaitu metode tes dengan instrumen soal uraian. Sumber data diperoleh dari hasil belajar matematika prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus yaitu pada prasiklus ketuntasan belajar sebesar 50%, kemudian pada siklus 1 sebesar 65,38% dan pada siklus 2 sebesar 80,77%. Kenaikan ketuntasan dari prasiklus ke siklus 1 sebesar 15,38%, sedangkan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 15,39%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam membelajarkan kubus dan balok dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 7 Salatiga. Kata Kunci: implementasi, make a match, meningkatkan, hasil belajar matematika. PENDAHULUAN Pembelajaran model konvensional di sekolah yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dimana masih menggunakan pola satu arah dan interaksi hanya dari guru ke siswa. Siswa hanya cenderung duduk, diam dan mendengarkan guru saat mengajar di dalam kelas. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika siswa. 1

2 Permasalahan tersebut juga terjadi di SMP N 7 Salatiga khususnya kelas VIII. Berdasarkan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2013 bahwa pembelajaran masih menggunakan model konvensional. Siswa kurang antusias terhadap kegiatan pembelajaran serta tidak semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari persentase hasil belajar siswa pada Ulangan geometri yaitu yang mendapat nilai lebih dari 70 ada 30,7% siswa dan nilai kurang dari 70 sebesar 69,3% siswa dengan rata-rata nilai 52, sedangkan rata- rata yang ditentukan sekolah adalah 70 sehingga diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan terjadi interaksi antara siswa dengan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan memudahkan guru dalam mengajar (Aunurrahman, 2009). Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan). Isjoni (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara mencari pasangan soal atau jawaban yang tepat dan siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan diberi poin. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match (Huda, 2011) adalah sebagai berikut: 1) guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, tampak depan adalah soal dan dibelakangnya jawaban, 2) setiap siswa mendapat satu kartu, 3) tiap siswa memikirkan jawaban dan soal dari kartu yang dipegang, 4)setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya, 5) setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu, maka akan diberi hadiah atau poin, 6) setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, 7)demikian seterusnya dan terakhir adalah penutup. Huda (2013) menyatakan kelebihan model pembelajaran Make a Match. Antara lain meliputi: 1) meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik; 2) ada unsur permainan, sehingga metode ini menyenangkan; 3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 5) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi serta 6) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam membelajarkan kubus dan balok untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 7 Salatiga. 2

3 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Disebut PTK karena penelitian ini dilakukan oleh calon guru sebagai peneliti dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran matematika di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIG SMP Negeri 7 Salatiga yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 11 perempuan. Prosedur dalam penelitian tindakan kelas berupa siklus yaitu menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes dan observasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa soal uraian dan lembar observasi. Berikut kisi-kisinya: Tabel 1. Kisi-kisi Soal Prasiklus Standar Kompetensi 3. Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar 3.1. Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan Teorema Pythagoras. Indikator Soal Menyelesaikan masalah seharihari yang berkaitan dengan teorema phytagoras Menghitung salah satu sisi pada sigitiga siku-siku jika kedua sisi yang lain diketahui Menghitung lebar, luas, dan keliling persegi panjang (Soal cerita) Nomor Soal Mencari panjang diagonal persegi Standar Kompetensi Tabel 2. Kisi-kisi Soal Tes Siklus 1 Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagianbagiannya serta menentukan ukurannya 5.1 Mengidentifikasi sifatsifat Kubus, balok, prisma, dan limas serta bagianbagiannya. 5.2 Membuat jaring- jaring kubus, balok, prisma, dan limas. 1. Menentukan unsur-unsur kubus. 2. Menentukan panjang diagonal sisi dan diagonal ruang kubus. 3. Menggambar Jaringjaring kubus. 1, Mengitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas. 4. Mengitung luas permukaan kubus. 5. Mengitung volume kubus. 4,5 3

4 Standar Kompetensi Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Siklus 2 Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagianbagiannya serta menentukan ukurannya 5.1 Mengidentifikasi sifatsifat Kubus, balok, prisma, dan limas serta bagianbagiannya. 5.2 Membuat jaringjaring kubus, balok, prisma, dan limas. 1. Menentukan unsur-unsur balok. 2. Menentukan panjang diagonal sisi dan diagonal ruang. 3.Menggambar Jaring-jaring balok. 1, Mengitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas. Tiga validator yang memvalidasi yaitu profesor, doktor, dan guru matematika. Indikator keberhasilan secara klasikal dengan ketentuan lebih besar atau sama dengan 75% siswa telah berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)yang ditetapkan sekolah. KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah Mengitung luas permukaan balok. 5. Mengitung volume balok. 4,5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Prasiklus Hasil ketuntasan prasiklus menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah. Terbukti dari jumlah siswa sebanyak 26 orang masih ada 13 siswa atau 50% yang belum mencapai ketuntasan dan 13 siswa atau 50% siswa yang sudah tuntas KKM yaitu 70. Persentase ketuntasan hasil belajar pada prasiklus disajikan ke dalam bentuk diagram batang adalah seperti pada Gambar 1.: Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Prasiklus Persentase 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 50% 50% Ketuntasan Gambar 1. Persentase Ketuntasan Hasil belajar Matematika Prasiklus 4

5 Siklus 1 Hasil belajar siklus 1 menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah. Terbukti dari jumlah siswa sebanyak 26 masih ada 9 siswa atau 34,62% yang belum mencapai ketuntasan dan 17 siswa atau 65,38% siswa yang sudah tuntas KKM yaitu 70. Siklus 1 sudah menunjukkan peningkat ketuntasan hasil belajar, namun belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus 2. Diagram batang persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 1 disajikan pada Gambar 2. Persentase 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus % Ketuntasan 34.62% Gambar 2. Persentase Ketuntasan Hasil belajar Matematika Siklus 1 Siklus 2 Hasil belajar matematika siklus 2 menunjukkan ada 21 siswa atau 80,77% tuntas belajar dan siswa yang belum tuntas KKM ada 5 siswa atau 19,23%. Siklus 2 sudah menunjukkan peningkat Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus % ketuntasan hasil belajar. Ketuntasan yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan yaitu 75% atau minimal ada 19 siswa tuntas dari 26 siswa, sehingga tindakan pada siklus 2 sudah tercapai sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus 2. Diagram batang persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 3. Persentase 50.00% 0.00% 80.77% 19.23% Ketuntasan Gambar 3. Persentase Ketuntasan Hasil belajar Matematika Siklus 2 5

6 Berikut rekapitulasi hasil belajar matematika siswa antar siklus. Tabel 1. Hasil Tiap Siklus Prasiklus SIKLUS I SIKLUS II KONDISI Jumlah % Jumlah % Jumlah % Siswa Siswa Siswa , ,77 Tidak , ,23 Jumlah Rata-rata 64, ,31 Nilai tertinggi Nilai Terendah Dilihat dari data nilai pra siklus ke siklus 1 terjadi peningkatan ketuntasan 15,38% dan rata-rata 4,23. Siklus 1 dan siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu 68 menjadi 76,31. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 8,31 sedangkan ketuntasan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu 65,38% ke 80,77%. Terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 15,39%. Persentase ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal dan antar siklus disajikan ke dalam diagram batang seperti pada Gambar 4. Persentase 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Persentase Ketuntasan Antar Siklus 80.77% 65.38% 50% 50% 34.62% Belum 19.23% Prasiklus Sikus 1 Silus 2 Siklus Gambar 4. Persentase Ketuntasan Antar Siklus 6

7 Nilai hasil belajar matematika setiap siswa dari prasiklus, siklus 1 dan siklus 2 dapat dihat pada Gambar 5. Nilai Setiap Siswa Antar Siklus Nilai A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Nama Siswa Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Gambar 5. Nilai Setiap Siswa Antar Siklus Gambar 5. menunjukkan bahwa nilai setiap siswa ada yang meningkat dan ada juga yang menurun pada setiap siklusnya, tetapi sebagian besar siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Temuan pada penelitian, saat pembelajaran dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu siswa-siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mencari pasangan. Siswa yang tercepat mencari pasangan dilatih keberaniannya untuk presentasi di depan kelas sedangkan yang sudah mendapatkan pasangan atau belum tidak mendapat kesempatan untuk berlatih dan mencoba presentasi di depan kelas. Modul pada siklus 2 memang dibuat hampir sama dengan siklus 1 sehingga siswa merasa bisa mengerjakan modul dengan cepat. Siswa cenderung bisa menyebutkan contoh-contoh benda yang menyerupai kubus atau balok daripada menjawab pengertiannya. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam membelajarkan kubus dan balok dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 7 Salatiga. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan subjek siswa kelas VIIIG SMP N 7 Salatiga, diperoleh simpulan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 7 7

8 Salatiga. Hal itu ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus yaitu pada prasiklus ketuntasan belajar sebesar 50%, kemudian pada siklus 1 sebesar 65,38% dan pada siklus 2 sebesar 80,77%. Kenaikan ketuntasan dari prasiklus ke siklus 1 sebesar 15,38%, sedangkan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 15,39%. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Baharuddin dan Wahyuni Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-rus media. Budiyono Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match Pada Siswa Kelas I SD Madugowongjati 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/ Skripsi. UKSW. Diunduh: 30 Januari Dahar, R Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Hamruni Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Hopkins, D Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Huda, M Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Huda, M Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Nodis dan Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni Pembelajaran kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar peserta didik: Yogyakarta: Putaka Pelajar Janiati, dkk Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Melong Mandiri 7 Kecamatan Cimahi Selatan. Skripsi. Cimahi: UPI. Diunduh: 30 Januari Mulyono, A Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ridwan Penerapan Model Pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran Matematika untuk meningkatkan hasil belajar. Jurnal. Pakuan: UP. Diunduh: 30 Januari Rochiati, W Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rusman Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rusman Belajar dan Pembelajaran Berbasis komputer. Bandung: Alfabeta. 8

9 Shadiq, Fadjar Tujuan Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: departemen Pendidikan Nasional. Diklat Guru Pengembangan Matematika SMK Jenjang Lanjut Tahun Diunduh: 19 Desember Sinurat Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Merbau tahun ajaran 2013/ Penelitian Pembelajaran Kimia. Juni, Vol. 2, No. 1. Sudjana, N Dasar-dasar Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aldensindo. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suprijono, A Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suroso Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pararaton. Susanto, A Teori Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Karisma Putra Utama. Susilo, H & dkk Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan guru dan calon guru. Malang: Bayumedia Taniredja & dkk Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Widyoko, E Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 9