HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 GUNUNG TALANG JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
REGULASI DIRI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIJUNJUNG

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

KORELASI ANTARA KONSEP DIRI SOSIAL DENGAN HUBUNGAN SOSIAL (Studi Korelasional terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial (Studi Korelasional Terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita **

PROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 18 PADANG ABSTRACT

PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN PADA MASA REMAJA (Studi terhadap Peserta Didik di Kelas X SMA Negeri 1 Kinali Pasaman Barat) ARTIKEL ILMIAH

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL

PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF) DI SMP N 1 PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PERBEDAAN REGULASI DIRI PADA MAAHASISWA BEKERJA DAN MAHASISWA TIDAK BEKERJA DI PROGRAM STUDI BK STKIP PGRI SUMBAR

BENTUK PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM PERUBAHAN KURIKULUM DI KELAS XI SMA NEGERI 6 PADANG JURNAL PENELITIAN

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR ARTIKEL

FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DENGAN GURU MATA PELAJARAN DI SMA NEGERI 2 SOLOK SELATAN JURNAL PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA DI SMP NEGERI 28 SIJUNJUNG By :

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEADAAN LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 PANTI KAB. PASAMAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 23 PADANG Oleh:

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAH LAKU SOSIAL REMAJA DI NAGARI SUNGAI JANIAH KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK.

Keywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

HUBUNGAN PENGUATAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMPN 25 KABUPATEN SOLOK SELATAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PACE KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DI SMK NEGERI 5 PADANG. (Studi Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI SMK Negeri 5 Padang) Oleh:

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK JURUSAN IPA DENGAN JURUSAN IPS DI SMA NEGERI 1 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA OLEH:

PROFIL HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI SMK NEGERI 1 SIJUNJUNG

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL

RARA NINGRUM NPM:

Penyesuaian Diri Remaja Tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Padang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG JURNAL FIRDILA ARIESTA NPM:

EFEKTIFITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 1 Lengayang) ARTIKEL.

Keyword: Reinforcement, Learning BK, Information Service

Keyword: Self Confidence

IDENTIFIKASI TINGKAH LAKU SALAH SUAI REMAJA MELALUI PENDEKATAN KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL DI SMKN 4 PADANG

PERSEPSI PESERTA DIDIK KELAS XII TENTANG PENDIDIKAN SEKS DI SMA NEGERI 1 NAN SABARIS PAUH KAMBAR PARIAMAN JURNAL

PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTS

Oleh. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumbar 2,3

PROFIL KOMUNIKASI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Pada Peserta Didik Kelas XI SMA N 2 Koto Baru Kab. Dharmasraya) ARTIKEL

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MORAL PESERTA DIDIK DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 3 PADANG JURNAL

PROFIL PERKEMBANGAN KONSEP DIRI REMAJA DI KELURAHAN KALUMBUK KECAMATAN KURANJI PADANG

PROFIL INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL ULFI SAPUTRA NPM:

PROFIL SELF- MANAGEMENT

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK ARTIKEL

HUBUNGAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IIS SMA NEGERI 7 PADANG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XII DI SMK NEGERI 1 PAINAN Oleh:

PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS UNGGUL DENGAN KELAS REGULER DI SMP N 12 PADANG. Oleh: ABSTRACK

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 26 PADANG ARTIKEL E JURNAL ZILVIANDA LUSIANA NIM

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL

PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL OLEH GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN

HUBUNGAN SIKAP GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP LUKI PADANG ARTIKEL

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU PENCAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN SIGUHUNG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM.

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG LAYANAN PENGUSAAN KONTEN DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

FITRI YENTI NPM:

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ARAH PILIHAN KARIR ANAK DI KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL

USAHA GURU BK UNTUK MEMBANTU MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL REMAJA DALAM BELAJAR DI SMP N 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA. Oleh: Fauziah Latif *)

KONTRIBUSI KEBIASAAN BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS VIII MTsN 01 PADANG ABSTRACT

PENGARUH DISIPLIN DAN FASILITAS SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA N 10 SIJUNJUNG

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PESERTA DIDIK DI SMKN 4 PADANG

PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING KELOMPOK OLEH GURU BK DI KELAS VIII SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL

/cc Prrl t^l,"s -L ARTIKEL ILMIAH. FAKTOR PE,I\TYEBAB TERJADINYA STRES SEKOLAH PESERTA DII}IK DI IVITs NI.GERI LUBUK BUAYA PADANG

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

PELAKSANAAN LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN DALAM PENGEMBANGAN DIRI PESERTA DIDIK OLEH GURU BK

HUBUNGAN MORAL KERJA DENGAN PELAKSANAAN TUGAS GURU SEBAGAI PENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 3 KOTA PADANG

PERILAKU PROSOSIAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 20 PADANG ARTIKEL

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI SMPN 01 SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

MASALAH-MASALAH INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA DI SEKOLAH

The Counselor Role in Developing the Talents of Students Through the Placement Services in the Fields SMP 27 By:

BENTUK KONFORMITAS DALAM PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 1 KOTO XI TARUSAN JURNAL NOVI ERISTA

KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA BROKEN HOME SERTA IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Hubungan Antara Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Surabaya

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGERJAKAN TUGAS-TUGAS SEKOLAH

PERSIAPAN MAHASISWA MENGIKUTI PERKULIAHAN STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT JURNAL

PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI I SALO PROVINSI RIAU JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL DENGAN HASIL BELAJAR

KONTRIBUSI KONSEP DIRI TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP NEGERI BATANG KAPAS. Mori Dianto STKIP PGRI Sumatera Barat

UPAYA GURU BK DALAM MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DIKLAT DI SMA NEGERI 5 PADANG Oleh:

Jurnal Konseling dan Pendidikan

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

OLEH : DINA OFTAVIANA NPM :

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PADA PERUBAHAN FISIK PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP N 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

PROFIL KECEMASAN PESERTA DIDIK DALAM MERENCANAKAN ARAH KARIR PADA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL E JURNAL DORA VISIA NPM:

oleh: ARI DARMANSYAH Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

IDENTIFIKASI KONSEP DIRI SISWA YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR RENDAH DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

STRATEGI BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MENJADI PENGURUS OSIS DI SMP NEGERI 24 PADANG ARTIKEL

Konsep Diri dan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Wirausahawan

TINGKAT KEMANDIRIAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR DI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

Transkripsi:

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 GUNUNG TALANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata-1) Oleh: DIANA HARIYASTI.M NPM. 12060160 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 GUNUNG TALANG Oleh: Diana Hariyasti. M* Dr. Yuzarion Zubir, S.Ag., S.Psi., M.Si** Ryan Hidayat Rafiola, M.Pd., Kons*** * Mahasiswa ** Pembimbing I *** Pembimbing II Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research is background by the phenomenon which the occur in the field are the students have negative self-concepts seen to interact social the students not good. The purpose of this research is the search relationships self-concept and social interaction of students in SMP N 1 Gunung Talang. This research uses a quantitative approach with a correlational analysis approach. This study population is students of class VII and VIII which amounted to 324 peoples. Samples in the research are 83 students. The using is random sampling technique. The instrument used is a questionnaire. The results generally show that the relationship between self-concept and social interactions, is strong whit correlation. Specially correlation: (a) Self-concept basic to imitation, the correlation is medium, (b). Self-concept basic to the suggestion, the correlation is low, (c). Self-concept basic to the identification, the correlation is medium, (d). Self-concept with sympathy, the correlation is medium, (e). Self-concept while the imitation, the correlation is medium, (f). Self-concept while with the suggestion, the correlation is medium, (g). Self-concept while the concept of self identification, the correlation is medium, (h). Self-concept while with sympathy, the correlation is medium, (i). Self-concept while the imitation, the correlation is medium, (j). Social self-concept with suggestion, the correlation is medium, (k). Social selfconcept with identification, the correlation is low, (l). Social self-concept with sympathy, the correlation is medium, (m). Ideal self-concept with imitation, the correlation is medium, (n). Ideal self-concept by suggestion, the correlation is medium, (o). Ideal self-concept with identification, the correlation is medium, (p). Ideal self-concept with sympathy, the correlation is medium. Based on these results recommended for the students to improve positive self-concept in interacting. For the teachers BK to improve their positive self-concept that is on the students. The headmaster as an input to provide facilities and infrastructure that support. Keywords: Self-Concept and Social Interaction Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena dimanapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut, dengan demikian selain dari bersifat universal, pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan pendidikan bangsa itu. Pendidikan adalah suatu proses interaksi menusiawi antara pendidikan dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan menggunakan bermacammacam tindakan yang disebut alat pendidikan. Kelima komponen pendidikan itu, yaitu: tujuan pendidikan, pendidik, subjek didik, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan disebut faktor-faktor pendidikan yang saling berkaitan serta saling menunjang satu sama lainya. Pengertian yang terdapat dalam, Dictionary of Education, bahwa pendidikan adalah : 1

Pendidikan ialah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang obtimum. Jelaslah bahwa upaya pendidikan dilaksanakan melalui jalur yang disebut satuan pendidikan sekolah dan luar sekolah. Upaya tersebut bermaksud menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas untuk meningkatkan peranannya bagi masa depan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kegiatan pendidikan bagi pemberian, bimbingan, pengajaran dan latihan. Hakekat belajar Burton (tim pembina mata kuliah pengantar pendidikan, 2008: 32) memandang Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada individu dan individu dengan lingkungannya. Belajar bukanlah proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari yang bersangkutan. Apa yang diajarkan guru belum tentu menyebabkan terjadinya perubahan, apabila yang belajar tidak melibatkan diri dalam situasi tersebut. Perubahan akan terjadi kalau yang bersangkutan memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi di dalam lingkungan sosial. Lingkungan sosial tempat manusia berinteraksi. Interaksi sosial akan terjalin karena adanya interaksi antar individu. Menurut Bonner, (Santosa, 2009: 11) memberikan rumusan Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ketika kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Selanjutnya Ali dan Asrori (2006: 87) Interaksi sosial mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan interaksi sosial adalah adanya hubungan antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi Interaksi sosial individu dimulai sejak individu berada di lingkungan rumah bersama keluarganya. Pengalaman interaksi sosial yang amat mendalam adalah melalui sentuhan ibu kepada anaknya. Pola asuh merupakan proses interaksi orang tua dan anak di mana orang tua mencerminkan sikap dan perilakunya dalam menuntut dan mengarahkan perkembangan anak. Menurut, Ali dan Asrori (2006: 89) Interaksi remaja-orang tua adalah hubungan timbal balik secara aktif antara remaja dengan orang tuanya terwujud dalam kualitas hubungan yang memungkinkan remaja untuk mengembangkan potensi dirinya. Hubungan sosial mula-mula dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, dan dilanjutkan kepada lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu tempat berkumpulnya teman sebaya. Di sekolah peserta didik akan berinteraksi dengan teman sebaya yang secara disadari atau tidak akan berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam membina interaksi sosial. Apabila kelompok teman sebaya menerimanya maka remaja tersebut akan merasa dihargai dan akan lebih mudah baginya untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya dalam membina interaksi sosial. Kemampuan seseorang dalam membina interaksi sangat dipengaruhi oleh konsep diri yang terbentuk di dalam dirinya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Kolberg, 1981 (Prayitno, 2006: 83-84) bahwa: Perkembangan sosial sangat ditentukan oleh perkembangan konsep diri, konsep tentang orang lain dan pemahaman tentang perbedaan atau persamaan antara standar tingkah laku sosial dengan kepentingan lingkungan sosial bersangkutan. Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa interaksi dipengaruhi oleh konsep diri, jadi konsep diri Menurut Epstein, dkk, 1973 (Prayitno, 2006: 121) Konsep diri (self concept) sebagai pendapat atau perasaan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri baik yang menyangkut materi, fisik (tubuh) maupun psikis (sosial, emosional, moral dan kognitif) yang dimiliki seseorang. Selanjutnya menurut Gage dan Berliner, 1987 (Mudjiran, 2007: 132) Konsep diri sebagai keseluruhan (totalitas) dari pemahaman yang dimiliki seorang terhadap dirinya, sikap tentang dirinya dan keseluruhan gambaran diri. 2

Menurut Brooks, 1971 ( Sobur, 2003: 507) mendefinisikan konsep diri sebagai Those physical, social,and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi sosial, dan fisikis yang memiliki konsep diri tinggi menampakkan hubungan sosial yang lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki konsep diri rendah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri secara keseluruhan meliputi fisik (tubuh), maupun psikis (sosial, emosional, moral dan kognitif). Jika dilihat jenis-jenis, konsep diri dikelompokkan menjadi dua macam yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Menurut Calhoun (1990: 73) konsep diri positif dapat menerima dirinya sendiri apa adanya. Sedangkan konsep diri negatif adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki kestabilan dan keutuhan di dalam diri. Senada dengan itu menurut Desmita (2011: 164) semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yang baik atau positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap dan berpikir positif. Sebaliknya, semakin jelek atau negatif konsep diri, maka semakin sulit seseorang untuk berhasil. Sebab, dengan konsep diri yang jelek atau negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba halhal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainya. Peserta didik yang memiliki konsep diri yang positif maka lebih mudah untuk membina interaksi sosial yang baik dengan lingkungan namum sebaliknya apabila peserta didik memiliki konsep diri yang negatif juga berdampak pada kemampuannya dalam membina interaksi sosial yang tidak baik. Peserta didik yang memiliki konsep diri yang positif, maka peserta didik memiliki sifat percaya diri dan di dalam interaksi sosial memiliki sifat menghargai orang lain, oleh karena itu konsep diri yang positif harus ditanamkan dalam diri peserta didik sejak dini agar nantinya peserta didik dapat membina interaksi sosial yang baik. Sesuai dengan pandangan Prayitno (2006: 130) Siswa remaja yang memiliki konsep diri tinggi menampakkan hubungan sosial yang baik dari pada siswa yang memiliki konsep diri rendah. Oleh karena itu konsep diri yang positif pada peserta didik hendaknya mampu memberikan sumbangan terhadap kemampuan dalam membina interaksi sosial seiring dengan perkembangannya. Konsep diri merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam membina interaksi sosial sesuai dengan apakah konsep diri positif atau konsep diri negatif yang dimiliki oleh peserta didik tersebut untuk berinteraksi sosial. Kenyataan di lapangan selama melakukan PPLBK Sekolah dan PPLBK Kependidikan bulan Agustus-Desember 2015 di SMP Negeri 1 Gunung Talang diperoleh data melalui hasil pengamatan penulis pada tanggal 1 Desember 2015 terdapat peserta didik yang kurang mampu membina interaksi sosial. Terlihat bahwa adanya peserta didik tidak bisa bekerja sama saat belajar kelompok, peserta didik yang berkelahi, peserta didik yang memilih-milih teman, dan peserta didik yang tidak peduli dengan teman yang mengalami kesusahan. Selanjutnya, menurut keterangan dua orang guru pembimbing berdasarkan hasil wawancara penulis pada tanggal 1 Desember 2015 diperoleh keterangan bahwa peserta didik yang kurang mampu membina interaksi sosial yang baik di peroleh data bahwa peserta didik memiliki konsep diri yang negatif seperti adanya peserta didik yang merasa tidak cantik atau gagah, adanya peserta didik merasa bodoh, adanya peserta didik merasa kuat di bandingkan teman-teman, dan adanya peserta didik merasa tidak dihargai oleh orang lain. Jelas bahwa, keberhasilan peserta didik dalam berinteraksi dipengaruhi oleh konsep diri peserta didik, apabila peserta didik memiliki konsep diri yang positif maka peserta didik berhasil untuk berinteraksi sosial dan sebaliknya apabila peserta didik memiliki konsep diri yang negatif maka peserta didik bisa dikatakan tidak berhasil dalam interaksi sosial. Untuk lebih terarahnya penelitian ini maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 3

1. Batasan masalah umum Batasan umum penelitian ini adalah hubungan konsep diri dengan interaksi sosial. 2. Batasan masalah khusus a. Hubungan konsep diri dasar dengan imitasi. b. Hubungan konsep diri dasar dengan sugesti. c. Hubungan konsep diri dasar dengan identifikasi d. Hubungan konsep diri dasar dengan simpati. e. Hubungan konsep diri sementara dengan imitasi. f. Hubungan konsep diri sementara dengan sugesti. g. Hubungan konsep diri sementara dengan identifikasi. h. Hubungan konsep diri sementara dengan simpati. i. Hubungan konsep diri sosial dengan imitasi. j. Hubungan konsep diri sosial dengan sugesti. k. Hubungan konsep diri sosial dengan identifikasi. l. Hubungan konsep diri sosial dengan simpati. m. Hubungan konsep diri ideal dengan imitasi. n. Hubungan konsep diri ideal dengan sugesti. o. Hubungan konsep diri ideal dengan identifikasi. p. Hubungan konsep diri ideal dengan simpati Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis korelasional yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi antar variabel penelitian. Yang dilakukan pada tanggal 13-16 Mei 2016 di SMP Negeri 1 Gunung Talang. Dalam penelitian ini, yang menjadi Populasi penelitian ini mencakup seluruh peserta didik kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Gunung Talang yang berjumlah 324 orang. Dengan sampel berjumlah 83 menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah dengan pengumpulan angket. Angket pada penelitian menggunakan skala likert, yaitu skala yang memiliki poin, masing-masing poin mempunyai interval yang sama. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan (1) uji prasyarat analisis, (2) uji korelasi, (3) uji hipotesis. Yang dip roses dengan program Microsoft Excel 2007 dan IBM SPSS Versi 15.0. Selanjutnya, untuk melihat keeratan hubungan antar variabel, diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut (Riduwan, 2012: 138). 1. 0.00 0.199 korelasi sangat rendah 2. 0.20 0.799 korelasi rendah 3. 0.40 0.599 korelasi sedang 4. 0.60 0.399 korelasi kuat 5. 0.80 0.199 korelasi sangat kuat Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai konsep diri dengan interaksi peserta didik di SMP N 1 Gunung Talang hubungan konsep diri dengan interaksi sosial dengan korelasi sebesar 0,639. Hal ini berarti bahwa konsep diri yang positif maka akan melahirkan interaksi yang positif pula, begitu pun sebaliknya apabila konsep diri negatif maka akan melahirkan konsep diri negatif. Menurut Kolberg, 1981 (Prayitno, 2006: 83-84) Perkembangan sosial sangat ditentukan oleh perkembangan konsep diri, konsep tentang orang lain, dan pemahaman tentang perbedaan atau persamaan standar tingkah laku sosial dengan kepentingan lingkungan bersangkutan. Jadi, pada saat peserta didik berinteraksi dengan orang lain dipengaruhi oleh konsep diri peserta didik. Konsep diri menurut James, 1974 (Prayitno, 2006: 120) Konsep diri adalah pendapat atau pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri, baik tentang kemampuan atau prestasi fisik ataupun mental atau segala miliknya yang bersifat material. Selanjutnya menurut Rogers, 1997 (Sobur, 2003: 507) Konsep diri adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, yaitu aku merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya secara keseluruhan. Menurut Desmita (2011: 164) Konsep diri terbagi atas dua kelompok yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah mencapai keberhasilan. Sebab, 4

dengan konsep diri yang baik atau positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap dan berfikir positif. Kesimpulan dan saran Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara konsep diri dengan interaksi sosial peserta didik di SMP Negeri 1 Gunung Talang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara Umum Hubungan konsep diri dengan interaksi sosial peserta didik di SMP N 1 Gunung Talang dapat di gambarkan bahwa diperoleh korelasi yaitu 0.639, ini menunjukkan ada hubungan yang kuat antara konsep diri dengan interaksi sosial 2. Secara Khusus a. Korelasi indikator konsep diri dasar dengan imitasi, dapat digambarkan bahwa diperoleh sebesar 0,512, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara konsep diri dasar dengan imitasi dengan kategori keeratan b. Korelasi indikator konsep diri dasar dengan sugesti, dapat digambarkan bahwa diperoleh yaitu sebesar 0,391, hubungan antara konsep diri dasar dengan sugesti, dengan kategori keeratan korelasi rendah. c. Korelasi indikator konsep diri dasar 0,420, dapat disimpulkan bahwa dasar dengan identifikasi, dengan kategori keeratan d. Korelasi indikator konsep diri dasar 0,432, dapat disimpulkan bahwa dasar dengan simpati, dengan kategori keeratan e. Korelasi indikator konsep diri sementara dengan imitasi, diperoleh sebesar 0,480, hubungan antara konsep diri sementara dengan imitasi dengan kategori keeratan korelasi sangat sedang. f. Korelasi indikator konsep diri sementara dengan sugesti, diperoleh sebesar 0,463, hubungan antara konsep diri sementara dengan sugesti dengan kategori keeratan g. Korelasi indikator konsep diri sementara 0,432, dapat disimpulkan bahwa sementara dengan identifikasi dengan kategori keeratan h. Korelasi indikator konsep diri sementara 0,404, dapat disimpulkan bahwa sementara dengan simpati dengan kategori keeratan i. Korelasi indikator konsep diri sementara dengan imitasi, diperoleh sebesar 0,498, hubungan antara konsep diri sosial dengan imitasi dengan kategori keeratan j. Korelasi indikator konsep diri sosial dengan sugesti, diperoleh sebesar 0,440, hubungan antara konsep diri sosial dengan sugesti dengan kategori keeratan k. Korelasi indikator konsep diri sosial 0,321, dapat disimpulkan bahwa sosial dengan identifikasi dengan kategori keeratan korelasi rendah. l. Korelasi indikator konsep diri sosial 0,459, dapat disimpulkan bahwa sosial dengan simpati dengan kategori keeratan m. Korelasi indikator konsep diri ideal dengan imitasi, diperoleh sebesar 0,594, hubungan antara konsep diri ideal dengan imitasi dengan kategori keeratan n. Korelasi indikator konsep diri ideal dengan sugesti, diperoleh sebesar 0,471, hubungan antara konsep diri ideal dengan sugesti dengan kategori keeratan o. Korelasi indikator konsep diri ideal 0,383, dapat disimpulkan bahwa 5

ideal dengan identifikasi dengan kategori keeratan p. Korelasi indikator konsep diri ideal 0,478, dapat disimpulkan bahwa ideal dengan simpati dengan kategori keeratan Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Peserta didik, agar menumbuhkan konsep diri yang positif di dalam berinteraksi. 2. Guru BK, agar dapat mengembangkan konsep diri yang positif yang ada pada peserta didik dan sukses dalam berinteraksi dengan lingkungan. 3. Kepala sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan konsep diri dan interaksi peserta didik. 4. Peneliti, hendaknya dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama melakukan penelitian. 5. Peneliti Selanjutnya, dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai hubungan konsep diri dengan interaksi sosial. Prayitno, Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya Santosa, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan. 2008. Pengantar Pendidikan. Padang: UNP. Tim Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Skripsi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Padang: STKIP PGRI Sumbar Press. Kepustakaan Ali, M. Asrori, M. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara: Grafika Offset. Calhoun, James F. & Joan Rossa Acocella (alih bahasa R.S. Satmoko). 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan, Semarang: IKIP Semarang Press. Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: Dirjen Pendidikan Tinggi Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru dan Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. 6