BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I/ Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. guru mata pelajaran IPS kelas III di MI Nurul Huda I Kepatihan Gresik. Selain proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Belajar IPA kelas IV Pada Prasiklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus ( kondisi awal ) Kondisi awal di SDN 02 Kupen khususnya di kelas 5 pada mata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

H S A I S L I PE P N E E N L E I L T I I T A I N A DA D N A PE P M E B M A B H A A H S A A S N

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 8 36 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

B b a IV H s a i s li Pe P n e e n l e iltiita i n a Da D n a Pe P m e b m a b h a a h s a a s n 4 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

Transkripsi:

30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 2 SD Harapan Bangsa Pati tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 siswa pada pembelajaran matematika, nampak bahwa hasil belajar matematika siswa yang tidak tuntas lebih banyak daripada hasil belajar yang diperoleh dari ulangan harian dapat dilihat melalui tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Distribusi Skor Hasil Belajar Pra Siklus Skor Frekuensi Persentase(%) 45 3 10 60 9 30 65 3 10 75 6 20 80 9 30 Jumlah 30 100 Dari tabel diatas, nampak bahwa skor tertinggi sebesar 80 dicapai oleh 9 siswa, sedangkan skor terendah 45 dicapai oleh 3 siswa. Rata rata hasil belajar 65. Distribusi ketuntasan hasil belajar siswa sebelum PTK dilakukan, secara rinci disajikan melalui tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.2. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika No Skor Ketuntasan Frekuensi Persentase(%) 1 < 80 Belum tuntas 21 70 2 80 Tuntas 9 30 Jumlah 30 100 30

31 Berdasarkan tabel 4.2 terlihat jelas perbandingan siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar ditentukan dengan KKM 80 sebanyak 9 siswa (30%) sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 21 siswa (70%) Skor tertinggi yang dicapai siswa sebesar 80, skor ini merupakan skor batas minimal tuntas, sedangkan skor terendah mencapai 40. Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata 21 siswa yang belum tuntas itu memiliki kekurangan dalam menyimak materi belajar yang disampaikan guru. Dalam penyampaian materi matematika, guru selalu menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah ini, sering menjadikan siswa cepat jenuh, kurang tertarik mengikuti pembelajaran di kelas, tidak antusias dalam menjawab pertanyaan guru dan itu semua berbeda dengan 9 siswa yang dapat menangkap materi belajar. Mendasarkan pada hasil belajar matematika siswa yang kurang menggembirakan ini, kondisi seperti ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Pemecahan masalah pembelajaran ini harus segera diatasi dengan PTK. 4.1.2. Siklus 1 Siklus 1 terdiri dari 3 tahap yakni tahap perencanaan tindakan, implementasi tindakan dan observasi dan refleksi. 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan pada siklus 1 ini terdiri dari dua kali pertemuan @ 2 jam pelajaran (70 menit). PTK ini berkolaborasi dengan guru kelas 2. Pada tahap awal dilakukan diskusi mengenai KD Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 dengan menggunakan model pembelajaran QT dan mempersiapkan perangkat pembelajaran yang berupa RPP (lihat lampiran 1), menyiapkan materi pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran siswa, menyiapkan alat peraga yang berupa gambar buah dan buah-buahan dari plastik dalam keranjang, yaitu buah anggur, pisang, apel, lemon, jeruk, nanas, dan stroberi, sebagai media hitung dan perangkat penilaian yakni LKS, butir soal, kisi-kisi penilaian, lembar observasi guru dan lembar pengamatan unjuk kerja siswa. 2. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Pada tahap pelaksanaan dan observasi tindakan yang dilakukan pada siklus I ini terdiri dari 2 pertemuan, yakni tahap pertemuan I berlangsung selama 2 jam pelajaran dan tahap pertemuan II selama 2 jam pelajaran). a. Kegiatan Awal Pelaksanaan pada pertemuan I guru membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsens siswa, mengatur suasana di ruangan kelas dan

32 menanyakan kabar atau keadaan siswa. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan melakukan apersepsi menyanyikan lagu buah semangka b. Kegiatan Inti Guru memperlihatkan berbagai macam buah-buahan. Lalu guru memberikan penjelasan tentang penjumlahan dan pengurangan menggunakan media buah. Guru memberikan contoh cara menggunakan buah-buahan. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran QT dengan membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 6 siswa. Dalam pembelajaran ini menggunakan alat peraga yang berupa buahbuahan. Guru berupaya menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran. Guru berinteraksi secara aktif dan berkomunikasi dengan setiap kelompok memberi sedikit pengarahan dan petunjuk bagi kelompok yang kurang mengerti tentang materi pembelajaran. Guru memberikan pertanyaan materi pembelajaran matematika menggunakan media buahbuahan yang sudah dipersiapkan, lalu ditanggapi oleh setiap kelompok secara bergantian, selanjutnya guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik dalam bentuk tulisan. Guru dan siswa merayakan hasil dari pembelajaran berupa tepuk tangan ataupun pemberian tanda bintang bagi siswa yang berhasil menjawab. Dalam kegiatan ini, guru melakukan pengukuran pengamatan unjuk kerja siswa dan observer melakukan pengamatan pelaksanaan pembelajaran. c. Kegiatan Penutup Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman pelajaran. Guru melakukan tes formatif sebagai umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran. 3. Refleksi Dalam kegiatan refleksi ini, dihasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti yang disajikan melalui tabel 4.3 berikut ini.

33 TABEL 4.3 Instrumen Implementasi RPP Model Quantum Teaching Siklus 1 Dilaksanakan Pertemuan Pertemuan Aspek No Indikator 1 2 Ya Tdk Ya Tdk 1 Mengidentifikasikan kebutuhan belajar siswa PERSIAPAN 2 Merumuskan Tujuan Pembelajaran 3 Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan 4 Menyiapkan alat yang diperlukan Kegiatan Awal 5 Membuka pelajaran dengan salam 6 Apersepsi kepada siswa 7 Melaksanakan apersepsi 8 Mengumpulkan tugas Kegiatan Inti 9 Guru mengemukakan materi pembelajaran 10 Memperlihatkan madia pembelajaran 11 Guru menunjukan media pembelajaran dan KEGIATAN menumbuhkan minat terhadap pembelajaran INTI 12 Guru bersama siswa menamai media pembelajaran 13 Menjelaskan cara penggunaan media buahbuahan dan pemecahan soal menggunakan media 14 Guru memberikan contoh soal menggunakan Media pembelajaran 15 Guru mengulangi penghitungan menggunakan media pembelajaran 16 Guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan 17 Guru bersama siswa merayakan PENUTUP Kegiatan AKhir 18 Guru melakukan menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum dimengerti 19 Guru merangkum tentang materi yang baru diberikan 20 Melakukan tes formatif untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran JUMLAH 14 6 17 3 Berdasarkan tabel 4.3 siklus 1 pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran Quantum Teaching diperoleh penilaian oleh obsever dengan kategori baik dengan nilai 14 pada pertemuan ke 1. Dalam kegiatan yang dilaksanakan masih ada kekurangan yaitu dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa, menyiapkan masalah yang dipecahkan, apersepsi, mengumpulkan tugas siswa, memberikan contoh sederhana kepada siswa, dan menayakan kepada siswa tentang kesulitan materi pembelajaran. Pada pertemuan 2 siklus 1 diperoleh penilaian 17 dimana terjadi peningkatan dari pertemuan 1. masih terdapat kekurangan yaitu dalam mengidentifikasikan kebutuhan belajar siswa, apersepsi kepada siswa dan Guru melakukan menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum dimengerti. Disamping mengadakan observasi pada tindakan guru

34 observer juga mengadakan observasi pada tindakan siswa yaitu bagaimana siswa mengikuti pembelajaran. Sedangkan hasil dari observasi kegiatan siswa selama siklus I dengan hasil sebagai berikut: TABEL 4.4 Instrumen Aktivitas Belajar Quantum Teaching Siklus 1 Dilaksanakan No Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2 Ya Tidak Ya Tidak 1 Terbentuknya kelompok 2 Siswa memperhatikan penjelasan guru 3 Siswa memperhatikan Quantum Teaching guru 4 Siswa bertanya tentang metode 5 Siswa mampu dan mengerti tentang Model Pembelajaran Quantum Teaching yang dilakukan guru 6 Siswa secara perorangan/ kelompok mencoba menggunakan media 7 Mengerjakan tugas yang diberikan guru 8 Siswa menjawab pertanyaan guru 9 Siswa mampu menggunakan media 10 Siswa merayakan hasil Dari table 4.4 dalam hasil obesrvasi siswa pada pertemuan 1 masih ada beberapa kekurangan dimana dalam pertemuan pertama siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, mereka masih belum tertarik dengan model pembelajaran quantum teaching, sehingga sebagian siswa masih kurang mengerti tentang proses pembelajaran quantum teaching. Disamping itu ketika diberikan tugas dari guru 12 siswa (40%) belum aktif mengerjakan tugas. Pada pertemuan kedua sudah terjadi peningkatan, dimana siswa sudah mau memperhatikan penjelasan tentang model pembelajaran quantum Teaching. Namun siswa masih kurang aktif dalam bertanya tentang hal yang belum dipahami. Kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama, dan kedua adalah mengadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas, guru lain selain guru kelas, dan peneliti. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran Matematika melalui pendekatan Quantum Teaching dan unjuk kerja bagi guru kelas, guru lain selain guru kelas, dan siswa. Dari diskusi ini terbukti dengan pendekatan Quantum Teaching siswa lebih aktif selama proses pembelajaran dan unjuk kerja siswa juga lebih baik karena mereka mendapatkan pemahaman melalui pemikiran mereka sendiri. Namun masih ada kekurangan yang harus diperbaiki diantaranya: Pertemuan 1 Hasil dari observasi yang diperoleh pada perencanaan pembelajaran pertemuan pertama yaitu guru sudah menyiapkan RPP dengan baik, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan berpikir

35 tingkat tinggi, kegiatan menggambarkan pembelajaran siswa aktif yang menuntut unjuk kerja siswa. Kemudian pada pendekatan pembelajaran telah menyampaikan tujuan pembelajaran membantu siswa membangun pemahaman mereka sendiri. Suasana yang aktif sudah diciptakan guru dengan memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapat dalam merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah dan merumuskan hipotesis. Pada manajemen kelas tata tertib kelas diterapkan dengan baik, ruangan dipersiapkan dengan baik, namun waktu belum dikelola dengan baik. Selanjutnya pada penilaian unjuk kerja siswa dalam kegiatan menyimak, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis juga dipantau dengan baik. Sedangkan hasil dari lembar observasi siswa pada pertemuan pertama yaitu: pada kegiatan awal siswa aktif dalam menanggapi apersepsi, dan siswa serius mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam kegiatan inti siswa menyimak materi yang disajikan guru dengan baik. Selain itu, diatas 50% siswa aktif dalam mengidentifikasi masalah, bersemangat dalam merumuskan masalah serta hipotesis. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan guru. Kelemahan dalam pembelajaran pertemuan pertama pada siklus satu ini diantaranya pada saat membimbing dalam merumuskan masalah dan hipotesis, guru belum memberikan pertanyaan yang spesifik, sehingga siswa kurang teliti dalam merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis, dan masih terdapat beberapa siswa yang bergurau dengan temannya. Dari kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan pertama, maka pada pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi dengan guru lain selain guru kelas dan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah kegiatan dalam membimbing siswa menentukan rumusan masalah dan hipotesis perlu menggunakan pertanyaan yang lebih khusus dengan jawaban ya atau tidak, pengelolaan waktu perlu ditingkatkan. Guru meningkatkan pemantauan unjuk kerja siswa selama mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis agar siswa tidak bergurau dengan temannya. Pertemuan 2 Hasil dari observasi yang diperoleh pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan RPP dengan baik, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan berfikir tingkat tinggi melalui praktek langsung. Melaui kegiatan praktek telah menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Pada kegiatan awal pembelajaran guru telah telah melakukan apersepsi dengan baik. Kegiatan inti guru juga telah menciptakan suasana yang kondusif dengan membimbing serta mengarahkan pada saat kegiatan praktek. Guru mampu mengaitkan materi dengan realitas kehidupan. Selain itu guru juga melakukan penilaian unjuk kerja praktek dengan baik. Hasil dari lembar observasi siswa pada pertemuan kedua adalah pada kegiatan awal siswa aktif dalam menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru. Siswa serius mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam kegiatan inti siswa aktif dalam mempraktekkan alatalat teknologi. Guru juga melibatkan siswa secara aktif dalam menggunakan media. Unjuk kerja siswa maksimal terbukti dengan semangat dan keseriusan siswa pada saat praktek. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan guru.

36 Kelemahan dalam pembelajaran pertemuan kedua pada siklus 1 ini adalah: pada saat siswa praktek terdapat beberapa siswa yang berunjuk kerja kurang, terbukti adanya siswa yang bergurau dengan teman.siswa kurang percaya diri dalam menggunakan alat. Pada kegiatan inti guru kurang menguasai lapangan terbukti dengan terlihatnya siswa yang berebut menggunakan alat peraga. Selain itu alokasi waktu yang dikelola guru kurang baik.dari kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan pertama, maka pada pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi dengan guru lain selain guru kelas dan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah mempersiapkan media dan lapangan praktek dengan baik agar siswa lebih teratur, memberikan respon positif terhadap siswa yang berani menyampaikan pendapatnya agar siswa lebih aktif, guru lebih memantau unjuk kerja siswa selama praktek. pengelolaan waktu perlu ditingkatkan. Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 1 kemudian diambil data secara kualitatif melalui penilaian proses yaitu dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu rendah, sedang tinggi (menurut Nana Sudjana, 2012:77). Data yang diperoleh pada siklus I ini yang diperoleh skor dengan unjuk kerja rendah adalah 7 siswa atau 32%, siswa yang memperoleh skor unjuk kerja sedang 11 atau 50% dan siswa yang memperoleh skor unjuk kerja tinggi 4 siswa atau 18%. Pada tahap tumbuhkan 10 siswa atau 33% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 7 siswa atau 23% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang 13 siswa atau 44% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi. Pada tahap alami 5 siswa atau 17% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 11 siswa atau 37% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang dan 14 siswa atau 46% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi. Pada tahap merumuskan hipotesis 9 siswa atau 30% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 11 siswa atau 33% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang dan 10 siswa atau 33% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi. Pada tahap demontrasi data 12 siswa atau 40% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 5 siswa atau 33% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang dan 13 siswa atau 43% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi. Pada tahap menguji hipotesis 0 siswa atau 0% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 5 siswa atau 16% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang dan 25 siswa atau 84% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi. Unjuk kerja tiap tahap langkah Quantum Teaching siswa tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram batang sebagai berikut: 30 20 Rendah Sedang Tinggi 10 0 Tumbuhkan Alami Namai Demontrasi Rayakan Gambar 4.1 Diagram Skor Tahap Quantum Teaching Unjuk Kerja Siswa Siklus 1

37 Setelah mengetahui total skor unjuk kerja siswa pada setiap tahap pembelajaran Quantum Teaching maka dihitunglah rata-rata skor unjuk kerja per siswa. Maka diperoleh hasil skor unjuk kerja siswa yang ditunjukkan dengan skor 25-49 sebanyak 7 siswa atau 32%, skor 50-74 sebanyak 11 siswa atau 50% dan skor 75-100 sebanyak 4 siswa atau 18%. Berikut ini dapat dilihat tabel distribusi unjuk kerja rata-rata siswa Matematika: Tabel 4.5 Distribusi Skor Akhir Unjuk Kerja Siswa Penjumlahan bilangan sampai 500 pada Siklus 1 No Skor Frekuensi Persentase (%) 1 25-49 7 24 2 50-74 8 26 3 75 100 15 50 Jumlah 30 100 Dari tabel 4.4 nampak siswa yang mempunyai skor unjuk kerja rendah terdapat 7 siswa atau 24%, siswa yang mempunyai skor unjuk kerja sedang terdapat 8 siswa atau 26% dan siswa yang memperoleh skor unjuk kerja tinggi 15 siswa atau 50%. Dari tabel 4.5 dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut: 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%, 24%, 26%, 50% Rendah sedang Tinggi Gambar 4.2 Diagram Prosentase Skor Akhir Unjuk Kerja Siswa Penjumlahan bilangan sampai 500 pada Siklus 1 Dari gambar diagram tersebut presentase ini belum memenuhi ketuntasan yang ingin dicapai sebesar 100% dari jumlah seluruh siswa sehingga perlu dilakukan tindakan siklus 1. Setelah dilaksanakan pengamatan dan penilaian terhadap proses pembelajaran maka dilakukan penilaian hasil belajar yang dilakukan siswa setelah melakukan pembelajaran quantum teaching.

38 Setelah dillaksanakan penilaian maka ditentukan ketuntasan hasil belajar siswa, dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Distribusi Skor Hasil Belajar Siklus 1 Skor Frekuensi Persentase(%) 70 5 17 80 16 53 90 7 23 100 2 7 Jumlah 30 100 Hasil belajar diperoleh dari 30% dari skor pengamatan+ 30% skor LKS + 40% Skor Tes No Nilai Ketuntasan 1 < 80 Belum tuntas Tabel 4.7 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Penjumlahan Bilangan sampai 500 pada Siklus 1 Siklus I Jumlah siswa Persentase(%) 11 37 2 > 80 Tuntas 19 63 Jumlah 30 100 Dari table 4.5 dapat dilihat bahwa dalam penilaian hasil belajar masih ada 11 siswa (36%) yang belum tuntas. Dan 19 siswa (64%) siswa yang sudah tuntas. Dari tabel 4.7 dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut: Jumlah SIswa 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 19 Siklus II 11 Tuntas Belum Tuntas Gambar 4.3 Diagram ketuntasan hasil belajar siswa siklus I

39 Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus 1 maka secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus 1 untuk ditingkatkan pada siklus 2 adalah sebagai berikut: A. Kekuatan 1. Tersedia RPP, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan berpikir tingkat tinggi yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data melalui praktek langsung, membuat kesimpulan, merekomendasikan, membuat laporan dan mempresentasikan. 2. Pada saat kegiatan awal pembelajaran penyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri, memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat, ada kesimpulan dan penguatan. 3. Perkembangan belajar unjuk kerja siswa dipantau melalui catatan guru, umpan balik diberikan terhadap hasil belajar, penghargaan terhadap siswa berupa pujian. 4. Siswa menemukan masalah serta jawaban dari pemikiran dan unjuk kerja mereka sendiri. 5. Unjuk kerja siswa meningkat melalui kerja secara berkelompok. 6. Siswa mempunyai pengalaman menggunakan alat-alat teknologi. 7. Siswa dapat belajar melalui lingkungan sekitar 8. Siswa melakukan refleksi bersama guru. B. Kelemahan 1. Penerapan pendekatan Quantum Teaching belum terbiasa dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga keterampilan kerja sama siswa kurang. 2. Penataan meja kursi yang kurang rapi sehingga guru masih kurang memberikan bimbingan pada siswa dan kelompok siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. 3. Pemantauan unjuk kerja siswa belum dilakukan guru secara menyeluruh. 4. Guru belum membagi kelompok secara heterogen. 5. Siswa gaduh pada saat dibentuk kelompok oleh guru. 6. Pada saat kegiatan praktek siswa belum diatur dengan rapi. 7. Pengelolaan waktu yang kurang dalam proses kegiatan belajar mengajar. 8. Adanya siswa yang belum menghargai pendapat siswa lain. 4.1.3 Siklus 2 Siklus 2 terdiri dari 3 tahap yakni tahap perencanaan tindakan, implementasi tindakan dan observasi dan refleksi. 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan pada siklus 2 ini terdiri dari dua kali pertemuan @ 2 jam pelajaran (70 menit). PTK ini berkolaborasi dengan guru kelas 2. Pada tahap awal dilakukan diskusi mengenai KD melakukan penjulamlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 dengan menggunakan model pembelajaran QT dan mempersiapkan perangkat pembelajaran yang berupa RPP (lihat lampiran 2), menyiapkan materi

40 pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran siswa, menyiapkan alat peraga yang berupa gambar buah dan buah-buahan dari plastik dalam keranjang, yaitu buah anggur, pisang, apel, lemon, jeruk, nanas, dan stroberi, dan perangkat penilaian yakni LKS, butir soal, kisi-kisi penilaian, lembar observasi guru dan lembar pengamatan unjuk kerja siswa. 2. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Pada tahap pelaksanaan dan observasi tindakan yang dilakukan pada siklus 2 ini terdiri dari 2 pertemuan, yakni tahap pertemuan 1 berlangsung selama 2 jam pelajaran dan tahap pertemuan 2 selama 2 jam pelajaran). a. Kegiatan Awal Pelaksanaan pada pertemuan I guru membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsens siswa, mengatur suasana di ruangan kelas dan menanyakan kabar atau keadaan siswa. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan melakukan apersepsi menyanyikan lagu buah semangka b. Kegiatan Inti Guru memperlihatkan berbagai macam buah-buahan. Lalu guru memberikan penjelasan tentang penjumlahan dan pengurangan menggunakan media buah. Guru memberikan contoh cara menggunakan buah-buahan. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran QT dengan membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 6 siswa. Dalam pembelajaran ini menggunakan alat peraga yang berupa buah-buahan. Guru berupaya menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran. Guru berinteraksi secara aktif dan berkomunikasi dengan setiap kelompok memberi sedikit pengarahan dan petunjuk bagi kelompok yang kurang mengerti tentang materi pembelajaran. Guru memberikan pertanyaan materi pembelajaran matematika menggunakan media buah-buahan yang sudah dipersiapkan, lalu ditanggapi oleh setiap kelompok secara bergantian, selanjutnya guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik dalam bentuk tulisan. Guru dan siswa merayakan hasil dari pembelajaran berupa tepuk tangan ataupun pemberian tanda bintang bagi siswa yang berhasil menjawab. Dalam kegiatan ini, guru melakukan pengukuran pengamatan unjuk kerja siswa dan observer melakukan pengamatan pelaksanaan pembelajaran. c. Kegiatan Penutup Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman pelajaran. Guru melakukan penilaian terhadap hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan siswa mengererjakan tes formatif, Memberikan umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran. 3. Refleksi Dalam kegiatan refleksi ini, dihasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti yang disajikan melalui tabel 4.8 berikut ini:

41 TABEL 4.8 Instrumen Implementasi RPP Model Quantum Teaching Siklus 2 Aspek No Indikator PERSIAPAN KEGIATAN INTI PENUTUP Siklus 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Ya Tdk Ya Tdk 1 Mengidentifikasikan kebutuhan belajar siswa 2 Merumuskan Tujuan Pembelajaran 3 Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan 4 Menyiapkan alat yang diperlukan Kegiatan Awal 5 Membuka pelajaran dengan salam 6 Apersepsi kepada siswa 7 Melaksanakan apersepsi 8 Mengumpulkan tugas Kegiatan Inti 9 Guru mengemukakan materi pembelajaran 10 Memperlihatkan madia pembelajaran 11 Guru menunjukan media pembelajaran dan menumbuhkan minat terhadap pembelajaran 12 Guru bersama siswa menamai media pembelajaran 13 Menjelaskan cara penggunaan media buah-buahan dan pemecahan soal menggunakan media 14 Guru memberikan contoh soal menggunakan Media pembelajaran 15 Guru mengulangi penghitungan menggunakan media pembelajaran 16 Guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan 17 Guru bersama siswa merayakan Kegiatan AKhir 18 Guru melakukan menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum dimengerti 19 Guru merangkum tentang materi yang baru diberikan 20 Melakukan tes formatif untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran JUMLAH 18 2 20 0 Berdasarkan tabel 4.8 siklus 2 pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran Quantum Teaching diperoleh penilaian oleh obsever dengan kategori baik dengan nilai 18 pada pertemuan ke 1 siklus 2 dalam kegiatan yang dilaksanakan masih ada kekurangan yaitu dalam mengumpulkan tugas siswa, dan menayakan kepada siswa tentang kesulitan materi pembelajaran. Pada pertemuan 2 siklus 2 diperoleh penilaian 20 dimana terjadi peningkatan dari pertemuan 2. pembelajaran sudah berlangsung dengan baik dimana sudah tidak terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran.. Disamping mengadakan observasi pada tindakan guru observer juga mengadakan observasi pada tindakan siswa yaitu bagaimana siswa mengikuti pembelajaran. Sedangkan hasil dari observasi kegiatan siswa selama siklus 2 dengan hasil sebagai berikut:

42 TABEL 4.9 Instrumen Aktifitas Belajar Model Quantum Teaching siklus 2 Siklus 2 No Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2 Ya Tidak Ya Tidak 1 Terbentuknya kelompok 2 Siswa memperhatikan penjelasan guru 3 Siswa memperhatikan Quantum Teaching guru 4 Siswa bertanya tentang metode 5 Siswa mampu dan mengerti tentang Model Pembelajaran Quantum Teaching yang dilakukan guru 6 Siswa secara perorangan/ kelompok mencoba menggunakan media 7 Mengerjakan tugas yang diberikan guru 8 Siswa menjawab pertanyaan guru 9 Siswa mampu menggunakan media 10 Siswa merayakan hasil Dari tabel 4.13 dalam hasil obesrvasi siswa pada pertemuan 1 masih ada beberapa kekurangan dimana dalam pertemuan pertama siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, mereka sudah tertarik dengan model pembelajaran quantum teaching, sehingga sebagian siswa sudah mengerti tentang proses pembelajaran quantum teaching. Disamping itu ketika diberikan tugas dari guru semua siswa sudah aktif menjawab. Pada pertemuan kedua sudah terjadi peningkatan, dimana siswa sudah mau memperhatikan penjelasan tentang model pembelajaran quantum Teaching. Kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dari pertemuan pertama, dan kedua adalah mengadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas, guru lain selain guru kelas, dan peneliti. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran Matematika melalui pendekatan Quantum Teaching dan unjuk kerja bagi guru kelas, guru lain selain guru kelas, dan siswa. Dari diskusi ini terbukti dengan pendekatan Quantum Teaching siswa lebih aktif selama proses pembel aran dan unjuk kerja siswa juga lebih baik karena mereka mendapatkan pemahaman melalui pemikiran mereka sendiri. Namun masih ada kekurangan yang harus diperbaiki diantaranya: a. Pertemuan 1 Hasil dari observasi yang diperoleh pada perencanaan pembelajaran pertemuan pertama yaitu guru sudah menyiapkan RPP dengan baik, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan berpikir tingkat tinggi, kegiatan menggambarkan pembelajaran siswa aktif yang menuntut unjuk kerja siswa. Kemudian pada pendekatan pembelajaran telah menyampaikan tujuan pembelajaran membantu siswa membangun pemahaman mereka sendiri. Suasana yang aktif sudah diciptakan guru dengan memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapat dalam merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah dan merumuskan hipotesis.

43 Pada manajemen kelas tata tertib kelas diterapkan dengan baik, ruangan dipersiapkan dengan baik, namun waktu belum dikelola dengan baik. Selanjutnya pada penilaian unjuk kerja siswa dalam kegiatan menyimak, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis juga dipantau dengan baik. Sedangkan hasil dari lembar observasi siswa pada pertemuan pertama yaitu: pada kegiatan awal siswa aktif dalam menanggapi apersepsi, dan siswa serius mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam kegiatan inti siswa menyimak materi yang disajikan guru dengan baik. Selain itu, diatas 50% siswa aktif dalam mengidentifikasi masalah, bersemangat dalam merumuskan masalah serta hipotesis. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan guru. Kelemahan dalam pembelajaran pertemuan pertama pada siklus 2 ini diantaranya pada saat membimbing dalam merumuskan masalah dan hipotesis, guru belum memberikan pertanyaan yang spesifik, sehingga siswa kurang teliti dalam merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis, dan masih terdapat beberapa siswa yang bergurau dengan temannya. Dari kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan pertama, maka pada pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi dengan guru lain selain guru kelas dan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah kegiatan dalam membimbing siswa menentukan rumusan masalah dan hipotesis perlu menggunakan pertanyaan yang lebih khusus dengan jawaban ya atau tidak, pengelolaan waktu perlu ditingkatkan. Guru meningkatkan pemantauan unjuk kerja siswa selama mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis agar siswa tidak bergurau dengan temannya. b. Pertemuan 2 Hasil dari observasi yang diperoleh pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan RPP dengan baik, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan berfikir tingkat tinggi melalui praktek langsung. Melaui kegiatan praktek telah menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Pada kegiatan awal pembelajaran guru telah telah melakukan apersepsi dengan baik. Kegiatan inti guru juga telah menciptakan suasana yang kondusif dengan membimbing serta mengarahkan pada saat kegiatan praktek. Guru mampu mengaitkan materi dengan realitas kehidupan. Selain itu guru juga melakukan penilaian unjuk kerja praktek dengan baik. Hasil dari lembar observasi siswa pada pertemuan kedua adalah pada kegiatan awal siswa aktif dalam menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru. Siswa serius mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam kegiatan inti siswa aktif dalam mempraktekkan alat-alat teknologi. Guru juga melibatkan siswa secara aktif dalam menggunakan media. Unjuk kerja siswa maksimal terbukti dengan semangat dan keseriusan siswa pada saat praktek. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan guru. Kelemahan dalam pembelajaran pertemuan kedua pada siklus 2 ini adalah: pada saat siswa praktek terdapat beberapa siswa yang berunjuk kerja kurang, terbukti adanya siswa yang bergurau dengan teman. Siswa kurang percaya diri dalam menggunakan alat peraga. Pada kegiatan inti guru kurang menguasai lapangan terbukti dengan terlihatnya siswa yang berebut menggunakan alat peraga. Selain itu alokasi waktu yang dikelola guru kurang baik.dari kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan pertama, maka pada

44 pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi dengan guru lain selain guru kelas dan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah mempersiapkan media dan lapangan praktek dengan baik agar siswa lebih teratur, memberikan respon positif terhadap siswa yang berani menyampaikan pendapatnya agar siswa lebih aktif, guru lebih memantau unjuk kerja siswa selama praktek. pengelolaan waktu perlu ditingkatkan. Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 kemudian diambil data secara kualitatif melalui penilaian proses yaitu dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu rendah, sedang tinggi (menurut Nana Sudjana, 2012:77). Data yang diperoleh pada siklus 2 ini yang diperoleh skor dengan unjuk kerja rendah adalah 7 siswa atau 32%, siswa yang memperoleh skor unjuk kerja sedang 11 atau 50% dan siswa yang memperoleh skor unjuk kerja tinggi 4 siswa atau 18%. Ppada tahap tumbuhkan 3 siswa atau 10% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 8 siswa atau 27% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang 19 siswa atau 63% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi Pada tahap alami 2 siswa atau 6% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 6 siswa atau 20% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang dan 22 siswa atau 74% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi. Pada tahap merumuskan hipotesis 0 siswa atau 0% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 4 siswa atau 13% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang dan 26 siswa atau 86% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi. Pada tahap demontrasi data 0 siswa atau 0% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 2 siswa atau 6% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang dan 28 siswa atau 97% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja tinggi. Pada tahap menguji hipotesis 0 siswa atau 0% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah, 5 siswa atau 16% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja sedang dan 25 siswa atau 84% siswa termasuk klasifikasi unjuk kerja rendah tinggi. Tabel distribusi unjuk kerja tiap tahap langkah Quantum Teaching siswa tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram batang sebagai berikut: 30 20 Rendah Sedang Tinggi 10 0 Tumbuhkan Alami Namai Demontrasi Rayakan Gambar 4.4 Diagram skor tahap Quantum Teaching unjuk kerja siswa siklus 2

45 Setelah mengetahui total skor unjuk kerja siswa pada setiap tahap pembelajaran Quantum Teaching maka dihitunglah rata-rata skor unjuk kerja per siswa. Maka diperoleh hasil skor unjuk kerja siswa yang ditunjukkan dengan skor 25-49 sebanyak 1 siswa atau 32%, skor 50-74 sebanyak 5 siswa atau 50% dan skor 75-100 sebanyak 24 siswa atau 18%. Berikut ini dapat dilihat tabel distribusi unjuk kerja rata-rata siswa Matematika: Tabel 4.10 Distribusi Skor Akhir Unjuk Kerja Siswa Pengurangan bilangan sampai 500 pada Siklus 2 No Skor Frekuensi Persentase (%) 1 25-49 1 3 2 50-74 5 16 3 75 100 24 80 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Dari tabel 4.10 nampak siswa yang mempunyai skor unjuk kerja rendah terdapat 7 siswa atau 24%, siswa yang mempunyai skor unjuk kerja sedang terdapat 8 siswa atau 26% dan siswa yang memperoleh skor unjuk kerja tinggi 15 siswa atau 50%. Dari tabel 4.8 dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut: 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%, 24%, 26%, 50% Rendah sedang Tinggi Gambar 4.5 Diagram Prosentase Skor Akhir Unjuk Kerja Siswa Pengurangan sampai 500 pada Siklus 2 Setelah dilaksanakan pengamatan dan penilaian terhadap proses pembelajaran maka dilakukan penilaian hasil tes yang dilakukan siswa setelah melakukan pembelajaran quantum teaching. Hasil dari penilaian proses pembelajaran dapat dilihat pada table 4.11 berikut : Tabel 4.11 Distribusi Skor Hasil Belajar Siklus 2 No Skor Frekuensi Persentase(%) 1 80 6 20 2 90 17 57 3 100 7 23 Jumlah 30 100 Hasil belajar diperoleh dari 30% dari skor pengamatan+ 30% skor LKS + 40% Skor Tes

46 Tabel 4.12 Distribusi Skor Akhir Daftar Nilai Kerja Siswa Penjumlahan dan pengurangan sampai 500 pada Siklus II No Nilai Ketuntasan 1 < 80 Belum tuntas Siklus II Jumlah siswa Persentase(%) 1 3 2 > 80 Tuntas 29 97 Jumlah 25 100 Rata-rata 86 Dari table 4.9 dapat dilihat bahwa dalam penilaian hasil belajar masih ada 1 siswa (3%) yang belum tuntas. Dan 29 siswa (97%) siswa yang sudah tuntas. Dari tabel 4.9 dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut: 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 29 Siklus II 1 Tuntas Belum Tuntas Gambar 4.6 Diagram ketuntasan hasil belajar siswa siklus II Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus 2 maka secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus 2 sudah sesuai atau mencapai KKM yang sudah ditentukan. 4.2 Perbandingan Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dapat diketahui telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada mata pelajaran Matematika dengan kompetensi melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 bagi siswa kelas 2 SD Harapan Bangsa pada semester 1 tahun ajaran 2013-2014. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut ini:

47 No Ketuntasan Tabel 4.13 Perbandingan Distribusi Skor Hasil Belajar Siklus 1, Siklus 2 Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 F % f % f % 1 Tuntas 9 30 19 63 29 97 2 Tidak Tuntas 21 70 11 37 1 3 Jumlah 30 100 30 100 30 100 Sumber: Data Primer Dari tabel di 4.13 terlihat adanya peningkatan skor hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Terlihat pada siklus pada siklus 1 diketahui siswa yang berada pada klasifikasi tuntas 19 (63%) siswa, yang belum tuntas 11 (37%) siswa. Pada siklus 2 diketahui siswa belum tuntas 1 siswa atau 3%, siswa yang tuntas 29 siswa atau 97%. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan dikelas 2 SD Harapan Bangsa Pati Kecamatan Pati Kab. Pati menyatakan tingkat pemahaman siswa kelas 2 khususnya mata pelajaran Matematika masih rendah, hasil belajar siswa masih banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini salah satu penyebabnya adalah karena guru dalam penyampaian pembelajaran masih menggunakan Metode ceramah. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 9 siswa atau 20% dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40. Terlihat pula kenaikan nilai rata-rata kelas.jika pada pra siklus nilai rata-rata yang dicapai adalah 65, lalu meningkat menjadi 72 pada siklus 1, menjadi 82 pada siklus 2. Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan telah mampu menangkap materi yang disajikan guru, sedangkan 16 siswa yang belum bisa menangkap materi oleh guru karena daya tangkap mereka yang kurang. Pemahaman belajar siswa didapatkan dan hasil nilai siklus 1 dan siklus 2 1. Siklus 1 Dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 80) sebanyak 12 siswa dan yang mendapat nilai yang memenuhi KKM sebanyak 18 siswa. Dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 50. 2. Siklus 2

48 Dengan menggunakan Metode pembelajaran pendekatan Quantum Teaching, siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 80) sebanyak 1 siswa dan yang mendapat nilai yang memenuhi KKM sebanyak 29 siswa. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60. Berdasarkan perolehan hasil nilai yang didapat pada siklus 1 dan siklus 2 didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada pelajaran Matematika melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 kelas 2 semester I SD Harapan Bangsa Pati yang akhirnya bermuara pada hasil belajar yang mengalami peningkatan. Setelah dilakukan pembelajaran 2 siklus dengan hasil sesuai dengan indikator kinerja penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching memperlihatkan hasil yang baik. Hasil tersebut sesuai dengan keunggulan Model Pembelajaran Quantum Teaching yaitu memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya membaca atau mendengar penjelasan saja, karena Quantum Teaching memberikan gambaran konkret yang memperjelas perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya. Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan Quantum Teaching, sehingga memberi kemungkinan yang besar bagi para siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung. Peluang keterlibatan siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-temannya serta Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting, sehingga para siswa akan benar-benar memberikan perhatian khusus kepda hal tersebut. Selama proses pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada yang lain. Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui selama Quantum Teaching berjalan, jawaban dari pertanyaan dapat disampaikan oleh guru ada saat itu pula.