konsentrasi pektin 20% Aquades TT TT Larutan buffer TT TT Keterangan : TT : Tidak terdeteksi (lebih kecil dari S 1)

dokumen-dokumen yang mirip
3.1. Pengujian Kontaminan Logam Cd dan Cu Hasil pengujian sampel bebas kontaminan logam berat Cd dan Cu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

pektat dan membentuk jembatan yang akan mengikat ion-ionlogam berat dalam suatu larutan(constenla dan Lozano, 2003).

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

STUDI EFEKTIVITAS PEKTIN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS) SEBAGAI PENGIKAT LOGAM Cd DAN Cu DALAM PRODUK CUPCAKE

STUDI EFEKTIVITAS PEKTIN AMPAS JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS) SEBAGAI PENGIKAT LOGAM BERAT SECARA IN VITRO

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

Gambar 5. Tekstur dan Struktur Bumbu Penyedap Blok Spirulina Perlakuan Kontrol (A) dan Maltodekstrin 10% (B).

Gambar 6. Bumbu Penyedap Granul Non-Monosodium Glutamate dengan Konsentrasi Maltodekstrin (a) 0%, (b) 10%, (c) 15%, (d) 20%, dan (e) 25%

3.1. Nata Komersial Hasil pengujian nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan nata yang difermentasikan menggunakan media air kelapa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

50 ml larutan buffer natrium bikarbonat. Inkubasi selama 60 menit. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Destruksi logam

7. LAMPIRAN. Kurva Standar Total Fenol

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

Standart Mutu Mie Kering Menurut SNI

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

Standar Mutu Bihun Instan Menurut SNI No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil

Konsentrasi Asidulan (%) ,12 ± 0,18 bc

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

Gambar 5. Penampakan Fisik dan Struktur Granul Bumbu Penyedap Rasa Spirulina pada berbagai Konsentrasi Natrium Alginat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Scoresheet Uji Sensori Hedonik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.

STUDI IN-VITRO DARI EFEKTIVITAS PEKTIN KULIT JERUK KEPROK (Citrus Nobilis Lour.) SEBAGAI PENGIKAT LOGAM BERAT

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skripsi Sarjana Kimia NUR AFRIYANTI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

STUDI IN-VITRO EFEKTIVITAS PEKTIN DAGING BUAH SIRSAT (Annona muricata L) SEBAGAI PENGIKAT LOGAM BERACUN KADMIUM DAN TEMBAGA

STANDAR NATIONAL INDONESIA TAHU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

Natrium Alginat 4% Natrium Alginat 0% Natrium Alginat 2% Natrium Alginat 1% Natrium Alginat 3%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 5. Jumlah Panelis Seleksi Pretest dan matching test

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

8. LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Gambar 6. Hasil Analisis Sensori Flavored Edible Film

Kurva standar HPLC analitik untuk penentuan konsentrasi siklo(tirosil-prolil).

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Metodologi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Analisa Sensori Rating Sikhye

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DESKRIPSI DAN PETA LOKASI PETERNAK SAPI PERAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Air dengan Metode Gravimetri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN A.

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

Lampiran 1. Tabel Penentuan Glukosa, Fruktosa, dan Gula Invert dalam Suatu Bahan dengan Metode Luff Schoorl ml 0,1 N Natiosulfat.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan menggunakan RAL, faktor perlakuan adalah meliputi konsentrasi

Transkripsi:

3. HASIL PENGAMATAN Pada penelitian pendahuluan bahan yang digunakan adalah pektin dari ampas jeruk. Ampas jeruk telah diberikan perlakuan pada suhu 55 o C selama 10 jam. Pektin ampas jeruk yang telah jadi ditambahkan ke dalam produk cupcake dalam bentukgel pektin. Penambahan konsentrasi gel pektin yang ditambahkan ke dalam produk cupcake dibagi ke dalam lima konsentrasi yaitu : 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Perbedaan konsentrasi pektin yang ditambahkan digunakan untuk mempersempit rentang konsentrasi gel pektin yang digunakan pada penelitian utama. 3.1. Penetapan Larutan Standar Logam dan Pengujian Sampel Bebas Kontaminan SSA yang digunakan untuk mengukur kadar logam berat telah melewati proses standarisasi. Standarisasi dilakukan terhadap masing-masing jenis logam berat yang akan diukur kadarnya, yaitu kadmium (Cd) dan tembaga (Cu). Proses standarisasi masing-masing logam dilakukan dengan menggunakan tiga larutan yang memiliki konsentrasi berbeda yaitu 0,1 ppm (S1), 0,5 ppm (S2), 1,0 ppm (S3). Bahan lain yang terlibat juga dilakukan pengukuran kadar logamnya sehingga mengetahui adanya pengotor. Hasil pengujian sampel bebas kontaminan logam berat kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 2. Kontaminan Logam Berat Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) Sampel Komtaminan Logam (ppm) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Cupcake dengan TT TT konsentrasi pektin 10% Cupcake dengan TT TT konsentrasi pektin 15% Cupcake dengan TT TT konsentrasi pektin 20% Aquades TT TT Larutan buffer TT TT Keterangan : TT : Tidak terdeteksi (lebih kecil dari S 1) Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak ditemukan adanya logam pengotor pada bahan-bahan yang digunakan dalam sistem in vitro. Hasil ini menunjukkan bahwa

bahan-bahan yang terlibat bebas dari kontaminan pengotor sehingga tidak mempengaruhi hasil akhir dari pengukuran kadar logam berat. Adanya kadar logam pengotor digunakan sebagai faktor pengoreksi pada pengukuran kadar logam berat. 3.2. Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan dilakukan uji sensori untuk menentukan konsentrasi pektin gel terbaik yang disubtitusikan ke dalam produk cupcake. Uji sensori ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau penerimaan konsumen terhadap karakteristik cupcake yang telah disubtitusi dengan gel pektin. Uji sensori ini didasarkan pada empat parameter yaitu tekstur, rasa, aftertaste dan overall. Semakin banyaknya gel pektin yang disubtitusikan ke dalam produk cupcake maka diameter dan tinggi dari produk cupcake akan menyusut. Selain itu, warna dari produk cupcake akan semakin cerah karena kandungan total protein semakin menurun sehingga reaksi Maillard ikut menurun. Berdasarkan hasil uji sensori dapat dilihat perubahan karakteristik terhadapcupcakekarena adanya penambahan gel pektin, yang dapat dilhat pada Gambar 6. Karakteristik cupcake yang telah disubtitusi oleh gel pektin didapatkan hasil yang sangat mempengaruhi pada tekstur cupcake, bila dibandingkan dengan rasa serta aftertaste. Hasil dari uji sensori menunjukkan dimana semakin tinggi konsentrasigel pektin pada cupcake maka tingkat kesukaan konsumen semakin menurun. Gambar 6a. Kontrol Cupcake Gambar 6b. Cupcake Gambar 6c. Cupcake gel pektin 10% gel pektin 20% 20

Gambar 6d. Cupcake Gambar 6e. Cupcake Gambar 6f. Cupcake gel pektin 30% gel pektin 40% gel pektin 50% Nilai rata-rata tertinggi kesukaan konsumen berdasarkan tekstur cupcakeadalah 3,77 yang berada pada tingkat konsentrasi gel pektin 10%. Nilai rata-rata keseluruhan pada parameter tekstur dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan nyata skor sensori cupcake antara perlakuan gel pektin 10% dengan gel pektin 20%. Sedangkan pada hasil uji Mann-Whitney skor sensori cupcakeantara perlakuan gel pektin 10% dengan gel pektin 30%, 40% dan 50% terdapat perbedaan nyata. Berdasarkan dari uji ini maka dapat disimpulkan bahwa konsumen lebih menyukai tekstur cupcake dengan penambahan gel pektin 10-20%. Konsentrasi yang dipilih ini akan digunakan lebih lanjut dalam penelitian utama. 4,0 3,77 ± 1,10 a 3,73 ± 0,91 a 3,5 3,0 2,87 ± 0,82 bc 2,47 ± 1,22 c Skor 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 1,77 ± 0,86 d 10% 20% 30% 40% 50% Kosentrasi Gambar 7. Hasil Uji Sensori Penelitian Pendahuluan Berdasarkan Parameter Tekstur 21

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa hasil uji sensori dengan parameter tekstur menunjukkan penambahan gel pektin pada tingkat konsentrasi 10-20% memiliki nilai rata-rata tertinggi dan hasilnya tidak terlalu jauh. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata skor sensori cupcake antara perlakuan pektin gel 10% dengan pektin gel 20%. Berdasarkan hasil uji sensori maka pektin gel yang ditambahkan pada cupcake sebesar 10%, 15% dan 20%. Hasil keseluruhan juga dilihat dari rata-rata tertinggi pada parameter overall. Pada parameter ini didapatkan hasil rata-rata tertinggi pada cupcake dengan konsentrasi gel pektin 20% diikuti dengan konsentrasi gel pektin 10% yaitu 3,80 dan 3,60. Hasil ratarata pada parameter overall dapat dilihat pada Gambar 8. Skor 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 3,80 ± 0,81 ad 3,60 ± 11,07 a 3,13 ± 0,97 ab 2,53 ± 1,11bc 1,93 ± 0,91c 1,0 0,5 0,0 10% 20% 30% 40% 50% Konsentrasi Gambar 8. Hasil Uji Sensori Penelitian Pendahuluan Berdasarkan Parameter Overall Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa hasil uji sensori dengan parameter overall menunjukkan pada tingkat konsentrasi 20% memiliki nilai tertinggi. Maka dari pengujian sensori ini didapatkan bahwa pada tingkat konsentrasi 20% konsumen menerima overall dari produk cupcake. Berdasarkan uji Mann-Whitney, skor cupcake antaraperlakuan pektin gel 10% dengan 20% tidak berbeda nyata. Dari hasil akhir pengujian sensori ini maka ditetapkan tingkat konsentrasi 10%, 15% dan 20% yang akan digunakan selanjutnya pada penelitian utama. 22

3.3. Penelitian Utama Penambahan pektin ke dalam produk cupcake dibagi ke dalam tiga konsentrasi berbeda, yaitu: 10%, 15%, dan 20%. Jenis logam berat yang digunakan dalam penelitian utama adalah kadmium (Cd) dan tembaga (Cu). Metode kontak yang digunakan dalam penelitian utama dengan cara kontak langsung antara cupcake yang mengandung pektin ampas jeruk dengan buffer. Waktu kontak yang digunakan dalam sistem in vitro selama penelitian utama adalah 30 menit. 3.3.1. Total Penyerapan Logam Berat Total penyerapan logam berat menunjukkan adanya optimasi penyerapan logam pada pektin dalam sistem in vitro. Perhitungan total penyerapanlogam dilakukan untuk tiap jenis logam yang digunakan dalam penelitian ini. Total PenyerapanKadmium (Cd) Hasil penelitian utama berupa massa kadmium yang terserap dan total penyerapan logamyang diperoleh dari uji penyerapan kadmium dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Penyerapan Kadmium pada Penelitian Utama Distribusi Kadmium (%) Konsentrasi pektin Fase terlarut Fase tidak terlarut dalam cupcake (soluble) (insoluble) 10% 44,925 ± 5,509 a 16,204 ± 4,902 a 15% 43,743 ± 9,770 a 14,347 ± 3,837 a 20% 46,023 ± 7,451 a 15,719 ± 4,787 a Keteranagan: Analisa statistik menggunakan One Way Anova dengan uji signifikansi Duncan. Pada kolom yang sama terdapat huruf berbeda menunjukan beda nyata (p<0,05). Adanya huruf yang sama pada kolom berbeda tidak saling berkaitan. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan tingkat konsentrasi pektin yang diberikan dalam cupcake menghasilkan hasil total penyerapan logamtidak berbeda nyata.total penyerapan kadmium yang didapatkan dari tiga tingkat konsentrasi pektin yang berbeda menunjukkan bahwa pada cupcakedengan konsentrasi pektin 20% menghasilkan nilai total penyerapan kadmiumtertinggi sebesar 61,129±7,159%. 23

Total Penyerapan Tembaga (Cu) Hasil massa tembaga yang terserap dan total penyerapan logamtembaga yang diperoleh dari uji penyerapan tembaga dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Penyerapan Tembaga pada Penelitian Utama Distribusi Tembaga (%) Konsentrasi pektin Fase terlarut Fase tidak terlarut dalam cupcake (soluble) (insoluble) 10% 73,593 ± 4,136 a 22,792 ± 1,341 a 15% 76,856 ± 2,173 ab 19,541 ± 0,829 b 20% 82,056 ± 3,528 b 15,626 ± 3,407 c Keteranagan: Analisa statistik menggunakan One Way Anova dengan uji signifikansi Duncan. Pada kolom yang sama terdapat huruf berbeda menunjukan beda nyata (p<0,05). Adanya huruf yang sama pada kolom berbeda tidak saling berkaitan. Dari tabel diatas menunjukkan hasil total penyerapan logamyang diperoleh dari kontak antara cupcake dengan tiga tingkat konsentrasi pektin didapatkna hasil yang tidak berbeda nyata. Nilai total penyerapan tembaga tertinggi ditunjukkan pada cupcake konsentrasi 20% sebesar 97,682±0,836%. 3.3.2. Penyerapan Kadmium (Cd) dalam sistem In Vitro Hasil penyerapan logam kadmium oleh fase soluble dan insoluble pektin dalam sistem in vitrodisajikan dalam gambar berikut. Total Kandungan Cd (µg) 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 179,698 174,971 184,091 10% 15% 20% Konsentrasi Gel Pektin dalam Cupcake (%) SolubleCd Gambar 9a. Penyerapan Kadmium oleh Pektin pada Fase Terlarut (Soluble) 24

Total Kandungan Cd (µg) 70 60 50 40 30 20 10 0 64,818 62,877 57,388 InsolubleCd 10% 15% 20% Konsentrasi Gel Pektin dalam Cupcake (%) Gambar 9b. Penyerapan Kadmium oleh Pektin pada Fase Tidak Terlarut (Insoluble) Dari Gambar 9a diatas, dapat dilihat bahwa pada fase terlarut (soluble) penyerapan kadmium tertinggi diperoleh pada cupcake dengan tingkat konsentrasi pektin 20% sebesar 184,091 ±29,805µg. Pada Gambar 9b menunjukkan penyerapan kadmium pada fase tidak terlarut (insoluble) tertinggi terdapat pada cupcake dengan konsentrasi pektin 10% sebesar 64,818 ± 19,609µg. Tabel 5. Penyerapan Kadmium pada Tiga Tingkatan Konsentrasi Massa Kadmium (µg) Konsentrasi pektin Fase terlarut Fase tidak terlarut dalam cupcake (soluble) (insoluble) 10% 179,698±22,036 a 64,818 ± 19,609 a 15% 174,971 ±39,081 a 57,388± 15,346 a 20% 184,091 ±29,805 a 62,877 ± 19,148 a Keteranagan: Analisa statistik menggunakan One Way Anova dengan uji signifikansi Duncan. Pada kolom yang sama terdapat huruf berbeda menunjukan beda nyata (p<0,05). Adanya huruf yang sama pada kolom berbeda tidak saling berkaitan. Pada Tabel 5 diatas menunjukkan penyerapan logam kadmium tertingi pada fase terlarut (soluble) terdapat pada cupcake dengan konsentrasi pektin 20% sebesar 184,091 ±29,805µg. Nilai massa yang terserap dari ketiga konsentrasi pada fase terlarut (soluble) tidak berbeda nyata. Pada fase tidak terlarut (insoluble) cupcake dengan konsentrasi pektin 10% menunjukkan nilai penyerapan tertinggi yaitu 64,818 ± 19,609µg. 25

3.3.3. Penyerapan Tembaga (Cu) dalam sistem In Vitro Hasil penyerapan logam tembaga oleh fase soluble dan insoluble pektin dalam sistem in vitrodisajikan dalam gambar berikut. Total Kandunngan Cu (µg) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 147,187 153,783 164,112 10% 15% 20% SolubleCu Konsentrasi Gel Pektin dalam Cupcake (%) Gambar 10a. Penyerapan Tembaga oleh Pektin pada Fase Terlarut (Soluble) Total Kandungan Cu (µg) 50 40 30 20 10 0 45,584 39,082 31,251 10% 15% 20% Konsentrasi Gel Pektin dalam Cupcake (%) InsolubleCu Gambar 10b. Penyerapan Tembaga oleh Pektin pada Fase Tidak Terlarut (Insoluble) Dari Gambar 10a menunjukkan bahwa pada fase terlarut (soluble) penyerapan jumlah tembaga mengalami peningkatan disertai peningkatan konsentrasi pektin. Penyerapan tembaga tertinggi terdapat pada cupcake dengan tingkat konsentrasi pektin 20% sebesar 164,112 ±7,057 µg. Pada Gambar 10b, jumlah tembaga pada fase tidak terlarut 26

(insoluble) yang diserap mengalami penurunan seiring peningkatan konsentrasi pektin. Penyerapan tembaga tertinggi terdapat pada cupcake dengan konsentrasi pektin 10% sebesar 45,584 ± 2,682µg. Tabel 6. Penyerapan Tembaga pada Tiga Tingkatan Konsentrasi Massa Tembaga (µg) Konsentrasi pektin Fase terlarut Fase tidak terlarut dalam cupcake (soluble) (insoluble) 10% 147,187 ± 8,272 a 45,584 ± 2,682 a 15% 153,783 ±4,472 a 39,082 ± 1,658 b 20% 164,112 ±7,057 a 31,251 ± 6,813 c Keteranagan: Analisa statistik menggunakan One Way Anova dengan uji signifikansi Duncan. Pada kolom yang sama terdapat huruf berbeda menunjukan beda nyata (p<0,05). Adanya huruf yang sama pada kolom berbeda tidak saling berkaitan Dari tabel diatas menunjukkan penyerapan logam tembaga tertingi pada fase terlarut diperoleh pektin dengan konsentrasi 20%, sebesar 164,112 ±7,057µg. Angka tersebut berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% dengan cupcake yang mengandung konsentrasi pektin 10% dan konsentrasi pektin 15% dengan nilai sebesar 147,187 ± 8,272µg dan 153,783 ±4,472µg. Penyerapan tembaga pada fase tidak terlarut menunjukkan nilai tertinggi pada pektin dengan konsentrasi 10%, sebesar 45,584 ± 2,682µg. Nilai massa yang terserap ini berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% dengan cupcake yang mengandung konsentrasi pektin 15% dan konsentrasi pektin 20%, dengan nilai sebesar 39,082 ± 1,658µg dan 31,251 ± 6,813µg. 3.4. Simulasi Pengikatan Logam Berat dalam Darah 3.4.1. Simulasi Pengikatan Kadmium dalam Darah Kasus : Seoranglaki-laki terkontaminasi oleh logam kadmium dan kontaminasi yang terjadi dalam darah sebesar 31,8 µg. Batas aman kadmium dalam darah adalah 2 µg/l (Mayo Clinic, 2017). Pada simulasi ini diasumsikan tidak ada asupan kadmium lebih lanjut dan pengikatan hanya berlangsung sekali selama 30 menit. Jumlah pengikatan logam kadmium dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut ini. 27

Tabel 7. Pengikatan Kadmium dalam Darah Konsentrasi Pektin dalam Cupcake (%) Pengikatan Kadmium(%) Konsumsi Cupcake (buah) Model Matematika (Persamaan Eksponensial) Laju Pengikatan (hari -1 ) Waktu Paruh (hari), t0,5 Waktu menuju konsentrasi aman (hari), tka 1 X(t) = Xo.e -0,00047t 0,00047 1473 2335 10 61,129 2 X(t) = Xo.e -0,00094t 0,00094 736 1167 3 X(t) = Xo.e -0,00141t 0,00141 491 778 1 X(t) = Xo.e -0,00045t 0,00045 1550 2457 15 58,090 2 X(t) = Xo.e -0,00089t 0,00089 775 1228 3 X(t) = Xo.e -0,00134t 0,00134 517 819 1 X(t) = Xo.e -0,00048t 0,00048 1458 2311 20 61,742 2 X(t) = Xo.e -0,00095t 0,00095 729 1156 3 X(t) = Xo.e -0,00143t 0,00143 486 770 28

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk mencapai waktu paruh dan waktumenuju konsentrasi aman dibutuhkan tingkat konsumsi yang berbeda-beda.jumlah konsumsi cupcake3 buah/hari menunjukkan waktu paruh dan waktu menuju konsentrasi aman lebih baik bila dibandingkan dengan 1 cupcake/hari.hal ini dikarenakan laju pengikatan kadmium semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya asupan cupcake. Pada asupan cupcake sebanyak 3 buah/hari dengan konsentrasi pektin gel 20% didapatkan waktu menuju konsentrasi aman dan waktu paruh lebih cepat yaitu 770 hari dan 486 hari. Pada cupcake yang mengandung pektin gel 20% menunjukkanrecovery tertinggi sehingga bila dikonsumsi akan menurunkan kadar kadmium dalam darahlebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi pektin gel 10% dan 15% karena laju pengikatannya semakin meningkat. Laju pengikatan terbesar terdapat pada cupcake dengan konsentrasi pektin gel 20% yaitu 0,00143 per hari dengan asupan cupcake 3 buah per hari. 3.4.2. Simulasi Pengikatan Tembaga dalam Darah Kasus : seorang wanita terkontaminasi oleh logam tembaga dan paparan yang masuk ke dalam darah sebesar 23055µg. Batas aman tembaga dalam darah adalah 1450 µg/l (Mayo Clinic, 2017). Volume darah dalam tubuh yang dimiliki sebesar 5.3 L (Lynn, 1994). Pada simulasi ini diasumsikan tidak ada asupan tembaga lebih lanjut dan pengikatan hanya berlangsung sekali selama 30 menit. Jumlah pengikatan logam tembaga dalam darah dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 29

Tabel 8. Pengikatan Tembaga(Cu) dalam Darah Konsentrasi Pektin dalam Cupcake (%) Pengikatan Tembaga(%) Konsumsi Cupcake (buah) Model Matematika (Persamaan Eksponensial) Laju Pengikatan (hari -1 ) Waktu Paruh (hari), t0,5 Waktu menuju konsentrasi aman (hari), tka 1 X(t) = Xo.e -0,00074t 0,00074 934 1481 10 96,385 2 X(t) = Xo.e -0,00148t 0,00148 467 740 3 X(t) = Xo.e -0,00223t 0,00223 311 494 1 X(t) = Xo.e -0,00074t 0,00074 934 1480 15 96,397 2 X(t) = Xo.e -0,00148t 0,00148 467 740 3 X(t) = Xo.e -0,00223t 0,00223 311 493 1 X(t) = Xo.e -0,00075t 0,00075 922 1461 20 97,682 2 X(t) = Xo.e -0,00150t 0,00150 461 730 3 X(t) = Xo.e -0,00226t 0,00226 307 487 30

Pada tabel 8dapat diketahui tingkat asupan cupcakeyang berbeda menentukkan waktu paruh dan waktu menuju konsentrasi aman. Tingkat asupan cupcake 3 buah/hari menunjukkan waktu menuju konsentrasi aman dan waktu paruh lebih cepat dibandingkan dengan konsumsi cupcake 1 buah/hari. Peningkatankonsumsi cupcake/hari diikuti oleh meningkatnya laju pengikatan. Pada asupan cupcake sebanyak 3 buah/hari dengan konsentrasi pektin gel 20% didapatkan waktu menuju konsentrasi aman dan waktu paruh lebih cepat yaitu 487 hari dan 307 hari. Pada cupcake yang mengandung pektin gel 20% menunjukkanrecovery tertinggi sehingga laju pengikatan juga semakin tinggi. Konsumsi cupcake tersebut akan menurunkan kadar tembaga dalam darah lebih besar dan lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi pektin gel 10% dan 15%. Laju pengikatan terbesar terdapat pada cupcake dengan konsentrasi pektin gel 20% yaitu 0,00226 per hari dengan asupan cupcake 3 buah per hari. 31