BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

PEMBATALAN PUTUSAN PAILIT PENGADILAN NIAGA OLEH MAHKAMAH AGUNG (Studi Putusan Kasasi Nomor 522k/Pdt.Sus/2012)

P U T U S A N NOMOR: 109/PDT/ 2012/PTR.

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAHKAMAH AGUNG. memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari;

PUTUSAN Nomor 18 PK/N/1999 =================================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

P U T U S A N Nomor : 72/Pdt/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

P U T U S A N Nomor 907 K/Pdt.Sus-Pailit/2017

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 461/Pdt/2013/PT.Bdg.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 23 PK/N/1999 ============================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

P U T U S A N NOMOR : 375/PDT/2013/PT-MDN

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR

PUTUSAN Nomor: 018 K/N/1999 ================================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA KEPAILITAN PT. ARTA GLORY BUANA TERHADAP PARA KREDITOR

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

P U T U S A N NOMOR 303/PDT/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 04 PK/N/1999 ================================ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 137/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 606/Pdt/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PUTUSAN. Nomor 344/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA.Btn

P U T U S A N. NOMOR 36/Pdt/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004)

P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

PUTUSAN NOMOR 77/PDT/2014/PTR

P U T U S A N. Nomor : 108/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

PUTUSAN. Nomor 291/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 10/Pdt/2015/PT.Bdg.

- 1 - P U T U S A N. Nomor : 347 / PDT / 2013 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N. L a w a n :

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PUTUSAN. Nomor 337/Pdt/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

KONTRA MEMORI BANDING. Atas Putusan Pengadilan Negeri Surabaya. Tanggal 23 Desember 2008, Nomor 340/Pdt.G/2008/PN.Sby. Dalam Perkara Antara:

PARTNERS. * Hengki M. Sibuea, Founder dan Senior Partner pada Kantor Hukum HENGKI SIBUEA &

P U T U S A N Nomor : 396/Pdt/2014/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor 278/PDT/2015/PT.Bdg.

P U T U S A N Nomor : 424/Pdt/2015/PT.Bdg.

P U T U S A N. Nomor : 175/B/2012/PT.TUN-MDN

PUTUSAN. Nomor 177/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 407 K/Pdt/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam

P U T U S A N Nomor 100/Pdt.G/2013/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR. 41/Pdt/2014/PT.Bdg.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N. NOMOR. 337/Pdt/2015/PT.Bdg.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 350/Pdt/2014/PT.Bdg.

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

P U T U S A N. Nomor 185/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kepailitan. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

=================================

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

P U T U S A N NOMOR : 113/PDT/2011/PTR

P U T U S A N NOMOR. 52/PDT/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 160/Pdt/2014/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 10 PK/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

P U T U S A N. NOMOR 325/PDT/2014/PT. Bdg

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N. Nomor : 170/B/2012/PT.TUN-MDN

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA.Btn. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor. 554/PDT/2017/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

Transkripsi:

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kasus Posisi Perkara kepailitan ini berawal dari perjanjian utang-piutang antara Debitor (Tuan Jung Dianto dan Nyonya Lily Eriani Budiono) dengan Kreditor (PT. Bank Internasional Indonesia) dalam bentuk perjanjian kredit atau pejanjian utang-piutang kedua belah pihak yang didalamnya terdapat peletakkan Hak Tanggungan (HT). Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut Debitor tidak melakukan pembayaran utang kepada Kreditor tepat waktu sesuai dengan yang sudah ditentukan dalam perjanjian tersebut Debitor telah menunggak terhitung sejak tanggal 01 Nopember 2010. Kreditor sudah memberikan somasi kepada Debitor tetapi tidak ada itikad baik dari Debitor untuk membayar Utang. Pada saat utang tersebut sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, Debitor tetap tidak ada itikad baik untuk melunasi utang tersebut dan kemudian diketahui Debitor juga memiliki utang kepada Kreditor lain yaitu PT. Bank UOB Indonenesia Cabang Solo yang juga telah jatuh waktu yaitu pada tertanggal 31 Januari 2012. Inilah yang mendorong Kreditor untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang karena syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit telah terpenuhi yaitu debitor mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Permohonan pernyataan pailit yang diajukan itu diterima oleh pengadilan niaga dan melalui Putusan Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. Pengadilan niaga mengabulkan permohonan pernyataan pailit dan menyatakan Debitor berada dalam keadaan pailit, dengan pertimbangan sudah memenuhi syarat kepailitan pembuktian sederhana. 48

49 Debitor yang merasa tidak puas atas putusan pernyataan pailit pengadilan niaga itu mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung. Debitor menganggap bahwa Kreditor seharusnya melakukan Eksekusi lelang terhadap harta Debitor yang sudah diletakkan Hak Tanggugan (HT) terkait dengan status hukumnya sebagai Kreditor Separatis, bukan malah mengajukan permohonan pernyataan pailit. Permohonan kasasi yang diajukan oleh Debitor itu diterima oleh Mahkamah Agung dan melalui Putusan Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi dan membatalkan Putusan Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. tersebut. Penelitian ini mengkaji dan membahas mengenai pertimbangan Mahkamah Agung atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga terkait kedudukan Krditor sebagai Kreditor Separatis dan akibat hukum atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga. 2. Identitas Para Pihak a. Tn. JUNG DIANTO, bertempat tinggal di jalan Baturan Raya Blok A-3, Rt.06/03, Baturan, Colomadu, Karang Anyar atau Fajar Indah IXA, No. 10, RT. 006/RW. 007, Kehurahari Jajar, Kecamatan Laweyan, Surakarta, dalam perbuatan hukum ini bertindak selaku Debitur, mendasarkan pada Akta Perjanjian Kredit Pinjaman Rekening Koran Nomor: 76, tanggal 28 Agustus 2007, Akta Perjanjian Kredit Pinjaman Promes Berulang Nomor. 77 tertanggal 28 Agustus 2007, Akta Perjanjian Berjangka Nomor: 78 tertanggal 28 Agustus 2007, Akta Jaminan Fiducia nomor: 83 tertanggal 28 Agustus 2007 dan Akta (Borghtocht) nomor: 84 tertanggal 28 Agustus 2007; b. Ny. LILY ERIANI BUDIONO, bertempat tinggal di jalan Baturan Raya Blok A-3, Rt.06/03, Baturan, Colomadu, Karang Anyar atau Fajar Indah IXA, No. 10, RT. 006/RW. 007, Kehurahari Jajar, Kecamatan Laweyan, Surakarta, dalam perbuatan hukum ini bertindak

50 selaku Penjamin, mendasarkan pada Akta Perjanjian Kredit Pinjaman Rekening Koran Nomor: 76, tanggal 28 Agustus 2007, Akta Perjanjian Kredit Pinjaman Promes Berulang Nomor. 77 tertanggal 28 Agustus 2007, Akta Perjanjian Berjangka Nomor: 78 tertanggal 28 Agustus 2007, Akta Jaminan Fiducia nomor: 83 tertanggal 28 Agustus 2007 dan Akta (Borghtocht) nomor: 84 tertanggal 28 Agustus 2007; Keduanya memberi kuasa kepada: ZAINAL ABIDIN, SH, MH, dan kawan-kawan, Advokat dan Calon Advokat pada Law Office ZAP (Zainal Abidin and Partners), berkantor di Jalan D.I. Panjaitan, No. 22, Banjarsari, Surakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Juni 2012; Para Pemohon Kasasi dahulu Termohon Pailit I dan II, Terhadap c. PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA, Tbk, berkedudukan di Jakarta Pusat, yang diwakili oleh SMEC Collection & Recovery Head: LIAN NASUTION, dalam hal ini memberi kuasa kepada; DJAROT WIDJAYATO, SH, MH, dan kawan-kawan, Advokat pada DJAROT WIDJAYATO & ASSOCIATES, berkantor di Jalan Pospanjolo Tengah VI, No, 6 Semarang, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 Juli 2011; Termohon Kasasi dahulu Pemohon Pailit 3. Amar Putusan Pengadilan Niaga Semarang Bahwa terhadap permohonan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan Nomor: 02/Pailit/2012/PN. SMG. Tanggal 11 juni 2012 yang amarnya sebagai berikut: DALAM EKSEPSI: Menolak eksepsi Termohon Pailit I dan Termohon Pailit II untuk seluruhnya; DALAM POKOK PERKARA: a. Mengabulkan Permohonan Pernyataan Pailit dari Pemohon Pailit.

51 b. Menyatakan Para Termohon Pailit berada dalam keadaan Pailit dengan segala akibat hukumnya. c. Mengangkat Sdr. NOOR EDIYONO, SH.MH.Hakim Niaga pada Pengadilan Niaga Semarang sebagai Hakim Pengawas dalam Kepailitan ini. d. Mengangkat : 1) WENANG NOTO BUWONO, SH.MH.- Kurator dan Pengurus yang telah terdaftar berdasarkan Surat Bukti pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor : AHU.AH.04.03.38.tanggal 2 Maret 2011 pada Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang beralamat kantor di Ruko Siliwangi Plaza B-16,Jalan Jend Sudirman 187-189 Semarang. 2) MUHAMMAD DIPA YUSTIA PASA,SH,M.Kn.Kurator dan Pengurus No. SK Menkeh : AHU.AH.04.03-55 yang beralamat di Ruko Siliwangi Plaza B-16,Jalan Jend Sudirman 187-189 Semarang sebagai Team Kurator dalam perkara Kepailitan ini. e. Menghukum Para Termohon untuk membayar biaya perkara yang timbul sejumlah Rp.2.061.000,-(Dua juta Enam puluh satu Ribu Rupiah). 4. Memori Kasasi Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasanalasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima;

52 Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I/ Termohon Pailit dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah: a. Bahwa Pemohon Kasasi mengajukan permohonan kasasi masih dalam tenggang waktu 8 (delapan hari) sebagaimana yang ditentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 11 ayat (2) UU RI No.37 tahun 2004, oleh karenanya sah secara hukum dapat diterima; b. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (5) Undang- Undangan Republik Indonesia No. 37 tahun 2004 secara tegas dinyatakan Putusan Pengadilan atas Permohonan Pernyataan Pailit harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan pernyataan Pailit didaftarkan, hal mana putusan pailit Perkara a quo (perkara No. 02/Pailit/ 2012/PN. Niaga Smg) didaftarkan pada Pengadilan Negeri, Niaga Semarang tanggal 19 Maret 2012 dan diputus oleh Pengadilan Negeri, Niaga Semarang tanggal 11 Juni 2012, sehingga oleh karenanya putusan mana telah melebihi batas waktu yang ditentukan oleh UURI No. 37 Th. 2004 pasal 8 ayat (5); a. Bahwa dengan demikian Hakim Pengadilan Negeri, Niaga Semarang telah salah dan keliru dalam menerapkan Hukum Acara Persidangan Kepailitan; 1) Bahwa Hakim Pengadilan Negeri, Niaga Semarang telah salah dan keliru dalam penerapan hukumnya perihal tidak ditariknya CV. Mahkota Mas Pratama sebagai subyek hukum dalam perkara a quo, hal mana secara secara fakta diterbitkannya bukti T.I & T.II.1 (Apprasial) adalah atas permintaaan PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk atas asset dari CV. Mahkota Mas Pratama, dimana Termohon Pailit I/Pemohon Kasasi I adalah Direktur C.V Mahkota Mas Pratama yang dapat

53 mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan, oleh karenanya dengan tidak ditariknya CV Mahkota Mas Pratama dalam perkara a quo maka permohonan pailit adalah kurang subyek sehingga permohonan Pemohon yang demikian menjadikan cacat formil, sebagaimana Putusan Mahkamah Agung RI No. 612 K/Sip/1975 yang dalam putusannya dinyatakan tidak diterima karena subyek hukum gugatan tidak lengkap (plurium litis consortium); 2) Bahwa Hakim Pengadilan Negeri, Niaga Semarang telah salah dan keliru dalam penerapan hukumnya dengan tidak mempertimbangkan perihal keberatan Termohon Pailit I dan II (Para Pemohon Kasasi) dalam hal permohonan Pailit, hal mana dengan mendasarkan UU No. 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah sebagaimana pasal 6 jo pasal 20, Apabila debitur cidera janji maka pemegang hak tanggungan dapat menjual objek hak tanggungan melalui pelelangan umum, dalam hal ini melalui kantor Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) Surakarta bukan dengan melalui permohonan pailit. b. Bahwa dengan demikian Hakim Pengadilan Negeri, Niaga Semarang yang tidak mempertimbangkan keberatan para Termohon Kasasi sehubungan dengan UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah telah melanggar ketentuan hukum yang berlaku 1) Bahwa Hakim Pengadilan Negeri, Niaga Semarang telah salah dan keliru dalam penerapan hukumnya perihal dengan tidak dipertimbangkannya keberatan para Termohon Pailit/para Pemohon Kasasi sehubungan dengan syarat permohonan Pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit/Termohon Kasasi, yaitu sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

54 Republik Indonesia No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, yaitu bukti yang diajukan Pemohon Pailit/ Termohon Kasasi (Vide bukti P.35) bersifat hanya informasi tentang konfirmasi yang diperoleh dari PT. Bank UOB Indonesia atas permintaan PT. Bank Internasional Indonesia (Pemohon Pailit/ termohon Kasasi) dan bukan merupakan keterangan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sebagaimana Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.26 K/ N/1999 tanggal 31 Agustus 1999; 2) Bahwa konfirmasi tersebut di atas tidak mutakhir dan akurat, karena data tentang kerditor lain tersebut diperoleh sebelum perkara a quo diajukan, hal mana perkara permohonan pailit diajukan tanggal 19 Maret 2012 sementara surat konfirmasi dari PT. Bank UOB Indonesia dikeluarkan pada tanggal 31 Januari 2012; sehubungan dengan hal ini Termohon Pailit setuju dan sependapat dengan Putusan Mahkamah Agung No. 26 K/N/1999tanggal 31 Agustus 1999: (a) Informasi adanya kreditor lain diperoleh dari Bank Indonesia, maka Informasi tertulis dari Bank Indonesia tersebut harus ditandatangani oleh Bank Indonesia (b) Bank Indonesia harus didengar keterangannya di muka persidangan dengan sumpah untuk menguatkan keterangannya tentang adanya kreditor lain (c) Data tentang adanya kreditor lain yang diperoleh dari Bank Indonesia tersebut harus merupakan data yang mutakhir dan akurat; (d) Kreditor lain itu harus hadir dalam persidangan Pengadilan Niaga. Kehadiran Kreditor lain dalam persidangan tersebut menunjukkan kreditor tersebut memperjuangkan kepentingannya.

55 c. Bahwa dengan demikian syarat untuk mengajukan permohonan pailit sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) tidak terpenuhi, oleh karenanya harus ditolak; 1) Bahwa selain hal tersebut Hakim Pengadilan Negeri, Niaga Semarang telah salah dan keliru perihal pertimbangan hukumnya bukti Pemohon Pailit/ Termohon Kasasi (vide bukti P-35, P-36, P-37 dan P-38) tidak ditandatangani oleh Bank Indonesia dan Bank Indonesia tidak didengar keterangannya di muka persidangan, dengan demikian dalam perkara a quo adanya kreditur lain tidak dibuktikan oleh Pemohon Pailit/Termohon Kasasi menurut syarat-syarat pembuktian yang ditetapkan oleh Putusan Mahkamah Agung No. 44 K/ N/1999, yang antara lain : (a) Data BI tentang adanya kreditur lain harus akurat dan tidak diperoleh sebelum pengajuan Permohonan Kepailitan di Pengadilan Niaga (b) BI wajib hadir di persidangan untuk memperkuat alasanya. 2) Bahwa Hakim Pengadilan Negeri, Niaga Semarang telah salah dan keliru dalam penerapan hukumnya yang menyatakan somasi dan peringatan tentang adanya hutang bukan merupakan syarat yang di isyaratkan permohonan Pailit, hal mana pertimbangan hukum yang demikian sangat keliru dan salah serta menyalahi ketentuan peraturan yang berlaku, hal mana secara nyata dan jelas syarat mutlak untuk pengajuan permohonan pailit harus memenuhi syarat dapat ditagih dan secara fakta para Termohon Pailit/ para Pemohon Pailit tidak pernah menerima peringatan/somasi dari Pemohon Pailit/Termohon Kasasi, hanya menerima appraisal CV. Mahkota Mas Pratama (Vide.bukti T1 dan T2. 1;

56 3) Bahwa sebagaimana pengakuan Pemohon Pailit/Termohon Kasasi sehubungan dengan jumlah hutang pokok dan tunggakan pokok para Termohon Pailit/Para Pemohon Kasasi sebesar Rp. 300.094.960,00 (tiga ratus juta sembilan puluh empat ribu sembilan ratus enam puluh Rupiah) adalah merupakan bukti yang sempurna; 4) Bahwa sebagaimana ketentuan pasal 174 HIR, pengakuan yang diberikan di depan sidang pengadilan (dimuka hakim/gerechtelijke bekentenis) menjadi bukti yang sempurna baik diucapkan sendiri, baikpun diucapkan orang yang istimewa dikuasakan untuk melakukannya 5. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung a. Menimbang, bahwa terhadap dari alasan-alasan kasasi tersebut Mahkamah Agung berpendapat: 1) Bahwa alasan-alasan kasasi dari Pemohon Kasasi I dan II dapat dibenarkan, Judex Facti salah dalam menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) Bahwa pengabulan permohonan kepailitan adalah merupakan upaya terakhir (Ultimatum Remedium) dalam upaya penyelesaian hutang Debitur kepada Kreditur; (b) Bahwa dalam perkara a quo hutang piutang antara Termohon Pailit dengan Pemohon Pailit dijamin dengan hak tanggungan; (c) Bahwa cara penyelesaian suatu hubungan hutang piutang yang diikat dengan SHT dan APHT telah diatur dalam undang-undang Hak Tanggungan yaitu dengan pelelangan objek hak tanggungan; (d) Bahwa oleh karena pelelangan objek hak tanggungan belum pernah ditempuh oleh pihak Kreditur, dimana belum diketahui hasilnya apakah atas hutang tersebut

57 bisa dilunasi ataukah tidak, maka diajukannya permohonan pailit masih sangat prematur (e) Bahwa dengan demikian, upaya pengajuan pailit dalam perkara a quo adalah tidak tepat karena masih ada upaya pelunasan dengan cara melelang objek tanggungan yang telah dijamin dengan SHT atas dasar APHT yang belum ditempuh oleh Kreditur, sehingga dapat disimpulkan upaya yang ditempuh oleh Pemohon Pailit tidak dilandasi suatu itikad baik dalam penyelesaian hubungan hutang piutang tersebut, melainkan bertujuan untuk kematian perdata bagi Termohon Pailit agar yang bersangkutan menjadi tidak berdaya dalam melakukan usaha apapun di bidang perdagangan, sebagai akibat dikabulkannya kepailitan ini Judex Factie; b. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon kasasi I: Tn. JUNG DIANTO dan Pemohon Kasasi II: Ny. LILY ERIANI BUDIONO tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang, No. 02/Pailit/2012/ PN.Niaga.Smg., tanggal 11 Juni 2012, tersebut serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang di bawah ini; c. Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi berada di pihak yang kalah, maka ia dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini d. Memperhatikan pasal-pasal dari Peraturan Mahkamah Agung No. 37 Tahun 2004, Undang-Undang No. 48 Tahun 2009, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang- Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-

58 Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan 6. Amar Putusan Kasasi Mahkamah Agung M E N G A D I L I: Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I: Tn. JUNG DIANTO dan Pemohon Kasasi II: Ny. LILY ERIANI BUDIONO, tersebut dan Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang, No.02/Pailit/2012/ PN.Niaga.Smg., tanggal 11 Juni 2012; MENGADILI SENDIRI: Menolak permohonan pernyataan pailit dari Pemohon Pailit untuk seluruhnya dan Menghukum Termohon Kasasi/Pemohon Pailit untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta Rupiah). B. Hasil Pembahasan 1. Ratio Decidendi (Pertimbangan Hukum) Hakim oleh Hakim Agung Mahkamah Agung dalam membatalkan Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Semarang Pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung tidak memeriksa kembali perkara yang bersangkutan melainkan hanya memeriksa terhadap penerapan hukum yang dilakukan oleh judex factie (pengadilan pertama yang memeriksa bukti-bukti dan fakta, memutus dan menyelesaikan perkara), apakah benar atau salah dalam menerapkan hukum. Pertimbangan Hakim adalah alasan atau argumen Hakim dalam memutus suatu perkara. Di dalam hal ini sebelum memeriksa dan memutus pokok perkara, Majelis Hakim harus terlebih dahulu mempelajari permohonan kepailitan yang diajukan oleh pemohon. Mencermati putusan pengadilan, ratio decidendi berdiri sebagai dasar hukum atas dasar putusan dijatuhkan. Ratio decidendi secara hukum

59 mengikat pengadilan yang lebih rendah melalui doktrin "stare decisis"(untuk mengikuti apa yang telah diputuskan terdahulu), tidak seperti obiter dicta (ketentuan untuk tidak mengikuti putusanterdahulu), seperti komentar yang dibuat sehubungan dengan kasus yang mungkin relevan atau menarik, tetapi tidak menarik dari keputusan hukum. (http://www.miftakhulhuda.com/2011/03/ratiodecidendi.html.6 mei 2016. pukul 03.45) Amar putusan yang dituangkan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. Hakim Mahkamah Agung mengabulkan alasan permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi, yang dalam hal ini sebelumnya adalah Debitor Pailit, dengan membatalkan Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Semarang yang menyatakan Debitor dalam keadaan pailit. Adapun pertimbangan Majelis Hakim pada Mahkamah Agung yang mengabulkan permohonan kasasi dan menyatakan pembatalan terhadap putusan pernyataan pailit tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengabulan Permohonan Kepailitan dalah Merupakan Upaya Terakhir (Ultimatum Remedium) Dalam Upaya Penyelesaian Hutang Debitur Kepada Kreditur; Suatu putusan pengadilan haruslah memuat asas-asas yang mesti ditegakkan agar putusan yang dijatuhkan tidak mengandung cacat salah satunya mengenai asas memuat dasar alasan yang jelas dan rinci. Menurut asas ini putusan yang di jatuhkan harus berdasarkan pertimbangan yang jelas dan cukup. Putusan yang tidak memenuhi ketentuan dikategorikan putusan yang tidak cukup pertimbangan atau onvoldoende gemotiveerd. Alasan-alasan hukum yang menjadi pertimbangan bertitik tolak dari ketentuan Pasal-Pasal tertentu peraturan perundang-undangan, hukum kebiasaan, yurisprudensi, atau doktrin hukum.

60 Permohonan pernyataan pailit adalah upaya terakhir atau Ultimatum Remedium dalam penyelesaian utang Debitor kepada Kreditor karena perjanjian utang-piutang yang dilakukan antara Debitor dengan Kreditor dalam perkara ini telah dijamin dengan Hak Tanggungan. Untuk itu, cara penyelesaian suatu hubungan utangpiutang yang diikat dengan Sertifikat Hak Tanggungan (SHT) dan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) telah diatur dalam UUHT yaitu dengan pelelangan objek Hak Tanggungan. Putusan pengadilan haruslah memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan dan mencantumkan Pasal-Pasal peraturan perundang-undangan tertentu yang bersangkutan dengan perkara yang diputus atau berdasarkan hukum yang tidak tertulis atau yurisprudensi atau doktrin hukum. Putusan yang tidak cukup pertimbangan adalah masalah yuridis dan dapat dibatalkan pada pemeriksaan di tingkat atasnya. Pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu perkara sangat penting karena berkaitan dengan tuntutan yang diajukan oleh para pihak yang berperkara. Pertimbangan Majelis Hakim pada Mahkamah Agung tersebut merupakan bantahan terhadap pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang memberikan pertimbangan dalam putusan pernyataan pailit bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 8 angka 4 UUKPKPU karena telah terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) telah terpenuhi yaitu adanya 2 (dua) kreditor atau lebih dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih maka permohonan pernyataan pailit beralasan dan haruslah dikabulkan serta Para Termohon Pailit harus dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya. Pada perkara kepailitan ini, Debitor Pailit telah menjaminkan utangnya dengan objek HT (Hak Tanggungan) sehingga secara

61 otomatis dalam hal ini merubah kedudukan hukum Kreditor menjadi Kreditor Separatis. Kreditor Separatis adalah kreditor pemegang jaminan kebendaan berdasarkan Pasal 1134 ayat (2) KUH Perdata yaitu Gadai dan Hipotik. Kreditor separatis ini dipisahkan dan tidak termasuk dalam pembagian harta debitor pailit, Kreditor Separatis pun dapat melakukan eksekusi lelang secara langsung seolah tidak terjadi kepailitan. Penyelesaian utang-piutang antara Debitor dan Kreditor Separatis yang dijamin dengan Hak Tanggungan telah diatur dalam UUHT yaitu dalam Pasal 6 jo. Pasal 20 UUHT bahwa apabila debitor cidera janji maka pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan. Kreditor Separatis tersebut mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu terlebih dahulu dari pada kreditorkreditor lain sedangkan sisa dari hasil penjualan adalah menjadi hak untuk pemberi Hak Tanggungan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit kepada Termohon Pailit ke Pengadilan Niaga merupakan permohonan yang tidak tepat. Selain itu Hakim Pengadilan Niaga semarang pada Pengadilan Negeri semarang dapat dikatakan telah salah menerepkan Hukum, hal ini dapat dilihat dengan dikabulkannya Permohonan Pailit oleh Kreditor yang mana Majelis Hakim berpendapat bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 8 angka 4 UUKPKPU, Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi. Persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) telah terpenuhi yaitu adanya 2 (dua) kreditor atau lebih dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh

62 waktu dan dapat ditagih maka permohonan pernyataan pailit beralasan dan haruslah dikabulkan serta Para Termohon Pailit harus dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya. Majelis Hakim tidak memperhatikan bahwa telah terjadi peletakan objek dengan menggunakan HT (Hak Tanggungan) yang mana apabila dalam hal perjanjian utang piutang tersebut diketahui adanya peletakan obyek dengan HT (Hak Tanggungan), maka Kreditor Separatis seharusnya melaksanakan upaya hukum yang menjadi haknya terlebih dahulu yaitu dengan menjual objek Hak Tanggungan dengan cara pelelangan umum yaitu melalui Kantor Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) sesuai dengan ketentuan Pasal 6 jo. Pasal 20 UUHT. Apabila nantinya hasil dari pelelangan tersebut tidak mencukupi maka selanjutnya Kreditor Separatis dapat mengajukan permohonan penyataan pailit ke pengadilan niaga. Permohonan pernyataan pailit adalah merupakan upaya terakhir (Ultimatum Remedium) dalam penyelesaian utang Debitor kepada Kreditor karena perjanjian utang-piutang yang dilakukan antara Debitor dengan Kreditor dalam perkara ini telah dijamin dengan Hak Tanggungan, untuk itu tidak seharusnya Majelis Hakim Pengadilan Niaga Semarang pada Pengadilan Negeri Semarang mengabulkan permohonan Pailit yang masih Prematur. b. Upaya Yang Ditempuh Oleh Pemohon Pailit Tidak Dilandasi Suatu Itikad Baik Dalam Penyelesaian Hubungan Hutang Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor atau kreditor ke pengadilan niaga haruslah berlandaskan itikad baik, karena adanya status pailit akan mengakibatkan kematian keperdataan bagi seseorang. UUKPKPU telah menjelaskan dibeberapa ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas keseimbangan yaitu di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh Debitor yang tidak jujur. Dalam

63 perkara utang-piutang antara Debitor dan Kreditor ini pelelangan objek Hak Tanggungan belum pernah ditempuh oleh Kreditor. Untuk itu, belum diketahui hasilnya apakah atas utang tersebut bisa dilunasi ataukah tidak maka diajukannya permohonan pernyataan pailit masih sangat prematur atau terlalu awal. Tujuan utama dikeluarkannya UUKPKPU adalah untuk menghindari adanya kreditor yang ingin mendapatkan hak istimewa yang menuntut haknya dengan cara menguasai sendiri barang milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau kreditor lainnya dan menghindari adanya kecurangan yang dilakukan oleh debitor sendiri serta membagikan harta debitor secara adil dan seimbang menurut besar atau kecilnya piutang masing-masing kreditor ( Jono, 2013: 3). Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit tersebut dengan demikan dapat dinyatakan berlandaskan pada itikad tidak baik karena dalam hal ini debitor sama sekali tidak memperhatikan pada adanya asas keseimbangan dan tujuan utama dikeluarkannya UUKPKPU, yang mana seharusnya upaya penyelesaian utang-piutang antara Debitor dengan Kreditor tersebut harus ditempuh melalui pelelangan objek Hak Tanggungan terlebih dahulu. Memperhatikan pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim di atas, Majelis Hakim pun berpendapat bahwa Permohonan Pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit dianggap premature dan berlandaskan itikad tidak baik, hal ini dapat dilihat dari Utang-piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan sebagaimana ditentukan dalam UUHT seharusnya terlebih dahulu dilakukan upaya pelelangan umum yaitu melalui Kantor Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) Surakarta. Apabila hasil dari pelelangan itu tidak mencukupi untuk membayar utang maka proses kepailitan melalui pengadilan niaga dapat ditempuh oleh Kreditor sebagai upaya terakhir dalam

64 penyelesaian utang Debitor. Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit tersebut dapat dikatakan dilandasi oleh itikad tidak baik karena tidak memperhatikan asas keseimbangan dan tujuan utama dikeluarkannya UUKPKPU. Putusan Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung ditingkat kasasi hanya memeriksa terhadap Judex Juris dari pengadilan niaga dan tidak terhadap peristiwa pembuktian sebagaimana kedudukan judex facti maka Mahkamah Agung menentukan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Niaga telah salah dalam menerapkan hukum yang berlaku karena tidak memperhatikan ketentuan yang terdapat dalam UUKPKPU dan UUHT. 2. Akibat Hukum atas Pembatalan Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Semarang Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. telah mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari Pemohon Pailit dan menyatakan Debitor, yaitu Tuan Jung Dianto dan Nyonya Lily Eriani Budiono berada dalam keadaan pailit. Sejak tanggal putusan pernyataan pailit itu diucapkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga, Debitor Pailit demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai serta mengurus hartanya yang termasuk sebagai harta pailit sebagaimana ketentuan Pasal 24 Ayat (1) UUKPKPU, Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. Atas putusan tersebut, Debitor Pailit kemudian mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung. Berdasarkan Putusan Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. Majelis Hakim pada Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi dan membatalkan Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga tersebut. Pembatalan putusan ini demi hukum merubah status hukum Debitor Pailit menjadi tidak pailit dan tugas pengampuan

65 oleh Kurator yang telah mengambil alih hak perdata dari Debitor Pailit dalam mengurus hartanya harus diserahkan kembali seperti keadaan sebelum dinyatakan pailit. Adanya pembatalan putusan pernyataan pailit memiliki akibat hukum bagi Debitor Pailit dan tugas Kurator dalam mengurus harta pailit yaitu sebagai berikut: a. Berubahnya Kedudukan Hukum Debitor Pailit Menjadi Tidak Pailit Kedudukan hukum Tuan Jung Dianto dan Nyonya Lily Eriani Budiono pada awalnya seperti yang sudah dinyatakan dalam Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Semarang Majelis Hakim Pengadilan Niaga Semarang telah mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari Pemohon Pailit dan menyatakan Debitor dalam hal ini Tuan Jung Dianto dan Nyonya Lily Eriani Budiono berada dalam keadaan pailit. Putusan pernyataan pailit itu diputus dan diucapkan Majelis Hakim dalam sidang yang terbuka untuk umum pada tanggal 11 Juni 2012. Setelah berubah kedudukan menjadi Debitor Pailit sejak saat itu pula Debitor Pailit demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk ke dalam harta pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 24 Ayat (1) UUKPKPU. Setelah merasa tidak puas dengan putusan Pengadilan Niaga Semarang, Debitor Pailit pun mengajukan upaya hukum Kasasi ke Mahkamah Agung atas putusan pernyataan pailit tersebut. Selanjutnya sesuai kewenangan Mahkamah Agung yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat Kasasi, Majelis Hakim pada Mahkamah Agung akhrinya menjatuhkan Putusan Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. pada tanggal 12 September 2012, yangmana Putusan tersebut Majelis Hakim mengabulkan permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi atau dalam hal ini Debitor Pailit dan menyatakan pembatalan terhadap Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Semarang. Selain itu, Majelis

66 Hakim juga mengadili sendiri perkara tersebut dengan memberikan putusan bahwa permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit dinyatakan ditolak. Berdasarkan putusan Putusan Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012 yang telah ditetapkan oleh Majelis Hakim pada Mahkamah Agung tersebut menyatakan bahwa pembatalan terhadap putusan pernyataan pailit itu mengakibatkan kedudukan Debitor Pailit demi hukum tidak lagi berada dalam keadaan pailit atau harus dipulihkan pada keadaan semula. b. Selesainya Tugas Kurator dalam hal Pengurusan dan Pemberesan atas Harta Debitor Pailit Berdasarkan Putusan Pernyataan Pailit Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. yang diucapkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada tanggal 11 Juni 2012 telah mengangkat 1 (satu) orang Hakim Pengawas yaitu Noor Ediyono dan 2 (dua) orang Kurator yaitu Wenang Noto Buwono dan Muhammad Dipa Yustia Pasa. Pengangkatan Kurator oleh Hakim Pengadilan Niaga tersebut telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 15 Ayat (3) dan Pasal 70 Ayat (2) UUKPKPU. Kurator dalam UUKPKPU dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu Balai Harta Peninggalan (BHP) dan Kurator orang perseorangan. Kurator yang diangkat oleh pengadilan niaga harus bersifat independen, atau tidak mempunyai kepentingan apapun berkaitan dengan Debitor atau Kreditor serta tidak menangani perkara kepailitan dan PKPU lebih dari 3 (tiga) perkara yang sedang berjalan dan untuk Kurator orang perorangan haruslah berdomisili di Indonesia dan mempunyai keahlian khusus dalam bidang pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit serta terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Putusan pernyataan pailit tersebut apabila dibatalkan sebagai akibat dari adanya putusan Kasasi maka segala perbuatan

67 pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit yang telah dilakukan oleh Kurator, sebelum atau pada tanggal Kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tersebut adalah tetap sah dan mengikat bagi Debitor. Perbuatan Kurator tersebut tidak dapat digugat di pengadilan manapun sebagaimana ketentuan dalam Pasal 16 Ayat (2) UUKPKPU, dalam hal suatu putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya kasasi atau peninjauan kembali, segala perbuatan yang telah dilakukan oleh Kurator sebelum atau pada tanggal Kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 tetap sah dan mengikat Debitor.. Pembatalan putusan pailit tersebut menyebabkan adanya kewajiban Kurator untuk mengumumkan putusan kasasi yang membatalkan putusan pernyataan pailit dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian.berdasarkan Pasal tersebut diatas maka apa yang dilakukan oleh Kurator dalam hal membereskan dan mengurus harta dari Debitor Pailit sebelum adanya Putusan Kasasi sudah sah, tetapi sejak Kurator Menerima pemberitahuan pembatalan putusan tersebut tugas pengampuan yang dilakukan oleh Kurator dalam hal pengurusan dan/atau pemberesan harta pailitpun turut berakhir Berdasarkan akibat-akibat hukum di atas, dapat dinyatakan bahwa pembatalan putusan pernyataan pailit yang dilakukan oleh Mahkamah Agung memberikan akibat hukum bagi status hukum Debitor yang telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga harus dipulihkan dalam keadaan semula yang artinya Debitor Pailit tidak lagi berada dalam keadaan pailit dan memiliki hak untuk mengurus seluruh hartanya kembali. Kurator yang diberikan hak untuk mengurus harta Debitor Pailit menjadi kehilangan kewenangan atas pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit tersebut dan dikembalikan kepada Debitor Pailit. Tugas dan kewenangan

68 Kurator dalam pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit yang telah dilakukan sejak ditetapkan dalam putusan pernyataan pailit tersebut maka menjadi berakhir setelah adanya pemberitahuan tentang pembatalan putusan pernyataan pailit dan Kurator berhak untuk menerima imbalan jasa dari Termohon Kasasi yang bertanggung jawab pula terhadap biaya-biaya kepailitan yang ditimbulkan dalam perkara kasasi. c. Adanya Restitutie in Integrum sebagai Akibat Pembatalan Putusan Pailit oleh Mahkamah Agung Putusan pailit oleh Pengadilan Niaga berlaku secara serta merta atau disebut juga Uitvoerbaar Bij Voorraad (UVB) yang artinya Eksekusi dari putusan tersebut dapat tetap dilaksanakan meskipun adanya upaya hukum dari Putusan pailit. Sejak saat putusan pailit dibacakan maka status atau kedudukan hukum Debitor berubah menjadi Pailit, akan tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan Debitor Pailit untuk melakukan upaya hukum, salah satu upaya hukum yang dapat dilakukan adalah Kasasi. Perkara kepailitan tidak dimungkinkan upaya banding, hal ini sudah diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UUKPKU, Upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung. Ditingkat Kasasi putusan pernyataan pailit kemudian dibatalkan, maka status atau kedudukan hukum Debitor Pailit pun berubah menjadi Tidak Pailit. Segala perbuatan yang telah dilakukan oleh Kurator sebulum adanya putusan pembatalan pailit tetap dianggap sah. Setelah menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan pernyataan pailit, selanjutnya Kurator wajib mengiklankan pembatalan pernyataan pailit tersebut dalam surat kabar. Putusan pailit oleh Pengadilan Niaga yang bersifat Uitvoerbaar Bij Voorraad (UVB) tersebut sebenarnya

69 menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu Adanya Restitutie in Integrum yaitu Kekacauan dalam masyarakat yang harus dipulihkan pada keadaan semula. Hal ini bisa menjadikan kerugian tersendiri bagi Debitor, karena pada kenyataannya tidak semua kekacauan akibat putusan pernyataan pailit dapat dipulihkan seperti semula. Menyangkut nama baik, hal tersebut masih dapat dipulihkan seperti semula, tetapi berkaitan dengan harta yang seudah dilelang dan sudah menjadi hak milik orang lain, hal tersebut akan menimbulkan konflik baru apabila Kurator meminta atau mengambil kembali hasil lelang tersebut. Hukum harus memerankan fungsinya sebagai sarana penyelesaian konflik pun dalam hal ini masih dinilai kurang bisa menyelesaikan permasalahan yang terjadi terkait adanya Restitutie in Integrum ini.