BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif dengan menggunakan model evaluasi Three Dimensional Cube pengembangan Hammond. Evaluasi Three Dimensional Cube digunakan dengan pertimbangan bahwa evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi ketercapaian tujuan program dan menganalisis faktor keberhasilan ataupun kegagalan program. Hammond berpendapat bahwa keberhasilan atau kegagalan program tidak terlepas dari interaksi antar komponen program. Hammond membagi komponen program ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi instruksional, Institutional, dan behavior. Dimensi instruksional mendeskripsikan program dari variabel organisasi, konten, metodologi, fasilitas dan biaya. Dimensi Institutional menggambarkan variabel siswa, guru, administrator, spesialis pendidikan, keluarga, dan komunitas. Dimensi behavior digambarkan dari variabel kognitif, afektif dan psikomotor. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang mana lembaga tersebut merupakan penyelenggara program pelatihan In House Training 181
(IHT) untuk meningkatkan kompetensi para guru di sekolah tersebut. Penelitian mengenai evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 akan dilakukan dari bulan Juli 2016 Desember 2016. 3.3. Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat sebuah variabel bebas, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi program pelatihan IHT, dan sebuah variabel terikat, yaitu keberhasilan program IHT. Untuk menghindari salah penafsiran, maka definisi operasional pada penelitian yang berjudul Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini antara lain: 1. Keberhasilan Program IHT (In House Training) Keberhasilan program IHT dapat diukur melalui ketercapaian tujuan dari pelaksanaan IHT. Adapun salah satu tujuan khusus dari pelaksanaan IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 adalah meningkatkan kompetensi guru yang meliputi perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tujuan pelatihan IHT yang diukur setelah 3 tahun sejak pelatihan IHT dilaksanakan. Sejalan dengan model evaluasi yang dikembangkan oleh Hammond, maka kompetensi guru diukur melalui dimensi behavior, yang meliputi 182
kognitif, psikomotor, dan afektif. Adapun kisi-kisi dari keberhasilan program IHT dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Kisi-kisi Keberhasilan Program IHT Variabel Sub Variabel Indikator Keberhasilan program IHT 1. Kognitif 1. Menambah pengetahuan dan wawasan 2. Mengaplikasikan pengetahuan 2. afektif 3. Mendukung misi sekolah 4. Peningkatan minat mengajar pada pelatihan 5. Peningkatan ketertiban dalam melaksanakan ibadah 6. Penyesuaian diri dalam organisasi 3. psikomotor 7. Kemampuan memberi penilaian hasil belajar siswa sesuai K-13 8. Kemampuan melakukan diversifikasi model dan metode pembelajaran 9. Kemampuan membuat inovasi teknologi dalam pembelajaran 10. Penggunaan bahan ajar yang bervariasi 11. Merencanakan pengembangan karir akademik berbasis prestasi 12. Penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris 13. Meningkatkan praktek religiusitas 14. peningkatan prestasi guru 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program IHT Penelitian ini juga berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan IHT yang diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun 2013/2014. Sehubungan dengan penggunaan model evaluasi yang dikembangkan oleh Hammond, maka faktor-faktor tersebut dikelompokkan dan diukur melalui dimensi 183
instructional, dan institutional. Dimensi instructional meliputi organisasi, konten, metodologi, fasilitas, dan biaya. Dimensi institutional meliputi pemateri, pelatihan, administrator atau panitia, spesialis pendidikan, keluarga, dan komunitas. Adapun kisikisi dari faktor-faktor yang mempengaruhi program pelatihan IHT dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Kisi-kisi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program IHT Variabel Sub Variabel Indikator Faktor-faktor yang Mempengaruhi program IHT 1. Organisasi 1. kesesuaian materi pelatihan terhadap level 2. pengurutan materi dari mudah ke sulit 3. pembagian durasi waktu dalam satu materi 2. Materi/ konten 4. pemilihan topik yang diberikan dalam pelatihan 5. Kesesuaian topik dengan kebutuhan guru 3. Metode 6. Pemilihan metode penyampaian materi 7. Kesesuaian metode penyampaian materi 8. Penggunaan tipe interaksi 9. Penggunaan teori belajar mengajar dalam pelatihan 4. Fasilitas 10. Pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT (ruangan, media, dll) 5. Biaya 11. penggunaan biaya 6. Instruktur/ pemateri 12. kualifikiasi pemateri 13. Penguasaan materi pelatihan 14. Kejelasan penyampaian materi pelatihan 15. Memberi kesempatan untuk bertanya dan kejelasan jawabannya 7. Peserta 16. Data (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama masa kerja, kelas yang diampu) 17. Motivasi mengikuti pelatihan 8. administrator 18. pemilihan panitia pelatihan / panitia 19. kualifikasi panitia 9. spesialis 20. keterlibatan spesialis pendidikan 184
Variabel Sub Variabel Indikator pendidikan dalam pelatihan 10. Keluarga dan komunitas 21. Bentuk dukungan dari keluarga dan komunitas 3.4. Sumber Informasi Data dalam penelitian ini didapat dari beberapa sumber. Adapun sumber informasi dalam evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 ini adalah Wakil Kepala Sekolah, panitia penyelenggara pelatihan, dan guru sebagai pelatihan. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, angket, dan studi dokumen. Sesuai dengan penggunaan model evaluasi Three Dimensional Cube Hammond, maka kisi-kisi teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kisi-kisi Pengumpulan Data Kategori Dimensi Instructional Indikator Organisasi - kesesuaian materi pelatihan terhadap level - pengurutan materi dari mudah ke sulit - pembagian durasi waktu dalam satu materi Konten/ materi - pemilihan topik yang diberikan dalam pelatihan instrumen W A D Sumber data Panitia Panitia Panitia Panitia 185
Kategori Dimensi Institutional Dimensi behavior Indikator - kesesuaian topik dengan kebutuhan guru Metodologi - pemilihan metode penyampaian materi - kesesuaian metode penyampaian materi instrumen Sumber W A D data Panitia, Panitia, Panitia, - penggunaan tipe interaksi - penggunaan teori belajar dalam pelatihan Fasilitas - Pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT (ruangan, media, dll) Panitia, Biaya - penggunaan biaya Panitia Pemateri - kualifikiasi pemateri Panitia - penguasaan materi pelatihan Peserta - kejelasan penyampaian materi Peserta pelatihan - memberi kesempatan untuk Peserta bertanya dan kejelasan jawaban pelatihan - data (usia, jenis kelamin, Peserta pendidikan terakhir, lama masa kerja, kelas yang diampu) - motivasi mengikuti pelatihan Peserta administrator/ panitia - pemilihan panitia pelatihan Panitia waka spesialis pendidikan - keterlibatan spesialis pendidikan Panitia dalam pelatihan Keluarga - bentuk dukungan keluarga terhadap Peserta program pelatihan Komunitas - bentuk dukungan komunitas terhadap program pelatihan Peserta Kognitif - menambah pengetahuan dan Peserta wawasan - mengaplikasikan pengetahuan Peserta 186
Kategori Indikator instrumen Sumber W A D data Afektif - mendukung misi sekolah - peningkatan minat mengajar pada pelatihan Waka, Panitia, - peningkatan ketertiban dalam melaksanakan ritual ibadah - penyesuaian diri dalam organisasi sekolah Psikomotor - kemampuan memberi penilaian hasil belajar siswa sesuai K13 - kemampuan melakukan diversifikasi model dan metode pembelajaran - kemampuan melakukan inovasi teknologi dalam pembelajaran - penggunaan bahan ajar yang bervariasi - merencanakan pengembangan karir akademik berbasis prestasi - penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris Waka, Panitia, Waka, Panitia, Peserta Peserta Waka, Panitia, Waka, Panitia, Waka, Panitia, - meningkatkan praktek religiusitas Peserta - peningkatan prestasi guru Waka, Panitia Berdasarkan Tabel 3.3, tampak bahwa terdapat lima variabel dalam dimensi instructional, yaitu variabel organisasi, konten, metodologi, fasilitas, dan biaya. Sumber data dari variabel dalam dimensi instructional ini adalah panitia, wakil kepala sekolah dan pelatihan. Data dikumpulkan melalui wawancara, studi dokumen dan angket. Data yang berasal dari panitia 187
meliputi variabel organisasi, konten, metodologi, fasilitas, dan biaya melalui teknik data berupa wawancara dan studi dokumen. Data yang berasal dari pelatihan meliputi variabel organisasi, konten, metodologi, dan fasilitas melalui angket. Dimensi Institutional terdiri dari variabel pemateri,, administrator/panitia, spesialis pendidikan, keluarga dan komunitas. Data dari dimensi ini diperoleh dari panitia dan pelatihan. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengambil data pada variabel ini adalah wawancara dan angket. Data yang diperoleh dari wakil kepala sekolah adalah data mengenai variabel administrator/panitia melalui wawancara. Data dari panitia merupakan data dari Variabel siswa, guru, administrator, dan spesialis pendidikan melalui wawancara dan studi dokumen. Sedangkan data yang berasal dari adalah data dari variabel pemateri, keluarga dan komunitas melalui angket. Dimensi behavior meliputi variabel kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimensi ini merupakan tujuan dari pelatihan yang dikelompokkan dalam variabel kognitif, afektif dan psikomotor. Data mengenai ketiga variabel tersebut diperoleh dari wakil kepala sekolah, panitia, dan pelatihan. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara, studi dokumen dan angket. Data yang diperoleh dari wakil kepala sekolah 188
didapatkan melalui wawancara, data yang diperoleh dari panitia dikumpulkan melalui studi dokumen, dan data yang diperoleh dari didapatkan melalui angket. 3.4.1. Wawancara Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bertahap yang artinya pewawancara datang berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendiri dan dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam rangka menggali informasi sesuai dengan tujuan penelitian, maka jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstandar (unstandardized interview). Oleh karena itu pedoman wawancara yang digunakan merupakan garis-garis besar permasalahan yang diperoleh dari penelitian pendahuluan. Selain dari penelitian pendahuluan, pedoman wawancara juga diperoleh dari variabelvariabel dalam model evaluasi Three Dimensional Cube. 3.4.2. Angket Angket diberikan kepada guru selaku pelatihan. Angket yang digunakan merupakan kombinasi antara angket terbuka dan tertutup. Dengan angket tertutup, diharapkan dapat memudahkan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan karena jawaban sudah tersedia. Pada angket tertutup 189
tersebut digunakan skala yang menyatakan tingkat kepuasan terhadap beberapa faktor keberhasilan pelatihan (rating scale). Tingkat kepuasan tersebut dinyatakan dalam skala atau skor 1 sampai dengan 5. Skor 5 menunjukkan tingkat kepuasan sangat baik, skor 4 menunjukkan tingkat kepuasan baik, skor 3 menunjukkan tingkat kepuasan cukup, skor 2 menunjukkan tingkat kepuasan kurang baik, dan skor 1 menunjukkan tingkat kepuasan tidak baik. Adapun pada angket terbuka, diharapkan mengisi jawaban dengan menuliskan jawaban masingmasing di tempat yang disediakan agar didapat informasi yang mendalam. Sebelum digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu angket diujikan untuk mengetahui validitasnya. Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan angket dalam menjaring data. Uji validitas ini menggunakan korelasi Product Moment atau korelasi Pearson. Validitas suatu angket dapat ditentukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika rhitung lebih besar dari rtabel maka butir soal tersebut valid, sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka butir soal tersebut tidak valid. Nilai rtabel didapat dari tabel r Product Moment. Pada penelitian ini nilai rtabel yang digunakan adalah pada taraf signifikansi 5% dan N=13 (N adalah jumlah responden) sehingga 190
didapat nilai rtabel adalah 0,553. Sedangkan nilai rhitung dihitung dengan bantuan program komputer SPSS. Langkah pertama yang dilakukan untuk menghitung validitas dengan SPSS adalah dengan memasukkan data pada SPSS. Selanjutnya data dianalisis dengan mengeklik Analize Correlate Bivariate. Setelah muncul kotak dialog Bivariate Correlation seluruh data butir angket dan skor total dimasukkan ke kolom Variabels. Pada Correlation Coefficients dipilih model Pearson, pada Test of Significance dipilih Two-tailed, dan dicentang bagian Flag significant correlation untuk memberi tanda pada item-item yang memiliki korelasi dengan taraf signifikansi 5% atau 1%, kemudian klik OK. Berdasarkan penghitungan dengan bantuan SPSS tersebut maka didapat keputusan validitas item angket yang dirangkum pada tabel 3.4. No, Item Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Angket r tabel Try Out 1 Try Out 2 rhitung Keputusan rhitung Keputusan 2 0,553 0,686 Valid 0,669 Valid 3 0,553 0,745 Valid 0,816 Valid 4 0,553 0,752 Valid 0,643 Valid 5 0,553 0,688 Valid 0,657 Valid 6 0,553 0,682 Valid 0,701 Valid 7a 0,553 0,772 Valid 0,760 Valid 7b 0,553 0,717 Valid 0,715 Valid 7c 0,553 0,679 Valid 0,576 Valid 7d 0,553 0,616 Valid 0,608 Valid 191
No, Item r tabel Try Out 1 Try Out 2 rhitung Keputusan rhitung Keputusan 7e 0,553 0,536 Tidak Valid 0,561 Valid 7f 0,553-0,249 Tidak Valid 0,558 Valid 7g 0,553 0,596 Valid 0,613 Valid 7h 0,553 0,579 Valid 0,579 Valid 7i 0,553 0,567 Valid 0,602 Valid 7j 0,553 0,562 Valid 0,697 Valid 8a 0,553 0,759 Valid 0,754 Valid 8b 0,553 0,661 Valid 0,680 Valid 8c 0,553 0,827 Valid 0,838 Valid 8d 0,553 0,579 Valid 0,579 Valid 9 0,553 0,827 Valid 0,816 Valid 10 0,553 0,698 Valid 0,706 Valid 11 0,553 0,734 Valid 0,743 Valid 12 0,553 0,741 Valid 0,736 Valid 13 0,553 0,808 Valid 0,795 Valid 14 0,553 0,622 Valid 0,626 Valid 15 0,553 0,827 Valid 0,816 Valid 16 0,553 0,698 Valid 0,706 Valid 17 0,553 0,844 Valid 0,833 Valid 18 0,553 0,717 Valid 0,724 Valid 19 0,553 0,808 Valid 0,795 Valid 20 0,553 0,622 Valid 0,626 Valid 21 0,553 0,827 Valid 0,816 Valid 22 0,553 0,638 Valid 0,657 Valid 23 0,553 0,753 Valid 0,750 Valid 24 0,553 0,636 Valid 0,660 Valid 25 0,553 0,808 Valid 0,795 Valid 26 0,553 0,558 Valid 0,586 Valid 27 0,553 0,667 Valid 0,670 Valid 28 0,553 0,606 Valid 0,623 Valid 29 0,553 0,844 Valid 0,704 Valid 30 0,553 0,677 Valid 0,657 Valid 31 0,553 0,674 Valid 0,587 Valid 32 0,553 0,640 Valid 0,641 Valid 192
Berdasarkan Tabel 3.4, diketahui bahwa angket yang diujikan pada try out 1 terdapat dua item yang tidak valid. Oleh karena itu dua item tersebut direvisi kemudian angket diujikan kembali. Pada try out 2 terlihat bahwa seluruh item dinyatakan valid sehingga angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Selain validitas, angket juga perlu diuji nilai reliabilitasnya. Uji reliabilitas diperlukan untuk mengetahui konsistensi angket jika dilakukan berulangulang. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai Cronbach s Alpha lebih besar atau sama dengan 0,6 ( 0,6). Sebaliknya angket dikatakan tidak reliabel jika nilai Cronbach s Alpha lebih kecil dari 0,6 ( < 0,6). Pengujian reliabilitas angket pada penelitian ini dibantu dengan program SPSS. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan data pada SPSS. Kemudian dianalisis dengan mengeklik Analize Scale Reliability Analysis. Pada kotak dialog Reliability Analysis masukkan butir angket yang valid dan total skor ke dalam kolom Items, lalu klik tombol Statistics dan centang bagian Scale if item deleted, lalu klik Continue, kemudian OK. Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Cronbach's Alpha N of Items 0,755 44 193
Berdasarkan penghitungan dengan bantuan SPSS yang ditunjukkan tabel 3.5, diketahui bahwa jumlah item angket sebanyak 44 butir dengan nilai Cronbach s Alpha sebesar 0,755. Sesuai dengan teori yang ada bahwa nilai Cronbach s Alpha lebih dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa angket reliabel. 3.4.3. Studi dokumen Studi dokumen digunakan untuk mengetahui berbagai data yang berhubungan dengan Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Data yang perlu dikumpulkan melalui teknik studi dokumen antara lain: jadwal pelaksanaan, materi pelatihan, daftar, daftar panitia, dan halhal lain yang menunjang. 3.6. Keabsahan Data Selanjutnya untuk mengetahui keabsahan data digunakan trianggulasi data. Trianggulasi data yang digunakan adalah trianggulasi teknik. Trianggulasi teknik merupakan cara untuk mencocokkan data dari teknik pengumpulan data yang berbeda. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wawancara, angket dan studi dokumen. Akan tetapi apabila pada trianggulasi teknik tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik, maka digunakan pula trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber 194
digunakan untuk mengetahui keabsahan data dari sumber yang berbeda. Sumber data dalam penelitian ini meliputi, wakil kepala sekolah, guru, dan panitia IHT. 3.7. Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul baik kualitatif maupun kuantitatif selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Data angket yang bersifat ordinal dianalisis menggunakan three box method, yaitu data angket ditabulasi untuk dihitung nilai indeksnya, kemudian dikelompokkan ke dalam kategori yang sesuai dengan nilai indeksnya. Kategori yang digunakan menggunakan tiga kriteria, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Nilai indeks diperoleh melalui rumus berikut: Nilai indeks = ((%F1x1)+(%F2x2)+(%F3x3)+ (%F4x4)+ (%F5x5)) / 5 Dimana: F1 = frekuensi responden yang menjawab 1 F2 = frekuensi responden yang menjawab 2 F3 = frekuensi responden yang menjawab 3 F4 = frekuensi responden yang menjawab 4 F5 = frekuensi responden yang menjawab 5 Teknik skoring pada angket dalam penelitian ini tidak dimulai dari 0, melainkan dimulai dari angka 1 sampai dengan 5. Nilai indeks terendah jika seluruh 195
responden menjawab angka 1, maka diperoleh nilai sebesar 3,2. Sedangkan nilai indeks tertinggi jika seluruh responden menjawab angka 5, maka diperoleh nilai sebesar 16. Oleh karena itu, angka indeks yang dihasilkan akan dimulai dari angka 3,2 sampai 16,0 dengan rentang 12,8. Kriteria 3 kotak (three box method) digunakan untuk menentukan rentang indeks pada kategori rendah, sedang, atau tinggi. Penentuan ketiga kategori tersebut diperoleh dari rentang 12,8 dibagi 3 sehingga menghasilkan rentang 4,3. Berdasarkan perhitungan tersebut maka rentang untuk kategori rendah, sedang, dan tinggi adalah sebagai berikut: 3,2 7,4 = rendah 7,5 11,7 = sedang 11,8 16,0 = tinggi 196