II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit (sit asap atau sit angin) dan crepe, sedangkan dalam pengolahan karet bongkah (SIR) tidak menjadi masalah. Prakoagulasi pada lateks dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah aktifitas mikroorganisme, aktivitas enzim, iklim, budaya tanaman, dan jenis klon, pengangkutan, serta adanya kontaminasi dari luar. Untuk mencegah terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat. 2. Lateks harus segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak goncangan. 3. Lateks tidak boleh terkena langsung sinar matahari. 4. Kultur teknis pertanaman harus baikuntuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit. 5. Apabila usaha di atas masih kurang berhasil dapat digunakan bahan anti koagulun seperti amonia atau natrium-sulfit (Swardin, dkk., 1992). 4
A. Partikel dan Molekul Karet Partikel karet merupan kompartemen karet yang ada dalam sitisol sel pembuluh lateks. Pertikel karet berbentuk bola (sperical) dan berisi komponen yang homogen yaitu karet asal usul (ontogeni) partikel karet belum diketahui namun jika dilihat dari struktur dan biokimianya diduga berasal dari retikulum endoplasma. Partikel karet mempuyai persamaan yaitu lapis tunggal dan mengandung protein mioti pada permukaannya (Tistama, 2009). Karet mempunyai berat molekul tinggi dengan distribusi berat yang bervariasi. Distribusi berat molekul karet dari beberapa klon Hevea dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe antara lain : 1. Distribusi bimodal (berbentuk 2 puncak) tegas dengan tinggi puncak sama dan berdekatan. 2. Distribusi bimodal (berbentuk 2 puncak) dengan puncak molekular rendah dan kecil. 3. Distribusi unimodal (berbentuk 1 puncak) runcing dengan membentuk bahu (Tistama dan Sumarmadji, 2006). 5
B. Jenis Bahan Olah Karet Dalam rangka perbaikan mutu bahan olah karet pemerintah telah menetapkan satndart mutu bahan olah karet yang meliputi nilai kadar karet kering (KKK), kebersihan, dan ketebalanya. Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik, beberapa persyaratan teknis harus diikuti yaitu : 1. Tidak ditambah bahan-bahan non-karet. 2. Dibekukan dengan asam semut pada dosis yang tepat. 3. Segera digiling dalam keadaan segar. 4. Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung, serta tidak direndam. 1. Lump Mangkok Lum mangkok adalah lateks kebun yang dibiarkan menggumpal secara alamiah dalam mangkok. Pada musim penghujan, untuk mempercepat proses penggumpalan lateks dapat digunakan asam semut yang ditambahkan ke dalam mangkok. Pembuatan lum mangkok memiliki berbagai keuntungan, antara lain: 1. Kebutuhan tenaga relatif lebih sedikit dibanding metode pengolahan bahan olah karet lainnya. 2. Tidak ada resiko prakoagulasi. 3. Penanganannya mudah dan praktis 6
Beberapa kerugian dapat muncul, misalnya : 1. Masih ada kemungkinan tejadi manipulasi berat yang dilakukan dengan jalan menambahkan bahan-bahan non-karet. 2. Teknik pengukuran kadar karet kering yang akurat tidak mudah, karena tingkat kebersihan dan pemeraman lum mangkok yang beraneka ragam. 3. Terjadi penurunan mutu terutama nilai Plasticity Retention Index (PRI) dan laju vulkanisasi akibat penyimpanan tidak memenuhi syarat. 4. Tidak dapat dihasilkan karet remah dengan mutu prima. 2. Slab Tipis Slab tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lum mangkok yang dibekukan dengan asam semut di dalam bak pembeku yang berukuran 60 cm x 40 cm x 6 cm, tanpa perlakuan penggilingan. Proses pembuatan slab tipis dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Masukan dan susun lum mangkok secara merata didalam bak pembeku. 2. Tambahkan larutan asam semut 1% kedalam lateks kebun,dengan dosis 110 ml per liter lateks, kemudian diaduk. 3. Tuangkan campuran tersebut kedalam bak pembeku yang telah diisi lum mangkuk. 4. Biarkan sekitar 2 jam, lalu gumpalan diangkat diatas rak dalam tempat yang teduh. 7
Dengan membuat slab tipis akan diproleh keuntungan antara lain : 1. Mutu seragam dengan kadar karet kering sekitar 50%. 2. Tidak ada risiko prakoagulasi. 3. Mudah dalam pengangkutan. Kendala yang mungkin dihadapi dalam pembuatan slab tipis antara lain perlu tambahan biaya untuk pengadaan asam semut, dan kemungkinan terjadi manipulasi berat karet dengan menambah bahan-bahan non-karet ke dalam slab. Untuk meningkatkan kadar karet kering menjadi sekitar 70%, slab tipis dapat digiling dengan menggunakan hand mangel, dan hasilnya disebut dengan slab giling. Kelebihan lain sleb giling adalah nilai ketahanan plastisitasnya lebih tinggi. 3. Blanket Sleb tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin creper. Proses penggilingan dilakukan sebanyak 4 6 kali sambil disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang terdapat di dalam sleb. Hasil blanket mempunyai ketebalan sekitar 0,6 cm 1 cm, dengan kadar karet kering sekitar 75%. 8
Keuntungan yang diperoleh dengan membuat blanket adalah : 1. Mutu seragam, bersih, dan kadar karet kering tinggi. 2. Pengangkutan dan pengolahan di pabrik lebih efisien. 3. Nilai ketahanan plastisitas karet tinggi. 4. Hasil dapat langsung dijual kepada industri barang jadi karet. Kendala yang mungkin dihadapi adalah : 1. Biaya investasi relatif tinggi. 2. Lokasi pengolahan harus dekat dengan sumber air. 3. Proses pengerjaan harus dilakukan secara kelompok. 4. Perlu pengetahuan dan keterampilan pengolahan mesin. 4. Shet Angin Sit angin adalah lembaran karet hasil penggumpalan lateks yang digiling dan dikeringanginkan, sehingga memiliki kadar karet kering 90% - 95%. Pengolahan sit angin dilakukan melalui berbagai tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, penggumpalan, pemeraman, penggilingan, pencucian, dan pengeringan (Swardin, dkk., 1992). 9
C. Karakteristik Mutu Tingkat keeratan model dari masing-masing karakteristik mutu berbedabeda yaitu : 1. Kadar kotoran, yaitu benda asing yang tidak larut dan tidak dapat melalui saringan 325 mesh. Adanya kotoran didalam karet yang relatif tinggi dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul dari vulkanisat karet alam, antara lain kalor timbul dan ketahanan retak lenturnya. Kotoran tersebut mengganggu proses pembuatan vulkanisat tipis. 2. Kadar abu, didalam karet mentah terdiri dari okisa, kabonat, dan fosfat dari kalium, magnesium, kalsium, natrium dan beberapa oksida lain dalam jumlah yang berbeda. 3. Kadar yang menguap, hal ini menunjukkan semakin tinggi temperatur pengeringan dan semakin lama pengeringan maka nilai bahan menguap semakin rendah (Suwardin, Jamaran, Basith, dan Budiman, 1995). D. Mutu Mutu karet Indonesia ditentukan oleh keberhasilan peningkatan mutu bahan olah karet dari perkebunan rakyat, karena sebagian besar produksi karet alam berasal dari perkebunan rakyat. Mutu barang bahan olah karet terutama dipengaruhi oleh cara pengolahan yang berhubungan dengan harga, kondisi tanaman, pemeliharaan, dan 10
penyadapan. Ini berarti bahwa peningkatan mutu karet Indonesia merupakan permasalahan yang kompleks dan memerlukan penangan yang serius dan terpadu. Pemeliharaan tanaman karet yang kurang baik akan menurunkan mutu, penurunan mutu berakibat pemotongan harga jual. Dipihak lain pembelian dilakukan pedagang perantara tidak memperhatikan kondisi bahan olah karet, sehingga petani karet cenderung melakukan manipulasi berat bahan olah karet dibandingkan dengan meningkatkan mutu untuk meningkatkan perolehan penjualan bahan olah karet. Hal tersebut menjadikan bahan olah karet rakyat kotor dan bercampur dengan material-material lainnya. Penyadapan yang salah, dan kurang bersih, mengakibatkan bahan olah karet rakyat bermutu rendah. Penyadapan yang salah dan terlalu sering mempuyai dampak langsung yang merugikan terhadap tanaman karet (Mubyarto dan Dewanta, 1991). 11