5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN"

Transkripsi

1 26 Pasar dikatakan tidak ada hubungan/tidak terintegrasi pada jangka pendek jika IMC tinggi dan pada jangka panjang jika nilai sangat mendekati 0. Jika terjadi integrasi maka perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen akan ditransmisikan ke tingkat produsen sehingga petani akan menerima perubahan atas harga yang terjadi pada tingkat konsumen. Adapun ketentuan suatu pasar dikatakan terintegrasi antara pasar satu dengan pasar lainnya terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Syarat integrasi pasar Keterangan Jangka Pendek Jangka Panjang Integrasi kuat IMC mendekati 0 mendekati 1 (>0,5) IMC < 1 Integrasi lemah IMC > 1 mendekati 0 (<0,5) Tidak terintegrasi IMC tinggi sangat mendekati 0 5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Perkebunan karet di Provinsi Jambi telah dikembangkan sejak tahun Lebih dari seratus tahun tanaman karet jenis havea milik rakyat penopang perekonomian Provinsi Jambi. Provinsi Jambi merupakan daerah produksi karet di Indonesia yang sebagian besar perkebunan karet pada daerah ini merupakan perkebunan karet milik rakyat. Perkebunan karet milik rakyat tersebar hampir diseluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jambi. Perkembangan komoditas karet dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup berarti sehingga berpengaruh terhadap perekonomian Provinsi Jambi terutama masyarakat petani karet. Oleh karena itu, dalam Bab 5 akan dijelaskan kondisi umum karet rakyat dan karakteristik responden pada daerah penelitian. Lokasi Perkebunan Karet Rakyat di Daerah Penelitian Komoditas karet merupakan komoditas unggulan daerah Jambi mendominasi usahatani perkebunan rakyat di Provinsi Jambi, komoditas karet tumbuh subur hampir di semua kabupaten di Provinsi Jambi Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada LS dan BT di bagian tengah pulau Sumatera, sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. (BPS Provinsi Jambi 2012). Posisi Provinsi Jambi berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle) (Bappeda Provinsi Jambi 2013). Luas Wilayah Provinsi Jambi Km 2 dengan luas daratan Km 2 dan luas perairan sebesar Km 2 terdiri dari Kabupaten Kerinci Km 2 (6.69 persen), Kabupaten Merangin Km 2 (15.31 persen), Kabupaten Sarolangun Km 2 (12.33 persen), Kabupaten Batanghari Km 2 (11.57 persen). Kabupaten Muaro Jambi Km 2 (10.62 persen),

2 Kabupaten Tanjung Jabung Timur Km 2 (10.86 persen), Kabupaten Tanjung Jabung Barat Km 2 (9.27 persen), Kabupaten Tebo Km 2 (12.88 persen), Kabupaten Bungo Km 2 (9.29 persen), Kota Jambi Km 2 (0.41 persen) dan Kota Sungai Penuh Km 2 (0.78 persen). Pada Gambar 3 terlihat luas wilayah terbesar di Provinsi Jambi berada di Kabupaten Merangin sebesar Km 2 atau sebesar persen dari total luas wilayah Provinsi Jambi, diikuti oleh Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun masing-masing sebesar Km 2 dan Km 2. Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi Jambi tahun 2011 sebanyak 131 kecamatan dan desa/kelurahan, dimana jumlah kecamatan dan desa/kelurahan terbanyak berada di Kabupaten Merangin yaitu 24 kecamatan dan 202 desa/kelurahan. Jumlah penduduk Provinsi Jambi tahun 2011 sebanyak jiwa, pada tahun 2010 sebanyak Selama kurun waktu tersebut terjadi pertumbuhan sebesar 2.51 persen. Dilihat dari kepadatan penduduk tahun 2011 menurut Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Kerinci 70 orang/km 2, Kabupaten Merangin 44 orang/km 2, Kabupaten Sarolangun 41 orang/km 2, Kabupaten Batanghari 43 orang/km 2, Kabupaten Muaro Jambi 66 orang/km 2, Kabupaten Tanjab Timur 39 orang/km 2, Kabupaten Tanjab Barat 61 orang/km 2, Kabupaten Tebo 47 orang/km 2, Kabupaten Bungo 65 orang/km 2, Kota Jambi orang/km 2 dan Kota Sungai Penuh 215 orang/km 2. Terlihat pada Gambar 6 jumlah penduduk paling banyak berada pada Kota Jambi sebanyak persen sedangkan jumlah penduduk paling sediki berada pada Kota Sungai Penuh sebanyak 2.66 persen. Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera mempunyai topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 m dpp di bagian timur sampai pada ketinggian di atas 1000 m dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Pada dataran rendah didominasi oleh tanah-tanah yang penuh air dan rentan terhadap banjir pasang surut serta banyaknya sungai besar dan kecil yang melewati wilayah tersebut. Wilayah ini didominasi oleh tanah gley humus rendah dan orgosol yang bergambut. Di bagian tengah didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang mempunyai tingkat kesuburan relatif rendah. Adapun penggunaan lahan di Provinsi Jambi secara umum terdiri dari: (1) lahan pemukiman seluas ha, (2) sawah tadah hujan seluas ha, (3) tegalan/ ladang seluas ha, (4) kebun campuran seluas ha, (5) kebun karet seluas ha, (6) kebun sawit seluas ha, (7) kebun kulit manis seluas ha, (8) kebun teh seluas ha, (9) semak dan alangalang seluas ha, (10) hutan lebat seluas ha, (11) hutan belukar seluas ha, (12) hutan sejenis tercatat seluas ha, dan (13) lain-lain seluas ha. Apabila dilihat dari total luas penggunaan lahan, luas areal lahan terluas adalah untuk komoditas perkebunan yang terdiri dari 5 komoditas utama perkebunan yaitu karet, kelapa sawit, kelapa dalam, kopi, dan kayu manis. Perkebunan daerah Jambi pada umumnya adalah Perkebunan Rakyat. Produksi perkebunan rakyat yang terbesar adalah karet memiliki luas tanaman hektar dengan produksi ton pada tahun Komoditas andalan lainnya yaitu kelapa sawit dengan produksi ton serta kelapa dalam

3 ton. Untuk tanaman karet, pada tahun 2006 luas perkebunan karet di Provinsi Jambi mencapai ha. Pada tahun 2011 luas perkebunan karet di Provinsi Jambi mengalami peningkatan menjadi ha. Sedangkan untuk tingkat produksi tanaman karet pada tahun 2011 adalah sebesar ton. Untuk jumlah petani tanaman karet, terjadi peningkatan jumlah petani karet dalam kurun waktu sebesar 8.56 persen dimana pada tahun 2006 jumlah petani karet berjumlah KK, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi KK. Sedangkan dari sisi ekspor karet di Provinsi Jambi mengalami peningkatan untuk kurun waktu sebesar 0.80 persen yaitu sebesar ton pada tahun 2006 menjadi ton di tahun Perkebunan karet rakyat yang dikelola oleh petani dapat dikategorikan kedalam pola pengusahaan tradisional. Meskipun usahatani karet merupakan sumber pendapatan utama petani karet rakyat, petani belum memandang usaha perkebunan karet ini sebagai suatu unit bisnis (komersil), dalam mengelola perkebunan karet tersebut. Dalam prakteknya diperoleh gambaran bahwa perkebunan karet yang dikelola petani masih dipandang sebagai suatu cara hidup (way of life). Belum terlihat adanya upaya petani untuk memperhitungkan berbagai variabel ekonomi seperti input, output, biaya, penerimaan kotor dan pendapatan bersih dalam mengelola usahatani karet. Sebagian besar perkebunan karet yang diusahakan merupakan usahatani dengan pola monokultur. Tanaman karet pola monokultur yang dikelola secara intensif Tanaman karet pola monokultur yang dikelola secara agroforestri (hutan karet) Gambar 4 Tanaman karet rakyat di Provinsi Jambi pola monokultur

4 Perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi umumnya masih menyerupai hutan karet, dengan produktivitas di bawah 600 kg/ha/tahun. Meski menjadi komoditas unggulan, produktivitas karet rakyat ini masih tergolong rendah. Penyebabnya adalah mutu bibit tanaman yang rendah. Sumber bibit biasanya berupa bibit cabutan atau biji sapuan dengan tingkat pemeliharaan yang sangat minim. Pada umumnya pembangunan kebun karet rakyat didasari dengan pola tebang-tebas-bakar yang dilanjutkan dengan pemanfaatan lahan untuk peladangan selama dua-tiga tahun pertama (penanaman tumpangsari tanaman pangan dengan tanaman karet). Penurunan produktivitas tanaman pangan menyebabkan petani meninggalkan kebun karet mudanya tanpa pemeliharaan dan kembali lagi pada saat karet siap sadap. Pola tumpangsari dengan tanaman perkebunan juga dijumpai pada lahan karet milik petani, antara lain dengan tanaman mahoni atau gaharu seperti terlihat pada Gambar 8. Bibit ini sebagian besar diperoleh melalui bantuan pemerintah dalam rangka peningkatan pendapatan petani dengan mengusahakan lahan karet dengan pola tumpang sari. 29 Gambar 5 Tanaman karet pola tumpangsari dengan tanaman mahoni Aktivitas Pengolahan dan Pemasaran Karet Rakyat Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang memiliki banyak manfaat baik dalam segi ekonomi maupun bagi kelestarian lingkungan. Tanaman karet sebagaimana tanaman tahunan lainnya dikenal dengan perennial crops sesuai sifatnya, memiliki ciri memberikan produk setelah kurang lebih berumur 5 tahun. Namun produk akhir yang akan diperoleh berupa lateks dan kayu, sangat ditentukan oleh proses pelaksanaan pada tahun-tahun awal. Perkebunan karet di Indonesia telah diakui menjadi sumber keragaman hayati yang bermanfaat dalam pelestarian lingkungan, sumber penyerapan CO 2 dan penghasil O 2, serta memberi fungsi orologis bagi wilayah di sekitarnya. Selain itu tanaman karet ke depan akan merupakan sumber kayu potensial yang dapat mensubstitusi kebutuhan kayu yang selama ini mengandalkan hutan alam (Litbang Deptan 2007). Di Indonesia, pengolahan lateks menjadi bahan baku karet alam seperti crepe, sheet, slab (produk olahan karet) dan sebagainya masih diusahakan secara tradisional, sehingga mutu karet yang dihasilkan rendah, bahkan dipasaran Internasional karet Indonesia terkenal sebagai karet yang bermutu kurang baik, sehingga harga jualnya menjadi rendah dan tingkat kepercayaan konsumen atau pembeli karet juga menurun (Litbang Deptan 2007). Mutu bahan olah karet rakyat

5 30 (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasaran Internasional. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin kesinambungan permintaan pasar dalam jangka panjang. Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh kadar karet kering (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai Sejak penanganan lateks dikebun sampai dengan tahap pengolahan akhir. Dalam rangka perbaikan mutu bokar pemerintah telah menetapkan SNI- Bokar No dengan kriteria nilai kadar karet kering (KKK), dan kebersihan bokar. Bokar merupakan gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis). Bokar yang bermutu tinggi harus memenuhi persyaratan teknis yaitu: (1). Tidak ditambah bahan-bahan non karet, (2). Dibekukan dengan asam format atau pembeku lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat, (3) Disimpan ditempat yang teduh dan terlindung, dan (5). Tidak direndam dalam air (BSN 2002). Dalam hal persyaratan teknis Bahan Olah Komoditas Ekspor Standard Indonesian Rubber (Bokor SIR), Bokor SIR tidak diperbolehkan mengandung kontaminan vulkanisat karet dan kontaminan berat serta harus mengandung kontaminan ringan maksimum 5 persen. Dalam proses penggumpalan, harus dilakukan secara alami atau menggunakan bahan penggumpal. Bahan penggumpal dapat berupa asam semut (formic acid) atau bahan penggumpal lain. Bahan olah karet di Provinsi Jambi, rata-rata memiliki mutu yang rendah, hal ini umumnya disebabkan karena teknik penanganan panen dan pascapanen serta pengolahan hasil masih sangat terbatas ditingkat petani, sehingga sangat berpengaruh terhadap mutu bahan olah karet yang dihasilkan. Mutu bahan olah karet yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu lateks awal (lateks kebun) yang digunakan, yang sangat dipengaruhi oleh teknik penanganan lateks yang dilakukan ditingkat petani. Lateks yang diperdagangkan masyarakat digunakan dalam industri karet di Provinsi Jambi, terutama berasal dari perkebunan karet rakyat dalam skala kecil yang tersebar diberbagai daerah sentra produksi. Lateks yang dihasilkan berasal dari berbagai jenis klon dan umur tanaman karet, serta teknik budidaya dan penanganan olahan lateks yang berbeda-beda. Gambar 6 Bahan olahan karet (bokar) dengan kualitas rendah

6 31 Gambar 7 Bahan olah karet (bokar) berkualitas baik Berdasarkan penelitian Asni et al (2009) bahwa bahan olah karet rakyat atau lateks asalan yang berkembang didaerah sentra produksi karet di Provinsi Jambi adalah bentuk slab tebal (ojol). Proses pengolahan yang digunakan masih secara tradisional. Ada beberapa cara pengolahan slab yang biasa dilakukan petani yaitu pembekuan slab dengan cuka para, pembekuan slab dengan Pupuk P dan pembekuan slab secara alami. Namun dari hasil pengamatan pembekuan slab dengan pupuk P sudah mulai berkurang karena kelangkaan pupuk dan harga pupuk yang mahal. Apabila dilihat dari kualitas slab yang di produksi yakni dengan semua komponen mutu yaitu: KKK, Po, PRI, kadar abu, dan kadar kotoran masih belum memenuhi persyaratan mutu. Pada Gambar 9 dan Gambar 10 terlihat bebagai jenis slab tebal dengan kualitas yang berbeda di Provinsi Jambi kualitas tersebut terlihat dari jenis pembeku (koagulan) yang digunakan, KKK dan kadar kontaminasi dengan bahan asing (tanah, lumpur, pasir, tatal dsb). Pengolahan bahan olahan karet (bokar) yang baik ditentukan oleh pengolahan pascapanen yang dilakukan oleh petani. Lateks hasil penyadapan dituang dalam bak penggumpal dengan ketebalan 50 mm, ditambahkan bahan pengumpal, diaduk dan dibiarkan hingga menggumpal. Gumpalan (koagulum) yang diperoleh selanjutnya dipipihkan dengan tangan atau pemukul kayu di atas yang bersih atau dengan menggunakan gilingan tangan (hand mangel). Bila menggunakan bahan dasar hasil penyadapan lump mangkok, lump mangkok yang sudah dipipihkan ditata berjajar satu lapis dengan rapi dalam bak pembuku yang bersih dengan ketebalan tidak lebih 50 mm, kemudian disiram dengan lateks yang bersih dan telah dicampur dengan bahan penggumpal hingga terbungkus seluruhnya oleh lapisan lateks. Secara ringkas tahap pengolahan bahan olahan karet menjadi slab yang sesuai dengan standar operasional prosedur dari Ditjen P2HP Kementan (2011) terlihat pada Gambar 8.

7 32 Lateks kebun Penambahan asam semut 1% ml lateks Diaduk dan buih dipisahkan Pembekuan lateks 1-2 jam Penggilingan Penyaringan dengan 20 mesh Pengeringan Penyimpanan Gambar 8 Tahap pengolahan bahan olahan karet (bokar) berbentuk slab Kondisi dilapangan terlihat bahwa petani di Provinsi Jambi tidak mengikuti tahap pengolahan menurut standar SOP tersebut, petani tidak melakukan penyaringan untuk memisahkan kadar kotoran yang ikut terbawa kedalam mangkuk sadap sehingga terdapat kontaminasi dengan bahan asing lainnya ketika lateks sudah menjadi koagulum (bekuan). Selain itu bak cetak bokar yang digunakan merupakan bak cetakan dari tanah maupun dari kayu yang diletakkan dikebun karet saja, sehingga banyak sisa kayu, debu atau tanah yang masuk ke dalamnya sehingga menyebabkan saat pencetakan bokar, bahan asing tersebut ikut terbawa. Secara umum, terdapat tiga jenis alat pencetak bokar yang digunakan oleh petani yaitu alat cetak terbuat dari tanah (berupa galian tanah yang di bentuk menyerupai kotak), bak cetak yang terbuat dari kayu dan bak cetak yang terbuat dari fiber. Pada Gambar 9 terlihat berbagai jenis bak cetak yang digunakan petani.

8 33 Bak cetak bokar terbuat dari fiber Bak cetak bokar terbuat dari tanah Bak cetak bokar terbuat dari kayu Gambar 9 Pembekuan dan pencetakan bokar dengan berbagai bentuk bak cetak bokar Pemahaman petani tentang syarat bokar berkualitas baik ternyata tidak diikuti oleh tindakan petani untuk melakukannya. Hasil penelitian Napitupulu (2006) menunjukkan bahwa mayoritas petani (80.12 persen) masih memasukkan benda asing kedalam bongkahan karet kering yang dihasilkan serta penggunaan bahan koagulum selain cuka getah yang dianjurkan. Berbagai bahan asing yang umum disertakan petani kedalam bongkahan bokar diantaranya adalah: tatal (kulit batang bekas sadapan), dedaunan, ranting, dan kayu. Meski belum terdeksi secara nyata, bahkan pada daerah tertentu telah mulai ditemui sejumlah petani yang sengaja mencampurkan tanah liat putih untuk dibekukan bersama sama dengan getah karet. Adapun alasan petani untuk memasukkan benda asing kedalam bongkahan karet diantaranya adalah mencegahnya hilangnya getah segar dari mangkok tampungan pada saat turun hujan. Pencampuran tatal pada hari pertama sadap berfungsi untuk mempercepat pembekuan karet pada mangkuk sehingga jika huja turun maka karet yang ada pada mangkuk tidak terhanyutkan oleh air hujan. Selain secara teknis bermanfaat untuk mencegah kehilangan karet pada saat musim hujan, petani juga telah terjebak pada fallacy dog and cat dimana petani berupaya menambah bobot bokar untuk mengimbangi adanya anggapan pembeli melakukan kecurangan mengurangi berat bokar pada saat penimbangan dilakukan (Napitupulu 2006). Gambar 10 berikut ini merupakan tahapan pengolahan pasca panen karet yang dilakukan oleh petani di Provinsi Jambi.

9 34 Penyadapan karet Lateks segar hasil sadapan Pengumpulan lateks Pemadatan Mencampur zat pembeku Persiapan zat pembeku Pembekuan Bokar setelah dicetak Pengangkutan bokar Gambar 10 Tahapan pengolahan pasca panen karet oleh petani Banyaknya petani yang tidak memperhatikan mutu karet dikarenakan oleh hilangnya penghargaan pedagang terhadap upaya petani untuk menghasilkan karet kualitas baik. Hal ini pada dasarnya menurut Napitupulu (2006) yakni dilatarbelakangi oleh perilaku pedagang untuk menghidari resiko rugi sebagai akibat upaya petani memperoleh tambahan pendapatan dengan menambah bobot karet kering yang dihasilkan. Minimnya sarana pengukuran mutu serta bentuk komoditas yang diperdagangkan menyebabkan sulitnya menentukan mutu yang sebenarnya dari bokar yang diperdagangkan. Guna menghindari resiko rugi, pedagang kemudian dengan sengaja menetapkan mutu bokar lebih rendah dari yang semestinya. Peluang pedagang untuk menentukan mutu yang lebih rendah dari yang semestinya tersebut terbuka karena bentuk pasar bokar yang hampir tanpa persaingan ditingkat pembeli. Kondisi sosial ekonomi petani karet yang hampir tidak memiliki posisi tawar dalam transaksi pemasaran karet merespon perilaku pedagang dengan menghasilkan bokar kualitas rendah.

10 35 Kondisi Infrastruktur dan Akses Permodalan Sarana transportasi Akses transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam pemasaran karet rakyat. Akses transportasi dan kondisi jalan di Provinsi Jambi sudah cukup baik. Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Peningkatan pembangunan diiringi dengan peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar perdagangan antar daerah. Panjang jalan di Provinsi Jambi pada tahun 2011 adalah km terdiri dari jalan kondisi baik km, jalan sedang km, rusak km dan rusak berat km. Kondisi jalan di Provinsi Jambi mengalami perbaikan secara terus menerus, hal ini dikarenakan Provinsi Jambi merupakan daerah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera sehingga kondisi jalan sangat penting untuk memperlancar transportasi antar daerah terutama bagi sektor perdagangan. Pada Tabel 4 terlihat statistik transportasi di Provinsi Jambi selama 2010 sampai Tabel 4 Statistik transportasi Provinsi Jambi, tahun 2011 Uraian Panjang jalan menurut kondisi jalan (km) Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah kendaraan (unit) Mobil penumpang Mobil barang Bus Sepeda motor Jumlah Sumber: BPS Provinsi Jambi (2012) Jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Jambi menurut jenisnya dari tahun mengalami kenaikan. Jenis kendaraan terbanyak adalah sepeda motor buah, mobil penumpang buah, mobil barang buah dan mobil bus buah. Untuk sarana transportasi air salah satu penggunaannya dipergunakan untuk bongkar muat barang yang dilakukan melalui Pelabuhan Talang Duku Jambi. Sedangkan untuk perhubungan udara pada tahun 2011 jumlah kedatangan pesawat ke Jambi sebanyak kali dan jumlah keberangkatan pesawat dari Jambi sebanyak kali. Penumpang yang datang orang dan berangkat orang. Frekwensi pesawat yang datang dan berangkat pada tahun 2011 masing-masing mengalami peningkatan 3.90 persen dan 3.63 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akses Permodalan Penyediaan modal bagi usahatani karet rakyat di Provinsi Jambi masih terbatas, sebagian besar petani masih mengalami kesulitan dalam penyediaan modal bagi usahatani karet yang dikelola. Seperti dalam aktivitas penmeliharaan

11 36 kebun karet, lahan yang ditanami karet harus bebas dari gulma agar lateks yang hasilkan optimal selain itu, diperlukan pemupukan untuk merangsang pertumbuhan batang karet dan jumlah lateks yang diproduksi. Sumber daya modal petani karet sebagian besar diperoleh dari modal sendiri, namun ada beberapa petani karet yang memperoleh pinjaman dari relasi atau pedagang pengumpul. Tidak diberlakukan sistem bunga pada pinjaman dari relasi, namun petani karet tersebut diharuskan untuk menjual hasil panen karetnya kepada pemberi pinjaman. Sedangkan modal yang digunakan oleh pedagang pengumpul berasal dari modal sendiri begitu juga pinjaman dari relasi. Pihak perbankan memiliki peranan dalam pengembangan usaha komoditas karet di Provinsi Jambi, diantaranya Bank mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Danamon, dan Bank Perkreditan Rakyat. Untuk masing-masing bank memiliki prosedur yang berbeda. Keperluan utama pelaku usaha dengan pihak perbankan terkait dengan kredit yang digunakan sebagai sumber dana bagi peningkatan investasi dan modal dagang. BRI sebagai salah satu perbankan yang hadir hampir di seluruh kecamatan di Indonesia masih menjadi andalan bagi petani terutama petani yang berskala besar, baik dengan program yang dikeluarkan bekerja sama dengan pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat maupun dalam menyalurkan kredit komersialnya seperti Kredit Usaha Mikro. Seiring dengan berkembangnya perekonomian Jambi menuntut perkembangan jasa keuangan khususnya perbankan untuk membuka cabang/unit di daerah. Sampai dengan tahun 2011 tercatat 282 unit kantor bank, terdiri dari kantor pusat sebanyak 1 unit, kantor cabang 48 unit, kantor cabang pembantu 200 unit, dan kantor kas sebanyak 33 unit. Jumlah ini naik sebesar persen dibanding tahun Meningkatnya jumlah perbankan diiringi dengan meningkatnya posisi giro maupun posisi pinjaman, serta deposito rupiah dan valas bank umum. Untuk mendukung perekonomian kecil dan menengah masih diperlukan pemberdayaan perkoperasian. Jumlah koperasi di Provinsi Jambi tahun 2011 sebanyak unit. Pada Tabel 5 terlihat jumlah lembaga keuangan yang terdapat di Provinsi Jambi pada tahun Tabel 5 Jumlah lembaga keuangan di Provinsi Jambi, tahun 2011 Lembaga keuangan Jumlah (unit) Bank 282 Koperasi Unit Desa (KUD) 347 Koperasi Non KUD Sumber: BPS Provinsi Jambi (2012) Karakteristik Responden Karet Rakyat di Provinsi Jambi Karakteristik responden akan membantu menggambarkan kondisi pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi. Karakteristik petani akan diidentifikasi berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman usahatani, jumlah anggota keluarga dan luas lahan usahatani karet rakyat yang dikelola. Jumlah petani yang terpilih menjadi responden sebanyak 100 orang yang terdiri dari 50 orang di Kabupaten Batanghari dan 50 orang di Kabupaten Bungo. Perbedaan dalam saluran

12 pemasaran karet menjadi penentu utama dalam memilih petani responden. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan tingkat produksi relatif tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya, selain itu lokasi perkebunan karet yang berbeda terhadap akses pasar, ketersediaan alternatif pasar yang berbeda yakni pasar lelang karet (PLK) aktif dan lokasi pabrik crumb rubber. Identitas petani responden terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 Identitas responden petani karet rakyat di Provinsi Jambi, tahun 2013 No. Keterangan Jumlah petani (orang) Persentase (%) 1. Kelompok umur (tahun) > Jumlah Tingkat pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMA S Jumlah Jumlah anggota keluarga (orang) > 5 Jumlah Pengalaman usahatani (tahun) < > Jumlah Luas lahan petani (Ha) > Jumlah Pada tabel 7 menunjukkan identitas petani karet berdasarkan umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman usahatani dan luas lahan yang dimiliki petani. Berdasarkan hasil penelitian pada seluruh responden di wilayah penelitian memperlihatkan petani karet di Provinsi Jambi sebagian besar (51%) berusia antara 25 sampai 39 tahun, hal ini mengindikasikan bahwa petani karet masih tergolong usia produktif, dengan tingkat pendidikan yang masih cukup rendah yaitu sebagian besar tamat SD (37%). Tingkat pendidikan tidak tamat SD ditemukan pada petani karet di Provinsi Jambi sebesar 15 persen, sedangkan

GAMBARAN UMUM PETANI KARET RAKYAT DAN KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI

GAMBARAN UMUM PETANI KARET RAKYAT DAN KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI Copy Bahan Bukti Karya Tulis Nomor 27 GAMBARAN UMUM PETANI KARET RAKYAT DAN KONTRIBUSINYA DALAM PROGRAM PEREMAJAAN KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI Bahan Seminar disajikan pada Kegiatan: Orientasi Pengenalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5. IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGOLAHAN, PEMASARAN DAN PENGAWASAN BAHAN OLAH KARET BERSIH YANG DIPERDAGANGKAN DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN. Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENINGKATAN MUTU BAHAN OLAH KARET MELALUI PENATAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bahan olah karet ICS Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Standar Nasional Indonesia...i No...4 Parameter...4 No...5 Parameter...5 i Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI)

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI Hasan Basri Agus Gubernur Provinsi Jambi PENDAHULUAN Provinsi Jambi dibagi dalam tiga zona kawasan yaitu: 1) Zona Timur, yang merupakan Kawasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Hukum Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di wilayah Sumatera yang dibentuk berdasakan Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957, tentang Pembentukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET 47 6.1. Aspek Biofisik 6.1.1. Daya Dukung Lahan VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur tahun 2010, kondisi aktual pertanaman karet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Ketahanan pangan (food security) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup baik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK

KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK Dr. Sinung Hendratno Pusat Penelitian Karet Kegiatan Pertemuan Teknis Komoditas tentang Paparan Komoditas Karet untuk PBK/SRG/PL Biro Analisis

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR No.393, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 No. 14/02/15/Th.IX, 16 Februari 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014, pada bulan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI YAN FITRI SIRINGORINGO JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KOMODITI EKSPOR STANDARD INDONESIAN RUBBER YANG DIPERDAGANGKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah 71 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Lampung. Perkembangan Kabupaten Tanggamus dimulai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan (2011) diketahui

Lebih terperinci

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari I. A. Latar Belakang dan Masalah Perioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo No.1194, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. BOKARSIR. Pengawasan Mutu. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KARET SPESIFIKASI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Pituruh merupakan salah satu dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar didunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN JAMBI

PROFIL PEMBANGUNAN JAMBI 1 PROFIL PEMBANGUNAN JAMBI A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45¹ 2º 45¹ LS dan 101º 0¹ - 104º 55 BT dengan wilayah keseluruhan seluas 53.435.72 KM²

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran Kabupaten Bengkalis dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman karet merupakan salah satu komoditi yang menduduki posisi cukup penting sebagai devisa non-migas dan menunjang pembangunan ekonomi Indonesia, sehingga memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I

L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I S E P U C U K JA M B I S E M B IL A N L U R A H Pendahuluan Bab ini Menjelaskan Dasar Hukum tentang pembentukan daerah yang bersangkutan dan perundangan lainnya yang diperlukan; Gambaran Umum Daerah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Karet

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Karet II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Karet Usahatani karet yaitu suatu bentuk usahatani yang dilakukan petani melalui pengusahaan karet. Banyak penelitian yang melakukan penelitian terkait dengan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan-lahan sub optimal pada masa yang datang merupakan pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk. 1992 dan Suryana. 2004). Hal ini terkait dengan masih berlangsungnya

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat,

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan devisa negara terhadap ekspor minyak dan gas bumi. Karet alam sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci