TEKNOLOGI BOKAR BERSIH DAN LATEKS PEKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNOLOGI BOKAR BERSIH DAN LATEKS PEKAT"

Transkripsi

1 TEKNOLOGI BOKAR BERSIH DAN LATEKS PEKAT Afrizal Vachlepi, STP, MT disampaikan pada TEMU USAHA KARET Kegiatan Pengembangan Kemitraan Usaha Perkebunan DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUSI RAWAS 24 Mei 2017

2 Komoditas Karet Alam di Indonesia KOMODITAS STRATEGIS TENAGA KERJA JUMLAH UANG BEREDAR DEVISA

3 Industri Karet Alam Perkebunan ThemeGallery is a Design Digital Content & Contents mall developed by Guild Design Inc. Industri Hulu ThemeGallery is a Design Digital Content & Contents mall developed by Guild Design Inc. Industri Hilir ThemeGallery is a Design Digital Content & Contents mall developed by Guild Design Inc.

4 Rantai Industri Karet Alam Industri Karet Sintetik Industri Kimia Bahan Penolong Terintegrasi Perkebunan Besar Negara Swasta Perkebunan Rakyat Industri Hulu: RSS Crepe Crumb rubber Lateks Pekat Industri Hilir: Ban dan produk terkait Barang jadi lateks Karet untuk industri Karet penggunaan umum Terpisah PETANI (85%) Industri Molding Pengguna Barang Karet: Industri Otomotif Industri Elektronik Industri Konstruksi Industri Prasarana Industri Kesehatan Industri Transportasi Industri Pertambangan Rumah Tangga dll

5 Penggunaan Karet Alam Medis (2%) Otomotif (3,8%) Lain-lain (5,9%) Teknik (2%) Spons,busa dll. (2,1%) Adhesives (3,2%) Sepatu (5%) Ban (68%) Produk lateks (8%)

6 Barang karet industri : Komponen otomotif : Selang, seal, bantalan mesin Produk keteknikan : Bantalan jembatan dan pelabuhan

7 Industri Karet Alam Barang karet umum : Peralatan olahraga Peralatan rumah tangga Produk dari lateks : Sarung tangan Balon

8 Industri Karet Alam Ban kendaraan : Alas kaki :

9 Industri Karet Alam Program strategis : Perbaikan proses dan mutu petani Peningkatan konsumsi dalam negeri melalui Pengembangan diversifikasi produk baru Teknologi ban hijau (green tyre) Rubber engineering

10 Diversifikasi Karet Alam Pusat Penelitian Karet bekerjasama dengan Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (Pusjatan) pengembangan aspal karet

11

12 Diagram Proses Pengolahan Karet Alam Bahan olah karet (bokar) bermutu baik INPUT Barang Jadi Karet Bermutu Baik PROSES OUTPUT

13 Diagram Proses Pengolahan Karet Alam OUTPUT INPUT PERALATAN OLAHARAGA KARET PADAT (RSS dan SIR) BARANG-BARANG TEKNIK BAN SUKU CADANG OTOMOTIF LANTAI KARET CAT KARET SIKLO LATEKS KEBUN PEREKAT TINTA CETAK BENANG KARET SARUNGTANGAN KARET SKIM FLAP ALAT MEDIS LATEKS PEKAT (dadih / pemusingan) GELANG KARET BALON KARPET MOBIL

14 Lateks Karet Alam Cairan (getah) yang diperoleh dari penyadapan tanaman karet (Hevea brasiliensis) Komposisi : Partikel Air karet Bahan-bahan Karakteristik : Berwarna bukan karet putih Tanpa kotoran

15 Bahan Olah Karet (BOKAR) Adalah gumpalan/bekuan/koagulum lateks baik itu secara alami maupun sengaja ditambahkan bahan penggumpal (pengolahan sederhana) dan tidak tercampur kontaminan Bahan baku produk primer karet padat Karet remah (Standard Indonesia Rubber / SIR) Dihasilkan petani : Sleb Lum mangkok Skrep Sit angin Sit asap

16 Bahan Olah Karet (Bokar) Sleb lateks Sleb lum PENYIMPANAN BLANKET Lum mangkok Blanket BLANKET SIAP DIPASARKAN Sit asap

17 Bahan Olah Karet Aturan : Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Bahan Olah Karet Permentan No 38/PERMENTAN/OT.140/8/2008 tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bokar Permendag No. No 54 Tahun 2016 tentang Pengawasan Mutu Bahan Olah Komoditi Ekspor SIR yang diperdagangkan

18 SNI No tentang Bahan Olah Karet Persyaratan No Jenis Uji / Parameter Satuan Lateks Kebun 1. Kadar Karet Kering (min) - Mutu I - Mutu II % % Ketebalan (T) - Mutu I - Mutu II - Mutu III - Mutu IV mm mm mm mm < > > Kebersihan (B) - - Tidak terdapat kotoran Tidak terdapat kotoran Tidak terdapat kotoran 4. Jenis Koagulan - - Asam semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet*) Asam semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet*), serta penggumpalan alami Asam semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet*), serta penggumpalan alami 2. Sit Slab Lump

19 Bagaimana mendapatkan bokar bermutu baik? Bokar harus bersih (murni), tidak terdapat kontaminan Kadar karet kering (KKK) tinggi Digumpalkan dengan bahan penggumpal anjuran : Asam semut Asap cair (Deorub) Menggunakan tempat pembekuan yang standar (dapat berupa kotak plastik yang tahan rapuh/retak), dan tidak dilakukan pada lobang tanah Bokar disimpan di tempat khusus / gudang yang terlindungi dari sinar matahari dan tidak direndam

20 Tempat pencetakan bokar yang baik

21 Kontaminan? Adalah bahan lain bukan karet yang tercampur dalam proses pengolahan bokar dan berpengaruh menurunkan mutu Kategori kontaminan (Permendag) : Ringan Tatal : maks 5% (potongan kulit pohon karet) Sedang (vulkanisat karet) : tidak ada potongan Berat busa, karet gelang, dan benang karet : tidak ada pasir, tanah, lumpur, tali rafia, dan plastik Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa

22 Contoh Kontaminan

23 Penyimpanan Bokar Tidak Tepat

24 Penyimpanan bokar yang tidak tepat

25 Tempat Penggumpalan/Pencetakan Bokar yang Salah di Lubang Tanah

26 Dampak Kontaminan Pabrik karet remah: Butuh mesin pembersih biaya investasi dan biaya energi (listrik) Butuh air lebih banyak pencuci Mutu produk rendah nilai Po rendah Penggantungan modal berhenti Petani : Harga beli rendah biaya pembersihan Bau busuk Ekspor Indonesia : Harga karet Indonesia (SIR) lebih murah Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa

27 Tidak konsisten (White spot, Po, PRI, VR) Ditanggulangi dengan cara : Pre-drying Mikroblending Pengaturan komposisi bokar

28 KONTAMINAN Tatal Lumpur + pasir Dapat dihilangkan pada proses pembersihan di pabrik karet remah Dengan peralatan : sleb cutter, pre-breaker, hammermill, granulator, rotary washer, bak makroblending, metal detector, dll. Cutter mill Pre-breaker Hammer mill Logam Makro blending Vibrator Rotary

29 Kebutuhan energi pabrik Jenis Bokar SIR Energi listrik (KWH) Kapasitas pabrik (ton/hari) Energi listrik terpakai (KWH/ton) Kebutuhan air pengolahan (m3/ton) Lum kebun (bersih) Lum rakyat (kotor) Lum rakyat (kotor)

30 Perbandingan Mutu Karet INDONESIA (SIR) MALAYSIA (SMR) THAILAND (STR) Parameter SIR 20 SIR 20VK SMR 20 SMR 20CV STR 20 Dirt (max), % wt Ash (max), % wt Nitrogen (max), % wt Volatile Matter (max), % wt 0.80 Po (min) PRI index (min) Mooney Viscosity (ML, 1+4, 100 C) VIETNAM (SVR) INDIA (ISNR) STR 20CV SVR 20 ISNR 20 SAR 20 SAR 20CV NA 30 NA NA NA 60 (+5)* NA 65 +7/ -5* NA 65 +7/ -5* NA 50(+5) 60(+5) 70(+5) NA NA AFRICA (SAR)

31 Dampak Lainnya Industri pembuatan ban : bila secercah benda kontaminan ikut terbawa ke dalam ban, akan membentuk titik lemah dalam ban yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan ban meledak dalam pemakaian terutama kecepatan tinggi, sehingga membahayakan jiwa dan mendatangkan kerugian materi Semua orang dapat terkena dampaknya.!!!!

32

33 Kotaminan vulkanisat secara mikro tidak compatible dengan karet mentah Vulkanisat Berlobang +sobek Dampak Tekelupas + retak Tekelupas + sobek Bergelembung

34 Ban Rusak

35 Perbandingan Karet Alam Dunia Karet Indonesia : kurang baik produksi dari bokar kotor Harga karet alam Indonesia (SIR) cenderung lebih rendah dibandingkan Thailand (STR) dan Malaysia (SMR) Pesaing baru : Vietnam Harga murah, mutu baik Pembeli karet (pabrik ban) : Survei dan audit ke pabrik karet Bahan baku kurang baik (kotor) Pabrik karet remah juga terlihat kotor

36 Penanggung Jawab Permentan No. 38 Tahun 2008 : Pasal 37 ayat (1) - Pemerintah Kota/Kabupaten - Instansi yang ditunjuk Petani Pedagang Pabrik karet Permendag : No.54 Tahun 2016 Petugas verifikasi menentukan bokar yang dapat diperjual-belikan

37 PETANI PABRIK PRODUKSI BOKAR BERSIH PEDAGANG PEMDA (SKPD) Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa

38 PENCEGAHAN KONTAMINAN PABRIK Memegang komitmen dan secara konsisten hanya menerima bokar bersih Menolak bokar kotor PEDAGANG Hanya memperdagangkan bokar bersih Perbedaan harga terhadap Bokar Bersih PEMERINTAH DAERAH Secara konsisten dan terus menerus melakukan penyuluhan kepada petani tentang bokar bersih Secara konsisten dan terus menerus mengingatkan pabrik dan pedagang untuk mengutamakan bokar bersih dan menghindari/menolak bokar kotor. PETANI 25/05/2017 Dengan kesadaran dan secara konsisten BALIT SEMBAWA hanya bersedia membuat bokar Bersih 38 Company Logo

39 Koagulan Kriteria : Menghasilkan karet bermutu baik Ramah lingkungan Pengolahan limbah mudah Aman bagi manusia (petani karet) Dianjurkan : Deorub (asap cair) Asam semut (asam format) Tidak dianjurkan : Cuka para (asam sulfat) berbahaya (bersifat korosif) Tawas Pupuk TSP

40 JENIS BAHAN PENGGUMPAL & MUTU BOKAR No Jenis Bahan Koagulan Pengaruh terhadap mutu Keterangan 1 Asam Semut (HCOOH) Menghasilkan parameter Koagulan anjuran Penerapan harus tepat mutu sesuai SNI dosis dan konsentrasinya 2 Asam Asetat (CH3COOH) Setara dengan asam semut tetapi dosisnya dua kali lebih banyak 3 Asam sulfat (H2SO4) Cocok untuk pengolahan SO4= oksidator kuat karet skim/limbah lateks dapat merusak karet (PRI pekat rendah dan kadar abu Tidak direkomendasikan tinggi) sebagai koagulan Cocok untuk pengolahan crepe

41 JENIS BAHAN PENGGUMPAL & MUTU BOKAR No Jenis Bahan Koagulan Asam (dari molasses atau jus nenas) Pengaruh terhadap mutu Mutu tidak konsisten Waktu koagulasi lambat 5 Alumunium sulfat ~ tawas (Al2(SO4)3) Al+++ katalis oksidasi Tidak direkomendasikan dalam pengeringan sebagai koagulan SO4= oksidator kuat Pernah dikembangkan sebagai merusak karet flokulan dalam produksi (PRI rendah) dan tinggi flocullated rubber 6 Calsium carbide Residu Ca++ (CaC2) mengakibatkan kerusakan (degradasi) karet 4 Keterangan Dikembangkan untuk menekan biaya proses dikenal dengan Assisted Biological Coagulation Tidak direkomendasikan sebagai koagulan Petani menggunakannya untuk mempercepat koagulasi

42 JENIS BAHAN PENGGUMPAL & MUTU BOKAR No 7 8 Jenis Bahan Koagulan Triple super phosphate ~PUPUK TSP Ca(H2PO4) Asap cair ~Mengandung Senyawa Kompleks (ASAM-ASAM ORGANIK, FENOL, AIR) Pengaruh terhadap mutu Keterangan Tidak direkomendasikan sebagai koagulan Penyalahgunaan pupuk untuk tanaman Menghasilkan parameter Direkomendasikan mutu setara koagulan asam selain sebagai semut, koagulan juga dapat Bokor yang dihasilkan tidak mengendalikan berbau busuk malodor Residu Ca++ dapat menyebabkan kerusakan (degradasi) karet (Po dan PRI rendah)

43 Asam Semut Nama kimia : asam format (HCOOH) Karakteristik : Konsentrasi 94% (pemasaran) Cairan tidak berwarna hingga warna agak kuning jernih ph sangat asam (0 0.5) Sifat : Korosif terhadap kulit Mudah terbakar

44 Asam Semut Prosedur pemakaian : Dosis untuk pembuatan sleb : Diencerkan menjadi larutan 2% ml per liter lateks Keuntungan : Menghasilkan karet bermutu baik Waktu penggumpalan cepat Kelemahan : Berbahaya bagi manusia dan pohon karet Menghasilkan bokar berbau busuk (asam) Limbahnya berbahaya bagi lingkungan

45 Asap Cair Terobosan baru pengolahan karet alam Penemuan Balai Penelitian Sembawa Diproduksi PT. Global Deorub Industry Dikenal dengan Deorub Terbuat cangkang (tempurung) kelapa sawit melalui proses pirolisis Karakteristik : Cairan berwarna cokelat Berbau asap pekat

46

47 Asap Cair Keuntungan : Sebagai bahan penggumpal lateks Pencegah dan penghilang bau busuk bokar Aman bagi manusia dan lingkungan Kelemahan : Belum tersedia secara luas di tingkat petani Jenis : Deorub murni Formula Deorub : Deorub K Balai Penelitian Sembawa Deorub Super Balai Penelitian Sembawa Deorub SOP PT. Global Deorub Industri

48 DOMESTIC EXPORT Singapore Malaysia Japan Africa Thailand PT. GLOBAL DEORUB INDUSTRY PALEMBANG

49 Prosedur Pemakaian Deorub murni : Diencerkan menjadi larutan 10% 1 bagian Deorub murni + 9 bagian air Formula Deorub : Diencerkan menjadi larutan 5% 1 bagian Deorub murni + 19 bagian air Dosis : 100 ml per liter lateks 1 bagian Deorub (murni 10% atau Formula 5%) + 10 bagian lateks

50 Larutan Pekat Larutan Encer

51 Aplikasi Deorub di Pabrik Karet Remah PENYEMPROTAN SLAB PENETESAN PADA GILINGAN PENYEMPROTAN BLANKET PENYEMPROTAN REMAHAN

52 Pembuatan Bokar Bersih dan Bermutu Baik

53 Pembuatan Bokar Bersih Penanganan lateks yang baik tidak menambahkan air atau kontaminan Membuat bokar yang bersih : Tempat penggumpalan bersih (mangkok ataupun bak penggumpal) Bokar bersih : Lum mangkok Sleb lateks atau sleb lum

54 Lum Mangkok dengan Deorub (Cara ke-1) Pohon disadap Deorub dituang ke dalam mangkok Lum mangkok Lateks menetes

55 Lum Mangkok dengan Deorub (Cara ke-2) Pohon disadap Lateks menetes Tuang Deorub Lateks membeku Lateks diaduk

56 Tahap-tahap Pembuatan Sleb

57 Lateks Kebun

58 Penambahan Deorub K ke dalam lateks

59 Pengadukan

60 Penyusunan lum mangkok di bak pembeku

61 Penuangan lateks + Deorub K ke dalam lum mangkok

62 Sleb lum mangkok Sleb lateks

63 PEMBUATAN SIT

64 GAMBAR : DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN SIT

65 Pengeringan RSS dengan Energi Matahari

66 Proses Produksi SIR

67 Lambang Produk SIR 10 dan SIR 20

68 Pengawasan Mutu Bokar Pengawasan : Memastikan bokar yang dihasilkan (petani) dan diperjual-belikan (pedagang dan pabrik karet) memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan SNI tentang bokar Permendag No.54 Tahun 2016 Petugas verifikasi melakukan verifikasi mutu bokar yang diperjual-belikan Pola pemasaran bokar Tradisional Terorganisir

69 Rantai Pemasaran Bokar Tradisional (Tidak Terorganisir) 98% (2013)

70 Pemasaran Tradisional Rantai pemasaran panjang Mutu bokar rendah & beragam Sistem penjualan atas berat basah Biaya angkut & resiko susut tinggi Pengawasan : di tingkat petani paling tepat tetapi sulit tersebar dan cukup banyak (sampling) di tingkat pedagang paling memungkinkan karena lebih sedikit

71 Rantai Pemasaran Bokar Terorganisir Sekitar 2% (2013)

72 Pemasaran Terorganisir Adanya kelembagaan kelompok tani atau koperasi UPPB (Permentan) Mutu lebih seragam dan baik Pengawasan : Lebih mudah sampling kecil Dapat dilakukan di tingkat petani (kelompok tani atau koperasi)

73 Parameter Pengawasan (SNI) Kadar Karet Kering (KKK) Ukuran bokar ketebalan Kebersihan bokar kontaminansi Penggunaan Koagulan

74 Penentuan Kadar Karet Kering (KKK) Pengawasan mutu parameter KKK di SNI bokar hanya untuk lateks Syarat mutu : I (min 28%) dan II (min 20%) Penentuan KKK perlu dilakukan pada bokar berupa koagulum (gumpalan) seperti sleb dan lum mangkok Pedoman penentuan harga (transaksi jual-beli) Standar dalam pemberian bahan kimia atau aditif

75 Prosedur : Sampel yang sudah disepakati ditimbang (misal a kg) Sampel digiling dengan gilingan creper kali sampai ketebalan 3-5 mm Hasil gilingan (krep) ditiriskan selama 30 menit, kemudian ditimbang (misal b kg). Ambil sampel krep 3 buah masing-masing di bagian atas, tengah dan bawah, dengan ukuran 10 x 10 cm kemudian ditimbang bobotnya misalnya c1, c2 dan c3 (gram) dengan rerata bobotnya c gram. Sampel krep dikeringkan di dalam oven selama 3-4 jam pada suhu C, kemudian dimasukkan ke dalam desikator. Setelah dingin sampel krep kering ditimbang, misalnya d1, d2 dan d3 (gram), dengan rerata bobot d gram.

76 Perhitungan Penentuan KKK dihitung dengan rumus : b d KKK = --- x ---- x 100 % a c Perlu waktu cukup lama : 3-5 jam Mempercepat proses : faktor pengering (Fp) Dalam kondisi ini maka rumus penentuan KKK : b KKK = x Fp x 100% a Fp = 0,68 0,70

77 Teknis Pengawasan Parameter Ketebalan Standar mutu : Sit I (3 mm), II (5 mm) dan III (10 mm) Sleb : I (< 50 mm), II ( mm), III ( mm) dan IV ( > 150 mm) Lum I (< 50 mm), II ( mm), III ( mm) dan IV ( > 150 mm) Penentuan visualisasi dan pengukuran (mis : mistar, meteran, dsb) Parameter mutu ketebalan : Jarang dipermasalahkan Tetapi bokar yang bermutu baik cenderung tidak terlalu tebal

78 Tebal SLEB LATEKS/ SLEB LUM

79 Teknis Pengawasan Kebersihan Kebersihan terkait adanya kontaminan (bahan bukan karet) Kontaminan adalah bahan lain bukan karet yang tercampur dalam proses pengolahan bokar dan berpengaruh menurunkan mutu Kategori kontaminan (Permendag 53/2009) : Ringan Tatal : maks 5% (potongan kulit pohon karet) Sedang (vulkanisat karet) : tidak ada potongan Berat busa, karet gelang, dan benang karet : tidak ada pasir, tanah, lumpur, tali rafia, dan plastik

80 Teknis Pengawasan Kebersihan Pengawasan visualisasi dan analisa laboratorium Pabrik karet remah : Visualisasi Pemotongan bokar menjadi dua bagian Tidak memenuhi ditolak Contoh : tatal, bekas karung, besi, batu, pasir, tali rafia Kontaminan vulkanisat bisa visual tetapi pabrik biasanya masih ragu karena warnanya hampir sama seperti koagulum (lum) Analisa laboratorium : Laboratorium Penguji Balai Penelitian Sembawa Vulkanisat : uji kelarutan dan (solubility test) dan uji kandungan belerang (sulfur test) Kadar kotoran maksimum 0,16%

81 SUMBER KONTAMINAN VULKANISAT Kontaminan vulkanisat dapat berupa limbah kompon lateks, koagulum kompon lateks, limbah lembaran vulkanisat barang jadi lateks (sarung tangan, kondom, busa) dan barang-barang lateks atau barang-barang karet padat dengan pengisi kaolin, kalsium karbonat atau silika. Koagulum kompon lateks limbah kompon lateks

82 Perbaikan mutu bokar penting: untuk meningkatkan mutu karet ekspor Indonesia (SIR)

83 JENIS-JENIS BOKAR YANG DIHASILKAN OLEH PETANI DARI BEBERAPA PROVINSI

84 LUM-SLAB PRODUKSI PETANI ACEH

85 LUM-SLAB PRODUKSI PETANI JAMBI

86 SLAB PRODUKSI PETANI SUMATERA SELATAN

87 LUM SLAB PRODUKSI PETANI SUMATERA SELATAN

88 LUM-SLAB PRODUKSI PETANI BENGKULU

89 SLAB PRODUKSI PETANI BANGKA-BELITUNG

90 LUM-SLAB PRODUKSI PETANI LAMPUNG

91 SIT ANGIN PRODUKSI PETANI KALIMANTAN BARAT

92 LUM BAMBU PRODUKSI PETANI KALIMANTAN BARAT

93 LUMP KAMPUNG DI KALIMANTAN BARAT

94 SIT ASAP PRODUKSI PETANI KALIMANTAN SELATAN

95 LUM MANGKOK PRODUKSI PETANI KALIMANTAN SELATAN

96

97 Penanganan Lateks Kebun Bahan baku lateks pekat lateks kebun segar Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil lateks pekat yang baik Penurunan mutu biasanya disebabkan oleh terjadinya proses pra koagulasi/ pembuburan Prakoagulasi lateks dipengaruhi oleh beberapa faktor : aktivitas mikroorganisme aktivitas enzim Iklim Pengangkutan adanya kontaminasi kotoran

98 Penanganan Lateks Kebun Untuk mencegah prakoagulasi perlu diperhatikan : Alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat Lateks harus segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak goncangan Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung Penambahan anti koagulan amoniak (NH3)

99 Lateks Pekat Adalah lateks kebun yang dipekatkan sehingga dari KKK 28-30% menjadi KKK %. Jenis : Pemusingan (centrifuge) lateks pekat sentrifuse/pusingan Pendadihan (creaming) lateks dadih Jenis Lateks Pekat Lateks pekat pusingan amoniak tinggi Lateks pekat pusingan amoniak rendah Lateks dadih amoniak tinggi Lateks dadih amoniak rendah Dosis Pemberian Amoniak 0,60-0,70 % b/b 0,45-0,55 % b/b 1,00-1,50 % b/b 0,75-1,00 % b/b

100 Lateks Pekat Pusingan/Sentrifuse Pembuatan lateks pekat menggunakan alat pemusingan (centrifuge). Lateks segar dipusingkan (diputar) dengan kecepatan kira-kira putaran per menit (rpm). Partikel berat yang terdapat pada lateks akan bergerak ke atas dan lateks akan terpisah menjadi dua bagian. Bagian lateks pekat KKK sekitar 60 % dan rapat jenis (densitas) sekitar 0,94 Bagian lateks skim KKK 3-8 % dan rapat jenis sekitar 2,02 Keuntungan : kualitas lateks sangat baik murni lateks Kekurangan : peralatan mahal dan butuh energi listrik

101 Mesin Sentrifuses

102 Mesin Sentrifuses

103 Layout Pengolahan Lateks Sentrifuse

104 Lateks Dadih Untuk pengolahan di tingkat petani cara pendadihan Keutungan : alatnya sederhana dan murah, serta prosesnya mudah Kelemahan : sifat teknis dibawah lateks sentrifuse adanya bahan pendadihan Peralatan yang diperlukan adalah tangki pendadih dari plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60 mesh Bahan bahan pendadih : campuran amonium alginat dan karboksil metil selulose (CMC) Bahan pemantap : amonium laurat

105 Lateks Dadih Tahapan pembuatan : Penerimaan dan penyaringan lateks kebun Penyiapan larutan pendadih dan pemantap Pendadihan Pemanenan Keterangan : a : corong plastik b : pipa masuk lateks segar c : pipa-kran pemanenan lateks dadih d : pipa-kran pengeluaran skim

106 Lateks Dadih

107 Penerimaan dan penyaringan lateks kebun Kebersihan peralatan sadap (ember, pisau, mangkuk dll) sangat diperlukan menentukan mutu lateks pekat Sisa gumpalan/bekuan yang ada di mangkuk, bidang sadap dan talang sadap diambil sebelum penyadapan dilakukan Setelah lateks dikumpulkan di dalam ember, segera tambahkan larutan amoniak, kemudian dibawa ke tempat pengolahan Lateks disaring dengan saringan baja tahan karat ukuran 60 mesh Dilakukan pengujian KKK lateks minimal 28% supaya diperoleh lateks pekat dengan KKK minimal 60 %.

108 Penyiapan larutan pendadih dan pemantap Lateks yang telah disaring ditambah bahan-bahan kimia sebagai berikut : (1) larutan amonia 20 % sebanyak 35 ml per liter lateks (2) bahan pendadih berupa larutan amonium alginat 2% sebanyak 50 ml per liter lateks (3) bahan pendadih berupa 50 ml larutan karboksi metil selulose 2% per liter lateks (4) bahan pemantap berupa 2,5 ml larutan amonium laurat 20% per liter lateks Lateks dan bahan-bahan kimia tersebut kemudian diaduk dengan pengaduk kayu selama 30 menit

109 Proses pendadihan dan Pemanenan Campuran lateks dan bahan-bahan kimia dimasukkan ke dalam tangki pendadih Pada hari pertama lateks dapat dimasukkan melalui bagian atas tangki (tutup), untuk hari selanjutnya campuran lateks dimasukkan melalui corong plastik (a) dan saluran penuangan (b) supaya tidak tercampur dengan lateks hari sebelumnya. Serum dikeluarkan keesokan harinya dari keran di bagian bawah Proses tersebut diulang setiap hari sampai hari ke kg lateks kebun per hari. Pada hari ke-15 dan seterusnya akan dihasilkan/dipanen lateks pekat (dadih) dari 20 kg lateks kebun/hari akan diperoleh lateks pekat sekitar 9,1 kg/hari.

110 Lateks Dadih Kendala untuk menghasilkan lateks pekat : (1) diperlukan modal investasi untuk membeli peralatan (2) kurang terjaminnya ketersediaan bahan-bahan kimia (3) diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam proses pengolahan Pengolahan lateks pekat iringan teknologi pembuatan barang jadi berbasis lateks pekat Bantal busa Balon Sarung tangan

111 Standar mutu LATEKS PEKAT (ISO 2004) Nilai Karakteristik Metode uji Tipe HA Tipe LA KJP, %, min 61,5 61,5 KKK, %, min 60,0 KJP-KKK, %, maks Tipe HA Dadih Tipe LA Dadih 61,5 66,0 66,0 ISO ,0 60,0 64,0 64,0 ISO 126 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0-0,6 min 0,29 maks 0,56 maks 0,35 maks ISO 125 MST, detik, min ISO 35 Kandungan koagulum, %, maks 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 ISO 706 Kandungan Cu, mg/kg KJP, maks ISO 8053 Kandungan mangan, mg/kg KJP, maks ISO ,10 0,10 0,10 0,10 ISO 2005 Alkalinitas, % dalam LP Sludge cont. %, maks Tipe XA 0,30 min 0,10 VFA <0,20 ISO 506 Bil KOH <1,0 ISO 127 Warna Bau Tidak berwarna biru/abu-abu - Tidak berbau -

112 TERIMA KASIH

Teknologi Pengolahan Bokar Bersih

Teknologi Pengolahan Bokar Bersih Teknologi Pengolahan Bokar Bersih Afrizal Vachlepi disampaikan pada Bimbingan Teknis Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Berbasis GMP Direktorat Jenderal Perkebunan Pusat Penelitian Karet 23-27 Mei 2016

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bahan olah karet ICS Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Standar Nasional Indonesia...i No...4 Parameter...4 No...5 Parameter...5 i Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENINGKATAN MUTU BAHAN OLAH KARET MELALUI PENATAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat

Lebih terperinci

KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK

KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK Dr. Sinung Hendratno Pusat Penelitian Karet Kegiatan Pertemuan Teknis Komoditas tentang Paparan Komoditas Karet untuk PBK/SRG/PL Biro Analisis

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGOLAHAN, PEMASARAN DAN PENGAWASAN BAHAN OLAH KARET BERSIH YANG DIPERDAGANGKAN DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR No.393, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan

Lebih terperinci

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS Anjloknya harga karet Indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan kualitas bokar (bahan olah karet) yang diproduksi oleh petani, dimana dalam pengolahan bokar-nya masih banyak petani karet yang mempergunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KOMODITI EKSPOR STANDARD INDONESIAN RUBBER YANG DIPERDAGANGKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo No.1194, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. BOKARSIR. Pengawasan Mutu. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH KARET SPESIFIKASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN. Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/KPTS/KB.020/6/2016 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN KARET

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/KPTS/KB.020/6/2016 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN KARET KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/KPTS/KB.020/6/2016 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN KARET Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU

KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU Jurnal Penelitian Karet, 2015, 33 (2) : 175-182 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2015, 33 (2) : 175-182 KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal

Lebih terperinci

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang Penentuan Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet telah dilakukan. Kedalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Propinsi Lampung Perkebunan karet di Provinsi Lampung menurut status pengusahaanya dibedakan menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk 48 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA 4.1. Gambaran Umum Karet Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mutu Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aagrobisnis Perkebunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Produksi Ribbed Smoked Sheet dan Estate Brown Crepe Lateks hasil sadapan dari kebun diangkut ke tiap afdeling. Lateks dikumpulkan disebuah bak yang ada tiap afdeling yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT. Abstrak

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT. Abstrak PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT Eli Yulita (1), (2), (2) Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang (1) Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS M-2 PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS Mili Purbaya 1), Tuti Indah Sari 2), Chessa Ayu Saputri 2), Mutia Tama Fajriaty

Lebih terperinci

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Saat ini Asia menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai tahun 2004, produksi karet alam Indonesia 1,905 juta ton, masih menempati nomor 2 setelah Thailand sebesar 2,848 juta ton dari produksi karet alam dunia 8,307

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet alam adalah komoditi homogen yang cukup baik. Karet mempunyai daya lentur yang sangat tinggi, kekuatan tarik dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah, daya

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM

PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM Jurnal Penelitian Karet, 2014, 32 (1) : 74-80 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2014, 32 (1) : 74-80 PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM Effect of Various

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Desember 2009. Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Pabrik Pengolahan RSS dan Laboratorium

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan 59 IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA A. Perekonomian Karet Indonesia Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 26 Pasar dikatakan tidak ada hubungan/tidak terintegrasi pada jangka pendek jika IMC tinggi dan pada jangka panjang jika nilai sangat mendekati 0. Jika terjadi integrasi maka perubahan harga yang terjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat, lateks karbohidrat rendah (Double Centrifuge latex/lds), lateks DPNR (Deproteinized Natural Rubber),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 35-40 PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT Eli Yulita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (2,97 juta ton).

Lebih terperinci

Produksi Bersih. Proses: Dampak: Peningkatan efisiensi Peningkatan kinerja lingkungan Peningkatan keunggulan kompetitif

Produksi Bersih. Proses: Dampak: Peningkatan efisiensi Peningkatan kinerja lingkungan Peningkatan keunggulan kompetitif TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Produksi Bersih dan Penerapannya Produksi bersih didefinisikan sebagai penerapan secara kontinyu dari strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif pada proses produksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk memuaskan sebagian atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lateks pekat sebagai bahan utama pada penelitian ini tetap berada dalam bentuk emulsi sebelum diolah menjadi bahan baku pada industri. Biasanya lateks pekat banyak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada semester genap kalendar akademik tahun 2010-2011 Universtias Lampung. Lokasi penelitian dilaksanakan di dua tempat berbeda yaitu

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU KRITEX SP SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS

PENGUJIAN MUTU KRITEX SP SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS Jurnal Penelitian Karet, 2012, 30 (2) : 108-116 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2012, 30 (2) : 108-116 PENGUJIAN MUTU KRITEX SP SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS Quality Test of Kritex SP as a Latex Coagulant Mauritz

Lebih terperinci

DOK.KTI 721. Proceeding of. Second Added Value Of Energy Resources. 2 nd AvoER Palembang, Juli 2009

DOK.KTI 721. Proceeding of. Second Added Value Of Energy Resources. 2 nd AvoER Palembang, Juli 2009 DOK.KTI 721 Proceeding of Second Added Value Of Energy Resources 2 nd AvoER 2009 Palembang, 29 30 Juli 2009 PENINGKATAN EFISIENSI KAPASITAS KAMAR PENGERING SIT ASAP DENGAN PEMANFAATAN SINAR MATAHARI Mili

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet sudah lama sekali digunakan orang, penggunaannya meningkat sejak Googyear pertama kali memvulkanisasinya pada tahun 1839 dengan cara memanaskan campuran karet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai iklim dan hawa yang sama panasnya dengan negeri kita, karena itu karet mudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GARAM AMMONIUM DALAM PRODUKSI KARET VISKOSITAS RENDAH DARI LATEKS

PENGGUNAAN GARAM AMMONIUM DALAM PRODUKSI KARET VISKOSITAS RENDAH DARI LATEKS Jurnal Penelitian Karet, 2015, 33 (2) : 193-202 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2015, 33 (2) : 193-202 PENGGUNAAN GARAM AMMONIUM DALAM PRODUKSI KARET VISKOSITAS RENDAH DARI LATEKS The Use of Ammonium Salt

Lebih terperinci

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks oleh: Faranita Lutfia Normasari 131710101029 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember 2014

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Provinsi Lampung Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian penting di lingkungan Internasional dan juga Indonesia. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Metode Analisis Lateks

LAMPIRAN. Lampiran 1. Metode Analisis Lateks LAMPIRAN Lampiran 1. Metode Analisis Lateks 1.1. Penetapan Total Alkalinitas (ASTM D 1076-97) Pertama masukkan sejumlah ± 5 g lateks ke dalam botol timbang 10 cm 3. Setelah itu timbang botol timbang yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan adalah satuan unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan kandungan air dari suatu bahan dengan menggunakan panas. Kandungan air di dalam bahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton) A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU. PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU. PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU A. Sejarah PT. Riau Crumb Rubber Factory PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

POLIISOPREN. Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian BRAWIJAYA UNIVERSITY

POLIISOPREN. Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian BRAWIJAYA UNIVERSITY POLIISOPREN 1 Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian BRAWIJAYA UNIVERSITY SEJARAH PRODUK ELASTOMER The chemistry of vulcanization is a combination

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipakai adalah laboratorium BKT FTSP UII, laboratorium Teknik Lingkungan dan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia. Adapun

Lebih terperinci

LATEKS ALAM IRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA BARANG JADI KARET

LATEKS ALAM IRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA BARANG JADI KARET LATEKS ALAM IRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA BARANG JADI KARET Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perkebunan karet paling luas di dunia. Sebagian besar karet alam tersebut

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Susy Lesmayati 1 dan Retno Endrasari 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan 2 Balai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Karet Alam Karet alam pertama kali ditemukan oleh Christopher Columbus pada tahun 1493 ketika melihat seorang anak penduduk asli pulau Haiti sedang bermain bola berwarna

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO (SOCFINDO) berdiri pada tanggal 7 Desember 1930 dengan nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. SOCFINDO dialihkan di bawah pengawasan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, analisa dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Tinjauan Agronomis Karet Alam (Hevea brasiliensis)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Tinjauan Agronomis Karet Alam (Hevea brasiliensis) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Agronomis Karet Alam (Hevea brasiliensis) Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010] II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Karet Alam Olahan Getah karet atau lateks diperoleh secara teknis melalui penyadapan pada kulit batang karet. 5 Penyadapan ini memerlukan teknik yang khusus untuk mendapat

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR NURYATI, JAKA DARMA JAYA, MELDAYANOOR Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaring, bambu, pelampung, hand refraktometer,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS JAKA DARMA JAYA 1, NURYATI 1, BADRI 2 1 Staff Pengajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Januar Arif Fatkhurrahman 1 dan Ikha Rasti Julia Sari 1

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan. PT. Hadi Baru didirikan tanggal 1 Agustus 1964 di hadapan notaris, Roesli SH, di Medan dengan akte No. 97/HB/1/1961 tertanggal 17 Januari 1961 dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Jurnal Agro Industri Perkebunan Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Maryanti 1)* dan Rachmad

Lebih terperinci

Oleh Ir. Kgs. Abdul Kodir, M.Si Budi Raharjo, S.Tp.,M.Si I.K.W. Edi, SP

Oleh Ir. Kgs. Abdul Kodir, M.Si Budi Raharjo, S.Tp.,M.Si I.K.W. Edi, SP Oleh Ir. Kgs. Abdul Kodir, M.Si Budi Raharjo, S.Tp.,M.Si I.K.W. Edi, SP LATAR BELAKANG Koridor Sumatera adalah produsen karet terbesar di Indonesia, menghasilkan ± 65 % dari produksi karet nasional Sumatera

Lebih terperinci