PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEKS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHASA INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs. KELAS / SEMESTER : IX / 1 : MEMANDU ACARA KOMPETENSI INTI :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Pemodelan)

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diimplementasikan di sekolah secara bertahap mulai tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk. komponen keterampilan bahasa adalah menulis.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pada pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 menempatkan

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 1996:11). Pembelajaran adalah

XII. PEMINATAN BAHASA DAN BUDAYA A.Bahasa dan Sastra Indonesia. Satuan Pendidikan : SMA/MA : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 4 :

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 2014 MATERI PENDAMPINGAN IMPLEMENTAS KURIKULUM 2013 DIKMEN

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA DAN MA (WAJIB)

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) : 20 x Pertemuan (40 JP)

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

SILABUS MATA PELAJARAN: BAHASA DAERAH KURIKULUM Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Pembelajaran Penilaian. Silabus Bahasa Daerah SMP/MTs 36

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pengenalan Budaya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahirnya kurikulum 2013 sebagai penerapan kurikulum yang baru ternyata

SILABUS MATA PELAJARAN: BAHASA DAERAH KURIKULUM 2013

IKLAN. File bisa dikirim Via ataupun Paket CD yang dikirim langsung ke alamat anda.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INGGRIS SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

SILABUS MATA PELAJARAN: BAHASA DAERAH KURIKULUM 2013

INSTRUMEN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT DI KELAS X SMA NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNANETRA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Di dalam kurikulum ini terdapat pergeseran model pembelajaran dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INGGRIS SMALB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TUMIJAJAR

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diberlakukan untuk meningkatkan mutu serta hasil pendidikan

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS/SEMESTER: VII/2

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

MENDESAIN DAN MELAKSANAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Kamaliyah

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Mei 2015 PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pendidikan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnaya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kurikulum 2013 tercatat sebagai perubahan ketiga selama era politik

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEKS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Siti Hamidah Universitas Langlang Buana Jl. Karapitan Bandung Pos-el: siha.pendbi@gmail.com ABSTRAK Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Teks Cerita Pendek Pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Tujuan Penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah pembelajaran teks cerita pendek dengan tujuan utama pembelajaran sastra yang apresiasif dengan menggunakan langkahlangkah pendekatan saintifik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik studi pustaka. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pembelajaran sastra dengan tidak mengabaikan apresiasi terhadap karya sastra dapat dilakukan dengan pendekatan saintifik yang menjadi ciri khas kurikulum 2013. Pendekatan saintifik merupakan proses mendekati pemahaman pembelajaran secara ilmiah dengan menerapkan konsep-konsep penelitian ilmiah menuju pembelajaran yang bersifat empiris, aktif, kreatif dan efektif. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada kompensi inti 3.1 memahami teks cerita pendek meliputi kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi/menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Kata kunci: pendekatan saintifik, teks, pembelajaran sastra, cerpen. PENDAHULUAN Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang harus dikuasai oleh para pendidik guna menerapkan tujuan pendidikan yang relevan dan sesuai acuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam Kurikulum 2013, melahirkan kesadaran terhadap posisi dan peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge), bahasa diyakni sebagai wahana untuk mentransmisi ilmu pengetahuan. Hal ini memvitalkan kemampuan berbahasa peserta didik guna mengembangkan ilmu pengetahuan yang selaras dengan kemampuan berbahasa yang mereka miliki. Kemahiran menguasai makna dan struktur bahasa Indonesia menjadi pengetahuan yang terintegrasi dengan kemampuan berbahasa peserta didik, dalam rangka memahami dan menguasai pembelajaran bidang studi lainnya. Pembelajaran bahasa Indonesia selama ini dirasakan kurang mampu memelajarkan peserta didik agar mampu meningkatkan kemampuan membaca (salah satunya) bahkan hanya pada tahap melestarikan kebiasaan membaca pun mata pelajaran Bahasa Indonesia belum mampu mengantarkan peserta didik pada budaya membaca sebagai sarana meraih ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan salah satu masukan untuk melakukan reorientasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia khususnya. Kurikulum 2013 saat ini memberikan solusi pembelajaran bahasa Indonesia dengan mengedepankan pembelajaran berbasis teks guna menjawab kebutuhan tersebut. Kurikulum 2013 tidak hanya mengusung pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, akan tetapi juga menawarkan pendekatan yang mampu membudayakan peserta didik untuk belajar secara aktif dengan mengasah afektif dan mengembangakan kognitif tingkat tinggi. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa kondisi pebelajar saat ini cenderung hanya menerima pembelajaran secara pasif dan berpusat pada kognitif tingkat rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil riset TIMSS (Trends in International Mathematics and 107

Science Study) yang menunjukkan Siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi (Kemendikbud, 2013c). Hasil penelitian tersebut mendorong adanya perubahan dalam pendekatan pembelajaran, agar pendidikan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan-kemampuan yang dirasa amat rendah tersebut. Salah satunya adalah penerapan pendekatan saintifik dan kontekstual untuk memperoleh kemampuan kreatif melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (trying) dan membentuk jejaring (networking). Pembelajaran teks sastra, khususnya cerita pendek adalah pembelajaran yang tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kompetensi yang diharapkan oleh kurikulum 2013, tetapi juga sudah seharusnya melibatkan apresiasi terhadap karya cipta dan budaya. Pembelajaran sastra berbasis teks dengan bingkai pedekatan saintifik harus diselaraskan dengan upaya apresiatif terhadap karya tersebut. Sehingga pendekatan saintifik dirasakan cukup relevan dan sesuai dengan penahapan apresiasi yang telah dikenal sebelumnya. Latar belakang permasalahan tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam penulisan ini, untuk menelusuri lebih lanjut mengenai pengertian pendekatan saintifik dan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya pada pembelajaran memahami cerita pendek. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu fenomena atau kondisi yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Menurut Nazir (2005) metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka atau studi dokumentasi. Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang diarahkan kepadapencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen tertulis, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalamproses penulisan.sumber data adalah kurikulum satuan pendidik SMP Kelas VII dan materi pembelajaran apresiasi sastra dengan instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan teknik penganalisis bahan pustaka untuk mendeskripsikan langkah pembelajaran teks cerita pendek pada pembelajaran sastra yang apresiasif dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan saintifik HASIL DAN PEMBAHASAN Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik merupakan proses mendekati penahaman pembelajaran secara ilmiah dengan menerapkan konsepkonsep penelitian ilmiah menuju pembelajaran yang bersifat empiris, aktif, kreatif dan efektif. Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran, Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mencoba, dan mengomuikasikannya (Atsnan, 2013). Pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan saintifik yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba (observation-based learning). Selain itu, pembiasaan yang diterapkan pada peserta didik untuk belajar dalam jejaring melalui pembelajran kolaboratif (collaborative learning) untuk me- 108

ningkatkan kreativitas peserta (Dikbud, 2014). Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran (Kemendikbud, 2013c). Huda (2013: 90) menjelaskan, bahwa inti dari model penelitian ilmiah adalah melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benarbenar orisinal dengan cara menghadapkan mereka pada bidang investigasi, membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam bidang tersebut dan mengajak mereka untuk merancang cara-cara memecahkan masalah. Pada langkah praktis pembelajaran pendekatan saitifik dapat dilakukan penguatan pendekatan dengan menerapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok, maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) (Kemendikbud, 2013d). Pendekatan saintifik yang diadaptasi oleh kurikulum 2013 untuk meningkatkan kemampuan kreativitas peserta didik melalui tahapan: menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifatsifat nonilmiah (Kemendikbud, 2013c). Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 merupakan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa:... pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidahkaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia (Kemendikbud, 2013a, b). Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks tersebut disesuai dengan kurikulum 2013, di antaranya pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII, yang terdiri atas jenis teks laporan hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan teks cerita pendek diimplementasikan dengan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Teks Cerita Pendek Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada kurikulum 2013, meliputi kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi/menalar, mencoba, dan 109

mengomunikasikan, disarankan dilakukan pada semua jenis teks pembelajaran yang dirumuskan oleh kompetensi dasar kurikulum 2013, dan menyesuaikan dengan ketersampaian kompetensi maupuan tujuan pembelajaran. Pembelajaran Teks Cerita Pendek (Cerpen) Pembelajaran teks cerita pendek (cerpen) dalam kurikulum 2013 dirumuskan dalam kompetensi dasar (kompetensi yang harus dipelajari) mata pelajaran, untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Sayangnya, di setiap jenjang kelas pada sekolah menengah pertama hanya ditemukan dua jenis teks sastra: cerita pendek (kelas VII), cerita moral/fabel (kelas VIII) dan tidak ditemukan teks sastra pada kelas IX. Kompetensi dasar pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP adalah mempelajari teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek dengan tahapan Kompetensi Inti 3 (KI 3): memahami, membedakan, mengklasifikasi, dan mengidentifikasi kekurangan teks. Untuk Kompetensi Inti 4 (KI 4): menangkap makna, menyusun, menelaah dan merevisi, meringkas teks. Dengan demikian, pembelajaran teks cerita pendek meliputi tuntutan kompetensi memahami, membedakan, mengklasifikasi, dan mengidentifikasi kekurangan teks cerita pendek pada KI 3, dan menangkap makna, menyusun, menelaah dan merevisi, serta meringkas teks cerita pendek pada KI 4. Semua tahapan pembelajaran tersebut sudah tentu tidak dapat dilakukan hanya dalam satu kali pertemuan saja, maka sebaiknya pendidik merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan alokasi waktu yang tepat, sehingga seluruh kompetensi yang dituntut kurikulum dapat dilakukan. Selajutnya penelitian ini akan membatasi penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran teks cerita pendek yang ada pada KI 3, yakni Kompetensi Dasar memahami, teks cerita pendek. Walaupun dalam praktiknya sangat dimungkinkan untuk mengintegrasikan setiap kompetensi dasar, apabila masih relevan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran Apresiasi Cerpen Pembelajaran sastra (cerita pendek) adalah pembelajaran yang dapat menambahkah pengalaman (empiris) dan nilai-nilai kehidupan yang sangat dimungkinkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, Rahmanto (1988; 12) berpendapat: sebuah karya sastra akan lebih dari hanya sekadar bahasa yang merupakan bahan pokoknya. Karena salah satu fungsi bahasa menunjukkan atau mengungkapkan pengalaman orang yang memakainya, tidaklah berlebihan jika kita menganggap sastra sebagai pernyataan atau pengungkapan dunia pengarang dan pembacanya yang kompleks dan menyeluruh. Pengalaman pengarang dalam karyanya merupakan bentuk asimilasi dari nilainilai yang telah disaring dan dapat dimanfaatkan oleh pembacanya. Pengalaman membaca merupakan salah satu kegiatan yang menambah wawasan. Walaupun pengalaman membaca sastra bukanlah pengalaman langsung (fisik), tetapi pengalaman membaca mampu menambah wawasan pembacanya. Pengalaman bersastra tidak hanya sebatas membaca, tetapi pengalaman bersastra yang sangat bermanfaat adalah pengalaman mengapresiasi. Apresiasi sastra adalah suatu kegiatan mengakrabi karya sastra untuk mendapatkan pemahaman, penghayatan, dan penikmatan terhadap karya itu, hingga diperolehnya kekayaan wawasan dan pengetahuan, 110

kepekaran pikir dan rasa terhadap segi kehidupan (Aisyah, 2009: 63). Lebih lanjut Aisyah menjelaskan, bahwa tujuan apresiasi prosa, khususnya cerita pendek, akan diperoleh pembaca apabila melakukan langkah-langkah: (1) membaca karya prosa tersebut hingga dapat merasakan keterlibatan jiwa dengan apa yang disampaikan dan diceritakan oleh pengarang; (2) menilai dan melihat hubungan antara gagasan pengalaman yang ingin disampaikan pengarang dengan kemampuan teknis pengarang dalam mengolah unsur-unsur cerita pendek, seperti tokoh (penokohan), alur (pengaluran), latar, gaya bahasa, penceritaaan, tema; (3) menemukan relevansi karya itu dengan pengalaman pribadi dan kehidupan umumnya. Ketiga langkah apresiasi tersebut, dapat dilakukan dalam pembelajaran teks cerita pendek dengan menggunakan metode pembelajaran saintifik. Jika masih ada anggapan, bahwa sastra khususnya cerita pendek bukanlah kegiatan ilmiah adalah tidak tepat. Sastra dan pembelajaran sastra dapat menerapkan pendekatan ilmiah dalam menemukan kebermanfaat dalam kehidupan. Sastra tidaklah sekadar dihasilkan untuk dinikmati sebagai media penghibur, tetapi sastra merupakan hasil karya, cipta yang kaya akan rasa dan nilai-nilai kehidupan. Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Teks Cerpen Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, langkah-langkah pembelajaran saintifik meliputi kegaitan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Pada pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks ada langkahlangkah pengembangan teks yang harus dilibatkan dalam proses pembelajaran yang meliputi empat tahap pembelajaran, yaitu: (1) tahap pembangunan konteks, (2) tahap pemodelan teks, (3) tahap pembuatan teks secara bersama-sama, dan (4) tahap pembuatan teks secara mandiri (Kemendikbud, 2013). Namun dalam pelaksanaan pembelajaran keempat tahapan tersebut dapat muncul secara bersamaan atau sebagian saja, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Berikut akan dijelaskan langkahlangkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran teks cerita pendek pada KI 3: 3.1 Memahami tek cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan. Memahami teks cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan Mengamati: Membaca teks cerpen dengan cermat. Untuk membangun konteks sebelum mengamati guru (pendidik) menjelaskan: (1) tema dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan; (2) sejarah singkat tentang cerpen dan (3) hal-hal apa sajakah yang harus ditemukan peserta didik selama proses mengamati teks cerita pendek; (4) guru dan peserta didik saling menyepakati pengekplorasian pengamatan mulai dari halhal yang harus ditemukan siswa maupun temuan diluar hal-hal yang disepakati. Dalam tahap membangun konteks dapat dilakukan juga dengan guru memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulus mengenai pengalaman peserta didik mengenal teks cerita pendek. Selanjutnya guru melakukan pemodelan siswa membacakan teks cerita pendek dengan penuh apresiatif dan kreatif, agar dapat disimak dan didengarkan sebagai proses membangun konteks menuju tahap pengamatan. Guru juga melakukan pemodelan dengan memberikan/membagikan teks cerita pendek yang akan dijadikan objek pengamatan. Siswa mengamati teks cerita pendek yang diberikan oleh guru. Sebagai contoh guru dan siswa menyepakati kebebasan mengamati dan menyepakati halhal minimal yang harus ditemukan siswa: mengenal dan memahami bentuk teks cerpen, susunan teks, paragraf dalam teks, 111

kosakata, dan konjungsi yang digunakan dalam teks cerpen. Melalui proses mengamati, siswa bisa mendapatkan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang diamati dan dianalisis, dengan materi yang diberikan oleh guru. Tugas guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Menanya: Mempertanyakan tentang teks cerpen (struktur dan ciri-ciri bahasa) Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca dan dilihat. Proses menanya dalam tahapan ini dapat diartikan secara multipraktik, baik itu praktik peserta didik menanya kepada guru mengenai hal-hal yang akan dilakukan, kejelasan materi, maupun kejelasan instruksi pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah. Dalam praktik kedua, siswa dapat saling menanya, menjawab ataupun melontarkan pernyataan, baik dalam kondisi diskusi kecil dalam kelompok pengamatan maupun dalam pembelajaran kelas mengenai hal-hal yang hendak ditemukan, didapatkan, dan dipahami selama proses pembelajaran. Atau sebaliknya, guru yang memberikan pertanyaan maupun pernyataan yang akan dikritis peserta didik agar peserta didik dapat meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak, berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, dan hal lain yang lebih abstrak. Dalam sisi interkasi, peserta didik dapat mengembangkan pola berpikir dalam berdiskusi, beragumen, menerima gagasan/pendapat, menyampaikan pendapat pribadi secara santun, menerima kekurangan diri dan kelebihan orang lain, dan mengembangkan toleransi dalam kehidupan berkelompok. Mengeksplorasikan: Mendiskusikan struktur isi teks cerpen (judul, tokoh dan penokohan, latar, konflik, klimaks, leraian, amanat) Mendiskusikan ciri bahasa teks cerpen. Mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya dari hasil pengamatan. Kegiatan mengeksplorasi merupakan tindak lanjut dari menanya. Proses ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan, dan menemukan fakta-fakta dan fenomena yang terdapat pada objek pengamatan. Pada tahapan ini, pengintegrasian KI 1 dan KI 2 dapat membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, dan mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasikan/menalar: Menemukan makna isi teks cerita pendek Mengaitkan isi cerpen dengan kehidupan nyata. Praktik menalar atau mengasosiasi adalah aktifitas memproses informasi yang ditemukan, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dalam pembelajaran teks cerita pendek ini, peserta didik diasah kemampuannya dalam mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa. Kemudian memasukannya menjadi penggalan pengalaman yang akan berinterkasi dengan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dengan cara mengumpulkan informasi, memprosesnya dengan menemukan makna yang terkandung 112

dalam teks, dan mengaitkannya dengan pengalaman pada dunia nyata peserta didik. Setelah menemukan keterkaitan antarinformasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan. Mengomunikasikan: Menjelaskan teks cerpen dari segi struktur dan ciri-ciri bahasa: Kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, atau kepribadiannya. Kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (latar waktu, tempat, dan suasana) Kata kerja yang menunjukkan peristiwaperistiwa yang dialami para pelaku. Struktur cerita pendek Sudut pandang pengarang (point of view). Makna isi cerita pendek (nilai-nilai yang terkandung) Pengalaman peserta didik yang ada kaitannya dengan teks cerita pendek. Pada pendekatan saintifik sangat dimungkinkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari, baik secara langsung maupun tidak. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mengamati, mengeksplorasi, mengasosiasikan, menemukan struktur, ciriciri kebahasaan, makna, dan pengalaman yang berkaitan dengan teks cerita pendek. Hasil tersebut dapat disampikan di depan kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat juga dilakukan dengan menuliskan hasil-hasil pengamatan, pengekplorasian, penalaran, dan penemuaan dari pembelajaran yang telah berlangsung sebagai pengalaman peserta didik. SIMPULAN Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik secara aktif menemukan kebermaknaan pembelajaran melalui tahapan-tahapan yang diadaptasi dari metode penelitian ilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud kurikulum 2013 meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengokumikasikannya. Meskipun dalam praktik pembelajarannya ada yang mengembangkan menjadi mengamati, mengumpulkan data, mengolah data, mengomunikasikan, menginovasi, dan mencipta. Namun dalam pembelajaran bahasa Indonesia tahapan-tahapan tersebut disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap proses pembelajaran. Tahapan-tahapan saintifik tersebut terkadang hanya sampai pada tahapan mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikannya seperti yang dijelaskan dalam makalah ini. Pembelajaran sastra dalam kurikulum 2013 tidak memiliki ruang yang seimbang dengan pembelajaran bahasa. Namun pembelajaran sastra yang meliputi pembelajaran teks cerita pendek (kelas VII) dan teks moral/fable (kelas VIII) dipelajari secara mendalam dirikan dengan kompetensi yang harus dicapai meliputi kompetensi memahami, membedakan, mengklasifikasi, mengidentifikasi, menangkap makna, menyusun, menelaah, merevisi dan meringkas sehingga diharapkan tingkat apresiatif didapatkan dalam pembelajaran sastra tersebut. Kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu sehingga diharapkan serta merta meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap karya cipta, budaya masyarakat salah satunya teks cerita pendek. 113

PUSTAKA RUJUKAN Aisyah, N.L. 2009.Panduan apresiasi prosa-fiksi dan pembelajarannya. Bandung: Rumput Merah. Atsnan, M.F. dan Gazali, R.Y. 2013.Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII materi bilangan (pecahan). [Online]. Tersedia di: [Diakses 12 Maret 2014]. Dikbud. 2014. Hadiah untuk Indonesia. Dikbud: Mendidik sejak dini sekolah setinggi mungkin,menjangkau lebih jauh, Edisi 1 (V) Februari. Jakarta: Kemendikbud. Huda, M. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran: isu-isu metodis dan paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013a.Bahasa Indonesia wahana pengetahuan untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Kemendikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013b.Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan: buku guru untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Kemendikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013c.Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 SMP/MTs Bahasa Indonesia. Jakarta: BPSDMPK dan PMP. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013d.Pembelajaran berbasis kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia melalui pendekatan saintifik. Jakarta: Direktorat PSMA. Rahmanto, B. 1988.Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 114