HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Plot jenis pengamatan pencilan.

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Algoritma Cepat Penduga GS

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

Pencilan. Pencilan adalah pengamatan yang nilai mutlak sisaannya jauh lebih besar daripada sisaan-sisaan lainnya

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. suatu metode yang disebut metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square OLS).

BAB I PENDAHULUAN. hubungan ketergantungan variabel satu terhadap variabel lainnya. Apabila

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya

BAB I PENDAHULUAN. lebih variabel independen. Dalam analisis regresi dibedakan dua jenis variabel

Analisis Regresi 1. Model-model Regresi yang Lebih Lanjut. Pokok Bahasan : Itasia & Y Angraini Dep. STK FMIPA-IPB

Efektivitas Metode Regresi Robust Penduga Welsch dalam Mengatasi Pencilan pada Pemodelan Regresi Linear Berganda

HASIL DAN PEMBAHASAN Model Regresi Poisson

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN METODE MCD-BOOTSTRAP DAN LAD- BOOTSTRAP DALAM MENGATASI PENGARUH PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN

ADE (Analisis Data Eksplorasi)

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO

viii METODE REGRESI LEAST TRIMMED SQUARES PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN ANNI FITHRIYATUL MAS UDAH

PENDEKATAN WINSOR PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN MURIH PUSPARUM

VI. PEMBAHASAN. dengan metode kemungkinan maksimum, tetapi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur

REGRESI ROBUST DENGAN METODE CONSTRAINED M ESTIMATION PADA PRODUKSI PADI SAWAH DI JAWA TENGAH. oleh IDA YUSWARA DYAH PITALOKA M

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA DENGAN METODE THEIL

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE BOOTSTRAP RESIDUAL DALAM MENGATASI BIAS PADA PENDUGA PARAMETER ANALISIS REGRESI

PEMERIKSAAN ASUMSI ANALISIS RAGAM DEWI NURHASANAH

BAB I PENDAHULUAN. dependen disebut dengan regresi linear sederhana, sedangkan model regresi linear

homogen jika titik-titik tersebar secara merata atau seimbang baik di atas maupun dibawah garis, dengan maksimum ragam yang kecil.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

3 METODE. 3.1 Data = 0 1. time 0, =1, 2,,, =1, 2,, dengan n = 100 dan m = 5.

Tingkat Efisiensi Metode Regresi Robust dalam Menaksir Koefisien Garis Regresi Jika Ragam Galat Tidak Homogen

dimana n HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Statistika. Statistika Inferensia: Pendugaan Parameter (Selang Kepercayaan)

PERBANDINGAN METODE LEAST TRIMMED SQUARES DAN PENAKSIR M DALAM MENGATASI PERMASALAHAN DATA PENCILAN

PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA

BAB III UJI STATISTIK DAN SIMULASI. Menggunakan karakteristik dari distribusi tersebut dan transformasi / = ( ) (3.1.1) / = ( ) (3.1.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah Pasien di Puskesmas Malalo Batipuh Selatan dengan Menggunakan Regresi Linier Berganda

PEMILIHAN PEUBAH BEBAS UNTUK DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN DENGAN MENGGUNAKAN KRITERIA

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2009 p : ISSN :

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1)

DATA DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seringnya terjadi kekolinieran antar variabel bebas.

ABSTRAK. Pada prakternya tolak ukur yang dapat dilihat oleh keberhasilan mahasiswa adalah

REGRESI LINIER. b. Variabel tak bebas atau variabel respon -> variabel yang terjadi karena variabel bebas. Dapat dinyatakan dengan Y.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

HASIL DAN PEMBAHASAN Pendugaan Pengeluaran Per Kapita

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data

PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI

METODOLOGI. (a). (b) (c) Gambar 3. Pola sebaran data dengan = 0.05, 5, dan 50

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

Judul : Perbandingan Metode MCD Bootstrap dan. Analisis Regresi Linear Berganda. Pembimbing : 1. Dra. Ni Luh Putu Suciptawati,M.Si

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Memilih Persamaan Regresi Terbaik

Regresi Linier Sederhana dan Korelasi. Pertemuan ke 4

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Studi Kasus pada Industri Percetakan Koran)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode analisis yang menjelaskan tentang

STK511 Analisis Statistika. Bagus Sartono

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda delman sebanyak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS)

PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS PADA REGRESI EKSPONENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN UJI PARK

REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Metode Statistika Pertemuan XII. Analisis Korelasi dan Regresi

PEMBANDIIQGAN BEBERAPA MODEL NONLINEAR DALAM HUBUNGAN PARASITOID - IHANG

EFISIENSI ESTIMASI SCALE (S) TERHADAP ESTIMASI LEAST TRIMMED SQUARES (LTS) PADA PRODUKSI PADI DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

PENERAPAN BOOTSTRAP DALAM METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT (MCD) DAN LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

PIKA SILVIANTI, M.SI

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST DENGAN OLS PADA PRODUKSI UBI JALAR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Simulasi Plot pencaran titik data antara peubah respon dengan peubah penjelas dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar tersebut mengungkapkan bahwa secara keseluruhan pola pencaran titik tersebut bisa didekati oleh garis lurus (model regresi linier). Titik-titik yang terlihat terlalu jauh dari kumpulan data (yang berada dalam lingkaran) oleh Aunuddin (1989) disebut sebagai pencilan. Pencilan yang ada pada data merupakan pencilan pada peubah respon (Y). Adanya pencilan sangat mempengaruhi pola pencaran titik. Jika dalam masalah ini langsung saja digunakan MKT tanpa mengungkapkan masalah kemungkinan adanya pelanggaran asumsi, yang dalam kasus ini masalah pencilan, maka akan didapat dugaan model regresi yang kurang baik atau berbias dari hubungan yang sebenarnya dalam gugus pasangan data peubah respon dan peubah penjelas tersebut dan akan memberikan kesimpulan atau interpretasi yang salah. Plot Pencaran Titik dari y0% vs x1, x2 Plot Pencaran Titik dari y5% vs x1, x2 23 24 25 26 27 23 24 25 26 27 225 x1 x2 270 x1 x2 260 215 250 y0% 205 y5% 195 185 12.0 13.5 15.0 16.5 18.0 12.0 13.5 15.0 16.5 18.0 (a) (b) Plot Pencaran Titik dari y10% vs x1, x2 Plot Pencaran Titik dari y15% vs x1, x2 23 24 25 26 27 23 24 25 26 27 x1 x2 x1 x2 270 270 260 260 250 250 y10% y15% 12.0 13.5 15.0 16.5 18.0 12.0 13.5 15.0 16.5 18.0 (c) (d) Gambar 5 Plot pencaran titik data antara peubah respon dan peubah penjelas yang mempunyai (a) pencilan 0%, (b) pencilan 5%, (c) pencilan 10%, dan (d) pencilan 15%.

Alternatif langkah yang biasa dilakukan adalah menghilangkan atau membuang data pencilan secara langsung terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis lanjutan. Data pencilan dapat dibuang jika data itu diperoleh dari kesalahan teknis peneliti seperti kesalahan mencatat amatan atau kesalahan ketika menyiapkan peralatan (Draper & Smith 1998). Apabila pencilan timbul dari kombinasi keadaan yang tidak biasa yang sangat penting dan tidak bias diberikan oleh data lainnya, maka pencilan itu tidak dapat dibuang begitu saja, melainkan perlu digunakan suatu metode analisis kusus yang dapat mengatasi masalah pencilan dalam melakukan analisis lanjutan seperti pembentukan model regresi. Diagnosis Sisaan Diagnosis sisaan dilakukan untuk melihat pencilan yang ada pada data. Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat plot antara sisaan terbakukan dengan nilai Y- duga dari MKT, untuk data dengan pencilan 0% perilaku sisaan terlihat acak. Dari gambar juga dapat dilihat titik-titik yang memencil dari pita pencaran sisaan yang memiliki nilai mutlak sisaan baku lebih dari 3. Titik ini merupakan pencilan. Sisaan Lawan Nilai Duga (response is y0%) Sisaan Lawan Nilai Duga (response is y5%) 3 5 2 4 Sisaan Terbakukan 1 0-1 Sisaan Terbakukan 3 2 1-2 0-3 185 195 205 Fitted Value 215 225-1 Fitted Value (a) (b) Sisaan Lawan Nilai Duga (response is y10%) Sisaan Lawan Nilai Duga (response is y15%) 3 3 Sisaan Terbakukan 2 1 0 Sisaan Terbakukan 2 1 0-1 Fitted Value -1 Fitted Value (c) (d) Gambar 6 Plot sisaan terbakukan dengan nilai duga untuk data yang mempunyai (a) pencilan 0%, (b) pencilan5%, (c) pencilan10%, dan (d) pencilan15%.

Untuk menangani masalah pencilan tersebut digunakan metode regresi kekar yang dikenal tidak peka terhadap adanya pencilan sehingga menghasilkan perilaku sisaan yang lebih baik. Metode egresi kekar yang digunakan adalah metode penduga M, penduga S, dan penduga MM. Pendugaan Parameter Regresi Menggunakan MKT dan Metode Regresi Kekar Pendugaan Parameter β 0 Hasil pendugaan parameter β 0 dapat dilihat pada Tabel 2. Pada kelompok data tanpa pencilan (0% pencilan) dugaan yang diperoleh hampir sama untuk setiap metode. Namun dapat dikatakan MKT yang paling baik dari keempat metode dalam menduga parameter β 0. Pada kelompok data dengan pencilan 5% penduga yang paling baik diantara keempat metode adalah metode penduga S. Sedangkan hasil dugaan MKT sangat jauh dari yang diharapkan. Pada kelompok data dengan pencilan 10% penduga yang paling baik diantara keempat metode adalah metode penduga M. Pada kelompok data dengan pencilan 15% secara keseluruhan metode regresi kekar memberikan hasil yang hampir sama dalam menduga koefisien regresi. Tabel 2 Penduga Koefisien Regresi dengan MKT dan Metode Regresi Kekar Pencilan Parameter MKT M S MM β 0 = 5 9.44952 9.5306 9.7505 9.6246 0% β 1 = 5 4.92606 4.9253 4.9113 4.9213 β 2 = 5 4.86574 4.8631 4.8625 4.8618 β 0 = 5-38.873 3.275 3.2171 3.2706 5% β 1 = 5 7.27588 5.0967 5.0806 5.0893 β 2 = 5 5.48792 5.011 5.0233 5.0158 β 0 = 5-31.131 6.2907 7.2661 6.6365 10% β 1 = 5 8.00983 5.1506 5.152 5.1512 β 2 = 5 4.8349 4.8564 4.8161 4.842 β 0 = 5-30.755 9.1976 9.1918 9.1979 15% β 1 = 5 7.82179 5.0921 5.0791 5.0899 β 2 = 5 5.03042 4.7752 4.7836 4.7766

Dari hasil pendugaan dapat dilihat bahwa penduga MKT merupakan penduga yang sangat peka terhadap pencilan. Nilai dugaan yang diperoleh dari MKT menyimpang jauh dari nilai yang diharapkan ketika ada pencilan pada data. Secara umum, dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2, ragam dan rataan bias untuk masing-masing metode. Pendugaan Parameter β 1 Hasil pendugaan parameter β 1 dapat dilihat pada Tabel 2. Pada kelompok data tanpa pencilan (0% pencilan) dugaan yang diperoleh hampir sama untuk setiap metode. Namun dapat dikatakan yang paling baik dari keempat metode adalah metode penduga S karena lebih mendekati nilai parameter. Pada kelompok data dengan pencilan 5% penduga S dan penduga MM memberikan hasil yang hampir sama dan merupakan penduga terbaik. Untuk hasil dugaan MKT masih jauh dari yang diharapkan. Pada kelompok data dengan pencilan 10% metode regresi kekar memberikan hasil yang hampir sama. Pada kelompok data dengan pencilan 15% juga memberikan hasil yang tidak berbeda jauh, namun dapat dikatakan metode yang paling baik adalah metode penduga S. Dari hasil pendugaan dapat dilihat bahwa penduga MKT merupakan penduga yang sangat peka terhadap pencilan karena hasil yang diberikan masih menyimpang dari nilai yang diharapkan. Secara umum, dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2, ragam dan rataan bias untuk masing-masing metode. Pendugaan Parameter β 2 Hasil pendugaan parameter β 2 dapat dilihat pada Tabel 2. Pada kelompok data tanpa pencilan (0% pencilan) dugaan yang diperoleh hampir sama untuk setiap metode. Namun dapat dikatakan yang paling baik dari keempat metode adalah metode penduga MM. Pada kelompok data dengan pencilan 5% penduga yang paling baik diantara keempat metode adalah metode penduga S. Sedangkan hasil dugaan MKT hampir mendekati nilai yang diharapkan. Pada kelompok data dengan pencilan 10% penduga yang paling baik diantara keempat metode adalah metode penduga S. Pada kelompok data dengan pencilan 15% penduga M

merupakan penduga yang paling baik. Secara umum, dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2, ragam dan rataan bias untuk masing-masing metode. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai dugaan yang diperoleh dengan menggunakan metode regresi kekar lebih baik daripada MKT. Hasil dugaan yang diperoleh dari metode regresi kekar hampir mendekati parameter. Dapat dilihat bahwa penduga MKT merupakan penduga yang sangat peka terhadap pencilan karena hasil yang diberikan masih menyimpang dari nilai yang diharapkan. Efisiensi Efisiensi suatu penduga kekar terhadap penduga lainnya diperlukan untuk mengetahui bahwa penduga tersebut merupakan penduga terbaik, yaitu penduga dengan ragam terkecil. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada data yang tidak mengandung pencilan (0% pencilan), penduga M cukup efisien dibandingkan penduga S dan penduga MM. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai eff ( ) > 1 yakni untuk penduga M dengan penduga S diperoleh eff ( ) = 1.14, eff ( ) = 1.17, dan eff ( ) = 1.19. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode penduga S memerlukan 114% data dibanding metode penduga M, begitu juga tentang penduga parameter, metode penduga S memerlukan data sebesar 117% dibanding metode penduga M, serta memerlukan 119% untuk parameter. Tabel 3 Rataan Nilai Efisiensi untuk Data Tanpa Pencilan Parameter Eff ( ) M vs S M vs MM S vs MM β 0 1.14 1.05 0.92 β 1 1.17 1.07 0.92 β 2 1.19 1.08 0.91 Untuk penduga M dengan penduga MM dapat dilihat bahwa penduga M juga lebih efisien dibanding penduga MM. Hal ini dilihat dari eff ( ) = 1.05, eff ( ) = 1.07, dan eff ( ) = 1.08. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti

bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode penduga MM memerlukan 105% data dibanding metode penduga M, begitu juga tentang penduga parameter, metode penduga MM memerlukan data sebesar 107% dibanding metode penduga M, serta memerlukan 108% untuk parameter. Sedangkan untuk penduga S dengan penduga MM dapat dilihat bahwa penduga MM cukup efisien dibanding penduga S. Hal ini dilihat dari eff ( ) = 0.92, eff ( ) = 0.92, dan eff ( ) = 0.91. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode MM hanya memerlukan 92% data dibanding metode S, begitu juga tentang penduga parameter, metode MM memerlukan data sebesar 92% disbanding metode S, serta memerlukan 91% untuk parameter. Tabel 4 Rataan Nilai Efisiensi untuk Data dengan 5% Pencilan Parameter Eff ( ) M vs S M vs MM S vs MM β 0 1.21 1.12 0.93 β 1 1.15 1.07 0.93 β 2 1.15 1.07 0.93 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada data yang mengandung 5% pencilan, penduga M cukup efisien dibandingkan penduga S dan penduga MM. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai eff ( ) > 1 yakni untuk penduga M dengan penduga S diperoleh eff ( ) = 1.21, eff ( ) = 1.15, dan eff ( ) = 1.15. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode S memerlukan 121% data dibanding metode M, begitu juga tentang penduga parameter, metode S memerlukan data sebesar 115% dibanding metode M, serta memerlukan 115% untuk parameter. Untuk penduga M dengan penduga MM dapat dilihat bahwa penduga M lebih efisien dibanding penduga MM. Hal ini dilihat dari eff ( ) = 1.12, eff ( ) = 1.07, dan eff ( ) = 1.07. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa

untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode MM memerlukan 112% data dibanding metode M, begitu juga tentang penduga parameter, metode MM memerlukan data sebesar 107% dibanding metode M, serta memerlukan 107% untuk parameter. Sedangkan untuk penduga S dengan penduga MM dapat dilihat bahwa penduga MM cukup efisien dibanding penduga S. Hal ini dapat dilihat dari eff ( ) = 0.93, eff ( ) = 0.93, dan eff ( ) = 0.93. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode MM hanya memerlukan 93% data dibanding metode S, begitu juga tentang penduga parameter, metode MM memerlukan data sebesar 93% dibanding metode S, serta memerlukan 93% untuk parameter. Tabel 5 Rataan Nilai Efisiensi untuk Data dengan 10% Pencilan Parameter Eff ( ) M vs S M vs MM S vs MM β 0 1.11 1.09 0.98 β 1 1.03 1.02 0.99 β 2 1.03 1.02 0.98 Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada data yang mengandung 10% pencilan, penduga M cukup efisien dibandingkan penduga S dan penduga MM. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai eff ( ) > 1 yakni untuk penduga M dengan penduga S diperoleh eff ( ) = 1.11, eff ( ) = 1.03, dan eff ( ) = 1.03. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode S memerlukan 111% data dibanding metode M, begitu juga tentang penduga parameter, metode S memerlukan data sebesar 103% dibanding metode M, serta memerlukan 103% untuk parameter. Untuk penduga M dengan penduga MM dapat dilihat bahwa penduga M lebih efisien dibanding penduga MM. Hal ini dilihat dari eff ( ) = 1.09, eff ( ) = 1.02, dan eff ( ) = 1.02. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa

untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode MM memerlukan 109% data dibanding metode M, begitu juga tentang penduga parameter, metode MM memerlukan data sebesar 102% dibanding metode M, serta memerlukan 102% untuk parameter. Sedangkan untuk penduga S dengan penduga MM dapat dilihat bahwa penduga MM cukup efisien dibanding penduga S. Hal ini dilihat dari eff ( ) = 0.98, eff ( ) = 0.99, dan eff ( ) = 0.98. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode MM hanya memerlukan 98% data dibanding metode S, begitu juga tentang penduga parameter, metode MM memerlukan data sebesar 99% dibanding metode S, serta memerlukan 98% untuk parameter. Tabel 6 Rataan Nilai Efisiensi untuk Data dengan 15% Pencilan Parameter Eff ( ) M vs S M vs MM S vs MM β 0 1.06 1.04 0.98 β 1 1.04 1.02 0.98 β 2 0.98 0.96 0.98 Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada data yang mengandung 15% pencilan, penduga M cukup efisien dibandingkan penduga S untuk parameter dan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai eff ( ) > 1 yakni untuk penduga M dengan penduga S diperoleh eff ( ) = 1.06, eff ( ) = 1.04. Untuk parameter, penduga S lebih efisien disbanding penduga M karena eff ( ) = 0.98. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode S memerlukan 106% data dibanding metode M, begitu juga tentang penduga parameter, metode S memerlukan data sebesar 104% dibanding metode M. Untuk pendugaan parameter penduga S hanya memerlukan 98% data dibandingkan metode penduga M.

Untuk penduga M dengan penduga MM, penduga M cukup efisien dibandingkan penduga MM untuk parameter dan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai eff ( ) > 1 yakni untuk penduga M dengan penduga S diperoleh eff ( ) = 1.04, eff ( ) = 1.02. Untuk parameter, penduga S lebih efisien disbanding penduga M karena eff ( ) = 0.96. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode S memerlukan 104% data dibanding metode M, begitu juga tentang penduga parameter, metode S memerlukan data sebesar 102% dibanding metode M. Untuk pendugaan parameter penduga S hanya memerlukan 96% data dibandingkan metode penduga M. Sedangkan untuk penduga S dengan penduga MM dapat dilihat bahwa penduga MM cukup efisien dibanding penduga S. Hal ini dilihat dari eff ( ) = 0.98, eff ( ) = 0.98, dan eff ( ) = 0.98. Nilai-nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan ragam yang sama tentang penduga parameter, metode MM memerlukan 93% data dibanding metode S, begitu juga tentang penduga parameter, metode MM memerlukan data sebesar 93% dibanding metode S, serta memerlukan 93% untuk parameter.