BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data yang ada. 3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan UD. Batu Bata Press yang terletak di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir dilaksanakan mulai dari awal produksi sampai produk jadi, dengan time line penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 3.1. Time Line Penelitian AKTIFITAS BULAN 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 Studi Pustaka - - - - Penyusunan Proposal Pengumpulan dan pengolahan data - - - - - Laporan - - - - Sumber : Data Sekunder 23
24 3.3. Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian dapat dilihat pada blok diagram metodologi penelitian pada Gambar 3.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian. Pendahuluan Identifikasi masalah Rumusan masalah Pengumpulan Data Data Primer 1. Data Jumlah Produksi 2. Data Produk Cacat 3. Data penjualan Data Sekunder Data gambaran umum perusahaan Pengolahan Data Define menghitung presentase produk cacat Measure Program Peningkatan Kualitas Analyzer Program peningkatan kualitas six sigma Improve dengan menggunakan metode 5W-1H Control (dengan mendeskripsikan jenis kecacatan dan faktor penyebab Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian
25 3.3.1. Pendahuluan Persiapan penelitian dilakukan dengan pengenalan UD. Batu Bata Press Bunda, membuat permohonan tugas akhir pada jurusan dan perusahaan, konsultasi dengan koordinator tugas akhir dan dosen pembimbing, serta membuat proposal. 3.3.2. Peninjauan Lapangan Peninjauan Lapangan dilakukan untuk melihat secara nyata proses produksi dan data yang ada di dalam perusahaan serta untuk mengetahui masalahmasalah yang terjadi dilapangan. Sehingga masalah yang ada dapat ditemui dan dapat mencarikan solusinya, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi batu bata. 3.3.3. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa metode atau teknik yang digunakan untuk pengumpulan data diantaranya adalah : 1. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap lokasi penelitian dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Marzuki,2001: 58). Data yang diperoleh melalui metode observasi merupakan jenis data primer yang berupa data bentuk dan jenis produk cacat, penyebab produk cacat, jalannya proses produksi. Periode pengumpulan data dilakukan selamam 1 minggu terakhir. Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung proses produksi pada perusahaan mulai dari pemilihan bahan baku sampai dengan barang jadi.
26 2. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang digunakan dengan menanyakan secara lisan kepada subyek penelitian (Indriantoro,2002:152). Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer yang berupa data waktu yang berkaitan dengan bahan baku yang digunakan,mengenai aliran proses produksi dan panduan wawancara mengenai cara pengendalian dan peningkatan kualitas produk dengan menanyakan langsung kepada pemilik perusahaan. 3. Dokumentasi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari literature-literatur,sumber bacaan lain yang berkaitan dengan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian (Marzuki,2001:61). Data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi adalah jenis data sekunder mengenai data jumlah produksi dan jumlah produk cacat selama1 minggu terakhir. 3.3.4. Pengolahan Data Data yang diperoleh dari pengumpulan data selanjutnya dilakukan pengolahan dan perhitungan data sesuai dengan ketentuan yang ada. Dalam penelitian ini, pengolahan data menggunakan metode yang digunakan sebagai alat analisis adalah DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) ( Gaspersz,2002: 31-29 ) dapat di jeaskan sebagai berikut:
27 3.4. Define Define merupakan langkah pertama dalam pendekatan Six Sigma. Langkah ini mengidentifikasi masalah penting dalam proses yang sedang berlangsung. Pada tahap ini UD. Batu Bata Press mendefinisikan masalah-masalah kualitas produk kue karah dengan menghitung persentase produk cacat terhadap jumlah produksi Pada tahap ini ditentukan proporsi defect yang menjadi penyebab paling signifikan terhadap adanya kerusakan produk. Langkahlangkah yang dilakukan pada tahap define ini adalah sebagai beriku: 1. Mendefinisikan kriteria pemilihan proyek yang ada di perusahaan UD. Batu Bata Press. Pada tahap ini UD. Batu Bata Press mendefinisikan masalah-masala kerusakan dengan cara menghitung persentase produk cacat terhadap jumlah produksi.... ( 3.1) 2. Mendefinisikan peran orang-orang yang terlibat dalam memproduksi produk kue pada UD. Batu Bata Press. Permasalahan yang timbul seperti kurangnya pengawasan dalam memproduksi produk batu bata, hal ini disebabkan karena mereka masih memiliki sedikit pengetahuan atau wawasan yang lebih luas mengenai pengendalian kualitas, maka salah satu cara untuk menanganinya yaitu semua individu yang terlibat pada bagian produksi diberikan sebuah training dan penyuluhan mengenai pengendalian kualitas. 3. Mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dari produk batu bata dengan metode Six Sigma dengan membandingkan standarisasi yang telah ditetapkan perusahaan yaitu tidak lebih 1%
28 dari jumlah produk pada proses pembutan dengan hasil perhitungan persentase produk cacat batu bata. 3.5. Measure Measure merupakan tindak lanjut dari langkah Define dan merupakan sebuah jembatan untuk langkah berikutnya yaitu Analyze. Langkah measure memiliki dua sasaran utama,yaitu: 1. Mendapatkan data untuk memvalidasi dan mengkuantifikasi masalah atau peluang. 2. Memulai menyentuh fakta dan angka-angka yang memberikan petunjuk tentang akar masalah. Milestone (batu loncatan) pada langkah measure adalah mengembangkan ukuran sigma awal untuk proses yang sedang diperbaiki. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap measure ini adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan karateristik kualitas (CTQ) kunci Langkah ini menetapkan karateristik kunci apa saja yang dapat menyebabkan suatu produk tidak memenuhi harapan pelanggan. 2) Melakukan pengukuran baseline kinerja Pada langkah ini dilakukan pengukuran tingkat kinerja Perusahaan. Langkah-langkah untuk melakukan pengukuran baseline kinerja (Gaspersz: 2002) adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan periode waktu yang akan diuji. 2) Menuliskan jumlah produk yang akan diperiksa selama periode
29 3) Menuliskan produk cacat. 4) Menuliskan jumlah CTQ potensial penyebab kecacatan produk. 5) Menghitung dan menuliskan DPMO dengan menggunakan rumus : DPMO =... (3.2) 6) Mengkonversi DPMO menjadi nilai sigma, dengan menggunakan table konversi hasil bebas cacat ke Nilai Sigma dan DPMO. Keteranga: 1. DPMO : Defect per million opportunities (kegagalan per sejuta kesempatan). 2. CTQ = Critical-to-Quality (karateristik kualitas kunci) 3.6. Analyze Analyzer Langkah ini mulai masuk kedalam hal-hal detail, meningkatkan pemahaman terhadap proses dan masalah,serta mengidentifikasi akar masalah. Pada langkah ini, pendekatan Six Sigma menerapkan statistical tool untuk memvalidasi akar permasalahan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui seberapa baik proses yang berlangsung dan mengidentifikasi akar permasalahan yang mungkin menjadi penyebab timbulnya variasi dalam proses. Untuk mengetahui seberapa baik proses berlangsung,maka perlu adanya suatu nilai atau indeks yaitu Indeks Kemampuan Proses (Process Capability Index). Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap analyze adalah sebagai berikut: 1. Melakukan analisis kapabilitas proses Pada langkah ini dilakukan perhitungan CTQ potensial untuk
30 mengetahui CTQ potensial tertinggi yang menyebabkan terjadinya produk cacat. Langkah yang ditempuh untuk menghitung CTQ potensial tertinggi yaitu: 1) Menghitung frekuensi dari setiap CTQ 2) Menggambarkan hasil perhitungan ke dalam Diagram Pareto 2. Mengidentifikasi sumber-sumber penyebab produk cacat Pada langkah ini diidentifikasi sumber-sumber penyebab terjadinya produk cacat. Oleh karena itu digunakan diagram sebab akibat atau diagram Ishikawa (Fish Bone ) yang sering disebut diagram tulang ikan. Dalam penelitian ini penyebab kerusakan produk hanya ditinjau dari: 1) Man atau manusia yang terlibat langsung dalam proses produks. 2) Material atau bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi. 3) Machine atau mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. 4) Method atau metode yang digunakan dalam proses produksi. 5) Mediaa atau lingkungan yang terlibat langsung atau tidaklangsung dalam proses produksi. Gambar 3.2 Diagram Sebab Akibat Berdasarkan Kategori Penyebab Masalah Kualitas ( Gasperz, 2002 : 107)
3.4. Improve 31 Improve, diuraikan ide-ide perbaikan atau solusi-solusi yang mungkin untuk dilaksanakan. Menetapkan rencana tindakan (action plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas six sigma. Rencana mendeskripsikan tentang alokasi sumber daya serta prioritas dan alternative yang dilakukan dalam implementasi dari rencana itu. Pengembangan rencana tindakan merupakan salah satu aktivitas yang penting dalam program peningkatan kualitas six sigma. Perancangan pada tahap improve dilakukan dengan cara melalui tahap - tahap merancang metode 5W-1H ( Who siapa, What apa, Where dimana, When kapan, Why mengapa, How bagaimana). 1. Improve pada faktor Man: ditentukan apakah tujuan improve pada faktor Man, alasan kegunaanya, lokasi, dan bagaimana caranya. 2. Improve pada faktor Machine: ditentukan apakah tujuan improve pada faktor Machine, alasan kegunaanya,lokasi,dan bagaimana caranya. 3. Improve pada faktor Material: ditentukan apakah tujuan improve pada faktor Material, alasan kegunaanya,lokasi,dan bagaimana caranya. 4. Improve pada faktor Method: ditentukan apakah tujuan improve pada faktor Method,alasan kegunaanya, lokasi, dan bagaimana caranya. 3.7. Control Control bagian dari pendekatan Six Sigma, perlu adanya pengawasan untusk meyakinkan bahwa hasil-hasil yang diinginkan sedang dalam proses pencapaian. Perancangan pada tahap control dilakukan dengan merancang kualitas yang akan mengintegrasikan hasil six sigma ke cara praktek bisnis perusahaan sehingga tencapai pengendalian kualitas perusahaan.