DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

Dukungan OJK dalam Membangun Perekonomian Indonesia. Deputi Komisioner Pengawasan IKNB 2 Otoritas Jasa Keuangan Jakarta 3 Mei 2016

Amnesti Pajak materi lengkap diperoleh dari pajak.go.id

Industri Keuangan Non-Bank Syariah Otoritas Jasa Keuangan

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

license dan franchise, perusahaan ini juga membuka gerai atau outlet Roti Mum. Hingga saat

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT

KEYNOTE SPEECH KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS IKNB OTORITAS JASA KEUANGAN

Apakah Perekonomian Indonesia Melambat?

Apakah yang dimaksud dengan amnesti pajak? Apa saja aspek yang dicakup dalam Amnesti pajak?

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan keuangan syariah yang tumbuh dan berkembang pesat dapat menjadi

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

Mengenal OJK & Lembaga Keuangan Mikro

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

BAB 6 LEMBAGA JASA KEUANGAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

POKOK-POKOK PENGATURAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51/POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN,

BAB 1 BAB 1 - PENDAHULUAN. Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT

BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI. dan tujuan KUK yang sebenarnya. Seringkali penyaluran KUK semata-mata didasarkan

BAB II OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) REGIONAL 5 SUMATERA BAGIAN UTARA

Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Elektro, Busono Soerowirdjo, Ph.D

2017, No mengikat untuk seluruh lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

Sosialisasi. Strategi Perlindungan Konsumen Keuangan (SPKK) Disampaikan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Indiyah Imran. Renstra Fakultas Sastra Universitas Gunadarma

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

S e p t e m b e r

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

MEMBANGUN E-GOVERNMENT

MODUL MATA KULIAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Penggunaan Identitas Bersama dan Konfirmasi Status Kepatuhan Wajib Pajak (KSWP) dalam Rangka Optimalisasi Peran INSW

Arah dan Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy. berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknik Komputer, Muhammad Subali, ST, MT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun melanda hampir

STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN PENDEKATAN TOTAL FAKTOR PRODUCTIVITY 1) Oleh: Syahrituah Siregar, SE, MA 2)

Metodologi Pemeringkatan untuk Lembaga Pembiayaan bukan Bank

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Sistem Komputer, Dr.-Ing. Farid Thalib

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/2/PBI/2001 TENTANG PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bermunculan bermacam-macam bank umum di

SISTEM KEUANGAN DAN PERBANKAN INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

INSPEKTORAT. Laporan Keuangan. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2013

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

Data Akses ke Lembaga Keuangan Formal

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Psikologi, Retnaningsih, SPsi., MPsi.

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Real Estat 1 *

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/2/PBI/2002 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA PERUSAHAAN BUKAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REFLEKSI TAHUN 2017 & OUTLOOK TAHUN 2018

S e p t e m b e r

Penggunaan Identitas Bersama dan Konfirmasi Status Kepatuhan Wajib Pajak (KSWP) dalam Rangka Optimalisasi Peran INSW

Manulife Investor Sentiment Index Study Q Indonesia. Februari 2016

PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/DPD RI/IV/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PEMBINAAN PETUGAS HUMAS DALAM MENYEBARLUASKAN INFORMASI KEPADA MASYARAKAT DI KABUPATEN KARAWANG

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2016 TENTANG LAPORAN TEKNIS DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Mesin, Dr. Syahbudin

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1 / 9 /PBI/1999 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

Transkripsi:

DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA Disampaikan leh Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Pada acara Indnesia Eximbank Investr Gathering 2017 Jakarta, 7 Februari 2017

Tujuan, Fungsi, dan Tugas OJK Tujuan Agar keseluruhan kegiatan di dalam sektr jasa keuangan: a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; c. mampu melindungi kepentingan Knsumen dan masyarakat. Fungsi Tugas Menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektr jasa keuangan. Pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektr perbankan, pasar mdal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Berdasarkan Undang-Undang Nmr 21 Tahun 2011 tentang OJK, OJK bertugas mengatur dan mengawasi seluruh sektr jasa keuangan di Indnesia. Sesuai ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang OJK tersebut, LPEI termasuk dalam lingkup pengaturan dan pengawasan yang dilakukan leh OJK. 2

Peran dan Tugas LPEI LPEI dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nmr 2 Tahun 2009 tentang LPEI. LPEI sebagai lembaga khusus (sui generis) yang berperasi secara independen berdasarkan undang-undang tersendiri (lex specialist) mempunyai peran strategis dalam mendrng peningkatan ekspr nasinal melalui penyediaan pembiayaan ekspr dalam bentuk pembiayaan, penjaminan, dan asuransi. Untuk mendukung peran tersebut, LPEI memiliki sifat svereign status, yang diperlukan agar LPEI mempunyai akses pada pendanaan dengan biaya yang kmpetitif. Sejak mulai berperasi pada bulan September 2009, kinerja dan pertumbuhan finansial LPEI menunjukkan perkembangan yang pesat. Berdasarkan lapran unaudited bulan Desember 2016: Jumlah aset mencapai Rp99 triliun, melnjak 7,6 kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah aset pada bulan Desember 2009 yang baru sebesar Rp13 triliun. Jumlah pembiayaan per Desember 2016 telah meningkat 9,5 kali lipat, dari Rp9,3 triliun per Desember 2009 menjadi Rp88,5 triliun per Desember 2016. Untuk mendukung kegiatan usahanya, LPEI memperleh sumber pendanaan dari pinjaman dan surat berharga dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing. Per Desember 2016, jumlah pinjaman yang diterima dari lembaga keuangan di dalam maupun di luar negeri mencapai Rp40 triliun, sedangkan jumlah surat berharga yang diterbitkan mencapai Rp39,9 triliun. 3

Pembiayaan dan Pendanaan LPEI Selama peride 2009-2016, nilai pembiayaan LPEI tumbuh rata-rata sebesar 42% per tahun. Per Desember 2016 nilai pembiayaan mencapai Rp88,5 triliun, meningkat 9,5 kali lipat dibanding psisi Desember 2009. Sumber dana LPEI sebagian besar dari pinjaman dan penerbitan surat berharga dengan kmpsisi yang hampir berimbang. Per Desember 2016, jumlah pinjaman sebesar Rp40 triliun dan jumlah surat berharga yang diterbitkan sebesar Rp39,9 triliun. Pembiayaan dan Sumber Dana (Rp Triliun) Surat Berharga Pinjaman yang Diterima Pembiayaan 20.5 15.7 9.3 4.9 8.5 11.6 3.3 5.3 7.2 26.8 11.3 40.5 20.0 55.2 26.9 13.9 17.2 21.8 74.8 40.6 28.9 88.5 40.0 39.9 Des 2009 Des 2010 Des 2011 Des 2012 Des 2013 Des 2014 Des 2015 Des 2016 43.4 45.0 7.2 32.7 Jenis Valuta - 31 Des 2016 (Rp Triliun) 37.7 2.3 Pembiayaan Surat Berharga Pinjaman Valas Rupiah Sesuai nature bisnis LPEI untuk menyediakan pembiayaan ekspr, nilai pembiayaan dalam valas sebesar Rp43,4 triliun (49%), hampir sama dengan pembiayaan dalam Rupiah sebesar Rp45 triliun (51%). Dari sisi pendanaan, nilai surat berharga dan pinjaman dalam valas sebesar Rp44,9 triliun (56%), dan dalam Rupiah sebesar Rp35 triliun (44%). Sumber: lapran bulanan LPEI 4

Prfil Pembiayaan dan Pendanaan LPEI 32.0 4.8 5.8 9.3 10.5 5.5 Maturity Prfile Pembiayaan (Rp Triliun) 7.8 4.1 3.9 1.3 2.3 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 27-36 Pembeli Surat Berharga LPEI (31 Des 2016) Perrangan; Rp0.03 T (0,08%) Reksadana; Rp7.4 T (18,7%) Institusi; Rp13.7 T (34,4%) Bank; Rp7.2 T (18,1%) Asuransi; Rp4.3 T (10,7%) BPJS; Rp4.0 T (10,0%) Dana Pensiun; Rp3.2 T (8,0%) 8.67 Maturity Prfile Pinjaman dan Surat Berharga (Rp Triliun) Pinjaman yang Diterima Surat Berharga Pemberi Pinjaman LPEI (31 Des 2016) Bank Dalam Negeri; Rp3.7 T (9,3%) 8.19 11.96 8.14 15.2 2.98 7.3 5.2 4.8 6.3 1.0-0.1-2017 2018 2019 2020 2021 2023 2044 Bank Luar Negeri; Rp36.3 T (90,7%) Sumber: lapran bulanan LPEI 5

Master Plan Sektr Jasa Keuangan Indnesia OJK telah menerbitkan Master Plan Sektr Jasa Keuangan Indnesia yang menjadi acuan arah pengembangan sektr jasa keuangan 2015-2019. Terbentuknya fundamental yang kuat untuk mewujudkan pertumbuhan eknmi tinggi dan berkelanjutan Terpenuhinya infrastruktur utama Terpenuhinya kebutuhan pembiayaan pembangunan Meningkatkan inklusi keuangan 2015 2019 Eknmi nasinal dengan prduktifitas dan nilai tambah tinggi Pertumbuhan eknmi yang tinggi dan berkelanjutan serta ramah lingkungan Era digitalisasi sektr jasa keuangan Tujuan dan arah pengembangan Sektr Jasa Keuangan Indnesia: Terwujudnya sektr jasa keuangan yang stabil dan berkntribusi signifikan bagi pertumbuhan eknmi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indnesia. Tiga Arah Pengembangan Sektr Jasa Keuangan Indnesia Kntributif Mengptimalkan peran sektr jasa keuangan dalam mendukung percepatan pertumbuhan eknmi nasinal Stabil Menjaga stabilitas sistem keuangan sebagai landasan bagi pembangunan yang berkelanjutan Inklusif Mewujudkan kemandirian finansial masyarakat serta mendukung upaya peningkatan pemerataan dalam pembangunan Pemenuhan kuantitas dan kualitas SDM Pemanfaatan teknlgi infrmasi dalam kegiatan di sektr jasa keuangan 6

Arah Pengembangan LPEI Dalam Master Plan Sektr Jasa Keuangan Indnesia Sejak tahun 2011 terdapat kecenderungan penurunan harga mayritas kmditas glbal. Kndisi ini berdampak negatif terhadap neraca perdagangan Indnesia. Oleh karena itu, ekspr Indnesia perlu diarahkan dari ekspr berbasis prduk primer ke prduk penglahan yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, peranan LPEI dalam mendukung kegiatan industri yang berbasis ekspr menjadi penting. Untuk itu, OJK mendrng ptimalisasi peran LPEI melalui inisiatif sebagai berikut: pemetaan sektr industri berrientasi ekspr yang memiliki nilai tambah tinggi serta pengembangan industri substitusi impr yang membutuhkan pembiayaan ekspr dari LPEI; mendrng ptimalisasi jaringan infrastruktur LPEI yang dapat mencakup kegiatan usaha UMKM berrientasi ekspr di seluruh daerah dalam rangka peningkatan pangsa pembiayaan kepada sektr industri unggulan di masing-masing daerah; penguatan peran LPEI dalam penyediaan pembiayaan, penjaminan dan asuransi ekspr serta penyediaan jasa knsultansi bagi usaha pemula (start-up business) yang berrientasi ekspr. 7

Dukungan dan Harapan OJK Kepada LPEI Sebagai pengawas LPEI, OJK berupaya agar tidak terdapat hambatan regulasi yang dapat membatasi ruang gerak LPEI dalam menjalankan mandat mendukung prgram ekspr nasinal. Sebagai bagian dari paket kebijakan stimulus pertumbuhan eknmi nasinal, pada tahun 2015 OJK: Menerbitkan Peraturan OJK Nmr 40 Tahun 2015 tentang Pembinaan dan Pengawasan LPEI. Penerbitan Peraturan OJK tersebut dimaksudkan agar LPEI dapat lebih ptimal menjalankan misi yang diemban, menjadi lebih fleksibel dalam menjalankan bisnis, dan memberikan dukungan kepada pengembangan UMKM berrientasi ekspr; Menginisiasi pembentukan knsrsium pembiayaan industri berrientasi ekspr dan eknmi kreatif serta UMKM. Pembentukan knsrsium ini digagas OJK bersama-sama dengan Kementerian Keuangan dan Badan Eknmi Kreatif untuk mendrng LPEI dan Assiasi Perusahaan Pembiayaan Indnesia (APPI) memberikan pembiayaan di sektr industri kreatif, berientasi ekspr dan UMKMK yang mendapatkan prgram penjaminan dari Perusahaan Penjaminan yang tergabung dalam Assiasi Perusahaan Penjaminan Indnesia (ASIPPINDO). Kebijakan ini merupakan sinergi Industri Keuangan Nn Bank yang diharapkan akan mengakselerasi pembiayaan yang berrientasi ekspr, eknmi kreatif dan UMKMK. Dengan inisiatif ini diharapkan kntribusi eknmi kreatif terhadap PDB nasinal dan penciptaan lapangan kerja baru akan semakin meningkat. 8

Dukungan dan Harapan OJK Kepada LPEI OJK mengharapkan LPEI dapat berperan secara ptimal dalam: meningkatkan daya saing ekspr Indnesia di pasar glbal; mendukung diversifikasi ekspr Indnesia ke pasar nn tradisinal; mendrng pengembangan UMKM untuk mengembangkan prduk yang berrientasi ekspr. Agar dapat menjalankan peran tersebut secara ptimal, dibutuhkan dukungan sumber pendanaan antara lain dari penerbitan surat berharga. Pada tahun 2017 ini LPEI berencana akan menerbitkan surat berharga dalam mata uang Rupiah sebesar Rp14 triliun dan dalam bentuk valas sebesar USD500 juta. Penerbitan surat berharga leh LPEI, sebuah lembaga yang menyandang status sebagai svereign entity, merupakan peluang menarik bagi para investr. Selain menjanjikan keuntungan, juga merupakan sarana untuk berperan bersama membangun negeri melalui pembiayaan ekspr nasinal. 9

Terima Kasih