PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Larutan dan Konsentrasi

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Metodologi Penelitian

Laporan Praktikum Kimia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

Stoikiometri. Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia.

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK BASA

pengenceran larutan PENDAHULUAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

KIMIA TERAPAN LARUTAN

Metodologi Penelitian

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma).

MODUL I Pembuatan Larutan

A. Pengertian larutan B. Jenis-jenis larutan C. Sifat larutan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.


BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

kimia TITRASI ASAM BASA

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI. Senin, 9 November 2015 KELOMPOK IV Senin, Pukul WIB

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB II PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

Sulistyani M.Si

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMBUATAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMBUATAN LARUTAN. Dosen Pengampu : Dr. Kartimi, M.Pd.

Jenis reaksi yang terjadi pada titrimetri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patalogi, Entomologi dan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR STPK

STOIKIOMETRI. Purwanti Widhy H, M.Pd

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI SEMESTER GANJIL TITRASI ASIDIMETRI-ALKALIMETRI. Tanggal Praktikum : 17 November 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Amin Fatoni, M.Si 2008

LAPORAN PERCOBAAN. HARI/ TANGGAL PERCOBAAN Hari Jum at/ Tanggal 04 Desember 2015 Pukul WIB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Pupuk kalium sulfat SNI

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pupuk dolomit SNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

LOGO TEORI ASAM BASA

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. 2003). Berdasarkan waktu pelaksanaannya, desain studi yang digunakan

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

laporan Titrasi asam basa

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

REAKSI KIMIA. 17 Oktober Muhammad Rusdil Fikri UIN JAKARTA. Abstrak

Konsentrasi Larutan. a. Persen Berat (%W/W) Dalam pph : % w/w = Dalam ppm : % w/w = Dalam ppb :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENENTUAN KADAR KLORIDA

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II TERMOKIMIA. Rabu, 2-April-2014 DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1:

VOLUMETRI / TITRIMETRI

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat. II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Larutan dan Konsentrasi Larutan Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung dua komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut pelarut atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya. Molaritas yaitu jumlah mol solute dalam satu liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solute per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solute dalam 1 liter larutan (Rendra, 2010). Berdasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fase; yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Contohnya air gula dan alkohol dalam air. Campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi (Syukri, 1999). Berdasarkan wujud zat terlarut dan pelarut, larutan dapat dibagi atas tujuh macam. Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk sembilan macam larutan, tetapi zat berwujud padat dan cair tidak dapat membentuk larutan dalam pelarut berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud gas akan membentuk campuran heterogen (Syukri, 1999). Tabel 1. Tujuh macam larutan Zat terlarut Pelarut Contoh Gas Gas Udara (nitrogen+oksigen) Gas Cair Oksigen dalam air

Gas Padat Hidrogen dalam serbuk platina Cair Cair Alkohol dalam air Cair Padat Raksa dalam amalgam padat Padat Padat Emas dalam perak Padat Cair Gula dalam air (Syukri, 1999). Berdasarkan pelarut, larutan dapat dibagi tiga, yaitu larutan gas, larutan cair, dan larutan padat. Dalam larutan gas tidak banyak interaksi atau pengaruh suatu komponen terhadap yang lain, karena partikelnya sangat berjauhan. Sifat larutan sedikit menyimpang dari sifat pelarut, karena adanya zat terlarut. Penyimpangan itu makin besar jika komposisi zat terlarut ditambah. Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif disebut konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut. Beberapa satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molar, molal, dan normal, serta ditambah dengan persentase massa, persen volume, dan ppm (Syukri, 1999). Tabel 2. Satuan Konsentrasi Larutan No Nama Lambang Definisi 1 Fraksi mol X 2 Molar M 3 Molal m 4 Normal N Persen 5 massa Mol zat terlarut Mol zat terlarut + mol zat pelarut Mol zat terlarut Liter larutan Mol zat terlarut 1000 gram pelarut mol ekivalen zat terlarut liter larutan % w gram zat terlarut X 100% gram larutan Persen 6 volume Part per 7 million (Syukri, 1999). % V ppm volume zat terlarut X 100% volume larutan mg zat terlarut kg larutan

Fraksi mol (X) Fraksi mol (X) adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen. Fraksi mol bisa dipakai dalam perhitungan yang memerlukan komposisi zat terlarut dan pelarut, misalnya dalam tekanan uapjenuh suatu larutan (Syukri, 1999). Kemolaran (M) Kemolaran (M) adalah banyaknya mol zat telarut dalam tiap liter larutan. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut setelah bercampur (Syukri, 1999). Kemolalan (m) Kemolalan (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 g pelarut murni. Nilainya dapat ditentukan bila mol zat dan massa pelarut diketahui. Kemolalan mengandung informasi tentang jumlah zat terlarut dan pelarut sehingga mudah dipakai untuk menghitung fraksi mol,jika kerapatan larutan diketahui (Syukri, 1999). Kenormalan (N) Kenormalan (N) adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu,karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi (Syukri, 1999). Persen massa (% w) Persen massa (% w) adalah perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikalikan 100 %. Satuan ini biasa dipakai untuk larutan padat dalam cair, atau padat dalam padat (Syukri, 1999). Persen volume ( % v) Persen volume (%v) adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan dikalika 100 %. Satuan ini sering dipakai untuk campuan dua cairan atau lebih,contohnya air dengan alkohol (Syukri, 1999). Part per million (ppm) Part per million (ppm) adalah milligram zat terlarut dalam tiap kg larutan. Satuan ini sering dipakai untuk konsentrasi zat yang sangat kecil dalam larutan gas,cair atau padat. Tetapi konsentrasi yang sama yang dinyatakan dalam

ppm,angkanya lebih mudah dimengerti sebab inilah mengapa untuk konsentrasi kecil digunakan satuan ppm (Syukri, 1999). II.2. Titrasi Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi (Rendra, 2010). Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah cairan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam satu cairan yang mengandung reaktan ditempatkan dalam buret, sebuah tabung yang panjang salah satu ujungnya terdapat kran (stopkok) dengan skala millimeter dan sepersepuluh milimeter. Cairan di dalam buret disebut titran dan pada titran ditambah indikator, perubahan warna indikator menandai habisnya titrasi (Rendra, 2010). Titrasi dilakukan dengan cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan yang konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut analisis volumetri. Larutan dalam buret disebut penitrasi dan selama titrasi larutan ini diteteskan secara perlahan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan berubahnya warna indikator, suatu zat yang umumnya ditambahkan ke dalam larutan dalam bejana penerima dan mengalami satu macam perubahan warna. Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada titik ini penetesan larutan penitrasinya dihentikan dan volumenya dicatat (Petrucci, 1987). Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam-basa. Biasanya, sebagai larutan asam di letakkan pada erlenmeyer atau gelas kimia. Indikator adalah suatu zat yang mempunyai warna dalam keadaan asam dan basa berlainan. Misalnya lakmus akan berwarna merah apabila dalam suasana asam dan akan berwarna biru dalam suasana basa. Indikator lain yang biasa digunakan di laboratorium adalah fenolftalein. Fenolftalein dalam suasana

asam tak berwarna sedangkan dalam suasana basa berwarna merah muda (Brady, 1999). III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, labu takar dan buret. B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam klorida pekat, larutan natrium hidroksida 0,1 M, pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1 M, indikator metil merah, indikator phnophtalein, indikator metil orange dan akuades. IV. PROSEDUR KERJA A. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida 1. Ditimbang gelas ukur kosong (a gram) dan dicatat beratnya. 2. Diambil 4,15 ml larutan asam klorida pekat dengan pipet dan gelas ukur, dilakukan dalam lemari asam. 3. Ditimbang labu takar 100 ml yang kosong dan dicatat beratnya, kemudian diisi dengan 20-25 ml akuades (b gram). 4. Ditimbang asam klorida dan dimasukkan ke dalam labu takar, dilakukan dalam lemari asam. 5. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas, kemudian ditutup dan dikocok hingga larutan homogen. Larutan tersebut disebut larutan A. 6. Dipindahkan 20 ml larutan asam klorida (larutan A) ke dalam labu takar 100 ml yang baru dengan pipet gondok atau pipet ukur. 7. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas. Larutan HCl yang diencerkan ini disebut larutan B. B. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi I. Titrasi dengan Indikator Metil Merah 1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas dengan larutan NaOH yang akan digunakan.

2. Diisi buret dengan larutan NaOH, kemudian dibaca dan dicatat skala volume awalnya pada meniskus bawah larutan. 3. Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan pipet gondok atau pipet ukur sebanyak 10 ml, kemudian ditambahkan indikator metil merah. 4. Di titrasi larutan dalam erlemeyer dengan larutan NaOH di dalam buret hingga terjadi perubahan warna. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna. 5. Dihitung volume yang diperlukan untuk titrasi. 6. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali. II.Titrasi dengan Indikator Fenoftalein 1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas dengan larutan NaOH yang akan digunakan. 2. Diisi buret dengan larutan NaOH, kemudian dibaca dan dicatat skala volume awalnya pada meniskus bawah larutan. 3. Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan pipet gondok atau pipet ukur sebanyak 10 ml, kemudian ditambahkan indikator fenoftalein. 4. Di titrasi larutan dalam erlemeyer dengan larutan NaOH di dalam buret hingga terjadi perubahan warna. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna. 5. Dihitung volume yang diperlukan untuk titrasi. 6. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali. 7. Dibandingkan hasil antara perlakuan menggunakan indikator metil merah dengan indikator fenoftalein. B. Pembuatan larutan NaOH 1. Ditimbang 0,4 gram butiran NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca analitik, kemudian segera dipindahkan ke dalam gelas beker yang berisi 20-25 ml akuades hangat. 2. Diaduk NaOH dengan pengaduk kaca hingga larut sempurna, kemudian dipindahkan ke dalam labu takar 50 ml.

3. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas, kemudian labu takar ditutup dan dikocok hingga larutan homogen. Larutan yang diperoleh disebut larutan C. 4. Dipindahkan larutan C sebanyak 25 ml dengan pipet gondok ke dalam labu takar 100 ml yang baru. 5. Ditambahkan akuades hingga tanda batas, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh disebut larutan D. C. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH I. Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran 1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan. 2. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 M dan dicatat volume awalnya dengan membaca skala pada meniskus bawah larutan. 3. Dipindahkan 10 ml larutan NaOH encer (larutan D dengan pipet gondok atau pipet ukur ke dalam erlenmeyer. 4. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersbut. 5. Di titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga terjadi perubahan warna. 6. Dihitung volume HCl yang digunakan untuk titrasi. 7. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali. II.Titrasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan NaOH sebagai Titran 1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan NaOH yang telah dibuat (larutan D). 2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer dan dicatat volume awalnya dengan dibaca pada skala meniskus bawah larutan. 3. Dipindahkan larutan HCl 0,1 M dengan pipet gondok atau pipet ukur ke dalam erlenmeyer., kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator metil jingga. 4. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut. 5. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer didalam buret hingga terjadi perubahan warna. Setelah terjadi perubahan warna yang konstan, titrasi dihentikan.

6. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran dan larutan NaOH encer sebagai titran. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Perhitungan 1. Hasil I. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida No Percobaan Pengamatan 1. Pembuatan larutan A -Ditimbang berat gelas ukur kosong -Dihitung volume HCl pekat -Dihitung massa jenis HCl -Dihitung konsentrasi HCl pekat -Ditimbang Berat labu takar kosong -Dihitung volume larutan A 2. Pembuatan larutan B -Volume larutan sebelum diencerkan (diambil dari larutan A) -Volume larutan setelah diencerkan (larutan B) 14,75 gr 4,15 ml 1190 gr/l 37 % (b/b) 80,58 gr 100 ml 20 ml 100 ml II.Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi No Percobaan Pengamatan 1. Titrasi menggunakan Indikator Metil Merah a. Titrasi I - Volume awal - Volume akhir - Volume yang diperlukan - Perubahan warna saat di amati 0 ml 10 ml 10 ml 0 ml = 10 ml Kuning Merah Muda b. Titrasi II - Volume awal

- Volume akhir - Volume yang diperlukan - Perubahan warna saat di amati 10 ml 20 ml 20 ml 10 ml = 10 ml Kuning Merah Muda Volume rata-rata titrasi I dan titrasi II = 2. Titrasi menggunakan Indikator Fenoftalein a. Titrasi I - Volume awal - Volume akhir - Volume yang diperlukan - Perubahan warna saat di amati 10 ml + 10 ml = 10 ml 2 20 ml 30,5 ml 30,5mL-20mL=10,5 ml Putih bening Pink b. Titrasi II - Volume awal - Volume akhir - Volume yang diperlukan - Perubahan warna saat di amati 30,5 ml 40,7 ml 40,7mL-30,5mL=10,2 ml Putih bening Pink Volume rata-rata titrasi I dan II = 10,5 ml+10,2 ml = 10,35 ml 2 III. Pembuatan Larutan NaOH No Percobaan Pengamatan 1 Pembuatan Larutan D - Volume larutan sebelum diencerkan 25 ml

(diambil dari larutan C) - Volume larutan setelah diencerkan (larutan D) 100 ml IV.Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH No Percobaan Pengamatan 1. Titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai Titran a. Titrasi I - Volume awal - Volume akhir - Volume titrasi - Perubahan warna saat di amati 0 ml 21,3 ml 21,3 ml Kuning Pink b. Titran II - Volume awal - Volume akhir - Volume titrasi - Perubahan warna saat di amati 21,3 ml 50,5 ml 29,2 ml Kuning Pink Volume rata-rata titrasi I dan II = 21,3 ml+29,2 ml = 25,25 ml 2 2. Titrasi Larutan HCl dengan NaOH sebagai Titran a. Titrasi I - Volume awal - Volume akhir - Volume titrasi - Perubahan warna saat di amati 24 ml 29,5 ml 5,5 ml Pink Kuning b. Titrasi II - Volume awal - Volume akhir 29,5 ml 33 ml

- Volume titrasi - Perubahan warna saat di amati 3,5 ml Pink Kuning Volume rata-rata titrasi I dan II = 5,5 ml+ 3,5 ml 2 = 4,5 ml 2. Perhitungan I. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl pekat Diketahui : Massa Jenis HCl = 1,19 kg/l = 1190 gram/l Persen berat HCl = 37% (b/b) Massa 1 L larutan pekat HCl = 1190 gram/lx 1L=1990 gram Massa HCl dalam 1 L larutan pekat = 37% x 1990 = 440,3 gram Mr HCl pekat = 36,5 gram/mol Massa HCl pekat = 440,3gram /36,5mL 1L = 12,06 mol/l = 12,06 M II. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl encer ( Larutan A dan Larutan B) 1. Melalui Perhitungan Pengenceran a. Konsentrasi Larutan A Diketahui : Volume HCl pekat = V HCl = 4,15 ml M HCl = 12,06 M Volume Larutan A = V A = 100 ml Ditanya : Molaritas Larutan A = M A =? Jawab : M A. V A = M HCl. V HCl M A. 100 ml = 12,06 M. 4,15 ml M A = 12,06M 4,15ml 100ml M A = 0,5 M 1

b. Konsentrasi Larutan B Diketahui : M A = 0,5 M V A = 20 ml Volume Larutan B = V B = 100 ml Ditanya : Molaritas Larutan B = M B =? Jawab : M A. V A = M B. V B 0,5 M. 20 ml = M B. 100 ml M B = M B 0,5M 20ml 100ml = 0,1 M 2. Melalui Titrasi a. Dengan Indikator Metil Merah Diketahui : M NaOH = 0,1 M V NaOH = 10,5 ml V HCl = 20 ml Ditanya : N HCl =? Jawab : ekuivalen asam = ekuivalen basa N HCl. V HCl = M NaOH. V NaOH N HCl. 10 ml = 0,1 M. 10,5 ml N HCl = 0,1M 10,5ml 20ml N HCl = 0,0525 N maka M HCl = 0,0525 M b. Dengan Indikator Phenolphtalein Diketahui : M NaOH = 0,1 M V NaOH = 11 ml

V HCl = 20 ml Ditanya : N HCl =? Jawab : ekuivalen asam = ekuivalen basa N HCl. V HCl = M NaOH. V NaOH N HCl. 20 ml = 0,1 M. 11 ml N HCl = 0,1M 11ml 20ml N HCl = 0,055 N maka M HCl = 0,055 M III. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH (Larutan D) 1. Perhitungan Pengenceran Diketahui : M C = 0,4 M V C = 25 ml V D = 100 ml Ditanya : M D =? Jawab : M C. V C = M D. V D 0,4 M. 25 ml = M D. 100 ml 0,4M 25ml M D = 100ml M D = 0,1 M 2. Melalui Titrasi dengan Indikator Metil Merah a. Titrasi NaOH dengan HCl sebagai titran Diketahui : M HCl = 0,1 M V NaOH = 10 ml V HCl = 4,6 ml N HCl = 0,1 N (HCl adalah asam monoprotik) Ditanya : N NaOH =? Jawab : ekuivalen asam = ekuivalen basa N HCl. V HCl = N NaOH. V NaOH 0,1 N. 4,6 ml = N NaOH. 10 ml N NaOH = 0,1N 4,6ml 10ml

N NaOH = 0,046 N a. Titrasi HCl dengan NaOH sebagai titran Diketahui : M HCl = 0,1 M V NaOH = 10 ml V HCl = 10 ml N HCl = 0,1 N (HCl adalah asam monoprotik) Ditanya : N NaOH =? Jawab : ekuivalen asam = ekuivalen basa N HCl. V HCl = N NaOH. V NaOH 0,1 N. 10 ml = N NaOH. 36 ml N NaOH = 0,1N 10ml 36ml N NaOH = 0,0278 N B. Pembahasan Dalam praktikum kali ini kita mencoba untuk membuat larutan baru dengan cara mengencerkan larutan yang konsentrasinya lebih pekat daripada konsentrasi larutan yang kita inginkan. Setelah larutan tersebut berhasil dibuat maka kita akan mencoba menentukan konsentrasi larutan yang talah kita buat tersebut. Jumlah zat sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama dan memenuhi persamaan : M 1. V 1 = M 2. V 2 Pada penentuan konsentrasi larutan HCl melalui metode pengenceran didapatkan konsentrasi larutan HCl (larutan B) adalah sebesar 0,1 M dan pada penentuan konsentrasi larutan NaOH melalui pengenceran didapatkan konsentrasi larutan NaOH sebesar 0,5 M. Larutan standar adalah suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara tepat. Ada dua macam larutan standar,larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer konsentrasinya relatif tetap, dan relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan pada saat pertama kali dibuat. Sedangkan pada larutan standar sekunder konsentrasinya seringkali mengalami perubahan dibandingkan pada saat pertama kali dibuat dan seringkali tidak sama dengan konsentrasi yang tertera pada label. Pada

percobaan ini, yang termasuk larutan standar primer adalah HCl dan larutan standar sekunder adalah NaOH. Pada pembuatan larutan NaOH digunakan akuades sebagai pelarut. NaOH merupakan senyawa basa yang berwujud padat. NaOH merupakan senyawa yang mudah menyerap kelembapan udara,dalam udara terbuka NaOH akan berubah wujud. Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi menggunakan dua indikator yaitu indikator metil merah dan indikator fenoftalein. Pada titrasi yang menggunakan indikator metil merah didapat konsentrasi larutan HCl yaitu sebesar 0,0525 M dan pada titrasi yang menggunakan indikator fenoftalein didapat konsentrasi sebesar 0,055 M. Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengetahui ukuran jumlah dari suatu larutan yang caranya direaksikan dengan larutan lain yang konsentrasinya sudah duketahui. Pada percobaan kali ini, titrasi berguna untuk mengetahui jumlah zat yang dititrasi supaya kita dapat mengetahui konsentrasi dari larutan itu. Hal-hal yang diperlukan untuk titrasi ini adalah indikator, yang mana indikator ini mempunyai warna dalam keadaan asam maupun basa. Fungsinya adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi caranya dengan mengamati perubahan warna yang terjadi, jika warna sudah berubah secara konstan,maka itulah titik akhir titrasi dan titrasi dihentikan. Indikator itu sebenarnya terbagi menjadi dua, yaitu indikator alami dan indikator buatan. Indikator alami dapat dibuat dari tumbuhan, misalkan saja dari bunga sepatu, mawar, kunyit dan bunga kertas. Tentu sebelum dijadikan indikator, tumbuhan atau bunga tersebut mengalami proses terlebih dahulu yaitu di hancurkan atau ditumbuk sampai lembut dan diberi air. Sedangkan indikator buatan yaitu indikator yang sering kita gunakan di laboratorium, termasuk dalam percobaan kali ini, contoh indikator fenolftalein,metil merah,metil jingga, dan bromtimul biru Dari percobaan titrasi yang telah dilakukan didapatkan data bahwa ternyata volume yang diperlukan HCl untuk menitrasi NaOH sampai terjadi perubahan warna lebih kecil daripada volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi HCl sampai terjadi perubahan warna pada indikator.

Hal di atas disebabkan karena adanya perbedaan perubahan warna indikator dalam melakukan titrasi. Dalam menggunakan titrasi asam terhadap basa digunakan indikator metil merah yang merupakan golongan basa lemah yang dalam keadaan normal tidak berwarna. Sehingga setelah melakukan titrasi akan mengalami sedikit kesulitan dalam melakukan pengamatan perubahan warna sampai berwarna merah muda. Berbeda dengan percobaan titrasi basa terhadap asam. Dalam percobaan ini digunakan indikator phenoftalein yang dalam keadaan normal tidak berwarna. Tetapi dalam suasana basa ia akan berubah menjadi warna merah muda sehingga kita akan mudah untuk mengamati perubahan warna yang terjadi. Adanya perbedaan hasil akhir titrasi antara titrasi asam terhadap basa (merah muda) dengan titrasi basa terhadap asam (kuning) dikarenakan karena perbedaan penitrasi. Pada titrasi asam terhadap basa HCl (asam) berlaku sebagai penitrasi, sehingga warna larutan yang terbentuk adalah warna reaksi asam dengan indikator ( asam + metil merah = merah muda), sedangkan pada titrasi basa terhadap asam yang berlaku sebagai penitrasi adalah NaOH (basa), sehingga warna larutan yang terbentuk pastilah warna reaksi basa dengan indikator (basa + metil merah = kuning). Satu ekivalen dari suatu asam didefinisikan sebagai jumlah asam yang mengandung 1 mol H dan satu ekivalen dari suatu basa didefinisikan sebagai jumlah basa yang mengandung 1 mol OH. VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah : 1. Pengenceran suatu larutan pekat akan menghasilkan suatu larutan dengan konsentrasi yang lebih kecil. 2. Keseimbangan kimia dapat terjadi pada saat tercapainya titik ekuivalen dimana jumlah ekuivalen basa NaOH sama dengan jumlah ekuivalen asam dari larutan asam klorida. 3. Dalam proses titrasi peranan indikator sangat penting karena dengan menggunakan indikator kita dapat mengetahui kapan ph suatu larutan akan berubah, selain itu dengan menggunakan indikator kita dapat mengetahui kapan tercapainya titik ekuivalen dari proses titrasi tersebut.

4. Dari percobaan diatas dapat dihasilkan konsentrasi larutan A 0,5 M sedangkan melalui titrasi yaitu menggunakan indikator metil merah sebesar0,0525 M; phenolphtalei 0,055 M. 5. Dan untuk larutan C dihasilkan konsentrasi 0,4 M. Konsentrasi larutan D 0,1 M, serta melalui titrasi yaitu NaOH oleh HCl diperoleh konsentrasi 0,046 N dan titrasi HCl oleh NaOH diperoleh 0,0278 N. DAFTAR PUSTAKA Brandy, J. 1999. Kimia Universitas : Asas dan Struktur (terjemahan Dra.Sukmariah Maun, dkk). Jilid Satu, edisi kelima. Binarupa : Jakarta Petrucci, H. Ralph. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga : Jakarta Surya, Rendra 2010. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya. http://www.geocities.com/../standarisasi.pdf Diakses tanggal 19 Oktober 2010 Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. ITB : Bandung