Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N."

Transkripsi

1 Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni melalui penentuan kandungan belerang total, kapasitas netralisasi asam (ANC) dengan penambahan asam HCl berlebih, pemanasan dan titrasi sisa HCl denga NaOH pada ph 7,0, dan nilai potensi produksi asam (NAPP) yang dihitung dari selisih antara MPA dan ANC. Uji NAG didasarkan pada penambahan H 2 O 2 15% untuk mengoksidasi senyawa-senyawa sulfidis yang terdapat dalam contoh batuan, kemudian setelah reaksi selesai dilakukan penentuan ph, Larutan ph < 4,5 dititrasi dengan larutan standar NaOH sampai ph 4,5. Jumlah ml NaOH yang dibutuhkan digunakan untuk penentuan harga NAG. Hasil yang didapat dari perhitungan asam-basa dan uji NAG dibandingkan terhadap kriteria yang berlaku dan dihitung jumlah contoh yang berpotensi sebagai pembentuk asam. B. Pengambilan dan preparasi contoh : Contoh batuan yang dianalisa merupakan batuan penutup (overburden) yang digunakan untuk penimbunan rawa, contoh diambil dari hasil blasting di lokasi penambangan (pit aktif, sedangkan contoh overburden yang berpotensi menghasilkan air asam tambang, diambil dari disposal). Contoh dikering udarakan kemudian dicampur dan selanjutnya digerus dan disaring sampai 200 mesh. Untuk contoh batuan samping, dilakukan penggerusan sampai <6 mm dan dilakukan pembagian contoh untuk mendapatkan contoh ± 2 kg. Sub contoh ini kemudian dibagi 2, satu bagian disimpan untuk arsip dan bagian lain digerus dengan rod mill sampai fraksi 200 mesh mencapai 80%. C. Pengujian - Peralatan 1. Pelat keramik 2. Gelas piala 150 ml 3. Pipet volume (pipet gondok) 100 ml, 25 ml, dan 10 ml 4. Labu Erlenmeyer 250 ml 5. Buret 10 ml, 25 ml 6. Neraca analitik ketelitian 4 desimal 7. Alat pemanas 8. Kaca arloji 9. ph meter

2 - Pereaksi 1. Asam klorida (HCl) p.a, 1 N, dan 0,5 N 2. Larutan asam klorida (1 : 3) 3. Natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) p.a 4. Larutan Natrium hidroksida (NaOH): p.a., 0,1 N dan 0,5 N 5. Indikator fenolftalin 0,1 % 6. Indikator metal jingga 0,1 % 7. Larutan Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) : 30% dan 15% - Prosedur Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Penentuan ANC a. Penentuan Fizzing rate Taruh sedikit contoh (kurang lebih 0,5 g) pada pelat keramik dan teteskan 1 tetes sampai 2 tetes HCl (1:3). Amati pembentukkan gelembung dan tetapkan skala kecepatan reaksinya berdasarkan tabel berikut : Reaksi Fizzing Rate Perkiraan HCl (N) Volume HCl (ml) NaOH (N) Tidak bereaksi 0 0,5 4 0,1 Reaksi kecil 1 0,5 8 0,1 Reaksi sedang 2 0,5 20 0,5 Reaksi kuat 3 0,5 40 0,5 Reaksi sangat kuat 4 0,5 40 0,5 b. Penentuan ANC 1. Timbang (2,0 ± 0,05) g contoh (200 mesh) kering udara dan masukkan ke dalam gelas piala 150 ml 2. Tambahkan HCl yang dibutuhkan (sesuai dengan perkiraan pada penetapan fizzing rate) dan tambahkan pula 20 ml akuades 3. Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan panaskan di atas pelat pemanas dengan suhu 80 o C 90 o C. Lanjutkan pemanasan dengan sekali-sekali diaduk sampai reaksi sempurna(paling sedikit 2 jam) 4. Biarkan gelas piala bersama isinya mendingin pada suhu kamar, kemudian bilas kaca arloji dan dinding gelas piala 5. Selanjutnya larutan dalam gelas piala dititrasi dengan NaOH yang konsentrasinya sesuai dengan penetapan fizzing rate menggunakan fenolptalin sebagai indicator 6. Catat jumlah ml NaOH yang digunakan

3 Uji NAG 1. Timbang (1,00 ± 0,05) g contoh dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml 2. Tambahkan 100 ml H 2 O 2 15 % dengan menggunakan pipet 3. Tutup dengan kaca arloji dan didihkan sampai gelembung-gelembung udara timbul, biarkan 1 malam 4. Setelah bereaksi, panaskan kembali perlahan-lahan di atas pelat pemanas sampai gelembung udara hilang (± 2 jam), Jangan dipanaskan lebih dari 2 jam 5. Biarkan dingin sampai suhu kamar, 6. Tentukan ph masing-masing 7. Jika larutan mempunyai ph < 4,5, titrasi larutan dengan NaOH 0,1 N sampai ph 4,5, catat pemakaian NaOH (ml) - Perhitungan 1. MPA = 30,625 x % S dengan pengertian: MPA : potensi kemasaman maksimum dalam kilogram H 2 SO 4 per ton 30,625 : faktor yang diturunkan dari hubungan stokiometrik antara jumlah pirit (seluruh belerang dianggap berasal dari pirit dengan asam yang dapat diproduksi % S : kandungan belerang dalam persen 2. ANC = (N 1 x V 1 ) (N 2 x V 2 ) x 49 W dengan pengertian: ANC : kapasitas netralisasi asam dalam kilogram H 2 SO 4 per ton N 1 : konsentrasi larutan HCl dalam normalitas V 1 : volume larutan HCl yang digunakan dalam milliliter N 2 : konsentrasi larutan NaOH dalam normalitas V 2 : volume larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dalam milliliter W : berat contoh yang digunakan dalam gram 59 : berat ekivalen H 2 SO 4 3. NAG = C x V 2 x 49 W dengan pengertian: NAG : pembentukkan asam netto dalam kilogram H 2 SO 4 per ton C : konsentrasi larutan NaOH dalam normalitas V 2 : volume larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dalam milliliter W : berat contoh yang digunakan dalam gram 49 : berat ekivalen H 2 SO 4

4 4. NAPP = MPA - ANC dengan pengertian: NAPP : nilai potensi produksi asam dalam kilogram H 2 SO 4 per ton MPA : potensi kemasaman maksimum dalam kilogram H 2 SO 4 per ton ANC : kapasitas netralisasi asam dalam kilogram H 2 SO 4 per ton - Evaluasi Data Evaluasi data dilakukan dengan cara mengelompokkan contoh ke dalam penggolongan jenis batuan pembentuk masam seperti terlihat pada tabel berikut : No Golongan Jenis Batuan Keterangan 1 Tipe 1 Bukan pembentuk asam 2 Tipe 2 Potensi pembentuk asam kapasitas rendah 3 Tipe 3 Potensi pembentuk asam kapasitas tinggi 4 Tipe 4 Pembentuk Asam Nilai ph uji NAG lebih besar atau sama dengan 4,5 Nilai ph uji NAG lebih kecil dari 4,5; nilai NAG pada ph 4,5 lebih kecil dari 5 kg H 2 SO 4 per ton; NAPP 0-10 Kg H 2 SO 4 per ton Nilai ph uji NAG lebih kecil dari 4,5; nilai NAG pada ph 4,5 lebih besar atau sama dengan 5 Kg H 2 SO 4 per ton ; NAPP lebih besar atau sama dengan 10 kg H 2 SO 4 per ton Nilai ph uji NAG lebih kecil dari 4,5; dan ph batuan (1:2) lebih kecil dari 4,5; nilai NAG pada ph 4,5 lebih besar atau sama dengan 5 kg H 2 SO 4 per ton ; NAPP lebih besar atau sama dengan 10 kg H 2 SO 4 per ton,

5 Lampiran 2 Hasil analisis uji asam basa dan NAG terhadap material overburden Kode Sample % S MPA ANC NAPP ph NAG NAG (Kg H 2 SO 4 /ton) ph 4,5 Tipe Batuan A-1 0,22 6,629 1,127 5,502 3,38 3,724 Tipe 2 A-2 0,18 5,647-3,087 8,734 3,44 2,352 Tipe 2 Keterangan Potensi pembentuk asam kapasitas rendah Potensi pembentuk asam kapasitas rendah B-1 0,20 6,040 26,754-20,71 6,34 0 Tipe 1 Bukan pembentuk asam B-2 0,18 5,647 26,264-20,62 6,61 0 Tipe 1 Bukan pembentuk asam A : contoh overburden dari disposal Agathis (disposal yang paling dekat dengan lokasi penelitian) B : contoh overburden dari hasil blasting di pit tambang aktif 1,2 : ulangan contoh 61

6 Lampiran 3 Prosedur daya netralisasi dengan penetapan setara CaCO 3 (Balai Penelitian Tanah, 2005) Dasar penetapan Setara CaCO3 ditetapkan secara titrasi asam-basa, contoh dilarutkan dalam larutan standar HCl berlebih dan kelebihan asam dititrasi dengan larutan standar basa. Peralatan Neraca analitik Labu takar volume 100 ml Erlenmeyer volume 50 ml Pipet volume 50 ml Titrator/buret mikro 25 ml Pemanas listrik/hot plate Pereaksi Larutan HCl 0,50 N Larutan NaOH 0,25 N Indikator PP Cara kerja Timbang dengan teliti 0,50 g contoh pupuk ke dalam labu takar volume 100 ml. Tambahkan 50 ml larutan HCl 0,50 N dengan pipet volume 50 ml. Untuk penetapan blanko, pipet 50 ml larutan HCl 0,50 N ke dalam labu takar volume 50 ml yang lainnya. Panaskan pada pemanas listrik/hot plate, baik contoh maupun blanko (10 menit mendidih). Dinginkan, encerkan dengan air bebas ion hingga tanda tera 100 ml, kocok bolak-balik hingga homogen. Pipet 10 ml ekstrak contoh maupun blanko ke dalam masing-masing erlenmeyer volume 50 ml. Tambahkan masing-masing tiga tetes indikator PP dan akhirnya dititar dengan larutan NaOH 0,25 N (sampai berwarna merah jambu muda), dicatat masingmasing ml titran untuk contoh (Vc) dan blanko (Vb). Perhitungan Setara CaCO3 (%) = ( Vb Vc) x N NaOH x 50 x (ml ekstrak/mlekstrak dipipet )x (100/mg contoh) x fk Keterangan: Vb = banyaknya titran untuk penitaran blanko (ml) Vc = banyaknya titran untuk penitaran contoh (ml) 50 = berat setara CaCO3 100 = faktor konversi ke % fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 % kadar air)

7 Lampiran 4 Hasil analisis daya netralisasi batu gamping asal Suaran Kode Contoh ml titrasi NaOH N NaOH me NaOH me blanko - me contoh Daya netralisasi (%) BLK 13,40 0,47 6,39 6,35 - Sr 1 9,40 0,47 4,45 1,89 75,78 Sr 2 8,60 0,47 4,07 2,27 90,93 Sr 3 8,70 0,47 4,12 2,23 89,04 Rata-rata 85,25 BLK : blanko Sr : Kode contoh batu gamping Suaran 1,2,3 : Ulangan

8 Lampiran 5 Foto-foto lokasi penelitian : Rona awal lokasi penelitian 2 : Hasil penimbunan lokasi penelitian 3 : Organic wall 1 setelah konstruksi 4 : Organic wall 1 setelah pengisian 5 : Organic wall 1 saat inkubasi 10 6 : Organic wall 2 setelah konstruksi 7 : Layering Organic wall 2 8 :Organic wall 2 saat inkubasi 9 : Kolam pertumbuhan 1 pasca layering 10 : Kolam pertumbuhan 1 pasca penanaman

9 Organic wall 2 Kolam pertumbuhan 1 15 Kolam pertumbuhan 2 Organic wall : Kolam pertumbuhan dua setelah pengisian 12 : Kolam pertumbuhan dua setelah penanaman Cyperus sp. 13 : Kolam pertumbuhan tiga setelah penanaman Eceng Gondok 14 : Kolam pertumbuhan tiga sebelum pemanenan Eceng Gondok 15 : Komponen rawa buatan: organic wall satu dan kolam pertumbuhan satu 16 : Komponen rawa buatan: organic wall dua dan kolam pertumbuhan dua

10 66 Lampiran 6 Hasil pengukuran ph selama inkubasi anaerob Hari pengamatan Nilai ph pada titik-titik pengamatan 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b AI *) 4,19 3,66 3,43 3,40 3,50 3,55 3,58 3,61 1 HSI **) 4,88 3,80 3,61 3,63 3,94 4,48 4,02 4,06 2 HSI 5,29 6,02 4,76 4,83 4,95 5,26 4,87 4,84 3 HSI 5,61 5,85 4,15 4,29 4,51 5,34 5,16 5,26 4 HSI 6,18 6,22 4,57 4,66 4,93 5,98 6,00 6,09 5 HSI 6,05 6,36 5,98 6,09 5,89 6,12 6,23 6,43 6 HSI 6,06 6,55 6,44 6,53 6,17 6,36 6,98 7,14 7 HSI 6,41 6,88 6,75 6,73 6,38 6,5 7,24 7,02 8 HSI 6,56 6,81 6,76 6,79 6,65 6,62 6,86 7,09 9 HSI 6,34 6,79 6,78 6,81 6,58 6,73 6,96 7,19 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua *) : AI = awal inkubasi **) : HSI = hari setelah inkubasi

11 Lampiran 7 Hasil pengukuran potensial redoks (Eh) selama inkubasi anaerob Hari Nilai Eh (mv) pada titik-titik pengamatan Pengamatan 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b AI *) HSI **) HSI HSI HSI HSI HSI HSI HSI HSI Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua *) : AI = awal inkubasi **) : HSI = hari setelah inkubasi

12 Lampiran 8 Hasil pengukuran konsentrasi sulfat terlarut selama inkubasi Hari Konsentrasi sulfat terlarut (mg/l) pada titik-titik pengamatan pengamatan 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b AI *) 315,00 225,00 350,00 300,00 250,00 300,00 256,00 215,00 1 HSI **) 276,92 231,82 229,55 227,27 231,82 240,91 252,27 254,55 2 HSI 245,45 232,69 223,46 190,38 190,38 176,92 196,15 192,17 3 HSI 238,75 233,75 182,50 176,25 171,25 192,50 172,50 227,50 4 HSI 218,18 209,09 190,91 163,64 172,73 190,91 179,55 195,45 5 HSI 175,00 198,08 176,92 228,85 205,77 201,92 200,00 190,38 6 HSI 176,00 190,00 192,00 196,00 194,00 202,00 222,00 192,00 7 HSI 159,09 202,27 204,55 179,55 195,45 175,00 147,73 204,55 8 HSI 198,08 225,00 217,31 203,85 207,69 188,46 238,46 238,46 9 HSI 151,92 213,46 171,15 196,15 138,46 105,77 146,15 305,77 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua *) : AI = awal inkubasi **) : HSI = hari setelah inkubasi

13 69 Lampiran 9 Hasil pengukuran ph pada rawa buatan selama pengoperasian secara kontinyu Hari pengamatan Debit (L/s) ph pada titik-titik pengamatan Inlet 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5 Outlet AP *) 0,345 3,02 3,45 3,58 3,83 3,94 4,02 4,18 4,31 4,58 4,54 4,59 2 SP **) 0,195 3,22 3,4 3,65 4,02 4,34 4,42 5,56 5,77 5,85 5,75 5,76 4 SP 0,118 3,12 3,52 3,85 4,22 4,49 4,56 6,16 6,32 6,44 6,36 6,34 6 SP 0,118 3,08 3,93 4,16 4,52 4,84 5,15 6,26 6,49 6,59 6,6 6,58 8 SP 0,230 3,06 3,84 4,31 5,41 5,65 5,81 6,4 6,65 6,75 6,7 6,71 10 SP 0,190 3,05 3,28 3,57 4,41 5,57 5,59 6,12 6,25 6,55 6,63 6,67 12 SP 0,235 3,12 3,11 3,04 3,97 5,28 5,07 5,47 5,78 6,06 6,34 6,36 14 SP 0,190 2,84 3,02 3,14 3,63 4,29 4,51 5,52 5,81 6,18 6,25 6,28 16 SP 0,148 3,08 3,2 3,32 3,83 4,43 4,68 4,95 5,97 6,39 6,34 6,35 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua 5 : titik di kolam pertumbuhan 3 Outlet : titik setelah masuk ke rawa buatan *) : AP = awal pengoperasian **) : HSP = hari setelah pengoperasian 69

14 Lampiran 10 Hasil pengukuran konsentrasi sulfat terlarut pada rawa buatan selama pengoperasian secara kontinyu Hari pengamatan Debit (l/s) Konsentrasi sulfat terlarut (mg/l) pada titik-titik pengamatan Inlet 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5 Outlet AP *) 0, ,69 244,23 250,00 150,00 173,08 126,92 173,08 128,85 134,62 130,77 151,92 2 HSP **) 0, ,00 274,00 210,00 206,00 194,00 200,00 192,00 198,00 196,00 254,00 188,00 4 HSP 0, ,36 263,64 197,73 243,18 186,36 197,73 170,45 215,91 202,87 325,00 256,82 6 HSP 0, ,82 340,91 377,27 213,64 234,09 240,91 200,00 290,91 254,55 304,55 245,45 8 HSP 0, ,73 206,82 220,45 125,00 131,82 140,91 213,64 184,09 200,00 259,09 193,18 10 HSP 0, ,62 213,46 221,15 282,69 163,46 378,85 326,92 294,23 328,85 296,15 257,69 12 HSP 0, ,31 401,92 417,31 323,08 309,62 300,00 307,69 280,77 278,85 344,23 263,46 14 HSP 0, ,54 305,77 257,69 250,00 250,00 240,38 230,77 236,54 213,46 223,08 236,54 16 HSP 0, ,08 403,85 350,00 276,92 290,38 340,38 319,23 236,54 234,62 209,62 232,69 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua 5 : titik di kolam pertumbuhan 3 Outlet : titik setelah masuk ke rawa buatan *) : AP = awal pengoperasian **) : HSP = hari setelah pengoperasian 70

15 Lampiran 11 Hasil pengukuran konsentrasi besi terlarut pada rawa buatan selama pengoperasian secara kontinyu Hari pengamatan Debit (l/s) Konsentrasi besi terlarut (mg/l) pada titik-titik pengamatan inlet 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5 outlet AP *) 0,545 7,86 6,54 2,52 1,99 1,26 0,93 0,59 1,65 0,39 0,28 1,29 2 HSP 0,195 5,62 3,10 2,31 0,74 0,53 0,41 0,37 0,02 0,05 0,20 0,93 4 HSP 0,118 5,78 3,00 2,87 0,48 0,37 0,11 0,10 0,01 0,01 0,09 0,54 6 HSP 0,118 6,16 2,17 2,09 0,88 0,65 0,27 0,34 0,01 0,00 0,14 0,87 8 HSP 0,230 6,45 2,54 2,14 0,65 0,87 0,60 0,73 0,49 0,39 0,30 1,30 10 HSP 0,190 7,40 2,47 2,87 0,75 0,45 0,13 0,05 0,02 0,07 0,09 0,21 12 HSP 0,235 12,35 2,44 2,90 0,10 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 14 HSP 0,190 6,72 2,47 2,65 0,17 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 16 HSP 0,148 5,95 2,17 2,05 0,09 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua 5 : titik di kolam pertumbuhan 3 Outlet : titik setelah masuk ke rawa buatan *) : AP = awal pengoperasian **) : HSP = hari setelah pengoperasian 71

16 Lampiran 12 Hasil pengukuran konsentrasi mangan terlarut pada rawa buatan selama pengoperasian secara kontinyu Hari pengamatan Debit (l/s) Konsentrasi mangan terlarut (mg/l) pada titik-titik pengematan inlet 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5 outlet AP *) 0,545 3,86 4,04 3,90 3,64 3,71 3,68 3,59 3,57 4,31 4,32 4,18 2 HSP **) 0,195 4,11 3,73 3,66 3,20 2,91 2,85 2,76 2,72 2,60 2,73 2,68 4 HSP 0,118 4,02 3,68 3,72 2,97 2,62 2,63 2,41 1,85 1,64 1,66 1,43 6 HSP 0,118 3,68 3,39 3,49 2,66 2,37 2,27 2,00 0,05 0,03 0,01 0,01 8 HSP 0,230 3,58 3,36 2,85 2,39 2,13 2,28 2,01 0,16 0,08 0,01 0,01 10 HSP 0,190 4,56 4,29 4,01 2,67 2,07 2,01 2,05 1,89 0,73 0,54 0,69 12 HSP 0,235 5,63 4,15 4,44 3,07 2,56 2,63 2,38 2,07 1,71 1,59 1,57 14 HSP 0,190 3,83 4,21 4,45 3,47 2,71 0,84 0,39 0,19 0,01 0,01 0,01 16 HSP 0,148 4,73 4,88 5,08 4,85 4,15 4,08 3,52 3,52 1,80 0,08 0,00 Inlet : titik sebelum masuk ke rawa buatan 1a : titik setelah pintu masuk dari inlet ke organic wall satu 1b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall satu 2a : titik setelah pintu masuk dari organic wall satu ke kolam pertumbuhan satu 2b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan satu 3a : titik setelah pintu masuk dari kolam pertumbuhan satu ke organic wall dua 3b : titik sebelum pintu keluar dari organic wall dua 4a : titik setelah pintu masuk dari organic wall dua ke kolam pertumbuhan dua 4b : titik sebelum pintu keluar dari kolam pertumbuhan dua 5 : titik di kolam pertumbuhan 3 Outlet : titik setelah masuk ke rawa buatan *) : AP = awal pengoperasian **) : HSP = hari setelah pengoperasian 72

17 73 Lampiran 13 Hasil pengukuran ph, konsentrasi sulfat, besi, dan mangan pada substrat Kode Contoh ph Besi Mangan Sulfat ppm A I-1 4,35 638,08 37,76 290,92 A I-2 3,86 397,57 23,40 27,17 A II-1 4,93 764,50 25,54 21,89 A II-2 5,00 168,21 29,03 33,14 A III-1 6,10 460,74 23,11 33,17 A III-2 7,04 191,73 48,27 83,29 A IV-1 6,44 228,64 36,01 39,73 A IV-2 7,02 281,55 22,61 36,30 B I-1 6,56 689,22 16,33 159,38 B I -2 6,86 127,79 15,12 203,51 B II-1 6,47 344,54 41,42 269,69 B II-2 6,97 140,52 39,80 75,62 B III-1 7,01 597,30 13,85 368,17 B III-2 7,84 60,00 15,34 280,94 B IV-1 6,82 tr 11,62 31,38 B IV-2 7,06 tr 42,36 135,20 P1 a-1 3,21 206,75 12,34 431,47 P1 a-1 3,74 511,00 21,20 377,17 P1 b-1 4, ,11 30,95 40,37 P1 b-2 3,24 225,50 3,98 20,86 P1 c-1 5,42 671,71 17,87 37,25 P1 c-2 3,73 474,15 20,39 90,04 P2 a-1 4,66 347,76 30,68 74,40 P2 a-2 6,30 57,52 48,13 130,86 P2 b-1 6,35 217,88 22,18 53,48 P2 b-2 6,89 172,62 55,74 69,96 P2 c-1 7,51 165,27 45,16 25,15 P2 c-2 7,40 142,20 19,29 31,02 A : Kode contoh untuk kolam pertumbuhan satu B : Kode contoh untuk kolam pertumbuhan dua P1 : Kode contoh untuk organic wall satu P2 : Kode contoh untuk organic wall dua I,II,III,IV : Kode titik contoh untuk kolam pertumbuhan a, b, c : Kode titik contoh untuk organic wall 1, 2 : ulangan

18 74 Lampiran 14 Hasil pengukuran konsentrasi sulfur, besi, dan mangan pada tanaman Kode Sample Total sulfur Besi Mangan (%) CA a 1,00 2,41 0,01 CA b 1 0,76 1,12 0,02 CA b 2 1,15 1,64 0,03 CA b 3 1,71 2,43 0,02 CA b 4 1,83 2,84 0,02 CD a 0,61 0,61 0,01 CD b 1 0,96 0,51 0,03 CD b 2 0,85 0,87 0,03 CD b 3 1,15 0,47 0,03 CD b 4 1,78 0,82 0,02 TA a 1 1,35 1,20 0,01 TA b 1 1,44 1,70 0,02 TA b 2 0,90 1,31 0,03 TA b 3 1,27 1,10 0,02 TA b 4 1,22 1,53 0,04 TD a 1 1,31 0,34 0,03 TD b 1 1,68 0,10 0,03 TD b 2 1,38 0,10 0,04 TD b 3 2,44 0,30 0,04 TD b 4 1,81 0,34 0,03 E a 1 1,07 0,44 0,09 E b 0,76 0,70 0,05 EA a 1 0,29 1,92 0,26 E b A 1,00 1,91 0,17 ED a 1 1,04 0,42 0,02 ED b 2 1,29 0,34 0,01 CA : Contoh tanaman Cyperus sp bagian akar CD : Contoh tanaman Cyperus sp bagian Daun TA : Contoh tanaman Typha sp bagian akar TD : Contoh tanaman Typha sp bagian daun EA : Contoh tanaman Eceng Gondok bagian akar ED : Contoh tanaman Eceng Gondok bagian daun a : sebelum perlakuan b : setelah perlakuan 1,2,3,4 : ulangan

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

Pupuk dolomit SNI

Pupuk dolomit SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk dolomit ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Syarat mutu... 1 4 Pengambilan contoh...

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia 17 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei 2012. Sampel Salvinia molesta diambil dari Waduk Batu Tegi Tanggamus. Analisis sampel

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI I. CAPAIAN PEMBELAJARAN Praktikan mampu menetapkan kadar CH3COOH (asam asetat) dan asam cuka (HCl) menggunakan prinsip reaksi asam-basa. II.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

Pupuk super fosfat tunggal

Pupuk super fosfat tunggal Standar Nasional Indonesia Pupuk super fosfat tunggal ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

VISIT MY WEBSITE : KLIK AJA LINKNYA SOB http://dionlegionis.blogspot.com/search/label/education%20mipa http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/klasifikasi-kodok-beranak-darisulawesi.html http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/download-pdf-statistika-datatunggal.html

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di pedesaan atau pedalaman pencemaran udara terjadi karena eksploitasi sumber daya alam, baik secara tradisional maupun modern. Industri batu kapur merupakan salah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Standarisasi Larutan NaOH dan HCl 1. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat (H 2 C 2 O 4 ) 0,1 M. a. Ditimbang 1,26 g H 2 C 2 O 4. 2 H 2 O di dalam gelas beker 100 ml, b. Ditambahkan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Pupuk kalium sulfat SNI

Pupuk kalium sulfat SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk kalium sulfat ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4

Lebih terperinci

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI) KIMIA DASAR TITRASI (VOLUMETRI) Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt. PRINSIP TITRASI Titrasi (volumetri) merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida LAMPIRAN Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida 53 Lampiran 2. Aplikasi Dosis Herbisida Selama 1 Musim Tanam No Blok Kebun Petak Luas (Ha) Aplikasi 1 (Liter) Aplikasi 2 (Liter) Ametryn 2,4-D

Lebih terperinci

Pupuk SP-36 SNI

Pupuk SP-36 SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk SP-36 ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT 1. Kertas saring a. Kertas saring biasa b. Kertas saring halus c. Kertas saring Whatman lembar d. Kertas saring Whatman no. 40 e. Kertas saring Whatman no. 42 2. Timbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH Berikut diuraikan prosedur analisis contoh tanah menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. Pengujian Kandungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 15: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) refluks terbuka dengan refluks terbuka secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 I. Waktu / Tempat Praktikum : Rabu,15 Februari 2012 / Lab Kimia Jur. Analis

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)= LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis ph H 2 O dengan ph Meter 1. Timbang 10 gram tanah, masukkan ke dalam botol kocok. 2. Tambahkan air destilata 10 ml. 3. Kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok.

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

Pupuk tripel super fosfat plus-zn Standar Nasional Indonesia Pupuk tripel super fosfat plus-zn ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik PERMANGANOMETRI A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik B. TUJUAN Menentukan normalitas KMnO 4 sesungguhnya. C. DASAR TEORI Permanganometri merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

8. ASIDI-ALKALINITAS

8. ASIDI-ALKALINITAS Asidialkalinitas 8. ASIDIALKALINITAS 8.1. Umum Pengertian asiditas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan basa, sedangkan alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan asam. Asidialkalinitas

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL 1 PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL I. TUJUAN PERCOBAAN Menjelaskan prinsip penentuan kadar nitogen atau protein dalam cuplikan dengan metoda mikro kjeldahl secara benar dan jelas.

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PENGUJIAN AMDK Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PARAMETER UJI Warna Kekeruhan Kadar kotoran ph Zat terlarut Zat organik(angka KMnO40 Nitrat Nitrit Amonium Sulfat Klorida Flourida Sianida Klor bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Bahan-bahan - air destilasi - larutan kalium chloride (KCl) 1N ditimbang 373 g KCl yang sudah dikeringkan di dalam oven pengering 105 o C, dilarutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan. Laporan Praktikum Kimia Dasar II Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 Hal-0 Instruksi Pastikan bahwa nama dan kode peserta Anda sudah tertulis pada halaman pertama lembar soal dan lembar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN I. JUDUL PERCOBAAN Titrasi Penetralan dan Aplikasinya II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN Jum at, 4 Desember 2015 III. SELESAI PERCOBAAN Jum at, 4 Desember 2015 IV. TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuat dan menentukan

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar LAMPIRAN 17 Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 o C selama 1 jam, dan kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengujian Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah- Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM No. 17 Kampung

Lebih terperinci

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. LARUTAN Larutan merupakan campuran yang homogen,yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PENENTUAN KADAR KLORIDA Selasa, 1 April 2014 EKA NOVIANA NINDI ASTUTY 1112016200016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Buret 25 ml pyrex - Pipet ukur 10 ml pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex - Labu ukur 100 & 1000 ml pyrex - Botol aquades

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas Standar Nasional Indonesia Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas ICS 79.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air. Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air. Nitrogen - Distilasi dari 50 ml ke 25 ml - Tambahkan MnSO4 1 tetes - Tambahkan Clorox 0,5 ml - Tambahkan Phenat 0,6 ml - Diamkan ± 15 menit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap kandungan protein, nitrogen terlarut, dan kandungan nitrogen non protein pada ikan tongkol adalah

Lebih terperinci