JURNAL LIAN FITRIAN ABDULLAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

ANALYZE THE INCOME AND WALFARE FISHERMAN SOCIETY AT PINANG SEBATANG TIMUR VILLAGE TUALANG DISTRICT SIAK REGENCY RIAU PROVINCE

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

BAB II METODOLOGI PENELITIAN...

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. di desa Maja Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2013 maka

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

3 METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat)

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi, dimana

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI KEDELAI DI KECAMATAN JATIWARAS, KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWATIMUR BULAN NOVEMBER 2015

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It)

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI USAHA AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU. Dedi Zargustin, Mufti, Seprita Lidar 1)

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

Transkripsi:

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KECAMATAN BONEPANTAI KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL LIAN FITRIAN ABDULLAH 614409069 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KECAMATAN BONEPANTAI KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Lian Fitrian Abullah **), Ria Indriani***), Amelia Murtisari***) ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1) Pendapatan dan pengeluaran nelayan di Kecamatan Bonepantai. 2) Tingkat kesejahteraan nelayan di Kecamatan Bonepantai. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango sejak Bulan Januari sampai bulan Februari 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode survei dimana pengumpulan data berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling, dimana semua individu didalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan, metode analisis pendapatan rumah tangga, metode analisis pengeluaran rumah tangga, Indikator Kesejahteraan Menurut BKKBN dan Indikator Kesejahteraan Menurut Sayogyo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pendapatan rumah tangga nelayan di Kecamatan Bonepantai rata-rata sebesar Rp. 52.948.092/tahun (berasal dari usaha tangkap Rp. 51.881.265/tahun dan di luar sektor perikanan Rp. 1.066.812/tahun). 2) Pengeluaran rumah tangga nelayan di Kecamatan Bonepantai rata-rata sebesar Rp. 29.066.663/tahun (pengeluaran pangan Rp. 11.414.423/tahun dan pengeluaran non pangan Rp. 17.652.240/tahun). 3) Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi sawah berada dalam kategori Sejahtera III menurut BKKBN dan Tidak Miskin menurut Sajogyo. Kata Kunci: Pendapatan Rumah Tangga, Pengeluaran Rumah Tangga, Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Penelitian Skripsi dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. ** Mahasiswa *** DosenPembimbing. 1

PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu Negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia setelah Kanada, Indonesia memepunyai keanekaragaman sumberdaya hayati peraiaran yang sengat tinggi. Salah satu diantaranya adalah sumberdaya ikan laut dengan potensi produksi lestari mencapai 6,4 juta ton per tahun. Kondisi ini sangat mendukung kelangsungan pembangunan. Pembangunan sektor perikanan saat ini sangat diarahkan untuk meningkatkan pendapatan taraf hidup nelayan. Masyarakat nelayan merupakan bagian masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan memiliki keragaman potensi sumber daya alam baik non hayati maupun hayati yang sangat tinggi. Potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal diwilayah tersebut untuk mencapai kesejahteraan. Berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya justru terjebak mereka dalam ketergantungan dengan pihak lain. Kondisi seperti ini mengakibatkan potensi sumber daya alam kelautan dan perikanan yang melimpah hingga kini belum mampu dikelola dan dimanfaatkan secara optimal sehingga belum memberi kontribusi yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang dibentuk sejak Desember tahun 2000 memisahkan diri dari Provinsi Sulawesi utara. Provinsi Gorontalo juga memiliki potensi dan keunggulan dalam bidang perikanan, karena sebagian masyarakatnya disamping mereka bertani, mereka juga kebanyakan nelayan, sehingga masyarakat Provinsi Gorontalo lebih memilih menjalankan profesi kedua-duanya, karena kedua profesi tersebut saling membutuhkan. Produksi perikanan laut di Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 sebesar 61.271 ton serta produksi ikan di tahun 2011 sebesar 75.680. Kabupaten Bone Bolango, Kecamatan Bonepantai mempunyai jumlah nelayan sebesar 380 orang dan jumlah produksi ikan/ton yang tersebar di berbagai Desa antara lain : Desa Batu Hijau 79 orang nelayan dan menghasilkan 416,2 ton ikan, Desa Tongo 75 orang nelayan menghasilkan 272,44 ton ikan, Desa Bilungala 49 orang nelayan dan menghasilkan 7 ton ikan, Desa Toloti o 45 orang nelayan dan menghasilkan 10 ton ikan, Desa Uabanga 58 orang nelayan dan menghasilkan 3 ton ikan, Desa Bilungala Utara 10 orang nelayan dan tidak memproduksi ikan, Desa Tihu 41 orang nelayan dan menghasilkan 47,8 ton ikan, Desa Tunas Jaya 23 orang nelayan dan menghasilkan 231 ton ikan. Ada juga Desa Ombulo Hijau yang tidak mempunyai nelayan tetapi bisa memproduksi ikan yaitu sebanyak 4,5 ton. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup atau pendapatan nelayan tidak harus bertumpu pada peningkatan produksi hasil tangkapan semata, tetapi mencakup seluruh aspek. Salah satu cara peningkatan produksi adalah dengan mengusahakan unit penagkapan yang lebih produktif dalam jumlah dan hasil tangkapan. Unit penangkapan haruslah bersifat ekonomis, 2

efisien dan sesuai dengan kondisi setempat dengan tidak merusak kelestarian sumberdaya perikanan. Pendapatan masyarakat nelayan akan menentukan pengeluaran konsumsi dan tingkat kesejahteraan akan tetapi sampai saat ini belum diketahui seberapa besar pendapatan rumah tangga, pengeluaran konsumsi serta tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. Berdasarkan hal tersebut, akan dilakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Bonepantai. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2015. Jenis penelitian yang digunakan dalam menganilisis pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga nelayan di Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango, menggunakan jenis penelitian survey langsung pada petani yang ada di Kecamatan tersebut. Data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer di peroleh dengan melakukan observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder seperti instansi yang terkait yaitu kantor BPS Provinsi serta Kantor Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango. Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menghitung pendapatan rumah tangga nelayan di Kecamatan Bonepantai sebagai berikut: ( ) ( ) Dimana : Y = total pendapatan rumah tangga P = pendapatan rumah tangga dari kegiatan usahatani NP = pendapatan rumah tangga dari kegiatan non usahatani Untuk mengitung tingkat kesejahteraan petani menggunakan Indikator Kesejahteraan Menurut BKKBN dan Indikator Kesejahteraan Menurut Sayogyo. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pendapatan Usaha Tangkap Pendapatan Usaha Tangakap yang akan diukur yaitu pendapatan yang diperole dari kegiatan usaha tangkapnya selama setahun. Pendapatan ini diperoleh dari jumlah trip dalam sebulan selisih penerimaan yang diterima dengan biaya yang digunakan selama produksi dalam satu periode tertentu. Berikut rincian data pendapatan masyarakat nelayan di Kecamatan Bonepantai. 3

Tabel 1. Total Rata Rata Penerimaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Bonepantai, 2015 Kecamatan Jenis Ikan Penerimaan Rp/Bulan Presentase (%) Bonepantai Tuna 3.435.211 27,50 Kembung 4.750.704 35,49 Cumi 2.757.746 22,07 Cakalang 1.469.718 11,76 Layang 394.366 3,18 Jumlah 12.807.042 100 Sumber: Data Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 1 diatas dilihat rata-rata penerimaan/bulan nelayan responden di Kecamatan Bonepantai sebesar Rp. 12.807.042 atau 100% dengan jenis ikan tangkapan adalah ikan tuna dengan jumlah penerimaan Rp. 3.435.211 atau 27,50%, ikan kembung dengan jumlah Rp. 4.750.704 atau 35,49%, ikan cumi dengan jumlah Rp. 2.757.746 atau 22,07%, ikan cakalang dengan jumlah Rp. 1.469.718 atau 11,76% dan ikan layang dengan jumlah 394.366 atau 3,18%. Hal ini menunjukan bahwa jenis ikan tangkapan nelayan di Kecamatan Bonepantai adalah jenis ikan kembung dengan rata-rata penerimaan/bulan sebesar Rp. 4.750.704 atau 35,49%. Tabel 2. Rata-rata Pendapatan/ Bulan Nelayan Responden di Kecamatan Bonepantai, 2015 No Kecamatan Uraian Nilai (Rp) Presentase 1 Bonepantai Penerimaan 12.807.042 74,30 2 Total Biaya 7.042.457 25,70 3 1-2 Pendapatan 5.764.585 100 Sumber: Data Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 2 diatas rata-rata total pendapatan nelayan dalam sebulan di Kecamatan Bonepantai sebesar Rp. 5.764.585 Tabel 3. Rata-rata Pendapatan/ Tahun Nelayan Responden di Kecamatan Bonepantai, 2015 Kecamatan Uraian Lama Melaut dalam Setahun (Bulan) Nilai (Rp) Bonepantai Pendapatan 9 5.764.585 Jumlah Pendapatan 9 51.881.268 Sumber: Data Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 3 diatas rata-rata pendapatan dalam setahun di Kecamatan Bonepantai sebesar Rp. 51.881.268. hal ini menunjukan bahwa rata-rata nelayan responden di Kecamatan Bonepantai lama melaut dalam setahun yaitu 9 bulan. 4

2. Pendapatan Usaha Tangkap Pendapatan Usaha Tangakap yang akan diukur yaitu pendapatan yang diperole dari kegiatan usaha tangkapnya selama setahun. Pendapatan ini diperoleh dari jumlah trip dalam sebulan selisih penerimaan yang diterima dengan biaya yang digunakan selama produksi dalam satu periode tertentu. Berikut rincian data pendapatan masyarakat nelayan di Kecamatan Bonepantai. Tabel 4. Pendapatan Luar Sektor Perikanan di Kecamatan Bonepantai, 2015 No Jenis Pekerjaan Pendapatan/Bulan (Rp/Bulan) Pendapatan/Tahun (Rp/Tahun) 1 Buruh Tani 30.423 365.076 2 Buruh Bangunan 73.239 878.868 3 Bentor 116.056 1.392.672 4 Warung 193.239 2.328.868 5 Tukang 31.549 378.588 Jumlah 444.506 5.344.072 Rata-rata 88.901,2 1.068.814,4 Sumber: Data Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 4 diatas dapat disimpulkan rata-rata pendapatan luar sektor perikanan nelayan responden di Kecamatan Bonepantai sebesar Rp.444.506/bulan dengan rata-rata pendapatan Rp. 88.901,2/bulan dan rata-rata pendapatan Rp. 1.068.814,4/tahun. 3. Pendapatan Luar Sektor Pertanian Selain pendapatan dari usahatani padi sawah itu sendiri, pendapatan dari luar sektor pertanian pun berpengaruh pada pendapatan rumah tangga petani. Pendapatan luar sektor pertanian terdiri dari PNS, Buruh Bangunan, Wiraswasta, Honorer, dan masih banyak lagi. Untuk lebih jelasnya pendapatan luar sektor pertanian petani responden di Desa Toto Utara dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Nelayan di Kecamatan Bonepantai, 2015 No Sumber Pendapatan Pendapatan/Bln Pendapatan/Tahun Pendapatan/Kapita (PekerjaanNelayan) (Rp Bulan) (Rp/Tahun) (Rp/Kapita/Tahun 1 Usah Tangkap 5.764.585 51.881.265 18.463.083 Nelayan 2 Luar Sektor 88.901 1.066.812 379.648 Perikanan Jumlah 5.853.486 52.948.092 18.860.731 Sumber: Data Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 5 diatas dapat disimpulkan rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan responden di Kecamatan Bonepantai sebesar Rp. 5.764.585/bulan dengan 5

pendapatan rumah tangga per tahun sebesar Rp. 51.881.265/tahun atau per kapita pertahun Rp.18.463.083/kapita/tahun dan pendapatan luar sektor perikanan dengan rata-rata sebesar Rp.88901/bulan dengan pendapatan per tahun Rp. 1.066.812/tahun per kaipta Rp. 379.648. 4. Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Usaha Tangkap Pengeluaran rumah tangga digunakan untuk memenuhi kebbutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan hidup manusia pada penelitian ini terbagi atas kebutuhan pagan (beras, lauk pauk, garam, gula, kopi, rokok, sabun, minyak tanah) sedangkan untuk kebutuhan non pangan terbagi atas (pendidikan anak, pakaian, kesehatan, menabung, rekreasi, perbaikan rumah, listrik, pembelian barang dan pajak bumi dan bangunan), perhitungan pengeluaran rumah tangga nelayan ini diperoleh dari jumlah kebutuhan pangan (Rp/tahun) dan Kebutuhan non pangan (Rp//tahun). Berikut rincian data peneluaran rumah tangga pangan dan non pangan nelayan di Kecamatan Bonepantai Tabel 6. Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Masyarakat Nelayan di Kecamatan Bonepantai, 2015 No Jenis Pengeluaran Nilai Pengeluaran/Tahun Rumah Tangga (Rp/Tahun) 1 Beras 4.485.634 2 Lauk Pauk 5.437.746 3 Sabun 212.282 4 Minyak Tanah/Gas 571.944 5 Garam 61.859 6 Gula 443.493 7 Kopi/Susu/The 201.465 Jumlah 11.414.423 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 6 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangga pangan nelayan responden di Kecamatan Bonepantai sebesar Rp 11.414.423/ tahun. Tabel 7. Pengeluaran Rumah Tangga Non Pangan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Bonepantai, 2015 No Jenis Pengeluaran Nilai Pengeluaran/Tahun Rumah Tangga (Rp/Tahun) 1 Rokok/Tembakau 5.430.423 2 Pendidikan Anak 2.788.732 3 Kesehatan 194.972 4 Pakaian 1.288.732 5 Perbaikan Rumah 3.005.634 6 Rekreasi 119.014 7 Menabung 3.661.972 8 Pembelian Barang 443.662 9 Listrik 693.803 6

10 Pajak Bumi dan Bangunan 25.296 Jumlah 17.652.240 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangaga non pangan nelayan responden di Kecamatan Bonepantai sebesar Rp. 17.652.240/tahun. Tabel 8. Total Pengeluaran Rumah Tangga Non Pangan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Bonepantai,2015 No Jenis Pengeluaran Nilai/Tahun (Rp/Tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga Nilai/Kpta/Thn (Rp/Kpta/Thn) 1 Pengeluaran Pangan 11.414.423 2,81 4.062.072 2 Pengeluaran Non Pangan 17.652.240 2,81 6.281.935 Jumlah 29.066.663 2,81 10.344.007 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 8 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata total pengeluaran rumah tangga nelayan responden di Kecamatan Bonepantai sebesar Rp. 29.066.663/tahun dengan pengeluaran per kapita per tahun Rp. 10.344.007/kapita/tahun. Hal ini menunjukan total pengeluaran non pangan lebih besar dari pada pengeluaran pangan. 5. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Usaha Tangakap. Besarnya pendapatan dan pengeluaran rumah tangga per kapita per tahun petani di Kecamatan Bonepantai dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan usaha tangkap. Dalam penelitian ini digunakan kriteria kesejahteraan menurut BKKBN dan Sajogyo. a. Tingkat Kesejahteraan Menurut BKKBN Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Bonepantai sesuai hasil penelitian yaitu dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. 7

Tabel 9. Tingkat Kesejahteraan Menurut BKKBN Indikator Kesejahteraan Keluarga Sejahtera III BKKBN Sudah dapat memenuhi beberapa indikator, meliputi: - Memiliki tabungan keluarga - Makan bersama sambil berkomunikasi - Mengikuti kegiatan masyarakat - Rekreasi bersama (6 bulan sekali) - Meningkatkan pengetahuan agama - Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah - Menggunakan sarana transporstasi Belum dapat memenuhi beberapa indikator. meliputi : - Aktif memberikan sumbangan material secara teratur - Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan. Desa Toto Utara Sebagian besar rumah sudah memiliki listrik disamping itu juga ratarata rumah petani sudah memiliki rumah beton. Sebagian kecil petani sudah memiliki tabungan dimana 33% atau 11 orang. Rata-rata petani rseponden sudah menggunakan alat-alat transportasi bahkan ada sebagian petani yang memiliki mobil. Sumber: Data Sekunder Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 9 diatas dapat disimpulkan bahwa nelayan yang menjadi respondendi Kecamatan Bonepantai menurut tngkat kesejateraan BKKBN termasuk dalam kategori keluarga Sejahtera III. Dimana menurut indikator jika rumah tangga nelayan usaha tangkap sudah dapat memenuhi beberapa indikator meliputi memiliki tabungan keluarga, makan bersama sambil berkomunihasilkasi, menegikuti kegiatan masyarakat, rekreasi 6 bulan sekali, meningkatakan pengetahuan agama, memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah, serta menggunakan sarana transportasi. Belum dapat memenuhi beberapa indikator meliputi aktif memberikan sumbangan material secara teratur dan aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan. Maka dari hasil penelitian rumah tangga nelayan di Kecamatan Bonepantai termasuk pada rumah tangga Sejahtera III. b. Tingkat Kesejateraan Menurut Sajogyo Suatu rumah tangga dikatakan miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah perdesaan dan 480 kg beras untuk daerah perkotaan diukur dengan nilai daerah setempat. Kecamatan 8

Bonepantai termasuk dalam daerah pedesaan sehingga pengeluran per kapita per tahun untuk rumah tangga agar tidak dikatakan miskin harus lebih besar dari 320 kg beras atau dengan harga sebesar Rp. 3.200.000. Harga beras pada saat penelitian 10.000/kg. Untuk jelasnya tingkat kesejahteraan menurut sajogyo dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini. Tabel 10. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Bonepantai, 2015 Uraian Nelayan Standar Sajogyo Keterangan Bonepantai Pendapatan 18.860.731 Tidak Miskin Pengeluaran 10.344.007 3.200.000 Tidak Miskin Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015 Dari Tabel 10 dapat dilihat dari segi pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun berdasarkan kriteria ini rumah tangga masyarakat nelayan termasuk tidak. Rata-rata pendapatan per kapita per tahun untuk rumah tangga nelayan adalah setara dengan 1,886 kg beras atau sebesar Rp. 18.860.731/kapita/tahun. Sedangkan untuk rata-rata pengeluaran per kapita per tahun setara dengan 1,034 kg beras atau sebesar Rp. 10.344.007/kapita/tahun. Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa rumah tangga nelayan di Kecamatan Bonepantai secara rata-rata memilki tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih dari 320 kg beras dengan harga beras per kg Rp. 10.000. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga nelayan responden tergolong Tidak Miskin berdasarkan dari kriteria Sajogyo. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. Pendapatan rumah tangga masyarakat nelayan di Kecamatan Bonepantai rata-rata sebesar Rp. 52.948.092/tahun (berasal dari usaha tangkap Rp. 51.881.265/tahun dan di luar sektor perikanan Rp. 1.066.812/tahun). Pengeluaran rumah tanga masyarakat nelayan di Kecamatan Bonepantai rata-rata sebesar Rp. 29.066.663/tahun (pengeluaran pangan Rp. 11.414.423/tahun dan pengeluaran non pangan Rp. 17.652.240/tahun). 2. Tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan menurut indikator BKKBN dan Sayogyo (1977) termasuk pada indikator keluarga Sejahtera III dan Tidak Miskin. 2. Saran 1. Diperlukan peneltian lebih lanjut terkait dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga masyarakat nelayan. 2. Bagi pemerintah khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bone Bolango agar kiranya memeberikan penyeluhan maupun sosialisi 9

mengenai teknologi atau cara penangkapan ikan yang baik agar kiranya pendapatan nelayan lebih meningkat. 3. Perlu adanya kreativitas dari nelayan untuk dapat mengelola kembali tangkapan ikan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2013. Bone Bolango dalam Angka. Bone Bolango BKKBN, Tersedia di http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/batasanmdk.aspx. diakses tanggal 15 Desember 2014. Desniarti, dkk. 2012. Studi Kesejahteraan Nelayan Tradisional di Kampung Sungai Pampan Nagari Koto Nan Tigo Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal. Vol. 3. No. 3 September 2012:107-116. Fakultas Pendidikan Geografi STKIP PGRI. Sumatra Barat. Handawi dkk. 2005. Pengeluaran Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga di Pedasaan. Jurnal Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Vo 6. No 3:20. Harahap. 2010. Analisis Tingkat Keberdayaan Sosial Ekonomi Nelayan Tangkap di Kabupaten Cilacap. Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi. Volume 6 Nomor 1 Edisi Mei 2010. Hendrik 2011. Analisis pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamtan Dayun Kabupaten Siak Propinsi Riau. Jurnal perikanan dan Kelautan. Vo 16. No 1:22-32. Imron. M. 2001. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Yogyakarta. Media Pressindo. Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan Kemikisnan dan Perbutan Sumber Daya Peikanan. Lkis. Yogyakarta. Mufklihati. 2010. Kondisi Ekonomi Dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Wilayah Pesisir Jawa Barat. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 3. No 1. Januari 2010. Rahmatika 2014. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Jaring Insang Hanyut di Pantai Muru Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung. Skripsi. Universitas Padjajaran. Rahman 2013. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Logow di Kecamatan Dungaliyo. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas negeri Gorontalo. Pratama. Danies Sadyarta. 2012. Analisis pendapatan Nelayan Tradisional Pancing Ulur di Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Jurnal. 10

Vol. 3. No. 3 September 2012:107-116. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitan Padjajaran. 11