III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

ANALISIS SWOT. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL INTERNAL. Comparative Advantage. Mobilization STRENGTH WEAKNESS. Sumber: Hisyam, 1998

BAB IV METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis, L) KLON UNGGUL DI KECAMATAN BIREM BAYEUN KABUPATEN ACEH TIMUR

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

VII. FORMULASI STRATEGI

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN

4. IDENTIFIKASI STRATEGI

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

III. METODOLOGI KAJIAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB IV METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

Analisis Strategi Bisnis (SWOT) Kelompok 4: Opissen Yudisius Murdiono Muhammad Syamsul Wa Ode Mellyawanty Kurniawan Yuda

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kampung Baru, Kota Tua, Jakarta Barat. Kota

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2 Tahapan Studi

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan karet perlu juga ditingkatkan baik dalam peningkatan nilai pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja, terutama pada desa-desa sentra produksi karet rakyat. Pengembangan perkebunan karet rakyat diharapkan dapat berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyataan di desa sentra karet rakyat dan mendorong tumbuhnya sektor-sektor lain serta menambah pendapatan daerah Kabupaten Cianjur. Kecamatan Cikalongkulon dan Mande merupakan daerah sentra perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur. Peluang pengembangan usahatani karet rakyat dapat dilakulan dan dikembangkan baik dari sisi teknis budidaya, konservasi lahan, sosial kelembagaan dan ekonomi. Namun dalam pengimplementasiannya perlu adanya suatu terobosan dalam pengembangan perkebunan karet rakyat yang memprioritaskan kekuatan dan peluang berdasarkan faktor pendukung dan penghambat untuk berkembangnya usahatani perkebunan karet rakyat. Dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat akan diidentifikasi daya dukung wilayah yang meliputi aspek biofisik meliputi daya dukung lahan yang terdiri dari lahan aktual dan lahan potensi dan infrastruktur yang terdiri dari pemakaian dan ketersediaan bibit unggul, sarana jalan dan alat pengolahan lateks (hand mangle); aspek sosial meliputi sumberdaya manusia yang terdiri dari tingkat serapan tenaga kerja dan tingkat pendidikan dan kelembagaan yang terdiri dari kondisi kelompok tani, penyuluh dan keuangan; dan aspek ekonomi yang akan dilihat dari aspek kelayakan finansial. Informasi yang diperoleh dari hasil identifikasi diatas selanjutnya digunakan untuk mengidentifikasi aspek-aspek pendukung dan penghambat apa saja yang berpengaruh terhadap pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat dengan menggunakan analisis SWOT untuk menyusun strategi pengembangan.

24 Pengembangan Wilayah Berbasis Perkebunan Karet Rakyat Daya Dukung Wilayah Kontribusi terhadap Pembangunan Daerah Aspek Biofisik Daya Dukung Lahan Infrastruktur Aspek Sosial Sumberdaya Manusia Kelembagaan Aspek Ekonomi Finansial Pengembangan Lahan Penyerapan Tenaga Kerja Pendapatan Aspek Pendukung dan Penghambat Faktor Internal dan Eksternal Strategi Pengembangan Gambar 1. Alur Pikir Penelitian Tujuan Pembangunan Wilayah : Pertumbuhan Pemerataan Keberlanjutan Perkebunan karet rakyat merupakan komoditi perkebunan yang termasuk dalam 3 besar untuk kategori perkebunan rakyat di Kabupaten Cianjur. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji berapa besar kontribusinya terhadap pengembangan daerah. Dengan menggunakan analisis deskriptif maka akan dikaji mengenai kontribusi terhadap pengembangan lahan, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Cianjur, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di Kecamatan Cikalongkulon dari bulan Maret sampai April 2011. 3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari responden dan informan kunci dilapangan. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari

25 instansi-instansi terkait yang telah tersedia dalam bentuk dokumen dan studi literatur. Sedangkan pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara studi literatur/data sekunder dan survey/wawancara. 3.4. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah pengumpulan data sekunder yang menyangkut informasi mengenai pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat, untuk dilakukan penilaian bobot keriteria berdasarkan pertimbangan para ahli. Penentuan responden ahli dilakukan dengan metode purposive sampling sebanyak 7 orang. Begitu juga untuk penentuan kekuatan pengendali analisis SWOT dilakukan hal yang sama. Responden utama dalam penelitian ini key person (tokoh kunci) yang terlibat dan memiliki pengetahuan luas terkait pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Responden utama tersebut adalah petani karet, ketua kelompok tani, ketua gapoktan dan petugas Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian di Kecamatan Cikalongkulon dan Kecamatan Mande ditentukan secara sengaja (purposive sampling). 3.5. Metode Pendekatan Studi Uraian pendekatan studi yang meliputi tujuan, teknis analisis, variabel dan sumber data dapat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks Metode Penelitian No. TUJUAN TEKNIS ANALISIS VARIABEL SUMBER DATA 1. Mengidentifikasi daya dukung wilayah dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat Analisis Daya Dukung Wilayah 2. Mengkaji aspek-aspek pendukung dan penghambat dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat 3. Mengkaji kontribusi pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat terhadap pembangunan daerah SWOT Analisis Deskriptif Aspek Biofisik Daya dukung lahan Infrastruktur Aspek Sosial SDM Kelembagaan Aspek Ekonomi Kelayakan Finansial Faktor Eksternal Faktor Internal Kontribusi terhadap Pengembangan Lahan Kontribusi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Kontribusi terhadap Pendapatan BPS Dispenda Dinas Perkebunan Studi Literatur Responden Key Informan Key Informan Responden Studi Literatur Responden Key Informan

26 3.6. Metode Analisis Dari data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diangkat. Beberapa metode analisis yang digunakan, antara lain : 3.6.1. Analisis Daya Dukung Wilayah Analisis daya dukung wilayah dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai potensi dan prospek pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat, yaitu meliputi aspek biofisik, aspek sosial dan aspek ekonomi. Analisis yang digunakan pada aspek biofisik adalah analisis daya dukung lahan dan infrastruktur. Analisis daya dukung lahan menggunakan data statistik yang terdiri dari luas lahan eksisting (tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan dan tanaman tua/rusak) dan potensi lahan tersedia yang masih bisa dimanfaatkan pada tingkatan lahan yang sesuai. Analisis infrastruktur terdiri ketersediaan bibit/benih yang berasal dari klon unggul, ketersediaan jalan produksi dalam perkebunan dan ketersediaan alat pengolah (hand mangle) dari bentuk lumb menjadi sit/sheet. Analisis yang digunakan pada aspek sosial adalah sumber daya manusia dan kelembagaan. Analisis sumberdaya manusia akan memperhitungkan ketersediaan dan penyerapan tenaga kerja dan tingkat pendidikan. Tenaga kerja yang terlibat dalam perkebunan karet rakyat pada umumnya adalah petani pemilik dan petani penggarap. Analisis kelembagaan akan mengidentifikasi sampai sejauh mana peran kelompok tani, penyuluhan dan kelembagaan keuangan formal dalam pengembangan perkebunan karet rakyat. Analisis yang digunakan pada aspek ekonomi adalah kelayakan finansial yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat akan memberikan keuntungan jika dikembangkan. Dalam analisis ini indikator kelayakan pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat dapat dilihat dari rasio pendapatan kotor dan biaya atau Benefit Cost-Ratio (BCR) dan didukung oleh analisis keunggulan kompetitif. Suatu komoditi memiliki kelayakan investasi jika nilai BCR > 1,00 makin tinggi nilai BCR, maka makin tinggi pula kelayakan investasi suatu komoditi.

27 Nilai BCR komoditi > 1 menggambarkan tingkat keuntungan secara ekonomis serta efisiensi penggunaan modal. Adapun Rumus Benefit Cost-Ratio (BCR) adalah sebagai berikut : B/C = n i 1 n i 1 B t 1 i C t 1 i t t dimana : B/C = benefit-cost ratio Bt = gross benefit atau manfaat bruto pada tahun bersangkutan Ct = gross cost atau biaya bruto pada tahun bersangkutan i = tingkat bunga yang berlaku t = tahun yang bersangkutan Kriteria yang dipakai adalah suatu usahatani dikatakan memberikan manfaat kalau B/C > 1. 3.6.2. Analisis SWOT Atas dasar hasil analisis sebelumnya serta dengan memperhatikan keadaan lingkungan baik internal maupun eksternal, maka selanjutnya dilakukan analisis pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Analisis strategi pengembangan dilakukan dengan metode analisis SWOT (Strengths Opportunities Weaknesses dan Threat). Analisis digunakan untuk menelaah pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat ke depan adalah dengan menggunakan analisis SWOT, yaitu analisis kualitatif untuk menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk memformulasikan strategi suatu kegiatan. SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Opportunities (peluang), Weaknesses (kelemahan), dan Threat (ancaman). Dengan menggunakan matriks dapat memberikan kesimpulan tentang pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) suatu prospek pengembangan dan secara

28 bersamaan dapat pula meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threat). Teknik skoring digunakan untuk penentuan elemen-elemen apa saja yang berpengaruh pada setiap faktor-faktor strategis internal maupun eksternal. Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam teknik skoring adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan semua alternatif. 2. Ditentukan elemen-elemen penting dalam pengambilan keputusan. 3. Dilakukan penilaian terhadap semua elemen. 4. Dilakukan penilaian terhadap semua alternatif masing-masing elemen. 5. Dihitung nilai dari tiap alternatif. 6. Memberikan jenjang kepada alternatif berdasarkan pada nilai masing-masing, mulai dari urutan nilai alternatif terbesar sampai yang terkecil. Responden diminta untuk memberikan skor dari 1 sampai 4 (1 = tidak mendukung, 2 = kurang mendukung, 3 = mendukung, 4 = sangat mendukung). Dalam penilaian ini semua responden diasumsikan memiliki kemampuan yang sama dalam hal pemberian skoring. Langkah kerja dalam penentuan faktor eksternal dan pembobotan yaitu: membuat daftar peluang dan ancaman kemudian memberikan bobot pada tiap peluang dan ancaman, (dari tidak penting > 0,0 sampai dengan penting = 1,0) sehingga total bobot adalah 1, selanjutnya berikan rating 1 4 pada setiap peluang dan ancaman (1 = dibawah rata-rata, 2 = rata-rata, 3 = diatas rata-rata, 4 = sangat diatas rata-rata). Tahap selanjutnya kalikan bobot dengan rating sehingga menghasilkan weight score, jumlahkan weight score untuk mendapatkan total weight score (David, 2002). Berdasarkan analisis matriks faktor internal dan eksternal maka akan dapat diketahui peluang dan ancaman yang harus direspon paling besar, serta kekuatan yang akan dioptimalkan dan kelemahan yang akan dieleminir. Penentuan bobot setiap variabel internal dan eksternal dapat dilakukan dengan selang pembobotan mulai dari nilai 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting), Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1. Penentuan rating dilakukan terhadap semua faktor

29 strategis baik internal maupun eksternal, yang kemudian hasilnya dirata-ratakan (mean). Selang penilaian adalah 1 sampai 4. Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor. 2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y; 3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui minimal 3 (tiga) tahapan berikut : 1. Tahap 1, pengumpulan data, identifikasi dan evaluasi faktor internal dan eksternal. 2. Tahap 2, analisis dan pembuatan matriks SWOT. 3. Tahap 3, pengambilan keputusan dari berbagai alternatif kebijakan. Tahapan pengumpulan data, identifikasi dan evaluasi, digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungan internal dan eksternal dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat yang didapat baik dari data primer

30 maupun dari data sekunder. Data-data tersebut dievaluasi dan dikelompokkan dalam faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. David (2006) mengatakan berdasarkan matriks SWOT dapat dikembangkan beberapa alternatif strategi sebagai berikut : 1. Strategi SO (Strength-Opportunities), yaitu dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang yang ada dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. 2. Strategi ST (Strength-Threatss), yaitu dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk menghindari dan mengatasi ancaman dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. 3. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), yaitu dengan menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. 4. Strategi WT (Weaknesses-Threatss), yaitu suatu upaya meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Tabel 5. Matriks SWOT Faktor Eksternal Faktor Internal Oppurtunities (O) Threats (T) Strenght (S) Strategi S - O Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi S - T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Weaknesses (W) Strategi W O Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memmanfaatkan peluang Strategi W T Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Tahapan selanjutnya adalah tahapan menganalisis dalam suatu Matriks SWOT, yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam pengembangan wilayah dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi.

31 3.6.3. Analisis Deskriptif Analisis ini menjelaskan dan menggambarkan secara deskriptif berdasarkan perhitungan data sekunder tentang kontribusi pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat terhadap pembangunan daerah. Kontribusi yang diperoleh oleh daerah baik di tingkat kecamatan maupun di kabupaten apabila pengembangan perkebunan dilakukan berdasarkan pada luas potensi lahan yang sesuai untuk komoditi karet. Kontribusi pengembangan meliputi kontribusi terhadap pengembangan lahan, kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap pendapatan. Pengembangan lahan perkebunan karet rakyat dilakukan pada lahan-lahan yang sesuai untuk pengembangannya, dimana pada kondisi saat ini masih belum dikelola dengan baik, bahkan lahan-lahan potensi tersebut cenderung tidak terawat dan ditumbuhi oleh tanaman yang tidak dibudidayakan. Perluasan areal perkebunan akan membutuhkan penambahan jumlah tenaga kerja. Tingkat kebutuhan tenaga kerja pada areal perkebunan karet rakyat sangat tinggi sesuai dengan jumlah luas areal pengembangan. Kebutuhan tenaga kerja pada perkebunan karet rakyat secara garis besar dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu pada pembukaan lahan untuk pertanaman awal dan pemeliharaan dan pengelolaan untuk pertanaman yang sudah ada. Pengelolaan dan pemeliharaan yang baik pada perkebunan karet akan memberikan dampak positif bagi pendapat petani, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani karet terutama pada daerah sentra perkebunan karet rakyat.