BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Kawasan kota yang mengalami kehidupan dengan kondisi sosial politik, keagamaan, dan budaya yang berbeda beda mempunyai beberapa unsur eksternal maupun internal yang menonjol sehingga mempengaruhi perubahan dan perkembangannya. Melville C.Branch (1995) menjelaskan bahwa kota-kota yang mengalami kehidupan dengan kondisi sosial politik, keagamaan, dan budaya yang berbedabeda mempunyai beberapa unsur eksternal yang menonjol sehingga mempengaruhi perkembangan kota. Perkembangan jaman memberikan dampak terhadap perkembangan kawasan, sehingga sebagian besar tatanan kawasan cenderung mengikuti dimana terdapat banyak hal yang menyebabkan perubahan suatu kawasan. Kawasan kota merupakan objek yang mudah terkena tekanan ekonomi, sosial dan budaya yang membawa dampak pada perubahan fisik. Hal ini sedikit banyak memberikan dampak terhadap perubahan pola pelingkup ruang jalan di Kawasan Kotagede sebagai salah satu kawasan bersejarah. Perubahan yang terjadi pada suatu kawasan bersejarah akibat perubahan tuntutan fungsional di masa kini tidak dapat dipungkiri lagi. Bangunan-bangunan baru cepat atau lambat akan dibangun berdampingan dengan bangunan lama, 1
atau bahkan menggantikan bangunan lama. Apabila perubahan yang dilakukan tidak mengacu pada arahan yang tepat, dikhawatirkan identitas yang dimiliki kawasan tersebut akan hilang. Sama halnya yang terjadi pada kawasan Kotagede dimana perubahan kawasan nantinya akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap identitas kawasan secara keseluruhan. Dalam A Theory of Good City Form oleh Kevin Lynch (1969) dijelaskan bahwa keunikan atau kekhasan suatu lokasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijaga. Keunikan inilah yang akan membedakan antara suatu lokasi dengan lokasi lain yang merupakan identitas lokasi tersebut. Kotagede merupakan suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Selain dikenal sebagai kota perak, tahun 1578 Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, yang menjadi cikal bakal Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman (Kedaulatan Rakyat, 15 Juni 2007; hal 1). Setelah ibukota Kerajaan Mataram dipindah oleh Sultan Agung, sebagian penduduknya masih tetap tinggal di Kotagede. Pada masa selanjutnya Kotagede tumbuh menjadi pusat perekonomian. Hal ini terkait dengan peran kaum Kalang yang diberi hak monopoli dari pemerintah Hindia Belanda untuk mengembangkan kerajinan emas dan perak, kain mori, kerajinan batik, serta candu dan opium. Mereka juga diwenangkan untuk membuka rumah gadai (Tempo, 16 Juli 2006: Bermula dari Alas Mentaok). Selain dari bertahannya beberapa komponen fisik seperti rumah tradisional, kompleks makam, rumah saudagar, sisa-sisa kejayaan Kerajaan Mataram sampai saat ini masih dapat dikenali dengan nama- nama kampung 2
yang ada di Kotagede. Seperti kampung Dalem (bekas lokasi kerajaan), Alunalun, Kemasan (tempat para pengrajin emas), Sayangan (tempat para pengrajin tembaga), dan sebagainya. KOTAGEDE Gambar I.1 Lokasi Kawasan Kotagede Yogyakarta Sumber: Pemerintah Kota Yogyakarta Peran tampilan ruang jalan sangat mempengaruhi tanggapan pengamat terhadap penilaian sebuah kawasan, termasuk di Kawasan Kotagede. Ada beberapa ruas jalan yang terdapat di Kotagede, yaitu Jalan Kemasan, Jalan Karanglo, Jalan Mondorakan, Jalan Mentaok Raya, dan Jalan Watugilang. Jalan Kemasan dan Karanglo mengantarkan pengunjung ke pusat Kotagede, yakni pasar. Pasar Kotagede inilah yang menjadi titik pusat kawasan Kotagede pada saat ini. Street and their sidewalks, the main public spaces of a city, are most 3
vital organ. Think of a city and what comes to mind? Its street. If a city's street look interesting, the city look interesting; if they look dull, the city look dull (Jacobs dalam Moughtin, 1992, p:130). Kawasan Kotagede memiliki empat ruas jalan utama menuju pusat kawasan, yaitu Jalan kemasan, Jalan Mondorakan, Jalan Karanglo dan Jalan Masjid Besar. Dari keempat jalan yang ada di Kotagede, Jalan Kemasan merupakan ruang jalan yang mempunyai pelingkup berupa bangunan lama yang mampu mewakili keunikan kawasan Kotagede dengan perpaduan perkembangan sosial ekonomi di Gambar I.2 Jalan Utama di Pusat Kawasan Kotagede (Sumber: RBI Bakosurtanal, 2007) kawasan Kotagede. Sebagai koridor gerbang menuju kawasan Kotagede sekaligus penghubung antara kawasan Kotagede dengan kawasan pusat kota Yogyakarta membawa dampak terhadap perkembangan pelingkup ruang Jalan Kemasan. 4
1.2. Rumusan Permasalahan Proses pengembangan kawasan Kotagede terutama penggal Jalan Kemasan dipengaruhi oleh kondisi kawasan Kotagede pada umumnya, sehingga penanganan dalam proses pengembangannya cenderung dipengaruhi oleh beberapa permasalahan yang muncul, baik eksternal maupun internal. Pergeseran kawasan Kotagede sebagai kawasan bersejarah terlihat dari beberapa bangunan dan fungsi baru yang mulai berkembang di Jalan Kemasan. Perubahan yang paling besar adalah perubahan yang terjadi akibat hilangnya bangunan-bangunan bersejarah setelah gempa bumi 27 Mei 2006. Kondisi inilah yang menjadi dasar utama Kotagede dinyatakan satu dari 100 peninggalan dunia yang terancam, sehingga diperlukan upaya untuk menyelamatkan keunikan dan kekhasan kawasan tersebut. Banyak bangunan yang berperan sebagai pelingkup ruang jalan dalam kondisi rusak, bahkan telah digantikan bangunan bangunan baru yang mempunyai karakter berbeda sama sekali dengan tipologi pelingkup ruang jalan sebelumnya. Perkembangan fungsi kawasan secara keseluruhan yang mengarah pada peningkatan perekonomian masyarakat memicu perubahan pola pelingkup ruang jalan. Dengan dominasi fungsi komersial maka fasad bangunan di dominasi dengan bukaan yang cukup lebar dan perluasan ruang jalan sebagai area private. Tanpa adanya pengendalian, secara berkala hal ini menyebabkan pergeseran kawasan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya. 5
Gambar I.3 Kondisi Jalan Kemasan Pasca Gempa Tahun 2006 (Sumber: http://www.ugo.cn/photo/id/en/74181.htm) Berbeda dengan pengembangan di kawasan perkotaan, karakteristik pengembangan kawasan Kotagede berbasis pada formulasi penataan kawasan yang terintegrasi secara sistematis dengan tujuan melestarikan pusaka warisan budaya serta upaya melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola pengembangan dan penataan kawasan secara keseluruhan. Pola penataan kawasan yang kurang memperhatikan distinct character kawasan mengakibatkan munculnya karakter-karakter baru yang cenderung menghilangkan identitas pelingkup ruang jalan Kemasan. Setiap kawasan memiliki karakter yang membedakan dengan kawasan yang lain. Demikian halnya dengan karakter kawasan kotagede yang secara umum dipengaruhi oleh setting fisik dan non fisik. Setting fisik adalah ruang yang terbentuk di dalam kawasan dengan batas bawah berupa jalan, pedestrian dan 6
halaman, batas samping adalah fasad bangunan bangunan dan batas atas adalah skyline yang dibentuk oleh ketinggian bangunan dan kanopi vegetasi yang ada di kanan dan kiri ruang jalan. Setting non fisik adalah aktifitas, konsep dan image yang ada di dalam kawasan. Elemen pembentuk pelingkup ruang jalan perlu dikendalikan agar karakter ruang Jalan Kemasan sebagai kawasan perdagangan yang berorientasi ekonomi produktif tetap dapat mewakili identitas kawasan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya. Beberapa perubahan elemen fisik ruang jalan sebagai salah satu aktualisasi kawasan secara keseluruhan mengakibatkan adanya ketidakteraturan pada tatanan bangunan di sepanjang ruang jalan (alignment, lot size, facade). Oleh karena itu pola tatanan pelingkup ruang jalan memegang peranan penting dalam perkembangan identitas kawasan nantinya. 1.3. Pertanyaan Penelitian Penelitian yang akan mencermati pelingkup ruang Jalan Kemasan ini diawali dengan mencoba mengerti persil di sisi kiri dan kanan jalan. Hal ini sangat penting dilakukan di penggal jalan Kemasan karena Jalan ini merupakan gerbang masuk utama menuju kawasan Kotagede. Setelah melihat pola yang ada, dapat ditemukan pola pelingkup ruang jalan yang relatif masih utuh maupun yang sudah mengalami perubahan. Dari uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana performa pelingkup ruang jalan di koridor Jalan Kemasan Kotagede? 7
2. Variabel apa yang paling dominan dalam membentuk performa pelingkup ruang jalan Kemasan Kotagede? 3. Bagaimana arahan penataan pelingkup ruang jalan agar tetap dapat mempertahankan identitas Jalan Kemasan sebagai bagian dari kawasan cagar budaya Kotagede? 1.4. Tujuan Penelitian Umum: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengendalikan perkembangan pelingkup ruang jalan (enclosure) di Jalan Kemasan di luar karakteristik kawasan Kotagede. Khusus: Untuk membatasi lingkup penelitian maka perlu dijabarkan tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui performa pelingkup ruang jalan di koridor Jalan Kemasan. 2. Mengetahui variabel apa yang paling dominan dalam membentuk performa pelingkup ruang jalan Kemasan Kotagede. 3. Menemukan arahan penataan pelingkup ruang jalan agar tetap dapat mempertahankan identitas Jalan Kemasan sebagai bagian dari kawasan cagar budaya Kotagede. 8
1.5. Keaslian Penelitian Terkait dengan locus dan focus terhadap penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai tipologi pelingkup ruang Jalan Kemasan dengan focus penelitian pada identifikasi pola pelingkup ruang jalan (enclosure) yang terbentuk dalam kajian visual dan keruangan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan focus maupun locus penelitian ini antara lain: Tabel I.1 Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya No. Peneliti Judul Penelitian Fokus Penelitian Lokus Penelitian Hasil Temuan 1. Januar Arie M. 14047/IPS/DKB/04 Karakter Visual Fasade Bangunan di Jalan Kemasan kotagede Karakter visual Fasade Bangunan Jalan Kemasan Kotagede Karakter visual fasade bangunan di Jalan Kemasan dilihat dari elemen elemen fasadenya 2. Wahida Kartika A. 07/261580/PTK 4580 Faktor Pembentuk dan Kualitas Enclosure Ruang Jalan pada Jalan Godean KM. 2 KM.5,5 Faktor Pembentuk dan kualitas Enclosure Ruang jalan Jalan Godean KM.3 s/d KM. 5,5 Factor pembentuk enclosure ruang jalan di Jalan Godean km 2- km 5 terdiri atas bengunan dan pengisi ruang jalan (signage, street furniture dan vegetasi) 3. Panji Kurniawan 07/261586/PTK/4577 Pengembangan Ruang Enclosure Ruang Jalan di Kawasan Komersial, Bandar Jaya, Lampung Tengah Pengembangan Ruang Enclosure Ruang Jalan di Kawasan Komersial Bandar Jaya, Lampung Tengah Kualitas visual enclosure ruang jalan, dimana orientasi arahan desain terwujud dari komunikasi antara elemen dinding jalan dan jarak antara elemen pembentuk dinding. 4. Nicolaus Nino A. 09/292851/PTK/6230 Peningkatan Kualitas Ruang Jalan pada Fungsi Komersial di Kawasan Candi Borobudur Kajian pada Setting Elemen Fisik dan Aktifitas Kasus : Jalan Pramudya Wardani Peningkatan Kualitas Ruang Jalan pada Fungsi Komersial Kajian pada Setting Elemen Fisik dan Aktifitas Jalan Pramudya Wardani Kawasan Candi Borobudur Kualitas elemen setting fisik yang berbeda pada tiap penggal jalan berpengaruh pada intensitas aktivitas. Faktor faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas ruang jalan pada koridor Jalan Pramudya Wardani dapat dilihat dari keterkaitan antara variable setting fisik dan setting aktivitas. 6. Poerwadi 9472/PS/DKB/2002 Karakteristik Ruang Sub Kawasan Kotagede (sumber : Daftar Thesis Program Pasca Sarjana Magister Kawasan Binaan) Karakteristik Ruang Sub Kawasan Sub Kawasan Kotagede Mengetahui empat bagian penting sub kawasan Kotagede, baik dari jenis masyarakat di sekitar koridor jalan maupun kawasan di sekitarnya. 9
Dalam penelitian Januar Arie M. pembahasan penelitian difokuskan pada proses identifikasi karakter visual fasad bangunan yang ditemukan di Jalan Kemasan kotagede. Penelitian tersebut hanya terbatas pada kajian bangunan dan ornamental arsitektural bangunan di sepanjang Jalan Kemasan Kotagede. Dalam penelitian Wahida Kartika kajian pembahasan penelitian di fokuskan pada faktor faktor pembentuk enclosure ruang jalan. Hasil temuan dari penelitian tersebut berakhir pada sebuah identifikasi aspek aspek pembentuk dan kualitas enclosure ruang jalan di Jalan Godean KM 2 sampai dengan KM 5,5. Fokus dalam penelitian Panji Kurniawan dan Nicolous Nino A. adalah pengembangan dan peningkatan enclosure ruang jalan pada kawasan komersial. Perbedaan keduanya terletak pada pola pendekatan analisis yang digunakan oleh Nicolous Nino A. yang menggunakan kajian setting elemen fisik dan setting aktifitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya terletak pada fokus kajian penelitian untuk menentukan pola tipologi penataan pelingkup ruang jalan di Jalan Kemasan Kotagede dengan hasil temuan berupa arahan penataan pelingkup ruang jalan mampu menggambarkan identitas tipologi Jalan Kemasan itu sendiri. 10