BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan ini merupakan suatu paparan mengenai hal hal yang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik untuk aktifitas formal maupun nonformal seperti pendidikan,

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

KARAKTERISTIK FACADE BANGUNAN DALEM DI SISI UTARA JALAN MONDORAKAN, KOTAGEDE, YOGYAKARTA

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih

8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta.

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Identifikasi Karakter Kawasan Cagar Budaya Pakualaman Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PASAR KOTAGEDE. Oleh : Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB VI KESIMPULAN. VI. 1 Kesimpulan. VI.1.1 Karakter Pelingkup Ruang Jalan Seturan VI-1

Bab VI. KESIMPULAN dan SARAN

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN PANDUAN RANCANG BANGUN

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

PENGEMBANGAN RUANG ENCLOSURE JALAN DI KAWASAN KOMERSIAL, BANDAR JAYA, LAMPUNG TENGAH

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Kawasan kota yang mengalami kehidupan dengan kondisi sosial politik, keagamaan, dan budaya yang berbeda beda mempunyai beberapa unsur eksternal maupun internal yang menonjol sehingga mempengaruhi perubahan dan perkembangannya. Melville C.Branch (1995) menjelaskan bahwa kota-kota yang mengalami kehidupan dengan kondisi sosial politik, keagamaan, dan budaya yang berbedabeda mempunyai beberapa unsur eksternal yang menonjol sehingga mempengaruhi perkembangan kota. Perkembangan jaman memberikan dampak terhadap perkembangan kawasan, sehingga sebagian besar tatanan kawasan cenderung mengikuti dimana terdapat banyak hal yang menyebabkan perubahan suatu kawasan. Kawasan kota merupakan objek yang mudah terkena tekanan ekonomi, sosial dan budaya yang membawa dampak pada perubahan fisik. Hal ini sedikit banyak memberikan dampak terhadap perubahan pola pelingkup ruang jalan di Kawasan Kotagede sebagai salah satu kawasan bersejarah. Perubahan yang terjadi pada suatu kawasan bersejarah akibat perubahan tuntutan fungsional di masa kini tidak dapat dipungkiri lagi. Bangunan-bangunan baru cepat atau lambat akan dibangun berdampingan dengan bangunan lama, 1

atau bahkan menggantikan bangunan lama. Apabila perubahan yang dilakukan tidak mengacu pada arahan yang tepat, dikhawatirkan identitas yang dimiliki kawasan tersebut akan hilang. Sama halnya yang terjadi pada kawasan Kotagede dimana perubahan kawasan nantinya akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap identitas kawasan secara keseluruhan. Dalam A Theory of Good City Form oleh Kevin Lynch (1969) dijelaskan bahwa keunikan atau kekhasan suatu lokasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijaga. Keunikan inilah yang akan membedakan antara suatu lokasi dengan lokasi lain yang merupakan identitas lokasi tersebut. Kotagede merupakan suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Selain dikenal sebagai kota perak, tahun 1578 Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, yang menjadi cikal bakal Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman (Kedaulatan Rakyat, 15 Juni 2007; hal 1). Setelah ibukota Kerajaan Mataram dipindah oleh Sultan Agung, sebagian penduduknya masih tetap tinggal di Kotagede. Pada masa selanjutnya Kotagede tumbuh menjadi pusat perekonomian. Hal ini terkait dengan peran kaum Kalang yang diberi hak monopoli dari pemerintah Hindia Belanda untuk mengembangkan kerajinan emas dan perak, kain mori, kerajinan batik, serta candu dan opium. Mereka juga diwenangkan untuk membuka rumah gadai (Tempo, 16 Juli 2006: Bermula dari Alas Mentaok). Selain dari bertahannya beberapa komponen fisik seperti rumah tradisional, kompleks makam, rumah saudagar, sisa-sisa kejayaan Kerajaan Mataram sampai saat ini masih dapat dikenali dengan nama- nama kampung 2

yang ada di Kotagede. Seperti kampung Dalem (bekas lokasi kerajaan), Alunalun, Kemasan (tempat para pengrajin emas), Sayangan (tempat para pengrajin tembaga), dan sebagainya. KOTAGEDE Gambar I.1 Lokasi Kawasan Kotagede Yogyakarta Sumber: Pemerintah Kota Yogyakarta Peran tampilan ruang jalan sangat mempengaruhi tanggapan pengamat terhadap penilaian sebuah kawasan, termasuk di Kawasan Kotagede. Ada beberapa ruas jalan yang terdapat di Kotagede, yaitu Jalan Kemasan, Jalan Karanglo, Jalan Mondorakan, Jalan Mentaok Raya, dan Jalan Watugilang. Jalan Kemasan dan Karanglo mengantarkan pengunjung ke pusat Kotagede, yakni pasar. Pasar Kotagede inilah yang menjadi titik pusat kawasan Kotagede pada saat ini. Street and their sidewalks, the main public spaces of a city, are most 3

vital organ. Think of a city and what comes to mind? Its street. If a city's street look interesting, the city look interesting; if they look dull, the city look dull (Jacobs dalam Moughtin, 1992, p:130). Kawasan Kotagede memiliki empat ruas jalan utama menuju pusat kawasan, yaitu Jalan kemasan, Jalan Mondorakan, Jalan Karanglo dan Jalan Masjid Besar. Dari keempat jalan yang ada di Kotagede, Jalan Kemasan merupakan ruang jalan yang mempunyai pelingkup berupa bangunan lama yang mampu mewakili keunikan kawasan Kotagede dengan perpaduan perkembangan sosial ekonomi di Gambar I.2 Jalan Utama di Pusat Kawasan Kotagede (Sumber: RBI Bakosurtanal, 2007) kawasan Kotagede. Sebagai koridor gerbang menuju kawasan Kotagede sekaligus penghubung antara kawasan Kotagede dengan kawasan pusat kota Yogyakarta membawa dampak terhadap perkembangan pelingkup ruang Jalan Kemasan. 4

1.2. Rumusan Permasalahan Proses pengembangan kawasan Kotagede terutama penggal Jalan Kemasan dipengaruhi oleh kondisi kawasan Kotagede pada umumnya, sehingga penanganan dalam proses pengembangannya cenderung dipengaruhi oleh beberapa permasalahan yang muncul, baik eksternal maupun internal. Pergeseran kawasan Kotagede sebagai kawasan bersejarah terlihat dari beberapa bangunan dan fungsi baru yang mulai berkembang di Jalan Kemasan. Perubahan yang paling besar adalah perubahan yang terjadi akibat hilangnya bangunan-bangunan bersejarah setelah gempa bumi 27 Mei 2006. Kondisi inilah yang menjadi dasar utama Kotagede dinyatakan satu dari 100 peninggalan dunia yang terancam, sehingga diperlukan upaya untuk menyelamatkan keunikan dan kekhasan kawasan tersebut. Banyak bangunan yang berperan sebagai pelingkup ruang jalan dalam kondisi rusak, bahkan telah digantikan bangunan bangunan baru yang mempunyai karakter berbeda sama sekali dengan tipologi pelingkup ruang jalan sebelumnya. Perkembangan fungsi kawasan secara keseluruhan yang mengarah pada peningkatan perekonomian masyarakat memicu perubahan pola pelingkup ruang jalan. Dengan dominasi fungsi komersial maka fasad bangunan di dominasi dengan bukaan yang cukup lebar dan perluasan ruang jalan sebagai area private. Tanpa adanya pengendalian, secara berkala hal ini menyebabkan pergeseran kawasan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya. 5

Gambar I.3 Kondisi Jalan Kemasan Pasca Gempa Tahun 2006 (Sumber: http://www.ugo.cn/photo/id/en/74181.htm) Berbeda dengan pengembangan di kawasan perkotaan, karakteristik pengembangan kawasan Kotagede berbasis pada formulasi penataan kawasan yang terintegrasi secara sistematis dengan tujuan melestarikan pusaka warisan budaya serta upaya melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola pengembangan dan penataan kawasan secara keseluruhan. Pola penataan kawasan yang kurang memperhatikan distinct character kawasan mengakibatkan munculnya karakter-karakter baru yang cenderung menghilangkan identitas pelingkup ruang jalan Kemasan. Setiap kawasan memiliki karakter yang membedakan dengan kawasan yang lain. Demikian halnya dengan karakter kawasan kotagede yang secara umum dipengaruhi oleh setting fisik dan non fisik. Setting fisik adalah ruang yang terbentuk di dalam kawasan dengan batas bawah berupa jalan, pedestrian dan 6

halaman, batas samping adalah fasad bangunan bangunan dan batas atas adalah skyline yang dibentuk oleh ketinggian bangunan dan kanopi vegetasi yang ada di kanan dan kiri ruang jalan. Setting non fisik adalah aktifitas, konsep dan image yang ada di dalam kawasan. Elemen pembentuk pelingkup ruang jalan perlu dikendalikan agar karakter ruang Jalan Kemasan sebagai kawasan perdagangan yang berorientasi ekonomi produktif tetap dapat mewakili identitas kawasan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya. Beberapa perubahan elemen fisik ruang jalan sebagai salah satu aktualisasi kawasan secara keseluruhan mengakibatkan adanya ketidakteraturan pada tatanan bangunan di sepanjang ruang jalan (alignment, lot size, facade). Oleh karena itu pola tatanan pelingkup ruang jalan memegang peranan penting dalam perkembangan identitas kawasan nantinya. 1.3. Pertanyaan Penelitian Penelitian yang akan mencermati pelingkup ruang Jalan Kemasan ini diawali dengan mencoba mengerti persil di sisi kiri dan kanan jalan. Hal ini sangat penting dilakukan di penggal jalan Kemasan karena Jalan ini merupakan gerbang masuk utama menuju kawasan Kotagede. Setelah melihat pola yang ada, dapat ditemukan pola pelingkup ruang jalan yang relatif masih utuh maupun yang sudah mengalami perubahan. Dari uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana performa pelingkup ruang jalan di koridor Jalan Kemasan Kotagede? 7

2. Variabel apa yang paling dominan dalam membentuk performa pelingkup ruang jalan Kemasan Kotagede? 3. Bagaimana arahan penataan pelingkup ruang jalan agar tetap dapat mempertahankan identitas Jalan Kemasan sebagai bagian dari kawasan cagar budaya Kotagede? 1.4. Tujuan Penelitian Umum: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengendalikan perkembangan pelingkup ruang jalan (enclosure) di Jalan Kemasan di luar karakteristik kawasan Kotagede. Khusus: Untuk membatasi lingkup penelitian maka perlu dijabarkan tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui performa pelingkup ruang jalan di koridor Jalan Kemasan. 2. Mengetahui variabel apa yang paling dominan dalam membentuk performa pelingkup ruang jalan Kemasan Kotagede. 3. Menemukan arahan penataan pelingkup ruang jalan agar tetap dapat mempertahankan identitas Jalan Kemasan sebagai bagian dari kawasan cagar budaya Kotagede. 8

1.5. Keaslian Penelitian Terkait dengan locus dan focus terhadap penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai tipologi pelingkup ruang Jalan Kemasan dengan focus penelitian pada identifikasi pola pelingkup ruang jalan (enclosure) yang terbentuk dalam kajian visual dan keruangan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan focus maupun locus penelitian ini antara lain: Tabel I.1 Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya No. Peneliti Judul Penelitian Fokus Penelitian Lokus Penelitian Hasil Temuan 1. Januar Arie M. 14047/IPS/DKB/04 Karakter Visual Fasade Bangunan di Jalan Kemasan kotagede Karakter visual Fasade Bangunan Jalan Kemasan Kotagede Karakter visual fasade bangunan di Jalan Kemasan dilihat dari elemen elemen fasadenya 2. Wahida Kartika A. 07/261580/PTK 4580 Faktor Pembentuk dan Kualitas Enclosure Ruang Jalan pada Jalan Godean KM. 2 KM.5,5 Faktor Pembentuk dan kualitas Enclosure Ruang jalan Jalan Godean KM.3 s/d KM. 5,5 Factor pembentuk enclosure ruang jalan di Jalan Godean km 2- km 5 terdiri atas bengunan dan pengisi ruang jalan (signage, street furniture dan vegetasi) 3. Panji Kurniawan 07/261586/PTK/4577 Pengembangan Ruang Enclosure Ruang Jalan di Kawasan Komersial, Bandar Jaya, Lampung Tengah Pengembangan Ruang Enclosure Ruang Jalan di Kawasan Komersial Bandar Jaya, Lampung Tengah Kualitas visual enclosure ruang jalan, dimana orientasi arahan desain terwujud dari komunikasi antara elemen dinding jalan dan jarak antara elemen pembentuk dinding. 4. Nicolaus Nino A. 09/292851/PTK/6230 Peningkatan Kualitas Ruang Jalan pada Fungsi Komersial di Kawasan Candi Borobudur Kajian pada Setting Elemen Fisik dan Aktifitas Kasus : Jalan Pramudya Wardani Peningkatan Kualitas Ruang Jalan pada Fungsi Komersial Kajian pada Setting Elemen Fisik dan Aktifitas Jalan Pramudya Wardani Kawasan Candi Borobudur Kualitas elemen setting fisik yang berbeda pada tiap penggal jalan berpengaruh pada intensitas aktivitas. Faktor faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas ruang jalan pada koridor Jalan Pramudya Wardani dapat dilihat dari keterkaitan antara variable setting fisik dan setting aktivitas. 6. Poerwadi 9472/PS/DKB/2002 Karakteristik Ruang Sub Kawasan Kotagede (sumber : Daftar Thesis Program Pasca Sarjana Magister Kawasan Binaan) Karakteristik Ruang Sub Kawasan Sub Kawasan Kotagede Mengetahui empat bagian penting sub kawasan Kotagede, baik dari jenis masyarakat di sekitar koridor jalan maupun kawasan di sekitarnya. 9

Dalam penelitian Januar Arie M. pembahasan penelitian difokuskan pada proses identifikasi karakter visual fasad bangunan yang ditemukan di Jalan Kemasan kotagede. Penelitian tersebut hanya terbatas pada kajian bangunan dan ornamental arsitektural bangunan di sepanjang Jalan Kemasan Kotagede. Dalam penelitian Wahida Kartika kajian pembahasan penelitian di fokuskan pada faktor faktor pembentuk enclosure ruang jalan. Hasil temuan dari penelitian tersebut berakhir pada sebuah identifikasi aspek aspek pembentuk dan kualitas enclosure ruang jalan di Jalan Godean KM 2 sampai dengan KM 5,5. Fokus dalam penelitian Panji Kurniawan dan Nicolous Nino A. adalah pengembangan dan peningkatan enclosure ruang jalan pada kawasan komersial. Perbedaan keduanya terletak pada pola pendekatan analisis yang digunakan oleh Nicolous Nino A. yang menggunakan kajian setting elemen fisik dan setting aktifitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya terletak pada fokus kajian penelitian untuk menentukan pola tipologi penataan pelingkup ruang jalan di Jalan Kemasan Kotagede dengan hasil temuan berupa arahan penataan pelingkup ruang jalan mampu menggambarkan identitas tipologi Jalan Kemasan itu sendiri. 10