BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian terhadap hubungan desain lingkungan fisik dan aktivitas kriminal pada malam hari di Kawasan Kota Lama Semarang menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. a. Jalan lingkungan (jalan sekunder) lebih rawan terhadap aktivitas kriminal dibandingkan jalan kolektor (jalan primer). Kemungkinan penyebab banyaknya aktivitas kriminal terjadi pada jalan lingkungan adalah image negatif terhadap jalan karena kualitas visual bangunan atau kualitas pencahayaan ruang jalan, tidak ada aktivitas positif pada malam hari yang menarik pada jalan tersebut, dan arus sirkulasi pengguna jalan pada malam hari yang tidak padat. b. Aktivitas vandalisme cenderung terjadi pada tengah ruas jalan dibandingkan di persimpangan jalan. Kemungkinan penyebab banyaknya aktivitas kriminal terjadi pada tengah ruas jalan antara lain tingkat pengawasan yang lebih rendah pada ruang jalan tersebut dan lebih banyak alternatif titik lokasi yang dapat dipilih pelaku. c. Beberapa elemen fisik pada ruang jalan di Kawasan Kota Lama Semarang memberikan pengaruh terhadap aktivitas kriminal serta aspek elemen fisik yang perlu diperhatikan untuk mengurangi aktivitas kriminal di Kawasan Kota Lama Semarang berkaitan dengan Teori Defensible Space dan Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED) adalah sebagai berikut. 93

2 Aktivitas Aspek CPTED Natural Surveillance Access Control Territorial Maintenance (Image and Milieu) Tabel 5.1. Pengaruh Karakteristik Elemen FIsik terhadap Aktivitas Kriminal Vandalisme Prostitusi Berpengaruh Tidak Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh - Transparansi fasad - Pencahayaan fasad - Fungsi bangunan - Keberadaan blind spot - Setback/alignment bangunan - Pembatas jalur pengguna jalan - Keberadaan barrier - Keberadaan barrier - Jenis barrier - Ketinggian barrier - Kondisi fisik bangunan - Pencahayaan fasad - Orientasi fasad - Jangkauan pencahayaan pada jalan - Intensitas pencahayaan pada jalan - Jenis pembatas jalur pengguna jalan - Kondisi fisik jalan - Skala dan proporsi ruang jalan - Pencahayaan fasad - Fungsi bangunan - Jangkauan pencahaan pada jalan - Keberadaan blind spot - Ketinggian barrier - Jangkauan pencahayaan - Batas jalur pengguna jalan - Kondisi fisik bangunan - Kondisi fisik jalan - Pencahayaan fasad - Skala dan proporsi ruang jalan - Orientasi fasad - Transparansi fasad - Intensitas pencahayaan pada jalan - Setback/alignment bangunan - Keberadaan barrier - Jenis barrier - Jenis pembatas jalur pengguna jalan Secara garis besar aspek natural surveillance dan maintenance (image and milieu) sangat berperan untuk menciptakan kawasan yang lebih aman. 94

3 5.2. Arahan Desain Antisipasi terhadap aktivitas kriminal di Kawasan Kota Lama Semarang dapat dilakukan dengan memperkuat 4 (empat) aspek Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED), yaitu surveillance control (kontrol pengawasan), access control (kontrol akses), territorial control (kontrol teritori), dan maintenance control (kontrol pemeliharaan) yang diterapkan dalam desain lingkungan fisik kawasan. Secara khusus terdapat beberapa aspek CPTED yang tidak diatasi secara langsung sehingga dilakukan kompromi dengan memberikan perkuatan pada aspek CPTED yang lain Bangunan a. Fasad Bangunan - Pencahayaan Fasad Perubahan fasad bangunan heritage menjadi lebih transparan untuk meningkatkan surveillance control dari dalam bangunan tidak dapat dilakukan dengan mudah karena adanya ketentuan dalam RTBL Kawasan Kota Lama 2003 bahwa konservasi bangunan harus dikembalikan ke bentuk asli bangunan. Untuk meningkatkan surveillance control terhadap ruang jalan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas elemen fisik pendukung surveillance control dari luar bangunan. Penambahan pencahayaan pada fasad bangunan yang optimal perlu dilakukan untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas pada ruang jalan. Penataan pencahayaan bangunan tersebut perlu disesuaikan dengan fungsi bangunan yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang, yaitu hunian, gudang, kantor, dan komersial. Dengan adanya pencahayaan pada fasad bangunan diharapkan dapat meningkatkan natural surveillance dan memberikan image positif terhadap ruang jalan. 95

4 Gambar 5.1. Model pencahayaan fasad untuk meningkatkan natural surveillance pada fungsi bangunan gudang dan kantor yang sudah baik di Kawasan Kota Lama Semarang (dokumentasi penulis, 2015) Gambar 5.2. Model pencahayaan fasad untuk meningkatkan natural surveillance pada fungsi bangunan komersial yang sudah baik di Kawasan Kota Lama Semarang (Sumber : kiri ; kanan - Kualitas Visual Fasad Peningkatan kualitas visual bangunan perlu dilakukan untuk membangun image positif terhadap ruang jalan pada khususnya dan kawasan pada umumnya. Peningkatan kualitas visual ini dapat dilakukan dengan cara konservasi fasad bangunan yang sudah rusak atau berada dalam kondisi tidak terawat dan pembersihan tanaman merambat dari bangunan. Bangunan dengan banyak tanaman merambat dan kualitas fasad yang buruk cenderung mengindikasikan sebagai bangunan yang tidak terpakai sehingga lebih mudah menjadi sasaran vandalisme. Kualitas visual fasad yang baik dapat menarik pengunjung untuk beraktivitas di ruang jalan tersebut. Apabila didukung dengan fungsi bangunan yang mendukung, dapat menjadi penahan pengunjung untuk lebih lama beraktivitas di ruang jalan tersebut. 96

5 Gambar 5.3. Tanaman merambat pada dinding bangunan perlu dihilangkan untuk mengurangi image negatif terhadap ruang jalan (dokumentasi penulis, 2015) Gambar 5.4. (atas) contoh bangunan dengan kualitas visual fasad yang buruk (bawah) contoh bangunan dengan kualitas visual fasad yang baik (Sumber : atas dokumentasi penulis, 2015; bawah dokumentasi Einsteinia, 2013) Dalam proses peningkatan kualitas visual fasad bangunan perlu memperhatikan dan memperhitungkan konsep figurasi ruang figure of space yang menjadi konsep ruang Kawasan Kota Lama Semarang pada awal mula. Tujuannya agar tidak menciptakan figure of form baru sehingga Gereja Blenduk tetap menjadi pusat dari kawasan. Selain meningkatkan kualitas fasad utama bangunan, sisi samping bangunan yang sebagian besar berupa dinding polos dan menerus dapat 97

6 dimanfaatkan ruang bagi para pelaku vandalisme khususnya urban art untuk berkespresi. Dinding kosong dapat dimanfaatkan sebagai urban art street gallery untuk meningkatkan nilai estetika ruang jalan. (Sumber : kiri - ; kanan - Gambar 5.5. Contoh pemanfaatan fasad samping bangunan sebagai media urban art (Sumber : - Material Penutup Fasad Aktivitas vandalisme dapat dicegah dengan menggunakan material penutun fasad bertekstur kasar dan berwarna gelap. Gambar 5.6. Bangunan di Kawasan Kota Lama Semarang dengan material penutup fasad bertekstur kasar (Sumber : dokumentasi Einsteinia, 2013) 98

7 Fasad yang bertekstur kasar dan berwarna gelap tidak dapat menghilangkan aktivitas vandalisme sama sekali tetapi dapat menghambat terjadinya aktivitas vandalisme. Akan tetapi rekomendasi ini bertentangan dengan ketentuan dalam RTBL Kawasan Kota Lama 2003 yang mengharuskan menjaga keaslian bangunan sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut. b. Pembatas Teritori Mengubah pembatas teritori yang berupa dinding massif dengan ketinggian lebih dari 80 cm menjadi pembatas yang lebih transparan dengan tujuan menghindarkan dinding dari aktivitas vandalisme. Gambar 5.7. Rekomendasi perubahan dinding massif menjadi transparan (Sumber : Designing Out Graffiti : Lighting and Surveillance) Berdasarkan RTBL Kawasan Kota Lama 2003 ditentukan bahwa bangunan di dalam kawasan adalah tidak berpagar seperti pada awal bangunan tersebut dibangun. Oleh karena itu apabila sangat diperlukan pembatas teritori, sangat disarankan menggunakan material yang transparan dan tidak masif. Tujuannya agar pembatar teritori tidak menjadi sasaran aktivitas vandalisme. Gambar 5.8. Bangunan yang memiliki selasar depan dapat diberi pagar transparan (dokumentasi penulis, 2015) 99

8 Perubahan ketinggian dan material pembatas teritori ini juga perlu dilakukan pada bangunan dengan fungsi gudang dan kantor. Sehingga pos jaga yang ada di dalam bangunan tidak hanya berfungsi untuk menjaga keamanan di dalam bangunan saja tetapi juga sekaligus membantu pengawasan terhadap aktivitas ruang jalan di luar bangunan Jalan a. Pencahayaan Kajian ulang terhadap jarak perletakan tiang lampu sebagai pencahayaan buatan pada malam hari dengan tujuan agar seluruh ruang jalan mendapatkan pencahayaan yang cukup sehingga jumlah blind spot dapat berkurang dan surveillance pada ruang jalan dapat ditingkatkan perlu dilakukan. Agar fasilitas pencahayaan tidak mengganggu estetika fasad bangunan, maka perletakan tiang lampu perlu menyesuaikan dengan bentuk fasad bangunan. Artinya, tiang lampu diletakkan pada bagian yang tidak menutupi fasad bangunan (misalnya segaris dengan kolom bangunan) sedangkan penerangan di antara tiang lampu yang satu dengan yang lain didukung oleh pencahayaan fasad bangunan. Gambar 5.9. Penataan pencahayaan jalan yang terintegrasi dengan bangunan (Sumber : kiri dokumentasi Fajar, 2013; kanan sketsa penulis, 2015) Penataan tiang lampu dapat disesuaikan dengan lebar jalan. Pada jalan yang sempit, tiang lampu dapat diletakkan pada salah satu sisi atau di kedua sisi saling bersilangan. Sedangkan pada jalan yang lebar perlu diberikan tiang lampu pada kedua sisi saling berhadapan atau dengan satu tiang lampu di tengah jalan dan dua tiang lampu di sisi jalan dengan ketinggian yang berbeda yaitu tiang lampu di tengah lebih tinggi daripada tiang lampu di sisi jalan. 100

9 Gambar Penataan pencahayaan jalan dengan skala jalan tertentu (sketsa penulis, 2015) Gambar Alternatif penataan pencahayaan pada ruang jalan (Sumber : Practical Guide for Outdoor Lighting) Intensitas cahaya juga perlu diperhitungkan sesuai dengan fungsi lampu penerangan berdasarkan standar baku yang telah ditentukan. b. Vegetasi Penataan vegetasi perlu dilakukan untuk mendukung natural surveillance. Ketinggian semak dan perdu diatur tidak lebih dari 80 cm sedangkan kanopi terendah pohon tidak lebih rendah dari 180 cm sehingga aktivitas di sekitarnya dapat terawasi dengan baik. Gambar Penataan vegetasi yang menunjang natural surveillance di Taman Sri Gunting, Kawasan Kota Lama Semarang (Sumber : diakses pada 28 Agustus 2015) 101

10 c. Signage Signage perlu diberikan untuk membantu pengguna jalan untuk menemukan rute tercepat untuk mencapai tujuannya. Signage juga perlu diberikan pada semua bangunan yang berfungsi sebagai kantor, gudang, atau komersial untuk mempermudah identifikasi sekaligus untuk memperkuat access control dalam kawasan Kawasan Gambar Signage untuk mempermudah identifikasi arah (Sumber : Safer Design Guidelines for Victoria) Aktivitas positif baru di beberapa titik pada kawasan Kota Lama Semarang terutama pada malam hari dapat membantu pengawasan terhadap aktivitas di ruang jalan. Fungsi yang tidak monoton pada suatu kawasan, dapat menjadi faktor penahan pengunjung sehingga bertahan lebih lama beraktivitas di suatu kawasan sehingga dapat memperkuat aspek surveillance terhadap ruang jalan. Adanya aktivitas baru diharapkan dapat memancing produktivitas kawasan sehingga Kawasan Kota Lama Semarang dapat menjadi kawasan yang hidup 24 jam dan dapat menunjang pengawasan di dalam kawasan. Usulan penambahan aktivitas baru diberikan mengacu pada RTBL Kawasan Kota Lama 2003 dan memanfaatkan bangunan yang tidak terpakai atau melakukan konsolidasi ruang dengan bangunan yang hanya berfungsi pada siang hari. 102

11

12 Saran Selain rekomendasi arahan desain, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan ruang jalan Kawasan Kota Lama Semarang yang lebih aman dan nyaman antara lain : a. Tinjauan ulang terhadap RTBL Kawasan Kota Lama 2003 perlu dilakukan agar sesuai dengan kondisi kawasan sekarang. b. Diperlukan keseriusan dari pemerintah kota untuk mengembangkan Kawasan Kota Lama Semarang. Desain lingkungan fisik di Kawasan Kota Lama Semarang yang tanggap terhadap aktivitas kriminal perlu diperhitungkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan menjadi citra yang baik bagi kawasan. c. Perlu disusun arahan desain untuk mengevaluasi program dan pengembangan revitalisasi Kawasan Kota Lama Semarang. d. Perlu disusun anggaran khusus untuk revitalisasi Kawasan Kota Lama Semarang terutama dalam upaya meningkatkan kualitas fasad bangunan, sistem pencahayaan ruang jalan, pengadaan fasilitas umum yang memadai, dan perawatan serta pengawasan terhadap pelestarian Kawasan Kota Lama Semarang. e. Peran serta masyarakat, investor, dan dinas terkait diperlukan untuk meningkatkan dan menjaga kualitas ruang Kawasan Kota Lama Semarang tetap baik Limitasi Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang memiliki potensi unsur subjektivitas. Variabel tersebut adalah kondisi bangunan, intensitas cahaya, kondisi tiang lampu, dan kondisi jalan. Sangat disadari bahwa variabel tersebut dapat menimbulkan penilaian yang berbeda pada tiap individu. Langkah yang dapat diambil untuk menghindari unsur subjektivitas adalah dengan melakukan studi persepsi terhadap kondisi suatu elemen fisik dan menggunakan standar intensitas pencahayaan yang lebih spesifik (lux). Langkah tersebut dapat dilakukan dan menjadi peluang penelitian selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian ini. 104